Bidang Kajian: Kesehatan
PENELITIAN DOSEN
EFEKTIFITAS AIR REBUSAN DAUN BINAHONG TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DI RUMAH BERSALIN AESYA GRABAG KABUPATEN MAGELANG
TIM PENGUSUL
Ns. Kartika Wijayanti, M.Kep (NIDN 0623037602) Dr. Heni Setyowati Esti Rahayu, S.Kp.,M.Kes (NIDN 0625127002)
DIBIAYAI LP3M UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG TAHUN ANGGARAN 2015/2016 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2016
i
ii
RINGKASAN Latar belakang. Prevalensi ibu postpartum yang mengalami laserasi atau luka perineum sebesar 70%. Komplikasi utama dari laserasi perineum adalah penyembuhan luka yang terhambat sehingga terjadi infeksi. Terapi non farmaka yang sering digunakan antara lain adalah perawatan luka dengan menggunakan air rebusan daun binahong. Namun sejauh mana perbedaan efektifitas penggunaaan antiseptik povidon iodine (bethadine) yang selama ini digunakan dan air rebusan daun binahong untuk mempercepat penyembuhan luka jahitan perineum perlu diteliti lebih lanjut. Tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang efektifitas air rebusan daun binahong terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum primipara di Rumah Bersalin Aesya Grabag Kabupaten Magelang. Perubahan yang diamati atau diukur adalah proses penyembuhan luka perineum setelah diberikan intervensi air rebusan daun binahong dan bethadine. Metodologi penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan rancangan two group with control post test design. Responden penelitian ini adalah ibu post partum sebanyak 44 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok. Hasil. Ada perbedaan penyembuhan luka perineum yang bermakna setelah diberikan intervensi air rebusan daun binahong dan bethadine. Persentasi reponden yang mengalami penyembuhan luka perineum pada kelompok binahong, lebih baik daripada kelompok bethadine.
Kata Kunci: binahong, luka perineum, penyembuhan luka
iii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
ii
RINGKASAN………………...............................................................................
iii
DAFTAR ISI.................................................................................................
iv
BAB I
1 1 2 3 4 4 4 4 4 4 4 5 6 6 7 11 11 11 111 13 13 13 13 15 26 26 v ix
PENDAHULUAN ......................................................................... A. Latar Belakang ....................................................................... B. Perumusan Masalah ............................................................... C. Tujuan Penelitian ................................................................... D. Luaran Penelitian ................................................................... E. Hipotesis Penelitian ............................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ A. Luka Perineum (Laserasi Perineum) ........................................ 1. Pengertian………................................................................ 2. Penyebab laserasi................................................................ 3. Dampak Laserasi................................................................ B. Penyembuhan Luka ................................................................ 1. Tipe Penyembuhan Luka..................................................... 2. Proses Penyembuhan Luka.................................................. C. Binahong................................................................................ BAB IIII METODE PENELITIAN ............................................................... A. Desain Penelitian .................................................................... B. Tempat Penelitian .................................................................... C. Poulasi penelitian..................................................................... D. Identitas Penelitian ..................................................................... E. Metode Penelitian................................................................... F. Tehnik analisa data.................................................................... G. Tahapan penelitian.................................................................. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................ BAB VI BIAYA DAN JADWAL................................................................. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN.................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk pemulihan organ kandung seperti sebelum hamil dalam waktu kurang lebih 40 hari (Saleha, 2009). Pada masa nifas terjadi berbagai perubahan fisiologis secara fisik maupun psikologis. Apabila ibu tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi, maka akan menimbulkan berbagai masalah pada ibu postpartum (Murray dan Kinney 2007). Salah satu perubahan yang terjadi pada ibu post partum yaitu adanya laserasi atau luka perineum. Laserasi Perineum adalah luka pada daerah muskular yang ditutupi kulit antar introitus vagina dan anus yang disebabkan oleh robekan karena persalinan. Selama proses persalinan normal, laserasi perineum dan vagina dapat disebabkan oleh pengeluaran kepala yang mendadak dan cepat, ukuran bayi baru lahir yang berlebihan, dan jaringan ibu yang mudah robek. Pada keadaan lain, laserasi dapat disebabkan oleh kelahiran dengan forceps yang sulit, ekstraksi bokong, atau kontraksi pintu bawah panggul yang mendorong kepala ke arah posterior (Reeder, Martin,Griffin, 2012). Kasus laserasi atau luka perineum pada ibu bersalin tahun 2009 di seluruh dunia terjadi 2,7 juta orang. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050. Di Amerika 26 juta ibu bersalin yang mengalami laserasi perineum, 40% diantaranya mengalami laserasi perineum karena kelalaian bidannya dan ini akan membuat beban biaya kira-kira 10 juta dolar pertahun. Di Australia terdapat 20.000 ibu bersalin yang mengalami laserasi perineum sedangkan di Asia laserasi perineum merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50% di dunia terjadi di Asia (Hilmi, 2010). Di Indonesia laserasi atau luka perineum dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam. Pada tahun 2013 menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan perineum (28% karena episiotomi dan 29% karena robekan spontan) (Depkes RI, 2013). Komplikasi yang terjadi dari laserasi perineum adalah penyembuhan luka yang terlambat bahkan terjadi infeksi. Dampak yang terjadi apabila penyembuhan luka terhambat sangat tidak menyenangkan ibu seperti kesakitan dan rasa takut untuk bergerak, sehingga dapat menimbulkan banyak permasalahan diantaranya sub involusi uterus, pengeluaran
1
lochea yang tidak lancar, dan perdarahan pasca partum yang merupakan penyebab pertama kematian ibu di Indonesia (Rahmawati, 2013). Upaya untuk mencegah terjadinya infeksi laserasi perineum dapat diberikan dengan terapi farmakologis dan terapi nonfarmakologis. Terapi farmakologis adalah dengan pemberian obat antibiotik dan antiseptik (povidone iodine) untuk perawatan luka perineum akan tetapi obat dan bahan ini memiliki efek samping seperti alergi, menghambat pembuatan kolagen yang berfungsi untuk penyembuhan luka (Firdayanti, 2009). Sedangkan terapi nonfarmakologis yang dapat diberikan untuk mempercepat penyebuhan luka agar tidak terjadi infeksi adalah menggunakan daun binahong. Hasil penelitian Nurul dan Anisa (2007), menyebutkan bahwa dalam simplisia daun binahong terkandung senyawa saponin, alkaloid, dan polifenol. Saponin berfungsi sebagai pembersih dan mampu memacu pembentukan kolagen I, yang merupakan sebuah protein yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Sebagai obat luka, binahong menagdung beberapa kandungan kimia yaitu flvonoid, asam oleanolik, protein, saponin, dan asam askorbat. Kandungan asam askorbat pada tanaman ini penting untuk mengaktifkan enzim prolil hodroksilasi yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan kolagen, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka (susetya, 2012). Banyak sekali manfaat daun binahong, namun belum banyak penelitian yang mengkaji sejauh mana efektifitas daun binahong untuk penyembuhan luka khususnya luka perineum, sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut.
B. Perumusan Masalah Prevalensi ibu postpartum yang mengalami laserasi atau luka perineum sebesar 70%. Komplikasi utama dari laserasi perineum adalah penyembuhan luka yang terhambat sehingga terjadi infeksi. Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka agar tidak terjadi infeksi selama ini menggunakan antibiotik dan bahan desinfektan yang menimbulkan efek samping. Salah satu terapi tanpa menggunakan obat adalah perawatan luka dengan menggunakan air rebusan daun binahong. Namun sejauhmana perbedaan efektifitas penggunaaan antiseptik povidon iodine dan air rebusan daun binahong untuk mempercepat penyebuhan luka perlu diteliti lebih lanjut. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merumuskan pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimana perbedaan efektifitas povidone iodine dengan air rebusan daun binahong terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum?
2
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektifitas air rebusan daun binahong terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum primipara di Rumah Bersalin Aesya Grabag Kabupaten Magelang Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden. b. Mengidentifikasi penyembuhan luka perineum ibu postpartum yang diberi diberi perawatan dengan air rebusan daun binahong ( kelompok intervensi). c. Mengidentifikasi penyembuhan luka perineum ibu postpartum yang diberi perawatan luka dengan povidone iodine (kelompok kontrol). d. Menganalisis perbedaan penyembuhan luka perineum antara kedua kelompok.
D. Luaran Penelitian 1. Publikasi ilmiah dalam jurnal lokal yang memiliki ISSN (Holistik)
E. Hipotesis Penelitian Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap penyembuhan luka perineum yang dilakukan perawatan dengan air rebusan daun binahong
F.
Manfaat penelitian 1. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah informasi tentang perawatan non farmaka untuk penyembuhan luka. 2. Sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut 3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan pemanfaatan daun binahong
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laserasi Perineum 1. Pengertian Laserasi perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Laserasi perineum umumnya terjadi di garis tengan dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika (Jensen, 2004). Perineum merupakan kumpulan berbagai jaringan yang membentuk perinium. Terletak antara vulva dan anus, panjangnya kira-kira 4 cm. Jaringan yang terutama menopang perineum adalah diafragma pelvis dan urogenital. Diafragma pelvis terdiri dari muskulus levator ani dan muskulus koksigis di bagian posterior serta selubung fasia dari otot-otot ini. Muskulus levator ani membentuk sabuk otot yang lebar bermula dari permukaan posterior ramus phubis superior, dari permukaan dalam spina ishiaka dan dari fasia obturatorius (Jensen, 2004). Serabut otot berinsersi pada tempat-tempat berikut ini: di sekitar vagina dan rektum, membentuk sfingter yang efisien untuk keduanya, pada persatuan garis tengah antara vagina dan rektum, pada persatuan garis tengah di bawah rektum dan pada tulang ekor. Diafragma urogenitalis terletak di sebelah luar diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuberositas iskial dan simpisis phubis. Diafragma urogenital terdiri dari muskulus perinialis transversalis profunda, muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia interna dan eksterna (Mahlmeister, 1990). Persatuan antara mediana levator ani yang terletak antara anus dan vagina diperkuat oleh tendon sentralis perinium, tempat bersatu bulbokavernosus, muskulus perinialis transversalis superfisial dan sfingter ani eksterna. Jaringan ini yang membentuk korpus perinialis dan merupakan pendukung utama perinium, sering robek selama persalinan kecuali dilakukan episiotomi yang memadai pada saat yang tepat. Infeksi setempat pada luka episiotomi merupakan infeksi masa puerperium yang paling sering ditemukan pada genetalia eksterna (Santoso, 2009). Laserasi perineum adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada bagian perinium dimana muka janin menghadap (Mahlmester, 1990). Luka perinium, dibagi atas 4 tingkatan : 4
a. Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perinium b. Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani c. Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani d. Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rektum 2. Penyebab Laserasi Faktor-faktor yang mempengaruhi sebab dan insidensi laserasi obstetri traktus genetalia bawah meliputi kelahiran operatif, kelahiran spontan tidak terkontrol, kelainan kongenital pada bagian-bagian maternal yang lunak, kontraksi pelvis; ukuran, presentasi abnormal dan posisi janin; ukuran relatif bagian presentasi dan jalan lahir; jaringan parut yang sudah ada sebelumnya akibat infeksi, cedera atau pebedahan; varises vagina, perineum dan vulva dan kelainan kerja uterus misalnya kelahiran presipitatus (Jensen, 2004).
3. Dampak Laserasi Laserasi perineum dapat menimbukan nyeri, inkontinensia fekal, inkontinensia urine maupun infeksi (Jensen, 2004).
B. Penyembuhan luka 1. Tipe penyembuhan luka Menurut Carville K (2007), luka dapat juga diklasifikasikan berdasarkan dari proses penyembuhan lukanya. Tipe penyembuhan luka dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : a. Penyembuhan primer Penyembuhan luka dengan alat bantu seperti jaritan, klip atau tape. Pada penyembuhan primer ini, kehilangan jaringan minimal dan pinggiran luka ditutup dengan alat bantu. Menghasilkan skar yang minimal. Misalnya; luka operasi, laserasi dan lainnya. b. Penyembuhan sekunder Penyembuhan luka pada tepi kulit yang tidak dapat menyatu dengan cara pengisian jaringan granulasi dan kontraksi. Pada penyembuhan ini, terdapat kehilangan jaringan yang cukup luas, menghasilkan scar lebih luas, dan memiliki resiko terjadi infeksi. Misalnya pada leg ulcers, multiple trauma, ulkus diabetik, dan lainnya 5
c. Penyembuhan primer yang terlambat/ tersier Ketika luka terinfeksi atau terdapat benda asing dan memerlukan perawatan luka/ pembersihan luka secara intensif maka luka tersebut termasuk penyembuhan primer yang terlambat. Penyembuhan luka tersier diprioritaskan menutup dalam 3-5 hari berikutnya. Misalnya luka terinfeksi, luka infeksi pada abdomen dibiarkan terbuka untuk mengeluarkan drainase sebelum ditutup kembali, dan lainnya.
2.
Proses Penyembuhan Luka Proses penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis (Hutchinson J, 2010). Proses ini tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endegon seperti; umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik . Fase-fase penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga fase (Hutchinson J, 2010), yaitu; a. Fase inflamasi Fase yang terjadi ketika awal terjadinya luka atau cedera (0-3 hari). Pembuluh kapiler yang cedera mengalami kontraksi dan trombosis memfasilitasi hemostasis. Iskemik pada luka melepaskan histamin dan agen kimia vasoaktif lainnya yang menyebabakan vasodilatasi disekitar jaringan. Aliran darah akan lebih banyak ke daerah sekitar jaringan dan menghasilkan eritema, pembengkakan, panas dan rasa tidak nyaman seperti rasa sensasi berdenyut. Respon pertahanan melawan patogen dilakukan oleh PMN (Polimononuklear) atau leukosit dan makrofag ke daerah luka. PMN akan melindungi luka dari invasi bakteri ketika makrofag membersihkan debris pada luka. b. Fase rekontruksi Fase ini akan dimulai dari hari ke-2 sampai 24 hari (6 minggu). Fase ini dibagi menjadi fase destruktif dan fase proliferasi atau fibroblastik fase. Ini merupakan fase dengan aktivitas yang tinggi yaitu suatu metode pembersihan dan penggantian jaringan sementara. PMN akan membunuh bakteri patogen dan makrofag memfagosit bakteri yang mati dan debris dalam usaha membersihkan luka. Selain itu, makrofag juga sangat penting dalam proses penyembuhan luka karena dapat menstimulasi fibriblastik sel untuk membuat kolagen Angiogenesis akan terjadi untuk membangun jaringan pembuluh darah baru. Kapiler baru yang terbentuk akan terlihat pada kemerahan (ruddy), jaringan granulasi tidak rata atau bergelombang (bumpy). Migrasi sel epitel terjadi diatas 6
dasar luka yang bergranulasi. Sel epitel bergranulasi dari tepi sekitar luka atau dari folikel rambut, kelenjar keringat atau kelejar sebasea dalam luka. Mereka nampak tipis, mengkilap (translucent film) melewati luka. Sel tersebut sangat rapuh dan mudah dihilangkan dengan sesuatu yang lain daripada pembersihan dengan hatihati. Migrasi berhenti ketika luka menutup dan mitosis epetilium menebal ke lapisan ke 4-5 yang diperlukan untuk membentuk epidermis Fase kontraksi terjadi selama proses rekontruksi yang menggambarkan tepi luka secara bersamaan dalam usaha mengurangi daerah permukaan luka, sehingga pengurangan jumlah jaringan pengganti diperlukan. Kontraksi luka terlihat baik diikuti dengan pelepasan selang drainase luka. Pada umumnya, 24-48 jam diikuti dengan pelepasan selang drain, tepi dari sinus dalam keadaan tertutup. c. Fase maturasi Merupakan fase remodeling, dimana fungsi utamanya adalah meningkatkan kekuatan regangan pada luka. Kolagen asli akan diproduksi selama fase rekonstruksi yang diorganisir dengan kekuatan regangan yang minimal. Selama masa maturasi, kolagen akan perlahan-lahan digantikan dengan bentuk yang lebih terorganisasi, menghasilkan peningkatan kekuatan regangan. Ini bertepatan dengan penurunan dalam vaskularisasi dan ukuran skar. Fase ini biasanya membutuhkan waktu antara 24 hari sampai 1 tahun. Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak sel. Proses dasar biokimia dan selular yang sama terjadi dalam penyembuhan semua cedera jaringan lunak, baik luka ulseratif kronik (dekubitus dan ulkus tungkai), luka traumatis (laserasi, abrasi, luka bakar atau luka akibat pembedahan. C. Daun Binahong Binahong merupakan tumbuhan merambat yang banyak tumbuh di Indonesia. Daunnya sedikit tebal dan berbentuk menyerupai hati. Daun binahong sudah dipercaya sejak dahulu dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Mulai dari penyakit yang ringan hingga penyakit yang berbahaya. Berdasarkan hasil
penelitian,
ekstrak daun
binahong
mempercepat
penyembuhan luka infeksi staphylococcus aureus pada mencit (Umar, 2012). Khasiat yang terdapat dalam daun binahong antara lain adalah antimikroba. Antimikroba pada daun binahong sangat reaktif terhadap beberapa kuman penyebab infeksi pada luka 7
bakar maupun luka karena terkena benda tajam. manfaat daun binahong untuk kesehatan ini, karena dalam daun binahong mengandung asam askorbat yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan mempercepat penyembuhan. Selain itu juga mengandung senyawa saponin, alkaloid. Ekstrak Daun binahong mempunyai aktifitas antibakteri (Khunaifi, 2010). 1). Saponin Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Triterpen tertentu terkenal karena rasanya,terutama kepahitannya. Pencarian saponin dalam tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh. Saponin dan glikosida sapogenin adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar luas dalam tumbuhan. Dikenal dua macam saponin, yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida dengan struktur steroid. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Lenny, 2006). 2). Polifenol Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel. Beberapa ribu senyawa fenol telah diketahui strukturnya. Flavonoid merupakan golongan terbesar, tetapi fenol monosiklik sederhana, fenil propanoid,dan kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah yang besar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa polifenol (Lenny, 2006). 3). Alkaloid Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik alkaloid sering kali beracun pada manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Umumnya alkaloid tidak berwarna, bersifat optis aktif dan sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar (Lenny, 2006) 8
4). Minyak Atsiri Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun,bunga, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizoma. Minyak atsiri disebut juga minyak eteris yaitu minyak yang mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan, biasanya tidak berwarna terutama bila masih dalam keadaan segar, setelah terjadi proses oksidasi dan pendamaran makin lama akan berubah menjadi gelap, untuk menghindarinya harus disimpan dalam keadaan penuh dan tertutup rapat. Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C),Hidrogen (H) dan Oksigen (O) serta berbagai persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen (N) dan Belerang (S). Beberapa minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik internal dan eksternal, bahan analgesik, hemolitik atau enzimatik, sedativ, stimulan, untuk obat sakit perut, bahan pewangi kosmetik dan sabun (Manoi, 2010) 5). Asam Oleanolik Daun binahong diketahui mempunyai kandungan asam oleanolik. Asam oleanolik merupakan golongan triterpenoid yang merupakan antioksidan pada tanaman. Mekanisme perlindungan oleh asam oleanolik adalah dengan mencegah masuknya racun ke dalam sel dan meningkatkan sistem pertahanan sel. Asam oleanolik juga memiliki zat anti inflamasi. Kandungan nitrit oksida pada asam oleanolik juga menjadi anti oksidan, yang dapat berfungsi sebagai toksin yang kuat untuk membunuh bakteri. Jadi dengan adanya asam oleanik ini akan memperkuat daya tahan sel terhadap infeksi dan memperbaiki sel sehingga sel dapat beregenerasi dengan baik. 6). Flavonoid Kandungan
flavonoid pada daun binahong segar adalah 11,263 mg/kg , dan
kandungan flavonoid pada extract etanol daun binahong kering adalah 7,81 mg/kg. Flavonoid pada daun binahong ini termasuk dalam golongan flavonol.
D.
Macam pembuatan sediaan herbal adalah sebagai berikut: 1)
Infusa (infus) Infuse adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90⁰ selama 15 menit. Pembuatan infuse merupakan 9
cara yag paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga. Dapat dipminum panas atau dingin. Sediaan herbal yang mengandung minyak atsiri akan berkuran khasiatnya apabila tidak menggunakan penutup pada pembuatan infuse. 2)
Dekokta (Dekok) Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu 90⁰ selama 30 menit
3)
Tea (teh) Pembuatan sediaan teh untuk tujuan pengobatan banyak dilakukan berdasarkan pengalaman seperti pada pembuatan infus yang dilakukan berdasarkan pengalaman seperti pada pembuatan infus yang dilakukan pada teh hitam sebagai minuman
4)
Sirupi (sirup) Sirup adalah sediaan berupa larutan dari atau yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%.
5)
Tinctura (tingtur) Tingtur adalah sediaan caiar yang dibuat dengan cara maserasi atau perkorasi simplisia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat khasiat dan 10% untuk zat khasiat keras.
10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan tentang tentang metode
penelitian
yang akan
dilakukan meliputi desain penelitian, populasi dan sampel, indentifikasi variabel, metode pengumpulan data, dan tehnik analisa data, dan tahapan penelitian.
A. Desain penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental, yaitu suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan (Sastroasmoro dan Dahlan, 2010). Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kelompok kontrol akan diberikan perlakuan perawatan perineum
menggunakan bethadine dan kelompok intervensi akan diberikan
perlakuan perawatan perineum menggunakan air rebusan daun binahong. Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan rancangan two group with control post test design.
B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Bersalin Aesya Grabag Kabupaten Magelang, mulai bulan Agustus 2016 – Desember 2016.
C. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian merupakan kumpulan dari individu atau objek, atau fenomena yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian (Mazhindu and Scott, 2005 dalam Swarjana, I Ketut. 2012: 75). Pada penelitian ini menggunakan kategori populasi terjangkau dan populasi target. Populasi terjangkau (accessible population) merupakan populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan dapat dijangkau oleh peneliti. Populasi target merupakan sasaran akhir penerapan hasil penelitian. Adapun populasi target dari penelitian ini adalah ibu post partum spontan. Populasi terjangkau dalam 11
penelitian ini yaitu ibu post partum spontan dengan jahitan perineum di Rumah Bersalin Aesya Grabag Kabupaten Magelang.Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu (Sugiyono, 2009).
2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggal mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Jadi sampel merupakan kumpulan dari individu-individu atau objek yang dapat diukur, yang mewakili populasi, dimana sampel dihasilkan dari strategi sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu post partum spontan dengan jahitan perineum sebanyak 44 orang responden, yang terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi sejumlah 22 orang, dan kelompok kontrol sejumlah 22 orang. Pengambilan sample pada penelitian ini dilakukan dengan simple random sampling, dimana semua responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian diberikan kertas undian yang sudah ditulis jenis intervensi yang akan diberikan, dan semua responden mempunyai kesempatan yang sama. Kriteria inklusi: 1.
Ibu post partum spontan hari ke-3 sampai hari ke 7 yang melahirkan di Rumah Bersalin Aesya Grabag Kabupaten Magelang
2.
Ibu post partum spontan yang mengalami laserasi perineum derajat 1, 2, 3
3.
Ibu post partum spontan dengan hecting (jahitan perineum)
4.
Ibu post partum spontan yang bersedia mengisi informed consent
Kriteria eksklusi: 1.
Ibu post partum spontan yang tidak terdapat luka jahitan perineum
2.
Ibu post partum spontan yang mengalami laserasi perineum derajat 4
3.
Ibu post partum spontan dengan komplikasi persalinan
4.
Ibu post partum spontan yang mempunyai penyakit yang dapat mengganggu pernyembukhan luka seperti diabetes mellitus
12
D. Identifikasi variabel Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variable, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variable terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyembuhan luka perineum, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah air rebusan daun binahong dan bethadine.
E. Metode pengumpulan data Pengumpulan data ini dilakukan secara bertahap, mulai dari memilih responden yang memenuhi kriteria inklusi, selanjutnya memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian, dan pada bagian akhir penjelasan sekaligus menanyakan persetujuan calon responden apakah bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini tanpa unsur paksaan.
F. Tehnik analisa data Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah independent t-test. Peneliti menggunakan tehnik ini karena bemaksud membandingkan dua kelompok responden, yang semuanya diberi perlakuan (Dahlan, 2010). Kelompok intervensi diberikan perlakuan dengan memberikan air rebusan daun binahong untuk luka perineum, sedangkan kaelompok kontrol diberikan intervensi dengan memberikan bethadine 10% untuk luka perineum, dan keud kelompkok ini dilihat efektifitas penyembuhan lukanya.
G. Tahapan penelitian 1.
Pembuatan air rebusan daun binahong Daun binahong yang akan digunakan diperoleh dari lingkungan warga di daerah Kabupaten magelang. Daun binahong tua (warna hijau gelap) diambil sebanyak 50 gram, kemudian daun yang sudah dikumpulkan, dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan melakukan pencucian menggunakan air mengalir. Sediaan yang akan dibuat adalah sediaan infusa, yaitu dengan cara merebus daun binahong dalam air mendidih selama 15 menit.
Perebusan
dilakukan dengan menggunakan tempat yang terbuat dari tanah liat, agar tidak merusak kandungan zat yang ada dalam daun binahong, dan ditutup selama proses perebusan. Jumlah air yang digunakan untuk merebus yaitu 4 gelas air (800 ml) yang dididihkan kemudian daun binahong sebanyak 50 gram 13
dimasukkan dalam air yang mendidih selama 15 menit hingga tersisa air rebusan sebanyak 2 gelas saja (400 ml). Air rebusan tersebut didiamkan hingga suhu mencapai 35-40⁰C (hangat-hangat kuku), selanjutnya disaring sehingga hanya tersisa airnya saja, dan digunakan untuk membersihkan daerah kewanitaan sampai habis. Air rebusan daun binahong yang sudah dipakai hanya sekali pakai saja, dan diganti dengan daun binahong yang baru setiap kali akan digunakan untuk membersihkan perineum. 2.
Penerapan air rebusan daun binahong pada ibu postpartum Air rebusan daun binahong diberikan pada ibu postpartum yang mempunyai luka laserasi di daerah perineum (yang ada jahitan luka). Cara penggunaannya adalah air rebusan tersebut dipakai untuk cebok atau membersihkan daerah kewanitaan (perineum) setiap hari sebanyak 2 kali, yaitu pada waktu pagi dan sore hari. Cara menggunakan air rebusan daun binahong untuk membersihkan area perineum dengan membasahi perineum dari arah depan ke belakang. Air rebusan ini diberikan sebagai pembilas, setelah ibu membersihkan area perineum. Area perineum yang terlah dibersihkan, selanjutnya dikeringkan menggunakan handuk kecil, dengan cara di tekan-tekan ringan, dan tidak diusapkan pada daerah perineum, karena dikhawatirkan akan merusak jahitan luka yang belum kering secara sempurna. dilakukan mulai hari ke-2 sampai hari ke-7 post partum.
14
Tindakan ini
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL PENELITIAN Responden dalam penelitian ini adalah ibu post partum spontan yang memenuhi kriteria inklusi penelitian di Rumah
Bersalin Aesya Kematan Grabag Kabupaten
Magelang. Pengambilan data ini dilakukan mulai bulan Agustus sampai Desember 2016. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 44 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok yang pertama adalah kelompok intervensi sejumlah 22 responden, yaitu kelompok yang diberikan intervensi air rebusan daun binahong untuk perawatan luka jahitan perineum, dan kelompok kedua adalah kelompok kontrol yang berjumlah 22 responden, yaitu kelompok yang diberikan intervensi bethadine untuk perawatan luka jahitan perineum. Hasil penelitian ini diuraikan melalui dua tahap yang meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan, status paritas, dan lama perawatan luka pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Sedangkan analisis bivariat bertujuan untuk membuktikan efektifitas air rebusan daun binahong dan bethadine terhadap proses penyembuhan luka jahitan perineum Analisis Statistik data hasil penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Analisis Univariat Karakteristik Responden Dalam analisis univariat ini dilakukan uji homogenitas yang bertujuan untuk melihat apakah karakteristik responden pada kelompok kontrol dengan intervensi air rebusan daun binahong dan kelompok kontrol yang menggunakan bethadine setara atau tidak. Data karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, pendidikan, dan pekerjaan, status paritas, dan lama perawatan. Penjelasan mengenai hal tersebut diatas, dijabarkan dalam tabel di bawah ini:
15
Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarakan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Status Paritas, Dan Lama Perawatan Pada Ibu Post Partum Spontan Di RB Aesya Kec. Grabag Kab. Magelang Bulan Agustus –Desember 2016
No 1 2
Kelompok Binahong Usia Tingkat pendidikan SD SMP
Mean
SD
23.6
4.97
Jumlah
Kelompok Bethadine %
Mean
SD
24.7
5.28
Jumlah
P Value % 0.385
7 7
31.8% 31.8%
5 7
23.7% 31.8%
SMA PT
7 1
31.8% 4.5%
10 0
45.5%
19 3
86.4% 13.6%
21 1
95.5% 4.5%
0.088
4
Pekerjaan IRT Non IRT Status Paritas
10 12
45.5% 54.5%
9 13
40.9% 59.1%
0.263
5
Primipara Multipara Lama Perawatan
3
4.86
1.17
4.82
0.39
0.605
0.586
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata usia responden pada kelompok air rebusan daun binahong adalah 23.6 tahun dengan standar deviasi 4.97. Rata-rata usia responden pada kelompok bethadine adalah 24.7 tahun dengan standar deviasi 5,28. Uji homogenitas untuk kelompok air rebusan daun binahong dan bethadine sebesar 0,385. Artinya bahwa nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikansi yaitu sebesar 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data mempunyai varian yang sama atau homogen. Tidak ada perbedaan usia antara kelompok air rebusan daun binahong dan bethadine. Tingkat pendidikan pada kelompok air rebusan daun binahong adalah pendidikan (SD) sebanyak 7 orang (31.8%), dengan pendidikan (SMP) sebanyak 7 orang (31.8%), pendidikan (SMA) sebanyak 7 orang (31.8%), pendidikan (PT) sebanyak 1 orang (4.5%). Tingkat pendidikan pada kelompok bethadine sebagai berikut:
pendidikan (SD) sebanyak 5 orang (23.7%), dengan pendidikan (SMP)
sebanyak 7 orang (31.8%), dan pendidikan (SMA) sebanyak 10 orang (45.5%), Berdasarkan tabel diatas, tingkat pendidikan pada kelompok air rebusan daun binahong 16
rata-rata adalah SD, SMP, dan SMA, sedangkan pada kelompok bethadine sebagian besar adalah SMA. Uji homogenitas kedua kelompok tersebut sebesar 0,605. Artinya bahwa nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikansi yaitu 0,05. Maka dapat disimpulkan varian data kedua kelompok tersebut sama atau homogen. Tidak ada perbedaan antara responden dengan tingkat pendidikannya pada kelompok air rebusan daun binahong dan kelompok bethadine. Pekerjaan pada kelompok air rebusan daun binahong adalah pekerjaan (IRT) sebanyak 19 orang (86.4%), dan non IRT
sebanyak 3 orang (13.6%). Pekerjaan
responden yang mendapatkan bethadine yang mempunyai pekerjaan (IRT) sebanyak 21 orang (95.5%), dan non IRT sebanyak 1 orang (4.5%). Berdasarkan tabel diatas, pekerjaan pada kelompok air rebusan daun binahong dan bethadine sebagian besar adalah IRT (Ibu Rumah Tangga). Uji homogenitas pada kedua kelompok tersebut adalah 0,088. Artinya bahwa nilai dari uji homogenitas lebih besar dari nilai signifikansi yaitu 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa varian data kedua kelompok tersebut adalah sama atau homogen. Tidak ada perbedaan antara responden dengan pekerjaan pada kelompok air rebusan daun binahong dan kelompok bethadine.
2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau perbedaan yang bermakna antara dua variabel utamanya yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah air rebusan daun binahong dan bethadine, sedangkan variabel dependentnya adalah penyembuhan luka perineum.
17
Tabel 4.2 Perbedaan Penyembuhan Luka Perineum Setelah Diberi tindakan Antara Kelompok Intervensi (Air Rebusan Daun Binahong) dan kelompok Kontrol (Bethadine) Penilaian luka Perineum REEDA Sedang (3-5) Baik (0-2)
Kelompok Binahong
Kelompok Bethadine
P value
Jumlah
%
Jumlah
%
2 20
9.1 90.9
12 10
54.5 45.5
0.021
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa setelah diberikan intervensi air rebusan daun binahong, repsonden dengan penyembuhan luka perineum kategori sedang berjumlah 2 orang (9.1%) dan penyembuhan luka perineuam kategori baik berjumlah 20 orang (90.9%). Responden yang diberikan intervensi bethadine, penyembuhan luka perineum kategori sedang berjumlah 12 orang (54.5%) dan penyembuhan luka kategori baik berjumlah 10 orang (45.5%) dengan p value = 0,021 yang artinya bahwa ada perbedaan penyembuhan luka perineum yang bermakna setelah diberikan intervensi air rebusan daun binahong dan bethadine. Persentasi reponden yang mengalami penyembuhan luka perineum pada kelompok binahong, lebih baik daripada kelompok bethadine.
B.
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna terhadap penyembuhan luka perineum setelah diberikan intervensi air rebusan daun binahong, dengan nilai p value sebesar 0.021. Artinya, bahwa air rebusan daun binahong untuk cebok lebih efektif untuk penyembuhan jahitan luka perineum pada ibu post partum, dibandingkan dengan penggunaan bethadine. Menurut Mansjoer (2000) luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Luka merupakan rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan atau kehilangn jaringan tubuh. Penyembuhan luka pada kulit menggambarkan prinsip-prinsip perbaikan untuk sebagian besar jaringan tubuh pada luka superficial. Luka perineum atau laserasi perineum merupakan perlukaan yang terjadi pada saat persalinan yang terjadi pada bagian perineum, yaitu daerah yang terdapat di antara anus dan vagina. Banyak Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum 18
diantaranya mobilisasi dini, vulva higiene, luas luka, umur, vaskularisasi, stressor, dan juga nutrisi. Luka dikatakan sembuh jika dalam waktu satu minggu kondisi luka kering, menutup, dan tidak ada tanda- tanda infeksi (Mochtar, 2002). Laserasi perineum adalah robekan jaringan antara pembukaan vagina dan rektum. Luka jahitan perineum bisa disebabkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan maupun tindakan episiotomi (Rukiyah, 2010). Robekan jalan lahir dapat menyebabkan perdarahan, oleh karena itu dilakukan penjahitan perineum. Kualitas luka jahitan perineum dikatakan baik apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi yaitu merah, bengkak, panas, nyeri dasn fungsiolaesa. Faktor yang mempengaruhi perawatan luka perineum dari luar adalah lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial ekonomi, penanganan petugas, kondisi ibu dan gizi. Sedangkan faktor internal adalah usia, penanganan jaringan, hemoragi, hipovolemia, faktor lokal edema, defisit nutrisi, personal higiene, deficit oksigen, medikasi, dan aktifitas berlebih (Mochtar, 2002). Perawatan luka perineum sangat penting dilakukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan (Hamilton, 2002). Tanda-tanda infeksi masa nifas ada 2 yaitu infeksi local dan infeksi sekunder. Tanda infeksi lokal adalah : pembengkakan luka,
terbentuk pus, perubahan warna local, pengeluaran lochea
bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan dapat meningkat. Infeksi umum ditandai dengan sakit dan lemah, temperatur meningkat lebih dari 39⁰C, tekanan darah menurun, nadi meningkat, pernafasan meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun sampai koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea bau dan keluar nanah (Manuaba, 2010). Menurut Moorhouse et. al. (2001) bahwa tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi. Untuk mencegah terjadinya infeksi, menjaga kebersihan perineum dan memberikan rasa nyaman pada pasien ( Rukiyah, 2011). Tanda-tanda infeksi pada luka perineum dapat dikaji dengan menggunakan pemeriksaan Redness (kemerahan),
Echymosis
(bercak
perdarahan
pada
jahitan
luka),
Edema
(pembengkakan), Discharge (pengeluaran cairan) dan Approximation (perlekatan jahitan luka). Pemeriksaan ini sering disingkat dengan istilah REEDA. Alat pengkajian ini digunakan untuk menilai kondisi luka jahitan perineum, dengan score tertentu, yang
19
mengindikasikan seberapa baik kondisi penyembuhan luka perineum. Score paling tinggi untuk masing-masing aspek dari 5 aspek tersebut (REEDA) adalah 3, sedangkan score terendah adalah 0. Interpretasi dari score tersebut ada 4 kategori sebagai berikut: score 0-2 berarti bahwa kondisi luka perineum tersebut baik, score 3-5 berarti bahwa kondisi luka perineum dalam keadaan sedang, score 6-8 berarti bahwa kondisi luka perineum dalam keadaan kurang baik, sedangkan score 9-15 berarti bahwa kondisi luka perineum dalam keadaan tidak baik. Berdasarkan score di atas, dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi score penilaian REEDA nya, berarti bahwa kondisi jahitan luka perineum semakin tidak baik (Chougala, 2013). Penyembuhan luka perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah antara lain adalah gizi, keturunan, sarana prasarana kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum, budaya dan keyakinan (Rukiyah (2010). Perawatan luka perineum dengan tepat akan membantu proses penyembuhan luka perineum dalam waktu yang cepat. Salah satu cara perawatan luka perineum yang dilakukan adalah menggunakan ramuan tradisional bihahong sebagai sarana mempercepat penyembuhan luka jahitan perineum, salah satunya digunakan sebagai obat luar, yang dimanfaatkan dengan cara menggunakan air rebusannya untuk membantu proses penyembuhan luka jahitan perineum. Kandungan tanaman binahong masih belum banyak diketahui. Namun berdasarkan manfaat dan efek farmakologisnya jika dikonsumsi, binahong diduga memiliki kandungan antioksidan dan antivirus yang cukup tinggi. Setiap tanaman akan memproduksi bermacam-macam senyawa kimia untuk tujuan tertentu. Senyawa kimia ini lebih banyak fungsinya untuk bersaing dengan mahluk hidup lainnya. Senyawa ini disebut dengan metabolit sekunder (Mangan, 2009). Untuk mengungkapkan ada apa dibalik khasiat tanaman binahong maka perlu dilakukan penelitian lebih jauh mengenai kandungan senyawa aktif. Dari hasil penelitian pendahuluan Universitas Gadjah Mada, dinyatakan bahwa pada kultur in vitro daun binahong terkandung senyawa aktif flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin. Berdasarkan penelitian, binahong sangat baik untuk revitalisasi kulit, memberi stamina ekstra, melancarkan peredaran darah, mencegah stroke, dan asam urat. Selain itu, mengkonsumsi binahong mampu meningkatkan vitalitas pria, mengatasi pembengkakan dan pembekuan darah, memulihkan kondisi lemah, dan menyembuhkan luka. Terapi non farmaka yang sering di gunakan untuk penyembuhan luka perineum salah satunya adalah dengan menggunakan ramuan yang berasal dari tumbuhan/herbal. 20
Obat dari herbal yang bisa menyembuhkan luka salah satunya adalah daun binahong. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya antara lain Oleh Miladiyah (2012), yang menyatakan bahwa ekstrak etanol daun binahong mampu menyambuhkan luka lebih baik daripada povidoe iodine pada kulit kelinci. Penelitian tersebut juga didukung oleh Kaur (2014), menyatakan bahwa aplikasi pasta daun binahong secara topikal menunjukkan hasil lebih baik dalam proses penyambuhan luka dibandingkan dengan Na Cl 0,9% dan povidone iodine 5% pada kulit tikus, sehingga bisa digunakan sebagai alternatif pemngobat luka di rumah yang bersifat tradisional. Penelitian lain juga mendukung hal tersebut dilakukan oleh Oriza (2015), yang menyatakan bahwa ekstrak daun binahong dapat memperecepat penyembuhan luka sayat pada tikus putih dengan dosis efeltif yaitu konsentrasi 30%, dibandingkan dengan povidone iodine. Penelitian lain dilakukan oleh Firzanah (2015), yang menyatakan bahwa ada pengaruh mengkonsumsi air rebusan daun binahong terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Kandungan metabolit sekunder dari tumbuhan dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Dari hasil uji fitokimia sebelumnya menunjukkan bahwa pada ekstrak daun binahong positif mengandung senyawa aktif saponin, flavonoid, steroid, terpenoid, fenol, dan alkaloid (Astuti, 2012). Polifenol dan saponin berfungsi sebagai anti bakteri (Wardani, 2012). Ekstrak etanol daun binahong juga memiliki kapasitas sebagai antioksidan (Selawa, 2013). Pemberian daun binahong pada luka membantu penyembuhan luka dengan pembentukan jaringan granulasi yang lebih banyak dan reepitalisasi terjadi lebih cepat dibandingkan dengan luka yang tidak diberi daun binahong (Ariani, 2013). Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat sperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel darah merah. Pola glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum ialah asam glukoronat (Harborne, 1996). Berdasar struktur kimianya, saponin di kelompokkan menjadi 3 kelas utama yaitu kelas steroid, kelas steroid alkaloid, dan kelas triterpenoid ( Wallace et al., 2002). Berdasarkan penelitian, binahong sangat baik untuk revitalisasi kulit, memberi stamina ekstra, melancarkan peredaran darah, mengatasi pembengkakan dan pembekuan darah, memulihkan kondisi lemah, dan menyembuhkan luka. Penelitian
21
tentang daun binahong yang telah dilakukan salah satunya adalah penggunaannya untuk luka bakar (Ardiyanto, 2009). Hal serupa juga telah diteliti oleh Kurniawan (2013) bahwa pemberian salep ekstrak daun binahong frkasi etanol konsebtrasi 10% memberi hasil lebih baik dalam proses penyembuhan luka dibadingkan dengan pemberian salep ekstrak daun binahong fraksi etanol konsebtrasi 5% yaitu kesembuhan primer, namun tidak lebih baik daripada kontrol (gerusan daun binahong segar). Daun binahong baik untuk mengatasi luka bakar karena kandungan saponin. Saponin bersifat antibakteri sehingga pas sebagai pembasuh luka. Selain itu, saponin binahong juga memacu pembentukan kolagen, protein yang berperan dalam penyembuhan luka. Harborne (1973) melakukan percobaan dengan melakukan penyaringan senyawa saponin, yang hasilnya adalah bahwa saponin akan memberikan hasil yang lebih baik sebagai antibakteri jika menggunakan pelarut polar seperti etanol 70%. Hasil penelitian lain juga menyatakan bahwa daun binahong mengandung saponin, alkaloid dan polifenol. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun (Anisa, 2007). Selain itu, binahong juga mengandung asam askorbat (vitamin c), yang mana asam tersebut dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan berfungsi sebagai membran mukosa (Guyton, et. Al ., 1997). Kandungan asam askorbat tersebut tersebut mempercepat penyembuhan karena mengandung antioksidan
(Almaritzel,
2004).
Asam askorbat
penting untuk
mengaktifkan enzim prolil hidroksilase yang menunjang tahap hidroksilase dalam pembentukan kolagen. Dengan adanya asam askorbat ini maka serat kolagen yang terbentuk akan semakin kokoh dan mempercepat penyembuhan luka (Guyton et al., 1997). Kandungan lain dari saponin yang ada dalam binahong adalah protein dengan berat molekul yang besar, yang akan menjadi antigen yang memacu pembentukan antibodi. Kemudian akan menjadi antigen yang akan mengaktifkan komplemen (Nurwati, 2005). Protein tersebut juga dapat menstimulasi produksi nitrit oksida (Chung et al., 2007). Nitrit oksida mampu meningkatkan aliran darah yang membawa nutrisi ke tiap jaringan sel, selain itu nitrit oksida juga dapat merangsang tubuh untuk memperoduksi hormon pertumbuhan yang berguna untuk menstimulasi pertumbuhan dan reproduksi sel yang rusak. Selain kandungan saponin, daun binahong juga mengandung flavonoid. Penelitian yang dilakukan Lodhi (2016) bahwa 22
flavonoid dapat secara langsung
membersihkan kotoran dari hasil superoksida dan oksigen rekasi tinggi yang berasal dari radikal, yang dapat menghambat konsidasi Low Density Lipoprotein ( LDL ) (Nijveldt et al., 2001). Flavonoid menunjukkan peningkatan sintesis kolagen, menurunkan degradasi kolagen, meningkatkan penyambungan kolagen, mempercepat perubahan dari kolagen soluble menjadi kolagen insoluble. Secara klinis, simpanan kolagen didalam sel yang terluka sangat penting untuk fase penyembuhan luka. Radikal bebas yang ada dan fasilitas difusi oksigen, meningkatkan drainase limfe dan sintesis kolagen, yang akan bersama-sama menyembuhkan luka (Inan et al., 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Liu (2014) dan Yin LM (2012), bahwa PNS (Panaxs Notoginseng Saponins) meningkatkan proliferasi dan migrasi fibroblast ACL Pada kondisi ini, PNS juga mengandung H2O2 yang menyebabkan sel mati dalam astrosit primer dengan mengurangi Reaktif Oksygen Species (ROS) (Zhou N, 2014).
23
BAB V PENUTUP A.
SIMPULAN Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian tentang efektifitas air rebusan daun binahong terhadap penyembukan luka perineuem pada ibu post partum di Rumah Bersalin Aesya Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang, adalah sebagai berikut: 1.
Teridentifikasinya karakteristik responden yaitu usia responden kelompok intervensi (air rebusan daun binahong) dan kelompok kontrol (bethadine) ratarata berusia 23.6 tahun. Tingkat pendidikan responden kelompok intervensi rata-rata berpendidikan, SD (31.8%), SMP (31.8%) dan SMA (31.8%). Sedangkan tingkat pendidikan kelompok kontrol sebagian besar SMA (95.5%). Pekerjaan responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga (86,4%-95,50%).
2.
Teranalisa adanya perbedaan yang bermakna antara air rebusan daun binahong dan bethadine terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu post partum. Persentase responden yang mengalami penyembuhan luka baik pada kelompok air rebusan daun binahong lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bethadine.
B.
SARAN 1. Bagi Masyarakat Penelitian ini menunjukkan bahwa air rebusan daun binahong menyebabkan penyembuhan luka yang baik dibandingkan dengan bethadine. Oleh sebab itu, sebaiknya ibu post partum dengan luka jahitan pada perineum memanfaatkannya dengan baik. Hal ini karena binahong mudah didapatkan, cara penggunaannya mudah, dan bisa dilakukan secara mandiri oleh ibu. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan, perlu memberikan pendidikan kesehatan tentang cara perawatan luka jahitan perineum saat dirumah dengan mengaplikasikan terapi komplementer untuk membantu mempercepat
24
penyembuhan luka, karena pemberian air rebusan daun binahong membuat penyembuhan luka yang lebih baik daripada bethadine. 3. Bagi institusi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan secara luas kepada institusi pendidikan, pelayanan kesehatan, dan masyarakat secara umum, untuk memberikan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi sebagian besar ibu post partum, sehingga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan mengurangi angka kejadian infeksi. 4. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan mengontrol faktor-faktor lain seperti faktor budaya setempat, faktor nutrisi, dan stressor yang mempengaruhi penyembuhan luka jahitan perineum, sehingga luka jahitan perineum akan segera sembuh, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan angka kesakitan ibu post partum dan infeksi puerperium.
25
BAB VI A. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 1. Anggaran Biaya Tabel 1. Pendanaan No
Jenis Pengeluaran
1
Gaji dan upah (honorarium)
2
Peralatan penunjang
3
Bahan habis pakai dan peralatan
4
Perjalanan
5
Lain-lain ( publikasi ilmiah)
Biaya yang diusulkan (Rp) 1.224.000 385.000 1.140.000 560.000 1.000.000 4.309.000
Jumlah 2. Jadwal Penelitian Berikut jadwal kegiatan selama 12 minggu : Tabel 4.2. Jadwal Penelitian 1 2 3 4
Rencana Kegiatan
5 6 7 8 9
Pembuatan proposal Perijinan Pembuatan
air
rebusan
daun binahong Penerapan perawatan luka dengan air rebusan daun binahong pada ibu post partum
(penelitian
ke
responden) Analisis data Pembuatan laporan hasil
26
10 11 12
DAFTAR PUSTAKA
Arati Mahishale, Ashwini Chougala and Shobana Patted. 2013. Effect of Therapeutik Ultrasiund abd Maternal Cooling Gel Pad for Perineal Pain Following Vaginal Delivery With Episiotomy.J Women’s Helath Care. https://www.omicsgroup.org/.../effect-oftherapeutic-ultrasound-and-maternal-cooling. Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC Carville K. 2007. Wound care: manual. 5th ed. Osborne Park: Silver Chain Foundation. Gurwinder Kaur a/p Gurcharan Singh, Novi Vicahyani, Hermin Aminah Usman. 2014. Effect of topical application of binahong (anredera cordifolia (Ten.). Sttenis Leaf Paste In Wound Healing Pricess In Mice. Althe medical juornal. Vol. 1 no. http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/amj/article/view/289/285 Dahlan, M.S., (2010), Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel, dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta, Salemba Medika. Davidson NS. REEDA: evaluating postpartum healing. J Nurs & Midwif. 1974; 19: 68 Dedi Ardiyanto, 2009. Uji Aktivitas Krim Ekstrak Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten) Steenis) Sebagai Penyembuh Luka Bakar Pada Kulit Punggung Kelinci, http://eprints.ums.ac.id/5168/ Fajar Kurniawan. 2013. Pengaruh salep eklstrak daun binahong ( Anredera Cordifolia) Fraksi Etanol Terhadap Kesembuhan Luka Iris Secara Fisik Pada Anjing (Canis Familiaris). http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail &act=view&typ=html&buku_id=61229 Fya firzanah. 2015. Pengaruh Mengkonsumsi Air Rebusan Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di BPS Ny. Dian Susiloririni, A.Md Keb. Nggronggot Nganjuk. Jurnal kebidanan Univ. Mayjen Sungkono Mojokerto. http://unimasd3bidan.blogspot.co.id/2013_06_23_archive.html Hill P. Effect Of Hot And Cold On The Perineum After Episiotomy/Laceration. J Obstet & Gynecol Neonatal Nurs. 1989; 18: 124-129. Hutchinson J. Phase of wound healings. [Online]. 1992 [Cited 2010 april 20]. Availabel from; URL http://www.clinimed.co.uk/wound-care/education/wound-essentials/phases-ofwound-healing.aspx Isnatin Miladiyah. 2012. Ethanolic exctract of anredera cordifolia (Ten.) Steenis Leaves Improved Wound Healing In Guinea Pig. Universa Medicina vol. 31 no 1 JanuaryApril. www.univmed.org/wp-content/uploads/2012/05/isnatin.pdf Jensen et al, 2004, Maternity Nursing (Alih Bahasa Maria A Wijayarini dkk), Jakarta, EGC
v
Lilies Kususma Wardani, Nanik Sulistyani. 2012. Uji Aktifitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera Scandens (L) Moq.). Jurnal Ilmiah Kefarmasian UAD. Tehd shigella flexeneri beserta profil kromatologi lapis tipis Khunaifi, M. 2010. Uji Aktifitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. http://lib.uin-malang.ac.id/fullchapter/03520025.pdf. Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilflavonoida dan Alkaloida. Jurnal Artikel Penelitian, (Online). http://www.usu.ac.id. Lu Yu, Jingwei Xie, Na Xin, Zhanyou Wang, (2015), Panax Notoginseng Saponins Promote Wound Repair Of Anterior Cruciate Ligament Through Phosphorylation of PI3K, AKT and ERKInt J Clin Exp Pathol.; 8(1): 441–449. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4348819/ Mahlmeister, LR, and May, KA, (1990), Maternal and Neonatal Nursing: Family Centered Care, Third Edition, Lippincot Company, Philadelphia. Manoi, F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Sebagai Obat. Jurnal Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Industri. Jurnal Artikel Penelitian, (Online). Volume 15 Nomor 1:3 Murray, S.S., Kinney, E.S. 2007. Foundation Of Maternal-Newborn Nursing, Singapore, Elsevier. Reeder Martin, Koniak, Griffin. 2012. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga Volume 1 Edisi 18. Jakarta : EGC Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Santram Lodhi, Avijeet Jain, Alok Pal Jain, Rajesh Singh Pawar, and Abhay Kumar Singhai. 2016. Effects of Flavonoids From Martynia Annua and Tephrosia Purpurea On Cutaneous Wound Healing, Avicenna J Phytomed. Sep-Oct; 6(5): 578–591. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5052421/ Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke 4. Jakarta: Sagung Seto Si YC. Li Q, Xie CE, Niu X, Xia XH and Yu CY. 2014. Chinese Herbs And Their Active Ingredients For Activating Xue (Blood) Promote The Proliferation And Diferentiation Of Neural Stem Cells And Mesenchymal Stem Cells Chin Med 2014; 9; 13 Suci Ariani. Khasiat Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi Dan Reepitelisasi Penyembuhan Luka Terbuka Kulit Kelinci http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/3250 Suci Ariani, Lily Loho, Meilany F Durry. (2013) Khasiat Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten) Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi Dan Reepitalisasi Penyembuhan Luka
vi
Terbuka Kulit http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/3250/2794
Kelinci.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D. Cetakan Ke 8. Bandung: Alfabeta. Susetya D. Khasiat Dan Manfaat Daun Ajaib Binahong Cetakan I, Yogyakarta, Pustaka Baru Press, 2012. Steen M, Cooper K. A tool for assessing perineal trauma. J Wound Care. 1997; 6: 432-436. Trestiaty oriza. 2015. Pengaruh pemberian ekstrak daun binahong (Anrederacordifolia Ten. Steenis) Terhadap Gambaran Makroskopik Penyembuhan Luka Sayat Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus). http://repository.unhas.ac.id Widya Selawa, Max Revolta John Runtuwene, Gayatri Citraningtyas 2013. Kandungan Flavonoid Dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun Binahong. Pharmacon, Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT vol. 2 no. 1 februari 2013 ISSN 23022493 http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/viewFile/1018/831 Yellia Mangan, Nina Wulandari 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker, PT AgroMedia Pustaka, Tengerang. https://books.google.co.id/books?id=TYGph70jPdQC&pg=PR2&lpg=PR2&dq=yellia+ mangan,+solusi+mencegah+kanker&source=bl&ots=yy8N9vV2og&sig=XaJX7BXL3P sy37PzUE2NvQbJFrE&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwii3sDgzMDRAhVHL48KHXBs CzQQ6AEIKjAD#v=onepage&q=yellia%20mangan%2C%20solusi%20mencegah%20 kanker&f=false Yin LM, Wang X, Qian XD, Lin XJ, Chen XH and Gao RL. 2012. Effects of Phanax Notoginseng Saponin On Proliferation And Differentiation in NIH3T3 cells. Chin J Integr Med 2012; 18:616-620 Zhuo N. Tang Y, Keep RF, Ma X and Xiang J. 2014. Anioxidative Effects Of Panax Notoginseng Saponins In Brain Celss. Phytomedicine 2014, 21:1189-1195
vii
viii
LAMPIRAN Lampiran 1. Justifikasi Anggaran 1. Honor Ketua Anggota
Material Pembelian kendil
HONOR Waktu 6 jam/minggu 6 jam/minggu
Honor/jam (Rp) 10.000 7.000
Minggu 12 12
2. PERALATAN PENUNJANG Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga satuan (Rp) 22 buah 5.000 Kertas HVS Pulpen
1 rim 3 dozen
ATK Foto Kopi & Proposal sebanyak: 5 eks 848 lbr jilid laporan Laporan sebanyak : 5 eks Subtotal 3. PERALATAN HABIS PAKAI Material JustifikasiPemakaian kuantitas
Betadine Kassa bethadine Biaya pengadaan daun binahong Handuk kecil
Untuk perawatan luka responden kontrol Untuk perawatan luka responden kontrol Untuk cebok selama 6 hari (satu responden 50 gram x 6 hari x 2 kali sehari) sebanyak 22 repsonden Untuk mengeringkan daerah perineum sebelum di rawat
Perjalanan dinas Perjalanan dinas
Material Publikasi ilmiah
Harga (Rp) 110. 000
30.500 7. 500
30.500 22.500
150
127.000 305.000
22 botol
Harga satuan (Rp) 10.000
44 box
5.000
220.000
22 x 6 (132 pack)
2.000
260.000
10.000
440.000
44
Sub total Material
Honor (Rp) 720.000 504.000 1.224.000
Harga (Rp) 220.000
1.140.000 4. Justifikasi Pemakaian
PERJALANAN kuantitas
Perijinan
2 orang x 2 kali
Harga satuan (Rp) 30.000
Transport
44 pasien
5.000
220.000
Subtotal
340.000
Harga satuan (Rp) 1.000.000
Jumlah (Rp) 1.300.000
Subtotal TOTAL
1.300.000 4.309.000
5. JustifikasiPemakaian
LAIN-LAIN kuantitas
Biaya pendaftaran, oral presentasi, hard copy jurnal
1 kali
ix
Jumlah (Rp) 120.000
Lampiran 2. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul yang telah ditandatangani A. Ketua pengusul 1. Identitas Pengusul 1 2
Nama Lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin
3
Jabatan Fungsional
4
NIP/NIK/Identitas lainnya NIDN
5 6 7
Tempat dan Tanggal Lahir E-mail
9
Nomor Telepon/HP
Ns. Kartika Wijayanti, M.Kep Perempuan Asisten Ahli 207708163 0623037602 Kendal, 23 Maret 1976
[email protected]
-/085643262579 10 Alamat Kantor Jl. Mayjend Bambang Soegeng KM 5 Mertoyudan Magelang 11 Nomor Telepon/Faks 0293326945/0293325554 12 Lulusan yang telah S1 Keperawatan= 64 orang Dihasilkan 13. Mata Kuliah yang 1. Keperawatan Maternitas Diampu 2. Ilmu Dasar Keperawatan 2 (IDK2) 3. Ilmu Dasar Keperawatan 3 (IDK3) 4. Ilmu Dasar Keperawatan 4 (IDK4) 2. Riwayat Pendidikan S-1 FIKKES UNIMUS
FK UGM
S-3 -
Keperawatan
Keperawatan Maternitas
-
Tahun Masuk-Lulus
2004-2007
2012-2015
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi
Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang ambulasi post partum dengan perilaku ambulasi dini post partum di BPK RSU Tidar Kabupaten magelang
Pengalaman ibu bekerja dalam pemberian ASI eksklusif di Lingkungan Universitas Muhammadiyah Magelang
Nama Pembimbing
Tri Hartiti, S.Kp, M.Kes Puguh Widiyanto, S.Kp
dr. Shinta Prawitasari, M.Kes, Sp.OG(K) Wenny Artanty Nisman, S.Kep, Ns, M.Kep
Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu
x
S-2
11
3. Pengalaman penelitian dalam 5 tahun terakhir No Tahun Judul 1. 2010
2. 2011
3. 2012
Sumber Dana
Gambaran kesehatan reproduksi LP3M wanita di kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Faktor–faktor yang mempengaruhi FIKES pelaksanaan IMD di Wilayah Kabupaten Magelang Hubungan pengetahuan dan sikap Mandiri tentang menopause dengan perilaku pencegahan menopause pegawai Universitas Muhammadiyah Magelang
Jumlah Rupiah) 3.500.000
(juta
3.500.000
3.000.000
4. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir Pendanaan No
Tahun
Judul Pengabdian
Sumber
Jumlah (juta rupiah)
1
Penerapan jejaring komunikasi untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi wanita
2012
LP3M
3.500.000
5. Pengalaman penulisan artikel ilmiah dalam jurnal 5 tahun terakhir No
Tahun
1.
2010
2.
2010
3
2013
Judul artikel Mencegah thromboplebitis post partum dengan terapi nanas Mengurangi nyeri persalinan dengan metode hypnobirthing Efektifitas Teknik abdominal Lifting dan Counter Pressure Dalam Mengatasi Nyeri Persalinan Fase Aktif Kala Satu
Volume/Nomor/ Tahun
Nama Jurnal Holistik Holistik
2013
Prosiding Seminar Nasional
12
13
B. Anggota pengusul 1. Identitas pengusul 1
Nama Lengkap (dengan gelar)
Dr. Heni Setyowati ER, S.Kp, M.Kes
2
Jenis Kelamin
Perempuan
3
Jabatan Fungsional
Asisten Ahli
4
NIP/NIK/Identitas lainnya
937008062
5
NIDN
0625127002
6
Tempat dan Tanggal Lahir
Magelang, 25 Desembar 1970
7
E-mail
[email protected]
9
Nomor Telepon/HP
081227085096
10
Alamat Kantor
Jl. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan
11
Nomor Telepon/Faks
(0293)326945
12
Lulusan yang telah Dihasilkan
S-1 = 71 orang
13.
Mata Kuliah yang Diampu
1. Keperawatan Maternitas 2. Riset Keperawatan 3. Ilmu Dasar Keperawatan 1 (IDK1) ) 4. Manajemen Keperawatan 5. Bethadine
2. Riwayat Pendidikan Nama PT Bidang Ilmu Tahun Masuk Tahun Lulus Judul Skripsi/Tesis/Di sertasi
Pembimbing
S1 UI Keperawatan 1995 1998
S2 UGM KIA-KESPRO 2003 005
S3 UI Keperawatan Maternitas 2010
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan mahasiswa AKPER yang akan masuk klinik pertama
Kadar Hemoglobin dan prestasi belajar remaja putir di SMA/MA Kabupaten magelang
Dewi Irawaty, MA
1. Prof. Dr. Dr. Moh. Hakimi, Sp.OG(K), Ph.D 2. dr. Rukmono,
Pengembangan intervensi keperawatan mandiri modified pain digital acupressur (MPDA) dan pengaruhnya terhadap kenyamanan, proses, serta lama persalinan pada ibu bersalin primipara 1. Prof. Dr. Drg. Heriandi Sutadi, Sp. KGA, Ph.D 2. Dra Setyowati, S.Kp, MappSc, Ph.D 3. Prof. Dr. Ir Raldi Artono
14
Sp.OG(K), M.Kes
Koestoer, DEA
3. Pengalaman penelitian dalam 5 tahun terakhir No 1
Tahun 2011
2
2013
3
2014
Judul Penelitian Pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai UMM dalam menghadapi menopause Kebutuhan Ibu Bersalin Untuk Mengatasi Nyeri Persalinan Pengalaman Ibu Dalam Mengelola Nyeri Persalinan di Daerah Jawa Tengah Indonesia
Sumber Dana Fakultas
Penelitian Mandiri Penelitian Mandiri
Jumlah Dana 3.000.000
3.000.000 3.000.000
4. Pengalaman pengabdian dalam 5 tahun terakhir No Tahun 1
2012
Judul Pengabdian
Sumber Dana
PendidikanKesehatanTentangKesehat
UMM
Jumlah Dana 3.000.000
anReproduksiRemaja 2
2011
PendokumentasianAsuhanKeperawat anBagi
Perawat
RS
RS Harapan dan 4.000.000
Harapan, Fakultas
Kabupaten magelang 3
2013
Penatalaksanaan
Dokumentasi RSUD Tidar
3.500.000
Keperawatan 5. Pengalaman penulisan artikel ilmiah dalam jurnal 5 tahun terakhir No Judul artikel 1 Kebutuhan Ibu untuk Mengatasi Nyeri Persalinan 2 Waspadai dismenorrhea 3 Strategi Menghadapi Menopause 4 Pijat Perineum untuk Menghindari Laserasi Perineum 5 Upaya Meningkatkan Pemberian Asi Eksklusif 6 Efektifitas Teknik abdominal Lifting dan Counter Pressure Dalam Mengatasi Nyeri Persalinan Fase Aktif Kala Satu
Volume/Nomor/Tahun
Nama jurnal Jurnal Ipemi Jateng
Vol I/No.1/Jan 2010
Holistik Holistik Holistik
Vol I/No.1/Jan 2011
Holistik
2013
Prosiding Seminar Nasional
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24