3 Penelitian
Bersama UKM
21
Penelitian Pembakaran Batubara | Sumarjono
Bermula dari Silaturahmi ke Daerah Tak pernah terpikirkan dalam benak saya bahwa suatu saat, setelah saya pulang dari Australia, justru saya akan bertualang mengelilingi Indonesia. Masuk dari satu desa ke desa lainnya. Bertemu dengan beragam budaya. Bertemu orang dari pelbagai suku, daerah, dan corak budaya. Ini tidak lain adalah hasil penelitian di Cikarang yang menggema ke daerah-daerah lain. Tahun itu, pada tahun 1990-an, ada rasa senang ketika saya ditugaskan melakukan penelitian yang hasilnya digunakan langsung oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dikerjakan oleh masyarakat. Ada rasa syukur, ketika hasil jerih payah kita bermanfaat bagi orang lain. Tahun-tahun itu, saya fokus meneliti Batu bara. Tahun di mana penelitian begitu menyenangkan. Ketika Pemerintahan Daerah berduyun-duyun melakukan kerja sama dengan kami, para Peneliti tekMira. Diajukan namanama UKM yang harus kami bimbing. Ini merupakan hal baru bagi saya, bagaimana harus membimbing UKM. Membina UKM memiliki tantangan tersendiri. Tujuan dari penelitian saya di UKM adalah agar UKM dapat menggunakan teknologi yang berkualitas guna menghasilkan produk yang berkualitas pula. Dari pelaku UKM, saya banyak sekali mendapat pelajaran berharga yang berguna untuk Peneliti. Ada beberapa wilayah yang saya kunjungi dalam rangka untuk mendukung UKM. Kegiatan itu dikoordinir oleh Pemerintah Daerahnya masing-masing. Beberapa diantaranya dengan Dinas Pertambangan Propinsi Jawa Tengah, Dinas Perindustrian Kabupaten Tegal, Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Timur, Dinas Perindustrian Kabupaten Sarolangun, Bangko, dan Dinas Perindustrian Kota Bekasi. Kemudian juga Bengkulu, Lampung, Banten, Sukabumi, Plered, Jatiwangi,Tasikmalaya, Wonogiri, Rembang, Jember, Ambulu. Pemanfaatan hasil penelitian untuk UKM umumnya terselenggara atas fasilitas dari Pemda, namun terkadang ada juga masyarakat yang dengan antusias datang kepada tekMira. Tentunya, saya siapkan semaksimal mungkin ilmu dan hasil penelitian untuk diterapkan. Hasil penelitian tersebut dimanfaatkan untuk pembakaran bata, genteng, dan kapur di industri kecil, juga beberapa UKM.
22
Penelitian Bersama UKM
Sebenarnya, tugas utama kami adalah memberikan bimbingan proses pembakaran agar hasilnya memuaskan. Tapi, dalam perjalanannya, kami juga belajar banyak hal dari mereka. Ada ilmu-ilmu yang ternyata tidak kita dapat dalam dunia akademik dan baru kita dapat, ketika terjun di masyarakat. Memang, tugas melakukan bimbingan di desa tak semudah dibayangkan. Karenanya, semuanya membutuhkan proses. Proses ini yang sangat menyenangkan sekaligus menegangkan. Menyenangkan karena kita bertemu masyarakat, dan hasil penelitian kita bermanfaat. Menegangkan karena kehadiran kita di sana belum tentu diterima atau bahkan mengalami kegagalan karena di tiap daerah teknik yang harus diterapkan berbeda-beda. Arti gagal di UKM adalah di cibir, di sorak, cemooh sehingga keringat dingin dibuatnya. Untuk mengatasi hal ini diperlukan pendekatan-pendekatan khusus. Kita datang sebagai mitra, bukan sebagai pengajar. Hilangkan kesan menggurui di hadapan masyarakat. Dengan itu, pintu rumah mereka akan terbuka lebar. Bahkan, kita bisa belajar banyak dari mereka. Anggapan bahwa orang kota itu sok tahu dan kurang ilmunya memang harus kita terima pada awalnya.
Pendekatan Non-Formal dengan Keilmuan Formal Untuk masuk ke arena UKM, ada pendekatan khusus. Kita bertemu dengan para tokohnya. Kita duduk bersama. Kita makan bersama. Itulah yang namanya silaturahim. Semua dilakukan dalam suasana informal. Kita mengobrol, diskusi, lama-lama kesan menggurui ‘orang kota’ itu akan hilang. Yang paling penting dalam melakukan penelitian dengan UKM ialah kita dekat dulu dengan mereka. Kehadiran kita menjadi bagian dari mereka. Barulah setelah itu, kita masuk pada penerapan hasil penelitian kita melalui contoh-contoh cerita sukses di daerah –daerah lain. Ini namanya “ serangan pinggir.” Setelah serangan-serangan pinggir berhasil, kita masuk gelanggang. Menerima berbagai pertanyaan dan memberi jawaban-jawaban yang memuaskan tokoh-tokoh UKM tersebut. Setelah uji coba berhasil memuaskan kondisi akan berbalik, kehadiran kita di elu-elukan dan mendapat sebutan “Bapak Guru” ini adalah salah satu buah manis dari kegiatan penelitian.
23
Penelitian Pembakaran Batubara | Sumarjono
Membimbing UKM dengan Penerapan Teknologi Tepat Guna Teknologi dan proses-proses di UKM dikembangkan atau berkembang berdasarkan pengalaman yang turun temurun bertahun-tahun. Pada umumnya perkembangannya telah mencapai standar yang “dapat diterima oleh pasar setempat” yaitu masyarakat sekitar. Tentunya standar tersebut akan dapat bertahan jika tidak ada kompetitor. Kompetisi dapat datang dari pihak-pihak yang lebih unggul dan keunggulan tersebut tidak dimiliki oleh kalangan UKM. Hal penting yang belum dimiliki oleh UKM adalah sentuhan-sentuhan yang lebih ilmiah dan teknologi yang lebih tinggi. Jadi untuk meningkatkan standar produk UKM diperlukan bantuan dukungan teknologi yang lebih maju yang dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, kualitas, penampilan yang selalu “up to date “dan syarat-syarat lain dalam ilmu marketing modern. Hal ini penting dengan trend globalisasi yang semakin cepat saat ini. Jika UKM kita dibiarkan sendiri tanpa pembinaan lama kelamaan akan mendapatkan resiko “menghilang dari peredaran”. Biasanya yang dapat bertahan adalah produk-produk yang spesifik dikelola oleh SDM yang spesifik, bersumber dari bahan baku khusus dari daerah tertentu yang khas.
Penuh Tantangan Seperti yang saya kisahkan bahwa banyak UKM di daerah-daerah yang bekerja sama dengan tekMira. Dalam proses kunjungan saya ke daerah-daerah itu, Alhamdulillah, hampir setiap Provinsi di Indonesia, kaki ini telah menjejak di sana. Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan masih banyak lagi. Dalam proses ini, ada hal yang menarik pada tiap daerah, khususnya tentang penggunaan bahasa daerah. Di pelosok-pelosok desa, tentunya masih banyak masyarakat yang berbicara dengan bahasa daerahnya masing-masing. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami. Bagaimana rasanya, saya masuk ke dalam suatu wilayah dan harus menjelaskan dengan bahasa kita, dan dapat dimengerti oleh mereka. Di sisi lain, kita harus mengerti apa yang dijelaskan mereka dengan bahasa masingmasing. Bahasa ini memang unik.
24
Penelitian Bersama UKM
Mengerti bahasa daerah adalah salah satu modal seorang peneliti. Tak jarang, mereka menggunakan campuran bahasa isyarat untuk menjelaskan sesuatu. Masing-masing bahasa punya kekhasan tersendiri. Perbendaharaan bahasa daerah memang kurang mengakomodasi penjelasan-penjelasan istilah teknik dan ilmiah. Kalau saya bisa bahasa derah tersebut, saya jelaskan dengan bahasa daerah tersebut. Sebagai contoh, saya menjelaskan makna “konsentrasi terlarut” pada saat berada di sentra industri gula merah di Jawa Barat. Dalam bahasa sunda, istilah ilmu-ilmu kimia sulit ditemukan dalam perbendaharaan katanya. Jadi bagaimana? Akhirnya saya menggunakan bahasa isyarat yang digabung dengan bahasa sunda. Untuk menjelaskan ‘konsentrasi’ saja, saya bilang “eta nu samisal gula lebet kana cai." Karena mau bagaimana lagi, tak ada kosakata konsentrasi dalam bahasa sunda. Selain itu, memang, bahasa daerah memiliki keterbatasan dalam menjelaskan beberapa istilah ilmiah. Misal, mencair dan melebur berbeda artinya. Namun, dibahasa sunda, itu bisa menjadi sama, Karenanya, selain perlu menguasai bahasa, kita juga perlu memberi isyarat-isyarat agar mereka mengerti. Kita juga harus mengerti istilah-istilah dalam bahasa Sunda: marong, ruhay, ruhak, cemong, geunek, dll.
Keberhasilan, Buah Manis dari Ketekunan Ada beberapa pengalaman penerapan hasil penelitian pada masyarakat dan pelaku UKM di desa-desa yang saya terlibat langsung di dalamnya. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, ada pengalaman-pengalaman dimana masyarakat ternyata menolak kami yang datang ingin membantu mereka. Tapi, pada akhirnya, Alhamdulillah, kami diterima dan semoga hal ini bermanfaat. Pernah, saat pembimbingan mengenai pembakaran genteng dan bata untuk UKM di daerah Cikarang. Masyarakat dan pelaku UKM ternyata ‘memboikot’ kami. Mereka tidak bersedia mendukung penelitian yang akan dilakukan. Akhirnya kami coba diskusi dengan beberapa orang, namun kami hanya
25
Penelitian Pembakaran Batubara | Sumarjono
berhasil mengajak satu orang saja. Sisanya bersungut-sungut dengan program penelitian kami dan menganggap ini adalah kegiatan yang mubazir. Mereka, masyarakat desa menganggap bahwa orang kota itu tak tahu apaapa tentang pekerjaan pembuatan batu bata dan genteng kecuali hanya petantang petenteng dengan banyak instruksi yang “aneh-aneh” bagi mereka. Hanya satu orang tadi yang kami bimbing melakukan pembuatan genteng selama tiga bulan. Eh, ternyata hasilnya bagus sekali. Kualitas bata dan gentengnya jauh lebih bagus dibandingkan yang menggunakan kayu bakar. Karena asap batu bara yang selama ini mengakibatkan bata-genteng menjadi kusam (geunek) dengan teknik pembakaran batu bara yang benar dapat dibakar dengan baik, menimbulkan energi dan panas yang menaikkan mutu bata-genteng. Barulah, setelah masyarakat melihat hasilnya, mereka semua pada datang dan malah menggunakan batu bara untuk pembakarannya. Selain pembakaran genteng dan bata di Cikarang, kami juga melakukan pembimbingan pembakaran kapur di Tasikmalaya dan Padalarang, Jabar. Saat di Tasikmalaya, kejadian yang mirip di Cikarang terjadi lagi. Mereka mengeluh karena sudah pernah mencoba membakar dengan batu bara, namun tidak berhasil. Mengetahui kami datang dengan pembakaran batu bara, ya terang saja mereka tidak semangat. Pernah gagal dengan batu bara membuat mereka resistant. Setelah saya pelajari, sebenarnya akar masalahnya adalah mereka tidak berhasil membakar batu bara dengan cepat, karena menggunakan batu bara bongkahan, berbeda dengan pembakaran batubata/genteng, untuk membakar kapur perlu temperatur tinggi diatas 900oC, jadi harus menggunakan batu bara tepung, khususnya untuk tungku-tungku kapur di Tasikmalaya yang berupa tungku pendam. Dengan tungku seperti ini maka batu bara tepung dengan teknik co-firing dengan kayu bakar menghasilkan efisiensi energi yang jauh lebih besar, kematangan kapur yang baik dengan waktu yang lebih cepat. Secara kimia, asap dari pembakaran batu bara adalah sumber energi juga. Jika kita bisa mengelola pembakaran sehingga menekan jumlah asap yang
26
Penelitian Bersama UKM
muncul, maka akan kelihatan manfaat nyata dari batu bara. Inilah yang menjadi entry point kami ketika itu. Kita berupaya menunjukkan bagaimana cara mengelola pembakaran dengan baik sehingga hasil pembakarannya lebih bersih dan pemanfaatan energinya optimal. Sebelumnya, pembakaran dengan batu bara malah merusak produk mereka karena genteng yang mereka produksi jadi hitam dan leleh atau berubah bentuk akibat asap. Dengan membuktikan hasil yang lebih baik melalui pembakaran batu bara yang efisien, barulah mereka bersedia untuk dibimbing. Ada juga pengalaman saya di Kebumen. Ketika itu kasusnya adalah pembakaran genteng dan batu bata dengan batu bara. Kejadiannya kurang lebih sama. Pembakaran yang dilakukan selama ini boros dan berasap. Lalu dikenalkan hasil penelitian yang sudah kita lakukan. Menyaksikan pembakaran yang bersih dan hemat energi melalui teknik cofiring batu bara dengan kayu, mereka pun sangat senang dan menyambut metode yang kita tawarkan. Terlebih lagi produk genteng dari hasil pembakaran dengan batu bara suara ketukannya lebih nyaring, menunjukkan mutu yang lebih baik. Lain lagi dengan pengalaman di Bengkulu, di sentra industri gula merah. Sesuai dengan kondisi batu bara setempat, jenis “high volatile C bituminous”, kami gunakan tungku pirolisis pemanas ganda, sehingga asap batu bara yang banyak dapat dibakar dengan baik, menghasilkan proses pengentalan nira yang cepat dan efisien dengan produk gula yang kering dan manis. Sebelum waktu ashar, proses sudah beres. Hal ini betul-betul menggembirakan orangorang desa di sana. Biasanya mereka bekerja sampai maghrib, sesuatu yang tidak di sukai, mereka ingin sebelum maghrib badan sudah mandi, bersih, wangi siap beribadah, sesuai dengan adat di daerah Bengkulu. Biasanya produk gula mereka agak lembab dan agak sedikit asam. Itu adalah akibat pemasakan yang terlalu lama karena kayu bakar kurang baik. Kayu bakar yang baik mahal harganya. Dengan pemasakan yang terlalu lama, nira mengalami fermentasi yang menghasilkan cuka. Dengan adanya cuka, gula sulit kering dan kurang manis. Para pengrajin berterimakasih dengan ilmu baru itu. Ada juga yang diam saja, mungkin pikirannya, ini orang-orang kota petantang-petenteng tapi
27
Penelitian Pembakaran Batubara | Sumarjono
bisa juga bikin gula yang baik.... Itulah sedikit sentuhan ilmiah, kualitas proses dan produk di UKM dapat ditingkatkan.
Kendala yang Masih Menghantui Untuk sosialisasi lebih lanjut pemanfaatan batu bara untuk UKM mendapatkan kendala yang cukup berat, kendala tersebut adalah: 1. Pasokan dan distribusi batu bara Walaupun Indonesia mempunyai cadangan batu bara yang cukup banyak, tetapi setelah ekspor besar-besaran beberapa tahun, sekarang yang tersisa adalah batu bara peringkat rendah, setidaknya itulah yang sekarang beredar di pasaran dalam negeri. Kadang-kadang masih dioplos lagi dengan tanah penutup tambang atau kotoran lain karena harga jual di dalam negeri rendah. 2. Daya beli energi lemah Daya beli energi kalangan UKM bahkan juga industri menengah rendah karena adanya sumber-sumber energi lain yang murah, seperti: •
Gas elpiji 3 kg yang disubsidi
•
Kayu bakar yang bebas dikumpulkan dari mana saja, tidak perlu investasi untuk menanamnya.
•
Bahan bakar dari limbah, seperti potongan-potongan sandal, ban bekas, sampah-sampah polimer, dll walaupun menimbulkan polusi saat pembakarannya.
Hikmah Meneliti Bersama UKM Ajang Pengasahan Naluri Kepenelitian Saya Sifat proses produksi di UKM relatif lebih manual, oleh karenanya peralatan dan prosesnya lebih bersifat telanjang sehingga dengan jelas dapat dipelajari secara visual. Berinteraksi dengan UKM, khususnya pengembangan teknologi pembakaran batu bara di UKM selama bertahun-tahun telah memberi banyak pengalaman visual yang tentunya tidak secara lengkap digambarkan dalam buku-buku literatur. Kita bisa mendapatkan visualisasi, bagaimana:
28
Penelitian Bersama UKM
•
Api keluar dari batu bara
•
Interaksi api batu bara dengan udara pembakar
•
Radiasi api batu bara, udara pembakar, interaksi dengan lingkup sekitarnya dalam dapur pembakaran
•
Perubahan tekanan dengan radiasi dan draft
•
Aliran panas dalam rancangan dapur
•
Pengaruh draft cerobong, damper, akumulasi temperatur
•
Pengaruh draft, tekanan udara, sifat reduksi, oksidasi dan akibat terhadap refraktory
•
Dan banyak lagi peristiwa-peristiwa fisika dan kimia pembakaran
Dengan mengkombinasikan visualisasi tersebut dengan background ilmu-ilmu fisika, kimia dan batu bara maka kegiatan-kegiatan tersebut bisa jadi lebih nampak terang benderang dan sungguh mengasyikkan. Parameter-parameter tersebut menunjang dan meningkatkan ketelitian dalam pekerjaan-pekerjaan desain dan rekayasa unit-unit pembakar, oven, dapur dan kombinasi-kombinasinya. Pengalaman-pengalaman ini dapat memperkaya wawasan keilmuan dan lebih mempertajam naluri untuk pekerjaan-pekerjaan penelitian dan pengembangan. Saya belajar banyak dari para operator UKM di lapangan yang meskipun bekal pendidikan mereka relatif kurang tetapi nalurinya betul-betul terasah. Naluri yang saya maksud dalam hal ini adalah pemahaman yang sudah menyatu dengan perasaan kita. Dengan begitu, orang yang memiliki naluri tinggi dalam satu bidang, ia hanya perlu melibatkan perasaannya saja untuk menentukan suatu ukuran. Sebagai contoh, untuk mengetahui pembakaran genteng, bata, atau kapur dalam tungku sudah final dengan produk yang sudah matang, atau masih memerlukan pembakaran lebih lanjut. Seorang peneliti biasanya menggunakan alat pengukur panas berupa thermokopel, atau termometer optik dengan kriteria besaran panas tertentu. Untuk pelaku di industri kecil, peralatan ini tidak dikenal. Ternyata mereka juga mampu untuk mengetahui dengan akurat, kapan barang-barang tersebut sudah matang
29
Penelitian Pembakaran Batubara | Sumarjono
untuk menghentikan pembakaran. Indikator-indikator yang biasa dipakai antara lain: •
Bayangan aliran gas panas: dilihat volumenya, intensitas getarannya, distribusinya di permukaan tungku;
•
Indikator warna, kombinasi warna-warna, tingkat kecerahan, tingkat silau ke mata;
•
Pantulan suara. Bata, genteng, atau kapur dapat memberikan bunyi jika dipukul, diketuk, atau dijatuhkan dan ternyata bunyi yang dihasilkan dapat memberi indikasi tingkat kematangan.
•
Bantuan air ludah; Kadang-kadang pengrajin meludah ke dalam tungku yang panas. Ternyata dia mengamati intensitas buih yang terjadi dan kecepatan menguapnya air ludah di permukaan tungku, untuk kemudian dapat memutuskan berapa jam lagi pembakaran dihentikan.
Jadi, pelaku di industri kecil ternyata juga mampu untuk melakukan evaluasi suatu proses pembakaran tanpa menggunakan alat-alat ukur. Indikatorindikator di atas dievaluasi secara integral menghasilkan keputusan yang cukup akurat. Kadang-kadang cara ini lebih unggul karena bersifat “bulky test”, sedangkan pengukuran dengan alat ukur kadang-kadang bersifat ‘spot test’ jika kurang seksama sehingga kurang representatif untuk “bulk sample”. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang yang tidak sekolah pun, ternyata dikaruniai akal dan naluri yang dapat dipertajam melalui pengalaman yang panjang. Pada umumnya perajin UKM di pedesaan hanya mengenyam pendidikan SD dan itu pun banyak yang tidak tamat. Ternyata, pendidikan kognitif tidak memberikan kesempatan kepada kita mengasah naluri tadi. Sedangkan mereka yang sehari-hari terlibat dengan pekerjaan yang sama bisa menyatukan perasaan mereka sehingga nalurinya terbangun dari kuatnya pengalaman. Sepanjang proses, inilah yang saya rasakan, semakin lama, semakin terasa. Saya rasa, mungkin inilah salah satu bentuk keadilan Tuhan. Ia memberikan kesempatan kepada kita yang menempuh pendidikan memahami seluk-beluk
30
Penelitian Bersama UKM
ilmu. Lalu memberikan kesempatan kepada mereka yang tidak banyak belajar keilmuan tetapi bisa mendalami nalurinya. Bagi peneliti, naluri itu penting sekali kita asah karena amat membantu kita pada setiap tahap penelitian. Mulai dari mencari ide hingga menguji hasil penelitian. Mengasah naluri penelitian hanya bisa kita peroleh dengan ketekunan dan juga pengalaman penelitian khususnya pengalaman visual. Kombinasi naluri yang kuat dan background ilmu pengetahuan yang mumpuni dan pengalaman yang baik menghasilkan perpaduan yang sangat bagus. Ketiganya saling mengisi, membentuk landasan yang kuat untuk penelitian dan pengembangan, khususnya pengembangan proses dan rekayasa. Dengan landasan yang kuat ini, kegagalan desain,rekayasa dan proses dapat diminimalisasi menghasilkan produktifitas kerja litbang yang lebih tinggi. Inilah nantinya yang akan melancarkan proses dan manajemen penelitian untuk selalu “on the right track” Namun, jangan sampai dilupakan bahwa seorang peneliti itu adalah pemantau proses. Kita harus terlibat dan terjun langsung dari awal hingga penelitian selesai. Sebab, mata seorang peneliti tak dapat digantikan oleh orang lain. Kita tidak bisa menitipkan proses penelitian pada orang lain. Semua proses harus dilalui dan dihayati bahkan dinikmati. Kita, peneliti adalah prosesor, bukan sekedar sensor. Pengalaman yang baik adalah pengalaman yang sudah diolah oleh prosesor yang berkualitas. Setelah melewati proses panjang, barulah kita simpulkan sendiri hasil penelitian tersebut.
“Menemukan” Cyclone Burner Selama di UKM, ada kecenderungan pasokan batu bara kalori agak tinggi semakin langka, sehingga semakin sulit untuk memperoleh batu bara bongkahan. Setelah batu bara kalori tinggi habis diekspor, yang tersisa untuk konsumsi dalam negeri adalah batu bara peringkat rendah yang bernilai kalori rendah. Batu bara jenis ini mudah hancur menjadi butir-butir halus selama transpor dan handling. Perlu teknologi lain untuk memanfaatkan batu bara jenis ini. Saya tertarik untuk memanfaatkan teknik pembakar siklon dari Babcock, Wilcox. Tetapi teknik ini tidak bisa digunakan untuk membakar
31
Penelitian Pembakaran Batubara | Sumarjono
batu bara peringkat rendah, walaupun unggul dalam turbulensinya. Jadi diperlukan beberapa penyesuaian dari teknologi ini untuk dapat digunakan membakar batu bara peringkat rendah Indonesia. Untuk maksud ini di buat alat pembakar siklon seperti gambar berikut. Dilengkapi dengan blower dan corong pemasukan batu bara.
Gambar prototipe awal pembakar siklon
Selama percobaan dengan dibantu beberapa teknisi, hasilnya belum stabil. Kadang-kadang tidak menyala, atau tiba-tiba menyala, menghilang kembali, gelap, berasap. Tetapi berkat pengalaman main api batu bara beberapa tahun di UKM, hal-hal tersebut tidak menyurutkan semangat untuk terus dicoba. Suatu saat kena juga rahasianya, interaksi tepung batu bara dengan kayu yang terbakar dengan sisa arangnya adalah makanan yang dicari tepung batu bara peringkat rendah. Kejadian ini ternyata bersifat kebetulan, karena setelah di ulang-ulang di hari lain di tempat lain tidak selalu dapat berulang dengan baik. Jadi tugas kami adalah mencari akar utamanya sehingga dengan pedoman utama tersebut pembakaran batu bara peringkat rendah dengan pembakar siklon akan selalu berhasil, di mana saja, kapan saja. Disinilah kemampuan seorang peneliti diuji untuk dapat mengamati fenomena yang terjadi, mengurai parameter-parameter penentunya, dan
32
Penelitian Bersama UKM
mengendalikan parameter-parameter tersebut sehingga dapat bersinergi untuk menghasilkan proses pembakaran batu bara peringkat rendah dalam pembakar siklon dengan stabil. Salah satu keberhasilan yang menentukan saat itu adalah suatu kebetulan. Saat itu tepung batu bara yang di miliki berukuran -30 mesh, karena kebetulan alat giling batu bara yang dimiliki hanya menghasilkan tepung -30 mesh langsung. Ternyata sampai bertahun-tahun kemudian parameter ini masih tetap berlaku, tidak bisa terlalu kasar atau terlalu halus yang mengakibatkan api mati. Selanjutnya terus dilakukan penelitian-penelitian lanjutan untuk meneliti parameter-parameter lainnya sehingga pembakar siklon dengan sebagian besar karakteristiknya telah diketahui, dan kemampuan mendesain, membuat SOP-nya, telah dimiliki untuk berbagai jenis pembakar siklon. Dengan mengandalkan pengalaman-pengalaman di UKM, dilatar belakangi keilmuan dan teknologi yang relevan disertai dengan naluri yang menuntun dan doa kepada Yang Maha Berilmu maka teknik pembakar siklon telah berkembang dengan cepat mulai dari skala mini 4-8 kg sampai 6000kg/jam atau lebih untuk melayani berbagai jenis fasilitas industri di berbagai jenis industri. Di kembangkan pula peralatan penunjang pembakar siklon dan asesoris-asesorisnya.
33