Topik Utama PENELAAHAN BESARAN SUBSIDI BIODIESEL Agus Nurhudoyo Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi
[email protected],
[email protected]
SARI Pemanfaatan biodiesel untuk dicampurkan pada bahan bakar solar merupakan mandatori, dengan implementasinya saat ini sudah berjalan baik di sektor transportasi PSO, yaitu BBN jenis biodiesel yang dicampurkan ke dalam solar bersubsidi sebesar 10 % atau B-100 per September 2013 yang didistribusikan oleh PT. Pertamina. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan masukan agar realisasi dari mandatori biodiesel yang masih rendah dapat ditingkatkan, dengan pemahaman bahwa nilai besaran untuk subsidi biodiesel pada tingkat yang wajar dan merangsang dunia usaha biodiesel. Metodologi yang digunakan adalah dengan mengambil data dari berbagai sumber, mengadopsi dari peraturan perundang-undangan yang terkait dan melakukan analisis dengan menggunakan regresi linier. Hasil analisis menunjukkan realisasi subsidi harga biodiesel pada tahun 2013 berkisar antara Rp 3.823,-/liter hingga Rp 5.750,/liter, lebih tinggi dari asumsi pemerintah Rp 3.000,-/liter, walaupun untuk realisasi total subsidi untuk diesel (solar dan biofuel) sebesar Rp 46,197 trilyun, lebih kecil dari alokasi yang direncanakan sebesar Rp 56,3019 trilyun. Realisasi volumenya sebesar 884.453 kl, lebih rendah dari alokasi yang direncanakan sebesar 1,5 juta kl. Untuk itu, perlu dilakukan penyesuaian untuk besaran subsidi biodiesel tahun anggaran 2014 dan 2015, rata-rata sebesar Rp 4.680,-/liter, sehingga akan tetap menarik untuk iklim usaha biodiesel. Kata kunci : biodiesel, mandatori, BBN, subsidi
1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang
pemanfaatan biodiesel (B100) sebagai campuran BBM. Adapun pentahapannya dapat terlihat pada Tabel 1.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) Nomor 25 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Permen Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain, diterbitkan dalam rangka mendukung kebijakan ekonomi makro dan mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM). Dalam Permen tersebut diamanatkan adanya pentahapan kewajiban minimal
Pada saat ini kapasitas terpasang pabrik biodiesel sebesar 5,6 juta kl/tahun dari 25 produsen biodiesel yang masih aktif berproduksi sebanyak 14 produsen dengan kapasitas 4,6 juta kl/tahun. Produksi biodiesel pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 2,8 juta kl, naik 24% dibanding produksi biodiesel tahun 2012 sebesar 2,2 juta kl. Pemanfaatan biodiesel dari tahun 2010 ke tahun 2011 meningkat cukup signifikan, sejalan dengan pelaksanaan mandatori
Penelaahan Besaran Subsidi Biodiesel ; Agus Nurhudoyo
27
Topik Utama pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) dengan tingkat pemanfaatan untuk di dalam negeri sebesar 30% sampai dengan 40 % sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Dengan tingkat produksi biodiesel yang masih di bawah kapasitas terpasang, maka masih terbuka peluang pemanfaatan biodiesel dalam negeri untuk mensubstitusi BBM solar yang saat ini impornya cukup tinggi. Implementasi mandatori pemanfaatan BBN yang sudah
berjalan baik di sektor transportasi Public Service Obligation (PSO), yaitu BBN jenis biodiesel yang dicampur dengan solar bersubsidi sebesar 7,5% atau B-7,5 yang didistribusi oleh PT. Pertamina. Pada tahun 2012, BBN yang dimanfaatkan melalui pencampuran dengan BBM mencapai 669 ribu kl atau meningkat hampir 2 kali Iipat dari tahun 2011, yaitu 358 ribu kl. Pada tahun 2013, Pemerintah menargetkan peningkatan persentase pencampuran sebesar 10%, setara dengan 1,5 juta kl.
Tabel 1. Pentahapan kewajiban minimal pemanfaatan biodiesel (B-100) sebagai campuran bahan bakar minyak Sektor
September 2013
Januari 2014
Januari 2015
Januari 2016
Januari 2020
Januari 2025
Transportasi, PSO
10%
10%
10%
20%
20%
25%
Transportasi, Non PSO
3%
10%
10%
20%
20%
25%
Industri
5%
10%
10%
20%
20%
25%
7,5%
20%
25%
30%
30%
30%
Pembangkit Listrik
3.000
Produksi
Ekspor
2.500
2.221
2.000
Ribu kL
2.805
Domestik
1.812
1.757
1.453
1.500
1.552 1.048
1.000 500
669 190
70 119
0 2009
243
223
359
20 2010
2011
2012
2013*
(Sumber : Ditjen EBTKE, 2013)
Gambar 1. Produksi dan pemanfaatan biodiesel
28
M&E, Vol. 12, No. 1, Maret 2014
Topik Utama Pada tanggal 16 Agustus 2013, pemerintah menyerahkan Rancangan APBN tahun anggaran 2014 terkait mendukung pelaksanaan mandatori BBN, pemerintah telah menyediakan alokasi subsidi untuk pemanfaatan biodiesel di sektor transportasi PSO sebesar Rp 3.000,-/liter dan bioetanol Rp 3.500,-/liter, di mana subsidi energi kembali menjadi salah satu pos pengeluaran pemerintah pusat terbesar yang nilainya mencapai Rp 284,66 trilyun, atau sekitar 23,14 % dari pengeluaran total pemerintah pusat. Dari jumlah tersebut, subsidi BBM mendapatkan porsi sebesar Rp 194,89 trilyun, dengan subsidi untuk diesel (solar dan biofuel) sebesar Rp 56,3019 trilyun. Rancangan APBN tersebut telah dituangkan dalam Nota Keuangan RAPBN Tahun Anggaran 2014 dan telah ditetapkan dalam UndangUndang Nomor 23 Tahun 2013 tentang APBN Tahun Anggaran 2014. b. Tujuan Tujuan tulisan ini adalah memberikan masukan agar realisasi dari mandatori biodiesel yang masih rendah dapat ditingkatkan, dengan pemahaman bahwa nilai besaran untuk subsidi biodiesel pada tingkat yang wajar dan merangsang dunia usaha biodiesel. c. Metodologi Metodologi yang digunakan dalam studi ini adalah dengan mengambil data dari berbagai sumber, mengadopsi dari peraturan perundangundangan yang terkait dan melakukan analisis dengan menggunakan regresi linier serta membuat kesimpulan dan saran sebagai rekomendasi. 2. PENGHITUNGAN HARGA BIODIESEL Penghitungan harga indeks pasar BBN atau biodiesel yang dicampurkan ke dalam bahan bakar solar ditetapkan dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen
ESDM) No. 0219.K/12/MEM.2010 tentang Harga Indeks Pasar Bahan Bakar Minyak dan Harga Indeks Pasar Bahan Bakar Nabati (Biofuel) yang dicampurkan ke dalam Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu, dengan ketentuan sebagai berikut : "Untuk jenis Biodiesel, didasarkan Harga Patokan Ekspor Biodiesel dari minyak sawit (Fatty Acid Methyl Ester) yang ditetapkan Menteri Perdagangan setiap bulan dengan faktor konversi 870 kg/m3 (delapan ratus tujuh puluh kilogram per meter kubik)". Faktor konversi di atas telah memperhitungkan unsur-unsur biaya produksi biodiesel, yang dilihat dari barbagai proses produksi dan harga CPO (Crude Palm Oil), biaya produksi biodiesel dengan kriteria biaya produksi rendah dan skala produksi yang tinggi dapat dilihat pada Gambar 2. Besaran subsidi harga BBN ditetapkan sesuai dengan Permen Keuangan No. 217/PMK.02/ 2011 tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran dan Pertanggungjawaban Subsidi Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu, dengan formula sebagai berikut : SH SHL SH SHL V HJE
= SHL x V = ((HJE BBM - PPN - PBBKB) - HP BBM) = Subsidi Harga = Subsidi Harga per Liter = Volume Jenis BBM Tertentu (liter) BBM = Harga Jual Eceran BBM Tertentu (Rp/liter) PPN = Pajak Pertambahan Nilai (Rp/liter) PBBKB = Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (Rp/liter) HP BBM = Harga Patokan BBM (Rp/liter) (catatan : BBM = Biodiesel) Besaran harga indeks pasar (patokan) bahan bakar nabati (biodiesel) ditetapkan setiap bulan oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi sesuai dengan Kepmen ESDM No. 3053 K/12/MEM/2011 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0219/MEM/2010 tentang Harga Indeks Pasar Bahan Bakar Minyak
Penelaahan Besaran Subsidi Biodiesel ; Agus Nurhudoyo
29
Topik Utama
Gambar 2. Biaya produksi biodiesel dan Harga Indeks Pasar Bahan Bakar Nabati (Biofuel) yang dicampurkan ke dalam Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu. 3. REALISASI SUBSIDI BAHAN BAKAR NABATI TAHUN 2013 Pada tahun 2013, harga solar atau biosolar PSO mengalami kenaikan harga di bulan Juni, yaitu dari Rp. 4.500,-/liter menjadi Rp. 5.500,-/liter dan harga jual eceran bahan bakar solar industri cukup tinggi di atas asumsi Pemerintah dan
DPR. Harga rata-rata solar industri 2013: Rp 8.078,-/liter; Harga Indeks Pasar rata-rata biodiesel 2013: Rp 7.895/liter; dan HIP rata-rata solar 2013: Rp 7.478,-/liter. Perbedaan harga untuk pencampuran BBN pada BBM Non PSO dilakukan dengan mekanisme pasar. Berdasarkan verifikasi volume bahan bakar minyak yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan dapat ditentukan besaran subsidi BBN (FAME, subsidi solar dan subsidi biosolar) sebagai berikut (Tabel 2).
Tabel 2. Besaran subsidi BBN Tahun 2013 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah 2013
Volume BBN (FAME) 59.205 55.199 62.593 66.090 68.629 67.056 68.054 57.840 94.814 99.496 92.673 92.805 884.453
Subsidi BBN (FAME)
Volume Solar
Subsidi Solar
(226.355.856.303) (247.876.511.397) (327.941.883.257) (305.129.756.282) (329.890.171.597) (286.966.897.188) (256.375.071.810) (244.986.125.150) (414.356.127.992) (497.004.748.879) (461.089.924.921) (533.614.649.222) (4.131.587.723.998)
730.193 680.791 771.974 815.105 846.421 827.027 839.327 713.360 853.330 897.789 836.269 836.203 9.647.789
(3.078.666.331.491) (3.024.009.560.327) (3.718.102.303.906) (3.473.562.428.506) (3.268.456.396.469) (3.014.195.644.430) (2.842.226.084.465) (2.872.717.104.957) (4.017.809.800.084) (4.230.446.596.135) (4.123.140.270.580) (4.402.440.122.866) (42.065.772.644.216)
Volume Biosolar (Total) 789.398 735.990 834.567 881.194 915.049 894.083 907.380 771.200 948.144 997.284 928.943 929.008 10.532.242
Subsidi Biosolar (Total) (3.305.022.187.794) (3.271.886.071.724) (4.046.044.187.163) (3.778.692.184.788) (3.598.346.568.066) (3.301.162.541.618) (3.098.601.156.275) (3.117.703.230.107) (4.432.165.928.076) (4.727.451.345.014) (4.584.230.195.501) (4.936.054.772.088) (46.197.360.368.214)
(Sumber : Rekap Subsidi Biosolar Tahun 2013 berdasarkan hasil verifikasi Kementerian Keuangan)
30
M&E, Vol. 12, No. 1, Maret 2014
Topik Utama 4. ANALISIS Berdasarkan data harga biosolar PSO, harga biodiesel, harga solar dan harga biosolar tahun 2013 dapat terlihat pada Gambar 3. Dari Gambar 3 terlihat bahwa dengan patokan harga biosolar PSO sebesar Rp 4.500,-/liter sampai dengan Rp 5.500,-/liter, nilai subsidi biodiesel, solar dan biosolar dapat ditentukan.
Asumsi yang disampaikan pemerintah dalam menetapkan alokasi subsidi untuk pemanfaatan biodiesel di sektor transportasi PSO sebesar Rp 3.000,-/liter pada tanggal 16 Agustus 2013, dalam penyerahan Rancangan APBN Tahun Anggaran 2014 terkait mendukung pelaksanaan mandatori BBN, adalah lebih kecil dibanding realisasi subsidi harga biodiesel pada tahun 2013 yang berkisar antara Rp 3.823,-/liter hingga Rp 5.750,/liter, walaupun untuk realisasi total subsidi untuk
Gambar 3. Data harga biosolar PSO, biodiesel, solar dan biosolar tahun 2013
Penelaahan Besaran Subsidi Biodiesel ; Agus Nurhudoyo
31
Topik Utama diesel (solar dan biofuel) sebesar Rp 46,197 trilyun, lebih kecil dari alokasi yang direncanakan sebesar Rp 56,3019 trilyun, sedangkan realisasi volumenya sebesar 884.453 kl, lebih rendah dari alokasi yang direncanakan sebesar 1,5 juta kl. Berdasarkan perhitungan dan pencapaian realisasi besaran subsidi biodiesel per liter dan total subsidi biosolar, pada tulisan ini diusulkan alokasi besaran subsidi biodiesel yang realistis untuk tahun 2014 dan tahun 2015. Dengan menggunakan regresi linier dapat diperoleh perkiraan harga besaran subsidi biodiesel, solar dan biosolar, sebagaimana terlihat pada Tabel 3. Perkiraan harga besaran subsidi tersebut di atas dapat dijaga dengan mempertimbangkan beberapa kondisi, antara lain: a. Kapasitas produksi biodiesel ditingkatkan seiring dengan permintaan dan antisipasi meningkatnya ekspor. Pertamina harus memperoleh kepastian pasokan 2,4 juta kl dalam dua tahap untuk tahun 2013, dari total kebutuhan 5,3 juta kl dalam dua tahun (2014 dan 2015). b. Pertamina harus menyiapkan tambahan terminal biodiesel sebanyak 44 terminal yang ditargetkan rampung pada akhir Juni 2014. Lokasi terminal biodiesel sebagaimana tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Lokasi terminal biodiesel PT. Pertamina Nomor
Lokasi
Existing
Tambahan
1
Sumatra
9
19
2
Jawa
18
7
3
Bali
2
1
4
Kalimantan
4
8
5
Kupang
-
1
6
Sulawesi
-
6
7
Papua
-
2
33
44
Jumlah Terminal
(Sumber : Pertamina, 12 Maret 2014)
5. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan 1) Besaran asumsi alokasi subsidi untuk pemanfaatan biodiesel di sektor transportasi PSO yang ditetapkan Pemerintah sebesar Rp 3.000,-/liter perlu dilakukan penyesuaian untuk tahun anggaran 2014 dan 2015, rata-rata sebesar Rp. 4.680,-/liter, sehingga akan tetap menarik untuk iklim usaha biodiesel. 2) Untuk solar dan biosolar PSO juga perlu disesuaikan dengan alokasi subsidi untuk solar sebesar Rp. 4.395,-/liter dan biosolar Rp. 4.420,-/liter.
Tabel 3. Perkiraan harga besaran subsidi BBN
Perkiraan Harga Besaran Subsidi Tahun 2014 dan 2015 Bawah Jenis
32
Tengah
Atas
Harga/liter
Subsidi/liter
Harga/liter
Subsidi/liter
Harga/liter
Subsidi/liter
Biodiesel
Rp. 9.600
Rp. 4.100
Rp. 10.180
Rp. 4.680
Rp. 10.750
Rp. 5.250
Solar
Rp. 9.350
Rp. 3.850
Rp. 9.895
Rp. 4.395
Rp. 10.450
Rp. 4.950
Biosolar
Rp. 9.370
Rp. 3.870
Rp. 9.920
Rp. 4.420
Rp. 10.480
Rp. 4.980
M&E, Vol. 12, No. 1, Maret 2014
Topik Utama 3) Kondisi harga pasar biodiesel perlu dijaga dalam kondisi yang stabil, atau paling tidak fluktuasinya hampir sama dengan kondisi tahun 2013, sehingga prediksi untuk realisasi besaran subsidi untuk tahun 2014 dan 2015 tidak menyimpang dari asumsi. b. Saran 1) Agar terjamin pasokan biodiesel kepada PT. Pertamina dan Badan Usaha Pemegang PSO biosolar, maka produsen biodiesel perlu melakukan peningkatan produksi biodiesel sekaligus sebagai antisipasi permintaan ekspor biodiesel yang cenderung meningkat dapat terpenuhi, sehingga kapasitas produksi biodiesel ditingkatkan seiring dengan permintaan dan antisipasi meningkatnya ekspor. b. Untuk mengantisipasi peningkatan alokasi biosolar PSO untuk transportasi, maka PT. Pertamina perlu meningkatkan cadangan biodiesel pada masing-masing terminal BBMnya, termasuk badan usaha pemegang PSO biosolar selain PT. Pertamina. DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Keuangan No. 217/PMK.02/ 2011 tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran dan Pertanggungjawaban Subsidi Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0219/MEM/2010 tentang Harga Indeks Pasar Bahan Bakar Minyak dan Harga Indeks Pasar. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 3053 K/12/MEM/2011 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0219/ MEM/2010 tentang Harga Indeks Pasar Bahan Bakar Minyak dan Harga Indeks Pasar. .......................KESDM,2013, Siaran Pers No. 44/ PUSKOM ESDM/2013 Tanggal 29 Agustus 2013 tentang Program Percepatan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN). .......................Kementerian Keuangan, 2013, Rekap Subsidi Biosolar Tahun 2013 Berdasarkan Hasil Verifikasi Kementerian Keuangan. .......................BPPT, Bioenergi : Biodeesel. .......................Ditjen EBTKE,Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan BBN. .......................Pertamina, 2014, Siaran Pers, 12 Maret 2014.
Penelaahan Besaran Subsidi Biodiesel ; Agus Nurhudoyo
33