Jurnal At-Tajdid
PENDIDIKAN YANG SEMESTINYA DITERAPKAN BAGI ANAK-ANAK KAUM MUSLIMIN Hermawan Nurhadianto * Abstract: The development of all kind things that scents with modernity in recent era is remarkable. It can be in the form of the development of technology, civilization and so forth. However, with the passage of time, we do not realize that there is imbalance of understanding between values education and religion in the character of the students around us. The imbalance between religious education and technology, and everything smelled the modernization make us sad and frown as people who understand about education. By the number of students’ behavior varieties who do not comply with the rules and norms according to the rules and the spirit of education and religion, this paper will discuss some definitions of education, the way Prophet teaching, and a good place for imparting education that based on religion. Keywords:
PENDAHULUAN Bencana yang menimpa dunia akhir-akhir ini adalah bermula dari pola pendidikan yang salah kaprah. Dan sebuah hipotesis yang menyatakan bahwa di antara salah satu faktor terpenting yang memberi sumbangan terhadap merosotnya peradaban umat dengan segala pranata sejarahnya adalah mundurnya etika dan nilai-nilai yang dijunjung oleh masyarakat, atau dalam bahasa agama sebagai akhlak. * Dosen STIT Muhammadiyah Pacitan
93
Pendidikan yang Semestinya Diterapkan bagi Anak-Anak Kaum Muslimin
Dalam dunia negara kita pada saat-saat ini, yaitu praktik-praktik yang terjadi mulai dari tingkat masyarakat bawah hingga masyarakat elit mengindikasikan pada lemahnya pengendalian akhlak (ethical control). Korupsi Kolusi Nepotisme yang masih saja merajalela itu merupakan bukti hal tersebut yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap image masyarakat dunia dalam menilai akhlak orang-orang yang hidup di ne gara kita. Jika ditilik dari jauh, dekadensi moral yang telah menjadi ‘tradisi’ itu didukung oleh sistem pendidikan yang menjadi kebijakan nasional tampaknya kurang memberi perhatian terhadap pengembangan akhlak, di samping manajemen pendidikan yang kurang baik. Kalau dilihat dan dipelajari, meskipun banyak sekali buku-buku dari Timur dan Barat yang dijadikan rujukan pembelajaran, ternyata gagal juga untuk melahirkan generasi sekarang ini untuk menjadikan generasi yang baik, santun, berakhlak mulia dan bertanggungjawab kepada Allah dan memanusiakan antar manusia sebagai hamba Allah SWT. Terus seperti apakah pendidikan yang pas dan tepat yang harus di terapkan bagi bangsa ini? Banyak sekali sesuatu yang disuguhkan untuk menjerumuskan manusia yang hidup pada masa modern seperti sekarang ini. Jurang kebablasan yang sangat jauh dari kaidah pendidik an, sistem pendidikan, berubah-rubahnya penyusunan kurikulum pen didikan yang selalu mengikuti zaman. Hal ini dapat dibuktikan, misalnya, oleh minimnya porsi materimateri (kurikulum) Pendidikan Agama pada jenjang lembaga pendidik an, baik tingkat SD, SLTP, SLTA, maupun Perguruan Tinggi, dan sering kali dijumpai materi-materi tertentu yang tumpang tindih (over-lap). Selain itu, kurikulum yang dikembangkan menunjukkan pada keterpisahan satu pelajaran dengan pelajaran yang lainnya. Tetapi, sampai sekarang ini dunia pendidikan di Indonesia masih menyisakan masalah yang tak kunjung selesai dan belum menemukan jalan keluarnya. Dan harus dipaksakan tetap berjalan walaupun dalam kondisi yang tidak sehat. Maka ini adalah tugas bersama untuk memecahkan kebuntuan dari pola pendidikan sekarang ini, dan kebutuh
94
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
Hermawan Nurhadianto
an ini sangat mendesak. Karena mau tidak mau kita adalah para pelaku pendidikan tersebut.
PENDIDIKAN Pentingnya Pendidikan Pendidikan adalah masalah yang selalu menyibukkan pikiran para pemikir dan pecinta perbaikan. Meskipun di luar sana banyak sekali pandangan-pandangan para pakar yang berbeda-beda pendapatnya tentang batasan pengertian pendidikan dan tujuannya, akan tetapi semuanya sepakat atas keharusan pendidikan tersebut, demi pencapaiannya pada tingkat tinggi baik di dunia maupun di akhirat. Pendidikan itu penting sekali bagi setiap individu, karena individu tidak mungkin dapat hidup di tengah-tengah masyarakat dengan kehidupan bahagia tanpa pendidikan yang benar. Pendidikan itu lebih penting lagi, ketika hidup pada zaman sekarang ini, yaitu zaman kemajuan pembangunan, era globalisasi yang mana persaingan hidup untuk menjadi yang terbaik diantara yang lainya, dan saling berlomba-lomba untuk kesempurnaan hidup tidak dapat dihindarkan. Pada zaman klasik, kebutuhan manusia masih sederhana dan mencarinya sangat mudah. Akan tetapi pada masa sekarang, kebutuhan itu semakin beragam banyaknya, belum lagi disertai rintangan yang kian hari semakin bertambah, karena sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan pada masa sekarang. Apabila pendidikan itu penting bagi setiap individu sampai kepada batas ini, maka pendidikan itu jauh lebih penting bagi suatu bangsa, se hingga mereka sanggup memelihara kehormatannya sebagai suatu bangsa dan berusaha untuk membahagiakan setiap individu masyarakatnya. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan, tetapi memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan bagi kehidupan dalam masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakterisJurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
95
Pendidikan yang Semestinya Diterapkan bagi Anak-Anak Kaum Muslimin
tik dan kekayaan kebudayaannya, menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.1 Yang lebih mendesak lagi ke arah itu, sekarang ini, ialah adanya persaingan antara bangsa-bangsa, disamping persaingan antara individu tersebut. Setiap bangsa ingin menguasai bangsa lain dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan perekonomian, peperangan dan politik, padahal tidak akan maju keadaan bangsa itu kecuali dengan pendidikan yang sungguh-sungguh, yang akan dijadikan modal pegangan bagi pemuda ataupun pria dan wanita sejak masa kecil mereka. Akan tetapi betapa pun adanya persaingan semacam ini (pada masa yang lalu), keadaan pemikiran di berbagai negara sekarang cukup menggembirakan, dengan timbulnya era baru, bangkitnya rasa tolong menolong dan hidup berdampingan/bersama sebagai pengganti permusuhan dan persaingan yang sehat. Semangat ini mulai nampak dalam pengelolaan sekolah-sekolah dan metode-metode pengajaran. Sebagai tanda usaha keras sekolah dalam usaha menciptakan kompetisi yang sehat dalam jiwa murid-murid, untuk mendorong mereka kepada kesungguhan dan keaktifan bekerja, maka sekolah membimbing mereka sejak dari kecil kepada cinta tolongmenolong dalam bekerja. Sebagaimana yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah yang meng anut teori Dalton. Menurut teori tersebut, bahwa pengaruh tolongmenolong itu, hasilnya dan faedahnya tidak kalah pengaruhnya, dengan persaingan dan kompetisi itu, bahkan melebihinya; karena kesenangan akan tolong-menolong itu akan dapat menghilangkan sifat dengki dan dendam dalam jiwa murid. Tidak diragukan lagi, bahwa masyarakat yang hidup atas dasar tolong menolong, akan mempunyai dasar atau azas lebih kokoh dan akan mencapai tujuan akhir yang lebih baik, dari pada masyarakat yang hidup atas dasar persaingan dan perlombaan. Pentingnya pendidikan itu telah dianjurkan oleh Islam untuk menuntut ilmu (belajar). Al-Quran menjamin kesuksesan bangsa mana pun yang menempel cara-cara atau jalan yang telah ditetapkan oleh al-Quran itu. Banyak ayat al-Quran yang
96
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
Hermawan Nurhadianto
menganjurkan untuk melaksanakan pendidikan dan pengajaran itu; mi salnya firman Allah, yang artinya: Dan tentang dirimu apakah kamu tidak memikirkannya? (QS. az-Zariyat: 21). Dan apakah mereka tidak memikirkan tentang kejadian mereka sendiri, (agar mereka mengetahui) bahwa Allah tidak menjadikan langit dan bumi, dan apa-apa yang ada diantara keduanya, melainkan dengan tujuan yang benar? (QS. ar-Rum: 8). Katakanlah: Perhatikan apa yang ada dilangit dan di bumi (QS. Yunus: 101). Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui artinya berilmu dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (QS. az-Zumar: 9) Dan Allah berfirman yang ditujukan kepada istri-istri Nabi saw. yang artinya: dan ingatkah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah. (QS. al-Ahzab: 34) dan masih banyak lagi ayat-ayat Allah lainnya.
Rasulullah saw. pernah bersabda: menuntut ilmu itu fardu (wajib hukumnya) bagi setiap orang Islam, laki-laki dan perempuan. Juga Nabi SAW pernah memerintahkan: Tuntutlah ilmu itu dari buaian hingga masuk ke liang lahat atau mati. Tuntutlah ilmu itu walaupun sampai ke negeri Cina.
Berdasarkan itu semua maka setiap orang berpendapat, bahwa pendidikan itu adalah hak dan kewajibannya dan kewajiban bagi setiap individu dari jenis manusia laki-laki dan perempuan. Pendidikan itu menjadi tumpuan harapan dan cita-cita setiap orang yang cinta perbaikan, karena pendidikan itulah satu-satunya media untuk mengangkat derajat bangsa dan membangkitkan mereka atau menyadarkan mereka untuk menuju tingkat kebahagiaan dan kesempurnaan.
Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah pengaruh dari segala macam pengaruh yang sengaja diambil untuk dijadikan sebagai penolong anak-anak agar me reka bisa berkembang (peningkatan) di dalam jasmani mereka, akal dan Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
97
Pendidikan yang Semestinya Diterapkan bagi Anak-Anak Kaum Muslimin
akhlaknya secara bertahap menuju kesempurnaan dalam kehidupan pribadinya.2 Berdasarkan berbagai macam uraian tentang pendidikan, jelas bahwa pendidikan itu mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian yang bersifat umum dan pengertian yang bersifat khusus.3 Pendidikan dengan pengertian umum ialah setiap sesuatu yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan jasmani seseorang, akalnya dan akhlaknya, sejak dilahirkan hingga dia meninggal dunia. Pendidikan dengan pengertian ini meliputi semua sarana, baik disengaja seperti pendidikan rumah tangga dan pendidikan sekolah, atau yang tidak di sengaja seperti pendidikan yang datang dengan kebetulan, dari penga ruh dari lingkungan yang bersifat alamiah dan kemasyarakatan dan lainlain. Pendidikan dengan pengertian ini, sama halnya dengan pengertian kehidupan itu sendiri dan mungkin cara ini dianggap sekolah yang pa ling benar, yang masa belajarnya mulai dari buaian, hingga masuk ke liang kubur. Adapun pendidikan dengan pengertian khusus ialah semua media yang dijadikan dan dipergunakan untuk mengembangkan jasmani anak, akalnya, dan untuk pembinaan akhlaqnya (yang mulia), dan hanya meliputi sarana khusus yang memungkinkan disusun suatu sistem baginya, ini terbatas pada pendidikan rumah tangga dan sekolah. Dalam Islam, tujuan pendidikan yang dikembangkannya adalah mendidik budi pekerti; oleh karenanya, pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sempurna dari proses pendidikan itu sendiri. Pemahaman ini tidak berarti bahwa pendidikan Islam tidak memperhatikan terhadap pendidikan Jasmani, akal, dan ilmu pengetahuan (science). Namun, pendidikan Islam memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti memperhatikan segi-segi yang lainnya.4 Untuk itu, ssebagaimana diungkapkan oleh Dr. Fadil al-Djamaly, umat Islam harus mampu menciptakan sistem pendidikan yang benar dan membimbing umat kepada usaha mendalami hakikat menuntut
98
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
Hermawan Nurhadianto
ilmu yang benar; dan ilmu yang benar membimbing umat ke arah amal saleh.5
Pendidikan yang dilakukan Rasulullah Rasulullah saw. adalah contoh yang nyata dari aplikasi pendidikan secara Islami. Terbukti Rasulullah adalah memerankan dengan sendirinya peraturan-peraturan hidup Islam seluruhnya di dalam kehidupan beliau. Rasulullah telah membuktikan dasar dan tujuan pendidikannya adalah praktikal dan diterapkan dalam kehidupannya bahkan beliau juga terbukti bisa menciptakan sebuah peradaban yang baik di dalam masyarakatnya di saat itu, dan itu sudah dicatat dalam sejarah masa kejayaan Islam. Umat manusia dalam sejarahnya yang panjang sesungguhnya telah memperhatikan pada pentingnya pendidikan Islam. Hal ini telah ditelusuri sejak masa Rasulullah saw. Hingga dewasa ini. Wahyu pertama yang diterima Rasulullah saw. memperlihatkan pada pentingnya proses pembelajaran (pendidikan). Kata-kata seper ti iqra’, al-qalam, ma lam ya’ lam, dalam surat al-‘Alaq merupakan term-term yang menunjukkan adanya pendidikan. Iqra menunjukkan kegiatan membaca, al-qalam mengisyaratkan pada sarana untuk kegiat an menulis, dan ma lam ya’lam menunjukkan pada objek dalam pendidikan.6 Rasulullah adalah seorang pendidik, pedagang, pendakwah. Itu semua bisa beliau lakukan dalam waktu yang bersamaan. Dengan pendidik an Rasulullah mengajarkan keutamaan ilmu. Sungguh mulianya orang yang berilmu itu. Bahkan sampai-sampai Rasulullah juga mewajibkan bagi orang muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk mencari ilmu. Sabda Rasulullah” Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat.” Sabda beliau juga “menuntut ilmu wajib bagi laki-laki dan perempuan” (HR Ibnu Abdul-Barri). Apa yang dapat kita fahami dari sabda beliau diatas adalah: 1. Orang belajar ilmu itu tidak mengenal waktu dan harus belajar sampai kapanpun.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
99
Pendidikan yang Semestinya Diterapkan bagi Anak-Anak Kaum Muslimin
2. 3. 4. 5. 6.
Semua orang laki-laki dan perempuan, tua, muda dan kanak-kanak wajib menuntut ilmu. Jatah pelajaran dan pendidikan tidak terbatas pada suatu bidang tertentu. Di mana juga mereka berada atau ke mana juga mereka pergi, proses pendidikan harus diikuti dengan tekun dan sabar. Setiap orang boleh untuk menyampaikan pelajaran dari ilmu. Ilmu tidak semestinya disampaikan di tempat dan majelis-majelis resmi saja. Ia bisa disampaikan di mana saja.7
Untuk melakukan kaidah seperti di atas, perlunya kita banyak membaca dan meniru sikap-sikap Rasulullah yang banyak di bahas dalam hadis-hadis beliau dan juga kitab-kitab yang dikarang oleh para alim ulama’ yang terdahulu. Di mana beliau mendidik, kapan, kepada siapa, serta ilmu apa yang beliau ajarkan. Rasulullah mendidik ahli masyarakat, di semua tempat, di atas unta, di masjid, di pasar, di kedai-kedai, ketika dalam melakukan perjalanan, ketika di majelis-majelis, di medan perang, dan lain sebagainya. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah benar-benar memperhatikan yang namanya pendidikan tidak pandang di mana, ke mana, kapan dan lainlain. Beliau biasanya menyampaikan ajarannya tersebut kepada semua orang. Entah perorangan atau kelompok dengan siapa saja yang beliau temui. Beliau sungguh tidak meperdulikan itu. Beliau sungguh tidak akan membiarkan begitu saja orang-orang di sekitar beliau melakukan kemaksiatan dan dia melakukannya berulang-ulang serta tidak tau untuk melakukan perbaikan, baik perbaikan untuk dirinya sendiri khususnya dan demi kebaikan masyarakat di sekitarnya. Cara pendidikan yang seperti Rasulullah lakukan adalah bisa kita kategorikan sebagai pendidikan yang aplikatif. Seperti yang baru-baru ini digalakkan kembali oleh para pelaku pendidikan. Yaitu pendidikan yang memadukan antara pendidikan lisan atau dengan sikap (lisanul hal). Pendidikan seperti ini biasanya adalah pendidikan informal atau tidak resmi. Karena pendidikan ini bisa dilakukan di mana saja, ka-
100
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
Hermawan Nurhadianto
pan saja, kepada siapa saja dan itu persis seperti yang dilakukan oleh Rasulullah. Pendidikan seperti ini yang sudah dilakukan sejak zaman Rasulullah. Rusulullah sangat-sangat memprioritaskan sekali pendidikan, seperti ini kenapa? Karena pola pendidikan yang seperti ini sangat simpel, terkesan, praktis dan hasilnya lebih cepat terbukti dan lebih kongkrit daripada pendidikan yang formal atau resmi. Dan kita juga sudah mengetahui pendidikan formal tersebut sangatlah membosankan karena kita selalu dihadapkan dengan banyak teori-teori dan itu sangat jarang dipraktikkan. Sistem Pendidikan Rasulullah ini kelihatan mempunyai maksud untuk melahirkan manusia yang mengamalkan ilmunya. Beliau tidak menekankan ilmu yang tinggi atau ilmu yang banyak, sebaliknya memberikan keutamaan kepada pengalaman ilmu. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Rasulullah, seperti mengadakan ta’lim (pembelajaran) kepada para sahabatnya untuk mengetahui ajaranajaran Islam sehingga ia membuat komplek belajar, Dar al-Arqam, merupakan salah satu bukti perhatian Rasulullah terhadap pendidikan. Selain itu, kompensasi tawanan perang Badar yaitu bagi tawanan yang pandai baca tulis dapat dibebaskan dengan syarat harus mengajarkan tulis-baca kepada 10 orang anak-anak Madinah. Setelah anak-anak itu pandai tulis-baca mereka bebas dari tawanan dan kembali ke negerinya-merupakan usaha pertama yang dilakukan Rasulullah saw. dalam memberantas buta huruf8 dan sekaligus merupakan keputusan yang sangat penting dalam perkembangan dunia pendidikan selanjutnya.
SIAPAKAH YANG BERTANGGUNG JAWAB Tentulah kalau kita dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti diatas tadi kira-kira kita bisa membayangkan kepada siapa persoalan tadi di titik beratkan. Maka jelas sudah kepada siapa lagi kalau bukan kepada kita semua yang bertanggungjawab. Perlunya kita meng optimalkan tri pusat pendidikan. Kehadiran guru dalam dunia pendidikan sangat penting. Dikarenakan peran dari seorang guru tak dapat digantikan oleh apapun Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
101
Pendidikan yang Semestinya Diterapkan bagi Anak-Anak Kaum Muslimin
itu. Khususnya dalam proses belajar mengajar. Karena di dalam seorang guru banyak sekali unsur-unsur alami dari Allah SWT seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain. Dengan demikian dalam sistem pengajaran di manapun itu, guru selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan, hanya peran yang dimain kannya akan berbeda sesuai dengan tuntutan sistem tersebut. Dalam pengajaran atau proses belajar mengajar guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya pada gurulah tugas dan tanggungjawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah.9 Selain menjadi sentral di dalam sekolah ternyata guru juga mempunyai peran yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan anak didik dan mengawalnya dalam kehidupan berakhlak. Kaedah yang tepat untuk menyampaikan tujuan pendidikan di atas ialah dengan mewujudkan hubungan rapat dan mesra antara guru dan murid-murid. Guru semestinya berada di tengah-tengah kehidup an para murid-muridnya,dia bergaul, saling mengunjungi, menyapa, sering-sering evaluasi tentang apapun (mudzakarah) dan sebagainya. Guru semestinya mengenali dan mengasihi murid-muridnya sehingga terjadilah hubungan yang harmonis di antara keduanya (dalam arti ke giatan yang positif). Selain itu guru hendaknya menjadi contoh yang baik dari segala seginya. Sikap dan cakap guru sepanjang masa di dalam pergaulannya dengan murid mesti bersifat mengajar dan mendidik. Kiranya terjadi hal sebaliknya, artinya guru itu sudah menggagalkan tujuan pendidikannya. Sebab itu, sebagaimana sudah menjadi maklum, jika orang tua kencing berdiri, anak akan kencing berlari. Setelah mengetahui seperti apa peran guru di atas, tentu akan mengetahui betapa penting pendidikan sekolah. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan terpen ting. Dikatakan pertama karena dalam keluarga ini anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Dikatakan terpenting karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah dalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
102
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
Hermawan Nurhadianto
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati. Orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga berfungsi: 1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak 2. Menjamin kehidupan emosional anak. 3. Menanamkan dasar pendidikan moral. 4. Memberikan dasar pendidikan sosial 5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak. Betapa mendasarnnya pendidikan keluarga, karena semua insan manusia yang lahir hidup dan tumbuh di dunia ini semuanya melewati pendidikan keluarga. Di situ manusia pertama kali dan sangat mendasar mendapatkan bimbingan dan arahan dari orang tua masing-masing. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan terpenting dan mendasar, dan dari situ pula karakter dan sifat manusia nanti yang selalu akan menjadi lirik dalam menghadapi macam-macam cobaan di dunia ini. Adapun pendidikan di luar dari pendidikan keluarga ini hanya menjadi penyempurna dari pembentukan karakter seseorang. Dan sebagai peran aktif di dalam keluarga tentulah orang tua. Setelah keluarga, kelompok sebaya mungkin paling besar penga ruhnya terhadap pembentukan kepribadian, terutama pada saat anak berusaha melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan orang tua. Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentuk an kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian (penge-
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
103
Pendidikan yang Semestinya Diterapkan bagi Anak-Anak Kaum Muslimin
tahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan ke agamaan. Beberapa pakar juga mengistilahkan lingkungan fisik tempat belajar dengan istilah “Milieu” yang berarti konteks terjadinya pengalaman belajar. Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada di sekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Lingkungan ini pun dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi situasi belajar.10 Yang dimaksud dengan faktor lingkungan di sini adalah dapat berupa benda-benda, orang-orang, ataupun kajadian-kejadian serta peristiwa-peristiwa yang di sekitar kita. Semua hal dan kejadian-kejadian yang ada di sekitar anak mempunyai pengaruh langsung terhadap pembentukan dan perkembangan anak. Lingkungan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pembentukan dan perkembangan, tetapi sebaliknya, lingkungan dapat pula lingkungan dapat memberikan penga ruh yang negatif. Adapun yang dimaksud dengan pengaruh positif adalah apabila lingkungan itu dapat memberikan dorongan atau motivasi terhadap pembentukan dan perkembangan anak. Sedangkan yang dimaksud dengan pengaruh yang negatif adalah apabila lingkungan itu tidak memberikan kesempatan yang baik dan bahkan menghambat proses pendi dikan.11
PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Islam adalah agama ilmu pengetahuan (science) dan penerangan, bukan agama kebodohan dan kegelapan. Ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah saw. berisi suruhan kepada beliau secara berulangulang untuk membaca dan menghormati ilmu pengetahuan dan belajar, menghormati pendidikan, yang secara jelas dikaitkan pendidikan. Allah SWT berfirman yang artinya: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan mullah Yang Maha Pemurah Yang Mengajari (manusia) dengan perantara pena. Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
104
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
Hermawan Nurhadianto
Pada ayat lain, Allah menyuruh Rasulullah berdo’a, “Ya Tuhan-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu yang pengetahuan,”
Dan juga: “Tuhan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Dia, dan malaikatmslsikat yang memiliki pengetahuan menjaga keadilan. Dan Allah telah memulai pertama kali dengan menggunakan Diri-Nya, kedua para Malaikat dan ketiga orang-orang mukmin yang berilmu.”
Belajar merupakan suatu kewajiban dalam agama Islam, dan orangorang muslim yang berilmu dan mengamalkan ilmunya adalah orangorang yang paling tinggi derajatnya, mendekati posisi Rasul. Untuk itu, Rasulullah bersabda bahwa ulama adalah pewaris Nabi dan Rasul.12 Pendidikan agama Islam adalah upaya dan terencana dalam menyi apkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, meng imani, bertaqwa, beraklak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Quran dan al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.13 Dan di dalam Pendidikan Islam pendidikan moral adalah sebagai esensi Pendidikan Islam itu sendiri. Terbukti dari seluruh filosof Islam telah sepakat, bahwa pendidikan Islam, dengan prestasi individu adalah tuntunan yang benar. Hal ini bukan berarti kita mengesampingkan aspek fisik, mental, ilmiah, dan praktek. Tetapi kita memandang bahwa pendidikan moral itu sebagai tipe-tipe yang lainnya. Para pendidik Islam sepakat tujuan pendidikan bukanlah sekedar mengisi otak para pelajar dengan fakta-fakta, melainkan juga memperbaiki mereka dengan mendidik jiwanya. Menyebarkan kebaikan, hidup dengan kemudahan dan menyiapkan mereka untuk hidup penuh keikhlasan dan kemurnian. Tujuan pokok dari pendidikan Islam adalah pembentukan moral dan latihan jiwa. Oleh karena itu, setiap materi pelajaran harus berformulasikan ajaran moral. Setiap pembimbing harus menjadikan etika agama di atas segala sesuatu. Berbudi tinggi adalah basis dari pendidikan Islam.14
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
105
Pendidikan yang Semestinya Diterapkan bagi Anak-Anak Kaum Muslimin
Islam juga menentukan bahwa bakat seseorang anak itu telah dite tapkan oleh Tuhan sejak berada dalam kandungan ibu. Akan tetapi dengan melalui pendidikan, bakat tersebut dapat dibimbing dalam per kembangannya. Dalam hubungannya dengan sosial pembawaan ini dapat diperjelas lagi dengan firman Allah sebagai berikut: “Katakanlah bahwa setiap orang itu bekerja menurut bakatnya masing-masing”. (QS. al-Isra’: 84). Tetapi Islam tidaklah berpendapat bahwa pembawaan sebagi faktor yang berkuasa secara mutlak, melainkan usaha dari luar pun dapat turut menentukan pula. Usaha dari luar ini melalui sarana pendidikan. Hal ini dibuktikan oleh sabda Nabi sebagai berikut: “Anak itu dilahirkan atas bakatnya, orang tuanyalah yang dapat menjadikan Yahudi, Nasrani maupun Majusi”. (HR. Buchari Muslim). Agama Islam amat menghormati dan mendorong potensi intelektual serta menggariskan media-media khusus yang dapat membantu dalam mengembangkan potensi intelektual seseorang. Menumbuhkan kesadaran intelektual sejak dini hingga dewasa, juga merupakan salah satu tanggung jawab umat Islam. Untuk itu Islam menganjurkan agar anak diberi peluang untuk menimba berbagai peradaban dan sains. Adapun media-media khusus yang dapat membantu dalam mengembangkan potensi intelektual tersebut hanyalah melalui pendidikan.15 Pada zaman terdahulu, ketika Pendidikan Islam dirintis oleh Ra sulullah saw., pada zaman itu pula Islam sangat unggul peradabannya. Sudah banyak kita baca tentang pendidikan ala Rasulullah saw. Dan salah satu tempat yang beliau pakai untuk berdakwah, mengajar adalah masjid. Tetapi sekarang itu masjid di beberapa tempat selain untuk shalat berjamaah sudah berkurang perannya dengan berbagai macam sebab. Pada zaman dahulu ini cara-cara ini sempat diterapkan oleh suku Minang di Sumatera Barat yang terkenal dengan sistem surau. Masjid dibangun dengan dasar untuk takwa kepada Allah SWT. Keberadaan masjid secara fungsional guna menopang berbagai kegiat an yang bernilai positif bagi kehidupan manusia. Dalam klasifikasi yang diberikan dewasa ini, masjid termasuk sarana pendidikan di luar seko-
106
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
Hermawan Nurhadianto
lah. Masjid, merupakan tempat pendidikan dasar-dasar ke-Islaman. Di tempat ini, biasanya diadakan pendidikan dan pengajaran Islam, baik individu maupun kelompok. Masjid berperan dalam menyuburkan kehidupan beragama, terutama dikalangan anak-anak. Tempat ini mampu mampu menumbuhkan anak gemar beribadah, suka beramal, rajin berjamaah serta senang kepada amal jariyah. Manusia, sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan bermo ral, juga sekaligus makhluk ber-Tuhan. Dimasjid itulah anak-anak dikenalkan tentang konsepsi manusia sebagi makhluk ber-Tuhan. Dengan sadar atau tidak sadar tiap manusia mengakui bahwa dia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah yang hidup di dunia ini. Karena sebagai makhluk ciptaan Allah, maka dalam dirinya telah dianugerahi sesuatu oleh ciptaannya. Adapun sesuatu yang dianugerahkan Allah kepada manusia adalah berupa pribadi manusia itu sendiri yang dilengkapi oleh potensi-potensi esensinya sebagai manusia, antara lain: pikiran, pera saaan, kemauan, anggota-anggota basan dan sebagainya. Karena secara sempurna dan integral dianugerahi Allah kepada manusia sesuai dengan missi yang dibawanya. Pengertian ini yang selalu ditanamkan, baik ditujukan kepada anak-anak maupun orang dewasa, sebagai dasar pendidik an keagamaan di lingkungan masjid mempunyai dampak edukatif dalam mengembangkan potensi/kemampuan dasar/fitrah beragama dari anakanak. Pendidikan keagamaan di masjid merupakan awal siraman rohani bagi anak-anak. Hal yang perlu diketahui bahwa, manusia tidak akan berkembang secara utuh dan tidak akan mencapai hakikat kemanusia annya yang sejati kecuali jika ia senantiasa membersihkan jiwanya, ber upaya secara terus menerus untuk menjalin hubungan dengan Allah.16 Dengan cara pendidikan demikian, maka lahir generasi awal para sahabat yang jiwa, mental dan fisik mereka sangat terpimpin. Akhlak dan amal soleh mereka tiada tandingnya. Peradaban yang mereka bangun hebat dan mengagumkan Maka jikalau terjadi sitem pendidikan yang seperti diatas maka itu tidak akan merusak tatanan pendidikan yang seperti kita pelajari dan Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
107
Pendidikan yang Semestinya Diterapkan bagi Anak-Anak Kaum Muslimin
tidak merusak sunnatul ilmu antara guru dan murid sehingga tidak akan terjadi kerusakan pendidikan akhlaq seperti sekarang ini. Sehingga pendidikan seperti yang dicanangkan oleh para pakar pendidikan tersebut tercapai yaitu pendidikan yang memanusiakan manusia.
PENUTUP Kenakalan remaja, di saat-saat ini bisa diatasi dengan cara dan pendidikan yang pas. Perlunya bersinergi dari semua pihak. Ini bukanlah tanggung jawab dari seseorang atau salah satu pihak saja, melainkan ini adalah suatu permasalahan yang harus di atasi bersama-sama. Maka perlunya kita membuka kembali sistem dan cara Rasulullah mendidik, yang telah berjaya dan telah terbukti membawa agama Islam dengan budayanya mencapai kejayaan, keamanan di masa itu. Maka jikalau terjadi sitem pendidikan yang seperti diatas maka itu tidak akan merusak tatanan pendidikan yang seperti kita pelajari dan tidak merusak sunnatul ilmu antara guru dan murid sehingga tidak akan terjadi kerusakan pendidikan akhlaq seperti sekarang ini. Sehingga pendidikan seperti yang dicanangkan oleh para pakar pendidikan tersebut tercapai yaitu pendidikan yang memanusiakan manusia. Dengan cara pendidikan di atas, maka lahirlah generasi awal para sahabat yang jiwa, mental dan fisik mereka sangat terpimpin. Akhlak dan amal soleh mereka tiada tandingnya. Peradaban yang mereka ba ngun hebat dan mengagumkan. Dan tidak kalah pentingnnya peran adanya masjid di sekitar kita dengan mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang positif demi menanamkan kepada generasi di bawah kita, agar nanti tumbuh dengan jiwa dan akhlak yang mulia. Sehingga sikap-sikap yang negatif dari anak-anak ini bisa dicegah. [ ]
108
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
Hermawan Nurhadianto
Endnotes 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 13
14 15
16
Nana Syaodih Sukma Dinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Cet. 5 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 58 Mahmud Yunus dan Muhammad Kosim Bakar, at-Tarbiyyatu wa at-Ta’liim, juz 1A (Ponorogo: Darussalam Perss, t.t.), hlm. 7. Abu Bakar Muhammad, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm. 5. Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah al-Islamiyat wa Falasafatuha (Beirut: Dar-Al-Fikr, t.t.), hlm. 22. Muzayin Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat: Suatu Pendekatan Filosofis, Pedagogis, Psikososial dan Kultural Cet. 1 ( Jakarta: Golden Terayon Press, 1988), hlm. 66. Untuk lebih jauh baca Abdurrahman Sahalih Abdullah, Educational Theory: a Quranic Outlook, (Mekkah: Umm al-Qura University, 1982) Abuya Syekh Imam Ashari Muhammad At Tamimi, Pendidikan Rasulullah (ttp.: Giliran Timur 1990), hlm. 55. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. 7 ( Jakarta: Hidakarya Agung, 1992), hlm. 22. Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1998), hlm. 13. Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), hlm 6. Amir Daein Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hlm 32. M.Atiya Al-Abrashi, at-Tarbiyah al-Islamiyah, (Ponorogo: PSIA, 1990, hlm 9 Lihat Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA dan MA ( Jakarta: Depdinas, 2003), hlm. 4. M.Atiya Al-Abrashi, at-Tarbiyah., hlm. 2 Maimunah Hasanah, Membangun Kreativitas Anak Secara Islami (Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2010), hlm. 208. Ibid., hlm 212
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013
109
Pendidikan yang Semestinya Diterapkan bagi Anak-Anak Kaum Muslimin
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Abdurrahman Sahalih, Educational Theory: a Quranic Outlook, Mekkah: Umm al-Qura University, 1982. al-Abrasyi, Muhammad ‘Athiyah, at-Tarbiyah al-Islamiyat wa Falasafa tuha, Beirut: Dar-Al-Fikr, t.th. al-Abrashi, M.‘Athiyah, at-Tarbiyah al-Islamiyah, (Terj.), Ponorogo: PSIA 1990. Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000. Arifin, Muzayin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat: Suatu Pendekatan Filosofis, Pedagogis, Psikososial dan Cultural, Cet. 1, Jakarta: Golden Terayon Press, 1988. At-Tamimi, Abuya Syekh Imam Ashari Muhammad, Pendidikan Rasu lullah, ttp.: Giliran Timur 1990. Dinas Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA dan MA, Jakarta: Dep diknas, 2003. Dinata, Nana Syaodih Sukma, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Hasanah, Maimunah, Membangun Kreativitas Anak Secara Islami, Yog yakarta: Bintang Cemerlang, 2010 Indrakusuma, Amir Daein, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973. Muhammad, Abu Bakar, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran, Surabaya: Usaha Nasional, 1981. Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1998. Yunus, Mahmud dan Muhammad Kosim Bakar, at-Tarbiyyatu wa AtTa’liim, Ponorogo: Darussalam Perss, t.th. Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. 7, Jakarta: Hidakarya Agung, 1992.
110
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 2, No. 1, Januari 2013