PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP Oleh : Abdurahman Ahmad Karyadi Yuniar Nicky C. Latifah Yulia Muhammad Yunus Andri Muhayat
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2011 Pendidikan Seumur Hidup Konsep pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman kezaman. Apalagi bagi umat islam, jauh sebelum orang-orang barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagai mana dinyatakan oleh hadits Nabi SAW “tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia.” Azas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu azas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinue, yang bemula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non formal maupun formal baik yang berlansung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. Untuk indonesia sendiri, konsepsi pendidikan seumur hidup baru mulai dimasyarakat melalui kebijakan Negara ( Tap MPR No. IV / MPR / 1970 jo. Tap No. IV/ MPR / 1978 Tentang GBHN ) yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional, antara lain : 1. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah
pembangunan jangka panjang ) 2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam keluarga (rumah tangga ), sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. (BAB IV GBHN bagian pendidikan ). "setiap warga Negara berkesempatan seluas-luasnya untuk menjadi peserta didik melalui pendidikan sekolah ataupun luar sekolah dengan demikian, setiap warga Negara diharapkan dapat belajar pada tahap-tahap mana saja dari kehidupanya dalam mengembangkan dirinya sebagai manusia Indonesia.” Latar Belakang Pendidikan Seumur Hidup Dasar dari pendidikan seumur hidup bertitik tolak atas keyakinan, bahwa proses pendidikan berlangsung selama manusia hidup, baik dalam maupun diluar sekolah. Menurut Carl Rogers pendidkan bukanlah proses pembentukan (process of being shaped) tetapi suatu proses menjadi (process of becoming) yaitu proses menjadi manusia yang berpribadi. Mengamati hasil pendidikan yang terjadi di Indonesia, masyarakat yang telah memiliki legalitas atas pendidikan dasarnya, sedikit namun banyak belum mampu mempraktikkan apa yang telah diberikan institusi pendidikan. Sangat banyak anak yang memiliki pendidikan dasar tapi belum mampu mengubah sikap dan tata perilakunya. Hal ini menyimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia tidak segaris lurus dengan definisi pendidikan. Institusi pendidikan atau sekolah memiliki keterbatasan dalam mendidik peserta didiknya. Banyak lulusan yang dihasilkan tidak semuanya terserap dalam dunia kerja karena sekolah cenderung mengajarkan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik dengan dalih untuk penyedian sumber daya di perusahaan kapitalisme yang dikuasai pihak asing. Sekolah tidak sepenuhnya menyiapkan peserta didik untuk memanfaatkan peluang mendirikan lapangan pekerjaan untuk ikut berkompetisi dengan perusahaan asing. Selain hal tersebut, pendidikan sekolah atau institusi tidak efisien, yaitu kurikulum serta kebijakan yang dibuat tidak memiliki korelasi dengan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi oleh peserta sehingga terjadi penghamburan pendidikan dan menyebabkan terjadinya putus sekolah. Lulusan-lulusan dari lembaga pendidikan akan menjadi bagian dalam masyarakat yang majemuk dan heterogen. Perkembangan kebudayaan dan budaya yang dimiliki masyarakat bersifat dinamis dan berkembang karena kemampuan individu masyarakat yang memiliki daya hidup yaitu keinginan untuk mengembangkan kemungkinan-kemungkinan karena manusia dianugerahi akal, daya mobilitas, daya organisasi, daya tumbuh kembang, dan daya cipta. Perubahan masyarakat dan peranan-peranan sosial tidak sepenuhnya diberikan dalam institusi pendidikan. Pendayagunaan Sumber-sumber yang belum optimal dan perkembangan luar sekolah yang sangat pesat menuntut manusia untuk mengikuti perubahan yang terjadi atau beradaptasi dengan dinamika tersebut. Jika tidak beradaptasi dengan perubahan tersebut manusia sulit memperluas keinginannya yang membutuhkan hukum kewajaran. Sehingga akan terjadi perbenturan, kekacauan atau anarki menyeramkan. Permasalahan-permasalah yang telah dideskripsikan ini memberikan landasan dalam pendidikan seumur hidup yang berlaku secara keseluruhan pada setiap individu. Proses kegiatan kehidupan sesuai dengan ketetapan UNESCO yang menetapkan pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus : a. Meliputi seluruh hidup setiap individu b. Mengarah pada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan
secara sestematis pengtahuan, keterampilan, dan sikap yang meningkatkan kondisi hidupnya. c. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu. d. Meningkatkan kemampuan dan motivasi belajar mandiri. e. Mengakui kontribusidan semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi termasuk yang formal, informal, dan nonformal. (Depdikbud 1994) Karakteristik Pendidikan Seumur Hidup Pendidikan seumur hidup memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. HIDUP, SEUMUR HIDUP, dan PENDIDIKAN merupakan tiga konsep pokok yang menentukan lingkup dan makna pendidikan seumur hidup. 2. Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup. 3. Pendidikan seumur hidup tidak diartikan sebagai pendidikan orang dewasa, tetapi mencakup dan memadukan semua tahap pendidikan (pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi) dan jenis pendidikan. 4. Pendidikan seumur hidup mencakup pola-pola pendidikan formal maupun pola-pola pendidikan non formal, baik kegiatan-kegiatan belajar terencana maupun kegiatan-kegiatan belajar insidental. 5. Keluarga memainkan peranan utama, peranan dasar dalam memulai pendidikan seumur hidup. 6. Masyarakat juga memainkan suatu peranan yang penting dalam sistem pendidikan seumur hidup. 7. Pendidikan seumur hidup menghendaki keterpaduan dimensi vertikal dan dimensi horizontal dari pendidikan. 8. Bertentangan dengan bentuk pendidikan yang bersifat elitis, pendidikan seumur hidup bersifat universal. 9. Pendidikan seumur hidup ditandai oleh adanya kelenturan dan peragaman dalam dalam isi bahan, alat-alat , teknik, dan waktu belajar . 10. Pendidikan seumur hidup mengandung fungsi-fungsi adaptif dan inovatif bagi individu dan masyarakat. 11. Tujuan akhir pendidikan adalah mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup. 12. Ada tiga prasyarat utama bagi pendidikan seumur hidup, yaitu : kesempatan, motivasi, dan edukabilitas. 13. Pendidikan seumur hidup adalah sebuah prinsip pengorganisasian semua pendidikan. 14. Pada tingkat operasional, pendidikan seumur hidup membentuk sebuah sistem keseluruhan dari semua pendidikan. Pilar-Pilar Pendidikan Seumur Hidup Konsep pendidikan seumur hidup harus mencakup empat pilar yaitu : 1. Belajar Mengetahui (Learning to Know) Memadukan antara kesempatan untuk memperoleh pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja pada sejumlah subjek yang lebih kecil secara mendalam. 2.
Belajar Berbuat (Learning to Do) Memberi kesempatan kepada pebelajar untuk tidak hanya memperoleh ketrampilan kerja, tetapi juga memperoleh kompetensi untuk menghadapi pelbagai situasi serta kemampuan bekerja dalam tim, berkomunikasi serta menangani dan menyelesaikan
masalah atau perselisihan. 3.
Belajar Hidup Bersama (Learning to Live Together) Mengembangkan pengertian atas diri orang lain dengan cara mengenali diri sendiri serta menghargai ke-saling tergantung-an, melaksanakan proyek bersama dan belajar mengatasi konflik dengan semangat nilai pluralitas, saling mengerti dan perdamaian.
Belajar Menjadi Seseorang (Learning to Be) Mengembangkan kepribadian dan kemampuan untuk bertindak secara mandiri, kritis, penuh pertimbangan serta bertanggungjawab. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup Implikasi disini diartikan sebagai akibat lansung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Dengan demikian maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up dari suatu kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup. 4.
Penerapan azas pendidikan seumur hidup pada isi program pendidikan dan sasaran pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas. Implikasi pendidika seumur hidup pada program pendidikan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu: 1. Pendidikan baca tulis fungsional
Program ini tidak saja penting bagi pendidikan seumur hidup dikarenakan relefansinya yang ada pada Negara-negara berkembang dengan sebab masih banyaknya penduduk yang buta huruf, mereka lebih senang menonton TV, mendengarkan Radio, Mengakses internet dari pada membaca. Meskipun cukup sulit untuk membuktikan peranan melek huruf fungsional terhadap pembangunan sosial ekonomi masyarakat, namun pengaruh IPTEK terhadap kehidupan masyarakat misalnya petani, justru disebabkan oleh karena pengetahuan-pengetahuan baru pada mereka. Pengetahuan baru ini dapat diperoleh melalui bahan bacaan utamanya. realisasi baca tulis fungsional, minimal memuat dua hal, yaitu: Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak didik. 2. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya. 1.
Pendidikan Vokasional Pendidikan vokasional adalah sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas usia sekolah, ataupun sebagai pendidikan formal dan non formal, sebab program pendidikan yang bersifat remedial agar para lulusan sekolah tersebut menjadi tenaga yang produktif menjadi sangat penting. Namun yang lebih penting ialah bahwa pendidikan vokasional ini tidak boleh dipandang sekali jadi lantas selesai.dengan terus berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin meluasnya industrialisasi, menuntut pendidikan vokasiaonal itu tetap dilaksanakn secara kontinue. 1. Pendidikan Professional Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup,dalam kiat-kiat profesi telah tercipta Built in Mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai 1.
kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi dan sikap profesionalnya. Sebab bagaimanapun apa yang berlaku bagi pekerja dan buruh, berlaku pula bagi professional, bahkan tantangan buat mereka lebih besar. 1. Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan Diakui bahwa diera globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK, telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dengan cara masak yang serba menggunakan mekanik, sampai dengan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menurut pendidikan yang berlangsung secara kontinue (lifelong education). Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari azas pendidikan seumur hidup. 2. Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan politik Disamping tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dalam kondisi sekarang dimana pola pikir masyarakat yang semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa, maupun pemimpin pemerintahan di Negara yang demokratis, diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga Negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat kontinue dalam koteks ini merupakan konsekuensinya.