BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Pendidikan Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab tersebut didasari kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh pada kebudayaan suatu daerah, karena bagaimanapun juga, kebudayaan tidak hanya berpangkal dari naluri semata-mata tapi terutama dilahirkan dari proses belajar dalam arti yang sangat luas. Bratanata dkk. mengartikan pendidikan sebagai usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya untuk mencapai kedewasaannya (Ahmadi dan Uhbiyati 2007 :69). Sedangkan John Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan fondamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. Menurut Brown (dalam Ahmadi, 2004 :74) bahwa pendidikan adalah proses pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan didalam tingkah laku dihasilkan didalam diri orang itu melalui didalam kelompok. Dari pandangan ini pendidikan adalah suatu proses yang mulai pada waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup. Ahmadi dan Uhbiyati (2007 :70) mengemukakan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta
1
penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang dicitacitakan dan berlangsung terus menerus. Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk membantu seorang anak untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik itu secara langsung maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat bagi kehidupannya dimasyarakat. Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan. Bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar di tentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara itu. Mengingat sangat pentingnya pendidikan itu bagi kehidupan bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara langsung masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan pendidikan. Dalam hal ini masing-masing negara menentukan sendiri dasar dan tujuan pendidikan di negaranya. Pendidikan dapat di tempuh melalui tiga jalur yaitu: 1. Pendidikan Formal Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pendidikan formal didefinisikan sebagai jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, penddikan menengah, dan pendidikan tinggi. 2. Pendidikan Non Formal
2
Pendidikan Non formal dapat didefinisikan sebagai jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Undang-Undang No 20 TAHUN 2003) 3. Pendidikan Informal Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang yang berbentuk kegiatan secara mandiri.(Suprijanto, 2005: 6-8). 2.2. Tujuan Pendidikan Sebagaimana kita ketahui, bahwa pendidikan adalah merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Hasil dari suatu pendidikan tidak segera dapat kita lihat hasilnya atau kita rasakan. Di samping itu hasil akhir dari pendidikan ditentukan pula oleh hasil-hasil dari bagian-bagian dari pendidikan yang sebelumnya. Untuk membawa anak kepada tujuan akhir, maka perlu anak diantar terlebih dahulu kepada tujuan dari bagianbagian pendidikan. Menurut Langeveld dalam (Ahmadi dan Uhbiyati 2007 :105) tujuan pendidikan bermacam-macam yaitu : 1. Tujuan Umum Tujuan ini juga disebut tujuan total, tujuan yang sempurna atau tujuan akhir. Apakah tujuan akhir itu? Dalam Hal ini Kongstam dan Gunning mengatakan bahwa tujuan akhir dari pendidikan itu ialah untuk membentuk insan kamil atau manusia sempurna. 2. Tujuan Khusus Untuk menuju kepada tujuan umum itu, perlu adanya pengkhususan tujuan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu misalnya :
3
a). Diseuaikan dengan cita-cita pembangunan bangsa. b). Disesuaikan dengan tugas dari suatu badan atau lembaga pendidikan. c). Disesuaikan dengan bakat kemampuan anak didik. d). Disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan sebagainya. Tujuan-tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan keadaan-keadaan tertentu, dalam rangka untuk mencapai tujuan umum pendidikan inilah yang dimaksud dengan tujuan khusus. 3. Tujuan tak lengkap Tiap-tiap aspek pendidikan mempunyai tujuan-tujuan pendidikan sendirisendiri. Tujuan dari aspek-aspek pendidikan inilah yang dimaksud tujuan pendidikan tak lengkap. Sebab masing-masing aspek pendidikan itu menganggap seolah-olah dirinya terlepas dari aspek pendidikan yang lain. Pada hal masingmasing pendidikan itu hanyalah merupakan bagian-bagian dari pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu tujuan dari masing-masing aspek itu harus dilengkapi dengan tujuan dari aspek-aspek yang lain. 4. Tujuan insidentil : (tujuan seketika atau sesaat). Tujuan ini timbul secara kebetulan , secara mendadak dan hanya bersifat sesaat. Misalnya : tujuan untuk mengadakan hiburan atau variasi dalam kehidupan sekolah. Maka diadakanlah darmawisata ke suatu tempat. Dalam hai ini tujuan itu telah selesai, setelah darmawisata itu dilaksanakan. 5. Tujuan sementara Tujuan sementara adalah tujuan-tujuan yang ingin kita capai dalam fasefase tertentu dalam pendidikan. Misalnya : anak dimasukkan ke sekolah. Tujuanya ialah agar anak dapat membaca dan menulis. Dapat membaca dan menulis inilah
4
yang disebut tujuan sementara. Tujuan yang lebih lanjut ialah agar anak dapat belajar ilmu pengetahuan dari buku-buku. Dapat belajar dari buku inipun menjadi tujuan sementara. Tujuan sebenarnya ialah agar anak dapat memiliki iulmu pengetahuan tertentu. Memiliki ilmu pengetahuan inipun merupan tujuan sementara. Dan begitulah seterusnya. Demikian tujuan-tujuan sementara ini semakin meningkat untuk menuju kepada pengetahuan umum, tujuan total atau tujuan akhir. 6. Tujuan perantara Tujuan perantara disebut juga tujuan intermediair. Tujuan inilah adalah merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain. Misalnya : kita belajar bahasa Inggris atau bahasa Belanda, atau yang lain. Tujuan belajar bahasa ini ialah, agar kita dapat mempelajari buku-buku yang tertulis dalam bahasa Inggris atau dalam bahasa yang lain. Jadi kita belajar bahasa asing di sini hanyalah merupakan sekedar alat saja. Demikian macam-macam tujuan pendidikan, yang kesemuanya mengarah kepada tujuan umum pendidikan. Yaitu menuju kehidupan sebagai insal kamil, dimana terjamin adanya hakikat manusia secara harmonis. Berbagai macan uraian dari tujuan pendidikan diatas maka dapat di simpulkan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan manusia agar supaya memiliki ketrampilan dan mampu bersaing dan berdaya guna bagi bangsa dan negara. 2.3. Lembaga Pendidikan Lembaga pendidikan adalah badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik. 1. Lembaga Pendidikan Formal a) Arti sekolah
5
Membahas masalah sekolah sebagai lembaga pendidikan perlu diketahui di katakan formal karena diadakan di sekolah/tempat tertentu, teratur sistematis, mempunyai jenjang dan dalam kurun waktu tertentu, serta berlangsung mulai dari TK smapai PT, berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan. Pada umumnya lembaga formal adalah tempat yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan, dan paling mudah untuk mengubah generasi muda yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat (Ahmadi dan Uhbiyati 2007 :162). Bagi pemerintah karena dalam rangka pengembangan bangsa dibutuhkan pendidikan, maka jalur yang ditempuh untuk mengetahui outputnya baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu apa sebetulnya sekolah itu? Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum (Ahmadi dan Uhbiyati 2007 :162-163). a) Membantu
Lingkungan
keluarga untuk
mendidik dan mengajar,
memperbaiki dan memperdalam/memperluas, tingksh laku anak/peserta didik yang dibawa dari keluarga serta membantu pengembangan bakat. b) Mengembangkan kepribadian peserta didik lewat kurikulum: (1) Peserta didik dapat bergaul dengan guru, karyawan dengan temannya sendiri dan masyarakat sekitar. (2) Peserta didik belajar taat kepada peraturan/tahu disiplin. (3) Mempersiapkan peserta didik terjun di masyarakat berdasarkan normanorma yang berlaku. b. Jenjang lembaga pendidikan formal
6
Jenjang lembaga pendidikan formal di mulai dari tingkat pendidikan dasar (TK, SD), kemudian pendidikan menengah (SLTP, SLTA), dan pendidikan tinggi atau (PT). c. Jenis lembaga pendidikan formal Jenis lembaga pendidikan formal di bagi dua yakni: umum dan kejuruan. d. Tujuan pengadaan lembaga pendidikan formal. a) Tempat sumber ilmu pengetahuan. b) Tempat untuk mengembangkan bangsa. c) Tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa pendidikan itu penting guna bekal kehidupan di masyarakat sehingga siap pakai. 2. Lembaga Pendidikan Non Formal. Lembaga pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah (PLS) ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, dan berencana, diluar kegiatan persekolahan (Ahmadi dan Uhbiyati 2007:64). Komponen yang diperlukan dalam lembaga pendidikan formal harus disesuaikan dengan keadaan anak/peserta didik agar memperoleh hasil memuaskan, antara lain; a) Guru atau tenaga pengajar atau tutor. b) Fasilitas. c) Cara menyampaikan atau metode, dan d) Waktu yang dipergunakan. 3. Lembaga Pendidikan In formal. Dalam lembaga pendidikan informal kegiatan pendidikan tanpa organisasi yang ketat tanpa adanya program waktu, (tak terbatas),dan tanpa adanya evaluasi. Adapun alasanya diatas pendidikn in formal ini tetap memberikan pengaruh kuat terhadap pembentukan pribadi seseorang/peserta didik. Definisi itu jelas menyebutkan bahwa pendidikan di upayakan untuk mempersiapkan peserta didik untuk perannya di masa mendatang. Dalam unsur
7
ini jelas bahwa pengertian pendidikan yang di maksud menganut paham pendidikan yang sering disebutkan dengan istilah rekontruksionisme (Hasan, 1996: 56). Bertolak dari hal tersebut terasa betapa pentingnya pendidikan. Wajar kalau pembangunan pendidikan merupakan bagian organik dari pembangunan nasional secara keseluruhan yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pendidikan bertujuan menjadikan orang semakin menjunjung tinggi nilai-nilai luhur manusia. Pendidikan juga mengarah kepada kreativitas. Artinya, pendidikan harus bisa membuat orang kreatif. Pendidikan merupakan segi peningkatan terus menerus yang bertujuan, dipertimbangkan masak-masak serta di perlengkapi sebaik-baiknya (Paul Lengrand, 1989: 41). Jadi, dapat di katakan bahwa pendidikan merupakan upaya untuk menjadikan manusia menjadi warga negara yang mampu merealisasikan hak dan kewajibannya. Melalui lembaga-lembaga pendidikan tersebut manusia sebagai warga negara dapat di fasilitasi dibimbing dan dibina sehingga apa yang di citacitakannya dapat ia capai. 2.4. Pengertian Anak Putus Sekolah 2.4.1
Pengertian anak putus sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan tempat di mana seorang anak
untuk belajar dan menuntut ilmu. Akan tetapi sekolah tidak dapat memberikan jaminan terhadap anak untuk terus melanjutkan pendidikannya. Hal ini dapat di lihat dari banyaknya anak yang putus sekolah. Dalam hal ini yang dimaksud putus sekolah ialah suatu keadaan di mana murid-murid keluar sekolah sebelum waktunya menamatkan pelajaran yang disebabkan oleh berbagai faktor yang ada di luar dirinya.
8
Dalam hubungan anak putus sekolah ini Djumhur dan Surya (1975: 178) mmengatakan bahwa putus sekolah adalah kegagalan murid dalam menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu. Menurut Djumhur dan Surya (1975: 179) jenis putus sekolah dapat dikelompokkan atas tiga yaitu: 1. Putus sekolah atau berhenti dalam jenjang Putus sekolah dalam jenjang ini yaitu seorang murid atau siswa yang berhenti sekolah tapi masih dalam jenjang tertentu. Contohnya seoarang siswa yang putus sekolah sebelum menamatkan sekolahnya pada tingkat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. 2. Putus sekolah di ujung jenjang Putus sekolah di ujung jenjang artinya mereka yang tidak sempat menamatkan pelajaran sekolah tertentu. Dengan kata lain mereka berhenti pada tingkatan akhir dalam dalam tingkatan sekolah tertentu. Contohnya, mereka yang sudah duduk di bangku kelas VI SD, kelas III SLTP, kelas III SLTA dan sebagainya tanpa memperoleh ijazah. 3. Putus sekolah atau berhenti antara jenjang Putus sekolah yang dimaksud dengan berhenti antara jenjang yaitu tidak melanjutkan pelajaran ketingkat yang lebih tinggi. Contohnya, seorang yang telah menamatkan pendidikannya di tingkatan SD tetapi tidak bisa melanjutkan pelajaran ketingkat yang lebih tinggi. Putus sekolah secara umum dapat diartikan sebagai orang/anak ataupun si yang keluar dalam suatu sistem pendidikan sebelum mereka menamatkan pendidikan sesuai dengan jenjang waktu sistem persekolahan yang diikuti. Dengan demikian putus sekolah dapat pula diartikan tidak tamat/gagal dalam
9
belajar ketingkat lanjut. Dan biasanya orang yang gagal dalam suatu proses kegiatan pendidikan yang terkait dengan tingkat jenjang maupun waktu belajar sebagaimana telah ditetapkan dapat di kategorikan sebagai orang yang gagal dalam pendidikan ataupun putus sekolah. Menurut Gubali (1982 ;76) putus sekolah terjadi karena dua bentuk kemungkinan yaitu: 1) Mengundurkan diri sekolah sebelum menamatkan pelajaran, dan 2) Gagal dalam menempuh ujian akhir. Jadi, anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak berhenti atau tidak melanjutkan pendidikannya ketingkat lebih tinggi karena berbagai macam alasan. Putus sekolah bisa juga disebabkan oleh dikeluarkannya (Droup out) seorang anak dari lembaga pendidikan karena anak tersebut mendapatkan masalah di sekolahnya. Berdasarkan pengertian tersebut di atas anak putus sekolah yang penulis maksudkan adalah anak yang tidak menamatkan sekolah di tingkat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi yang ada di Desa Suka Damai Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. 2.4.2 Faktor-faktor penyebab anak putus sekolah a) Faktor Lingkungan 1. Lingkungan keluarga Keluarga merupakan sekelompok manusia yang hanya terdiri dari orang tua (ibu dan ayah), dengan anak-anaknya yang belum menikah. Menurut Buharudin Salam (2002: 14) mengemukakan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama, berlangsung secara wajar, dan informal serta melalui media permainan. Dalam keluarga anak lambat laut dapat membentuk
10
konsepsi tentang pribadinya, baik tepat maupun kurang tepat, karena keluaga merupakan dunia anak pertama yang memberiak sumbangan mental dan fisik terhadap hidupnya. Keadaan keluarga berlainan satu sama lain. Ada keluarga yang kaya, ada yang kurang mampu, ada keluarga yang besar (banyak anggota keluarga), ada pula keluarga yang kecil. Ada keluarga yang bercekcok dan gaduh dan sebagainya. Dalam keluarga yang bermacam-macam seperti inilah yang membawa pengaruh terhadap pendidikan dan minat sekolah anak (Purwanto, 84 : 2007). Keluarga adalah lembaga pertama yang menjadi tempat seorang anak bersosialisasi. Keluarga harusnya mampu memberikan kenyamanan bagi kehidupan anak, dalam keluarga anak dapat berinteraksi tanpa ada kecanggungan karena keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh seorang anak. 2. Lingkungan sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa seorang anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi seorang anak. Ketika seorang anak mulai masuk sekolah, itu artinya ia telah masuk pada lingkungan masyarakat yang berbeda dengan lingkungan masyarakat keluarga. Jamaludin (2009: 156-157) mengatakan bahwa ketika menuju sekolah seorang anak membawa beban-beban emosional yang berpotensi menghalanginya untuk bersekolah. Jika di sekolah mereka tidak mendapat pengarahan yang baik dan
11
bahkan dibenturkan dengan peraturan-peraturan yang keras maka mereka akan melanggar peraturan-peraturan tersebut. Peralihan yang sangat mendadak dari kehidupan rumah tangga ke kehidupan sekolah dan dirasakan sangat berat, terutama bagi anak-anak yang baru saja masuk sekolah.(Purwanto, 120 : 2007) Hal ini dapat diartikan bahwa sekolah dengan peraturan yang keras biasanya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya kasus-kasus dan penyimpanagan yang menyebabkan seorang anak tidak lagi ingin pergi ke sekolah. Maka dari sinilah awal anak putus sekolah (Jamaludin, 2009: 57). Sekolah menjadi salah satu penyebab seorang anak tidak lagi termotivasi untuk dikarenakan seorang anak merasa kebebasannya ditekan dengan adanya peraturan-peraturan yang keras yang di terapkan oleh pihak sekolah.
3. Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan di mana seseorang hidup, bergerak dan melakukan interaksi dengan orang lain dan saling mempengaruhi. Lingkungan yang tidak baik akan memberikan pengaruh yang tidak baik pula terhadap seorang anak, apalagi anak berusia sekolah. b) Faktor Ekonomi Pendidikan di pandang sebagai salah satu faktor pendorong untuk pertumbuhan ekonomi, karena ekonomi merupakan faktor utama dalam menjalankan pendidikan. Ekonomi orang tua yang yang tidak merata menyebabkan orang tua tidak mampu membiayai anaknya untuk sekolah. Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan orangtua bekerja keras mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga perhatian orang tua terhadap
12
pendidikan cenderung terabaikan. Bahkan dinggap meringankan beban orang tua anak di ajak untuk bekerja sehingga meninggalkan bangku sekolah dalam waktu yang cukup lama. apalagi setelah merasakan betapa enaknya membelanjakan uang hasil kerja keras sendiri akhirnya tidak terasa meninggalkan bangku sekolahnya begitu saja. c) Kurangnya minat bersekolah. Anak usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu pengetahuan namun sudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik maka keinginan bersekolah seorang anak secara tidak langsung sedikit demi sedikit akan berkurang, ditambah lagi kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya, kurangnya orang-orang terpelajar dalam pergaulan anak menyebabkan seorang anak akan berhenti untuk bersekolah.
2.5 Upaya yang dilakukan lembaga pendidikan/pemerintah dalam mencegah terjadinya anak putus sekolah. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah Desa Suka Damai dalam mencegah terjadinya anak putus sekolah. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yakni sebagai berikut : 1) Memberi Motivasi Memberi motivasi meupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia karena motivasi dianggap sebagai sesuatu yang menjadi dorongan. Sebagai manusia sekiranya tidak lepas dari bantuan orang lain dan salah satunya adalah motivasi. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang mengerakkan dan menggarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar (Dimyati dan
13
Mudjiono, 80 : 2006). Motivasi merupakan sebuah kegiatan (aktifitas) yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu. Jucius (dalam Effendy, 64 : 2004) menyatakan bahwa motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seorang atau diri sendiri untu mengambil kegiatan yang di kehendaki. Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu: (1) kebutuhan, (2) dorongan,
(3)
tujuan.
Kebutuhan
terjadi
bila
individu
merasa
ada
ketidakseimbangan anatara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan dan pencapaian tujuan.. Sedangkan tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seseorang individu, Koeswara dalam (Dimiyati dan Mudjiono, 80-81, : 2006). Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dsan kemaunnya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu (Purwanto 73 : 2007). 2) Melakukan Pembinaan Menurut Yurudik Yahya, (di akses 12 Maret 2013). Pembinaan adalah suatu bimbingan atau arahan yang dilakukan secara sadar dari orang dewasa kepada anak yang perlu dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang kepribadian yang dimaksud mencapai aspek cipta, rasa dan karsa. Istilah pembinaan atau berarti “pendidikan” yang merupakan pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada yang belum dewasa untuk mencapai kehidupan yang lebih tinggi. Pembinaan merupakan proses yang dilakukan untuk merubah tingkah laku individu serta membentuk kepribadiaanya,
14
sehingga apa yang di cita-citakan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. 3) Pendidikan Kesetaraan / Kejar Paket A, B dan C. Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat (3), bahwa pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA yang mencakup Program Paket A, Paket B, dan Paket C. Pendidikan Kesetaran yang meliputi program pendidikan Paket A, B dan C ditunjukkan bagi masyarakat yang putus sekolah yang mempunyai kesulitan sosial ekonomi seperti petani, nelayan, anak jalanan dan lain-lain. Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah yang terisolir seperti daerah perbatasan, daerah rawan bencana atau daerah yang belum mempunyai fasilitas yang memadai dan lain-lain. Program pendidikan kesetaraan merupakan solusi bagi masyarakat yang tidak mengikuti atau menyelesaikan pendidikan formal karena berbagai macam faktor dan alasan. Masyarakat yang membentuk komunitas belajar sendiri serta bagi mereka yang menentukan pendidikan kesetaraan atas pilihan sendiri. Program pendidikan kesetaraan / kejar paket A, B dan C mempunyai tujuan yang sama dengan pendidikan pada umumnya yakni meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap warga belajar sehingga dapat memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi diri serta bagi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya yang dapat menyelenggarakan pendidikan kesetaraan adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB),
15
Organisasi Kemasyarakatan, Yayasan Badan Hukum atau Badan Usaha, Organisasi Keagamaa dan lain-lain.
16