PENDIDIKAN NILAI KARAKTER DALAM PROSES MENYIAPKAN PEMBANGUNAN MANUSIA ERA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DENGAN METODE AFL Joko Sekti Riyadi, Arief Budhi Dharma, Andjarwani Putri W. STIE-AUB SURAKARTA
ABSTRACT This study explained that the ASEAN Economic Community (AEC) is already running with the strategies and models showcased in treary and aggrement arangements included in the Mutual Recognition (MRA). Basic layout implementation of the ASEAN Economic Community (AEC) is located on the shoulders of the next generation is an Indonesian who is creative and innovative. The youth needed to create the role of educators in order to make fully human through character education. The role of universities as a container molding the youth of character can be measured by using the method of assessment for learning (AFL) based on higher order thinking skills (HOTS) for the students as the future generation. Which is expected by the method implied role of universities in carrying out its functions as stipulated in Law No. 20 of 2003. Keywords: Character Education, Human Development, AEC, AFL Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia, Indonesia dengan jumlah penduduk kurang lebih 230.000.000 jiwa, dengan prosentase 60% remaja (pemuda) ( kategori remaja 15-54 tahun) sehingga masih produktif.1 Dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki remaja kurang dari 50%, termasuk China. Makanya peran pemuda di Indonesia menjadi kekuatan ekonomi (baca wahyu jatmiko, fe-ui) karena letak perekonomian akan dibebankan ke generasi penerus berikutnya.
PENDAHULUAN ASEAN Economic Community (AEC) bertujuan mewujudkan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan berdaya saing tinggi melalui integrasi ekonomi regional. AEC telah disepakati oleh 10 negara anggota ASEAN dan Indonesia merupakan negara dengan penduduk sekitar 41% dari total penduduk ASEAN pada 2012 dan diperkirakan mencapai 43% saat 2015, sehingga memposisikan Indonesia sebagai pasar utama untuk arus barang dan investasi.
1
166
When The china Rule The Word
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam...
Terlebih era ekonomi sudah beralih dari ekonomi pertanian, ekonomi industri, ekonomi informasi dan sekarang dihadapkan kepada ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif mengedepankan asset yang didapat dari ide dan kreatifitas. Kreatifitas berada di pundak generasi penerus, para generasi penerus bangsa ialah mereka setiap individu yang mampu menggunakan pilihan-pilihan kreatifitasnya yang tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan saja melainkan bagaimana mengupayakan agar tercapainya pilar pembangunan manusia hingga tercapai tujuan nasional hingga mengantar ke negara maju. Pilar pembangunan manusia berada di tangan pemuda yang berani dalam kebenaran, berintegritas tinggi, nasionalis yang tidak bisa dijual belikan. Dikaitkan dengan pilar pembangunan manusia mengacu pada standart kompetensi yang disepakati dalam Mutual Recognition Arangements (MRA) era Asean Economic Community. Berdasarkan UU No 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, Pasal 1 (2) menyebutkan Kepemudaan adalah berbagai hal yang berkaitan dengan potensi, tanggung jawab, hak, karakter, kapasitas, aktualisasi diri, dan cita-cita pemuda. Dalam Pasal 3 UU No 40 tahun 2009 disebutkan bahwa Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
167
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggungjawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Era pembangunan manusia merupakan tantangan bagi seluruh generasi penerus bangsa, karena generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan perjuangan cita-cita bangsa indonesia menjadi negara maju ke-9 pada Tahun 2020 dan ke-5 di Tahun 2030, dimana posisi indonesia berada setelah india, uni eropa, amerika dan china. Indikator negara maju atau negara berkembang adalah bagaimana Gross National Product (GNP) suatu negara. Negara maju tidak bisa lepas dari Global Wisdom Society (GWS), bagaimana pemerintah harus menciptakan dan mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Modal untuk Global Wisdom Society adalah pendapatan ekonomi yang dapat menunjang hidup layak masyarakat, bagaimana rakyat mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, mampu saving untuk masa depan, sedangnya secara sosial bagaimana kesejahteraan masyarakat tercukupi dari sandang, pangan, papan dan pendidikan serta kesehatan menjadi kebutuhan dasar manusia, secara politik bagaimana
168 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
pemerintah menciptakan politik yang berkesinambungan dengan kepentingan rakyat, menerapkan keadilan dan demokrasi yang tidak kebablasan. Survei Global Competitiveness Index tahun 2014-2015 membuktikan bahwa daya saing Indonesia masih lemah dibandingkan dengan negaranegara ASEAN lainnya. Posisi Indonesia berada pada peringkat ke 34. Di level ASEAN, peringkat Indonesia ini masih kalah dengan tiga negara tetangga, yaitu Singapura yang berada di peringkat 2, Malaysia di peringkat 20, dan Thailand yang berada di peringkat ke-31. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya daya saing Indonesia adalah korupsi sebagai masalah utama dalam menjalankan bisnis yang merupakan dampak dari lemahnya karakter integritas pada bangsa Indonesia.2 Berdasarkan hasil pengamatan bahwa ASEAN Economic Community (AEC) sudah berjalan dengan strategi dan model yang di tuangkan dalam treary maupun aggrement termasuk dalam Mutual Recognition Arangements (MRA). Letak dasar pelaksanaan tersebut berada di pundak generasi penerus bangsa yaitu pemuda Indonesia yang kreatif dan inovatif. Untuk menciptakan pemuda yang nasionalis terhadap bangsa dibutuhkan peran tenaga kependidikan supaya menjadikan
2
Ari T, Global ASEAN
manusia seutuhnya pendidikan karakter.
melalui
PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah pendidikan nilai karakter berpengaruh terhadap penyiapan pembangunan manusia dalam asean economic community? 2. Bagaimana perguruan tinggi menyiapkan pendidikan nilai karakter bagi pembangunan manusia khususnya mahasiswa? TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui apakah pendidikan nilai karakter berpengaruh terhadap penyiapan pembangunan manusia dalam Asean Economic Community. 2. Untuk mengetahui bagaimana perguruan tinggi menyiapakan pendiidkan nilai karakter bagi pembagunan manusia khususnya mahasiswa. TINJAUAN TEORI Pendidikan Karakter Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam...
karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Pada Kebijakan Nasional pengembangan karakter Bangsa tahun 2010-2025 dinyatakan bahwa karakter adalah nilai-nilai yang khasbaik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku.3 Karakter menurut Narwanti (2011:27) adalah suatu hal yang unik hanya ada pada diri individual ataupun pada suatu kelompok, bangsa. Terbentuknya karakter yang kuat dan kokoh diyakini merupakan hal penting dan mutlak dimiliki peserta didik untuk menghadapi tantangan hidup di masa mendatang (Dirjen Dikti, 2011). 4Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) disebutkan bahwa karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya.5 Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, 3
sisdiknas Narwati, Pendidikan karakter 5 Kamus Besar Bahasa Indonesia 4
169
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan normanorma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Ki Hajar Dewantara dengan tegas menyatakan bahwa ―pendidikan merupakan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter (Kemendiknas, 2010:3). Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,
170 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Pendidikan karakter juga dapat diartikan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Tujuan Pendidikan Karakter Menurut Kemendiknas (2011:7), pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi : 1. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; 2. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; 3. Mengembangkan potensi
warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia. Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu: (1) Pembentukan dan Pengembangan Potensi Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. (2) Perbaikan dan Penguatan Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga Negara menuju bangsa yang
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam...
berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera. (3) Penyaring Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilainilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat. Pembangunan Manusia Pembangunan Manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (UNDP, 1990:1). Pembangunan manusia perlu adanya pilihan-pilihan untuk menemukan ruang gerak yang felksibel dan kreatif dalam pengembangan dirinya agar dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan bakat, minat agar memiliki profesi yang profesional. Ruangruang tersebut yang akan mengantarkan manusia pada pemenuhan kebutuhannya sendiri yang dapat tunduk pada mencapaian Gross National Product (GNP), sehingga tercapainya tujuan pembangunan nasional dalam hal kesehatan, pendidikan dan standart kehidupan yang sejahtera. Dalam (UNDP 1995:118) konsep pembangunan manusia tertuju pada 5 sasaran, 1. pembangunan yang mengutamakan penduduk, 2. Pembangunan untuk memperbesar pilihan-pilihan
171
manusia yang tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan saja, 3. Pembangunan tidak hanya pada upaya meningkatkan kemampuan tetapi upaya memanfaatkan kemampuan secara optimal, 4. Pilar pembangunan manusia (produktifitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan, 5. Pembangunan manusia menjadi dasar penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalsis pilihan-pilihan untuk mencapainya. 6
PEMBAHASAN 1. PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.7 Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence 6
Sumber internet, 7 pilar pembangunan manusia 7 Ali idrus, Pendidikan Global
172 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anakanak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia prasekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras,
perilaku seks bebas, dan sebagainya. Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di antaranya adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis. 2.
UPAYA PERGURUAN TINGGI DALAM MENYIAPKAN PENDIDIKAN KARAKTER Perguruan tinggi merupakan institusi yang memiliki peran dan posisi strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan secara makro. Tujuan pendidikan tinggi diatur dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 adalah sebagai berikut : (1) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan teknologi dan/atau kesenian. (2) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam...
masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. 8 Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal tersebut menegaskan bahwa tujuan pendidikan bukan hanya sekedar pengajaran ilmu, tetapi juga bertujuan membina dan mengembangkan potensi subjek didik menjadi manusia yang berbudaya, sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah Tuhan Semesta Alam dan sekaligus menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu Negara.9 Menurut Farida (2012:450) pendidikan karakter di Perguruan Tinggi merupakan kelanjutan dari implementasi 8 9
PP No 60/1999 UU No 20/2003
173
pendidikan karakter di sekolah (PAUD sampai SLTA). Jenjang perguruan tinggi merupkan jenjang terakhir dari pendidikan formal yang harus ditempuh peserta didik. Setelah melalui tahap ini, peserta didik akan menjadi tenaga kerja yang siap bersaing pada pasar global. Di lingkungan perguruan tinggi, pendidikan karakter menjadi bagian integral dalam proses perkuliahan. Implementasi pendidikan karakter di perguruan tinggi harus disesuaikan dengan visi dan misi perguruan tinggi tersebut dengan berbasis jurusan dan atau program studi. Penyelenggaraan pendidikan karakter di perguruan tinggi(LPTK) dilakukan secara terpadu melalui tiga jalur, yaitu pembelajaran, manajemen perguruan tinggi, dan kegiatan kemahasiswaan. Nilai-nilai karakter yang diterapkan adalah dengan memilih nilai-nilai inti (core values) yang akan dikembangkan dan diimplementasikan pada masingmasing jurusan atau program studi tersebut (Hasanah, 2013:188). Adapun nilai-nilai inti yang dimaksud ada 18 buah. Kemendiknas (2011), telah mengidentifikasi 18 nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada peserta didik yang bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya, dan Tujuan
174 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
Pendidikan Nasional. Kedelapan belas nilai tersebut adalah: 1)religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) bersahabat/komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, 18) tanggungjawab.10 Menurut Hasanah (2013:193), implementasi pendidikan karakter di perguruan tinggi (LPTK) dilaksanakan dalam tiga kelompok kegiatan, seperti berikut. 1. Pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada mata kuliah; Berbagai hal yang terkait dengan karakter inti, yakni: jujur, cerdas, tangguh, dan peduli dirancang dan diimplementasikan dalam pembelajaran kesemua mata kuliah. Hal ini dimulai dengan pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. 2. Pembentukan karakter yang terpadu dengan manajemen perguruan tinggi 10
Hasanah, Jurnal Pendidikan Karakter
(jurusan/prodi). Berbagai hal yang terkait dengan karakter inti, yakni: jujur, cerdas, tangguh, dan peduli dirancang dan diimplementasikan dalam aktivitas manajemen PT, seperti: pelayanan akademik, regulasi/peraturan akademik, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan, pembelajaran, penilaian, dan informasi, serta pengelolaan lainnya. 3. Pembentukan karakter yang terpadu dengan kegiatan kemahasiswaan. Beberapa kegiatan kemahasiswaan yang memuat nilai-nilai karakter inti, yakni jujur, cerdas, tangguh, dan peduli dapat dikemas dalam bentuk kegiatan, seperti: olahraga, kegiatan keagamaan (baca tulis Al-Qu’ran, kajian ha ibadah, dan lain-lain), seni budaya (menari, menyanyi, melukis, teater), kepramukaan, latihan dasar kepemimpinan, PMR, pameran, lokakarya, dan lain-lain. Permasalahan mendasar bagi dunia pendidikan adalah bagaimana menyiapkan generasinya yang cerdas dan memiliki karakter yang kuat untuk membangun bangsanya ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan Rencana Strategis Kemendiknas 2010-2014 yang telah mencanangkan visi penerapan pendidikan karakter
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam...
(Kemendiknas, 2010a), maka diperlukan kerja keras semua pihak, terutama di lembagalembaga pendidikan formal, termasuk lembaga pendidikan di Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggi, Pendidikan karakter merupakan tahapan pembentukan karakter yang tidak kalah pentingnya dari pembentukan karakter pada tahapan pendidikan sebelumnya, yaitu di lingkungan keluarga dan di lingkungan tingkat sekolah. Oleh sebab itu, semestinya setiap Perguruan Tinggi memiliki pola pembentukan karakter mahasiswa sesuai dengan visi, misi, dan karakteristik Perguruan Tinggi masing-masing. Pendidikan karakter di Perguruan Tinggi adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga civitas akademika Perguruan Tinggi yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai terpuji, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia seutuhnya/insan kamil. Pendidikan karakter di Perguruan Tinggi perlu dirancang secara utuh. Saat mahasiswa baru memasuki wilayah kampusnya sebagai mahasiswa, di setiap fakultas, jurusan-jurusan, di berbagai aktivitas atau kegiatan
175
organisasi baik intra maupun ekstra kampus, semua kegiatannya harus dirancang sedemikian rupa secara utuh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh masing-masing Perguruan Tinggi. Dalam pendidikan karakter di Perguruan Tinggi, semua komponen harus dilibatkan secara optimal, komponen penyelenggara dan tenaga kependidikan seperti pimpinan Rektor, Dekan, Ketua Sekolah Tinggi, Ketua Jurusan, dosen dan karyawan, kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata kuliah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan baik intra maupun ekstra kampus, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh civitas akademika dan lingkungan Perguruan Tinggi secara bersinergis harus saling mendukung terselenggaranya pendidikan karakter dengan baik. Intinya, semua faktor yang dapat mempengaruhi hasil pendidikan karakter yang diinginkan harus terlibat dengan baik. Untuk lebih menyederhanakan pemahaman tentang beberapa faktor yang turut mempengaruhi pendidikan karakter dimaksud, khususnya di lembaga pendidikan formal seperti Perguruan Tinggi, dapat diperhatikan gambar berikut ini:
176 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
Gambar: Faktor-faktor yang turut mempengaruhi hasil pembelajaran Berdasarkan gambar di atas, untuk mendapatkan output (hasil) yaitu mahasiswa yang berkarakter, secara umum ada 3 komponen berpengaruh yang perlu diperhatikan, yaitu: a.
Raw input (bahan mentah); yaitu siswa input (masukan) yang diterima sebagai mahasiswa. Selektif tidaknya terhadap kualitas siswa input yang diterima akan berpengaruh terhadap kualitas output (keluaran/hasil). b. Environment (lingkungan). Kondusif atau mendukung dan tidaknya lingkungan pendidikan mempengaruhi kualitas hasil yang diharapkan. c. Instrument (alat). Termasuk dalam kelompok instrument atau alat diantaranya adalah: Tenaga pendidik atau dosen, kurikulum, materi, metode dan media pembelajaran, dan lain-lain. Dari ke 3 buah komponen yang mempengaruhi kualitas hasil
yang diharapkan, dalam hal ini terciptanya mahasiswa yang berkarakter, raw input, yaitu siswa sebagai masukan atau bahan mentah yang akan diproses dalam lembaga pendidikan, dalam hal ini tidak dibicarakan, sebab merupakan komponen yang sudah jadi yang diperoleh dari hasil olahan atau pembentukan dari lembaga pendidikan sebelumnya. Lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kegiatan pendidikan, atau latar tempat berlangsungnya pendidikan. Lingkungan pendidikan yang dimaksudkan di sini, secara umum meliputi suasana atau kondisi yang dapat mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku mahasiswa, lingkungan di mana mahasiswa dibiasakan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam lingkungan kampus sehingga meresap ke dalam kesadaran hati nuraninya, berdampak pada pembentukan karakternya dan dapat mempengaruhi tingkahlaku mahasiswa. Secara konkrit, lingkungan pendidikan yang turut membentuk karakter mahasiswa diantaranya adalah : 1. Kualitas hubungan antara “aktor” lingkungan di perguruan tinggi dengan para mahasiswanya 2. Iklim atau suasana kampus yang tercipta dalam lingkungan tempat berlangsungnya berbagai aktivitas
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam...
Instumen (alat), yang termasuk dalam instrumen diantaranta, adalah : 1. Tenaga kependidikan atau dosen, dosen harus ing ngarso sung tulodo, ing madya mangunkasro, tutwuri handayani. 2. Kurikulum dan materi, metode dan media pembelajaran. salah satu strategi pendidikan karakter yang bisa ditempuh adalah dengan menerapkan sebuah model penilaian yang terintegrasi dalam pembelajaran dan bersifat sebagai assessment for learning (AFL) berbasis higher order thinking skills (HOTS) bagi para mahasiswanya sebagai generasi penerus bangsa. Menurut Evienia, dkk (2013:115) banyak cara yang dapat dilakukan perguruan tinggi untuk mempersiapkan diri menyongsong pemberlakuan MEA melalui beragam program-program peningkatan kapasitas dan keahlian mahasiswa yang sifatnya hard skill dan soft skill. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, sebagaimana dinyatakan oleh Nurokhim (dikutip Paryanto, dkk 2013:127), ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill. Ketika pendidikan terlibat menyambut
177
datangnya pasar tunggal Asean 2015, sejatinya adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang terampil, peka dan kritis. Terampil bekerja, peka permasalahan dan kritis dalam berperan (Ulwiyah: http://download.portalgaruda.org). Pendidikan karakter merupakan sebuah solusi dalam rangka menyambut era Masyarakat Ekonomi Asean. Pada makalah ini akan diuraikan mengapa pendidikan karakter menjadi sebuah solusi di perguruan tinggi dalam menyambut era MEA.11 SIMPULAN Bahwa pendidikan karakter sangat berpengaruh positif terhadap hasil pembelajaran saja, seperti beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di antaranya adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis. Namun kurang memunculkan soft skill, ini karena cara yang digunakan masih dengan metode pencapaian hardskill. Untuk mencapai kesuksesan seseorang tidak semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Oleh karena itu 11
Portal garuda, pendidikan karakter untuk perguruan tinggi
178 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
peran perguruan tinggi sangat diharapkan dalam pemenuhan tanggungjawabnya dalam pembangunan manusia seutuhnya yang meliputi hardskill dan softskill dengan metode assessment for learning (AFL) berbasis higher order thinking skills (HOTS). SARAN 1. Bahwa sistem pendidikan masih mengacu pada hardskill, sehingga perlu peraturan pendidikan yang baru setelah PP 60/1999 dan UU No 20/2003. Bagaimana bukan saja hardskill tetapi softskill juga
berpengaruh terhadap pembangunan manusia agar siap menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2. Perguruan tinggi sebagai wadah pencetak generasi penerus bangsa, perlu perubahan metode sistem pengajaran, dan melaksanakan UU No 44 Tahun 2015 untuk mencapai pendidikan yang berdaya guna ndengan metode assessment for learning (AFL) berbasis higher order thinking skills (HOTS).
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2014. Pahami Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 .Kompas (versi elektronik). Evienia, Dkk. 2014. Pandangan Pelaku Pendidikan Di Universitas Terhadap Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean 2015 Bina Ekonomi Majbina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar. 107 Volume18, Nomor2,Agustus 2014 Hasanah. 2013. Implementasi Nilai-nilai Karakter Inti di Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LPPMP UNY. Illah Sailah, 2007. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi, Sosialisasi Pengembangan Soft Skills di Kopertis VII Surabaya Kementerian Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti. 2011. Panduan Hibah Penyusunan Buku Model Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti. Masaong, A.K.2012. Pendidikan Karakter Berbasis Multiple Intelligence. Jurnal Konaspi VII Universitas Negeri Yogyakarta, 2012 Septiati. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN, Jurnal IKIP Palembang
Joko Sekti R, Arief Budhi D, Andjarwani P. Pendidikan Nilai Karakter dalam...
179
Sunandar, 2016. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi, Sosialisasi Pengembangan Soft Skills pada Workshop PEKERTI. di Kopertis VI Jawa Tengah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Zamroni,2010, Strategi dan Model Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan dan Pembelajaran, Yogyakarta: PHK-I UNY.