Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM
PENDIDIKAN GRATIS DAN KESADARAN PENDIDIKAN PADA MASYARAKAT DI DESA BONTOALA KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN GOWA Iyan Febrianti Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) penyebab rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan di Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, dan 2) faktor apakah yang mempengaruhi pendidikan gratis sehingga belum mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan di Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria anak yang menerima bantuan pendidikan gratis, dan orang tua anak yang menerima pendidikan gratis di Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu, observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data melalui tiga tahap yaitu reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik pengabsahan data yaitu member check. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)penyebab rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan di Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa adalah,kurangnya pemahaman akan pendidikan, rendahnya tingkat pendidikan orangtua dan kurangnya minat belajar pada anak.2)Faktor yang mempengaruhi pendidikan gratis belum mampu mendorong kesadaran seseorang akan pentingnya pendidikan yakni, faktor kesadaran anak itu sendiri, faktorekonomi mempengaruhi kelangsungan pendidikan anak usia sekolah yang sudah harus bekerja (eksploitasiekonomi), dan faktor budaya patriarki yang masih sangat kuat melekat pada masyarakat di Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Kata Kunci: Pendidikan Gratis
ABSTRACT This research purposes to find out 1) causes of low peoples awareness of education in Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, and 2) what factors that affect the free education so it has not been able to improve peoples awareness that how important the education in Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. The type of the research is qualitative descriptive. The informant election on this research is using purposive sampling techniques with the criteria of childs that receiving free education aid, and the parents of the child that receiving free education in Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Data collection techniqves that used are observation, interview, and documentation. Data analysis techniqves through three stages that are reduction, presentation of data, and conclusion. Techniqves of data legalization is member check. Reaserch result indicate that 1) causes of low peoples awareness of education in Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa are, the lack of comprehension about education, the parents have low level of education and the lack of learn interest in child. 2) factor that influence free education not be uble to improve the awareness of anyone about the importance of education, awareness factor of the child, factor of economy that influence the directness education of children on school age who have had to work (economic exploitation), and factor of patriarchy culture that still very strongly attached to the peoples in Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Keywords: The Free Education
Iyan Febrianti |
1
Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM
PENDAHULUAN Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Karena perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dapat diukur melalui tingkat dan kualitas pendidikan serta tingkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Namun, sampai dengan saat ini masih banyak orang miskin yang memiliki keterbatasan akses untuk memperoleh pendidikan bermutu, hal ini disebabkan antara lain karena mahalnya biaya pendidikan dan orang miskin memang tidak ada biaya untuk pendidikan dikarenakan lebih mengutamakan biaya untuk makan. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitaspendidikan belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, bahkan masih banyakkegagalan dalam dalam implementasinya di lapangan. Kegagalan demi kegagalan antara lain disebabkan oleh manajemen yang kurang tepat, penempatan tenaga pendidikan tidak sesuai dengan bidang keahliannya, dan penanganan masalah bukan oleh ahlinya, sehingga tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan belum dapat diwujudkan. Upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan.Mengingat hal tersebut, maka pendidikan mempunyai peranan yang sangatpenting dalam mencetak generasi yang berkualitas untuk meneruskan kehidupan berbangsa dan bernegara di masa yang akan datang. Peranan pendidikan diantaranya adalah mempersiapkan siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk disumbangkan bagi kesejahteraan umum sebagai warga negara yang aktif. Kebijakan pemerintah mengenai wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar 9 tahun) merupakan upaya pemerintah dalam mencapai tujuan Pendidikan Nasional, dan program tersebut menunjukkan adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan. Era tehnologi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat di saat ini, menuntut lembaga pendidikan bertanggung jawab dalam mempersiapkan sisiwa untuk menghadapi dunia luar yang penuh dengan persaingan dan tantangan. Tetapi melihat kondisi ini pula, pada tahun ajaran 2005 pemerintah khususnya di kabupaten Gowa Sulsel mulai menggulirkan program pendidikan gratis atau pembebasan pembiayaan pendidikan selama 12 tahun. Tetapi program bantuan pemerintah tersebut tidak membuat sebagian masyarakat sadar akan pentingnya sebuah pendidikan. Kesadaran akan pendidikan di Indonesia masih sangat rendah, khususnya pada masyarakat daerah yang terpencil seperti di Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa saja masih banyak masyarakat yang memiliki tingkat kesadaran akan pendidikan yang rendah. Sangat di sayangkan memang, tapi inilah kenyataannya. Di tengah era globalisasi dan modernisasi, semakin canggihnya teknologi masih saja ada masyarakat yang kurang menghargai bagaimana pentingnya pendidikan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini kualitatif dengan penentuan informan melalui teknik purposive sampling dengan kriteria yaitu anak yang menerima bantuan pendidikan gratis dan orang tua anak tersebut sebanyak 16. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan
Iyan Febrianti |
2
Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM
menggunakan analsis deskriptif kualitatif dengan tahapan mereduksi data, mendisiplaykan data dan penarikan kesimpulan. Teknik pengabsahan data yaitu member check. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Penyebab Rendahnya Kesadaran Pendidikan Di Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa Dari hasil pengamatan dan penelitian tentang kurangnya kesadaran pendidikan di Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa disebabkan oleh beberapa aspek, diantaranya adalah: a.
Kurangnya Pemahaman Tentang Pendidikan Orang-orang atau orang tua yang mempunyai jalan pikiran sempit yang mengganggap pendidikan tidak penting, mengakibatkan anak-anak mereka menjadi tidak mengenyam pendidikan formal akan menjadi beban bagi masyarakat bahkan sering menjadi pengganggu ketentraman masyaraka. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya pemahaman pendidikan atau pengalaman intelektualnya serta tidak memiliki keterampilan yang menopang hidup sehari-hari. b. Kurangnya Minat Belajar Menurut Qomar (2012:121) bahwa siswa yang sadar pendidikan adalah peserta didik yang tugas utamanya belajar. Kesadaran ini mendorongnya untuk mengisi waktu dalam jumlah dominan dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar atas inisiatif dari siswa sendiri, tanpa tekanan dan pengondisian dari pihak lain. Minat menurut Slameto dalam Djamarah (2011:191), adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan menurut Crow & Crow dalam Djamarah (2011:192) berpendapat bahwa minat bervariasi. Kemampuan dan kemauan menyelesaikan suatu tugas yang diberikan untuk selama waktu yang ditentukan berbeda-beda baik dari segi umur maupun bagi masing-masing individu. Untuk seseorang yang sangat muda, lamanya minat dalam kegiatan tertentu sangat pendek. Ia kerap kali mendasarkan kegiatan-kegiatannya atas pilihan sendiri. Sehingga ia mudah dikacaukan dan mudah tertarik pada kegiatan yang lain. Dari hasil penelitian menunujukkan bahwa beberapa informan lebih memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan karena tidak minat untuk bersekolah. Seperti pada informan Amirullah yang sering melanggar aturan sekolah dan sering membolos pada saat pelajaran berlangsung, (wawancarapadatanggal22 juni 2015) begitupun dengan Rini yang memiliki hubungan kurang baik dengan para guru di sekolah dan sering membolos pada saat pelajaran berlangsung. (wawancarapadatanggal23 juni 2015)Begitu pula dengan Muh. Ilham yang tidak melanjutkan sekolah karena lebih memilih bekerja. (wawancarapadatanggal25 juni 2015)
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Gratis Belum Mampu Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Pendidikan Di Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa Iyan Febrianti |
3
Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM
a.
Faktor Kesadaran Pribadi Anak yang yang belum sadar akan pentingnya pendidikan dan lebih memilih tidak melanjutkan sekolah ini karena disebabkan oleh faktor dari dalam diri anak tersebut, membuat mereka sudah bekerja pada saat usia sekolah agar dirinya bisa berfungsi pada keberlangsungan hidupnya. Seperti pada teori AGIL yang dipercaya oleh Talcott Parson (Raho, 2007:53) yakni Adaptasi (Adaptation) supaya masyarakat bias bertahan dia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, pencapaian tujuan (Goal attainment) bahwa sebuah sistem harus menentukan tujuannya dan berusaha mencapainya, Integrasi (Integration) masyarakat harus mengatur hubungan diantara komponen supaya dapat berfungsi maksimal, dan Latensi atau pemeliharaan pola yang sudah ada (Latency) bahwa setiap masyarakat harus mempertahankan dan memperbaharui baik motivasi maupun pola budaya yang menciptakan motivasi itu. Sedangkan menurut Saroni (2013:204) mengatakan bahwa kesadaran individual merupakan suatu bentuk kesadaran yang tumbuh dan berkembang dalam hati masing-masing personal. Kesadaran ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap orang mempunyai tingkat kepentingan yang berbeda.Satu orang memosisikan kesadaran berpendidikan sebagai harga mati, tetapi ada yang memosisikannya sebagai sesuatu yang remeh sehingga berpendidikan ataupun tidak, dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Dari hasil penelitian pihak pemerintah telah memberikan beberapa program agar anak-anak dapat melanjutkan pendidikannya namun masih ada yang tidak memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan.
b. Faktor Ekonomi Suyanto (2003:7) mengungkapkan dalam banyak kasus, di kalangan keluarga miskin anak-anak biasanya bekerja demi meningkatkan penghasilan keluarga atau rumah tangganya.Kemudian Sarwono (2012:163) mengungkapkan bahwa kondisi sosial-ekonomi keluarga pun ternyata berpengaruh pada kegiatan anak dan remaja.Hal ini dapat berakibat anak atau remaja terpaksa ikut bekerja dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari agar dapat menyambung hidup. Menurut Kusnadi (2012:28) masalah-masalah diatas tidak berdiri sendiri, tetapi saling terkait satu sama lain. Misalnya, masalah kemiskinan. Masalah ini disebabkan oleh hubungan-hubungan korelatif antara keterbatasan akses, lembaga ekonomi belum berfungsi, kualitas SDM rendah, degradasi sumberdaya lingkungan. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada informan Muh. Ilham memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya atau bersekolah karena ingin membantu perekonomian keluarganya, sehingga dia ikut bekerja sebagai buruh bangunan. Muh. Ilhammemilih tidak melanjutkan pendidikannya setelah tamat dari SD.(wawancarapadatanggal25 juni 2015)Begitupun dengan informan Junaedi, Marlin dan Hastuti yang lebih memilih bekerja dibandingkan harus melanjutkan pendidikan kejenjang yang seharusnya karena adanya tuntutan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari demi membantu perekonomian keluarga. Peter M. Blau dalam Raho (2007:176) berusaha mengembangkan sebuah teori pertukaran yang menggabungkan tingkah laku sosial dasar manusia dengan Iyan Febrianti |
4
Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM
struktur masyarakat. Menurutnya, orang-orang tertarik kepada satu sama lain karena bermacam-macam alasan yang memnungkinkan mereka membentuk suatu asosiasi sosial. Begitu ikatan awal sudah terbentuk maka imbalan yang mereka berikan satu sama lain berfungsi untuk mempertahankan ikatan itu. Kemungkinan sebaliknya pun bias terjadi, yakni imbalan yang tidak seimbang akan memperlemah asosiasi itu. Oleh karena itu bila terjadi hal yang demikian maka timbullah perbedaan kekuasaan. Begitupun dengan kinerja anak putus sekolah ini, mereka mendapat imbalan dari apa yang mereka telah kerjakan, namun terkadang upah kerjanya dibayar tidak seimbang dengan kerjanya. c. Faktor Budaya Patriarki Lingkungan sekolah terkadang juga menjadi faktor penghambat proses belajar. Sarwono (2012:150) mengungkapkan pengaruh sekolah itu tentunya diharapkan positif terhadap perkembangan jiwa remaja karena sekolah adalah lembaga pendidikan.Sebagai lembaga pendidikan, sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping mengajarkan keterampilan dan kepandaian kepada para siswanya.Kondisi sekolah sangat diharapkan dapat memberi pengajaran dan pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Kusnadi.2012. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir.Yogyakarta: ArRuzzMedia Qomar Mujamil. 2012. Kesadaran Pendidikan. Ar-Ruzz Media : Jogjakarta Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka. Saroni, Mohammad. 2010. Orang Miskin Harus Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Suyanto, Bagong. 2003. Pekerja Anak dan Kelangsungan Pendidikannya.Surabaya: Airlangga University Press.
Iyan Febrianti |
5