PENDIDIKAN ”CHARACTER BUILDING” DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN MAHASISWA Oleh : Hibur Tanis*
Abstract Character education at various universities in Indonesia are getting attention even has become a priority. This is supported by the decision of the Director General of Higher Education Ministry of National Education of the Republic of Indonesia Number 43/Dikti/Kep/2006 concerning the implementation of the guidelines personality development courses in Higher Education. However, the extent to which this character education can be designed as an integrated part in formal education. This paper discusses the importance of teaching Character Building as part of character education in the formal education system in the course of Bina Nusantara University of Character Building. That Character Education Building been compiled systematically and integrated the curriculum Lecture Character Building Development Centre (CBDC) managed under the auspices of the Faculty of Psychology Bina Nusantara University. In order to build the character of every person. However in the application, design and implementation Subjects Character building is kept under review by the team in an effort to make continuous improvement. Keywords : Character Education, Personality, honesty, and self-image.
Abstrak Pendidikan karakter di berbagai perguruan tinggi di Indonesia sudah mendapatkan perhatian bahkan telah menjadi prioritas. Hal ini didukung oleh Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Depdiknas RI) Nomor 43/Dikti/Kep/2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok matakuliah pengembangan kepribadian di Perguruan Tinggi. Meski demikian, sejauh mana pendidikan karakter ini dapat dirancang sebagai bagian yang terintegrasi dalam pendidikan formal. Tulisan ini membahas tentang pentingnya pembelajaran Character Building sebagai bagian dari pendidikan karakter dalam sistem pendidikan formal di mata kuliah Character Building Universitas Bina Nusantara. Bahwa Pendidikan Character Building telah disusun secara sistematis dan teritegrasi dalam kurikulum Mata Kuliah yang dikelola Character Building Development Centre (CBDC) dibawah naungan Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara. Guna membangun Karakter/kepribadian setiap insan/individu. Meski demikian dalam penerapan, perancangan dan pelaksanaan program Mata Kuliah Character building ini terus dikaji melalui tim sebagai salah satu upaya untuk melakukan perbaikan terus menerus (continuous improvement). Kata kunci: pendidikan karakter, kepribadian, kejujuran, dan citra diri.
1. Pendahuluan Dunia pendidikan dewasa ini, berpacu dengan semangat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang teknologi informatika yang selalu menyajikan berbagai macam sumber pengetahuan yang baru melalui media-media on line. Tingkat Kemajuan Perguruan tinggipun baik swasta maupun negeri memacu untuk menyajikan kemampuan kompotensinya dengan harapan meningkatkan kualitas pendidikan yang di ajarkan, dengan kata 92
lain setiap perguruan tinggi berupaya menyajikan kemampuan kompetensi dan karakter sehingga dapat mendukung sistem pendidikan yang baik. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini bisa disadari dengan semakin kompleksnya tingkat persaingan yang
| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012
begitu kompleks, maka dunia pendidikan tidak hanya mengandalkan kemapuan kognitif tetapi dibutuhkan kemampuan lain untuk mendukung pengembangan dirinya/ kemampuan kepribadian yang memiliki semangat kepedulian diri (disiplin, jujur, bertanggungjawab, dan lain-lain). Mutu sumber daya manusia tidak hanya dilihat dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, melainkan juga kemampuan karakter atau perilakunya. Pembelajaran mata kuliah Character Building di Universitas Bina Nusanatara juga tidak lepas dari pengembangan standar dan metode profesional sebagaimana yang diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Depdiknas RI) Nomor 43/Dikti/Kep/2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok matakuliah pengembangan kepribadian di Perguruan Tinggi, disebutkan pada Pasal 1 bahwa; “Visi kelompok MPK (Mata kuliah Pengembangan Kepribadian) di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya”. Visi kelompok MPK (Mata kuliah Pengembangan Kepribadian) di perguruan tinggi tersebut dikembangkan ke dalam misi kelompok Mata kuliah Pengembangan Kepribadian sebagaimana diatur dalam Pasal 2 yakni, membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab. Demikian pula halnya dalam kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II, yang mengusung pendidikan karakter lima tahun ke depan melalui Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014. Meski ”Pendidikan Karakter” bukanlah hal baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Pertanyaan yang selalu hadir dalam diri penulis ketika berhadapan dengan mahasiswa dalam ruang kelas, Apa arti dan pentingnya pendidikan karakter yang diajarkan kepada mahasiswa, Kontribusi Pembelajaran Character Building bagaimanakah yang harus saya sampaikan untuk mendukung Pengembangan Diri bagi anak ajar ? Apakah pendidikan karakter dapat
diajarkan hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus, bukankah pendidikan karakter hanya dilihat sebagai ilmu kehidupan karena bukan pendidikan khusus yang validitasnya dapat diukur lewat ujian tertulis, Bagaimana mengukur keberhasilan sebuah pendidikan karakter? Jadi harapan saya pendidikan karakter jangan hanya dilihat semata-mata dianggap sebagai bagian dari ilmu kognitif tapi sebaiknya dikembangkan dan didukung dalam berbagai dimensi diantaranya dimensi afektif (nilai-nilai). Pertanyaanpertanyaan tersebut kembali diperkuat oleh kebijakan yang menjadikan pendidikan karakter sebagai ”program” pendidikan nasional di Indonesia terutama pada masa awal Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, ketika itu Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin, berusaha menghidupkan pendidikan watak dan budi pekerti -sebagai amanat Garis-Garis Besar Haluan Negara 1999- terutama untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, bahkan sampai ke perguruan tinggi. 2. Pembahasan 2.1. Pengertian Karakter Menurut pusat bahasa Depdiknas tahun 2008, “kepribadian” adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Dalam beberapa tulisan tentang Pendidikan Karakter menurut Ryan & Bohlin (1999), karakter merupakan suatu pola perilaku seseorang. Orang yang berkarakter baik memiliki pemahaman tentang kebaikan, menyukai kebaikan, dan mengerjakan kebaikan tersebut. Orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. David Elkind & Freddy Sweet Ph.D (2004) menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya untuk membantu peserta didik memahami, peduli, dan berperilaku sesuai nilai-nilai etika yang berlaku. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru atau dosen, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Dosen yang terlibat dalam pembelajaran character building diharapkan dapat membantu membentuk watak peserta didik. Metode pembelajaran ini tentunya mencakup kemampuan seorang dosen atau pengajar memberi contoh atau tatalaku yang baik, keteladanan, cara menyajikan dan mempresentasikan materi, terutama bagaimana membangun hubungan yang baik
| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012
93
antara mahasiswa dan dosen, baik dalam kelas maupun di luar/masyarakat serta segala hal yang berkaitan dengan tujuan dari pada pembelajaran mata kuliah character building. Menurut T. Ramli (2001), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriterianya adalah nilai-nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Cara berpikir dan membangun prilaku yang baik adalah bagian dari pengajaran Character, bagaimana kita dapat bekerja secara bersamasama, bermasyarakat serta bertanggungjawab. Dalam buku Service with Character dari Hermawan Kartajaya dan Ardhi Ridwansyah terbitan Gramedia 2012 dibahas soal Six Pillars of Character. Keenam jenis karakter tersebut adalah: a. Trustworthiness. Dalam konsep Josephson Institute of Ethics, trustworthiness merupakan pilar yang paling mendasar dan rumit dari keenam nilai—nilai etika ini dan mencakup beberapa kualitas seperti kejujuran, integritas, keandalan dan kesetiaan. Ketika seorang anak berusia antara 4-6 tahun, ia disarankan untuk mulai belajar tentang trustworthiness, yang mengajarkan kejujuran sebagai wujud dari trustworthiness tersebut. Mereka melambangkan trustworthiness dengan warna biru yang bermakna sebagai laut atau samudra yang sangat dalam. Biru juga identik dengan langit yang luas. Disinilah trustworthiness itu berada. Kejujuran dan integritas seorang manusia itu mesti sedalam samudra dan setinggi langit biru nan tiada berbatas. Intinya, hal ini harus melekat dalam diri seseorang kapan pun, dimana pun, serta saat dia bersama siapa pun. b. Respect. Setelah jujur dan integritas, pilar selanjutnya adalah respect. Hal ini dapat berwujud tindakan untuk memperlakukan orang lain dengan hormat, mentolerir perbedaan, dan mengatasi ketidaksepahaman dengan baik. Seorang anak berusia 6-8 tahun disarankan oleh Josephson Institute of Ethics untuk mendalami respect. Jadi kalau 94
c.
d.
e.
f.
kita perhatikan, six pillars menggunakan warna emas sebagai simbol respect. Jika Anda imajinasikan, apa yang terlintas di benak Anda ketika melihat emas? Anda pasti akan melihat benda itu sebagai sesuatu yang sarat nilai, bukan? Ya, respect itu seperti halnya emas yang sangat bernilai. Dia dihargai dimana pun di belahan bumi ini. Responsibility. Pilar ketiga adalah responsibility, tanggung jawab. Kita tidak cukup hanya memiliki trustworthiness dan respect saja. Kita mesti punya tanggung jawab. Ya, tanggung jawab itu berarti kita mesti melakukan apa yang harus kita lakukan. Kita mesti bertanggung jawab dengan pilihan yang kita ambil, dan harus melaksanakan tugas dengan penuh kesungguhan. Anak usia 8-10 tahun dianjurkan untuk mendalami responsibility. Responsibility dilambangkan dengan warna hijau. Warna ini diidentikkan dengan kewajiban untuk melestarikan alam yang dikenal dengan istilah go green. Perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan sering disebut green company. Karenanya wajar jika kemudian warna hijau menjadi representasi responsibility. Fairness. Fairness atau keadilan bermakna main sesuai aturan, menggunakan kesempatan untuk berbagi, memiliki pikiran terbuka, mau mendengarkan pendapat orang lain serta tidak mudah menyalahkan orang lain. Menurut Josephson Institute of Ethics, fairness baik untuk dipelajari oleh anak berusaia 10-12 tahun. Fairness itu seperti jeruk yang berwarna orange. Tentu bukan maksudnya berasa asam. Tapi sadar atau tidak, jeruk adalah buah yang dapat dipotong dan dibagi secara merata. Karena itu jeruk adalah simbol keadilan bagi manusia (fairness). Caring. Perilaku caring mencakup berbaik hati, peduli pada orang lain, selalu mengekspresikan rasa terima kasih, mau memaafkan orang lain dan berbesar hati, serta bersikap ringan tangan mau membantu orang lain yang membutuhkan. Caring idealnya dipelajari oleh anak yang telah berusia 12-14 tahun. Simbol caring adalah merah, warna hati. Caring memang bersumber dari dalam hati yang terdalam. Ia berada di lubuk perasaan setiap orang. Caring inilah yang membuat dunia penuh warna dengan cinta kasih antar sesama umat manusia. Citizenship. Bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam.
| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012
Persoalan pokok yang muncul dari pemahan ini adalah mampukah setiap individu untuk memahami dan mengimplementasikan prinsipprinsip tersebut dalam kehidupan sehari-hari? Memang hal ini agak sedikit sulit, tetapi peranan karakter justru menjadi penentu. Karakter yang ideal seperti yang ada tercantum dalam Six Pillars of Character sangat mengutamakan kejujuran, dimana kejujuran ditempatkan sebagai hal yang prinsip dan yang melebihi dari segalanya (dominan). Persoalannya kejujuran dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang unik, mengapa unik karena kejujuran seolah-olah tidak ada makna lagi (nilai) baik dalam kehidupan social kemasyarakatan maupun dalam dunia politik, ekonomi dan lain sebagainya. 2.2. Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan bagian yang sangat penting dalam menunjang kepribadian setiap mahasiswa. Dalam pembelajaran mata kuliah Character Building ini tidak hanya diberlakukan pemberian teori dalam kelas tetapi juga harus didukung oleh berbagai tugas. Salah satu kegiatan yang sangat mendukung kemampuan kepribadian adalah tugas-tugas mandiri diantaranya adalah final project, forum dikusi melalui media on line binusmaya dan lainlain. Tugas-tugas mandiri mahasiswa merupakan bagian dari tugas mandiri yang terintegral dari system pembelajaran dalam mata kuliah Character Building di Universitas Bina Nusantara disamping kegiatan kelompok lainnya. Tujuan tugas-tugas mandiri, khususnya tugas final project ini akan menjadi tantangan baru bagi binusian 2016, yang akan dicanangkan oleh rektor Universitas Bina Nusantara sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan ijazah akademik, dengan tujuan untuk memberi kesempatan kepada setiap mahasiswa mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sebagai mahluk sosial dan memahami masalah-masalah sosial. Pembelajaran di kampus dan di lapangan ini berkaitan pula dengan pemantapan setiap individu sebelum terjun ke dunia kerja yang tidak hanya diberlakukan sebagaimana yang terjadi selama ini seperti KKN (Kuliah Kerja Nyata) pada setiap akhir semester sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan ijasah. Dengan demikian diharapkan dapat terjadi hubungan yang nyata dengan pembelajaran teori yang didapatkan di kelas dan menerapkannya dilapangan. Berpedoman dari Keputusan Dirjen Depdiknas Nomor 43/Dikti/Kep/2006 tentang
rambu-rambu pelaksanaan kelompok matakuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi, dan sebagai konsekuensi dalam pengembangan karakter dan kepribadian mahasiswa di Perguruan Tinggi khususnya di Universitas Bina Nusantara agar dapat menjadi wahana strategis bagi peningkatan kompetensi mahasiswa dalam pembelajaran, maka ada beberapa langkah yang menjadi kajian sebagai upaya perbaikan dan pengembangan pembelajaran Character Building untuk menunjang kepribadian/potensi diri bagi setiap individu/mahasiswa, diantaranya; Pertama, dalam system pembelajaran Character Building, senantiasa dibangun perspektif pemantapan materi pembelajaran Character Building ini untuk pengembangan kepribadian yang dirangkum dari beberapa matakuliah dasar seperti: Etika, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Filsafat, psikologi, Pendidikan Agama, dan lain-lain. Tentu, disusun berdasarkan atas asas kebutuhan dan secara terintegrasi. Kedua, meski diakui bahwa masih banyak kelemahan-kelemahan dan komitmen dari pengajar serta rasio anak didik yang berjumlah cukup banyak dalam suatu ruang kelas tidak mengurangi lemahnya komitmen pendidik atau dosen mata kuliah Character Building untuk tetap memberikan semangat dan dorongan bagi setiap anak didik dalam memahami pentingnya pembelajaran ini. Ketiga, pelaksanaan pembelajaran Character Building ini, memberi peluang bagi setiap anak didik untuk dapat berinteraksi dengan dosen, dengan sesama mahasiswa, dosen dengan dosen baik secara on line melalui media binusmaya dalam bentuk berdiskusi secara intensif dalam rangka pendalaman materi yang diajar sebagai upaya untuk menggali potensi diri dan pengembangan kepribadian mahasiswa dengan baik. Sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional bahwa pendidikan karakter perlu dikembangkan dari usia dini, ini bertujuan agar setiap individu dapat memahami bahwa pendidikan karakter merupakan bagian pengembangan kepribadian yang perlu diajarkan sehingga dapat memamahi perilaku seseorang yang didasarkan pada nilai-nilai sesuai normanorma yang berlaku. Disamping itu pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan pencapaian pembentukan dimensi yang seimbang dalam diri setiap manusia. Sehubungan dengan pemahaman pendidikan karakter tersebut diatas,
| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012
95
Mahasiswa sebagai intelektual muda dan calon pemimpin masa depan, pembelajaran Character Building sangat penting untuk membentuk kepribadian mahasiswa itu sendiri. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi pada pengarahan Rakornas Bidang Kemahasiswaan Tahun 2011, menegaskan bahwa pembimbingan mahasiswa diantaranya diprioritaskan pada: Pengembangan kemampuan intelektual, keseimbangan emosi, dan penghayatan spritual mahasiswa, agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta berkontribusi pada daya saing bangsa, Pengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan berbasis pada partisipasi publik, peningkatan kualitas sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan dan aktualisasi diri mahasiswa: kognisi, personal, sosial. Hal yang sangat penting dalam membentuk kepribadian mahasiswa adalah memahami diri sendiri, pengembangan potensi diri dan peningkatan kontrol diri yaitu kemampuan kita untuk mau melakukan perubahan, mau mengenal diri sendiri apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan serta apa yang akan menjadi komitmen dalam mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri setiap individu, sebab itu perlu ada strategi yang harus dikembangkan sehingga apa yang diharapkan untuk mengejar hasil yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Pendidikan karakter sebagai upaya untuk membentuk pribadi mempunyai peranan yang strategis dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu materi pendidikan character dituntut untuk mengakomodasi peningkatan kualitas materi yang lebih cerdas terutama ditujukan kemampuan untuk mengembangkan potensi yang berkepribadian kuat, disiplin, jujur, dan mempunyai komitmen yang tinggi. Dalam mengembangkan pendidikan karakter tersebut, sebagai mana dikemukakan oleh beberapa ahli, maka hal yang perlu dicapai dalam pendidikan ini, dapat diperoleh ciri-ciri orang yang memiliki karakter, menurut Howard Kirschenbaum (1995) yang dikutip dari tulisan Dr. Edy Supriyadi Dosen Pendidikan Teknik Elektro FT UNY antara lain : hormat, tanggungjawab, peduli, disiplin, loyal, berani, dan toleran. Seseorang yang berkarakter mulia memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti percaya diri, 96
rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, dan tabah. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan ssbertindak sesuai potensi dan kesadarannya. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya). 2.3. Berpikir Positif Memaksimalkan Potensi/ Kepribadian Diri Berpikir positif merupakan suatu kekuatan yang ada diri setiap orang dan merupakan kebutuhan hidup yang penting, sehingga seseorang tak dapat hidup tanpa hal tersebut. Meski setiap hari ratusan bahkan ribuan pikiran yang disuguhkan kepada kita dan betapapun keadaan hidup dan buruknya pikiran jangan ada putus asa, pikiran harus terus dibaharui secara spritual karena kekuatan berpikir yang positif dapat merampas semua keburukan tersebut untuk mendapatkan hasil yang diinginkan untuk mengembangkan kepribadian. Berpikir positif dapat menolong siapapun menjadi maksimal dengan potensi yang ada. Bahwa setiap manusia pasti memiliki potensi/kelebihan bagaikan dalamnya lautan, hanya saja potensi tersebut perlu diangkat sehingga dapat muncul ke permukaan. Melalui pikiran yang positif sebagai langkah awal dalam mengembangkan kepribadian maka segala potensi yang ada dalam diri akan muncul dan dapat menghasilkan apa yang diinginkan, demikian juga sebaliknya jika seseorang memberikan peluang dalam dirinya untuk selalu berfikir negatif kehidupannya akan menjadi negatif. Dalam buku Menggali dan Mengembangkan Kekuatan Tersembunyi di Dalam Diri karya James K. Van Fleet terbitan Mitra Utama dikemukakan bahwa citra diri seseorang sangat penting untuk meraih keberhasilan. Membangun sikap berpikir positif peran citra diri sangat menentukan dalam keberhasilan setiap orang. Jika seseorang memiliki citra diri negatif seharusnya orang itu akan selalu gagal, sebab itu dalam memaksimalkan potensi/kepribadian, citra diri sangat penting.
| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012
Karena melalui citra diri yang positif maka kita selalu berpikir untuk meraih kesuksesan dan akan sukses. Bahwa apa yang anda pikirkan itu adalah kekuatan dari dalam diri sebab apa yang anda pikirkan akan menjadi seperti apa yang anda pikirkan. Menurut James K. Van Fleet, ada 6 (enam) karakter citra diri yang negatif dan 6 (enam) citra diri yang positif. Keenam citra diri ini tidak dapat bersesuaian. 6 (Enam) Karakter Citra Diri Negatif: a. Merasa rendah diri. Selalu menganggap bahwa diri sendiri tidak berguna baik bagi diri sendiri maupun Orang lain, sehingga tindakannya selalu mengarah ke hal-hal yang negatif. b. Kurang memiliki dorongan dan semangat hidup. Seseorang yang tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sehingga tidak mendapatkan hasil yang maksimal, tidak memiliki kemampuan. c. Lebih suka menunda-nunda sesuatu. Orang ini biasanya malas, ketidakmampuan melakukan pekerjaan, kurang berminat dalam pekerjaan, dan lain sebagainya. d. Memiliki gagasan dan emosi yang negatif. Ini memprogram pikiran bawah sadar anda secara tidak benar dengan gagasan yang pesimis ketimbang gagasan yang optimis dan positif, kesuksesan tidak akan dicapai bila emosi negatif selalu ada dalam benak setiap orang. e. Pemalu dan suka menyendiri. Sikap ini biasanya terbawa dari perasaan yang terluka sejak kanak-kanak, kritikan, hinaan dan ejekan dari orang tua, guru, teman, majikan dan lainlain. f. Hanya memikirkan kepuasan sendiri. Ini merupakan keegoisan sendiri termasuk makan berlebihan, merokok, bermain judi, dan lain sebagainya. 6 (Enam) Karakter Citra Diri Positif: a. Memiliki rasa percaya diri yang kuat. Belajar menyenangi diri sendiri, menyayangi diri sendiri, memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri. b. Berorientasi pada ambisi dan sasaran. Harus memiliki citra diri yang positif dalam upaya untuk meraih apa yang diinginkan serta mampu menentukan sasaran hidup, dengan memiliki sasaran hidup maka akan ada misi untuk dicapai dan tujuan akan diraih. c. Terorganisir dengan baik dan efisien. Agar tidak terombang ambing tanpa tujuan dan
menunda-nunda sesuatu, maka semua pekerjaan harus dirampungkan setiap hari berdasarkan prioritas, usahakan pekerjaan selesai selama jam kerja setiap hari. d. Bersikap mampu. Jika anda mengadaptasikan citra diri anda dengan baik dan positif, maka hal ini secara otomatis akan anda miliki. Orang yang mampu akan mendapatkan banyak peluang untuk meraih kesuksesan. e. Memiliki kepribadian yang menyenangkan. Hindari rasa malu dan suka menyendiri, penakut, programkan dalam pikiran bawah sadar anda dengan citra diri positif, anda akan memperoleh kesuksesan. f. Mampu mengendalikan diri. Untuk bisa mengendalikan diri, tinggalkan kebiasaan buruk dan menyenangkan diri sendiri seperti merokok, makan berlebihan, mabuk-mabukan, dan sejenisnya. Jadi hidup manusia ditentukan oleh kemauan yang positif untuk mengembangkan kepribadian, potensi dan kekuatan yang ada dalam dirinya dan kemampuannya mengekspresikannya melalui pikiran, tindakan dan ucapannya (diucapkan). Kata pepatah “you are what you think”, sebab itu, jika kita mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang baik dan positif maka kita akan memiliki komunikasi, tindakan dan tingkah laku yang baik dan positif sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Rendall Fitzgerald (opuza2905.blogspot.com) percaya bahwa orang yang berpikir positif adalah orang yang beruntung, dan orang yang beruntung akan menikmati banyak hal yang menguntungkan, salah satunya adalah potensi atau kemampuan yang ia miliki akan menjadi maksimal dalam mengembangkan pribadinya, mereka yang mengisi pikirannya dengan hal-hal yang positif dan memiliki citra diri yang positif sedang membangun dirinya secara alamiah yang merupakan salah satu kunci sukses. Selain itu, setiap orang harus mampu memperkuat kepribadiannya dan menjadi orang yang lebih peduli, tekun, sabar, ramah, mengasihi diri sendiri dan sesamanya dan disenangi banyak orang. 3. Kesimpulan Pendidikan karakter memiliki peran yang sangat penting dalam membangun kepribadian setiap individu (mahasiswa). Mahasiswa yang memiliki karakter diharapkan mampu memahami arti kehidupan dan memaknainya dalam bentuk kejujuran, kepedulian akan sesama/lingkungan, beriman, mandiri, dan memiliki motivasi yang
| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012
97
tinggi sehingga mampu menghadapi berbagai macam tantangan hidup untuk meraih goal/ kesuksesan dimasa yang akan dating. Pendidikan karakter sangat dianggap penting sebagai salah satu mata kuliah bagi pertumbuhan dan pengembangan kepribadian setiap individu menjadi manusia yang seutuhnya. Hal ini diharapkan dapat menjadi pendidikan khusus dalam mengakomodasi semua kebutuhan yang diperlukan setiap mahasiswa sebelum terjun ke dunia kerja. Bagi perguruan tinggi seperti di Universitas Bina Nusantara merasa perlu untuk menyelenggarakannya. Hal ini penting karena tidak hanya memperhatikan kebutuhan kompetensi akademis mahasiswa, tapi juga pengembangan karakternya agar selalu siap baik secara akademis maupun dalam berkelakuan yang baik dalam kehidupan nyata di masyarakat (smart and good). Universitas Bina Nusantara khususnya di Fakultas Psikologi telah mencanangkan dan merancang pendidikan karekter ini sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu yang dituangkan dalam rencana strategisnya dan perancangan program yang sistematis dan terintegrasi. Tugas Mandiri sebagai bagian dari rencana strategis dilakukan oleh para mahasiswa sebagai bagian dari pemantapan/pemahaman teori. Pendidikan karakter ini memang tidak akan langsung merubah sikap dan perilaku mahasiswa itu sendiri, tapi diharapkan dapat mengubah polah pikir positif baik didalam dunia kemahasiswaan maupun dalam kehidupan masyarakat. Untuk kedepannya mata kuliah Character Building terus dilakukan upaya koreksi untuk perbaikan secara terus menerus (continuous improvement).
REFERENSI
Republik Indonesia. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78. Van Fleet, James K. 1997. Menggali dan Mengembangkan Kekuatan Tersembunyi di Dalam Diri (cetakan kedua), alih bahasa Sanudi Hendra. Jakarta: Mitra Utama
* Hibur Tanis Dosen Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Bina Nusantara. Menamatkan S1 di FISIP Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang (1985), S-2 Manajemen (SDM) di Universitas Pancasila, Jakarta (2006).
“Ketika kamu berhasil teman - temanmu akhirnya tahu siapa kamu. Tapi ketika kamu gagal akhirnya kamu tahu siapa sesungguhnya temantemanmu”.
Hanna, Paul. 2002. You Can do It , alih bahasa Ivonne E. Susanti MBA. Jakarta: Erlangga. Kartajaya, Hermawan dan Ardhi Ridwansyah. 2012. Service with Character Jakarta: Gramedia. Kevin, Ryan and Bohlin Karen. 1999. Building Character in Schools. San Fransisco: John Willey & Sons. Meyer, Joice. 2004. Cara Untuk Sukses Menjadi Diri Sendiri (How to Succed at being yourself), alih bahasa Agus Sukwanto. Batam: Interaksara.
98
| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012
(Aristoteles, filsuf Yunani)