PENDAPAT WARTAWAN TENTANG KINERJA DIVISI HUMAS DEPDIKNAS DALAM PEMBENTUKAN CITRA DEPARTEMEN ( Studi kasus konferensi pers sertifikasi guru periode Agustus – September 2007) SKRIPSI Untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana strata satu Ilmu Komunikasi
Di susun oleh: Fahmi Zainal Muttaqien 4420401-022 Public Relations
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2009
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI BIDANG STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT
ABSTRAKSI FAHMI ZAINAL MUTTAQIEN (4420401-022) Pendapat Wartawan Tentang Kinerja Divisi Humas Depdiknas Dalam Pembentukan Citra Departemen xi + 104 halaman ; 25 lampiran Bibliografi : 46 Acuan (1988-2007) Kinerja public relations pada institusi pemerintah bukan hanya sebagai camera man, fotografer atau pembuat klipping belaka, tetapi lebih dari itu public relations adalah suatu lembaga yang sangat strategis untuk menjembatani hubungan pemerintah dengan media massa selaku pihak yang sering memberikan umpan balik (feed back) baik berupa pemberitaan maupun kritikan dari programprogram yang dilakukan oleh organisasi pemerintah dalam hal ini Depdiknas. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pendapat wartawan tentang kinerja divisi humas Depdiknas dalam pembentukan citra departemen (studi kasus pada konferensi pers sertifikasi guru periode Agustus-September 2007. Konsep penelitian yang digunakan mengacu pada konsep penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Malayu S.P Hasibuan, yakni Kesetiaan, Prestasi kerja, Kejujuran, Kedisiplinan, Kreativitas, Kerja sama, Kepemimpinan, Kepribadian, Prakarsa, Tanggung jawab, Kecakapan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode studi kasus yaitu dengan menggunakan metode penelitian studi kasus. Penelitian tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan data yang diperoleh hasil dari wawancara dengan key informan. Dari hasil penelitian secara menyeluruh di atas dapat digambarkan bahwa pendapat wartawan tentang kinerja humas Depdiknas dalam pembentukan citra departemen masih kurang baik karena wartawan masih dihadapkan pada kendalakendala dalam mendapatkan informasi pada kegiatan konferensi pers terkait permasalahan sertifikasi guru
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha kuasa atas segala rahmat, karunia serta hidayahNya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Pendapat wartawan tentang kinerja divisi humas Depdiknas dalam pembentukan citra departemen” dengan baik. Arti pentingnya skripsi ini dalam konteks ilmu komunikasi paling tidak memberikan informasi yang cukup dan dapat membuka wawasan pembaca mengenai kinerja humas pada sebuah instansi pemerintah. Mengingat hanya Allah SWT-lah Yang Maha Sempurna, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik dan masukan demi perbaikan pemikiran dan penyusunan yang lebih baik lagi. Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang banyak memberikan sumbangan yang sangat berarti baik moril maupun materil. Untuk itu dengan segala kemurnian hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Ibu Marhaeni F. Kurniawati, S.Sos, M.Si, selaku pembimbing I sekaligus sebagai ketua bidang studi public relations yang selalu memberikan waktu dan saran-saran yang berguna dalam proses penyelesaian skripsi ini 2. Bapak Drs. Juwono Tri Atmodjo, Msi selaku pembimbing II yang selalu meluangkan
waktunya
guna membimbing
penyelesaian skripsi ini.
vi
peneliti
dalam
proses
3. Bapak Farid Hamid, S. Sos, M.Si. selaku ketua sidang saya yang telah memberikan motivasi yang peneliti anggap cukup berharga selama proses pembuatan skripsi ini. 4. Ibu Nurprapti W. Widyastuti, S.Sos, M.Si selaku penguji ahli pada sidang skripsi saya yang telah memberikan semangat kepada penulis guna menghadapi aral yang melintang dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Aku khususkan kepada Ibunda tercinta ibu Urfiah AR, atas segala peluh keringat
dan
airmata
yang
mama
keluarkan
selama
ini
demi
membimbingku untuk menemukan arti dari hidup ini, semoga skripsi ini dapat menjadi bukti bahwa peluh dan airmata yang ibu keluarkan selama ini tidak aku sia-siakan. 6. Ayahanda Tauhid dan Abi-ku Syahroni atas segala dukungan serta do’a nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Kakakku Rifa’i yang selalu memberikan petuah dan nasehat-nasehat yang agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi ini. 8. Dan buat sepupu-sepupuku
serta keluarga besar ibuku yang telah
memberikan perhatian dan nasehat-nasehatnya kepada ku. 9. Teman specialku Rizka, yang selalu ada untukku disaat aku tak ada. 10. My best undyin’ friend Natasya Alexandra dan Laura Riefhelyzza atas motivasi abadi yang takkan kulupakan, yang saya yakini dia turut bahagia melihatku dari sana.
vii
11. Sodaraku waduk, bang wel, Abe, Joko dan keluarga mereka yang telah merelakan waktunya untuk memotivasi diriku, thanks berat atas kopimu sob. 12. Bapak Taufik, bapak Dendra, bapak Yuristian, dan bapak Adhimurti atas kebersediaan beliau untuk menjadi salah satu narasumberku. 13. Mas Mawi, Mas Ervan, Mba lila dan seluruh staf Tata Usaha Fikom yang selalu bersedia melayani kebutuhan administrasi penulis dalam kegiatan perkuliahan maupun proses penyelesaian skripsi. 14. Kepada mereka yang telah singgah dalam perjalanan hidupku, ku ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak tersebut di atas, dan semoga penelitian dalam skripsi ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi bidang ilmu komunikasi dan pihak-pihak yang berkenan membacanya.
Jakarta, Maret 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI...................................................................................... KATA PENGANTAR........................................................................ DAFTAR ISI.......................................................................................
v vi ix
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………………………………………..
1
1.2. Perumusan Masalah…………………………………………….
8
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………………….
9
1.4. Signifikansi Penelitian 1.4.1. Signifikansi Akademik…………………………………
9
1.4.2. Signifikansi Praktis……………………………………..
9
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi…………………………………
10
2.1.2. Pengertian Komunikasi Organisasi……………………..
14
2.2. Hubungan Masyarakat 2.2.1. Pengertian Humas………………………………………
17
2.2.2. Fungsi PR………………………………………………
18
2.2.3. Peran PR………………………………………………..
19
2.3
Proses Kerja Public Relations………………………………...
21
2.4
Pengertian hubungan Pers (press relation)………………………... 23
2.5
Pengertian Kinerja……………………………………………
25
2.6
Pengertian Citra………………………………………………
26
2.7
Humas Pemerintahan…………………………………………
30
2.8
Publik Internal (karyawan)…………………………………...
31
2.9
Persepsi …………………………………………………… ..
33
2.10
Pengertian Penilaian…………………………………………..
37
ix
2.10.1 Konsep Penilaian……………………………………...
38
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian.................................................................................
41
3.2. Metode Penelitian...........................................................................
42
3.3 Nara Sumber ( Key Informan )......................................................
43
3.4 Definisi Konsep.............................................................................
44
3.5. Fokus Penelitian..............................................................................
45
3.6 Tehnik Pengumpulan Data.............................................................
47
3.7 Teknik Analisis Data……………………………………………..
48
3.8 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data............................................
49
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah…………………………………………………….
50
4.1.2
Visi dan Misi ...................................................................
54
4.1.3
Tugas pokok dan fungsi Departemen Pendidikan Nasional………………………..
4.1.4
55
Susunan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional………………………... 57
4.1.4
Pusat Informasi dan Humas DepartemenPendidikan Nasional………………...............
4.1.5
58
Tugas Pokok Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat…………….
58
4.1.7 Fungsi Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat……..
60
x
4.1.8 Struktur Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat…………….. 4.1.9
61
Target Sasaran Pusat Informasi dan Humas Depdiknas………………….
67
4.2
Hasil Penelitian……………………….………………………….
68
4.3
Pembahasan………………………………………………………
89
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan.......................................................................................... 100 5.2. Saran.................................................................................................... 103 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya peran seorang Public Relation harus mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya yang mencakup bidang kerja diantaranya adalah publisitas atau memberikan penerangan mengenai hal yang ada hubungannya dengan kegiatan perusahaannya, dokumentasi atau menghimpun data dan fakta yang erat hubungannya dengan kegiatan perusahaan baik berupa hasil yang telah dicapai oleh perusahaan maupun bahan-bahan yang diperlukan untuk kemajuan perusahaan. Seorang PR yang profesional hendaknya menghormati dan menjunjung tinggi martabat manusia dan mengakui hak-hak setiap pribadi untuk menilai, selalu bertingkah laku dalam keadaan apapun sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan orang-orang yang berhubungan dengannya.1 Secara umum PR dapat diartikan sebagai penyambung lidah perusahaan dalam hal mengadakan hubungan timbal balik dengan pihak luar maupun pihak dalam perusahaan itu sendiri. Jadi, PR tidak hanya bertugas sebagai penyalur informasi perusahaan kepada publiknya, melainkan juga merupaka penyalur informasi dari perusahaan kepada pihak internal perusahaan itu sendiri. Sebagai salah satu unsur penting dalam perusahaan, public relation juga berfungsi melaksanakan
kebijakan
pimpinan
perusahaan,
terutama
dalam
bidang
Rosady Ruslan, Etika kehumasan konsepsi dan aplikasi, Raja grafindo persada, 2004, hal. 58. 1
1
2
memperkenalkan produk perusahaan kepada masyarakat sekaligus mempengaruhi masyarakat agar memakai produk tersebut. Sedangkan fungsi internal Public Relation harus bisa menjelaskan tujuan dari kebijaksanaan perusahaan kepada pihak-pihak internal perusahaan, sehingga semua pihak internal perusahaan merasa terpanggil dan mau turut serta dalam mensukseskan program perusahaan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pimpinan perusahaan melalui kebijaksanaan tadi. PR juga berkewajiban untuk melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuan dan arah kebijaksanaan perusahaan, Dengan kata lain PR merupakan salah satu kunci sukses dari perusahaan. Sedangkan secara teori, definisi PR yang paling sering digunakan yaitu definisi yang dikeluarkan Public Relation News, yang berbunyi: PR adalah fungsi manajemen
yang
mengevaluasi
sikap-sikap
publik,
mengidentifikasikan
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dari suatu organisasi dengan kepentingan publik dan melaksanakan program kegiatan dan komunikasi untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik.2 Salah satu tolok ukur keberhasilan suatu organisasi dapat dilihat dari tingkat kepercayaan public terhadap organisasi itu sendiri. Citra yang baik, wajib untuk dipertahankan bahkan ditingkatkan guna menjaga kepercayaan publik. Public Relations selain ada di lingkungan perusahaan swasta juga terdapat di dalam tubuh pemerintah, biasanya humas pemerintah ditangani oleh suatu unit kerja yang bisa berdiri sendiri atau bergabung dengan unit kerja lain. Tugasnya memberikan informasi dan penjelasan kepada khalayak atau publik mengenai 2 Irmulan Sati T & Ridwan Nyak Baik, Koalisi dominant, refleksi kritis atas peran dan fungsi public relations dalam manajemen, Perhumas, 2004.
3
kebijakan atau langkah-langkah, atau tindakan yang diambil oleh pemerintah serta mengusahakan tumbuhnya hubungan harmonis antara lembaga atau instansi dengan publiknya dan memberikan pengertian kepada publik atau masyarakat tentang yang dikerjakan oleh instansi pemerintah dimana humas itu berada dan berfungsi. Bagi humas/Public Relations di instansi pemerintahan dibentuk untuk mempublikasikan atau mensosialisasikan kebijakan mereka. Memberi informasi secara teratur tentang kebjakan pemerintah, hasil-hasil kerja institusi, serta memberi pengertian kepada masyarakat tentang peraturan dan perundangundangan dan yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat3. Kebutuhan akan komunikasi dan informasi yang harmonis antara instansi pemerintah dalam hal ini Depdiknas dengan publiknya berkembang dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga humas dalam hal ini juga menangani pemerataan informasi di lingkungan Depdiknas dan mensosialisasikan kebijakannya tersebut kepada masyarakat. Departemen Pendidikan Nasional memiliki beberapa divisi, salah satu divisi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah divisi Pusat informasi dan humas (PIH). Divisi ini adalah divisi yang menangani semua hal yang menyangkut kegiatan kehumasan di dalam depdiknas itu sendiri, divisi ini bertugas menangani masalah komunikasi dan semua kegiatan kehumasan baik yang berhubungan dengan pihak internal maupun eksternal depdiknas.
3 Frida Kusumawati, Dasar- dasar Hubungan Masyarakat, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta 2002 Hal 37.
4
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh divisi ini adalah selalu terus membangun dan menjaga hubungan baik dengan para klien-kliennya, di antara klien tersebut yang di anggap cukup penting adalah pihak wartawan media massa yang senantiasa memerlukan informasi yang berkaitan dengan depdiknas di dalam upaya untuk terus menjaga citra positif departemen di mata masyarakat luas. Kasus sertifikasi guru bantu se-Indonesia adalah salah satu kasus yang pernah menjadi pembicaraan yang cukup hangat di masyarakat dan juga sempat menjadi kasus yang mencoreng citra positif Depdiknas di mata masyarakat, kasus ini juga telah menimbulkan dampak seperti adanya protes keras dari berbagai kalangan, dan juga munculnya aksi-aksi demonstrasi yang dilakukan oleh guruguru bantu di kota-kota besar di indonesia. Dimana salah satu faktor yang menjadi penyebab mencuatnya kasus sertifikasi guru tersebut adalah adanya pemberitaan secara besar-besaran di setiap media massa yang menyebabkan tercorengnya citra positif yang sudah dimiliki oleh Depdiknas selama ini. Faktor lainnya adalah masih dirasakan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak humas depdiknas kepada pihak media massa mengenai langkah-langkah yang ditempuh oleh Depdiknas guna memecahkan masalah sertifikasi guru ini. Menurut peneliti melalui pra-riset yang dilakukan di lingkungan Depdiknas, diperoleh bahwa masih dirasakan kurangnya sikap pro-aktif yang dimiliki oleh humas Depdiknas dalam mensosialisasikan langkah-langkah yang dijadikan solusi guna menangani permasalahan sertifikasi guru tersebut kepada pihak wartawan media massa, hal ini peneliti bisa lihat dari segi kualitas serta kuantitas kerja yang dilakukan oleh humas Depdiknas dalam melakukan
5
sosialisasi kepada pihak wartawan mengenai program-program yang menjadi solusi guna menangani kasus sertifikasi guru ini, dari segi kualitas peneliti melihat masih kurang baiknya hubungan yang dibangun oleh pihak humas Depdiknas dengan pihak wartawan dari media massa, peneliti melihat dari masih di rasakan kurangnya tanggapan dari pihak wartawan media massa terhadap kegiatan konferensi pers yang dilakukan oleh Depdiknas guna mensosialisasikan langkahlangkah guna memecahkan kasus sertifikasi guru ini, hal ini terlihat dari jumlah wartawan yang hadir dalam setiap kegiatan konferensi pers mengenai sertifikasi guru yang diselenggarakan oleh departemen masih relatif sedikit jumlahnya. Dari segi kuantitas, peneliti melihat bahwa jumlah kegiatan konferensi pers mengenai sertifikasi guru yang hanya dilakukan dua kali oleh pihak depdiknas sehingga peneliti masih merasakan adanya sikap yang kurang serius dari pihak depdiknas dalam menangani masalah ini. Padahal jika kualitas serta kuantitas kegiatan konferensi pers mengenai masalah sertifikasi guru itu dapat ditingkatkan lagi maka akan sangat membawa citra positif bagi departemen bila pekerjaan humas tersebut dapat dimaksimalkan. Berdasarkan acuan pra-riset yang dilakukan, peneliti terarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai pendapat wartawan tentang kinerja divisi humas Depdiknas dalam pembentukan citra departemen, karena pada dasarnya menurut peneliti kegiatan kerja public relations pada institusi pemerintah bukan hanya sebagai camera man, fotografer atau pembuat klipping belaka, tetapi lebih dari itu public relations adalah suatu lembaga yang sangat strategis untuk menjembatani hubungan pemerintah dengan media massa selaku pihak yang sering memberikan
6
umpan balik (feed back) baik berupa pemberitaan maupun kritikan dari programprogram yang dilakukan oleh organisasi pemerintah dalam hal ini Depdiknas. Dengan pemahaman ini humas bukan sekedar corong bicara organisasi namun lebih sebagai mediasi dua arah yang bisa dimanfaatkan untuk menentukan arah kebijakan strategis departemen atau bagaimana strategi departemen dikomunikasikan ke pihak media massa guna mendapatkan umpan balik (feed back) yang positif. Di dalam literatur yang dikarang oleh Harold Koontz dikatakan bahwa untuk mengetahui sebuah komunikasi berjalan efektif maka penting artinya umpan balik, karena kita tidak pernah dapat mengetahui dengan pasti apakah suatu pesan telah diolah, disampaikan, diolah kembali oleh penerima, dan dipahami sampai pesan tersebut dikonfirmasikan melalui umpan balik. Demikian juga halnya, umpan balik menunjukkan apakah telah terjadi perubahan individual atau organisasi sebagai hasil dari komunikasi.4 Alasan peneliti tertarik meneliti pendapat wartawan karena humas Depdiknas adalah salah satu divisi yang mempunyai peranan penting di dalam departemen pendidikan nasional sebagai divisi yang bertugas untuk melakukan publikasi mengenai program-program yang dikeluarkan oleh seluruh direktorat yang ada di Depdiknas kepada media massa dan masyarakat, sehingga divisi humas Depdiknas menganggap bahwa wartawan adalah salah satu rekanan yang memiliki peran yang cukup penting guna membantu proses publikasi karena wartawan adalah pihak yang berperan sebagai ujung tombak sebuah media massa 4 Harold Koontz, Manajemen, edisi kedelapan, Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1990, hal.172
7
guna mencari informasi yang dibutuhkan guna keperluan pemberitaan, oleh karena itulah peneliti beranggapan bahwa pendapat wartawan mengenai suatu institusi khususnya Depdiknas adalah salah satu bentuk umpan balik (feed back) dari pihak media massa kepada institusi pemerintah khususnya Depdiknas mengenai kegiatan konferensi pers guna mensosialisasikan solusi yang ditempuh oleh Depdiknas dalam menangani permasalahan sertifikasi guru ini. Mengacu kepada penjelasan diatas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah pendapat wartawan tentang kinerja divisi humas Depdiknas dalam pembentukan citra departemen Pendapat wartawan disini mencakup keseluruhan dari pendapat wartawan terhadap departemen, secara teoritis sikap merupakan kegiatan untuk memberikan reaksi yang positif atau negatif terhadap orang-orang, obyek atau situasi tetentu, karena itu sikap merupakan suatu kecenderungan untuk memberi reaksi yang bersifat emosional dalam arah tertentu, sedangkan opini dinilai sebagai jawaban yang diucapkan, yang diberi oleh individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.5 Secara definitif kinerja karyawan atau pegawai menurut Deddy Mulyana dalam buku Komunikasi organisasi adalah bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan atau peranan dalam organisasi. Dua jenis perilaku atau tugas pekerjaan mencakup unsur-unsur penting kinerja pekerjaan:Tugas fungsional dan tugas perilaku.
Phil. Astrid S.susanto, komunikasi dalam teori dan praktek, Binacipta, 1988, hal.15. 5
8
Tugas fungsional berkaitan dengan seberapa baik seorang pegawai menyelesaikan seluk-beluk pekerjaan, sedangkan tugas perilaku berkaitan dengan seberapa baik pegawai menangani kegiatan antarpersonal dengan anggota lain organisasi, termasuk mengatasi konflik, mengelola waktu, memberdayakan orang lain, bekerja dalam sebuah kelompok dan bekerja secara mandiri.6 Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja humas adalah bagaimana seorang karyawan melakukan suatu yang berhubungan dengan pekerjaan, jabatan atau peranannya dalam suatu organisasi perusahaan yang mencakup pada tugas fungsional dan tugas perilakunya, hal ini sangat terkait dengan kajian skripsi ini yang mengangkat tentang kinerja divisi humas depdiknas untuk kegiatan konfrensi pers mengenai sertifikasi guru pada periode bulan Agustus sampai September 2007. Alasan peneliti memilih periode ini adalah karena pada bulan tersebut peneliti melihat bahwa konferensi pers mengenai permasalahan sertifikasi guru ini dilakukan pada bulan Agustus dan September tersebut. Dari latar belakang yang telah dipaparkan, penulis membuat judul:” Pendapat Wartawan Tentang Kinerja Divisi Humas Depdiknas Dalam Pembentukan Citra Departemen”
1.2. Perumusan Masalah Sesuai dengan bidang disiplin ilmu yang penulis pelajari yaitu ilmu komunikasi yang berkonsentrasi pada humas dimana secara garis besar materi
6
Deddy Mulyana, Komunikasi Organisasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal.134.
9
yang dibahas dalam penelitian ini adalah penapat wartawan tentang kinerja humas dalam membentuk sebuah citra Depdiknas. Dari latar belakang tersebut di atas, maka peneliti merumuskan masalah: ”Bagaimana pendapat wartawan Tentang Kinerja Divisi Humas Depdiknas Dalam Pembentukan Sebuah Citra Departemendalam konferensi pers sertifikasi guru pada periode Agustus sampai September 2007 ?”.
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka secara umum maksud dan tujuan penelitian ini adalah Untuk menggambarkan pendapat wartawan tentang kinerja divisi humas Depdiknas dalam membentuk citra positif departemen. 1.4. Signifikansi Penelitian 1.4.1. Signifikansi Akademik Penelitian ini untuk dijadikan sumbangan bagi kajian ilmu komunikasi bidang humas terutama yang berkaitan dengan pendapat wartawan tentang kinerja divisi humas Depdiknas dalam membentuk citra positif departemen. 1.4.2. Signifikansi Praktis Berkaitan dengan apa yang telah dilakukan dalam kehidupan nyata, dan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan yang bermanfaat bagi divisi humas Depdiknas.
10
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi para peneliti berikutnya yang mengambil problematika yang sama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah suatu topik yang amat sering diperbincangkan, bukan hanya dikalangan ilmuwan komunikasi, melainkan juga dikalangan awam, sehingga kata komunikasi sendiri memiliki terlalu banyak arti berlainan. Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Manusia adalah makhluk sosial, artinya dalam kesehariannya manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain. Komunikasi penting bagi manusia untuk menginformasikan segala hal yang terkait dengan kehidupan diri sendiri, mengenai organisasi atau perusahaan kepada pihak lain, guna mendapatkan umpan balik (feed back) sehingga, informasi yang disampaikan dianggap dapat diterima oleh orang lain atau pihak tertentu yang di tuju.
11
Osgood dan schramm menjelaskan mengenai proses komunikasi yang dikutip dari literatur yang dikarang oleh Sasa Djuarsa Sendjaja sebagai berikut:
Proses komunikasinya dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, pelaku komunikasi yang pertama kali mengambil inisiatif sebagai sumber/komunikator membentuk pesan (encoding) dan menyampaikannya melalui suatu saluran komunikasi. Kedua, pihak penerima/komunikan kemudian setelah menerima pesan akan mengartikan (decoding) dan menginterpretasikan (interpreting) pesan yang diterimanya. Apabila ia (komunikan) mempunyai tanggapan atau reaksi, Feed maka selanjutnya akan membentuk pesan Back (encoding) dan menyampaikannya 10 kembali. Kali ini ia bertindak sebagai sumber, dan tanngapan / reaksinya disebut sebagai umpan balik (feed back). Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dan dibutuhkan di dalam suatu organisasi, karena dengan adanya komunikasi akan terjadi interaksi antar semua anggota organisasi atau perusahaan yang akan menimbulkan pertukaran pengalaman dan informasi dan juga dapat terjalin komunikasi dua arah sehingga proses penyampaian pesannya dapat diterima dengan baik. Selain itu, komunikasi juga membantu untuk menjelaskan lebih lanjut Source /recei ver
Encoding Interpreting Decoding
Message Channell
Message Channell
Encoding Interpreting Decoding
Source /recei ver
12
tujuan-tujuan strategik suatu organisasi, dimana organisasi memerlukan dukungan dari berbagai kelompok atau publik utama dan komunikasi secara positif memupuk terjalinnya hubungan dengan publik utama. Seiring dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial, menjadikan definisi komunikasi semakin beragam. Berikut ini adalah beberapa definisi komunikasi yang dinyatakan oleh para pakar, di antaranya yaitu: Menurut Hovland, Janis dan Kelley mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak)7. Jadi, untuk menyampaikan suatu stimulus dibutuhkan peranan komunikator sebagai penghubung, kemudian dari stimulus tersebut diharapkan dapat memberi efek yang positif bagi perilaku orangorang yang dituju. Menurut Berelson dan Steiner mengungkapkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain8. Di dalam proses komunikasi digunakan berbagai simbol-simbol seperti kata-kata, hal ini sangat mendukung dalam proses penyampaian informasi tersebut. Sebab, kata-kata mengandung suatu makna tertentu yang ingin di sampaikan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain atau khalayak yang dituju (komunikan). Sasa Djuarsa Senjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, cet ke-8, Jakarta: Universitas Terbuka, 2003 hal 1.10 8 Ibid, hal 1.10 7
13
Jadi, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian stimulus, informasi, ide, gagasan, emosi, kepada khalayak yang telah ditetapkan guna mendapatkan feed back. Proses komunikasi yang dilakukan secara terus-menerus akan berakibat pada perubahan tingkah laku khalayak yang dituju. Oleh karena itu, komunikasi harus dilakukan dengan baik. Sebab, komunikasi yang baik akan meningkatkan kesempatan yang disediakan untuk organisasi. Adanya komunikasi yang baik memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi kesempatan-kesempatan tersebut lebih awal dan memfasilitasi tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan kesempatan tersebut. Selain itu, dengan adanya komunikasi yang baik juga membantu organisasi untuk meminimalkan ancaman dengan mengenali masalah atau konflik yang mungkin akan terjadi, secara lebih awal 9. Pengertian kata komunikasi itu sendiri berasal dari perkataan bahasa latin : Communications yang berarti “pemberitahuan” atau “pertukaran pikiran”. Jadi secara garis besarnya, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsurunsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan). Ilmu komunikasi pada dasarnya adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui sesuatu penelitian tentang sistem, proses dan pengaruhnya yang dilakukan secara rasional dan sistematis, kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan. Dalam garis besar dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada 9 Anne Gregory, Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations, eds. Ke-2, Jakarta : Erlangga, 2004, hal 9
14
orang lain. Komunikasi yang efektif, yaitu bagaimana antara pesan dan penerima pesan dapat menimbulkan suatu pengertian yang sama tentang suatu pesan.10 Komunikasi menurut Onong Unjchana adalah proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang, bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya yang dilakukan seseorang kepada orang lain baik langsung maupun tidak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandang, atau perilaku.11 Sedangkan menurut A.W Widjaja fungsi komunikasi dapat dirumuskan sebagai berikut:12 1.
Informasi:
yaitu pengumpulan, penyimpanan, proses, penyebaran berita,
data, gambar, fakta dan pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat. 2.
Sosialisasi:
yaitu
menyediakan
sumber
ilmu
pengetahuan
yang
memungkinkan orang untuk bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di dalam masyarakat. 3. Motivasi: yaitu menjelaskan tujuan setiap masyarakat, baik jangka panjang maupun jangka pendek, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya serta mendorong kegiatan individu.
Deddy Mulyana,Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2000, Hal 62 11 Onong Uchana Effendy, Ilmu komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 2000, hal.40. 12 A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, Hal. 64 10
15
4. Diskusi: yaitu menyediakan dan saling menyebar fakta yang diperlukan untuk persetujuan. 2.1.2. Pengertian Komunikasi Organisasi Sejumlah ahli komunikasi dunia telah membuat definisi tentang organisasi yang menyebabkan adanya keragaman definisi dari organisasi diantaranya seorang ahli komunikasi James A.F Stoner, beliau mendefinisikan organisasi sebagai kerjasama antara dua orang atau lebih dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran yang spesifikatau sejumlah sasaran.13 Organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan bersama atau tujuan umum. Dikatakan merupakan suatu sistem karena organisasi itu terdiri dari berbagai bagian yang saling tergantung satu sama lain. Tiap organisasi mempunyai aktivitasnya masing-masing sesuai dengan jenis organisasinya.14 Komunikasi dapat menjadi penyebab dan juga pengakhir suatu pertentangan, komunikasi merupakan landasan pembentukan pengertian dan landasan pembentukan kelompok. Tetapi justru karena komunikasi merupakan factor yang menentukan, maka karena terlalu sering atau biasa dilakukan, dirasakan juga sebagai hal yang biasa. Disinilah letak permulaan / sumber pertentangan dan hambatan dalam kerjasama. Ditekankan lagi bahwa setiap komunikasi memiliki tujuan tertentu dan tujuan ini tentunya mempengaruhi
13 James A.F Stoner, R.Edward Freeman, Daniel R.Gilbert JR., Manajemen jilid I, PT. Indeks, Gramedia Group, Jakarta, 1996, hal.6. 14 Dr. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, PT BUMI AKSARA, Jakarta 2007, Hal 24
16
penerimaan pesan untuk bertindak sesuai harapan komunikator, disinilah Humas berperan untuk mengurangi pertentangan, dengan kesadaran akan perlunya komunikasi yang serasi. Definisi lain menyebutkan bahwa komunikasi organisasi merupakan kegiatan interaksi antar individu dalam suatu kumpulan yang bersama-sama melalui suatu hirarki/pangkat dan pembagian kerja untuk berusaha mencapai tujuan tertentu.15 Komunikasi organisasi terbagi ke dalam beberapa jenis yaitu: a) Komunikasi internal, adalah komunikasi antara manajer dengan komunikan (khalayak / karyawan dari mulai level top management, middle management, dan lower management) yang berada di dalam organisasi. b) Komunikasi eksternal, Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara organisasi dengan publik luar dan masyarakat pada umumnya. Komunikasi eksternal dilakukan menurut kelompok sasaran, yaitu: 1. Hubungan dengan lingkungan organisasi atau perusahaan. 2. Hubungan dengan instansi pemerintah. 3. Hubungan dengan pers. 4. Hubungan dengan kreditor. 5. Hubungan dengan konsumen. 6. Hubungan dengan pemasok. 7. Hubungan dengan pesaing.
Deddy mulyana, human Bandung, 2000, hal.164.
15
communication,
konteks-konteks
komunikasi,
17
8. Hubungan dengan Bank.16 Kalau pimpinan sudah menyadari arti penting dari pelaksanaan humas maka secara bertahap eselon-eselon di bawahnya akan mengikuti sehingga secara keseluruhan komunikasi organisasi tersebut, baik yang internal maupun eksternal, berjalan dengan lancar.17 c) Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah ( downward communication ) dan dari bawah ke atas ( upward communication ) adalah komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik ( two way traffic communication ). d) Komunikasi horisontal, yakni komunikasi secara mendatar, misalnya antara anggota staff dengan anggota satff, pegawai tingkat menengah atau pegawai rendahan dengan yang berpangkat rendah pula.18
2.2. Hubungan Masyarakat 2.2.1. Pengertian Humas Humas merupakan terjemahan dari istilah Public Relation atau PR, kedua istilah ini akan dipakai secara bergantian, yang terdiri atas semua bentuk komunikasi yang diselenggarakan antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang memiliki kepentingan dengannya.
Bambang Herimanto, Public Relations dalam Organisasi, Santusta, Yogyakarta 2007, Hal 78-88 17 M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan serta aplikasinya di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta 2002, Hal 77 18 Muslim Basya & Irmulan Sati, tantangan Indonesia baru:strategi & aktivitas Public relations, BPP Perhumas, 2006, hal.24. 16
18
Humas berkaitan dengan kepentingan setiap organisasi baik profit maupun non profit. Kehadiran tidak mungkin dicegah dan diluar kendali siapapun, pada hakekatnya setiap orang memahami Humas namun untuk dapat memahami pengertian ataupun definisi Humas, berikut ini pengertian dan definisi Humas. Definisi PR menurut Prof. Drs. Onong Uchajana Effendy. MA, mengatakan bahwa:”Public Relation adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu social
yang
menganalisa
berbagai
kecenderungan
memprediksi
setiap
kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatannya memberikan masukan-masukan dan saran-sarankepada para pemimpin organisasi dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan khalayaknya”.19 Seorang staff Humas harus dapat menunjukan hal-hal yang bersifat positif tentang apa yang telah dilaksanakan dan direncanakan, untuk membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang terkait. 2.2.2. Fungsi PR Definisi fungsi dasar PR, menurut British Institute of Public Relations adalah : “It is a planned and sustained effort to established and maintain goodwill and mutual understanding, between an organization and its public”.Jadi, aktivitas PR adalah untuk membangun pengertian yang saling menguntungkan antara public dan organisasi yang diwakili oleh Public Relations.20
Onong Uchajana Effendy, Hubungan masyarakat (suatu studi komunikologis), PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992, hal.49 20 Silih Agung Wasesa, Strategi Public Relations, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2006, Hal 307 19
19
Fungsi
PR
menurut
F.Rachmadi
adalah
menumbuhkan
dan
mengembangkan hubungan baik antara lembaga/organisasi dengan publiknya, intern maupun ekstern, dalam rangka menanamkan pengertian menumbuhkan motivasi dan partisipasi public dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini public) yang menguntungkan lembaga/organisasi.21 Selain itu tugas humas lainnya adalah untuk memonitor dan mengevaluasi tanggapan public serta mempelajari dan menganalisa reaksi publik, baik mengenai kebijakan perusahaan maupun segala macam pendapat Humas juga harus menjaga hubungan baik dengan publik dan media massa untuk mendapatkan opini publik yang menguntungkan perusahaan.22 Perubahan lingkungan tentu mempengangaruhi prestasi perusahaan dalam meraih keuntungan atau memberi konstribusi terhadap pihak-pihak yang terkait. PR mempunyai peranan yang penting dalam mengefektifkan organisasi dengan membangun hubungan jangka panjang dengan lembaga-lembaga strategis. Meskipun tugas PR diatas hanya sedikit namun tidak banyak humas yang mampu menjalankannya karena pada saat pelaksanaannya ternyata sulit, selain itu butuh pula team yang solid sehingga sangatlah penting peranan internal communications walaupun tidak terlepas dari eksternal communications yang baik. 2.2.3. Peran PR Peran humas dalam sebuah organisasi adalah sebagai berikut: F.Rachmadi,Public Relations Dalam Teori dan Praktek, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1994, Hal 21. 22 F. Rachmadi, Op. Cit, Hal. 53
21
20
1. Teknisi komunikasi Beberapa praktisi memasuki dunia humas ini sebagai teknisi. Pada tahap ini kemampuan jurnalistik dan komunikasi sangat diperlukan, humas di arahkan untuk berperan menulis, menulis news letter, menulis in house journal, menulis news release, menulis feature, dll. Biasanya praktisi dalam peran ini tidak hadir pada saat manajemen menghadapi kesulitan. Mereka tidak dilibatkan dalam manajemen sebagai pengambil keputusan. Peran mereka lebih ke arah penulisan tools dan mengimplementasikan program. 2. Penasihat Ahli Praktisi humas sebagai pendefinisi problem, pengembang program dan memiliki tanggung jawab penuh untuk mengimplementasikannya. Mereka sebagai pihak yang pasif. Manajer yang lainnya menyerahkan tugas komunikasi sepenuhnya ke tangan si “komunikasi” ini sehingga mereka dapat mengerjakan tugas mereka yang lainnya. Tampaknya bangga karena humas semacam ini di anugerahi kepercayaan tinggi tetapi karena tidak adanya keterlibatan top management dalam peran humas maka humas seolah-olah terisolir dari perusahaan. Ia sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Di pihak manajemen mereka juga menjadi sangat tergantung kepada humasnya. Mereka menjadi minim komitmen kepada tugas-tugas humas, padahal seperti diketahui seharusnya tugas humas seharusnya dilakukan oleh semua orang yang ada di dalam perusahaan. 3. Fasilitator komunikasi
21
Humas sebagai pendengar setia dan broker informasi. Mereka sebagai penghubung, interpreter dan mediator antara organisasi dan publiknya. Sebagai wasit dari interaksi, memantapkan agenda yang akan didiskusikan antara kedua belah pihak, menyimpulkan pandangan, bereaksi terhadap kasus, membantu partisipan mendiagnosa masalah, membantu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan komunikasi. Mereka bekerja di bawah asumsi bahwa komunikasi dua arah mampu meningkatkan kualitas pengambilan keputusan organisasi dan publik dalam hal prosedur, kebijakan, serta tindakan lain yang berhubungan dengan minat kedua belah pihak. 4. Fasilitator pemecah masalah Mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dalam manajemen perusahaan. Humas berfungsi sebagai bagian penting penganalisis situasi, memiliki peran yang intens dalam pengembangan prosedur, kebijakan, produk, dan aksi perusahaan. Mereka juga memiliki power mengubah sesuatu yang seharusnya di ubah. Mereka harus terlibat dalam segala bentuk perubahan organisasi. Melalui peran ini mereka menjadi paham spirit setiap program baik motivasi maupun tujuan mengapa program harus dilaksanakan, mereka mensupport perubahan strategis organisasi, keputusan yang sifatnya taktis dan memiliki komitmen pada perubahan dan mampu menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan program. Fasilitator pemecah masalah dimasukkan kedalam tim karena mereka
22
memiliki keahlian dan keterampilan dalam membantu manajer lain untuk menghindari masalah atau memecahkan masalah. Akibatnya, pandangan humas akan dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan manajemen.23 2.3
Proses Kerja Public Relations Definisi fungsi dasar PR, menurut British Institute of Public Relations
adalah : “It is a planned and sustained effort to established and maintain goodwill and mutual understanding, between an organization and its public” Jadi, aktivitas PR adalah untuk membangun pengertian yang saling menguntungkan antara publik dan organisasi yang diwakili oleh Public Relations.24 Dalam melakukan tugasnya, seorang PR dibantu beberapa langkah yang harus dilakukan agar proses tersebut berjalan lancar. Cutlip, Center, dan Broom menguraikan proses kerja PR dalam fourstep problem-solving process, sebagai berikut : a.
Defining the problem for opportunity Langkah pertama ini termasuk penyelidikan, pemeriksaan dan mengawasi
pengetahuan, opini, tingkah laku, dan perbuatan yang berhubungan dan mempengaruhi tindakan dan kebijakan dari organisasi. Intinya, ini merupakan fungsi intelijen organisasi. Ini merupakan landasan dari langkah-langkah lain dalam proses penyelesaian masalah dengan menemukan “Apa yang terjadi saat ini?”
Scott M. Cutlip, Allen H.Center, dan Glenn M. Broom, Effective Public relation, Edisi kesembilan. Jakarta: Kencana. 2006. Hal 45-48 24 Silih Agung Wasesa, Op. Cit, Hal 307 23
23
b.
Planning and Programming Informasi yang telah terkumpul pada langkah pertama digunakan untuk
membuat keputusan mengenai publik program, tujuan, tindakan, dan strategi, taktik dan tujuan komunikasi. Ini termasuk memfaktorkan penemuan dari langkah pertama ke dalam kebijakan dan program organisasi. Langkah kedua dalam proses ini menjawab “Berdasarkan apa yang telah kita pelajari dari situasi, apa yang seharusnya kita lakukan”
c.
Taking action and communicating Langkah ketiga adalah mengimplementasikan program tindakan dan
komunikasi yang telah dibuat untuk mencapi tujuan tertentu untuk setiap publik untuk menyelesaikan tujuan program. Pertanyaan pada langkah ini adalah “Siapa yang seharusnya melakukan dan mengatakannya, dan kapan, dimana dan bagaimana?” d.
Evaluating the program Langkah terakhir dari proses ini adalah menilai persiapan, implementasi,
dan hasil dari program yang dijalankan. Penyesuaian dilakukan selama program sedang dilakukan, berdasarkan dari feedback evaluasi mengenai bagaimana ini bekerja. Program dilanjukan atau diberhentikan setelah mengetahui “Bagaimana yang sedang kita lakukan, atau bagaimana yang sudah kita lakukan?”25 2.4
25
Pengertian Hubungan Pers (press relation)
Scott M Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom, Op. Cit, Hal 340
24
Hubungan pers (press relation) adalah upaya untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Tujuan
pokok
diadakannya
hubungan
pers
adalah
“menciptakan
pengetahuan dan pemahaman”, jadi jelas bukan semata-mata menyebarkan suatu pesan sesuai dengan keinginan perusahaan induk atau klien, karena setiap pesan atau berita yang disampaikan kepada masyarakat melalui pers haruslah sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Baik atau buruknya di ukur berdasarkan kejujuran dan sikap netralnya.26 Bila pemberitaan pers tersebut dinilai favourable bagi pihak PRO/ pejabat humas, tentu akan menguntungkan nama perusahaan. Tetapi sebaliknya kalau terjadi kesalahan pemberitaan atau bernada negatif, dampaknya akan merugikan citra perusahaan, maka humas bisa menjadi sasaran sorotan, tanpa melihat sebab musabab terjadinya kesalahan pemberitaan yang kurang berkenaan atau bernada negatif. Langkah pertama penanganan kasus itu adalah menjelaskan tentang kesalahan mengenai pemberitaan perusahaan itu kedalam (internal relatins), manajemen, dan pimpinan. Setelah itu berupaya mengadakan kontak keluar untuk mengantisipasi ke redaksi atau dengan kemampuan membina hubungan baik dengan media (press relation) yang bersangkutan yaitu dengan jalan mengirim press release kepada meja redaksi sebagai tindakan korektif.
26
M.Linggar anggoro, op cit, hal.152
25
Jalan keluar lainnya yang ditempuh adalah melalui konferensi pers, yaitu mengundang wartawan yang bersangkutan untuk dipertemukan dengan pimpinan perusahaan untuk diberikan informasi yang sebenarnya. Dengan kiat dan teknik humas tersebut di atas, dimaksudkan agar suatu berita negatif di suatu media cetak segera dapat di antisipasi agar tidak meluas ke media yang lainnya dan menjadi isu yang baru.27 konferensi pers adalah sebuah pertemuan para jurnalis yang sengaja berkumpul untuk mendapatkan informasi perihal topic yang tengah hangat dibicarakan. Biasanya acara ini diselenggarakan secara mendadak, dan tempatnya pun seadanya. Jangan berharap akan memperoleh aneka fasilitas kenyamanan dalam acara pers seperti ini.28 Konferensi pers diatur oleh kepala humas tujuannya adalah untuk memperoleh publisitas sehubungan dengan berita yang sangat penting, seperti pengenalan sebuah produk baru, pemogokan buruh, perubahan dalam manajemen, perluasan pabrik, perjanjian kerjasama, dan kecelakaan. Konferensi pers mungkin tidak perlu diadakan kecuali kalau suatu berita dianggap penting untuk dilakukan demikian, kemudian baru ditetapkan waktu pemberitaannya terjamin akan tersebar luas. Direktur utama dan wakil manajemen harus hadir untuk menyajikan pengumuman dan menjawab pertanyaan reporter.29 2.5
Pengertian Kinerja
Rosady ruslan, praktik dan solusi public relations dalam situasi krisis dan pemulihan citra, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1995, Hal 36 28 M. Linggar anggoro, op cit, Hal 171 29 H Frazier Moore, Humas membangun citra dengan komunikasi, Remaja Rosda karya, Bandung,2005 Hal 217
27
26
Secara definitif kinerja karyawan atau pegawai menurut Deddy Mulyana dalam buku Komunikasi organisasi adalah: “Bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan atau peranan dalam organisasi. Dua jenis perilaku atau tugas pekerjaan mencakup unsur-unsur penting kinerja pekerjaan:Tugas fungsional dan tugas perilaku. Kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi adalah kinerja pegawai, yakni bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi. Dua jenis perilaku atau tugas pekerjaan mencakup unsur-unsur penting kinerja pekerjaan: tugas fungsional dan tugas perilaku. Tugas fungsional berkaitan dengan seberapa baik seorang pegawai menyelesaikan seluk beluk pekerjaan, termasuk terutama penyelesaian aspek-aspek teknis pekerjaan tersebut. Tugas perilaku berkaitan dengan seberapa baik pegawai menangani kegiatan antar personal dengan anggota lain organisasi, termasuk mengatasi konflik, mengelola waktu, memberdayakan orang lain, bekerja dalam sebuah kelompok, dan bekerja secara mandiri.30 Chung/Megginson mengemukakan indikator variabel performance kerja yang meliputi: 1) Quantity of work 2) Quality of work 3) Job knowledge 4) Creativeness R Wayne peace & Don F Faules, Komunikasi Organisasi, Remaja rosdakarya, Bandung, hal.134 30
27
5) Cooperation 6) Dependability 7) Initiative 8) Personal qualities.31 2.6
Pengertian Citra Citra merupakan tujuan utama, sekaligus reputasi
dan prestasi yang
hendak dicapai bagi dunia PR. Citra bisa diartikan sebagai gambaran peta Anda tentang dunia, citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi kita.32 Citra berkaitan erat dengan persepsi, sikap dan opini orang perseorangan di dalam kelompok-kelompok stakeholders. Semua itu untuk terbentuknya opini public, dimana opini ini tidak terbentuk seketika melainkan memerlukan proses dan waktu. Citra dibangun agar organisasi atau perusahaan dapat tetap hidup dan orang-orang di dalamnya dapat terus mengembangkan kreativitasnya dan bahkan dapat memberi manfaat dengan lebih berarti bagi orang lain. Dalam hal ini, PR selaku lembaga yang salah satu tujuannya adalah membangun citra perusahaan, sudah selayaknya memiliki melakukan hubungan baik dengan salah satu stakeholders perusahaan yang keberadaannya amat mempengaruhi eksistensi perusahaan. Ibarat pepatah, pembeli adalah raja, maka selayaknya sang penjual dalam hal ini organisasi yang diwakili oleh karyawan yang berada di gardu depan (frontliners) harus mampu memberikan pelayanan Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, hal. 108 32 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 1991, Hal 223. 31
28
yang dapat memuaskan pelanggan/klien. Karenanya, komunikasi adalah hal yang terpenting. Komunikasi yang baik, tepat dan akurat mengenai perusahaan, dapat mendukung tercapainya citra positif perusahaan di mata public. Guna menciptakan komunikasi yang baik, Humas berusaha untuk menciptakan dan memelihara komunikasi dua arah. Disatu sisi dapat memperkenalkan perusahaan serta membina citra yang baik di tengah-tengah masyarakat. Dilain sisi, Humas juga dapat membangun pendapat umum yang menguntungkan dengan kata lain tujuan Humas seperti yang disebutkan Tony Greener : “ PR aims to make people think more highly of you and your organization”33 ”Humas bertujuan untuk membuat orang berpikir lebih tinggi kepada Anda dan perusahaan Anda.” Citra juga berhubungan dengan kualitas jasa, setiap perusahaan memerlukan service excellent atau pelayanan yang unggul, yakni suatu sikap atau cara karyawan secara memuaskan.34 Citra yang sudah terbentuk dan kesan yang sudah diperoleh, harus dijaga dan dipertahankan dengan sebaik mungkin. Citra yang memiliki pengertian kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan, terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasiinformasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung
Tony Greener,The Secret Of Succesful PR and Image Making, Oxford 1990, Hal.4 Elhatammy T,”Service Excellence : Ujung Tombak Bank dan Manajemen”, November-Desember 1990, Hal 39 33
34
29
menimbulkan perilaku tertentu, tetapi mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra tentang lingkungan.35 Citra Humas yang ideal adalah impresi atau kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Citra sebenarnya dapat dimunculkan kapan saja, termasuk ditengah-tengah terjadinya musibah atau sesuatu yang buruk. Setiap perusahaan pasti membutuhkan citra untuk menjaga kestabilan perusahannya, tidak terkecuali biro konsultan humas. Pengertian citra itu sendiri adalah kata yang diadopsi dari Bahasa Sansekerta. Kata ini juga populer dalam Bahasa Inggris "Image". Menurut Frank Jefkins, ada beberapa jenis citra , yaitu : a) Citra Bayangan (Mirror Image) Adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. b) Citra Yang Berlaku (Current Image) Adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pads pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. c) Citra Yang Diharapkan (Wish Image) Adalah citra yang diharapkan oleh pihak manajemen. d) Citra Perusahaan (Corporate Image) Adalah citra atas produk dan pelayanannya. e) Citra Majemuk (Multiple Image) 35 Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2002, Hal 114
30
Adalah citra dari masing-masing unit dan individu, dan citra itu belum tentu sama dengan citra organisasi secara keseluruhan.36 Dengan demikian definisi citra yang menurut peneliti relevan dengan penelitian ini adalah Citra yang berlaku (current image).Melihat definisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa untuk memenuhi citra departemen (corporate image) humas secara kontinyu berusaha untuk membentuk image sebagai Depdiknas yang baik. Dengan begitu citra departemen akan terpenuhi. 2.7
Humas Pemerintahan Seiring dengan tuntutan transparansi dari masyarakat luas sebagai publik
pemerintahan, manfaat humas dalam penyelenggaraan pemerintahan secara umum telah diterima sejak lama. Humas pemerintahan pada dasarnya tidak bersifat politis, bagian humas dipemerintahan dibentuk untuk mempublikasikan atau mempromosikan kebijakan-kebijakan mereka, serta hasil kerja intitusi serta memberi pengertian kepada masyarakat tentang peraturan dan perundangundangan dan segala sesuatunya yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Humas pemerintahan juga harus memungkinkan untuk memberi masukan dan saran bagi para pejabat tentang segala informasi yang diperlukan dan reaksi atau kemungkinan reaksi masyarakat akan kebijakan institusi, baik yang sedang dilaksanakan ataupun yang sedang diusulkan. Humas pemerintah biasanya tidak bersifat politis, bagian humas di instansi pemerintah dibentuk untuk mempublikasikan, atau mempromosikan kebijakan mereka, memberi informasi hasil-hasil kerja instansi, serta memberi pengertian
36
Frank jefkins, public relations, edisi keempat, Erlangga, Jakarta, 1992
31
kepada masyarakat tentang peraturan dan perundang-undangan dan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.37 Secara kelembagaan atau institusional, profesi humas pemerintahan diakui dengan
sendirinya
terbentuk
Bakohumas
(Badan
Koordinasi
Hubungan
Masyarakat) pada tanggal 13 Maret 1971, perkembangan humas di Indonesia cukup pesat dan ada tiga faktor yang melatarbelakanginya : 1. Cepatnya kemajuan teknologi. 2. Pertumbuhan ekonomi. 3. Kian hausnya masyarakat akan informasi yang akurat38. 2.8
Publik Internal (karyawan) Publik Internal adalah kelompok yang berada di dalam suatu badan
instansi atau perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan atau instansi, yaitu seluruh karyawan dari staff sampai dengan karyawan terbawah. Publik internal suatu organisasi salah satunya adalah karyawan, untuk itu diperlukan sekali menjalin dan menjaga hubungan baik dengan para karyawan. Karena jika hubungan dengan para karyawan dapat terjaga dengan baik, kesalahan persepsi sampai konflik internal dapat terhindarkan, maka para karyawan dapat tenang melakukan pekerjaannya dan melalui proses timbal balik tujuan-tujuan perusahaan akan dapat selalu tercapai dengan baik.
Frida, Kusumastuti, Dasar-dasar Humas, cetakan pertama, PT.Graha Indonesia, Jakarta 2002, Hal.37 38 M. Linggar Anggoro, Op.Cit, Hal 57 37
32
Hubungan terpenting dalam organisasi adalah hubungannya dengan karyawan di semua level. Istilah publik internal dan publik karyawan mengacu pada baik itu manajer maupun orang-orang yang menjadi bawahannya yang merupakan sumber daya terbesar dari suatu perusahaan termasuk dalam peningkatan efektifitas komunikasi internal perusahaan. Karyawan atau pekerja merupakan asset yang cukup penting dalam suatu perusahaan, nyatanya karyawan itu sendiri terkait erat dengan status atau kedudukan yang paling berbeda antara satu orang dengan yang lainnya dan mempunyai perbedaan – perbedaan yang cukup mencolok, misalnya, dapat dilihat pada tingkat kemampuan, pengalaman, pendidikan, pangkat, gaji, usia, dan sebagainya. Akan tetapi pada prinsipnya karyawan tersebut memiliki keinginan yang sama terhadap pihak pimpinan atau perusahaan yaitu : 1. Upah yang diberikan cukup dan layak 2. Ingin mendapatkan perlakuan yang adil dan sama dalam hal kesempatan untuk berkarir dari perusahaan dan meraih prestasi kerja yang maksimal sesuai dengan kemampuan 3. Iklim tempat bekerja yang kondusif dan penuh ketenangan serta mendapat penghargaan yang baik dari pimpinan 4. Keinginan-keinginan atau perasaan yang mendapat saluran positif dan diakui atau dihargai oleh perusahaan atau pimpinan39.
39
Ruslan, Rosady. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, hal. 255
33
Karyawan adalah orang-orang didalam perusahaan yang tidak memegang jabatan struktur. Ia adalah karyawan biasa dibawah komando supervisor atau kepala seksi atau kepala subseksi. Umumnya mereka hanyalah tamatan sekolah menengah atas atau dibawahnya, namun ada juga sampai mengenyam pendidikan di universitas40. Karyawan adalah aset utama perusahaan yang menjadi perencanaan dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisaasi. Karyawan mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status, latar belakang, pendidikan, usia, dan jenis kelamin yang heterogen yang dibawa kedalam organisasi atau perusahaan guna mendukung tercapainya tujuan perusahaan.41 Setelah melihat definisi di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan sebuah kesatuan yang utuh sekaligus kompleks. Pada organisasi terdapat berbagai macam elemen atau komponen seperti karyawan selain harus mampu mengelola komponen-komponen lain yang terdapat didalam agar dapat bekerja sama dengan baik untuk terus eksis dan berkembang sesuai harapan dan tujuan organisasi itu sendiri, oleh karena itu karyawan merupakan bagian dari khalayak
internal
perusahaan
yang
memiliki
kedudukan
penting
bagi
kelangsungan instansi, sehingga dapat dikatakan bahwa roda perusahaan dapat berjalan dengan baik dan lancar terletak pada karyawan. 2.9
40 41
Persepsi
Onong U.Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi Alumni, Bandung, 1993, Hal 54. Hasibuan Malayu SP, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Jakarta; Bumi Aksara, 2005, hal. 27
34
Kita menangkap berbagai gejala di luar diri kita melalui lima indera yang kita miliki. Persepsi bukan sekedar penginderaan namun penafsiran pengalaman terjadi setelah suatu penginderaan. Persepsi mempunyai dampak kognitif, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak, dengan kata lain dampak ini berkaitan dengan penyampaian informasi dan pengetahuan42 Persepsi berkenaan dengan fenomena di mana hubungan antara stimulus dan pengalaman lebih kompleks ketimbang dengan fenomena yang ada dalam sensasi43. Persepsi merupakan proses bagaimana seseorang menjadi sadar adanya benda, sifat atau hubungan melalui alat indera, apa yang dihayati akan terpengaruh oleh pengalaman yang telah terbentuk44. Akar dari opini sebenarnya tak lain adalah persepsi, persepsi ditentukan oleh faktor-faktor seperti : 1. Latar belakang budaya. 2. Pengalaman masa lalu. 3. Nilai-nilai yang dianut. 4. Berita-berita yang berkembang45.
Jadi, persepsi itu lahir dari adanya pengalaman masa lalu yang dipertajam oleh nilai – nilai budaya, nilai yang dianut serta berita – berita yang berkembang. Komponen ini sepertinya memberikan suatu rekaman di benak seseorang dan siap Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi Modul 1-9, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta 2003, Hal 7.33 43 Agus Dharma dan Michael Adryanto,Pengantar Psikologi,Erlangga, Jakarta, Hal 244 44 Agus Dharma dan Michael Adryanto,Op,Cit , Hal 452 45 Rhenald Kasali, Manajemen PR, Grafiti, Jakarta, Hal 23 42
35
diputar kelak di kemudian hari bila ia berhadapan dengan stimuli tertentu. Stimuli yang masuk akan dicocokkan dengan rekaman yang ada untuk memberi suatu interpretasi. 46 Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dengan kata lain, persepsi memberikan makna pada stimuli indrawi. Persepsi merupakan suatu proses yang tidak berjalan begitu saja. Dalam proses persepsi terdapat dua tahap yaitu perhatian dan penafsiran. 47 Berdasarkan beberapa pengertian mengenai persepsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, persepsi adalah penyimpulan informasi dan penafsiran pesan dengan memberikan makna pada suatu objek berdasarkan pengalaman. Persepsi merupakan bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya dan menghasilkannya kembali. Persepsi ialah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru, dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi dan memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali48. Sebenarnya, ketiga persepsi (sensasi, atensi, interpretasi, seleksi organisasi dan interpretasi) tidak dapat dibedakan secara tegas kapan satu tahap berakhir dan tahap berikutnya mulai, dalam banyak kasus ketiga tahap tersebut nyaris serempak. Ada tiga inti dari persepsi yaitu;
Ibid, hal. 24 Jalaluddin Rahmat. Psikologi Komunikasi, Bandung, remaja Karya, 1986, hal. 65 48 Jalaluddin Rahmat, Op.Cit, hal 49 46 47
36
1. Seleksi, yang faktornya adalah fisiologis, faktor stimulus dan faktor psikologis. 2. Organisasi yang juga terdiri dari beberapa faktor yaitu; persepsi bentuk, ketetapan persepsi, kedalaman persepsi, persepsi warna dan persepsi gerakan. 3. Interpretasi yang terdiri dari beberapa faktor yaitu; pengalaman awal, penghargaan persepsi, faktor budaya, motivasi dan kerangka referensi49. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi50. Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih dari indera kita. Namun anda tidak dapat menginterpretasikan makna informasi yang anda percayai mewakili obyek tersebut. Jadi pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukanlah pengetahuan mengenai obyek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya obyek tersebut. Faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi 51: 1. Faktor fungsional Faktor ini berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, pendidikan kebudayaan yang termasuk faktor personal.
Irwanto, Psikologi Umum, Gramedia, Jakarta 1991 hal. 88 Jalaludin Rakhmat, Op.Cit, hal 51 51 Irwanto , Op.Cit, hal 88
49
50
37
2. Faktor struktural Faktor ini berasal dari sifat stimuli fisik yang ditimbulkan pada system syaraf individu. Menurut teori Gestalt, bila mempersepsikan sesuatu maka dipersepsikan secara keseluruhan. Dengan kata lain dalam faktor fungsional, yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Dalam faktor struktural persepsi, kita tidak melihat bagian-bagiannya bila ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta
yang
terpisah,
kita harus
memandangnya dalam
hubungan
keseluruhan52. Faktor lain yang mempengaruhi persepsi, yakni perhatian. Perhatian merupakan proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah, perhatian terjadi bila kita mengkonsterasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan masukan-masukan dari indera lainnya53. Dengan kata lain persepsi ada setelah kita menerima stimuli dari apa yang kita lihat yang kemudian di interpretasikan menjadi sebuah informasi, atau interpretasi seseorang ada karena adanya pengalaman pada masa lalu yang menjadikannya sebuah persepsi. 2.10
Pengertian Penilaian Penilaian klien merupakan proses untuk mengukur kinerja karyawan
secara periodik dan salah satu alternatif dasar dalam pemindahan ataupun promosi 52 53
Jalaludin Rakhmat, Ibid, Hal 56-58. Op.Cit, Hal 52.
38
pegawai. Menurut Gugup Kismono dalam buku ”bisnis pengantar” penilaian yaitu pengevaluasian tingkat prestasi kerja karyawan dibandingkan dengan standar tertentu guna menentukan promosi, kompensasi, pelatihan, dan pemecatan.54 Sedangkan menurut M. Manullang dan Marihot AMH Manullang dalam bukunya ”manajemen personalia” penilaian pegawai adalah suatu penilaian secara sistematis kepada pegawai oleh beberapa ahli untuk satu atau beberapa tujuan tertentu.55 Klien merupakan suatu organisasi, badan usaha, individu atau kelompok yang menggunakan jasa pada suatu lembaga bersangkutan.56 2.10.1 Konsep Penilaian Kinerja Setelah karyawan di terima, ditempatkan, dan dipekerjakan maka tugas selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap karyawan, penilaian mutlak harus dilakukan untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap karyawan. Apakah prestasi yang dicapai oleh setiap karyawan baik, sedang, atau kurang. Unsur- unsur yang dinilai antara lain: 1) Kesetiaan Penilai mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun diluar pekerjaan dari
Gugup Kismono, 2001, Bisnis pengantar, BPFE, Yogyakarta. M.Manullang dan Marihot AMH Manullang, manajemen personalia, Gajahmada university press, Yogyakarta, Hal 136. 56 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta 2005, Hal.348
54
55
39
rongrongan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. 2) Prestasi kerja Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekewrjaannya. 3) Kejujuran Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada bawahannya. 4) Kedisiplinan Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya. 5) Kreativitas Penilai
menilai
kemampuan
karyawan
dalam
mengembangkan
kreativitasnya dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna. 6) Kerja sama Penilai menilai kesediaan karyawan dalam berpartisipasidan bekerja sama dengan karyawan lainnya secara vertikal maupun horisontal di dalam atau diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaannya akan semakin baik 7) Kepemimpinan Penilai menilai kemampuan karyawan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat
40
memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif 8) Kepribadian Penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai, memberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sukap yang baik, serta berpenampilan simpatik dan wajar 9) Prakarsa Penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan masalah yang dihadapinya 10) Kecakapan Penilai
menilai
kecakapan
karyawan
dalam
menyatukan
dan
menyelaraskan macam-macam elemen yang semuanya terlibat dalam penyusunan kebijaksanaan dan didalam situasi manajemen 11) Tanggung jawab Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya, pekerjaannya, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya.57
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen sumberdaya manusia, bumi aksara, jakarta, hal.87 57
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian Penelitian deskriptif merupakan Penelitian yang sifatnya mencatat secara teliti segala gejala atau fenomena yang dilihat dan di dengar serta dibacanya (via wawancara atau bukan, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi atau bukan, dan lain-lain); dan peneliti harus membanding-bandingkan, mengkombinasikan, mengabstraksikan, dan menarik kesimpulan.58 Penelitian
deskriptif
menurut
Koentjaraningrat
bertujuan
untuk
menggambarkan secara tepat sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau menentukan frekuensi atau penjabaran suatu gejala..59 Penelitian deskriptif ini tanpa pengujian terhadap suatu hipotesa, pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Vrendenbertgt, kualitatif lebih menekankan pada pencarian struktur hubungan yang ada pada masyarakat, sadangkan kuantitatif lebih ditekankan pada pengujian hubungan-hubungan tersebut. Pendekatan kualitatif dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh data dan analisis yang sifatnya mendalam.60 Kirk dan miller yang dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang Burhan Bungin,Metode Penelitian Kualitatif, Rajawali Pers, Jakarta 2002, hal 56 Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: LP3ES, 1999), hal.42 60 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Gajah Mada University, 1995), hal 131 58 59
41
42
secara fudamental tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.61 3.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode studi kasus yaitu penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Penelitian studi kasus mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit social yang menjadi subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu, yang kemudian akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.62 Menurut Robert K. Yin studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Selain studi kasus masih ada beberapa metode lain seperti eksperimen, survai, historis, dan analisis informasi dokumenter ( seperti dalam studi-studi ekonomi ). Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan ”how” atau ”why”, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwaperistiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini0 di dalam konteks kehidupan nyata. Selain itu,
61 62
Ibid, hal. 132 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Ghalia Jakarta 1993), hal. 66-67
43
penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu studi kasus eksplanatoris, eksploratoris dan deskriptif.63 Data yang diperoleh hasil dari wawancara dengan key informan diolah dan dianalisa secara mendalam sesuai dengan pokok permasalahan. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu data yang terbentuk berupa uraian kata-kata atau lampiran untuk dikumpulkan dan kemudian dilakukan analisa secara deskriptif.
3.3 Nara Sumber ( Key Informan ) Dalam penelitian ini nara sumber dipilih berdasarkan orang-orang tertentu karena dianggap mengetahui mengenai kinerja humas Depdiknas. Adapun key informannya adalah : a. Kepala Subbidang humas media PIH, bapak Taufik Dahlan, alasan penulis memilih beliau selaku narasumber dalam penelitian ini dikarenakan subbidang humas media ini adalah salah satu bagian didalam PIH Depdiknas yang bertugas untuk melakukan segala bentuk kegiatan yang ada kaitannya dengan media massa. b. Bapak Daud Fadillah selaku wartawan media cetak RAKYAT MERDEKA. c. Bapak Titis Aji selaku wartawan media elektronik ANTV.
Yin Robert K. Studi Kasus (Desain dan Metode), (Raja Grafindo Persada, Jakarta,2003. Hal 1.
63
44
d. Bapak Dendra, Bapak Yuristian, Bapak Adhimurti selaku wartawan media cetak SOLIDARITAS, media cetak ini adalah salah satu partner dari radio Suara metro dibawah pimpinan bapak Paskalis Marianus Baylon yang juga merupakan general manager dari radio Suara Metro 91.1 FM. Alasan penulis memilih beliau sebagai narasumber karena beliau sudah cukup lama menjadi wartawan dan cukup banyak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Depdiknas itu sendiri.
3.4 Definisi Konsep Konsep yang didefinisikan dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut : -
Pendapat wartawan : Pendapat wartawan merupakan penyimpulan informasi dan penafsiran pesan dengan memberikan makna pada suatu objek berdasarkan pengalaman yang diperoleh oleh wartawan itu sendiri.
-
Kinerja humas Merupakan bentuk kegiatan kerja Humas untuk kegiatan konferensi pers dalam membangun pengertian yang saling menguntungkan antara publik dan organisasi dimana dalam proses kegiatannya seorang PR dibantu beberapa langkah yang harus dilakukan agar proses tersebut berjalan lancar.
45
-
Citra Citra merupakan tujuan utama, sekaligus reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia PR. Citra bisa diartikan sebagai gambaran peta Anda tentang dunia, citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi kita.
-
Departemen Pendidikan Nasional Departemen Pendidikan Nasional yang disingkat Depdiknas adalah salah satu departemen pemerintahan di Indonesia yang bertugas untuk menangani berbagai masalah yang terkait dengan pendidikan dan pengajaran.
3.5. Fokus Penelitian Fokus pada penelitian ini mencakup rangkaian pendapat wartawan tentang kinerja humas dalam membentuk citra positif. Maka dalam penelitian ini fokus penelitian akan dijabarkan sebagai berikut: a. Ketersediaan bahan, data, dan informasi pada saat konferensi pers Pendapat wartawan tentang ketersediaan bahan, data, serta informasi pada saat dilaksanakannya konferensi pers. b. Prestasi kerja Pendapat watawan pada Prestasi kerja karyawan divisi humas terhadap pekerjaannya. Wartawan memberikan pendapat mengenai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari
46
uraian pekerjaannya.. c. Kedisiplinan Pendapat wartawan pada Kedisiplinan kerja karyawan divisi humas terhadap pekerjaannya. Wartawan memberikan pendapat mengenai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya. d. Kreatifitas Pendapat wartawan pada Kreativitas
kerja karyawan divisi humas
terhadap pekerjaannya. Wartawan memberikan pendapat mengenai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna. e. Kerja sama dan Tanggung jawab Pendapat wartawan pada Kerja sama dan Tanggung jawab kerja karyawan divisi humas terhadap pekerjaannya. Wartawan memberikan pendapat mengenai
kesediaan
karyawan
dalam
mempertanggungjawabkan
kebijaksanaannya, pekerjaannya, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang
dipergunakannya,
serta
perilaku
kerjanya.
Wartawan
juga
memberikan pendapat mengenai kesediaan karyawan dalam berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lainnya secara vertikal maupun horisontal di dalam atau diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaannya akan semakin baik
47
f. Prakarsa dan kecakapan Pendapat wartawan pada Prakarsa dan kecakapan kerja karyawan divisi humas terhadap pekerjaannya. Wartawan memberikan pendapat mengenai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan macammacam elemen yang semuanya terlibat dalam penyusunan kebijaksanaan dan didalam situasi manajemen. Wartawan juga memberikan pendapat mengenai kemampuan berpikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan masalah yang dihadapinya. g. Kendala dan cara mengatasinya Pendapat wartawan tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka memperoleh informasi serta bagaimana solusi yang dilakukan wartawan guna mengatasi kendala-kendala tersebut.
3.6 Tehnik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah melalui : a. Data primer : Yakni dengan melakukan wawancara mendalam (In depth interview). Wawancara memdalam ini dilakukan tanya jawab langsung dengan pihak Humas Depdiknas serta wartawan yang mengetahui bagaimana kinerja divisi humas Depdiknas.
48
b. Data sekunder : Data sekunder dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu mengadakan pengumpulan, pencarian dan penelaahan data-data yang terkait dengan penelitian terhadap buku-buku, majalah-majalah, literatur-literatur dan referensi tertulis lain yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. 3.7
Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi
umum yang mendasarkan pada proposisi teoritis. Tujuan dan desain asal dari studi kasus diperkirakan berdasar atas proposisi semacam itu, yang selanjutnya mencerminkan serangkaian pertanyaan penelitian, tinjauan pustaka, dan pemahaman-pemahaman baru. Proposisi-proposisi tersebut membentuk rencana pengumpulan data dan karenanya meberi prioritas pada strategi analisis yang relevan. Proposisi ini merupakan salah satu contoh dari orientasi teoritis yang menuntun analisis studi kasus. Secara jelas, proposisi-proposisi tersebut membantu pemfokusan perhatian pada data tertentu dan mengabaikan data yang lain. Proposisi tersebut juga membantu pengorganisasian keseluruhan studi kasus dan menetapkan alternatif penjelasan yang harus diuji. Proposisi teoritis tentang hubungan kausal – jawaban-jawaban terhadap pertanyaan ”bagaimana” dan ”mengapa” – bisa sangat berguna untuk menuntun analisis studi kasus dalam hal ini.64
64 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode Edisi Revisi, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2003. Hal 135-137
49
3.8
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam
metode
kualitatif.
Hal
itu
dapat
dicapai
dengan
jalan:...Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikiran. Yang penting disini ialah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan tersebut.65
Lexy J. Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif , PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000. Hal. 178.
65
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
4.1.1 Sejarah
Departemen Pendidikan Nasional yang disingkat Depdiknas adalah salah satu departemen pemerintahan di Indonesia yang bertugas untuk menangani berbagai masalah yang terkait dengan pendidikan dan pengajaran. Sebelunya, departemen ini lebih di kenal dengan sebutan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan atau yang disingkat dengan Departemen P & K. Kemudian pada saat Nugroho Notosusanto menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, nama Departemen ini disingkat menjadi Depdikbud. Perubahan nama menjadi Departemen Pendidikan Nasional dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Abdurrachman Wahid.
Keberadaan Departemen Pendidikan Nasional bermula dari Departemen Pengajaran yang dibentuk setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, dengan Menteri Ki Hadjar Dewantara.
Ruang lingkup tugas yang ditangani terccermin pada nomenklatur departemen, yang pada awalnya menangani masalah pengajaran
(Kabinet
Presidentil Sampai dengan Kabinet Amir Syamsuddin II). Kemudian, berubah
50
51
sesuai kebijakan pemerintah pada masing – masing kabinet, sebagaimana tercantum di bawah ini:
1. Kabinet Presidentil Tahun 1945, Menteri Pengajaran, Ki Hajar Dewantara 2. Kabinet Syahrir I Tahun 1945 – 1946 dan Kabinet Syahrir II Tahun 1946, Menteri Muda Pengajaran, Dr. MR. T. S. G. Mulia. 3. Kabinet Syahrir II Tahun 194, Menteri Pengajaran, Muhammad sjafei. 4. Kabinet
Syahrir
III
Tahun1946
–
1947
Menteri
Pengajaran,
Mr. Suwandi. 5. Kabinet Syahriri III Tahun 1946 – 1947, Mennteri Muda Pengajaran, Ir. R. Gunarso. 6. Kabinet Amir Syariffudin I Tahun 1947 dan Kabinet Amir Syariffudin II Tahun 1947 – 1948, Menteri Pengajaran, Mr. Ali Sastroamidjojo serta. 7. Kabinet Hatta Tahun 1948 – 1949 Menteri PP DAN k, Mr. Ali Sastroamidjojo. 8. Kabinet Darurat Tahun 1948 – 1949, Menteri PP dan K, Mr. Teuku Moh. Hassan. 9. Kabinet Hatta II Tahun 1949, Kabinet Peralihan Tahun 1949 – 1950, Kabinet Yogyakarta Tahun 1950 Menteri PP dan K, S. Mangunsarkoso. 10. Kabinet RIS Tahun 1949 – 1950 Menteri PP dan K, Prof. Dr. dr. Abu Hanifah, M.D 11. Kabinet RI Kesatuan I Tahun 1950 – 1951 dan Kabinet RI Kesatuan III Tahun 1952 – 1953 Menteri PP dan K, Dr. ahder Djohan.
52
12. Kabinet RI Kesatuan II Tahun 1951 – 1952 Menteri PP dan K, Mr. K. R. M. T. Wongsonegoro. 13. Kabinet RI Kesatuan IV Tahun 1953 – 1955 Menteri PP dan K, Mr. Moh. Yamin. 14. Kabinet RI Kesatuan v Tahun 1955 – 1956 Menteir PP dan K, Prof . Ir. R. M Suwandi.
Kabinet RI Kesatuan VI Tahun 1956 – 1957, dan Kabinet
Dwikora Tahun 1966, Menteri PP dan K, Kabinet Dwikora Tahun 1966 enteri Kebudayaan (ai), dan Kabinet Ampera Tahun 1966 – 1977, Menteri P dan K. Ki Sarino Mangunpranoto. 15. Kabinet Karya Tahun 1957 – 1959, Menteri PP dan K , Kabinet Kerja I Tahun 1959 – 1960, Menteri uda Bidang Sosial Kulturil, Kabinet Kerja II Tahun 1960 – 1962, Menteir PP dan K, Kabinet Kerja III Tahun 1962 – 1963 Menteri Muda Pendidkan Bidang Kesra, Kabinet Kerja IV Tahun 1963 – 1964, Menteri PD dan K Kompartemen Kesra, Kabinet Dwikora Tahun 1964 – 1966 dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan Tahun 1966, Menteri Koordinator P dan K, Prof. Dr. Prijono. 16. Kabinet Kerja III Tahun 1962 – 1963 Menteri Muda Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Bidang Kesra, Prof. Iwa Kusuma Sumantri, SH. 17. Kabinet Kerja III Tahun 1962 – 1963 dan Kabinet Kerja IV Tahun 1963 – 1964, Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP), Prof. Dr. Ir. Tojib Hadiwijaya. 18. Kabinet Dwikora Tahun 1964 – 1966, Menteri PD dan K, ny. Artati Marzuki Sudirjo.
53
19. Kabinet Dwikora Tahun 1964 – 1966, Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) dan Kabinet Pembangunan II Tahun 1974 – 1978, Menteri P dan K, Letjen TNI Dr. Teuku Syarif Thayeb. 20. Kabinet Dwikora yang disempurnakan Tahun 1966 Menteri PP dan K, Sumarjo. 21. Kabinet Dwikora yang disempurnakan Tahun 1966, Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP), Dr. J. Leimena. 22. Kabinet Dwikora yang disempurnakan Tahun 1966, Menteri Pendidkan Dasar, Moh. Said Reksohadiprodjo. 23. Kabinet Ampera yang disepurnakan Tahun 1967 – 1968, Menteri P dan K, Sanudi Hardjadinata. 24. Kabinet Dwikora yang disermpurnakan Tahun 1966 Menteri Perguruan Tinggi dan Kabinet Pembangunan I Tahun 1968 – 1973, Menteri P dan K, Mashuri, SH. 25. Kabinet Pembangunan II Tahun 1973, Menteri P dan K, Prof. Dr. Ir. Sumantri Brodjonegoro. 26. Kabinet Pembangunan III Tahun 1978 – 1983 Menteri P dan K, Dr. Daud Joesoef. 27. Kabinet Pembangunan IV Tahun 1983 – 1985 Menteri P dan K, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto. 28. Kabinet Pembangunan IV Tahun 1985 – 1988 dan Kabinet Pembangunan V Tahun 1988 – 1993, Menteri P dan K, Prof. Dr. Fuad Hasan.
54
29. Kabinet Pebangunan VI Tahun 1993 – 1998 Menteri P dan K. Prof. DR. Ing Wardiman Djojonegoro. 30. Kabinet Pembangunan VII Tahun 1998, Menteri P dan K, Prof. Dr. Wiranto Aris Munandar. 31. Kabinet Reformasi Tahun 1998 – 1999, Menteri P dan K , Prof. Dr. Juwono Sudarsono. 32. Kabinet Persatuan Nasional Tahun 1999 – 2001 Menteri Pendidikan Nasional, Dr. Yahya Muhaimin. 33. Kabinet Gotong Royong Tahun 2001 – 2004, Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Drs. A. Malik Fadjar, M.sc. 34. Kabinet Indonesia Bersatu Tahun 2004 – sekarang, Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA.
4.1.2
Visi dan Misi
Dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional, Departemen Pendidikan Nasional sebagai penanggung jawab pendidikan nasional mempunyai visi sebgai berikut:
Menjadi agen pencerdasan, pembudayaan, dan pemberadaban bangssa yang efektif efisien, dan akuntabel dalam proses transformasi budaya Indonesia menuju peradaban bangsa yang modern, unggul, dan madani.
Untuk mewujudkan Visi pendidikan transformasi tersebut, Departemen Pendidikan Nasional memilliki beberapa misi di antaranya:
55
1. Mewujudkan pendidikan yang mampu membangun masyarakat yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia serta memmiliki estetika, etika dan kepribadian yang tangguh 2. Mewujudkan pendidikan nasional yang merata dalam ragka memenuhi hak konstitusional warga Negara dalam memperoleh pendidkan dasar Sembilan tahun dalam rangka mewujudkan keadilan sosial yang dapat dinikmati oleh seluruh warga Negara. 3. Mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu, berdaya saing, dan relevan dengan kebubtuhan masyarakat, serta berwawasan kebangsaan yang berbasis pengetahuan dan teknologi melalui penyelenggaraanpendidikan yang teratandar. 4. Mewujudkan system pengelolan pendidikan yang efisien, produktif, dan akuntabel dengan menerapkan prinsip good governance dengan menekankan pad aperanan desentralisasi dan otonomi pendidikan di setiap jenjang pendidikan dan masyarakat.
4.1.3
Tugas pokok dan fungsi Departemen Pendidikan Nasional
Sesuai peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005, Depdiknas mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pendidikan nasional.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Depdiknas menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:
56
1. Perumusan kebujakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang pendidikan nasional. 2. Pelaksanaan
urusan
pemerintahan
sesuai
dengan
bidang
tugasnya. 3. Pengelolaan barang milik atau kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawabnya. 4. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya. 5. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.
57
4.1.4
Susunan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional
Sesuai Peraturan Prresiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005, Depdiknas saat ini terdiri atas:
a) Sekretariat Jenderal b) Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
58
c) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi d) Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah e) Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan f)
Inspektorat Jenderal
g) Badan Penelitian dan Pengembangan h) Staf Ahli
4.1.5
Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional
Melaui Sekretariat Jenderal, Menteri Pendidikan Nasional membawakan tujuh divisi pusat, yakni Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Pusat Grafika Indonesia, Pusat Perbukuan, Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Pusat Bahasa, Pusat Informasi dan Humas, serta Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan.
Adapun menurut pasal 123 Ayat 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2005, Pusat Informasi dan Humas adalah unsur pelaksana tugas tertentu departemen di bidang pengelolaan informasi dan publikasi pendidikan serta Hubungan Masyarakat dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal ( Ayat 2 ).
4.1.6
Tugas Pokok Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat
Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2005 Pasal 124, Pusat Informasi dan Humas bertugas untuk melaksanakan pengelolaan
59
informasi, publikasi pendidikan, dan hubungan masyarakat berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri.
Tugas dan Fungsi Humas Depdiknas
Dalam pelaksanaannya, Humas Depdiknas memiliki tugas serta fungsi yang penting bagi perusahaan. Tugas dan fungsi yang dimiliki oleh Humas Depdiknas adalah :
1. Membina hubungan kemitraan dengan media massa, pemerintah serta key public dalam masyarakat. 2. Memberikan masukan kepada pihak manajemen dalam hal solusi konflik seperti gugatan hokum dan sebagainya. 3. Mengatur wawancara 4. Merencanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan publisitas media (melalui kliping media) 5. Melaksanakan kegiatan fasilitator, editing serta penulisan media informasi dan publikasi korporat 6. Menulis dan mengedit materi publisitas korporat 7. Memelihara data kehumasan, mencakup presentasi dan kepustakaan. 8. Menangani surat pembaca yang terdapat di media 9. Mengadakan kegiatan-kegiatan publisitas (media visit, media briefing, press tour, press conference dan talk show di stasiun TV atau Radio) 10. Update website Depdiknas (www.depdiknas.go.id) )
60
11. Menganalisis opini masyarakat dan public serta mengusulkan tindak lanjut penanganannya. 12. Protokoler perusahaan misalnya pada acara-acara resmi (penanganan tamu VIP, sir arrangement, sambutan direksi) 13. Sponsorship, membiayai suatu kegiatan, seperti olahraga dan kesenian 14. Melaksanakan kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) 15. Mengadakan kalender dan agenda kerja, kartu-kartu atau bunga ucapan 16. Penerimaan kunjungan dari lembaga pendidikan atau instansi serta LSM.
4.1.7 Fungsi Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat
Sesuai dengan pasal 125, fungsi Pusat Informasi dan Hububngan Masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang informasi dan publikasi pendidikan serta hubungan masyarakat. 2. Pelaksanaan
pengumpulan,
pengolahan,
dan
penyajian
informasi
pendidikan. 3. Koordinasi penyusunan bahan penerangan kepada masyarakat tentang kebijakan masyarakat tentang kebijakan dan pelaksanaan kegiatan departemen. 4. Koordinasi pelaksanaan publikasi kebijakan dan kegiatan departemen. 5. Pelaksanaan urusan administrasi Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO. 6. Pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat.
61
4.1.8 Struktur Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat
KEPALA PUSAT INFORMASI DAN HUMAS Bagian Tata Usaha Subbagian Rumah
Tangga
Bidang Hubungan
Bidang Informasi
Subbagian Tatalaksana dan
kepegawaian
Subbidang Perpustakaan
Subbagian Keuangan
Subbidang Kajian Aspirasi Masyarakat
Subbidang Pendidikan
Subbidang Penyusunan Informasi
Subbidang Hubungan Lembaga Masyarakat
Bidang Sekertariat Subbidang Sains dan
Subbidan g Sosial
Budaya
Teknolo gi
Subbidang Hubungan Media
Subbidang Hubungan Lembaga Negara
GERAI INFORMASI DAN MEDIA Sahdu Sidik
Media Relations
Kelompok Jabatan Fungsional
Seperti yang tercantum pada Pasal 126, Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakatmembawakan beberapa bagian yaitu :
Bagian Tata Usaha
a)
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan perencanaan, persuratan
ketatalaksanaan,
kepegewaian,
keuangan,
perlegkapan,
dan
kerumahtanggan pusat. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian tata usaha menyelenggarakan fungsi:
62
1. Penyusunan rencana, program, dan anggaran pusat. 2. Pelaksanaan urusan persuratan dan kearsipan. 3. Pelaksanaan urusan ketatalaksanaan. 4. Pengelolaan kepegawaian dan keuangan. 5. Pelaksanaan urusan kerumahtanggaan dan perlengkapan. 6. Pelaksanaan penyusunan laporan pusat.
Bagian Tata Usaha terdiri atas tiga bagian, yaitu :
i.
Subbagian Rumah Tangga
Subbagian
Rumah
Tangga
mempunyai
tugas
melakukan
urusan
persuratan, kearsipan, perlengkapan, keprotokolan, ketertibian, keamanan, kebersihan, dan keindahan di lingkungan pusat.
ii.
Subbagian Tatalaksana dan Kepegawaian.
Subbagia Tatalaksana dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan analisis jabatan, analisis organisasi, penyempurnaan organisasi, system dan prosedur kerja, persiapan rancangan peraturan perundang – undangan, pertimbangan hokum, serta perencanaan, mutasi pengembangan, disipllin pegaawai, dan penyusunan laporan pusat.
63
iii.
Subbagian Keuangan
Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, program, dan anggaran, serta pembiayaan, pembiayaan, pembendaharaan, dan evaluasi pelaksanaan anggaran pusat.
b) Bidang informasi
Bidang Informasi mempunyai tugas melaksanakan bahan pendiidikan dan pengelolaan perpustakaan. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Bidang informasi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Pengumpulan dan Pengolahan informasi pendidikan. 2. Koordinasi penyusunan bahan dan penyajian informasi pendidikan. 3. Penyusunanan bahan kajian aspirasi masyarakat di bidang pendidikan. 4. Pelaksanaan urusan perpustakaan departemen.
Bidang Informasi terdiri atas:
A.Subbagian Penyusunan Informasi
Subbagian
Penyusunan
Informasi
mempunyai
tugas
melakukan
pengupulan dan pengolahan data serta penyiapan bahan koordinasi penyusunan dan penyajian informasi pendidikan.
B.Subbagian Aspirasi Masyarakat
64
Subbagian Aspirasi Masyarakat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan kajian aspirasi masyarakat bidang pendidikan.
C.Subbagian Perpustakaan
Subbagian Perpustakaan mempunyai tugas melakukan pengelolaan perpustakaan departemen.
c) Bidang Hubungan Masyarakat
Bidang Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan urusan dan koordinasi pelaksanaan hubungan antara departemen dengan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga Negara serta penyusunan bahan penerangan
dan
publikasi.Disisi
lain,
Bidang
Hubungan
Masyarakat
menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut:
1. Pelaksanaan urusan koordinasi hubungan dengan masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat, dan
lebaga Negara. 2. Penyusunan bahan penerangan kepada masyarakat. 3. Penyiapan
bahan
pelaksanaan
sosialisasi
dan
publikasi kebijakan dan kegiatan ddepartemen. 4. Fasilitas
pelaksana
lingkungan departemen.
hubungan
masyarakat
di
65
Bidang Hubugan Masyarakat Terdiri atas:
A.Subbidang Hubungan Lembaga Negara
Subbidang Hubugan Lembaga Negara mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, penerangan, sosialisasi, dan publikasi kebijakan dan kegiatan ddepartemen dalam rangka pelaksanaan hubungan dengan lembaga serta fasilitas pelaksanaan hubungan dengan lembaga Negara.
B.Subbidang Hubungan Media
Subbidang Hubungan Media mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi , penerangan sosialisasi, dan publikasi kebijakan dan kegiatan departemen dalam rangka pelaksanaan hubungan dengan media serta fasilitas pelaksanaan hubungan dengan media.
C.Subbidang Hubungan Lembaga Masyarakat
Subbidang Hubungan Lembaga Masyarakat mempunyai tugass melakukan penyiapan bahan koordinasi, penerangan, sosialisasi dan publikasi kebijakan dan kegiatan departemen dalam rangka pelaksanaan hubungan dengan lembaga swadaya masyarakat .
D.Bidang Sekretariat KNIU
Bidang Sekretariat Komite Nasional untuk UNESCO (KNIU) menpunyai tugas melaksanakan kegiatan kesekretariatan KNIU. Di samping pelaksanaan
66
tugaasnya, Bidang Sekterariat KNIU juga menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut:
a. Pelaksanaan urusan administrasi KNIU dan mengikuti perkembangan kegiatan UNESCO di bidang pendidikan. b. Pelaksanaan urusan administrasi KNIU dan mengikuti perkembangan kegiatan UNESCO di bidang sains dan teknologi. c. Pelaksanaan urusan administrasi KNIU dan megikuti perkembangan keghiatan UNESCO di bidang sosial budaya.
Bidang secretariat KNIU terdiri atas:
1. Subbidang Pendidikan
Subbidang Pendidikan mempunyai tugas melakukan urusan administrasi dan megikuti perkembangan UNESCO di bidang pendidikan.
2. Subbidang Sains Pendidikan dan Teknologi
Subbidang Sains Pendidikan dan Teknologi mempunyai tugas melakukan urusan admiistrasi dan mengikuti perkembangan UNESCO di bidang sains dan teknologi
67
3. Subbidang Sosial Budaya
Subbidang
Sosial
Budaya
mempunyai
tugas
melakukan
urusan
administrasi dan mengikuti perkembangan UNESCO di bidang soaial budaya.
4. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan fungsional untuk mendukug pelaksanaan tugaas pusat. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang kegiatanya. Di mana setiap kelompok jabatan fungsional tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional yang ditunjuk oleh Kepala Pusat.
Terkait degan jenis dan jumlah jabatan fungsional, hal tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Sementara mengenai tugas , jenis, dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
4.1.9
Target Sasaran Pusat Informasi dan Humas Depdiknas
Dalam aktivitasnya, yang menjadi target sasaran Pusat Informasi dan Humas Depdiknas adalah:
1. Peningkatan citra positif departemen (image building)
2. Penyebarluasan informasi kebijakan departemen.
68
3. Terwujudnya tata kelola kepemerintahan yang baik.
4. Peningkatan transparansi dan akuintabilitas public.
5. Penigkatan keterbukaan dengan masyarakat dan mitra kerja (stakehoklder).66
4.2
Hasil Penelitian
Berikut akan dijabarkan hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan secara deskriptif kualitatif dimana data yang diperoleh berupa data-data dari hasil wawancara dengan wartawan tabloid SOLIDARITAS yaitu bapak Dendra, bapak Adhimurti, dan juga bapak Yuristian, wawancara ini juga dilakukan dengan kepala subbidang humas media PIH Depdiknas yaitu bapak Taufik Dahlan pada tanggal 19 sampai 21 Desember 2008 serta dengan wartawan media cetak RAKYAT MERDEKA yaitu bapak Daud Fadillah, wartawan media elektronik ANTV bapak Titis Aji pada tanggal 27 Februari sampai 2 Maret 2009. I. Ketersediaan bahan, data, dan informasi pada saat konferensi pers Pendapat wartawan mengenai ketersediaan bahan, data dan informasi pada saat konferensi pers, dalam penelitian ini wartawan akan dimintai pendapatnya tentang apakah bahan, data dan informasi yang mereka peroleh pada saat konferensi pers itu sudah tepat, lengkap, dan mudah dipahami oleh pihak wartawan media massa.
66
Company profile DEPDIKNAS
69
Kelengkapan data dan informasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahwa apakah data dan informasi yang disampaikan oleh pihak humas Depdiknas kepada pihak wartawan media massa melalui konferensi pers mengenai sertifikasi guru tersebut telah memiliki kesamaan dengan data dan informasi yang ada di lapangan terkait dengan permasalahan sertifikasi guru ini. Berikut adalah hasil wawancara dengan kepala subbidang humas media PIH Depdiknas, bapak Taufik Dahlan menjelaskan mengenai apakah bahan, data dan informasi yang pihak wartawan peroleh pada saat konferensi pers itu sudah tepat, lengkap, dan mudah dipahami oleh pihak wartawan media massa, beliau berpendapat: “Kalau menurut saya sih sudah cukup tepat, lengkap dan mudah dipahami ya mas, hal ini dikarenakan pihak wartawan yang kami undang untuk acara konferensi pers itu sendiri sebagian besar adalah wartawan-wartawan pendidikan, dan juga informasi yang akan kami berikan kepada wartawan itu telah kami kaji ulang kelengkapannya, serta bahasa-bahasa yang kami gunakan dalam pembuatan bahan konferensi pers itu selalu kami gunakan bahasa yang relative sederhana dengan tujuan agar wartawan dapat lebih mudah memahami informasi yang kami berikan tersebut.” Hal yang senada juga dikeluarkan oleh bapak Dendra selaku wartawan dari tabloid SOLIDARITAS Mengenai informasi yang diberikan Depdiknas kepada wartawan sudah tepat, lengkap, mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan wartawan akan informasi, beliau berpendapat: “Menurut saya sudah cukup tepat, lengkap dan mudah dipahami,dan sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pihak wartawan, Cuma terkadang ada sedikit masalah pada peralatan audio yang ada pada ruangan konfrensi persnya saja.” Bapak Yuristian juga mengeluarkan pendapatnya mengenai informasi yang diberikan Depdiknas kepada wartawan sudah tepat, lengkap, mudah
70
dipahami dan sesuai dengan kebutuhan wartawan akan informasi, beliau berpendapat: “Kalau pendapat saya sih informasi yang disampaikan itu memang sudah cukup tepat, lengkap dan mudah dipahami ya mas, mungkin hal ini dikarenakan selebaran yang diberikan kepada setiap wartawan pada saat konferensi pers itu sendiri memiliki isi yang sama persis dengan yang dipegang oleh setiap narasumber yang hadir pada acara konfrensi pers itu sendiri mas.”
Bapak Adhimurti juga mengeluarkan pendapatnya mengenai informasi yang diberikan Depdiknas kepada wartawan sudah tepat, lengkap, mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan wartawan akan informasi, beliau berpendapat: “Kalau menurut saya informasi yang diberikan oleh Depdiknas kepada wartawan itu memang sudah cukup tepat dan mudah dipahami ya mas, tapi kalau soal kelengkapan informasi itu saya rasa masih kurang mas, hal ini kita dapat lihat bahwa sering terjadinya perbedaan data yang dimiliki oleh Depdiknas dengan fakta yang ada di lapangan.” Lain halnya dengan pendapat yang dikeluarkan oleh bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV, beliau berpendapat: “Menurut pendapat saya, informasi yang humas depdiknas berikan kepada pihak wartawan itu sudah tepat, karena memang informasi mengenai sertifikasi guru ini cukup tepat disampaikan kepada wartawan, tetapi kalau soal pemahaman wartawan, saya rasa masih kurang, karena peralatan audio untuk konferensi pers yang mereka gunakan itu sering mengalami masalah, hal ini yang menyebabkan wartawan sering meminta kepada narasumber untuk mengulang ucapan yang beliau sampaikan pada saat konferensi pers sertifikasi guru tersebut. serta informasi yang diberikan Humas Depdiknas pada acara konferensi pers sertifikasi guru kepada wartawan itu saya rasa masih belum lengkap dan belum dapat memenuhi kebutuhan wartawan mengenai masalah sertifikasi tersebut, karena menurut saya informasi yang diberikan humas pada konferensi pers tersebut belum jelas kebenaran datanya, sehingga saaya menafsirkan bahwa Depdiknas itu berusaha melindungi diri dari tekanan guru-guru yang melakukan protes, dengan kata lain pemberian informasi melalui konferensi pers dari depdiknas itu hanya sebagai obat penenang bagi guru-guru yang mengharapkan kejelasan mengenai status mereka.”
71
Hal yang serupa juga dikemukakan oleh bapak Daud Fadillah selaku wartawan harian RAKYAT MERDEKA, beliau berpendapat: “kalau pendapat saya informasi yang di berikan pihak humas Depdiknas kepada wartawan pada saat konferensi pers sertifikasi guru itu belum tepat dan masih agak sulit untuk dipahami oleh wartawan, hal ini saya lihat dikarenakan pihak humas Depdiknas dalam menyampaikan informasinya kepada wartawan itu saya rasa masih terlalu cepat dan waktu yang diberikan kepada wartawan untuk bertanya itu sangat terbatas sekali sehingga setelah selesai konferensi persnya itupun masih banyak wartawan yang mencoba menanyakan kembali kepada pihak humas mengenai permasalahan sertifikasi guru itu. Serta informasi yang di berikan pihak humas Depdiknas kepada wartawan pada saat konferensi pers sertifikasi guru itu belum lengkap dan masih belum bisa memenuhi kebutuhan wartawan akan informasi mengenai kejelasan data sertifikasi guru yang masih simpang siur, karena kadang terjadi apa yang ditanyakan oleh wartawan dengan apa yang dijawab oleh humas pada saat konferensi pers itu tidak sesuai harapan wartawan, dengan kata lain masih ada yang ditutup-tutupi dari wartawan karena mungkin itu terkait dengan citra Depdiknas.”
II. Prestasi kerja Pendapat wartawan pada prestasi kerja karyawan divisi humas terhadap pekerjaannya. Wartawan memberikan pendapat mengenai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.. Bapak Dendra selaku wartawan dari tabloid SOLIDARITAS mengenai apakah karyawan divisi Humas Depdiknas telah memiliki prestasi kerja yang cukup baik, beliau mengemukakan: “Menurut saya ya, contohnya bisa terlihat pada setiap acara yang diselenggarakan oleh Humas Depdiknas selalu dihadiri oleh berbagai kalangan masyarakat termasuk wartawan dari berbagai media massa, hal ini mencerminkan bahwa Humas depdiknas telah memiliki prestasi kerja yang cukup baik.” Hal yang serupa juga di kemukakan oleh bapak Adhimurti dalam menanggapi soal mengenai apakah karyawan divisi Humas Depdiknas telah
72
memiliki prestasi kerja yang cukup baik, beliau mengemukakan: “Menurut saya sih memang prestasi kerja yang dimiliki oleh humas Depdiknas selama ini sudah cukup baik, mungkin salah satu contohnya ya soal sertifikasi guru itu mas, tetapi hanya saja baru-baru ini Depdiknas dihadapkan pada permasalahan penetapan undang-undang tentang badan hokum pendidikan atau BHP, dimana banyak kalangan menilai bahwa permasalahan BHP ini seandainya di publikasikan dengan baik kepada semua kalangan, maka hal itu tidak akan menjadi permasalahan yang mengundang aksi-aksi protes terhadap UU BHP yang bias mencoreng prestasi kerja yang sudah cukup baik yang dimiliki oleh Depdiknas.” Pernyataan diatas juga diperkuat oleh bapak Yuristian, beliau berpendapat mengenai apakah karyawan divisi Humas Depdiknas telah memiliki prestasi kerja yang cukup baik, beliau mengemukakan: “kalau menurut saya prestasi kerja yang dimiliki oleh divisi Humas Depdiknas memang sudah cukup baik ya, salah satu contohnya bisa terlihat pada saat divisi Humas Depdiknas turut serta dalam menangani masalah sertifikasi guru se-Indonesia, dimana pada saat itu Humas Depdiknas cukup sukses berperan sebagai mediator antara pihak guru dengan para pejabat yang terkait dengan masalah sertifikasi guru itu.” Pendapat yang berbeda dikeluarkan oleh bapak Daud Fadillah selaku wartawan harian RAKYAT MERDEKA mengenai apakah karyawan divisi Humas Depdiknas telah memiliki prestasi kerja yang cukup baik, beliau berpendapat: “kalau menurut saya masih belum, terutama yang terkait dengan konferensi pers mengenai sertifikasi guru itu masih terlihat bahwa karyawan humas itu belum cukup siap untuk menyelenggarakan konferensi pers karena sering terjadi kekurang lengkapan bahan informasi yang akan dibahas dalam konferensi pers tersebut.” Bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV juga mengeluarkan pendapatnya mengenai prestasi kerja karyawan humas Depdiknas, beliau berpendapat: “Menurut saya, divisi humas Depdiknas belum memiliki prestasi kerja
73
yang baik, hal ini mungkin dikarenakan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh sebagian karyawan humas Depdiknas bukan berasal dari latar belakang sarjana komunikasi, sehingga masih adanya kesan bahwa konferensi pers yang mereka lakukan itu hanya sebatas pelaksanaan tugas yang di instruksikan dari atasan mereka saja, tetapi mereka belum bisa menggunakan konferensi pers tersebut sebagai salah satu cara guna membentuk citra Depdiknas ke arah yang lebih positif lagi dari yang sekarang, salah satu contohnya adalah jumlah kegiatan konferensi pers yang mereka laksanakan guna membahas masalah sertifikasi guru tersebut sangat sedikit sekali.” III.Kedisiplinan Pendapat wartawan pada Kedisiplinan kerja karyawan divisi humas terhadap pekerjaannya. Wartawan memberikan pendapat mengenai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya. Berikut adalah pendapat yang dikeluarkan oleh bapak Adhimurti selaku wartawan dari tabloid SOLIDARITAS menanggapi soal kedisiplinan kerja karyawan divisi humas Depdiknas, beliau berpendapat: “Kalau pendapat saya sih kedisiplinan kerja yang dimiliki oleh karyawan humas Depdiknas itu sudah baik ya mas, saya bias lihat dari setiap kegiatan konfrensi pers yang mereka laksanakan itu selalu berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti, ini mencerminkan bahwa para karyawan tersebut telah memiliki tingkat kedisiplinan kerja yang tinggi.” Begitu pula pendapat yang diberikan oleh bapak Dendra yang juga memberikan pendapat yang agak berbeda soal kedisiplinan kerja karyawan humas Depdiknas, beliau mengemukakan: “Menurut pendapat saya, kedisiplinan kerja yang dimiliki oleh karyawan divisi Humas Depdiknas sudah lumayan baik, hanya saja terkadang masih kurang disiplin terhadap waktu penyelenggaraan konfrensi pers.” Pernyataan di atas juga dibenarkan oleh bapak Yuristian mengenai kedisiplinan kerja yang dimiliki oleh karyawan divisi Humas Depdiknas, beliau
74
berpendapat: “Menurut saya, kedisiplinan kerja yang dimiliki oleh karyawan divisi Humas Depdiknas sudah lumayan bagus ya, hanya saja terkadang masih kurang disiplin terhadap waktu pelaksanaan konfrensi pers.” Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV, beliau mengatakan: “Menurut saya, kedisiplinan kerja yang mereka miliki pada saat konferensi pers itu masih kurang baik, saya melihatnya dari waktu pelaksanaan konferensi pers yang masih sering mundur dari jadwal serta masih kurang lengkapnya data yang mereka masukan kedalam bahan konferensi pers yang akan dibagikan kepada wartawan dalam kegiatan konferensi pers tersebut.” Pendapat yang serupa dengan bapak Titis Aji juga dikemukakan oleh bapak Daud Fadillah selaku wartawan harian RAKYAT MERDEKA, beliau berpendapat: “kalau menurut saya, kedisiplinan kerja yang dimiliki oleh karyawan humas Depdiknas itu masih perlu ditingkatkan lagi, hal ini tercermin dari jadwal konferensi pers yang sering mundur dari jadwal yang direncanakan, serta masih adanya kesimpang siuran data yang konkret mengenai sertifikasi guru yang mereka sampaikan kepada wartawan pada konferensi pers yang lalu.” IV. Kreatifitas Pendapat wartawan pada Kreatifitas kerja karyawan divisi humas terhadap pekerjaannya. Wartawan memberikan pendapat mengenai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna. bapak Adhimurti selaku wartawan memberikan pernyataannya untuk menanggapi soal mengenai Apakah karyawan divisi Humas Depdiknas telah mempunyai kreatifitas kerja yang cukup baik dalam membuat bahan untuk konfrensi pers, beliau berpendapat:
75
“memang kalau soal kreatifitas kerja yang dimiliki oleh karyawan humas Depdiknas dalam membuat bahan konfrensi pers itu saya akui sudah cukup baik, terutama dari penggunaan gaya bahasa yang sederhana sehingga mudah untuk di pahami oleh pihak wartawan.” Hal yang sama dikemukakan oleh bapak Dendra mengenai Apakah karyawan divisi Humas Depdiknas telah mempunyai kreatifitas kerja yang cukup baik dalam membuat bahan untuk konfrensi pers, beliau mengemukakan: “Ya, hal ini saya dapat lihat pada pembuatan bahan untuk konfrensi pers, dimana tulisan yang ada pada bahan tersebut menarik untuk dibaca dan mudah dipahami oleh pihak wartawan.” Pendapat di atas juga dibenarkan oleh bapak Yuristian, beliau berpendapat mengenai Apakah karyawan divisi Humas Depdiknas telah mempunyai kreatifitas kerja yang cukup baik dalam membuat bahan untuk konfrensi pers sebagai berikut, beliau berpendapat: “Ya, hal ini saya bisa lihat pada bahasa yang digunakan didalam bahan konfrensi pers itu cenderung menggunakan bahasa sehari-hari sehingga lebih mudah untuk di pahami oleh wartawan dan audiens yang hadir pada acara konfrensi pers tersebut.” Lain halnya dengan pendapat yang dikeluarkan oleh bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV, beliau berpendapat: “Kalau pendapat saya, divisi humas Depdiknas itu belum memiliki kreatifitas kerja yang cukup baik, karena saya melihat masih adanya indikasi penggunaan motto kerja asal bapak senang yang ada pada karyawan humas Depdiknas, sehingga hal tersebut adalah salah satu faktor penyebab dari kurang berkembangnya kreatifitas kerja mereka.” Hal yang serupa juga dikemukakan oleh bapak Daud Fadillah selaku wartawan harian RAKYAT MERDEKA, beliau berpendapat: “Menurut saya kreatifitas yang mereka miliki memang cukup baik, Cuma terkadang kreatifitas yang mereka miliki itulah yang membuat mereka luput dari fakta yang ada di lapangan, dan menurut saya ini adalah salah satu faktor yang membuat data yang ada itu menjadi tidak pasti.”
76
V. Kerja sama dan Tanggung jawab Pendapat wartawan pada Kerja sama dan Tanggung jawab kerja karyawan divisi humas terhadap pekerjaannya. Wartawan memberikan pendapat mengenai kesediaan
karyawan
dalam
mempertanggungjawabkan
kebijaksanaannya,
pekerjaannya, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya. Wartawan juga memberikan pendapat mengenai kesediaan karyawan dalam berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lainnya secara vertikal maupun horisontal di dalam atau diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaannya akan semakin baik. Bapak Dendra menuturkan pendapatnya mengenai sikap kerjasama dan tanggung jawab karyawan humas Depdiknas dalam proses pelaksanaan kegiatan konfrensi pers, beliau berpendapat: “Menurut saya, sikap kerjasama dan tanggung jawab karyawan pada saat konfrensi pers sudah bagus, karena terlihat adanya kekompakan dari setiap karyawan dalam melakukan kegiatan konfrensi peres tersebut, sehingga acara tersebut selalu berjalan cukup lancar.” Pernyataan tersebut juga didukung kebenarannya oleh bapak Yuristian dalam menanggapi perihal sikap kerjasama dan tanggung jawab karyawan humas dalam melaksanakan kegiatan konfrensi pers, Beliau berpendapat: “Kalau menurut saya sikap kerjasama dan tanggung jawab yang ditunjukkan oleh setiap karyawan pada setiap acara konfrensi pers itu sudah cukup bagus ya, saya melihat dari adanya koordinasi yang baik di antara setiap karyawan humas Depdiknas, dan rasa tanggung jawab itu terlihat dari peran karyawan dalam menjalankan tugasnya masing-masing, sehingga kegiatan konfrensi pers tersebut dapat berjalan lancar.” Pendapat di atas juga diperkuat oleh pernyataan dari bapak Adhimurti, beliau berkomentar mengenai sikap kerjasama dan tanggung jawab Karyawan
77
Humas Depdiknas pada saat dilaksanakan konfrensi pers Beliau berpendapat: “Wah kalau soal sikap kerjasama dan tanggung jawab karyawan humas itu sudah tidak diragukan lagi ya, dan saya akui memang mereka semua sudah memiliki kerjasama yang cukup baik dan rasa tanggung jawab yang tinggi kepada kalangan wartawan pada saat dilaksanakannya konfrensi pers.” Pendapat yang berbeda dikeluarkan oleh bapak Daud Fadillah selaku wartawan harian RAKYAT MERDEKA, beliau berpendapat: “Menurut saya, kerjasama yang mereka miliki itu memang cukup baik, tetapi dari segi tanggung jawab, saya rasa masih kurang, karena seperti yang saya bilang tadi bahwa masih terjadinya jadwal konferensi pers yang sering mundur dari jadwal, sehingga terkadang wartawan merasa kurang dihargai, karena menurut logika saya, apabila mereka ingin melaksanakan sebuah kegiatan yang berkaitan dengan pihak luar organisasi, maka mereka harus bertanggung jawab penuh atas kegiatan tersebut termasuk masalah waktu pelaksanaan kegiatan tersebut.” Bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV juga mengeluarkan pendapatnya mengenai prestasi kerja karyawan humas Depdiknas, beliau berpendapat: “Kalau menurut saya, sikap kerjasama dan tanggung jawab yang humas Depdiknas miliki itu sudah cukup baik terutama sikap kerjasama dan tanggung jawab mereka kepada wartawan itu yang saya akui sudah baik, hal ini dikarenakan pada saat wartawan datang dalam acara konferensi pers humas Depdiknas itu selalu mendapatkan sikap yang cukup bersahabat dari para karyawan humas, dan sikap tanggung jawab mereka yang sudah baik itu tercermin dari fasilitas gera informasi yang mereka miliki di sebelah ruangan konferensi pers tersebut.” VI. Prakarsa dan kecakapan Pendapat wartawan pada Prakarsa dan kecakapan kerja karyawan divisi humas terhadap pekerjaannya. Wartawan memberikan pendapat mengenai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan macam-macam elemen yang semuanya terlibat dalam penyusunan kebijaksanaan dan didalam situasi manajemen. Wartawan juga memberikan pendapat mengenai kemampuan
78
berpikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan masalah yang dihadapinya. Teori di atas tersebut jika dikaitkan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dapat di fokuskan ke dalam beberapa hal yaitu: a) Mengenai pengetahuan wartawan tentang Humas Depdiknas
Berikut adalah hasil wawancara oleh bapak Adhimurti selaku wartawan dari tabloid SOLIDARITAS, beliau berpendapat: “Mmm…yang saya ketahui tentang divisi humas Depdiknas adalah salah satu bagian dari divisi yang ada di Depdiknas yang terletak di gedung C lantai 4, dimana divisi ini yang di beri wewenang penuh dalam menangani semua urusan yang berkaitan dengan publikasi kebijakan pemerintahan kepada masyarakat umum termasuk pihak wartawan media massa”. Bapak Dendra menuturkan pendapatnya mengenai pengetahuan wartawan tentang Humas Depdiknas sebagai berikut, beliau berpendapat: “sepengetahuan saya, Humas Depdiknas adalah salah satu divisi yang ada di gedung C Departemen pendidikan nasional, dimana gedung tersebut adalah tempat berkumpulnya wartawan-wartawan dari berbagi macam media yang ingin mendapatkan segala jenis informasi yang berkaitan dengan Depdiknas sesuai dengan kebutuhan rekan-rekan wartawan semua”. Bapak Yuristian juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pengetahuan wartawan tentang Humas Depdiknas, beliau berpendapat: “Setahu saya, Humas Depdiknas adalah salah satu bagian dari Depdiknas yang berfungsi sebagai penyampai informasi dari pihak Depdiknas kepada khalayak, khususnya kaum wartawan”. Bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pengetahuan wartawan tentang Humas Depdiknas,, beliau berpendapat:
79
“Setahu saya, humas Depdiknas adalah salah satu divisi yang ada di depdiknas yang terletak di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, dimana divisi ini berperan sebagai ujung tombak untuk menghadapi publik eksternal departemen termasuk wartawan media massa yang datang untuk mencari informasi yang mereka butuhkan untuk keperluan pemberitaan”. Bapak Daud Fadillah dari RAKYAT MERDEKA juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pengetahuan wartawan tentang Humas Depdiknas, beliau berpendapat: “Yang saya tahu divisi humas Depdiknas tersebut adalah salah satu divisi yang cukup sering mengundang pihak wartawan dalam berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan oleh Depdiknas, letak gedungnya itu seingat saya bersebelahan dengan gedung E dan juga gedung Dirjen Depdiknas”. b) Mengenai pengalaman wartawan tentang kinerja divisi Humas
Bapak Dendra menuturkan pendapatnya mengenai pengalaman wartawan tentang kinerja divisi Humas sebagai berikut, beliau berpendapat: “Sejauh ini pengalaman-pengalaman yang saya dapatkan dari tempat itu cukup baik karena secara garis besar para staff yang ada di divisi itu telah dapat menjalankan tupoksi mereka masing-masing”. Bapak Yuristian juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pengalaman wartawan tentang kinerja divisi Humas, beliau berpendapat: “Pengalaman saya selama ini di Humas Depdiknas cukup menyenangkan, karyawan-karyawannya selalu kooperatif kepada pihak wartawan yang dating ke humas Depdiknas”. Berikut adalah hasil wawancara oleh bapak Adhimurti selaku wartawan dari tabloid SOLIDARITAS, beliau berpendapat: “Wah kalau sejauh ini sih pengalaman-pengalaman yang saya dapatkan dari divisi humas Depdiknas ini cukup baik ya mas, karena para karyawan humas dapat memperlakukan wartawan dengan baik sehingga terciptanya hubungan yang erat antara pihak humas Depdiknas dengan pihak wartawan itu sendiri”. Bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV juga mengeluarkan
80
pendapatnya mengenai pengalaman wartawan tentang kinerja divisi Humas, beliau berpendapat: “Pengalaman yang saya dapatkan dari humas Depdiknas ada yang positif dan juga ada yang negatifnya, yang positif adalah perlakuan karyawan humas terhadap wartawan yang cukup bersahabat dalam setiap kegiatan yang mereka selenggarakan, yang negatifnya yaitu pihak wartawan harus menyediakan waktu ekstra apabila ingin meliput kegiatan konferensi pers mereka, karena secara ratarata, konferensi pers yang mereka laksanakan itu sering mengalami kemunduran jadwal dari yang direncanakan semula”. Bapak Daud Fadillah dari RAKYAT MERDEKA juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pengalaman wartawan tentang kinerja divisi Humas, beliau berpendapat: “Pengalaman yang saya peroleh dari humas Depdiknas tersebut tidak terlalu baik ya, peristiwa yang kurang baik itu terjadi sekitar bulan Oktober tahun 2007, pada saat itu saya datang ke Depdiknas guna menghadiri acara konferensi pers yang akan membahas mengenai permasalahan sertifikasi guru, yang membuat saya agak kecewa adalah sangat terbatasnya waktu sesi tanya jawab yang diberikan oleh moderator kepada wartawan untuk bertanya serta adanya kecenderungan wartawan-wartawan dari media ternama saja yang diberikan kesempatan untuk bertanya”. c) Mengenai pendapat wartawan tentang kinerja karyawan divisi
Humas Depdiknas selama ini Berikut adalah hasil wawancara oleh bapak Adhimurti selaku wartawan dari tabloid SOLIDARITAS, beliau berpendapat: “Kalau menurut saya, kinerja yang dimiliki oleh karyawan Humas Depdiknas sudah cukup baik ya, hal ini tercermin dari semakin banyaknya wartawan dari berbagai macam media yang meliput kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh divisi humas itu sendiri.” Bapak Dendra menuturkan pendapatnya mengenai pendapat wartawan tentang kinerja karyawan divisi Humas Depdiknas selama ini, beliau berpendapat: “Menurut pendapat saya, kinerja karyawan divisi humas Depdiknas sudah cukup baik, karena seperti yang saya tadi katakana, sebagian besar karyawan
81
yang ada di divisi tersebut telah mengerti dan dapat menjalankan tupoksi mereka masing-masing.” Bapak Yuristian juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pendapat wartawan tentang kinerja karyawan divisi Humas Depdiknas selama ini sebagai berikut, beliau berpendapat: “Menurut saya, kinerja karyawan Humas Depdiknas cukup bagus terutama dalam proses penyampaian informasi dan pelaksanaan kegiatan konfrensi pers yang cukup bagus dan memuaskan.” Bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pendapat wartawan tentang kinerja karyawan divisi Humas Depdiknas selama ini, beliau berpendapat: “Menurut saya, kinerja humas Depdiknas selama ini masih harus ditingkatkan lagi, salah satu contohnya mungkin mengenai kedisiplinan kerja mereka yang masih kurang, karena menurut pemikiran saya apabila humas itu ingin berhasil membentuk citra mereka yang positif, maka mereka harus memiliki tingkat kedisiplinan kerja yang tinggi.” Bapak Daud Fadillah dari RAKYAT MERDEKA juga mengeluarkan pendapatnya mengenai kinerja karyawan divisi Humas Depdiknas selama ini, beliau berpendapat: “Kalau menurut pendapat saya, kinerja karyawan humas Depdiknas selama ini belum cukup baik, karena menurut saya selama ini humas Depdiknas masih bersikap pasif terhadap setiap berbagai macam permasalahan permasalahan yang pernah dihadapi Depdiknas, artinya mereka seperti menunggu masalah tersebut datang menghadapi mereka baru mereka melakukan tindakan, tanpa berusaha agar melakukan penanggulangan dini terhadap suatu permasalahan yang terjadi.” d) Mengenai pendapat yang kurang baik dari wartawan kepada
karyawan Humas Depdiknas Berikut adalah hasil wawancara oleh bapak Dendra selaku wartawan dari tabloid SOLIDARITAS, beliau berpendapat:
82
“Kalau menurut saya, yang masih kurang baik itu paling Cuma masalah ketepatan waktu penyelenggaraan konfrensi pers saja mas.” Bapak Yuristian juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pendapat yang kurang baik dari wartawan kepada karyawan Humas Depdiknas sebagai berikut, beliau berpendapat: “Sepengetahuan saya hal yang masih kurang baik di divisi Humas Depdiknas itu paling hanya hal-hal kecil seperti kurang luasnya ruangan yang sering digunakan untuk acara konfrensi pers, saya kira hanya itu saja.” Bapak Adhimurti juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pendapat yang kurang baik dari wartawan kepada karyawan Humas Depdiknas sebagai berikut, beliau berpendapat: “Kalau menurut saya sih hal yang masih kurang baik itu hanya sebatas ketepatan waktu penyelenggaraan konfrensi pers dan kurang luasnya ruangan yang digunakan untuk konfrensi pers, hanya itu saja mas .” Bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pendapat yang kurang baik dari wartawan kepada karyawan Humas Depdiknas, beliau berpendapat: “yang masih kurang baik tentang mereka menurut saya adalah mereka belum cepat tanggap mengenai setiap masalah yang ada, serta saya masih melihat adanya ketidak terbukaan depdiknas mengenai masalah yang sedang mereka hadapi kepada pihak luar, salah satu contohnya seperti pernah terjadinya perbedaan data yang cukup kentara mengenai jumlah guru yang telah disertifikasi oleh Depdiknas.” Bapak Daud Fadillah dari RAKYAT MERDEKA juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pendapat yang kurang baik dari wartawan kepada karyawan Humas Depdiknas, beliau berpendapat: “Pendapat saya yang kurang baik di divisi humas Depdiknas seperti sikap mereka yang masih pasif terhadap setiap permasalahan pendidikan yang pernah ada, sering tidak tepat waktu dalam menyelenggarakan kegiatan, kedisiplinan kerja yang masih kurang baik, masih agak lamban dalam menangani kasus yang
83
sedang beredar, serta masih terlihat adanya sikap yang kurang terbuka terhadap pihak eksternal departemen yang ingin mengetahui informasi dari mereka.” e) Mengenai pendapat yang sudah
baik dari wartawan kepada
karyawan Humas Depdiknas Berikut adalah hasil wawancara oleh bapak Dendra selaku wartawan dari tabloid SOLIDARITAS, beliau berpendapat: “Menurut saya, yang sudah baik itu seperti ketersediaan bahan konfrensi pers yang sudah cukup baik, pemberitahuan tentang acara konfrensi pers yang cukup baik, sikap yang bersahabat dari setiap karyawan kepada pihak wartawan.” Bapak Yuristian juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pendapat yang sudah baik dari wartawan kepada karyawan Humas Depdiknas sebagai berikut, beliau berpendapat: “Kalau menurut saya hal-hal yang sudah baik di dalam divisi humas Depdiknas itu seperti koordinasi yang cukup baik di antara para staff-staffnya dalam menyelenggarakan kegiatan konfrensi pers, sikap yang bersahabat kepada semua phak khususnya wartawan dan sudah terciptanya hubungan yang baik antara pihak Divisi humas Depdiknas dengan para wartawan media massa.” Bapak Adhimurti juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pendapat yang sudah baik dari wartawan kepada karyawan Humas Depdiknas sebagai berikut, beliau berpendapat: “Pendapat saya yang sudah baik itu cukup banyak ya mas, mungkin diantaranya sikap karyawan yang cukup baik kepada wartawan, proses penyampaian undangan konfrensi pers yang tidak secara dadakan, pengadaan bahan untuk konfrensi pers yang cukup bagus, ruang tunggu untuk wartawan yang cukup memadai, ya seperti itu lah mas.” Bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pendapat yang sudah baik dari wartawan kepada karyawan Humas Depdiknas, beliau berpendapat:
84
“Yang sudah baik itu seperti perlakuan mereka yang cukup baik terhadap wartawan yang dating pada kegiatan yang mereka selenggarakan, mereka juga telah memiliki tempat yang bernama GIM yang berfungsi sebagai pusat informasi bagi para wartawan yang ingin mencari berita mengenai Depdiknas.” Bapak Daud Fadillah dari RAKYAT MERDEKA juga mengeluarkan pendapatnya mengenai pendapat yang sudah baik dari wartawan kepada karyawan Humas Depdiknas, beliau berpendapat: “Yang sudah baik itu menurut saya adalah pihak humas Depdiknas itu telah mampu menyelesaikan berbagai masalah pendidikan yang pernah ada, walaupun itu melalui proses yang cukup lama, tapi menurut saya itu cukup baik, contoh lainnya yang sudah baik dari humas Depdiknas adalah mereka telah dapat menjalin hubungan dengan banyak media yang ada di indonesia.” f)
Mengenai citra positif Depdiknas secara keseluruhan menurut wartawan
Berikut adalah hasil wawancara oleh bapak Dendra selaku wartawan dari tabloid SOLIDARITAS, beliau berpendapat: “Menurut saya, citra postif yang ada itu seperti hasil-hasil program pendidikan yang sudah berjalan dan mendapat tanggapan yang cukup baik dari masyarakat Indonesia, dan juga sikap yang cukup terbuka dari Depdiknas kapada setiap kalangan yang ingin mengetahui informasi dari Depdiknas, serta kinerja yang sudah cukup baik dari sebagian besar karyawan yang ada di Depdiknas tersebut.” Bapak Yuristian juga mengeluarkan pendapatnya mengenai citra positif Depdiknas secara keseluruhan menurut wartawan sebagai berikut, beliau berpendapat: “Citra positif Depdiknas secara keseluruhan menurut saya dapat terlihat pada setiap dibukanya seleksi penerimaan CPNS untuk Depdiknas yang selalu dibanjiri oleh ratusan pelamar yang ingin mengisi formasi tersebut, serta dapat kita lihat juga pada setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Depdiknas itu selalu dihadiri oleh berbagai kalangan masyarakat dan juga setiap program pendidikan yang diciptakan dan dijalankan oleh Depdiknas itu juga selalu mendapat respon positif dari masyarakat.”
85
Bapak Adhimurti juga mengeluarkan pendapatnya mengenai citra positif Depdiknas secara keseluruhan menurut wartawan sebagai berikut, beliau berpendapat: “Kalau menurut saya citra positif yang dimiliki oleh Depdiknas secara keseluruhan itu sudah cukup baik ya, saya bisa lihat dari setiap permasalahan yang dihadapi oleh Depdiknas seperti masalah sertifikasi guru, masalah buta aksara, masalah standarisasi ujian, itu hampir seluruhnya dapat diselesaikan dan mendapat respon yang cukup positif dari berbagai kalangan.” Bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV juga mengeluarkan pendapatnya mengenai citra positif Depdiknas secara keseluruhan menurut wartawan, beliau berpendapat: “Citra positif Depdiknas secara keseluruhan menurut saya adalah mereka telah mampu menjalankan tugas mereka dengan cukup baik, mereka telah memiliki banyak direktorat yang mampu melaksanakan tupoksi mereka masingmasing, mereka juga telah melakukan berbagai program pendidikan untuk masyarakat, dimana menurut saya sebagian besar dari program pendidikan yang mereka buat itu berjalan baik dan mendapatkan tanggapan yang positif dari masyarakat luas.” Bapak Daud Fadillah dari RAKYAT MERDEKA juga mengeluarkan pendapatnya mengenai citra positif Depdiknas secara keseluruhan menurut wartawan, beliau berpendapat: “Menurut pendapat saya, citra positif yang dimiliki oleh divisi humas Depdiknas itu yang terpenting adalah bahwa karyawan humas depdiknas telah mampu untuk membangun dan menjaga hubungan dengan pihak media massa khususnya terhadap wartawan dari media massa seperti saya, ya walaupun terkadang masih terlihat bahwa mereka belum terlalu bisa untuk menjaga hubungan yang telah mereka jalin dengan pihak wartawan, tetapi menurut saya secara garis besar bahwa karyawan divisi humas Depdiknas telah memiliki citra yang cukup positif di mata publik.” g) Mengenai informasi yang wartawan peroleh dari divisi humas
Depdiknas menarik atau tidak untuk dimuat di media wartawan itu sendiri
86
Berikut adalah hasil wawancara oleh bapak Dendra selaku wartawan dari tabloid SOLIDARITAS, beliau berpendapat: “Jelas menarik, karena di setiap kegiatan Humas Depdiknas itu selalu memiliki nilai berita tersendiri sehingga layak untuk dimuat di media kami.” Bapak Yuristian juga mengeluarkan pendapatnya mengenai informasi yang wartawan peroleh dari divisi humas Depdiknas menarik atau tidak untuk dimuat di media wartawan itu sendiri sebagai berikut, beliau berpendapat: “Kalau menurut saya memang informasi yang saya peroleh dari divisi Humas ini memang cukup menarik untuk dimuat di media kami ya mas, .” Bapak Adhimurti juga mengeluarkan pendapatnya mengenai informasi yang wartawan peroleh dari divisi humas Depdiknas menarik atau tidak untuk dimuat di media wartawan itu sendiri sebagai berikut, beliau berpendapat: “Menurut saya memang informasi yang saya peroleh dari divisi humas Depdiknas itu sebagian besar layak untuk dimuat di media kami ya mas .” Bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV juga mengeluarkan pendapatnya mengenai informasi yang wartawan peroleh dari divisi humas Depdiknas menarik atau tidak untuk dimuat di media wartawan itu sendiri, beliau berpendapat: “Kalau menurut pendapat saya, informasi yang saya peroleh dari Depdiknas terkait dengan permasalahan sertifikasi guru itu cukup menarik untuk dimuat di media kami, karena dibalik kasus ini ada ribuan guru di Indonesia yang menanti kelanjutan perkembangan masalah ini guna memperoleh kejelasan dari status mereka .” Bapak Daud Fadillah dari RAKYAT MERDEKA juga mengeluarkan pendapatnya mengenai informasi yang wartawan peroleh dari divisi humas Depdiknas menarik atau tidak untuk dimuat di media wartawan itu sendiri, beliau berpendapat:
87
“menurut pendapat saya informasi yang saya peroleh dari konferensi pers mengenai sertifikasi guru itu kalau secara konten kasusnya ini sangat menarik, karena menyangkut kepentingan masyarakat banyak, tetapi karena informasi yang diperoleh dari Depdiknas itu masih terdapat ketidak jelasan angka pasti tentang jumlah guru yang telah disertifikasi yang membuat kasus ini tidak terlalu menarik untuk dimuat di media kami .” h) Mengenai Berapa kali wartawan memuat informasi yang berasal
dari divisi Humas Depdiknas pada media wartawan itu sendiri Berikut adalah hasil wawancara oleh bapak Dendra selaku wartawan dari tabloid SOLIDARITAS, beliau berpendapat: “Secara pasti saya kurang tahu, tapi tapi hampir di setiap undangan acar Depdiknas itu selalu di muat di media kami.” Bapak Yuristian juga mengeluarkan pendapatnya mengenai Berapa kali wartawan memuat informasi yang berasal dari divisi Humas Depdiknas pada media wartawan itu sendiri sebagai berikut, beliau berpendapat: “Kalau menurut perkiraan saya sudah lebih dari lima kali ya mas, karena konfrensi di Depdiknas itu biasanya dilakukan dua sampai tiga kali setap bulannya, dan sebagian besar informasi yang saya peroleh dari acara konfrensi pers tersebut selalu dimuat di media kami.” Bapak Adhimurti juga mengeluarkan pendapatnya mengenai berapa kali wartawan memuat informasi yang berasal dari divisi Humas Depdiknas pada media wartawan itu sendiri sebagai berikut, beliau berpendapat: “kira-kira lebih dari lima kali lah mas.” Bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV juga mengeluarkan pendapatnya mengenai berapa kali wartawan memuat informasi yang berasal dari divisi Humas Depdiknas pada media wartawan itu sendiri, beliau berpendapat:
88
“Saya baru memuatnya dua kali, hal ini dikarenakan belum adanya kabar lanjutan dari humas untuk kembali membahas masalah sertifikasi guru ini di dalam kegiatan konferensi pers mereka.” Bapak Daud Fadillah dari RAKYAT MERDEKA juga mengeluarkan pendapatnya mengenai berapa kali wartawan memuat informasi yang berasal dari divisi Humas Depdiknas pada media wartawan itu sendiri, beliau berpendapat:
“Saya hanya memuatnya sekali saja, itupun hanya sebatas pemberian informasi saja, tidak mengupas secara rinci mengenai masalah sertifikasi guru tersebut karena kurang lengkapnya data yang saya peroleh dari Depdiknas mengenai masalah tersebut.” VII.
Kendala-kendala dan cara mengatasinya
Pendapat wartawan tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka memperoleh informasi serta bagaimana solusi yang dilakukan wartawan guna mengatasi kendala-kendala tersebut. Di dalam penelitian ini, wartawan memberikan pendapat mengenai kendala apa saja yang dihadapi oleh wartawan dalam memperoleh informasi pada saat konferensi pers.
Berikut adalah hasil wawancara dengan bapak Titis Aji selaku wartawan dari ANTV mengenai kendala-kendala yang dihadapi wartawan pada saat konferensi pers serta bagaimana solusinya, beliau mengatakan:
“Menurut saya, kendala yang sering saya temui dalam mendapatkan informasi pada saat konferensi pers yang dilakukan oleh humas Depdiknas itu seperti masih belum jelasnya data konkret yang disampaikan kepada wartawan pada saat konferensi pers, juga masalah waktu pelaksanaan konferensi pers yang masih tidak tepat waktunya, serta masalah peralatan audio yang mereka gunakan itu terkadang tidak berfungsi dengan baik. Lalu, cara yang saya lakukan untuk mengatasi kendala seperti ini adalah dengan berusaha untuk menanyakan kembali kepada narasumbernya langsung atau kepada pihak humas baik pada
89
saat konferensi per situ masih berlangsung ataupun setelah konferensi pers itu telah selesai dilakukan.” Bapak Daud Fadillah dari RAKYAT MERDEKA juga mengeluarkan pendapatnya mengenai kendala-kendala yang dihadapi wartawan pada saat konferensi pers serta bagaimana solusinya, beliau mengatakan:
“Kalau menurut saya, kendala-kendala yang sering saya hadapi pada saat konferensi pers itu seperti kurang lengkapnya data yang diperoleh wartawan pada saat konferensi pers, jadwal konferensi pers yang sering mundur dari rencana semula, serta kurang banyaknya waktu yang diberikan kepada wartawan dalam konferensi pers untuk bertanya kepada narasumber terkait dengan permasalahan sertifikasi guru tersebut, lalu untuk solusinya, cara yang biasa saya lakukan guna mengatasi kendala ini adalah dengan menanyakan kembali kepada pihak humas Depdiknas guna melengkapi kekurangan data tersebut setelah konferensi pers tersebut selesai dilaksanakan.”
4.3
Pembahasan
Proses pembahasan hasil penelitian yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antar teori yang ada dengan hasil penelitian yang diperoleh. Pada tahap pembahasan ini, peneliti akan menguraikan analisis hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dan data-data yang lain sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pendapat wartawan tentang kinerja divisi humas Depdiknas dalam pembentukan citra departemen.
Depdiknas adalah salah satu departemen yang ada di pemerintahan Indonesia yang menjunjung tinggi arti penting sebuah citra , karena citra yang sudah terbentuk dan kesan yang sudah diperoleh, harus dijaga dan dipertahankan dengan sebaik mungkin. Citra yang memiliki pengertian kesan yang diperoleh
90
seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan, terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang.
Salah satu langkah yang dilakukan oleh humas depdiknas untuk senantiasa menjaga citra positif departemen adalah dengan melakukan kegiatan komunikasi guna menginformasikan segala hal yang terkait dengan kebijakan serta program yang ada di Depdiknas kepada pihak wartawan yang merupakan salah satu pihak yang memiliki peranan penting guna proses penyampaian informasi melalui media massa guna mendapatkan umpan balik dari pihak wartawan tersebut untuk mengetahui apakah informasi yang disampaikan tersebut dapat diterima atau tidak oleh wartawan media massa tersebut.
Salah satu kegiatan penyampaian informasi yang dilakukan oleh pihak humas Depdiknas kepada pihak wartawan media massa adalah dengan melakukan konferensi pers, didalam penelitian ini proses penyampaian informasi dari pihak humas Depdiknas kepada wartawan dijelaskan melalui beberapa tahap, pertama, Depdiknas selaku komunikator membentuk pesan dan menyampaikannya kepada pihak wartawan media massa melalui konferensi pers.Kedua, pihak wartawan selaku
komunikan
setelah
menerima
pesan
akan
mengartikan
dan
menginterpretasikan pesan yang diterimanya melalui konferensi pers yang dilakukan oleh humas Depdiknas, apabila pihak wartawan mempunyai pendapat atau reaksi maka selanjutnya wartawan tersebut akan membentuk pesan dan
91
menyampaikannya kembali, dan pendapat atau reaksinya tersebut disebut sebagai umpan balik.
Pada pembahasan ini, peneliti akan menganalisa mengenai pendapat wartawan tentang kinerja divisi humas Depdiknas dalam pembentukan citra departemen dengan studi kasus pada konferensi pers sertifikasi guru, di dalam penelitian ini, pendapat wartawan didasarkan pada teori penilaian kinerja yang disusun berdasarkan rumusan dari Malayu SP Hasibuan.
Dalam penelitian ini wartawan diminta pendapatnya mengenai apakah bahan, data dan informasi yang mereka peroleh pada saat konferensi pers itu sudah tepat, lengkap, dan mudah dipahami oleh pihak wartawan media massa. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pendapat wartawan cukup beraneka ragam mengenai masalah ketersediaan bahan ini, ada yang mengatakan bahwa bahan yang disampaikan oleh humas Depdiknas itu sudah tepat, lengkap dan mudah dipahami karena bahan yang disampaikan tersebut memiliki isi yang sama dengan bahan pegangan narasumber, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa bahan yang disampaikan tersebut belum lengkap dan agak sulit untuk dipahami karena permasalahan peralatan audio yang kurang memadai serta kurangnya waktu untuk sesi tanya jawab dari pihak wartawan kepada narasumber pada saat konferensi pers, ada juga wartawan yang mengatakan bahwa data dan informasi yang disampaikan oleh pihak humas Depdiknas kepada wartawan itu masih belum jelas kebenaran datanya karena masih adanya perbedaan jumlah data yang disampaikan oleh Depdiknas dengan data yang ada di lapangan mengenai jumlah
92
guru yang telah di sertifikasi oleh Depdiknas, hal ini peneliti lihat bahwa ke aneka ragaman pendapat wartawan ini terjadi karena setiap wartawan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menanggapi masalah ketersediaan bahan ini.
Dalam penelitian ini wartawan juga diminta pendapatnya mengenai apakah karyawan divisi Humas Depdiknas telah memiliki prestasi kerja yang cukup baik terutama pada saat menyelenggarakan konferensi pers terkait dengan permasalahan sertifikasi guru. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa pendapat wartawan berbeda-beda mengenai masalah prestasi kerja, ada yang mengatakan bahwa telah prestasi kerja yang dimiliki divisi Humas Depdiknas cukup baik karena humas Depdiknas di anggap cukup sukses berperan sebagai mediator antara pihak guru dengan para pejabat yang terkait dengan masalah sertifikasi guru, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa divisi Humas Depdiknas belum memiliki prestasi kerja yang cukup baik karena sering terjadi kekurang lengkapan bahan informasi yang akan dibahas dalam konferensi pers tersebut serta jumlah kegiatan konferensi pers yang mereka laksanakan guna membahas masalah sertifikasi guru tersebut sangat sedikit sekali., hal ini peneliti lihat bahwa perbedaan pendapat wartawan ini terjadi karena setiap wartawan dalam penelitian ini memiliki penafsiran yang berbeda dalam menanggapi masalah prestasi kerja ini.
Pada penelitian ini wartawan juga diminta pendapatnya mengenai kedisiplinan kerja yang dimiliki oleh karyawan divisi Humas Depdiknas pada saat
93
melaksanakan konferensi pers yang membahas mengenai kasus sertifikasi guru. dari hasil penelitian, terlihat bahwa pendapat wartawan berbeda-beda mengenai masalah kedisiplinan kerja yang dimiliki oleh karyawan divisi Humas Depdiknas, hal ini peneliti lihat bahwa perbedaan pendapat wartawan ini terjadi karena setiap wartawan dalam penelitian ini mempunyai pengalaman yang berbeda dalam menanggapi masalah kedisiplinan kerja ini.
Di dalam penelitian ini wartawan juga diminta pendapatnya mengenai apakah karyawan divisi Humas Depdiknas telah mempunyai kreatifitas kerja yang cukup baik dalam dalam membuat bahan untuk konferensi pers terutama yang berkaitan dengan permasalahan sertifikasi guru. dari hasil penelitian, terungkap bahwa pendapat wartawan berbeda-beda mengenai masalah kreatifitas kerja yang dimiliki oleh karyawan divisi Humas Depdiknas, hal ini peneliti lihat bahwa perbedaan pendapat wartawan ini terjadi karena setiap wartawan dalam penelitian ini mempunyai pengalaman yang berbeda dalam menanggapi masalah kreatifitas kerja ini.
Di dalam penelitian ini wartawan juga diminta pendapatnya mengenai sikap kerjasama dan tanggung jawab karyawan Humas Depdiknas pada saat dilaksanakan konferensi pers menenai sertifikasi guru. dari hasil penelitian, terungkap bahwa pendapat wartawan berbeda-beda mengenai masalah sikap kerjasama dan tanggung jawab karyawan Humas Depdiknas, hal ini peneliti lihat bahwa perbedaan pendapat wartawan ini terjadi karena setiap wartawan dalam
94
penelitian ini mempunyai perhatian (atensi) yang berbeda dalam menanggapi masalah sikap kerjasama dan tanggung jawab ini.
Melalui penelitian ini wartawan juga diminta pendapatnya mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak wartawan dalam memperoleh informasi dari pihak humas Depdiknas pada saat konferensi pers mengenai sertifikasi guru serta bagaimanakah pihak wartawan mengatasi kendala tersebut. berdasarkan hasil penelitian, terungkap bahwa pendapat wartawan relatif sama mengenai masalah kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak wartawan dalam memperoleh informasi dari pihak humas Depdiknas pada saat konferensi pers serta bagaimanakah pihak wartawan mengatasi kendala tersebut, hal ini peneliti lihat bahwa kesamaan pendapat wartawan ini terjadi karena konferensi pers yang membahas mengenai sertifikasi guru ini dilakukan oleh Humas Depdiknas hanya dua kali sehinnga setiap wartawan dalam penelitian ini mempunyai pengetahuan yang sama dalam menanggapi masalah ini.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dilihat bahwa di antara teori yang ada dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis itu terdapat hubungan erat di antara keduanya karena pada penelitian ini, peneliti juga meminta pendapat wartawan mengenai citra positif yang dimiliki Depdiknas selama ini. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa wartawan media massa menyatakan bahwa depdiknas telah memiliki citra yang cukup positif di mata para wartawan.
95
Dalam penelitian ini, penulis juga mewawancarai pihak humas Depdiknas yaitu kepala subbagian humas media PIH Depdiknas, bapak Taufik Dahlan guna mengetahui secara jelas proses kerja humas Depdiknas dalam melakukan sebuah kegiatan konferensi pers.
Berdasarkan hasil penelitian, dalam melakukan kegiatan konferensi pers divisi humas Depdiknas melakukan beberapa langkah yang terbagi kedalam 4 (empat) tahap, yaitu:
1. Merumuskan masalah 2. Membuat perencanaan program 3. Melakukan tindakan komunikasi 4. Mengadakan evaluasi program
Tahap pertama yaitu Mendefiniskan Masalah merupakan langkah awal yang dilakukan humas Depdiknas dalam melaksanakan kegiatan konferensi pers adalah dengan merumuskan masalah yang nantinya akan digunakan sebagai tolak ukur guna membuat langkah selanjutnya dalam menyelenggarakan sebuah kegiatan konferensi pers.
Dalam merumuskan masalah untuk konferensi pers, langkah yang dilakukan antara lain dengan melakukan rapat koordinasi dengan direktoratdirektorat yang terdapat di Depdiknas atau dengan dinas-dinas yang ada guna membahas permasalahan yang nantinya akan disampaikan dalam konferensi pers,
96
langkah ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi apa saja yang akan kita sampaikan kepada pihak wartawan di dalam konferensi pers.
Berdasarkan hasil penelitian, langkah merumuskan masalah itu bertujuan untuk mengumpulkan informasi akurat yang akan disampaikan kepada wartawan dengan harapan agar dapat meminimalisir berita-berita kurang baik yang beredar di masyarakat sehingga dapat mencemarkan citra depdiknas yang cukup baik di masyarakat itu sendiri. Tahap kedua yang dilakukan humas Depdiknas dalam melaksanakan kegiatan konferensi pers adalah dengan merencanakan program untuk melakukan langkah berikutnya dalam menyelenggarakan sebuah kegiatan konferensi pers. Dalam perencanaan program, langkah-langkah adalah dengan melakukan komunikasi kepada diorektorat-direktorat atau dengan dinas terkait guna menindak lanjuti permasalahan yang akan dibahas dalam konferensi pers, yang akan dibahas di dalam pertemuan ini antara lain dengan melihat kembali kelengkapan informasi yang akan disampaikan pada konferensi pers, menetapkan jadwal konferensi pers, melakukan konfirmasi kepada narasumber yang bersangkutan. Langkah selanjutnya adalah
mempersiapkan bahan untuk
konferensi pers, membuat undangan untuk narasumber, mengundang wartawan media massa untuk hadir dalam konferensi pers tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, tujuan dari perencanaan program ini adalah untuk mengurangi resiko munculnya hal-hal tidak diinginkan yang bias berdampak negatif terhadap pelaksanaan konferensi tersebut, karena apabila kita
97
selalu membuat rencana yang matang di dalam setiap pekerjaan kita, maka hasil yang akan kita dapatkan itu insya Allah jauh lebih baik. Tahap ketiga adalah melakukan tindakan dan komunikasi. Setelah membuat perencanaan dan program tersebut, maka Divisi humas Depdiknas akan menindak lanjuti rencana program yang telah dibuat ke dalam tindakan komunikasi guna menyelenggarakan sebuah konferensi pers. Langkah-langkah yang dilakukan oleh humas Depdiknas dalam melakukan tindakan komunikasi untuk menyelenggarakan sebuah konferensi pers diantaranya dengan melakukan pengecekan mengenai kesiapan bahan informasi yang nantinya akan disampaikan kepada pihak wartawan, selanjutnya kami mengkonfirmasi ulang mengenai jadwal konferensi pers itu kepada narasumber dan juga pihak wartawan. Kemudian langkah selanjutnya adalah dengan melakukan koordinasi dengan Gerai Informasi Media Depdiknas guna mempersiapkan tempat pelaksanaan serta konsumsi untuk narasumber dan audiens yang akan hadir dalam acara konferensi pers tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, Tujuan dari penerapan langkah ini adalah agar konferensi pers yang akan kami selenggarakan tersebut dapat berjalan lancer tanpa adanya masalah berarti yang dapat mencemarkan citra positif kami di mata wartawan. Setelah melakukan definisi masalah, membuat rencana dan program serta melakukan tindakan dan komunikasi, tahap yang terakhir yang dilakukan humas Depdiknas adalah dengan mengevaluasi program penyelenggaraan konferensi pers tersebut.
98
Langkah-langkah yang dilakukan oleh humas Depdiknas dalam melakukan evaluasi program dalam menyelenggarakan sebuah konferensi pers adalah dengan melakukan media monitoring dan membuat laporan program pelaksanaan konferensi pers dimana laporan program tersebut antara lain berisikan tentang semua percakapan yang terjadi di dalam konferensi pers dan juga mengenai laporan anggaran yang dikeluarkan dalam melakukan konferensi pers itu sendiri, laporan program tersebut nantinya akan diserahkan kepada kepala bidang humas Depdiknas. Adapun tujuan untuk melakukan langkah evaluasi ini berdasarkan hasil penelitian, adalah untuk melihat sejauh mana keberhasilan humas Depdiknas dalam menyelenggarakan konferensi pers tersebut dan juga sebagai bahan masukan untuk kami agar dapat lebih sukses lagi dalam menyelenggarakan sebuah kegiatan konferensi pers. Dalam penelitian ini juga dijelaskan mengenai kendala-kendala yang sering dihadapi oleh humas Depdiknas dalam menyelenggarakan konferensi pers itu biasanya terkait dengan permasalahan waktu kehadiran narasumber yang sering melebihi jadwal waktu pelaksanaan kegiatan sehingga berakibat pada mundurnya waktu pelaksanaan kegiatan konferensi pers. Kendala lain yang juga terkadang humas Depdiknas hadapi dalam melakukan konferensi pers itu adalah soal keterbatasan daya tampung ruangan untuk konferensi pers, namun masalah ini tergolong jarang terjadi. Langkah-langkah yang ditempuh humas Depdiknas untuk mengatasi permasalahan waktu kehadiran narasumber itu adalah dengan senantiasa
99
mengkonfirmasi ulang mengenai waktu pelaksanaan konferensi pers kepada narasumber atau perwakilan dari narasumber itu sendiri, sedangkan untuk mengatasi kendala keterbatasan ruang, kami lakukan dengan mempersiapkan sebuah ruangan cadangan yang letaknya bersebelahan dengan ruangan konferensi pers, namun ruangan ini baru kami gunakan apabila ruangan yang digunakan untuk konferensi pers sudah tidak dapat menampung wartawan yang hadir pada saat konferensi pers itu sendiri. Dari uraian pembahasan di atas dapat digambarkan bahwa pendapat wartawan tentang kinerja humas Depdiknas dalam pembentukan citra departemen masih kurang baik dan perlu ditingkatkan lagi kinerja dari humas Depdiknas agar dapat membentuk citra departemen ke arah yang lebih positif dari sekarang, terbukti dengan masih adanya kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak wartawan yang berkaitan dengan kinerja divisi humas depdiknas dalam menyelenggarakan kegiatan konferensi pers terkait dengan permasalahan sertifikasi guru seperti permasalahan waktu penyelenggaraan konferensi pers serta kurang luasnya ruangan konferensi pers dan juga terkadang ada sedikit kendala pada peralatan komunikasi yang digunakan dalam konferensi pers, namun pada penelitian ini juga dijelaskan bahwa pihak humas Depdiknas dan pihak telah memiliki solusi guna mengatasi kendala-kendala tersebut.
100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Setelah melihat hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka penulis mencoba untuk menyimpulkan apa yang telah diuraikan mengenai pendapat wartawan tentang kinerja divisi humas Depdiknas dalam pembentukan citra departemen. Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan yang sudah didapat berkaitan dengan hasil penelitian yaitu : 1. Dalam penelitian ini menjelaskan dan membahas mengenai pendapat wartawan tentang kinerja divisi humas Depdiknas dalam pembentukan citra departemen yang terbagi ke dalam beberapa konsep penilaian, yaitu: A. Ketersediaan bahan, data, dan informasi pada saat konferensi pers Pendapat wartawan tentang ketersediaan bahan, data, serta informasi pada saat dilaksanakannya konferensi pers. Dari hasil penelitian, sebagian wartawan berpendapat bahwa bahan, data dan informasi yang di sampaikan pihak Depdiknas sudah cukup lengkap. Namun, ada juga sebagian wartawan yang berpendapat bahwa data dan informasi yang disampaikan oleh pihak Depdiknas belum lengkap karena masih adanya perbedaan data yang disampaikan pihak Depdiknas dengan data yang ada di lapangan.
100
101
B. Prestasi kerja pada saat konferensi pers Pendapat watawan pada Prestasi kerja karyawan divisi humas terhadap pekerjaan pada saat dilaksanakannya konferensi pers. Dari hasil penelitian, sebagian wartawan berpendapat bahwa karyawan humas Depdiknas telah memiliki prestasi kerja yang cukup baik. Namun, ada juga sebagian wartawan yang berpendapat bahwa karyawan humas Depdiknas belum memiliki prestasi kerja yang baik. C. Kedisiplinan pada saat konferensi pers Pendapat wartawan pada Kedisiplinan kerja karyawan divisi humas terhadap pekerjaan pada saat melakukan konferensi pers. Dari hasil penelitian, sebagian wartawan berpendapat bahwa karyawan humas Depdiknas sudah memiliki kedisiplinan kerja yang baik. Namun, ada juga sebagian wartawan yang berpendapat bahwa karyawan humas Depdiknas belum memiliki kedisiplinan kerja yang baik karena masih terjadinya konferensi pers yang mundur dari jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya. D. Kreatifitas pada saat konferensi pers Pendapat wartawan pada kreatifitas kerja karyawan divisi humas terhadap pekerjaan pada saat dilaksanakannya konferensi pers. Dari hasil penelitian, sebagian wartawan berpendapat bahwa karyawan humas Depdiknas sudah memiliki kreatifitas kerja yang baik. Namun, ada juga sebagian wartawan yang berpendapat bahwa karyawan humas Depdiknas belum memiliki kreatifitas kerja yang baik karena mereka
102
menggunakan kreatifitas kerja mereka yang berlebihan dengan membuat data yang berbeda dengan data yang ada dilapangan mengenai jumlah guru yang telah di sertifikasi oleh Depdiknas. E. Kerja sama dan Tanggung jawab pada saat konferensi pers Pendapat wartawan pada Kerja sama dan Tanggung jawab
kerja
karyawan divisi humas terhadap pekerjaan pada saat dilaksanakannya konferensi pers. Dari hasil penelitian, sebagian wartawan berpendapat bahwa karyawan humas Depdiknas sudah memiliki sikap Kerja sama dan Tanggung jawab yang baik pada saat konferensi pers. Namun, ada juga sebagian wartawan yang berpendapat bahwa karyawan humas Depdiknas belum memiliki sikap Kerja sama dan Tanggung jawab yang baik pada saat konferensi pers karena masih sering terjadinya konferensi pers yang mundur dari jadwal sehingga menyebabkan wartawan merasa kurang dihargai kedatangannya. F. Prakarsa dan kecakapan pada saat konferensi pers Pendapat wartawan pada Prakarsa dan kecakapan kerja karyawan divisi humas terhadap pekerjaan pada saat dilaksanakannya konferensi pers. Dari hasil penelitian, sebagian wartawan berpendapat bahwa karyawan humas Depdiknas sudah memiliki sikap Prakarsa dan kecakapan yang baik pada saat konferensi pers. Namun, ada juga sebagian wartawan yang berpendapat bahwa karyawan humas Depdiknas belum memiliki sikap Prakarsa dan kecakapan yang baik pada saat konferensi pers sehinnga masih perlu ditingkatkan lagi.
103
G. Kendala-kendala dan solusi pada saat konferensi pers Pendapat wartawan mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh wartawan dalam memperoleh informasi tentang sertifikasi guru pada saat konferensi pers pada saat dilaksanakannya konferensi pers. Dari hasil penelitian, wartawan masih dihadapi oleh kendala-kendala pada saat konferensi pers seperti masalah waktu konferensi pers yang sering mundur dari jadwal, masalah peralatan audio, masalah data yang berbeda dengan yang ada di lapangan. Solusi yang dilakukan oleh wartawan guna mengatasi masalah ini yaitu dengan menanyakan kembali baik kepada narasumbernya langsung ataupun kepada pihak humas Depdiknas itu sendiri. 2. Dari hasil penelitian secara menyeluruh di atas dapat digambarkan bahwa pendapat wartawan tentang kinerja humas Depdiknas dalam pembentukan citra departemen masih kurang baik karena wartawan masih dihadapkan pada kendala-kendala dalam mendapatkan informasi pada kegiatan konferensi pers terkait permasalahan sertifikasi guru 3. Tujuan dari kegiatan konferensi pers yang dilakukan oleh divisi humas Depdiknas adalah untuk membentuk citra divisi humas Depdiknas ke arah yang lebih positif dari sekarang. 4. Kendala-kendala yang sering dihadapi oleh humas Depdiknas dalam menyelenggarakan
konferensi
pers
itu
biasanya
terkait
dengan
permasalahan waktu kehadiran narasumber yang sering melebihi jadwal waktu pelaksanaan kegiatan sehingga berakibat pada mundurnya waktu
104
pelaksanaan kegiatan konferensi pers. Kendala lain yang juga terkadang humas Depdiknas hadapi dalam melakukan konferensi pers itu adalah soal keterbatasan daya tampung ruangan untuk konferensi pers. 5. Solusi yang ditempuh humas Depdiknas untuk mengatasi permasalahan waktu kehadiran narasumber adalah dengan senantiasa mengkonfirmasi ulang mengenai waktu pelaksanaan konferensi pers kepada narasumber atau perwakilan dari narasumber itu sendiri, sedangkan untuk mengatasi kendala keterbatasan ruang, humas Depdiknas melakukannya dengan mempersiapkan sebuah ruangan cadangan yang letaknya bersebelahan dengan ruangan konferensi pers, namun ruangan ini baru digunakan apabila ruangan yang digunakan untuk konferensi pers sudah tidak dapat menampung wartawan yang hadir pada saat konferensi pers itu sendiri.
5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mencoba memberikan beberapa saran sebagai berikut : a. Akademis Untuk penelitian selanjutnya peneliti untuk problematika yang sama dari perspektif lain b. Praktis 1. Penulis memberi masukan bahwa sebaiknya dalam proses pelaksanaan kegiatan konferensi pers yang dilakukan oleh divisi humas Depdiknas, hendaknya para karyawan humas tersebut lebih mempersiapkan data yang
105
akurat dan juga lebih menggunakan sarana yang lebih baik lagi agar dapat meminimalisir kekurangan yang ada pada saat ini seperti masalah waktu, data yang belum akurat serta masalah peralatan audio sehingga akan menghasilkan kegiatan konferensi pers yang lebih baik lagi, sesuai dengan tujuan yang diinginkan. 2. Untuk membentuk citra departemen yang lebih baik lagi dari sekarang, divisi humas Depdiknas agar lebih kreatif melakukan strategi dalam pelaksanaan konferensi pers-nya baik dari segi informasi maupun dari segi sarana konferensi pers itu sendiri agar dapat lebih cepat membentuk citra departemen yang lebih baik lagi dari sekarang 3. Divisi humas Depdiknas harus lebih banyak lagi melakukan kegiatan komunikasi kepada pihak wartawan guna meminimalisir pendapatpendapat wartawan yang masih kurang baik terhadap kinerja Divisi humas Depdiknas.
DAFTAR PUSTAKA
Agung Wasesa, Silih, Strategi Public Relations, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2006. A.F Stoner, James . Freeman, R.Edward . R.Gilbert JR., Daniel. Manajemen jilid I, PT. Indeks, Gramedia Group, Jakarta, 1996. Anggoro, M. Linggar, Teori dan Profesi Kehumasan serta aplikasinya di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta 2002. Basya, Muslim & Sati, Irmulan tantangan Indonesia baru:strategi & aktivitas Public relations, BPP Perhumas, 2006. Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif, Rajawali Pers, Jakarta 2002. Dharma, Agus dan Adryanto, , Michael, Pengantar Psikologi,Erlangga, Jakarta, Djuarsa Sendjaja, Sasa, Pengantar Ilmu Komunikasi Modul 1-9, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta 2003. Djahri, Ali. Modul Psikologi Komunikasi, Fisip UI, Jakarta, 1992 Greener, Tony, The Secret Of Succesful PR and Image Making, Oxford 1990, Herimanto, Bambang, Public Relations dalam Organisasi, Santusta, Yogyakarta 2007. Irwanto, Psikologi Umum, Gramedia, Jakarta 1991 . Jefkins, Frank, public relations, edisi keempat, Erlangga, Jakarta, 1992. Kasali, Rhenald, Manajemen PR, Grafiti, Jakarta.. Kismono, Gugup . Bisnis pengantar, BPFE, Yogyakarta. 2001. Kusumastuti, Frida,Dasar-dasar Humas, cetakan pertama, PT.Graha Indonesia, Jakarta 2002. Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: LP3ES, 1999. M. Cutlip, Scott, H.Center, Allen dan M. Broom, Glenn. Effective Public relation, Edisi kesembilan. Jakarta: Kencana. 2006.
Manullang, M. dan Manullang, Marihot AMH. manajemen personalia,Gajahmada university press, Yogyakarta. Moekijat, Teori Komunikasi, Mandar Maju, Bandung, 1997. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif , PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000. Moore, H Frazier, Humas membangun citra dengan komunikasi, Remaja Rosda karya, Bandung. Muhammad, Arni Komunikasi Organisasi, PT BUMI AKSARA, Jakarta 2007. Mulyana, Deddy . Komunikasi Organisasi, Remaja Rosdakarya, Bandung. _____________,Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2000. _____________,
human communication, konteks-konteks komunikasi, Bandung,
2000. Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University, 1995. Nazir, Mohamad. Metode Penelitian, Ghalia Jakarta 1993. Peace, R Wayne & Faules, Don F, Komunikasi Organisasi, Remaja rosdakarya, Bandung. Rachmadi, F. Public Relations Dalam Teori dan Praktek, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1994. Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, Bandung, remaja Karya, 1986. _____________,
Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 1991.
Ruslan, Rosady. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, 2004. _____________, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004. _____________,
Manajemen Public Relations, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta
2005. Sati T, Irmulan & Nyak Baik, Ridwan, Koalisi dominant, refleksi kritis atas peran dan fungsi public relations dalam manajemen, Perhumas, 2004.
Soemirat, Soleh & Ardianto, Elvinaro, Dasar-Dasar Public Relations, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2002. Susanto, Phil. Astrid S.komunikasi dalam teori dan praktek, Binacipta, 1988. Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, T, Elhatammy, ”Service Excellence : Ujung Tombak Bank dan Manajemen”, November-Desember 1990. Uchana Effendy, Onong , Ilmu komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 2000. _____________,
Onong, Hubungan masyarakat (suatu studi komunikologis), PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992. _____________,
Dimensi-dimensi Komunikasi Alumni, Bandung, 1993.
Widjaja, A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta, 1993 Yin, Robert K. Studi Kasus (Desain dan Metode), Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003. Company profile DEPDIKNAS
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA WARTAWAN 1. Apa yang bapak ketahui tentang divisi Humas Depdiknas? 2. Bagaimana pengalaman saudara (wartawan) tentang kinerja divisi Humas? 3. Bagaimanakah pendapat bapak mengenai kinerja karyawan divisi Humas Depdiknas selama ini?
4. Apa sajakah pendapat yang kurang baik bapak kepada karyawan Humas Depdiknas itu apa saja pak?
5. Apa sajakah pendapat yang sudah baik bapak kepada karyawan Humas Depdiknas itu apa saja pak?
6. Menurut bapak, apa saja kendala-kendala yang sering di hadapi oleh pihak wartawan guna memperoleh informasi terkait masalah sertifikasi guru dalam konferemsi pers yang dilakukan oleh humas Depdiknas?
7. Secara keseluruhan, apa sajakah citra positif Depdiknas menurut bapak? 8. Menurut pendapat saudara (wartawan), apakah divisi Humas Depdiknas telah jujur dalam menyampaikan informasi kepada wartawan pada saat konferensi pers mengenai sertifikasi guru?
9. Apakah informasi yang diberikan Depdiknas kepada wartawan pada saat konferensi pers sertifikasi guru sudah tepat dan mudah dipahami oleh wartawan?
10. Menurut bapak, apakah informasi yang diberikan Depdiknas kepada wartawan pada saat konferensi pers sertifikasi guru sudah cukup lengkap dan sesuai dengan kebutuhan wartawan akan informasi?
11. Menurut pendapat bapak, apakah karyawan divisi Humas Depdiknas telah memiliki prestasi kerja yang cukup baik terutama pada saat menyelenggarakan konferensi pers terkait dengan permasalahan sertifikasi guru?mohon diberikan contohnya?
12. Apakah informasi yang saudara peroleh dari konferensi pers mengenai sertifikasi guru yang dilakukan oleh divisi humas Depdiknas menarik atau tidak untuk dimuat di media saudara?
13. Berapa kali saudara memuat informasi mengenai sertifikasi guru yang berasal dari divisi Humas Depdiknas pada media massa saudara?
14. Bagaimanakah pendapat bapak mengenai kedisiplinan kerja yang dimiliki oleh karyawan divisi Humas Depdiknas pada saat melaksanakan konferensi pers yang membahas mengenai kasus sertifikasi guru?
15. Apakah karyawan divisi Humas Depdiknas telah mempunyai kreatifitas kerja yang cukup baik dalam dalam membuat bahan untuk konferensi pers terutama yang berkaitan dengan permasalahan sertifikasi guru?
16. Bagaimana pendapat bapak mengenai sikap kerjasama dan tanggung jawab karyawan Humas Depdiknas pada saat dilaksanakan konferensi pers menenai sertifikasi guru?
PEDOMAN WAWANCARA HUMAS DEPDIKNAS Dengan Kepala subbidang Humas Media PIH Depdiknas, Bapak Taufik Dahlan:
1) Apa sajakah langkah-langkah yang dilakukan oleh humas Depdiknas dalam merumuskan masalah untuk menyelenggarakan sebuah konferensi pers? Dan apa tujuan dari langkah tersebut pak? 2) Bagaimanakah langkah-langkah yang dilakukan oleh humas Depdiknas dalam perencanaan program untuk menyelenggarakan sebuah konferensi pers? Dan apa tujuan dari langkah tersebut pak? 3) Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh humas Depdiknas dalam mengambil tindakan untuk menyelenggarakan sebuah konferensi pers? Dan apa tujuan dari langkah tersebut pak? 4) Apa sajakah langkah-langkah yang dilakukan oleh humas Depdiknas dalam evaluasi program untuk menyelenggarakan sebuah konferensi pers? Dan apa tujuan dari langkah tersebut pak? 5) Apakah selama ini divisi Humas Depdiknas telah jujur dalam menyampaikan informasi kepada wartawan?
6) Apakah informasi yang diberikan Depdiknas kepada wartawan sudah tepat, lengkap, mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan wartawan akan informasi?
7) Apa sajakah kendala-kendala yang sering dihadapi oleh humas Depdiknas dalam menyelenggarakan konferensi pers? 8) Bagaimanakah langkah yang ditempuh oleh humas Depdiknas guna mencari solusi dari kendala yang dihadapi pada saat melakukan kegiatan konferensi pers?
Struktur Organisasi Depdiknas
Struktur Organisasi Humas Depdiknas
KEPALA PUSAT INFORMASI DAN HUMAS Bagian Tata Usaha Subbagian Rumah
Tangga
Bidang Informasi
Subbagian Tatalaksana dan
Subbagian Keuangan
kepegawaian
Subbidang Perpustakaan
Subbidang Kajian Aspirasi
Subbidang Penyusunan Informasi
Bidang Hubungan Subbidang Pendidikan
Subbidang Hubungan Lembaga Masyarakat
GERAI INFORMASI DAN MEDIA Sahdu Sidik
Media
Kelompok Jabatan Fungsional
Bidang Sekertariat Subbidang Sains dan
Subbidan g Sosial
Teknolo
Budaya
Subbidang Hubungan Media
Subbidang Hubungan Lembaga Negara
CURRICULUM VITAE
Name
:
Fahmi Zainal Muttaqien
Age
:
25 years old
Place/date of birh
:
Jakarta, 11 September 1984
Gender
:
Male
Status
:
Single
Religion
:
Islam
Hobies
:
Reading, watching, playing music
Nationality
:
Indonesia
Address
:
Jl.Taman Asri Lama No. 40 Rt 01 Rw 05 Cipadu Jaya Larangan Tangerang Banten 15155
Phone / Mobile number
:
(021) 73452336 / 99860988
FORMAL EDUCATION 1990 – 1996
:
Sekolah Dasar Negeri Grogol Utara 012 Pagi
1996 – 1999
:
MTs Al-Falah , Jakarta Barat
1999 – 2002
:
MA Al-Falah , Jakarta Barat
2004 – 2008
:
Universitas Mercu Buana Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Public Relations
NON FORMAL EDUCATION 2007
: Internship college student@ Departemen Pendidikan Nasional Divisi Pusat informasi dan Humas Depdiknas, Jakarta.
2003
: English course @LIA Mercubuana (Intermediate level)
2002
: English Course @Kebayoran English Course
JOB EXPERIENCE / ORGANIZATION / SEMINAR AND WORKSHOP: a) Work @ Larangan youth crew Management (2005-2007) b) Member of Himpunan Mahasiswa Public Relation Universitas Mercu Buana (2005-2006) c) Helper @ Mercu Buana Job Fair 2008 d)Training as Junior Public Relation @PT.Maxgain International e)Training as supervisor gudang @PT.Gama Prima Karya f)Participant @ Public Relation National Seminar @Kartika Chandra Hotel, Jakarta g)Participant@ Workshop internship Public Relation @Mercu Buana University
PERSONAL SKILLS: a)Able to operate Ms.Office b) Able to communicate in English (oral and written), and Bahasa Indonesia c)Have a good communication skills d)Have a strong leadership e)Easy to adaptation
f)Can work independent or as team
Demikian Curriculum Vitae (CV) ini saya buat dalam keadaan yang sesungguhnya tanpa direkayasa.
Hormat Saya,
( Fahmi Zainal Muttaqien )