Pendampingan Teknologi Mendukung Swasembada Kedelai di Aceh Abdul Azis1, Chairunas1, dan Harun Kurniawan2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh Jl. TP. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda Aceh 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan E-mail : bptp_aceh @yahoo.co.id 1
Abstrak Tujuan kegiatan memperkenalkan teknologi PTT dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan petani dalam berusahatani kedelai. Pendampingan SL-PTT dilaksanakan di desa Musa Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya mulai Maret-Desember 2013, melalui pendekatan secara partisipatif dengan melibatan penyuluh dan petani kedelai secara aktif. Komponen teknologi digunakan empat varietas kedelai yaitu Anjasmoro, Kipas Merah, Agromulyo dan Burangrang. Benih dengan daya kecambah > 90 %, Tanpa Olah Tanah (TOT), bedengan lebar 2 m, panjang 10 - 20 m, Jarak tanam 20 cm x 40 cm, 2 biji per lubang (populasi tanaman + 125.000 rumpun), kompos dan abu sekam sebagai penutup lubang tanam. Pemupukan pada umur 10 hari setelah tanam (hst) menggunakan pupuk NPK ponskha (15-15-15) dengan dosis 150 kg/ha. Pengendalian gulma dilakukan dua kali pada umur 15 hst dan umur 35 hst. Pengamdalian hama pada awal pertumbuhan menggunakan insktisida Marshal sebagai perlakuan benih. Pengendalian hama pemakan daun dan polong menggunakan insektisida Prevathon dengan dosis 3 cc/lt air sebanyak empat kali selama pertumbuhan tanaman kedelai di lapangan. Panen menggunakan sabit bergerigi, batang kedelai dipotong diatas permukaan tanah, dikeringkan, pembijian menggunakan threser mesin. Hasil pendampingan menunjukan bahwa terjadi peningkatan produksi kedelai dalam satu hektar sebesar 470 kg (24,48%), 294 kg (15,06%), 340 kg (21,59%) dan 392 kg (27,88%) masing-masing untuk varietas Anjasmoro, Kipas Merah, Agromulyo dan Burangrang dibandingkan dengan tanpa pendampingan. Hasil tertinggi diperoleh pada Varietas Anjasmoro (2,39 ton/ha). Kata Kunci: kedelai, pendampingan, SL-PTT, spesifik lokasi, teknologi. Pendahuluan Di Indonesia, kedelai mempunyai peran strategis sebagai bahan pangan dan bahan baku industri. Permintaan kedelai di Indonesia dari tahun ke tahun terus miningkat, tetapi produksinya kian berkurang karena penurunan luas areal panen. Produksi kedelai di Indonesia tahun 2010 mencapai 905.015 ton (BPS 2011), tetapi kebutuhan dalam negeri diperkirakan mencapai 2.088.330 ton (Sudaryanto dan Swastika 2007), sehingga masih mengalami defisit produksi 1.183.315 ton. Defisit produksi kedelai tersebut, pada masa mendatang akan terus terjadi apabila harga dan tata niaga kedelai tidak diperbaiki, karena usahatani kedelai secara ekonomi kalah bersaing dengan jagung dan kacang tanah (Krisdiana dan Heryanto 2010). Kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama masyarakat Indonesia, meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu mencukupinya sendiri. Ini karena produktivitas rendah dan semakin meningkatnya kebutuhan kedelai. BPTP selaku perpanjangan tangan Badan Litbang Pertanian berusaha membantu dalam peningkatan produksi secara kuantitas, kualitas dan kelestarian lingkungan sehingga kita bisa bersaing di era pasar bebas. Rendahnya produksi kedelai di dalam negeri antara lain disebabkan masih rendahnya produktivitas, di tingkat petani rata-rata hanya mencapai 13,78 ku/ha (ARAM III Tahun 2011,
762
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
BPS), sedangkan potensi produksi beberapa varietas unggul dapat mencapai 20,00– 35,00 ku/ha, hal ini karena belum diterapkannya teknologi spesifik lokasi. Pada tahun 2011, pertumbuhan industri pakan ternak diperkirakan 6 persen. Produksi pakan ternak tahun 2010 mencapai 9,1 juta ton. Produk kedelai sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuhkembangkan industri kecil menengah bahkan berpeluang pula sebagai komoditas ekspor. Berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai membuka peluang kesempatan kerja dalam sistem produksi, mulai dari budidaya, panen, pengolahan pascapanen, transportasi, pasar hingga indusri pengolahan pangan. Agar produksi kedelai dan produk olahannya mampu bersaing di pasar, maka mutunya perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, pembinaan terhadap pengembangan proses produksi, pengolahan dan pemasaran, khususnya penerapan jaminan mutu memegang peranan penting. (Ditjen Tanaman Pangan, 2011) Untuk menekan laju impor kedelai sekaligus mendukung swasembada kedelai tahun 2014 diperlukan upaya khusus peningkatan produksi kedelai nasional. Strategi yang disusun untuk peningkatan produktivitas dan produksi meliputi: 1) Peningkatan produktivitas, 2) Perluasan areal tanam, 3) Pengamanan produksi, dan 4) Pemberdayaan kelembagaan pertanian serta dukungan pembiayaan usahatani kedelai. (Badan Litbang Pertanian, 2009b). Salah satu pendekatan untuk meningkatkan produktivitas kedelai dilakukan melalui introduksi varietas unggul baru dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Penyerbar luasan PTT dilakukan melalui Sekolah Lapang (SL). PTT dan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) telah diadopsi oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai salah satu Program Strategis Kementerian Pertanian untuk peningkatan produktivitas dan produksi pangan khususnya kedelai.( Puslitbangtan 2009) Berkenaan dengan SL-PTT sebagai salah satu Program Strategis Kementerian Pertanian, peneliti dituntut berperan nyata memberikan dukungan dalam bentuk pendampingan untuk melakukan pengawalan penerapan teknologi di lapangan. Tujuan kegiatan memperkenalkan teknologi PTT kedelai dalam upaya mendukung SL-PTT kedelai, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam usahatani kedelai di Provinsi Aceh. Sehingga meningkatkan produktivitas kedelai sebesar 10% dan meningkatan pendapatan petani kedelai sebesar 10-15 persen dibandingkan dengan tanpa pendampingan. Metodologi Tempat dan waktu Kegiatan dilaksanakan di desa Musa, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya mulai bulan Maret sampai Nopember 2013 pada lahan sawah tadah hujan. Ruang Lingkup Kegiatan Dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Kabupaten Pidie Jaya, Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Pidie Jaya, BPP kecamatan Bandar Baru dan penyuluh pertanian lapang (PPL). Model SL-PTT untuk komoditas kedelai di suatu wilayah dapat berbeda dengan di wilayah lain, bergantung pada masalah yang akan diatasi. Cakupan kegiatan, meliputi: (a) koordinasi BPTP Aceh dengan pemerintah daerah/kabupaten, (b) membantu kegiatan Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) untuk menggali
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
763
potensi dan permasalahan di lokasi SL-PTT, (c) apresiasi teknologi PTT, (d) bimbingan penerapan teknologi PTT, (e) display varietas, f) melatih tenaga inti pelaksana, serta g) monev pendampingan SL-PTT. Pendekatan Kegiatan ini fokus identifikasi dilakukan terhadap (1) Karakterisasi lokasi, mencakup validasi peta desa, peta topografi dan hidrologi, peta usaha industri rumah tangga, peta sumberdaya, kalender musim, rangking matriks, sejarah desa, penggunaan tenaga kerja berdasarkan gender, dan arus sumberdaya, (2) Identifikasi dan analisa permasalahan, (3) Persepsi petani mengenai permasalahan dan akar permasalahan dan (4) Peluang mengatasi permasalahan. Komponen Teknologi PTT Kedelai Komponen teknologi pendukung teknologi PTT kedelai yang diterapkan adalah sebagai berikut:
Varietas unggul, yaitu Anjasmoro.Kipas Merah, Agromulyo dan Burangrang
Benih berkualitas, daya kecambah >85%
Penyiapan lahan, olah tanah konservasi.
Saluran drainase, bertujuan untuk membuang kelebihan air pada saat adanya hujan yang kadang-kadang masih cukup tinggi.
Populasi tanaman optimal dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, 2 biji perlubang tanam
Penananam dengan tugal, lubang tanam ditutup dengan abu jerami dan atau pupuk kandang
Pemupukan: menggunakan pupuk NPK ponska (15-15-15) dengan dosis 200 kg/ha (berdasarkan PUTK, status hara tanan ; N rendah, P rendah-sedang dan K rendah-sedang)
Penyiangan, secara manual pada umur 15-20 hst dan umur 35-40 hst
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
Panen, tanaman kedelai yang sudah masak dipotong menggunakan sabit bergerigi, dikeringkan, kemudian pembijian menggunakan treshar.
Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas unggul (Kipas Merah, Anjasmoro) , pupuk (NPK phonska, Kompos dan pupuk kandang), herbisida, pestisida, dan bahan pendukung lainnya seperti: tali rafia/ajir, papan nama kegiatan, cangkul, meteran, dan alat lapangan lainnya, di samping petunjuk teknis sebagai acuan dalam pelaksanaan SL-PTT Kedelai. Metode Pelaksanaan Kegiatan 1. Penetuan lokasi dan petani kooperator dengan luas lahan 2 ha pada masing-masing lokasi 2. 3.
764
dengan metode PRA. Penyampaian materi penyuluhan dalam bentuk lisan dan tulisan Komponen teknologi yang diterapkan meliputi : - Varietas Anjasmoro, Kipas Merah, Agromulyo dan Burangrang -
Benih dengan daya kecambah > 90 %
-
Penyiapan lahan : Tanpa Olah Tanah (TOT),
-
Saluran drainase, dengan membuat bedengan lebar 2 m, panjang 10 - 20 m
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
-
Penanaman : Jarak tanam 20 cm x 40 cm, 2 biji per lubang (populasi tanaman +125.000 rumpun), kemudian lubang tanam, 5 cm disamping rumpun padi yang baru
-
dipanen, kemudian ditutup dengan kompos, pupuk kandang atau abu sekam padi. Pemupukan : secara tugal 5 cm disamping tanaman umur 12-15 hst, menggunakan pupuk NPK pphonska, dosis 150 kg/ha
-
Pengendalian gulma sesuai dengan mekanisme pelaksanaan SL-PTT dan tergantung
-
pertumbuhan gulma di lapangan Pengandalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan mekanisme pelaksanaan SL-PTT
-
Panen : panen dilakukan dengan cara memotong batang kedelai yang telah masak
-
secara fisiologis (daun telah gugur, polong kering warna coklat tua atau kuning) Pasca panen : pembijian dilakukan dengan Tresher setelah polong kering. Hasil dan Pembahasan
Identifikasi teknologi budidaya tingkat petani Dari hasil PRA di calon lokasi pendampingan SL-PTT kedelai yaitu Desa Musa kecamatan Bandar Baru kabupaten Pidie Jaya teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilih teknologi yang akan diintroduksikan, baik dari komponen teknologi dasar maupun pilihan. Komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar jika hasil PRA memprioritaskan penerapan komponen teknologi tersebut untuk pemecahan masalah utama yang dihadapi petani. Berdasarkan hasil survey (PRA) maka komponen teknologi yang diterapkan petani pada umumnya adalah petani adalah: (1) Varietas yang banyak digunakan petani adalah Anjasmoro dan Kipas Merah dengan kualitas benih rendah (benih tidak berlabel, daya tumbuh umumya <80%, benih tidak murni). (2) Pola tanam yang digunakan petani selama ini adalah padi - kedelai. Pengolahan tanah hanya dilakukan pada waktu penanaman padi. Untuk tanaman kedelai umumnya petani tidak melakukan pengolahan tanah. (3) Penyiapan lahan untuk penanaman kedelai menggunakan herbisida sistemik (Run-UP 2 lt/ha), 15-20 hari sebelum tanam. (4) Setelah gulma mati dilakukan penanaman secara tugal, jarak tanam 30 cm x 30cm dengan jumlah benih 3-5 biji per lubang tanam lubang tanama ditutup dengan tanah atau abu sekam. (5) Pemupukan menggunakan NPK phonska dengan dosis 100 kg/ha. Cara pemberian pupuk umumnya disebar diatas permukaan tanah pada saat tanaman berumur 12-15 hari setelah tanam. (6) Pengendalian gulma umumnya dilakukan dua kali yaitu pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam, menggunakan herbisida. (7) Hama utama yang sering menyerang kedelai adalah lalat bibit, ulat pemakan daun, hama penghisap polong polong dan hama pemakan polong. Untuk pengendaliannya petani menggunakan insektisida (Prevathon 50 EC). Selama pertumbuhan dilakukan penyemprotan 4-6 kali. (8) Panen menggunakan parang dengan cara memotong tanaman kedelai yang telah masak diatas permukaan tanah. (9) Pascapanen meliputi pengeringan polong dengan cara menjemur tanaman yang sudah dipanen, setelah kering dilakukan pembijian dengan tresher. Kegiatan Pendampingan Teknologi Kedelai Komponen teknologi budidaya kedelai yang diterapkan meliputi : Varietas Anjasmoro, Kipas Merah, Agromulyo dan Burangrang sebagai dislay varietas, Benih dengan daya kecambah >
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
765
90 %. Penyiapan lahan : Tanpa Olah Tanah (TOT),gulma disemprot menggunakan herbisida sistemik (Run-UP 2 lt/ha), 15-20 hari sebelum tanam. Saluran drainase, dengan membuat bedengan lebar 2 m, panjang 10 - 20 m. Penanaman: Jarak tanam 20 cm x 40 cm, 2 biji per lubang (populasi tanaman +125.000 rumpun), kemudian lubang tanam, 5 cm disamping rumpun padi yang baru dipanen, kemudian ditutup dengan kompos, pupuk kandang atau abu sekam padi. Pemupukan: secara tugal 5 cm disamping tanaman umur 12-15 hst, menggunakan pupuk NPK pphonska, dosis 150 kg/ha. Pengendalian gulma sesuai dengan mekanisme pelaksanaan SL-PTT dan tergantung pertumbuhan gulma di lapangan. Pengandalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan mekanisme pelaksanaan SL-PTT (dalam dua minggu sekali dialkukan pelatihan (teori dan praktek pengendalian hama terpadu yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pidie Jaya didampingan oleh peneliti/penyuluh BPTP Aceh). Panen: panen dilakukan dengan cara memotong batang kedelai yang telah masak secara fisiologis (daun telah gugur, polong kering warna coklat tua atau kuning). Pasca panen : pembijian dilakukan dengan Tresher setelah polong kering. Analisis Ekonomi Budidaya Tanaman Kedelai Untuk memberi gambaran umum, analisis usaha tani kedelai di Desa Musa Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya dengan luas lahan 1 ha, pada lahan sawah tadah hujan yang berupa (1) biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk bahan (benih, pupuk, pestisida, herbisida), upah harian lepas, sewa peralatan dan transfortasi, (2) Hasil yang diperoleh/pendapatan dan (3) keuntungan. Uraian lebih rinci untuk masing-masing varietas yang didemokan. Penilaian suatu kelayakan usaha tani dilakukan dengan Revenue Cost Ratio (R/C) dan Benefit Cost Ratio (B/C). Revenue cost ratio (R/C rasio) merupakan suatu ukuran perbandingan antara pendapatan total dengan total biaya produksi sehingga dapat diketahui kelayakan usaha taninya. Bila nilai R/C rasio lebih besar dari 1, berarti usaha tani tersebut layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, bila nilai R/C rasio lebih kecil dari 1, usaha tani tersebut tidak layak untuk dijalankan. Benefit cost ratio (B/C rasio) merupakan suatu ukuran perbandingan antara keuntungan bersih dengan total biaya produksi sehingga dapat diketahui kelayakan usaha taninya. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C > 0. Semakin besar nilai B/C semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut. Hasil analisis usahatani kedelai di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil pendampingan menunjukan bahwa terjadi peningkatan produksi kedelai dalam satu hektar sebesar 470 kg, 394 kg, 340 kg dan 392 kg masing-masing untuk varietas Anjasmoro, Kipas Merah, Agromulyo dan Burangrang dibandingkan dengan tanpa pendampingan. Hasil tertinggi diperoleh pada Varietas Anjasmoro (2,39 ton/ha). Disamping itu pendampingan SL-PTT kedelai juga meningkatkan pendapatan petani sebesar 34,79 %, 17,67 %, 33,40 % dan 53,21 % masing-masing untuk varietas Anjasmoro, Kipas Merah, Agromulyo dan Burangrang dibandingkan dengan tanpa pendampingan.
766
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Tabel 1.
Analisa Usahatani 4 VUB Kedelai dalam 1 hektar pada kegiatan Pendampingan SLPTT Kedelai di Kabupaten Pidie Jaya, tahun 2013.
Varietas Anjasmoro
Kipas Merah
Agromulyo
Burangrang
Uraian Hasil (kg/ha) Keuntungan (Rp/ha) R/C B/C Hasil (kg/ha) Keuntungan (Rp/ha) R/C B/C Hasil (kg/ha) Keuntungan (Rp/ha) R/C B/C Hasil (kg/ha) Keuntungan (Rp/ha) R/C B/C
Tek. PTT tanpa pendampingan 1.920 6.686.000 1,99 0,99 1.952 6.887.600 2,02 1,02 1.375 3.602.500 1,60 0,60 1.196 2.474.800 1,42 0,42
Tek. PTT dengan pendampingan 2.390 9.012.000 2,17 1,17 2.246 8.104.800 2,06 1,06 1.895 5.893.500 1,80 0,80 1.44 3.083.700 1,44 0,44
Keuntungan tertinggi diperoleh pada Varietas Anjasmoro (Rp. 9.012.000,-/ha). Peningkat hasil dan pendapatan petani kedelai erat kaitannya dengan pendampingan yang dilakukan BPTP Aceh. Kegiatan pendampingan oleh peneliti/penyuluh telah menambah ilmu dan keterampilan dalam berusaha tani kedelai di Desa Musa Kecamatan Bandar Baru kabupaten Pidie jaya. Terjadi perubahan perilaku petani dalam pemilihan beniuh bermutu, cara pemupukan dari sebar ke cara tugal 5 cm disamping tanaman, pengendalian hama penyakit lebih dini sehingga penggunaan pestisida lebih efisien. Respon petani terhadap teknologi PTT yang dianjurkan oleh peneliti/penyuluh dapat diterapkan secara benar dan sesuai anjuran. Pada kegiatan temu lapang petani sangat mengharapkan bimbingan dan pendampingan yang kuntinu dimusim selanjutnya. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Pendampingan Program Strategia Kementerian Pertanian SL-PTT kedelai di Kabupaten Pidie Jaya tahun 2013 telah dapat meningkatkan hasil rata-rata 22,25% dan terjadi peningkatan pendapatan petani sebesar 34,77% dibandingkan tanpa pendampingan 2.
Varietas Anjasmoro dan Kipas Merah dapat direkomendasikan untuk dikembangkan di Kabupaten Pidie. Produktivitas Anjasmoro dapat mencapai 23,90 ku/ha dengan leuntungan Rp.9.012.000,-/ha/mt. Kipas Merah memberikan hasil 22,46 ku/ha dengan keuntungan Rp. 8.104.800,-/ha/mt
Saran 1. Pengadaan benih sumber perlu mendapat perhatian pemerintah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan/BPSB, BBI, BBU, BPTP) melalui pemberdayaan penangkar benih kedelai di daerah sentral produksi dengan sistem JABALSIM sehingga benih dapat tersedia dalam lima tepat (jenis, jumlah, mutu, waktu dan harga)
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
767
2.
Pendampingan SL-PTT perlu dilanjutkan pada daerah sentra produksi kedelai di Kabupaten lainnya dalam upaya percepatan adopsi teknologi PTT spesifik lokasi oleh petani dan peningkatan produktivitas mencapai 2 ton/ha.
Daftar Pustaka Badan Litbang Pertanian, 2009a. Petunjuk pelaksanaan sinergi Balit-BPTP (Bahan Raker Solo, belum dipublikasi). Badan Litbang Pertanian,2009b .Pedoman umum PTT kedelai. Badan Litbang Pertanian, 2010. Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2010-2014. Badan Pusat Statistik. 2010. Aceh Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Banda Aceh, hal. 127-165 Departemen Pertanian,2005. Permentan Nomor 3 tahun 2005 tentang pedoman penyiapan dan penerapan teknologi pertanian, 17 Januari 2005. Ditjen Tanaman Pangan, 2010. Pedoman pelaksaan SLPTT padi, jagung, kedelai dan kacang tanah tahun 2010.Kementerian Pertanian Puslitbangtan 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT, Kerjasama Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian, BPTP Jawa barat dan BPTP Jawa Timur. Saleh, N; T. Adisarwanto; A.Kasno dan Sudaryono, 2000. Teknologi Kunci dalam Pengembangan Kedelai di Indonesia dalam Makarim AK, dkk. Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Pangan. Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Bigir, 22 – 24 Nopember 1999. Siaran Pers. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. 12 Februari 2008. Ketersediaan Teknologi Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kedelai Menuju Swasembada. Jakarta.
768
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016