Ringkasan judul artikel| nama penulis 1 |nama penulis 2
PENDAMPINGAN PERENCANAAN BANGUNANAN DRAINASE DI AREA PEMUKIMAN WARGA DESA TIRTOMOYO KABUPATEN MALANG Tiong Iskandar, Agus Santosa, Deviany Kartika Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITN Malang
ABSTRAKSI Bangunan drainase merupakan bangunan air yang ditujukan untuk mengendalikan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, aliran air dari hulu dan hilir pada suatu kawasan, salah satunya kawasan pemukiman. Pengendalian kelebihan air dilakukan melalui upaya meresapkan, dan mengalirkan air ke suatu tempat namun dengan tidak menimbulkan dampak negatif yang baru (dampak negatif yang seminimal mungkin). Agar dalam tahapan pelaksanaan proyek konstruksi bangunan sipil dapat berjalan lancar dan hasilnya dapat memberikan manfaat yang optimal, maka salah satu tahapan kegiatan yang dilakukan adalah tahapan perencanaan teknis, seperti yang dilakukan pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Area Desa Tirtomoyo, Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Total Area Perencanaan terdiri dari 74,4% kawasan pemukiman, 1,0% taman, dan 24,7% jalan. Beberapa data yang diperlukan dalam perencanaan bangunan air dari aspek hidrolis adalah: data karakteristik daerah pengaliran (data topografi dan data tata guna lahan), data iklim, data curah hujan, dan data debit. Data tersebut selanjutnya akan digunakan dalam perhitungan data debit rencana. Dari analisa dapat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi metode Gumbel dan Log Pearson Type III lolos analisa kesesuaian distribusi dan hasil analisa distribusi frekuensi dari kedua metode ini dapat digunakan. Kriteria yang digunakan untuk memilih curah hujan rencana yang digunakan dalam perhitungan debit rencana, yaitu nilai yang tertinggi. Nilai tertinggi terdapat pada Metode Gumbel. Untuk saluran di dalam pemukiman menggunakan kala ulang 5 tahunan, yaitu sebesar 94,22 mm; sedangkan untuk saluran di Jalan Utama menggunakan kala ulang 10 tahunan, yaitu sebesar 107,16 mm. Kata Kunci: drainase, saluran, gorong-gorong.
I. ANALISIS SITUASI Bangunan drainase merupakan bangunan air yang ditujukan untuk mengendalikan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, aliran air dari hulu dan hilir pada suatu kawasan, salah satunya kawasan pemukiman. Pengendalian kelebihan air dilakukan melalui upaya meresapkan, dan mengalirkan air ke suatu tempat namun dengan tidak menimbulkan dampak negatif yang baru (dampak negatif yang seminimal mungkin). Agar dalam 1
Nomor ...... Volume......Bulan tahu: hal-hal
Spectra
tahapan pelaksanaan proyek konstruksi bangunan sipil dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat yang optimal, maka salah satu kegiatan yang dilakukan adalah tahapan perencanaan teknis, seperti yang dilakukan pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Area Desa Tirtomoyo, Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Area Perencanaan berada di Desa Tirtomoyo, Kecamatan Pakis, dengan luas areal lebih kurang 146 ha. Adapun batas-batas wilayah daerah perencanaan adalah: Sebelah utara: Desa Banjararum; Sebelah timur: Desa Saptorenggo, Sebelah selatan: Desa Asrikaton; Sebelah barat: Desa Banjararum. Dengan total Area Perencanaan terdiri dari 74,4% kawasan pemukiman, 1,0% taman, dan 24,7% jalan. Perencanaan teknis suatu bangunan air dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya aspek struktur dan aspek hidrolis. Perencanaan dari aspek struktur dimaksudkan agar bangunan air kokoh terhadap gaya-gaya yang bekerja. Perencanaan dari aspek hidrolis dimaksudkan agar bangunan air mampu mengalirkan debit tertentu dengan aman tanpa menimbulkan kerusakan pada bangunan air yang bersangkutan. Beberapa data yang diperlukan dalam perencanaan bangunan air dari aspek hidrolis adalah: data karakteristik daerah pengaliran (data topografi dan data tata guna lahan), data iklim, data curah hujan, dan data debit. Data tersebut selanjutnya akan digunakan dalam perhitungan data debit rencana. Adapun data perencananaan untuk pekerjaan drainase di desa Tirtomoyo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, sebagai berikut: 1. Curah hujan rencana kala ulang 5 tahun untuk saluran drainase sekunder sebesar 94,22 mm. (berdasarkan analisa hidrologi) 2. Curah hujan rencana kala ulang 25 tahun untuk saluran drainase primer sebesar 107,16 mm. (berdasarkan analisa hidrologi) 3. Penampang saluran yang dipakai untuk gorong-gorong maupun saluran samping adalah penampang lingkaran. Berikut diameter penampang lingkaran yang tersedia di pasaran: 4. Bahan yang digunakan untuk a. saluran samping adalah NRCP (Non Reinforcement Concrete Pipe) b. gorong-gorong adalah RCP (Reinforcement Concrete Pipe) TINJAUAN PUSTAKA BANJIR RANCANGAN DEBIT Kapasitas saluran drainase dihitung dari jumlah debit air hujan dan debit air kotor yang dihasilkan oleh suatu daerah kajian, yang selanjutnya disebut dengan debit banjir rancangan. Debit banjir rancangan hasil perhitungan ditambah dengan 10% kandungan sedimen yang terdapat dalam aliran banjir. Sehingga didapatkan rumus sebagai berikut: QRanc = 1,1 x Qbanjir QRanc = 1,1 x ( Q1 + Q2 ) Keterangan :
2
Q1 = debit banjir akibat air hujan
Ringkasan judul artikel| nama penulis 1 |nama penulis 2
Q2 = debit banjir air kotor
Dalam perhitungan ini, kecepatan aliran banjir dianggap konstan meskipun konsentrasi sedimen tinggi. DEBIT AIR HUJAN Untuk menghitung debit air hujan dalam mendimensi saluran drainase digunakan metode rasional. Bentuk umum dari persamaan Rasional (jika daerah pengaliran kurang dari 0,8 km 2 ) adalah sebagai berikut (Suyono Sosrodarsono, 1983:144) : Keterangan :
Q = debit banjir maksimum (m3/det) C = koefisien pengaliran 1 Q C.I . A 3,6
I A
= intensitas hujan rerata selama waktu tiba banjir = luas daerah pengaliran (km2)
1. Intensitas Hujan Intensitas hujan adalah tinggi air hujan per satuan waktu, dengan satuan mm/menit atau mm/jam. Untuk mendapatkan intensitas hujan selama waktu konsentrasi menggunakan rumus Rasional dari Dr. Mononobe :
Keterangan :
I = Intensitas hujan (mm/jam) R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) Tc = Waktu Konsentrasi (jam)
Keterangan : to = Waktu air mengalir di area limpasan td = Waktu air mengalir di saluran
Keterangan : Lo = Panjang lintasan aliran di daerah limpasan (m) nd = Koefisien permukaan limpasan So = Kemiringan lahan limpasan Tabel 1. Koefisien permukaan limpasan (nd)
Sedangkan untuk menentukan waktu yang ditempuh aliran dalam saluran, menggunakan rumus:
Keterangan :
td Ld
= waktu konsentrasi aliran dalam saluran (menit) = panjang saluran (m)
3
Nomor ...... Volume......Bulan tahu: hal-hal
Spectra
V
= kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik)
Tabel 2. Jenis bahan dan kecepatan rencana yang diijinkan Kecepatan Aliran Air yang diijinkan , V ijin (m/dt)
Jenis Bahan Pasir Halus Lempung Kepasiran Lanau Aluvial Lempung Kokoh Lempung Padat Kerikil Kasar Batu-batu besar Pasangan batu Beton Beton bertulang
0,45 0,50 0,70 0,75 1,10 1,20 1,50 1,50 1,50 1,50
2. Koefisien Pengaliran Koefisien pengaliran adalah perbandingan antara jumlah air yang mengalir di permukaan akibat hujan (limpasan) pada suatu daerah dengan jumlah Jenis Permukaan/Tata Tanah Koefisien Pengaliran curah hujan yang turun di daerah tersebut. Angka Guna koefisien tersebut 1. Perumputan dipengaruhi oleh: - Tanah pasir, slope 2 % 0.05 - 0.1 1. Jenis permukaan tanah yang dilalui air hujan. - Tanah pasir, slope 2 - 7 % 0.10 - 0.15 - Tanah Pasir, 7% 0.15 - 0.32 a. Tanah biasa, tanah pasir (lebih banyak air slope meresap daripada tanah - Tanah gemuk, slope 2 % 0.13 - 0.17 biasa) - Tanah gemuk, slope 2 - 7 % 0.17 - 0.22 b. Rumah-rumah dengan atap genteng- Tanah ataugemuk, seng slope 7 % 0.25 - 0.35 2. Perkantoran c. Jalan-jalan yang diaspal. - Pusat kota 0.75 - 0.95 2. Keadaan tanah yang dilalui (berhubungan dengan - Daerah pinggiran miringnya). Besarnya 0.50 - 0.7 3. Perumahan koefisien pengaliran menurut imam Subarkah sebagai berikut: - Kepadatan 20 rumah/ha 0.50 - 0.60 Tabel 3 Nilai Koefisien Pengaliran Berdasarkan Jenis Pemakaian Tata Guna Tanah
Jenis Permukaan/Tata Guna Tanah
- Kepadatan 20 - 60 rumah/ha Koefisien Pengaliran Jenis Permukaan/Tata Guna Tanah - Kepadatan 60 - 160 rumah/ha
0.60 - 0.80 Koefisien Pengaliran 0.70 - 0.90
4. Perindustrian 1. Perumputan
1. Perumputan - Tanah pasir, slope 2 %
0.05 - 0.1
- Industri ringan Tanah pasir, slope 2 %
0.50 0.05- -0.60 0.1
- Tanah pasir, slope 2 - 7 %
0.10 - 0.15
- Industri beratslope 2 - 7 % Tanah pasir,
0.60 0.10 - 0.90 0.15
- Tanah Pasir, slope 7 %
0.15 - 0.32
5. Pertanian - Tanah Pasir, slope 7 %
0.45 0.55 0.15 -- 0.32
- Tanah gemuk, slope 2 %
0.13 - 0.17
6. Perkebunan - Tanah gemuk, slope 2 %
0.20 0.13 - 0.30 0.17
- Tanah gemuk, slope 2 - 7 %
0.17 - 0.22
7. Pertamanan, kuburan - Tanah gemuk, slope 2 - 7 %
0.10 0.25 0.17 -- 0.22
- Tanah gemuk, slope 7 %
0.25 - 0.35
8. Tempat - Tanah bermain gemuk, slope 7 %
0.20 0.25 - 0.35
9. Jalan 2. Perkantoran
2. Perkantoran - Pusat kota
0.75 - 0.95
- Beraspal Pusat kota
0.70 0.75 - 0.95
- Daerah pinggiran
0.50 - 0.7
- Beton Daerah pinggiran
0.80 0.50--0.95 0.7
3. Perumahan - Kepadatan 20 rumah/ha
0.50 - 0.60
- Batu 3. Perumahan 10.-Daerah yang20 dikerjakan Kepadatan rumah/ha Sumber : I,Subarkah, 1980:50
0.70 - 0.85 0.10 -- 0.30 0.50 0.60
- Kepadatan 20 - 60 rumah/ha
0.60 - 0.80
- Kepadatan 20 - 60 rumah/ha
0.60 - 0.80
- Kepadatan 60 - 160 rumah/ha
0.70 - 0.90
- Kepadatan 60 - 160 rumah/ha
0.70 - 0.90
4. Perindustrian
4. Perindustrian
- Industri ringan - 0.60 - IndustriCara ringan 0.50 -koefisien 0.60 menentukan harga pengaliran suatu daerah 0.50 yang - Industri berat 0.60 - 0.90 - Industri berat 0.60 - 0.90 terdiri dari beberapa jenis tata guna lahan adalah dengan mengambil 5. Pertanian 0.45 - 0.55 5. Pertanian 0.45 - 0.55 harga rata-rata koefisien pengaliran dari setiap tata guna lahan, 0.20 yaitu 6. Perkebunan - 0.30 6. Perkebunan 0.20 - 0.30 7. Pertamanan, kuburan 0.10 - 0.25 7. Pertamanan, kuburan 0.10 - 0.25 dengan memperhitungkan bobot masing-masing bagian sesuai dengan 8. Tempat bermain 0.20 - 0.35 8. Tempat bermain 0.20 - 0.35 luas dengan rumus sebagai 9. Jalan 9. Jalan daerah yang mewakilinya dan dinyatakan - Beraspal 0.70 - 0.95 - Beraspal 0.70 - 0.95 berikut:
- Beton
0.80 - 0.95
- Beton
0.80 - 0.95
- Batu
0.70 - 0.85
- Batu
0.70 - 0.85
10. Daerah yang dikerjakan Sumber : I,Subarkah, 1980:50
Keterangan :
4
0.10 - 0.30
10. Daerah yang dikerjakan Sumber : I,Subarkah, 1980:50
Cm = koefisien pengaliran rata-rata
0.10 - 0.30
Ringkasan judul artikel| nama penulis 1 |nama penulis 2
Ai = luas daerah masing-masing tata guna lahan Ci = koefisien pengaliran dari masing-masing daerah N = banyaknya jenis penggunaan tanah dalam suatu daerah
3. Luas Pengaliran Luas daerah pengaliran merupakan luas daerah yang mempengaruhi debit air hujan yang memasuki drainase. DEBIT AIR KOTOR Kebutuhan air rata-rata di Indonesia (terutama kota-kota besar) adalah 110 liter/hari/orang. Rumus debit rata-rata air kotor yang dihasilkan dari sumbersumber pemakaian adalah sebagai berikut: Qd = Pn.Q.K Qd = debit air kotor domestic (m3/dt) Pn = jumlah penduduk (jiwa) Q = kebutuhan air penduduk (lt/orang/hari) = 100 lt/orang/hari K = konversi air buangan penduduk yang masuk ke saluran = diasumsikan air buangan yang terjadi 75% dari kebutuhan air bersih penduduk
Keterangan :
ANALISA HIDROLIKA Besar kapasitas saluran drainasi dihitung berdasarkan kondisi steady flow menggunakan rumus Manning (Ven.Te Chow, 1989) : Q=V.A V = 1/n . R2/3 . S1/2 Keterangan :
Q V A n R S
= debit air (m3/dt) = kecepatan aliran (m/dt) = luas penampang basah (m2) = koefisien kekasaran Manning = jari-jari hidrolis (m) = Kemiringan dasar saluran
Tabel 4. Beberapa Tipe Penampang Saluran Gambar Penampang Saluran Jenis Penampang Saluran 1
h
m b
Penampang saluran trapesium A = ( b + m.h ). h
P b 2h 12 m 2
R
A P
Penampang saluran segiempat A=b.h
P b 2h
h b
R
A P
5
Nomor ...... Volume......Bulan tahu: hal-hal
Spectra
Penampang saluran lingkaran 1 A r 2 sin 2 2
D
P 2 r
2
h r (1 cos )
r
h
R
Keterangan : A P R b h d m
: : : : : : :
dalam radian
A P
luas penampang basah (m2) keliling basah saluran (m) jari-jari hidrolis (m) lebar dasar saluran (m) kedalaman air di saluran (m) diameter saluran (m) kemiringan saluran
Tabel 5. Nilai Koefisien Kekasaran Manning (n) 1. 2. 3. 4. 5.
Tipe Saluran A. Saluran Tertutup Terisi Sebagian Gorong-gorong dari beton lurus dan bebas kikisan Gorong-gorong dengan belokan dan sambungan Saluran pembuang lurus dari beton Pasangan bata dilapisi dengan semen Pasangan batu kali disemen B. Saluran dilapis atau disemen Pasangan bata disemen Beton dipoles Pasangan batu kali disemen Pasangan batu kosong
n 0,010 – 0,013 0,011 – 0,014 0,013 – 0,017 0,011 – 0,014 0,015 – 0,017 0,012 – 0,018 1,013 – 0,016 0,017 – 0,030 0,023 – 0,035
Sumber : Ven Te Chow, 1985
Karena direncanakan memakai gorong-gorong berbentuk lingkaran maka unsur-unsur geometrisnya pun harus disesuaikan dengan bentuk penampang : Gambar 1. Geometris Penampang Lingkaran
T 2 0 % 8 0 %
0 , 2 0D , 8 D
B
D
A
α O
θ
0 , 5
C
y
D
Tabel 6. Unsur-unsur geometris penampang lingkaran
Luas (A)
Keliling Basah (P)
Lebar puncak (T)
ANALISA HIDROLOGI KETERSEDIAAN DATA CURAH HUJAN Data curah hujan diperlukan untuk perhitungan curah hujan rancangan. Data yang digunakan adalah data curah hujan tahun 1998
6
Ringkasan judul artikel| nama penulis 1 |nama penulis 2
hingga tahun 2007 (10 tahun) dari stasiun curah hujan yang mempengaruhi daerah kajian. Ada beberapa stasiun yang mempengaruhi daerah kajian yang terletak di Desa Tirtomoyo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, yaitu Stasiun Hujan Singosari, Ciliwung dan Jabung. Berdasarkan metode Poligon Thiessen yang digunakan untuk menentukan stasiun yang mempengaruhi daerah kajian, maka didapatkan hanya dua stasiun yang mempengaruhi, yaitu stasiun hujan Ciliwung dan Singosari. Sehingga nilai koefisen Thiessen untuk masing-masing stasiun hujan tersebut, sebagai berikut: Tabel 7. Koefisien Thiessen Tahun Bulan No.
Luas (m2)
Sta
1 Ciliwung
812,148
2 Singosari
650,919
Des Prosentase 1998
3 Jabung Total 1,463,067 Sumber: Hasil Perhitungan
28
Sta. Singosari
Sta. Jabung
87
68
30
55.51% Mar
7
0
108
38
26
23
1
92
Des 44.49%
7
125
9
55
Apr
7
0
102
15
April
11
0
69
84
10
83
30
93
11
0
125
32
1999
Feb
Tanggal Sta. Ciliwung
0.00%
100.00% Nov 2000
Des Jan
7
0
0
127
Mar
26
97
20
47
Jan
21
64
80
3
6
33
10
158
Data hujan dari masing-masing stasiun untuk 10 tahun adalah sebagai berikut: 2001
Feb
Tabel 8. Data Curah Hujan Maksimum Stasiun Ciliwung, Singosari dan Jabung 2002
Tahun Bulan Tanggal Sta. Ciliwung 1998
1999
2000
2001
2002
Sta. Singosari
Sta. Jabung
Des
28
87
68
30
Feb
7
0
108
38
Mar
26
23
1
92
Des
7
125
9
55
Mar
18
96
9
0
Jan
24
85
88
4
Des Des
30 28
118 87
6 68
0 30
Mar
10
32
Nov
Mar Mar
Tahun Bulan Tanggal Sta. Ciliwung Sta. Singosari Sta. 101 Jabung Nov 19 0 0 2003
1998
Feb
7
40
1
115
26 15
23 167
1 62
92 0
78 9
66 55
3
83
5
19
Apr
7
0
102
15
2004
Jan Des
7 7
47 125
11
0
69
84
Mar
30
31
Nov
10
83
30
93
1999
Juni
2005
April Juni des Nov
Des
11
0
125
32
Jan
7
0
0
127
Mar
26
97
20
47
Jan
21
64
80
3
Feb
6
33
10
158
Mar
18
96
9
0
Jan
24
85
88
4
Nov
19
0
0
101
Des
30
118
6
0
2000 2006
2007
2001
Feb
8
17
108
April
Apr
74
0
7
38
21
0
104
102
11 4
00
69 74
84 0
31 10
9 83
17 30
75 93
Des Apr
11 10
6
104
0 50
125 105
32 12
Jan Mei
7 25
00
00
127 75
Mar Mar
13 26
118 97
3 20
0 47
Jan
21 26
64 0
80 3
68
10
158
9
0
Juni
Mar
1
7
Sumber: Dinas Feb Pengairan 6 Kabupaten 33Malang
Mar
18
96
Mar 10 32 8 UJI2003 KONSISTENSI DATA 74CURAH HUJAN2002 Jan 24 85 Nov 17 40 1 115 Nov 19 0 Mar 15 167 62 0 Berikut curah hujan maksimum di masing-masing stasiun. 2004 Jan 7 47 78 66
47
15
35
0
0
3
88
4
0
101
Des 30 118 6 0 Tabel 9.MarCurah Harian83Tiga Stasiun yang Mempengaruhi Daerah Kajian 30 Hujan 31Maksimum 3 2003 2005
2006
2007
Juni
21
104
Juni
4
0
des
31
9
Feb
6
104
Apr
10
50
Mei
25
0
Mar
13
118
Juni
1
7
Mar
26
0
Sumber: Dinas Pengairan Kabupaten Malang
Tahun 5 1998 74 1999 17 2000 47 2001 105 2002 0 2003 3 2004
Mar
Sta. Ciliwung 19 87 0 125 75 83 0 97 12 96 75 118 0 167
Sta. Singosari Sta. Jabung 108 Nov 92 102 84 Mar 125 127 2004 Jan 80 158 Mar 88 101 74 115 Juni 78 83 2005 Juni 35 2005 1040 74 75 3 68 des 2006 104 105 75 2007 118 35 68 Feb Sumber: Dinas Pengairan Kabupaten Malang
2006
Apr
10
32
74
8
17
40
1
115
15
167
62
0
7
47
78
66
30
31
3
83
21
104
5
19
4
0
74
0
31
9
17
75
6
104
47
0
10
50
105
12
Uji konsistensi dilakukan pada setiap stasiun dua stasiun Mei 25 terhadap 0 0 75 Mar 13 118 3 0 yang lain. Data dianggap konsisten ketika R 2 mencapai angka minimal 99%. 2007 Juni 1 7 35 0 Berikut uji konsistensi untung masing-masing stasiun: Mar 26 0 3 68 Sumber:Stasiun Dinas Pengairan Kabupaten Malang dan Jabung 1. Uji Konsistensi Stasiun Ciliwung terhadap Singosari Tabel 10. Uji Konsistensi Stasiun Ciliwung terhadap Stasiun Singosari dan Jabung
7
Nomor ...... Volume......Bulan tahu: hal-hal
Spectra
Curah Hujan Harian Maksimum (mm) Kumulatif Stasiun Rerata Stasiun Tahun Sta. Ciliwung Sta. Singosari Sta. Jabung Singosari dan Jabung Sta. Ciliwung Referensi 1998 87 108 92 100 87 100 1999 125 102 84 93 212 193 2000 83 125 127 126 295 319 2001 97 80 158 119 392 438 2002 96 88 101 94.5 488 532.5 2003 118 74 115 94.5 606 627 2004 167 78 83 80.5 773 707.5 2005 104 74 75 74.5 877 782 2006 104 105 75 90 981 872 2007 118 35 68 51.5 1099 923.5 Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 2. Grafik Uji Konsistensi Stasiun Ciliwung terhadap stasiun Singosari dan Jabung Grafik Uji Konsistensi Stasiun Ciliwung terhadap Stasiun Singosari dan Stasiun Jabung 1200
Kumulatif Stasiun Referensi
1000
y = 93,22x + 36,7 R² = 0,990
800
600
400
200
0 87
212
295
392
488
606
773
877
981
1099
Kumulatif Stasiun Ciliwung
Dari gambar 2 dan tabel 10 menunjukkan bahwa data curah hujan yang berada di stasiun Ciliwung konsisten terhadap dua stasiun yang lain, yaitu menghasilkan angka R2 = 99,0%, artinya 99,0% data konsisten. 2. Uji Konsistensi Stasiun Singosari terhadap Stasiun Ciliwung dan Jabung Tabel 11. Uji Konsistensi Stasiun Singosari terhadap Stasiun Ciliwung dan Jabung Curah Hujan Harian Maksimum (mm) Sta. Singosari Sta. Ciliwung Sta. Jabung 1998 108 87 92 1999 102 125 84 2000 125 83 127 2001 80 97 158 2002 88 96 101 2003 74 118 115 2004 78 167 83 2005 74 104 75 2006 105 104 75 2007 35 118 68 Sumber: Hasil Perhitungan
Kumulatif Stasiun Rerata Stasiun Ciliwung dan Jabung Sta. Singosari Referensi 89.5 108 89.5 104.5 210 194 105 335 299 127.5 415 426.5 98.5 503 525 116.5 577 641.5 125 655 766.5 89.5 729 856 89.5 834 945.5 93 869 1038.5
Tahun
Gambar 3. Grafik Uji Konsistensi Stasiun Singosari terhadap stasiun Ciliwung dan Jabung Grafik Uji Konsistensi Stasiun Singosari terhadap Stasiun Ciliwung dan Stasiun Jabung 1200
y = 107,4x - 12,56 R² = 0,998
Kumulatif Stasiun Referensi
1000
800
600
400
200
0 108
210
335
415
503
577
655
729
834
869
Kumulatif Stasiun Singosari
Dari gambar 3 dan tabel 11 menunjukkan bahwa data curah hujan yang berada di stasiun Singosari konsisten terhadap dua stasiun yang lain, yaitu menghasilkan angka R2 = 99,8%, artinya 99,8% data konsisten. 3. Uji Konsistensi Stasiun Jabung terhadap Stasiun Singosari dan Ciliwung Tabel 12. Uji Konsistensi Stasiun Jabung terhadap Stasiun Ciliwung dan Singosari
8
Ringkasan judul artikel| nama penulis 1 |nama penulis 2
Curah Hujan Harian Maksimum (mm) Sta. Jabung Sta. Ciliwung Sta. Singosari 1998 92 87 108 1999 84 125 102 2000 127 83 125 2001 158 97 80 2002 101 96 88 2003 115 118 74 2004 83 167 78 2005 75 104 74 2006 75 104 105 2007 68 118 35 Sumber: Hasil Perhitungan
Kumulatif Stasiun Rerata Stasiun Ciliwung dan Singosari Sta. Jabung Referensi 97.5 92 97.5 113.5 176 211 104 303 315 88.5 461 403.5 92 562 495.5 96 677 591.5 122.5 760 714 89 835 803 104.5 910 907.5 76.5 978 984
Tahun
Gambar 4. Grafik Uji Konsistensi Stasiun Jabung terhadap stasiun Ciliwung dan Singosari Grafik Uji Konsistensi Stasiun Jabung terhadap Stasiun Singosari dan Ciliwung 1200
y = 98,91x + 8,2 R² = 0,999
Kumulatif Stasiun Referensi
1000
800
600
400
200
0 92
176
303
461
562
677
760
835
910
978
Kumulatif Stasiun Jabung
Dari gambar 4 dan tabel 12 menunjukkan bahwa data curah hujan yang berada di stasiun Singosari konsisten terhadap dua stasiun yang lain, yaitu menghasilkan angka R2 = 99,9%, artinya 99,9% data konsisten. CURAH HUJAN RERATA DAERAH Curah hujan rerata daerah didapatkan dengan menggunakan Metode Thiessen dan didapatkan koefisien Thiessen pada tabel 12.. Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Bulan Tanggal
Sta. Ciliwung Koef. Thiessen 55.51% CH CH*koef
Sta. Singosari Koef. Thiessen 44.49% CH CH*koef
Sta. Jabung Koef. Thiessen 0.00% CH CH*koef
Des
28
87
48.29
68
30.25
30
Feb
7
0
0.00
108
48.05
38
Mar
26
23
12.77
0.44
92
Des
7
125
69.39
9
4.00
55
Apr
7
0
0.00
102
1
45.38
15
April
11
0
0.00
69
30.70
84
Nov
10
83
46.07
30
13.35
93
Des
11
0
0.00
125
55.61
32
Jan
7
0
0.00
0
0.00
127
Mar
26
97
53.84
20
8.90
47
Jan
21
64
35.53
80
35.59
3
10
Feb
6
33
18.32
4.45
158
Mar
18
96
53.29
9
4.00
0
Jan
24
85
47.18
88
39.15
4
Nov
19
0
0.00
0.00
101
Des
30
118
65.50
6
2.67
0
Mar
10
32
17.76
74
0
32.92
8
Nov
17
40
22.20
1
0.44
115
Mar
15
167
92.70
62
27.58
0
Jan
7
47
26.09
78
34.70
66
Mar
30
31
17.21
1.33
83
Juni
21
104
57.73
5
2.22
19
Juni
4
0
0.00
74
32.92
0
des
75
3
31
9
5.00
17
7.56
Feb
6
104
57.73
47
20.91
0
Apr
10
50
27.75
105
46.71
12
Mei
25
0
0.00
0.00
75
Mar
13
118
65.50
3
1.33
0
Juni
1
7
3.89
35
0
15.57
0
Mar
26
0
0.00
3
1.33
68
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
∑ CH * koef 78.55 48.05 13.21 73.39 45.38 30.70 59.42 55.61 0.00 62.74 71.12 22.77 57.29 86.33 0.00 68.17 50.69 22.65 120.29 60.79 18.54 59.95 32.92 12.56 78.64 74.47 0.00 66.84 19.46 1.33
CH Maksimum 78.547
73.392
59.420
71.118
86.335
68.171
120.285
59.955
78.641
66.836
Tabel 13. Curah Hujan Maksimum Rerata Daerah
Sumber: Hasil Perhitungan
CURAH HUJAN RENCANA PEMILIHAN DISTRIBUSI FREKUENSI
9
Nomor ...... Volume......Bulan tahu: hal-hal
Spectra
Tabel 14. Pemilihan Distribusi Frekuensi Tahun R maks (mm) 1998 78.55 1999 73.39 2000 59.42 2001 71.12 2002 86.33 2003 68.17 2004 120.29 2005 59.95 2006 78.64 2007 66.84 Cs 1.93 Ck 8.12 Sumber: Hasil Perhitungan
Jenis Distribusi Gumbel
Normal Log Pearson Type III Sumber: Hasil Perhitungan
Syarat Cs > 1,14
Hasil Diterima
Ck > 5,4 -0,05 < Cs < 0,05 2,7 < Ck < 3,3 tidak ada batasan
Diterima Ditolak Ditolak Diterima
Dari hasil uji pemilihan distribusi frekuensi di atas diperoleh bahwa Metode Gumbel dan Metode Log Pearson Type III yang memenuhi persyaratan nilai Cs dan Ck. Sehingga analisa selanjutnya akan menggunakan Metode Gumbel dan Metode Log Pearson Type III. ANALISA DISTRIBUSI FREKUENSI Berdasarkan tabel 14, maka analisa distribusi frekuensi menggunakan metode Log Pearson III dan Metode Gumbel. Perhitungan tersebut sebagai berikut: 1. Metode Gumbel Dari proses perhitungan didapatkan nilai hujan rencana dengan periode ulang 2 tahun hinggan 50 tahun pada tabel berikut. Tabel 15. Curah Hujan Rencana Berdasarkan Frekuensi Metode Gumbel Tr P (%) Yt (Tahun) 2 50 0.37 5 20 1.50 10 10 2.25 25 4 3.20 50 2 3.90 Sumber: Hasil Perhitungan
K -0.09 1.02 1.76 2.68 3.37
R24 rencana 74.67 94.22 107.16 123.52 135.65
2. Metode Log Pearson Type III Dari proses perhitungan maka didapatkan nilai hujan rencana dengan periode ulang 2 tahun hingga 50 tahun sebagai berikut: Tabel 16. Perhitungan Distribusi Frekuensi Metode Log Pearson Type III Tr R rerata Kemencengan (Tahun) (tahun) (log) (Cs) 2 1.874 1.392 5 1.874 1.392 10 1.874 1.392 25 1.874 1.392 50 1.874 1.392 Sumber: Hasil Perhitungan
Peluang (%) 50 20
K (tabel) -0.224 0.706
R24 Rencana Log (mm/hari) 1.854 71.387 1.936 86.358
10 4 2
1.337 2.126 2.703
1.992 2.063 2.114
98.268 115.502 129.969
Dari ketiga metode distribusi frekuensi di atas, didapatkan rekapitulasi hasil perhitungan pada tabel di bawah ini. Tabel 17. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Distribusi Frekuensi Tr R24 Rencana (Tahun) Gumbel Log Pearson 2 74.67 71.39 5 94.22 86.36 10 107.16 98.27 25 123.52 115.50 50 135.65 129.97 Sumber: Hasil Perhitungan
10
Ringkasan judul artikel| nama penulis 1 |nama penulis 2
UJI KESESUAIAN DISTRIBUSI Uji kesesuaian distribusi menggunakan Metode Smirnov-Kolmogorov dan Metode Chi-Square. 1. Uji Kesesuaian Distribusi Metode Smirnov-Kolmogorov Tabel 18. Perhitungan Uji Distribusi dengan Metode Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Frekuensi Metode Gumbel i
Tahun
R24 maks (Xi) 120 86 79 79 73 71 68 67 60 59
1 2004 2 2002 3 2006 4 1998 5 1999 6 2001 7 2003 8 2007 9 2005 10 2000 ΔP maks (%) Derajat signifikan a (%) Banyaknya data ΔP kritis (%) Sumber: Hasil Perhitungan
P (Xi) (%) 9.091 18.182 27.273 36.364 45.455 54.545 63.636 72.727 81.818 90.909 15.07 5 10 40.9
f(t)
Yt
Tr
P' (Xi)
ΔP (%)
2.500 0.572 0.135 0.129 -0.164 -0.293 -0.460 -0.536 -0.927 -0.957
3.011 1.043 0.597 0.591 0.292 0.161 -0.010 -0.088 -0.487 -0.518
20.813 3.366 2.362 2.352 1.901 1.744 1.573 1.505 1.245 1.230
4.805 29.707 42.343 42.516 52.599 57.331 63.593 66.435 80.347 81.328
4.286 11.525 15.070 6.152 7.145 2.786 0.044 6.292 1.471 9.581
Berdasarkan tabel 18 di atas, dapat dilihat bahwa: Simpangan maksimum (∆P maks) = 15,07% Jumlah data 10 dan (derajat kepercayaan) adalah 5%, didapatkan ∆P kritis 40,9 %. Jadi, ∆P maks < ∆P kritis. Sehingga distribusi probabilitas Gumbel dapat diterima untuk menganalisis data hujan. Metode Log Pearson Type III Tabel 19. Perhitungan Uji Distribusi dengan Metode Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Frekuensi Metode Log Pearson Type III i
Tahun
1
2004
R24 maks (Xi) 2.08
2 2002 1.94 3 2006 1.90 4 1998 1.90 5 1999 1.87 6 2001 1.85 7 2003 1.83 8 2007 1.83 9 2005 1.78 10 2000 1.77 ΔP maks (%) Derajat signifikan a (%) Banyaknya data ΔP kritis (%) Sumber: Hasil Perhitungan
P (Xi) (%)
f(t)
P'(Xi) (%)
ΔP (%)
9.09
2.32
3.31
5.78
18.18 27.27 36.36 45.45 54.55 63.64 72.73 81.82 90.91 9.49 5 10 40.9
0.70 0.25 0.24 -0.09 -0.24 -0.45 -0.55 -1.08 -1.12
20.04 34.75 34.94 45.64 50.91 61.10 65.86 91.30 93.01
1.86 7.48 1.43 0.18 3.64 2.54 6.87 9.49 2.10
Berdasarkan tabel 19 di atas, dapat dilihat bahwa: Simpangan maksimum (∆P maks) = 9,49% Jumlah data 10 dan (derajat kepercayaan) adalah 5%, didapatkan ∆P kritis 40,9 %. Jadi, ∆P maks < ∆P kritis. Sehingga distribusi probabilitas Log Pearson Type III dapat diterima untuk menganalisis data hujan. 2. Uji Kesesuaian Distribusi Metode Chi-Square 11
Nomor ...... Volume......Bulan tahu: hal-hal
Spectra
Tabel 20. Perhitungan Uji Distribusi dengan Metode Chi-Square untuk Distribusi Frekuensi Metode Gumbel P Tr Mean (%) (tahun) 1 20 5.0 76.27 2 40 2.5 76.27 3 60 1.7 76.27 4 80 1.3 76.27 Sumber: Hasil Perhitungan No.
St. Dev 17.6036 17.6036 17.6036 17.6036
Metode Log Pearson Type III Interval Kelas
Of
Ef
Yt 1.500 0.672 0.087 -0.476
Of - Ef
K 1.050 0.222 -0.363 -0.926
R (mm) 94.754 80.174 69.889 59.972
(Of-Ef)2/Ef
Tabel 21. Perhitungan Uji Distribusi dengan Metode Chi-Square untuk Distribusi Frekuensi > 94.754 1 1.667 -0.667 0.267 Metode1Log Pearson Type III0.267 94.754 - 80.174 1.667 -0.667 P 69.889 Mean 4St. Dev1.667 Cs (%) 59.972 3 1.667 20 1.874 1 0.0891.667 1.392 Jumlah 2 40 1.87410 0.0898.333 1.392 Sumber: Hasil3Perhitungan 60 1.874 0.089 1.392 4 80 1.874 0.089 1.392 Sumber: Hasil Perhitungan 80.174No. 69.889 59.972 <1
R 2.333 3.267 K log 1.333 1.067 mm 0.706 1.936 -0.667 0.267 86.358 1.667 5.133 76.064 0.086 1.881 -0.427 1.836 68.482 -0.832 1.799 63.023
a. Perhitungan Chi-Square Tabel 22. Perhitungan Chi-Square untuk distribusi Gumbel Interval Kelas > 94.754 94.754 - 80.174 80.174 - 69.889 69.889 - 59.972 59.972 > Jumlah Sumber: Hasil Perhitungan
Of 1 1 4 3 1 10
Ef 1.667 1.667 1.667 1.667 1.667 8.333
Of - Ef -0.667 -0.667 2.333 1.333 -0.667 1.667
2
(Of-Ef) /Ef 0.267 0.267 3.267 1.067 0.267 5.133
Chi-Square hitung (%) Dk Chi-square kritis
= 5,133 =5 =3 = 7,82
Berdasarkan tabel 22 didapatkan bahwa 2<cr, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi tersebut dapat diterima. Tabel 23. Perhitungan Chi-Square untuk distribusi log Pearson Type III Interval Kelas Of > 86.358 86.358 76.064 76.064 68.482 68.482 63.023 63.023 > Jumlah 10 Sumebr: Hasil Perhitungan
2
1 3 2 2 2
Ef Of-Ef (Of-Ef) /Ef 1.667 -0.667 0.267 1.667 1.333 1.067 1.667 0.333 0.067 1.667 0.333 0.067 1.667 0.333 0.067 8.333 1.667 1.533
Chi-Square hitung (%) Dk Chi-square kritis
= 1,133 =5 =3 = 7,82
Berdasarkan tabel 23 didapatkan bahwa 2<cr, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi tersebut dapat diterima ANALISA UJI KESESUAIAN DISTRIBUSI Dari kedua metode pengujian kesesuaian distribusi di atas, maka dapat ditabelkan sebagai berikut: Tabel 24. An
12
Ringkasan judul artikel| nama penulis 1 |nama penulis 2
alisa Uji Kesesuaian Distribusi Uji Smirnov-Kolmogorof ΔP maks ΔP kritis ΔP maks - ΔP kritis Hipotesa Gumbel 15.07 ΔP maks < ΔP kritis Diterima 40.9 Log Pearson Type III 9.49 ΔP maks < ΔP kritis Diterima Sumber: Hasil Perhitungan Distribusi
Distribusi
2 hitung Gumbel 5.13 Log Pearson Type III 1.53 Sumber: Hasil Perhitungan
Uji Chi-Square 2 maks - 2 kritis Hipotesa ΔP maks < ΔP kritis Diterima 7,82 ΔP maks < ΔP kritis Diterima
2 kritis
Dari tabel analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi metode Gumbel dan Log Pearson Type III lolos analisa kesesuaian distribusi dan hasil analisa distribusi frekuensi dari kedua metode ini dapat digunakan. Kriteria yang digunakan untuk memilih curah hujan rencana yang digunakan dalam perhitungan debit rencana, yaitu nilai yang tertinggi. Nilai tertinggi terdapat pada Metode Gumbel. Untuk saluran di dalam pemukiman menggunakan kala ulang 5 tahunan, yaitu sebesar 94,22 mm; sedangkan untuk saluran di Jalan Utama menggunakan kala ulang 10 tahunan, yaitu sebesar 107,16 mm. DEBIT BANJIR RANCANGAN INTENSITAS HUJAN Intensitas hujan menggunakan teori Mononobe untuk mengubah hujan harian maksimum dari periode yang telah didapatkan, menjadi hujan lima menitan selama satu jam. Intensitas hujan yang diperoleh dari curah hujan rencana adalah sebagai berikut: Gambar 5. Kurva Intensitas Hujan Rencana menurut Teori Mononobe Kurva Intensitas Hujan Rencana 350,000 300,000 Intensitas hujan (mm/jam)
Tabel 25. Intensitas Hujan Rencana menurut Teori Mononobe Durasi Intensitas (mm/jam) menit jam 5 th 25 th 5 0.0833 227.140 290.739 10 0.1667 143.089 183.154 20 0.3333 90.141 115.380 30 0.5 68.790 88.051 60 1 43.335 55.469 90 1.5 33.071 42.331 120 2 27.299 34.943 Sumber: Hasil Perhitungan
250,000 200,000 5 th
150,000
25 tahun
100,000 50,000 0,000 0
0,5
1
1,5
2
2,5
Durasi (jam)
KOEFISIEN PENGALIRAN Area perencanaan desa Tirtomoyo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang adalah lahan berupa perumahan yang terdiri dari rumah dengan kepadatan 20-60 rumah per hektar dan jalan beraspal. Sehingga koefisien pengaliran yang diambil, yaitu Area pemukiman : 0,65 Jalan aspal : 0,85 Taman :0,15 13
Spectra
Nomor ...... Volume......Bulan tahu: hal-hal
PERHITUNGAN DEBIT RENCANA Langkah awal dimulai dengan menghitung waktu air mengalir di area limpasan. Panjang lintasan daerah limpasan (Lo) untuk daerah Blok perumahan sepanjang 20 m, dan untuk daerah limpasan dari jalan sepanjang 12 m. Koefisien permukaan limpasan untuk jalan sebesar 0,013 untuk kondisi lapisan aspal, semen, dan beton, sementara untuk blok 0,02 untuk kondisi permukaan licin kedap air. Dan Kemiringan limpasan untuk blok perumahan yaitu sebesar 0,005 dan untuk jalan sebesar 0,02.
t0 Jalan :
Dan setelah itu langkah selanjutnya yaitu menghitung waktu konsentrasi aliran dalam saluran (td). Berdasarkan gambar denah maka didapat panjang saluran A yaitu 162,19 m; dan kecepatan aliran air yang diijinkan sebesar 1,50 m/dt berdasarkan jenis bahan yang direncanakan yaitu berupa gorong-gorong beton.
tc Blok : tc = 12,37 + 1,8 = 14,17 menit = 0,240 jam tc Jalan : tc = 1,86 + 1,8 = 3,66 menit = 0,061 jam Dari kedua waktu konsentrasi di atas, dipilih waktu terlama untuk digunakan dalam perhitungan selanjutnya. Tc yang dipakai adalah 0,240 jam. Setelah menghitung waktu konsentrasi, langkah berikutnya adalah menghitung intensitas curah hujan sesuai dengan curah hujan rancangan yang telah dihitung sebelumnya yaitu sebesar 125 mm, tc = 0,240 jam.
Koefisien Pengaliran (C) untuk Blok diambil 0,65 karena permukiman multiunit dan tergabung. Sementara untuk jalan diambil 0,85 karena perkerasan aspal, dan taman diambil 0,15. Sementara untuk luas daerah pengaliran (A) didapat untuk blok sebesar 3.244 m 2 = 3,24 x 10 -3 km2sementara untuk jalan yaitu 1.946,00 m 2 = 1,95 x 10-3 km2.
14
Ringkasan judul artikel| nama penulis 1 |nama penulis 2
Dari nilai C, I, dan A yang telah dicari, maka debit pada saluran tersebut dapat dihitung sebagai berikut: Qair hujan = 0,278 x C x I x A = 0,278 x 0,73 x 145,17 x 5,19 x 10-3 = 0,152 m3/dt Dalam hal ini saluran A menampung 10 unit rumah dengan luas tanah 15 x 20 m2, jika setiap rumah dihuni 5 orang, maka saluran A menampung air kotor dari 50 orang. Untuk Q = 100 lt/orang/hari = 100 / ( 24 * 3600 ) = 0,93 x 10-3 lt/orang/dtk = 0,93 x 10-6 m3/orang/dtk Qd = Pn.Q.K Qd = 50 x 0,93 x 10-6 x 0,75= 3,49 x 10-5 m3 / dtk Jika sudah pada tahap ini maka debit untuk saluran A adalah jumlah debit blok akibat air hujan dan debit air kotor yang sudah dihitung sebelumnya. Disini didapat debit total saluran A yaitu sebesar 0,167 m 3/dt. PENDIMENSIAN Pendimensian pada saluran tersier dan saluran sekunder menggunakan penampang lingkaran berbahan beton NRCP untuk saluran samping dan RCP untuk gorong-gorong. Sedangkan pada saluran primer terbuka menggunakan penampang trapesium dengan dasar tanah, dan menggunakan penampang lingkaran berbahan beton RCP untuk goronggorong. Koefisien kekasaran Manning yang dipakai adalah 0,013. Karena direncanakan memakai gorong-gorong berbentuk lingkaran maka unsur-unsur geometrisnya pun harus disesuaikan dengan bentuk penampang. Diketahui pada perhitungan debit sebelumnya bahwa saluran A mempunyai debit sebesar 0,167 m 3/dt. Jika kemiringan saluran diasumsikan sebesar 0,025 atau 2,5% sementara nilai kekasaran Manning (n) = 0,013. Maka berikut adalah langkah-langkah untuk mencari berapa diameter saluran yang dibutuhkan : θ = 360-2.α = 360 – 106,26 = 253,74o Setelah sudut (θ) sudah diketahui maka untuk mencari luas lingkaran (A) serta keliling basah (P) didapat luas lingkaran (A) = 31,84 D 2 serta keliling basah (P) = 126,87 D. Setelah mendapat nilai luas dan keliling maka dilanjutkan denggan mencari nilai jari-jari hidrolis (R) yaitu sebagai berikut :
15
Nomor ...... Volume......Bulan tahu: hal-hal
Spectra
D = 0,302 m ~ dipakai D = 0,3 m, karena dimensi terkecil yang tersedia di lapangan adalah 0,4 m, maka untuk saluran ini memakai dimensi 0,4 m. RENCANA ELEVASI SALURAN Setelah mengetahui dimensi masing-masing saluran langkah selanjutnya yaitu merencanakan elevasi saluran tersebut sesuai dengan kemiringan yang telah didesain. Tabel 26. Pembagian segmen saluran No. U73-U72 Jalan Utama C Kode Saluran Awal Akhir
Panjang Saluran m u72 u73 168,37 u72 u72.1 20,00 u72.1 u72.2 20,00 u72.2 u72.3 20,00 u72.3 u72.4 20,00 u72.4 u72.5 20,00 u72.5 u72.6 10,00 u72.6 u72.7 20,00 u72.7 u72.8 20,00 u72.8 u73 18,37 Sumber: Hasil Hitungan
Q pakai m3 0,171 0,171 0,171 0,171 0,171 0,171 0,171 0,171 0,171 0,171
Elevasi Jalan Awal Akhir m m 469,59 463,20 469,59 468,86 468,86 468,14 468,14 467,41 467,41 466,69 466,69 465,96 465,96 465,60 465,60 464,87 464,87 464,15 464,15 463,20
Elevasi Saluran Awal Akhir m m 468,99 462,60 468,89 468,46 468,16 467,74 467,44 467,01 466,71 466,29 465,99 465,56 465,36 465,20 464,90 464,47 464,17 463,75 463,25 462,80
S 0,038 0,021 0,021 0,021 0,021 0,021 0,016 0,021 0,021 0,025
Dari tabel di atas di dapatkan diameter saluran, kapasitas saluran, dan kontrol saluran-saluran tersebut sebagai berikut: Tabel 27. Kapasitas saluran U73-U72 dan kontrolnya Kode Saluran Awal Akhir
Panjang Saluran m u72 u73 168,37 u72 u72.1 20,00 u72.1 u72.2 20,00 u72.2 u72.3 20,00 u72.3 u72.4 20,00 u72.4 u72.5 20,00 u72.5 u72.6 10,00 u72.6 u72.7 20,00 u72.7 u72.8 20,00 u72.8 u73 18,37 Sumber: Hasil Hitungan
Kontrol Q D Vhit Qhit pakai saluran Q Vmin V maks Fr m m/det m3 m3 0,171 0,40 3,680 0,397 OK Tdk OK OK Superkritis 0,171 0,40 2,756 0,297 OK OK OK Superkritis 0,171 0,40 2,756 0,297 OK OK OK Superkritis 0,171 0,40 2,756 0,297 OK OK OK Superkritis 0,171 0,40 2,756 0,297 OK OK OK Superkritis 0,171 0,40 2,756 0,297 OK OK OK Superkritis 0,171 0,40 2,411 0,260 OK OK OK Superkritis 0,171 0,40 2,750 0,296 OK OK OK Superkritis 0,171 0,40 2,750 0,296 OK OK OK Superkritis 0,171 0,40 2,963 0,319 OK OK OK Superkritis
Dari tabel 27 didapatkan bahwa pembagian segmen telah terkontrol. KESIMPULAN Dari analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi metode Gumbel dan Log Pearson Type III lolos analisa kesesuaian distribusi dan hasil analisa distribusi frekuensi dari kedua metode ini dapat digunakan. Kriteria yang digunakan untuk memilih curah hujan rencana yang digunakan dalam perhitungan debit rencana, yaitu nilai yang tertinggi. Nilai tertinggi terdapat pada Metode Gumbel. Untuk saluran di dalam pemukiman menggunakan kala ulang 5 tahunan, yaitu sebesar 94,22 mm; sedangkan untuk saluran di Jalan Utama menggunakan kala ulang 10 tahunan, yaitu sebesar 107,16 mm.
16