PENDAHULUAN Latar Belakang Peluang berkebun buah selalu berangkat dari adanya peluang pasar. Setelah peluang pasar diperoleh, baru beranjak ke ketersediaan modal. Dua hal pokok
inilah yang
paling
menentukan sebuah agroindustri perbuahan.
Keterampilan (skill), lahan, tenaga kerja, serta sarana/prasarana bisa dengan mudah diperoleh jika dua hal tersebut telah berada di tangan. Untuk kondisi saat ini, pasar buah jeruk, apel, anggur, durian, dan pisang masih terbuka cukup longgar, baik untuk pasar lokal, nasional, regional, maupun global. Yang menjadi kendala adalah ketersediaan modal. Bank dan lembaga keuangan lainnya belum mengenal agroindustri buah-buahan. Sementara para investor selama ini lebih tertarik menanamkan modalnya di sektor perkebunan, peternakan, dan perikanan (Rahardi, 2004). Buah-buahan adalah suatu bagian dari tanaman yang berbentuk buah dan dikonsumsi dalam bentuk segar, sebagai buah meja atau bahan terolah (processed) dan tidak dapat disimpan lama. Hal ini berarti bahwa mutu dari buah-buahan adalah tidak dapat diperbaiki tetapi hanya dapat dipertahankan (Samson, 1996). Sifat produk tanaman buah adalah : •
Mudah rusak (perishable), buah merupakan produk tanaman holtikultura yang dikenal mudah rusak, sehingga diperlukan suatu teknologi untuk mempertahankan mutu buah
•
Resiko besar, buah dengan sifat mudah rusak akan berpengaruh terhadap ketersediaan dan permintaan pasar, sehingga fluktuasi harga tinggi.
1 Universitas Sumatera Utara
2
Misalnya perubahan cuaca, adanya serangan hama atau penyakit tertentu akan mempengaruhi produksi baik kuantitas maupun kualitas •
Musiman, tanaman buah umumnya tanaman berumur panjang (prenial), sehingga berbuah adalah musiman yang berakibat tidak tersedia setiap saat. Pada musim berbuah umumnya produk melimpah, sehingga diperlukan suatu teknologi untuk dapat menampung produk tersebut
•
Bulky, buah umumnya mempunyai kandungan air tinggi sehingga memerlukan ruang besar atau perlakuan khusus didalam transportasi maupun di penyimpanan. Hal tersebut akan menyebabkan biaya tinggi
•
Spesialisasi geografi, tanaman buah membutuhkan agroklimat tertentu untuk menghasilkan buah dengan kuantitas dan kualitas tertentu. Misalnya: salak bali, jeruk siam madu karo, duku Palembang, rambutan binjai, dan sebagainya (Arief, 1990). Buah-buahan merupakan sumber bahan pangan yang penting bagi
kehidupan manusia, terutama dalam memperoleh manfaatnya sebagai sumber vitamin, mineral dan serat kasar (dietery fiber). Buah-buahan yang dikonsumsi dalam bentuk segar banyak mengandung vitamin C yang sangat dibutuhkan bagi tubuh manusia. Buah-buahan juga banyak yang dapat digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan berbagai jenis gangguan tubuh atau dalam bentuk obat luar sebagai lulur. Banyak jenis buah-buahan tropis dihasilkan di berbagai wilayah Indonesia. Namun, buah-buahan tersebut kebanyakan membanjiri pasar lokal hanya pada saat panen raya. Baru sedikit jenis buah yang menempati pasar swalayan atau pasar dunia (internasional). Jenis buah-buahan yang dipasarkan di pasaran
Universitas Sumatera Utara
3
internasional pada saat ini adalah pisang, nenas, jeruk, mangga, alpukat, rambutan, markisa, sirsak, jambu biji, belimbing, dan manggis. Pada umumnya buah-buah tersebut diekspor dalam keadaan segar, jus ataupun beku. Pada umumnya pasar menghendaki hasil buah-buahan dengan kriteria sebagai berikut : 1. Bermutu tinggi sesuai dengan standar mutu dan bebas residu pepstisida. 2. Volume buah bermutu tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan pasar (konsumen). 3. Buah-buahan tersebut harus tiba tepat pada waktu diperlukan oleh pelanggan. 4. Buah-buahan tersebut harus kontinu, terus-menerus tersedia bagi konsumen (pelangan) (Sunarjono, 2000). Jeruk termasuk salah satu buah yang banyak diproduksi dan memiliki nilai jual di Indonesia. Buah jeruk bukan hanya dinikmati rasanya yang segar saja, melainkan juga sebagai pelepas dahaga dan sebagai buah pencuci mulut. Ternyata buah jeruk memiliki khasiat ganda, yaitu disamping dapat diolah menjadi minuman atau makanan juga dapat dimanfaatkan untuk obat. Sehubungan dengan tingginya kadar vitamin C pada buah jeruk, maka buah jeruk dapat diolah menjadi tablet-tablet vitamin C atau dimakan langsung untuk menyembuhkan penyakit ging givatis (gusi berdarah) dan penyakit influenza (AAK, 2005). Namun sangat disayangkan, produksi jeruk yang semakin meningkat belakangan ini tidak diimbangi dengan peningkatan konsumen. Bahkan belakangan ini, negara-negara tetangga yang pada awalnya menerima impor jeruk dari Indonesia menolak kiriman jeruk dari Indonesia. Tentunya hal ini sangat
Universitas Sumatera Utara
4
memprihatinkan bagi petani jeruk, khususnya petani jeruk di Kabupaten Karo, salah satu kabupaten penghasil jeruk terbesar di Indonesia. Pada awalnya tanaman jeruk menjadi salah satu tanaman primadona di kabupaten ini, tetapi dikarenakan pemasaran yang kurang menyakinkan belakangan ini terkadang jeruk yang telah matang dibiarkan membusuk pada pohonnya. Kabupaten Karo merupakan dataran tinggi Karo dengan ibukota Kabanjahe yang terletak 77 km dari kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Luas daerah Kabupaten Karo sekitar 2.127,25 kilometer persegi yang terbentang di dataran tinggi dengan ketinggian 120-1600 mdpl. Karena berada di ketinggian tersebut Kabupaten Karo Simalem mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16-170C. Di Dataran Tinggi Karo inilah bisa kita temukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk dengan ciri khas daerah buah dan sayur. Dalam hal kebutuhan ruang pengembangan, letaknya yang sebagian besar berada di daerah perbukitan merupakan salah satu faktor limitasi perkembangan Kabupaten Karo. Selain itu, masalah aksesibilitas yang memegang peranan penting dalam hal hubungan baik internal maupun eksternal wilayah dirasakan sangat kurang, terutama dalam hal kualitas jalan. Demikian juga dalam hal masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, kurangnya kemampuan keuangan lokal, dan minimnya sarana dan prasarana berdampak pada lambatnya perkembangan Kabupaten Karo, seperti yang dirasakan saat ini. Berkaitan dengan kondisi demikian, optimalisasi potensi wilayah dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sangat diperlukan di Kabupaten Karo. Berdasarkan analisis dari data BPS Kabupaten Karo, kontribusi pertanian terhadap perekonomian wilayah sangat
Universitas Sumatera Utara
5
tinggi. Hal ini menunjukkan potensi pertanian dalam menyangga ekonomi wilayah masih cukup besar, namun demikian, kondisi wilayah yang masih termasuk
daerah
tertinggal
mengindikasikan
potensi
tersebut
belum
mensejahterakan masyarakatnya maupun pemerataan kesempatan memperoleh manfaatnya, padahal potensi tersebut seharusnya dapat menjadi penggerak pembangunan wilayah yang merata. Banyak hal yang telah diupayakan oleh petani jeruk di Kabupaten Karo untuk menangani masalah ini, salah satunya adalah sistem penjualan jeruk yang mempersilahkan konsumennya untuk memetik sendiri jeruk dari pohonnya. Tetapi ternyata usaha ini juga tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Tidak hanya upaya ini, penurunan harga secara drastis juga telah dilakukan, tetapi tetap saja hal ini tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Tujuan Penelitian Mengetahui problematika pasca panen jeruk di Kabupaten Karo dan teknologi alternatif pengolahannya. Kegunaan Penelitian 1.
Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2.
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
6
Batasan Penelitian Penelitian dibatasi untuk menganisis problematika pasca panen jeruk bervarietas Jeruk Manis.
Universitas Sumatera Utara