Pasar Modal Syariah Membuka Peluang Baru UNAIR NEWS – Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) bekerja sama dengan IDX, KPEI, dan KSEI menyelenggarakan Workshop Pasar Modal Syariah (SPMS level 2). Kegiatan yang dihelat di Aula Fajar FEB UNAIR pada Sabtu, (26/11), tersebut mengangkat tema “Memiliki Perusahaan Bukan Sekedar Mimpi”. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan MES dalam rangkaian memasyarakatkan ekonomi syariah. Mengawali kegiatan yang dihadiri mahasiswa, dosen, pengusaha, perwakilan ICMI, dan lembaga keuangan syariah ini dibuka oleh Dr. Imron Mawardi, SP.,M.Si selaku Ketua Pengurus MES Jawa Timur. Lokakarya tersebut menghadirkan tiga pembicara, yaitu Doddy Prasetya Ardhana dari divisi pengembangan pasar modal syariah MES, Ah. Azharuddin Lathif dari DSN-MUI, dan Iman Widiyatma dari MNC Sekuritas. Dalam pemaparannya, Doddy Prasetya mengibaratkan pasar modal sebagai supermarket. Terdapat investor sebagai pembeli, bursa efek sebagai penjual, dan emiten (badan pemerintah penerbit kertas berharga) sebagai suplier. Namun lebih ditekankan pada pasar modal syariah, yaitu pembelian produk pasar modal yang syariah. “Terdapat 311 efek di daftar efek syariah (DES) yang telah diseleksi. Maka kriteria produk syariah ialah tidak terdapat unsur MAGODIR, Maysir berarti judi, Gharar yang artinya tidak jelas statusnya, dan Riba,” Jelas Doddy. Sementara itu, Azharuddin Lathif memandang bahwa bisnis atau bermuamalah adalah suatu kewajiban dan hukumnya boleh. Bisnis secara syariah merupakan bagian dari islam dan dewasa ini mulai dilirik oleh khalayak umum karena bersifat universal dan adil.
“Dalam Islam tidak melarang adanya bank, asuransi, dan pasar modal. Melainkan cara operasional yang tidak sesuai harus diislamkan. Bukan membuldoser dengan cara brutal,” tutur Azharuddin yang juga aktif di DSN-MUI. Sesi penutup diakhiri oleh Iman Widiyatma memaparkan tentang online trading syariah, mulai dari tata cara pembuatan rekening hingga penjelasan seluruh ketentuannya. Kedepannya, salah satu panitia Nurul Hidayah penyelenggara berharap kegiatan ini dapat mengenalkan pasar modal syariah karena mayoritas masyarakat hanya mengenal pasar modal konvensional.(*) Penulis : Siti Nur Umami Editor : Dilan Salsabila
ITD Lakukan Riset Herbal Atasi Virus Hepatitis C UNAIR NEWS – ITD (Institute of Tropical Disease) bekerja sama dengan Kobe Universiy Jepang dibawah SATREPS Project (Science and Technology Research Patnership for Sustainable Development Program), melakukan riset tentang obat herbal anti virus Hepatitis C. Program aplikatif ini mendapat hibah dari JICA (Japan International Coorperation Agency) dan JST (Japan Science and Technology Agency). Menurut Dr. Ahmad Fuad Hafid, Ms., Apt selaku Division of Natural Medicine Research Development ITD, program ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman aktif di Indonesia sebagai anti virus hepatitis C. Walaupun masih dalam tahap laboratorium hasil ini sudah dipublisakan secara
internasional. Bahan-bahan anti virus ini didapat dari beberapa tanaman yang ada di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati aktivitas virus hepatitis C di dalam sel hepar dengan pemberian 20 ekstrak dari 10 jenis tanaman. “Ini memang belum sampai diuji pada manusia. Karena memang, untuk jadi sebuah produk, hasil penelitian memerlukan waktu yang panjang bahkan hingga puluhan tahun,” katanya. Adita Ayu Permatasari S.Si, salah satu anggota tim riset, mengatakan, untuk pengaplikasian terhadap manusia membutuhkan beberapa tahap dan harus dilakukan oleh ahlinya. Walaupun herbal, bukan berarti bisa digunakan secara sembarangan. Perlu melalui tahap uji klinis. Hepatitis C adalah salah satu penyakit yang dapat menyerang hati. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini dapat memicu infeksi dan inflamasi pada hati. Menurut WHO, jumlah penderita hepatitis C di dunia mencapai 130-150 juta jiwa dan menyebabkan kematian pada sekitar 350-500 ribu penderitanya. Virus hepatitis C berkembang dalam darah. Penularannya, melalui kontak dengan darah penderita (jarum suntik atau donor darah). Virus ini tidak akan menular melalui air susu ibu, makanan, minuman, atau bersentuhan. (*) Penulis: Lutfi Marzuki Editor: Rio F. Rachman
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Masih Jadi Pekerjaan Rumah UNAIR NEWS – Menyambut peringatan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei setiap tahunnya, sivitas akademika Universitas Airlangga melaksanakan upacara bendera. Upacara bendera tersebut diikuti oleh kalangan mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan jajaran pimpinan. “Peningkatan Relevansi Pendidikan Tinggi untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi” diangkat menjadi tema peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini. Wakil Rektor I Prof. Djoko Santoso, Ph.D., yang menjadi pembina upacara menyampaikan, momentum Hari Pendidikan Nasional tak sekadar refleksi hari lahir Ki Hadjar Dewantara, tetapi cerminan atas upaya pengembangan kebijakan pendidikan yang mampu berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Mengutip pidato Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Djoko menyampaikan bahwa perguruan tinggi sebaiknya responsif dengan kebutuhan dunia kerja dan industri. Selain itu, Wakil Rektor I juga menyampaikan agar para dosen dan mahasiswa secara rutin mempublikasikan penelitian. “Penelitian juga tak boleh berhenti di publikasi saja, tetapi harus dikembangkan sampai tahap Technology Readiness Level (tingkat kesiapan teknologi) sembilan,” tutur Djoko. Selain itu, perguruan tinggi juga diharapkan mampu menerapkan kebijakan dan strategi yang mampu mendukung iklim hilirisasi produk penelitian ke industri. Dalam upacara yang sama, pemerintah melalui UNAIR memberikan penghargaan kesetiaan Satya Lancana Karyasatya kepada 69 orang dosen dan tenaga kependidikan. Pemberian penghargaan diberikan kepada tiga orang perwakilan yang telah mengabdi kepada negara selama 10 tahun, 20 tahun, dan 30 tahun.
Ketiganya adalah Badri Munir Sukoco (dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis) masa bakti 10 tahun, Prof. Dr. Drs. Abdul Shomad (Fakultas Hukum) masa bakti 20 tahun, dan Susetiyono (tenaga kependidikan) masa bakti 30 tahun. Tantangan kecerdasan bangsa Salah satu pengajar Fakultas Hukum UNAIR, Dr. Herlambang Wiratraman, mengatakan tantangan pendidikan masa depan adalah menumbuhkan kepekaan sosial. Sebab, menurutnya pelaksanaan pendidikan saat ini baru sebatas mengolah kecerdasan pikiran namun belum memaksimalkan kecerdasan lainnya. “Kepekaan ilmuwan dan pendidikan tinggi yang diharapkan mampu menjawab tantangan teknologi, keragaman kebudayaan, serta kekayaan alam yang melimpah, sejatinya tak berbanding lurus dengan keadilan dan perlindungan kewargaan, sebaliknya justru memperlihatkan situasi meluasnya pemiskinan sosial,” terang Herlambang yang juga Ketua Pusat Studi Hak Asasi Manusia FH. Herlambang yang juga peneliti tamu di FH National University of Singapore tahun 2017 mengingatkan, agar institusi pendidikan mengarahkan keberpihakannya untuk berani memijakkan kakinya kembali pada cita-cita konstitusi. Yakni, mencerdaskan kehidupan bangsa. Penulis: Defrina Sukma S Editor : Nuri Hermawan
Beragam Narasumber Bahas Masa Depan Indonesia UNAIR NEWS – Guna memberi gambaran tentang kondisi Indonesia tahun 2017, Universitas Airlangga menyelenggarakan acara
“Outlook 2017: Meningkatkan Peran Daerah: Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di tengah Ketidakpastian Global”, Kamis (1/12), di Hotel Bumi, Surabaya. Dalam diskusi itu menghadirkan empat pembicara, yakni Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prof. Dr. Dian Agustia, S.E., M.Si., Ak, Guru Besar Ilmu Politik Prof. Drs. Ramlan Surbakti, M.A., Ph.D, dan Doktor Ilmu Hukum UNAIR Dr. Harjono, S.H., M.CL. Gubernur Jatim Soekarwo menyampaikan bahwa saat ini, kondisi pasar luar negeri cenderung proteksionis. Maka itu, satusatunya cara adalah mengekspansi pasar dalam negeri. “Ekonomi ditentukan oleh konsumsi. Agar konsumsi naik, maka pendapatannya juga tidak boleh turun. Kedua, ditentukan oleh investasi. Investasi dari negara lain bingung mau investasi dalam negeri karena semua turun. Ketiga, ekspor impor. Nah yang ekspor impor itu semua sedang proteksionis. Satu yang bisa kita lakukan adalah pasar dalam negeri kita perbesar,” ujar Gubernur Jatim. Terkait situasi politik, Prof. Ramlan menyampaikan, kualitas demokrasi di Indonesia tak akan meningkat selama partai politik tak berubah. Meski banyak pernyataan dari luar negeri yang menganggap bahwa politik di Indonesia itu stabil. “Karena sistemnya parpol di Indonesia itu ‘bancakan’. Semuanya ada ‘pembagian’,” tegasnya. “Harus ada perubahan terkait ‘pembagian’ ini. Nah, yang menentukan perubahan itu adalah parpol sendiri. Sekarang mau nggak parpol itu mengubah hal tersebut,” imbuhnya. Prof. Dian, dalam paparannya, menyampaikan daya saing daerah mesti ditingkatkan agar daya saing nasional meningkat. Sebab, daya saing daerah akan meningkatkan kualitas kehidupan dan pembangunan infrastruktur. Untuk itu, konsep menuju daerah yang berdaya saing dan mandiri mesti didukung dengan pemerintahan yang bersih.
“Birokrasi yang bersih akan menghasilkan pembangunan yang sustainability government. Penerapan e-government bisa menjadi alternatif untuk mendukung birokrasi pemerintahan yang bersih tersebut,” ujar Dian. Salah satu perwakilan Ikatan Alumni UNAIR Achmad Cholis Hamzah menyarankan agar daerah juga memperhatikan kondisi geopolitik luar negeri. “Kita harus memperhatikan geopolitik Amerika Serikat dan Eropa agar Indonesia mampu memasuki pagar internasional” paparnya lagi. Harjono, pakar hukum UNAIR, memberikan apresiasinya dalam acara Outlook 2017. “Saya sangat apresiasi hal-hal yang bersifat teknis bisa dikerjakan dengan saling keterkaitan dengan ilmu lain,” terangnya. Penulis: Tim UNAIR News
Meraba Peluang Stem Cell untuk Pengobatan Diabetes UNAIR NEWS – Badan Kesehatan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 terdapat 21,3 juta penduduk Indonesia mengalami penyakit diabetes melitus. Perkiraan itu sejalan dengan fakta bahwa populasi penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia saat ini menduduki peringkat kelima terbanyak di dunia. Kondisi ini jelas memprihatinkan. Sekitar 80% dari prevalensi diabetes di Indonesia didominasi oleh penderita yang tidak menyadari kondisinya. Problematika diabetes ini dikupas secara
menyeluruh dalam acara ‘The Quadruple Joint Symposium 2016’ yang diselenggarakan oleh Pusat Diabetes dan Nutrisi Surabaya (PDN) RSUD Dr. Soetomo – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga bekerjasama dengan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dan Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) di Hotel Shangri-La Surabaya 23-24 April 2016 lalu. Simposium ini dihadiri oleh dua pembicara asal Jepang Prof. Hiroshi Taniguchi dan Prof. Naemi M. Kajiwara, serta sejumlah pakar dari 14 pusat penelitian dan pengobatan diabetes di seluruh Indonesia yang mencakup Banda Aceh, Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Solo, Surabaya, Makassar dan Manado. Sony Wibisono, dr., Sp.PD-KEMD, FINASIM, selaku wakil ketua acara mengungkapkan bahwa saat ini penyakit diabetes sudah banyak menjangkiti individu dari segala usia. Bahkan, penyakit diabetes itu disertai komplikasi penyakit yang beragam. Komplikasi itu disebut dengan endo-kardiometabolik. Komplikasi diabetes sudah mengenai jantung beserta organ lainnya yang melakukan proses metabolisme sehingga kondisi ini mengakibatkan munculnya kelainan hormon termasuk testosteron. “Dulu kebanyakan penderita diabetes mengalami luka di kaki yang tidak kunjung kering. Namun sekarang, justru yang ditakutkan adalah dampak komplikasi diabetes yang mengenai jantung. Maka dari itu perlu upaya mengobati dampak komplikasinya,” jelas dokter Sony. Untuk mengendalikan jumlah penderita diabetes, para pakar tidak hanya berfokus pada upaya pengobatan, tetapi juga pencegahan. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan metode pengobatan sel punca (stem cell). Seperti diketahui, metode pengobatan dengan sel punca sudah dikembangkan di banyak negara guna mengatasi berbagai persoalan penyakit. Kini, peneliti sedang disibukkan dengan
potensi metode sel punca terhadap penyakit diabetes. Tingginya gula darah pada penderita diabetes mengakibatkan fungsi organ pankreas tidak mampu bekerja dengan baik. Akibatnya, jumlah sel pankreas terus menurun. Metode pengobatan sel punca sedang diteliti sebagai solusi perbaikan pankreas. “Mungkin dapat dibayangkan, bagaimana seandainya stem cell ‘ditempelkan’ pada pankreas yang rusak. Dengan harapan dapat memulihkan kembali fungsi pankreas seperti sediakala,” ungkap dokter Sony. Namun, metode pengobatan diabetes dengan sel punca ini masih dalam tahap pengembangan. Pada tahun 2010, peneliti sempat melakukan uji coba pada mencit. Ternyata, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menurut dokter Sony, sel punca belum bisa menjadi metode pengobatan. “Stem cell belum bisa menjadi metode pengobatan. Metode ini hanya bekerja membantu mengurangi jumlah obat yang dikonsumsi oleh penderita diabetes,” tuturnya. Mencegah diabetes Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pusat Diabetes dan Nutrisi Surabaya Prof. Dr. dr. Askandar Tjokroprawiro, Sp.PD, K-EMD, FINASIM, mengungkapkan pentingnya langkah pencegahan sekaligus kontrol kadar gula darah. Dosen emeritus FK UNAIR menekankan pentingnya bagi setiap individu untuk mengontrol lingkar pinggang. Jika seorang lakilaki memiliki ukuran lingkar pinggang lebih dari 90 cm, dan seorang perempuan lebih dari 80 cm, maka orang tersebut termasuk dalam kategori obesitas. Untuk mencegah diabetes dan komplikasinya, setiap orang sebaiknya menjalankan pola hidup dan diet sehat. Sedangkan, bagi pengidap diabetes, Prof. Askandar menyarankan
penderita untuk mengonsumsi buah ketimbang olahan seperti jus. Buah yang secara langsung dikonsumsi akan mengalami proses cerna lebih lama di usus sehingga makanan lambat diserap dan gula darah tidak terlalu cepat meningkat. (*) Penulis: Sefya Hayu Istighfarica Editor: Defrina Sukma S
Peserta Program Ikuti Boothcamp
Wirausaha
UNAIR NEWS – Sekitar 180 peserta program mahasiswa wirausaha (PMW) mengikuti acara kamp kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Karir dan Kewirausahaan (PPKK) Universitas Airlangga. Acara kamp berlangsung pada hari Jumat dan Sabtu 13 – 14 Mei 2015. Acara kamp dihari pertama, peserta diberi pelatihan oleh Michael Goldberg, Asisten Profesor dari Sekolah Manajemen, Universitas Case Western Reserve, Amerika Serikat. Pelatihan diselenggarakan di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR. Michael memberikan materi tentang kewirausahaan dan pengelolaan keuangan pada masa rintisan usaha. Salah satu peserta kamp, Rico Adrianto yang juga mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR, mengatakan bahwa penjelasan Michael cukup bermanfaat bagi pengusaha yang baru merintis karir. “Dia menjelaskan tentang bagaimana melakukan presentasi dengan baik dan benar. Ini penting untuk menarik minat investor menanamkan modalnya pada usaha startup,” tutur Rico.
Dihari kedua, acara kamp dilanjutkan dengan materi-materi yang tak kalah menarik. Pembicara yang hadir dalam boothcamp dihari kedua yaitu Syafril Riza dengan tema ‘My Business My Passion’, Dr. Dra. Hamidah, M.Psi, dengan tema ‘Team and Time Management’, Yudi Kemal Akbar dengan tema ‘Make Your Partner as Your Future’, dan Reco Setyo dengan tema ‘Standar Operasional Prosedur’. Acara hari kedua diselenggarakan di Aula Fadjar Notonegoro, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNAIR. Dalam acara boothcamp hari kedua, peserta PMW diajak untuk melakukan role play. Peserta dibagi sesuai dengan huruf awal dari nama masing-masing. Mereka diajak untuk melakukan simulasi tentang bagaimana menjadi pemain tim yang baik. “Masing-masing individu membuat kelompok berdasarkan huruf depan nama peserta. Sehingga ada banyak kelompok, kan, karena abjad itu banyak dan campur dari mahasiswa seluruh fakultas. Mereka mendapat tugas untuk memecahkan masalah dan punya pandangan berbeda-beda,” tutur Dr. Tri Siwi Agustina, S.E., M.Si, selaku penanggung jawab PMW UNAIR. Boothcamp PMW selama dua hari memperoleh respon positif dari peserta. Fairuzuddin, mahasiswa asal Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR menuturkan, pembawaan pemateri yang lincah menarik antusiasme peserta. “Kami juga butuh pembimbingan atau praktik yang lebih riil. Mas Yukem (Yudi Kemal, –red) pembawannya pas. Jadi, tepat sasaran sekali,” tutur Fairuz. Ada pula Hetty, peserta PMW yang mengajukan proposal tentang bisnis Coco Bag. Ia mengatakan bahwa materi yang diberikan cukup bermanfaat dengan penyampaian yang mudah diterima oleh peserta. “Materi yang disampaikan sangat komunikatif, soalnya pematerinya muda dan energik. Kemarin sempat dapat hadiah buku dari games yang diadakan,” tutur Hetty.
Siwi selaku penanggung jawab PMW UNAIR mengatakan, kegiatan kamp pelatihan merupakan rangkaian acara kegiatan PMW. Kamp pelatihan diikuti oleh seluruh pengirim proposal PMW. Selanjutnya, peserta yang lolos seleksi PMW akan diumumkan dalam waktu dekat dan mengikuti serangkaian kegiatan lainnya. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
’Man Jadda Wajada’ Motivasi Adhi Widhianto Lulus Terbaik FEB UNAIR NEWS – Aktivitas pekerjaan memang seringkali menjadi momok bagi mahasiswa yang masih aktif mengikuti perkuliahan. Pasalnya, seringkali mahasiswa merasa kesulitan untuk mengatur waktu antara keduanya. Namun, hal tersebut tak menghalangi Adhi Widhianto, MA untuk meraih predikat wisudawan terbaik S-2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR, periode September 2016. Terkait penelitiannya, wisudawan dari Program Studi Akuntansi ini mengangkat judul “Institusionalisasi Penganggaran Berbasis Kinerja: Studi Kasus Penataan Penyusunan Anggaran Pada Kementerian Keuangan”. Adhi menggali informasi untuk mengetahui dorongan sesungguhnya yang dialami Kementerian Keuangan pada saat melembagakan penataan struktur kinerja penganggaran berbasis logic model. “Apakah dorongan tersebut muncul karena adanya suatu paksaan/coercive isomorphism, adanya proses peniruan/mimetic
isomorphism, adanya profesialism/normative isomorphism, atau kombinasi dari ketiganya,” kata wisudawan peraih IPK 3,93 ini. Sebagai seorang PNS di Kementerian Keuangan, Adhi mengaku pernah dihadapkan dengan situasi sulit. Bermula pada hari ketiga mengikuti matrikulasi perkuliahan, ia menerima telepon dari kantor yang memberitahukan bahwa ia harus mengikuti pelantikan promosi jabatan. “Jadi saya harus kembali ke Jakarta untuk mengikuti pelantikan esok harinya. Dalam situasi pilihan yang membingungkan itu, esok hari setelah pelantikan, saya diberitahu oleh pimpinan akan dibebas tugaskan dari jabatan dan tetap bisa melaksanakan tugas belajar di UNAIR. Alhamdulillah,” kenang laki-laki kelahiran Blora, 8 November 1981 ini. Adhi membagikan kiatnya untuk menjadi wisudawan terbaik. Motivasinya “Man Jadda Wajada”: barang siapa bersungguhsungguh maka ia akan mendapatkan. Ia lalu mengikuti perkuliahan dengan baik, jujur dalam mengerjakan tugas, dan menyeimbangkan dengan kehidupan keluarga, seperti refreshing. ”Dukungan materiil, moral, dan doa dari keluarga, ibu bapak, istri, dan anak juga secara tidak langsung menjadi motivasi untuk melangkah dengan berusaha sebaik-baiknya,” tandasnya. Setelah dikukuhkan menjadi wisudawan terbaik, Adhi akan kembali ke instansi pemerintahan untuk menjalankan kewajibannya sebagai abdi negara. Ia berharap, ilmu yang ia dapatkan ini dapat diaplikasikan dalam pekerjaannya seharihari. “Mudah-mudahan selalu dalam lindungan-Nya agar dapat menjaga amanah ilmu yang telah diberikan kepada saya, supaya menjadi ilmu yang bermanfaat,” serunya. (*) Penulis: Dilan Salsabila Editor: Binti Quryatul Masruroh.
Tiga Bidang Akademik Perlu Diakselerasi Segera UNAIR NEWS – Ada tiga hal yang perlu diakselerasi untuk meningkatkan reputasi akademik di lingkungan sivitas Universitas Airlangga. Ketiga hal itu adalah penambahan jumlah doktor, peningkatan mobilitas akademik ke luar negeri, dan peningkatan publikasi jurnal internasional bereputasi. Hal itu diutarakan oleh Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan UNAIR Badri Munir Sukoco, Ph.D, untuk menanggapi peringkat terbaru UNAIR pada lembaga pemeringkatan kampus dunia Quacquarelli Symonds (QS). Lembaga QS baru saja merilis hasil peringkat terbaru perguruan tinggi, Selasa (6/9) waktu Indonesia. Dari hasil pemeringkatan itu, Universitas Airlangga menduduki peringkat ke-703 pada tahun 2016/2017. Posisi itu meningkat dari sebelumnya yakni 705. Sementara itu di level Asia, UNAIR menduduki peringkat ke-190, dan di Indonesia peringkat ke-4. UNAIR sudah memiliki beberapa langkah untuk meningkatkan jumlah publikasi pada jurnal internasional bereputasi. Pada tahun 2016, UNAIR menargetkan ada 307 jurnal yang terpublikasi. Untuk mempercepat ketercapaian jumlah itu, maka selain mengalokasikan dana untuk riset melalui berbagai skema program, pihak pimpinan UNAIR juga telah mengalokasikan insentif bagi peneliti yang jurnalnya telah terpublikasi pada rentang kuartil (Q1 sampai Q4). Setelah menerbitkan jurnal, peneliti, khususnya yang memiliki hak indeks, diharap untuk memiliki akun Google Scholar. Dengan bertambahnya akun Google Scholar yang dimiliki peneliti UNAIR, maka nama UNAIR bisa sejajar dengan perguruan tinggi negeri
lainnya dan masuk dalam jajaran Top Indonesian Scientist. Terkait dengan hal ini, Badri mengaku sudah berkoordinasi dengan Wakil Dekan II di setiap fakultas. Di bidang penambahan jumlah doktor, persentase pada lembaga QS memang hanya senilai lima persen. Namun menurut Badri, peran dosen dengan gelar doktor cukup penting dalam hal penelitian. “Kalau yang S-3 memang nilainya hanya lima persen, tapi cukup berdampak. Ketika dosen sudah S-3 dia sudah bisa apply dana penelitian. Untuk menjadi guru besar, maka dia juga harus menulis. Ketika publikasi penelitian itu banyak, maka itu bisa mendorong reputasi akademik,” tutur Badri. Ketua BPP itu menambahkan, keberadaan mahasiswa pascasarjana khususnya jenjang doktoral sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan publikasi penelitian. Tajun 2017, UNAIR rencananya akan mendapat kucuran dana percepatan WCU (world class university) dari Dikti sebesar Rp20 miliar. Ketua BPP yang juga penanggung jawab program WCU UNAIR, akan mengalokasikan anggaran untuk meningkatkan reputasi akademik, dan insentif publikasi penelitian. “Publikasi itu cukup penting karena itu akan berdampak pada hal-hal lainnya,” imbuhnya. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Binti Q. Masruroh
Strategi Menghadapi Dinamika
Perekonomian UNAIR NEWS – Perekonomian global bergerak dinamis seiring perkembangan teknologi. Gejolak internal dan eksternal menjadi tantangan bagi ketahanan bisnis nasional. Ihwal tersebut menjadi momentum kebangkitan bisnis atau bahkan keterpurukan. Selaras dengan fenomena tersebut, Executive Development Program (EDP) Magister Manajemen FEB menghelat seminar bertajuk “CEO FORUM STRATEGIC MANAGEMENT FACING VUCA”, pada Selasa (17/1). Seminar tersebut bertujuan untuk merumuskan strategi manajemen dalam menghadapi kondisi global yang vulnerable (mudah berubah), uncertainty (tidak pasti), complexity (kompleks), dan ambiguity (bermakna dua). Selain itu, seminar tersebut juga membangun awareness (kesadaran) terhadap berbagai probabilitas aktivitas manajemen di masa depan. Dengan pemaparan kondisi makro dan mikro ekonomi dari tahun ke tahun, sehingga mampu membuat rencana strategis. Seminar yang dihelat di Aula Fadjar Notonagoro FEB UNAIR ini dihadiri kurang lebih 200 peserta, baik dari praktisi maupun akademisi. Pemateri pun dihadirkan dari berbagai sektor bisnis, yaitu Sabam Hutajulu, PhD (CEO PT Tugu Pratama Indonesia), Mohammad Syafiudin, MBA (Chief HR Officer PT TPS), Harryadin Mahardika, Ph.D (KPS MM UI), dan Faisal Ramadhan (Wakil Pimpinan Cabang BNI Syariah). “Dalam menghadapi VUCA, PT Tugu Pratama menanamkan pohon tugu yang berlandaskan sincerity, peningkatan kualitas teknologi, diversifikasi produk, Initialing Public Offering (IPO), AM Best Rating, dan pembentukan Tugu School Leadership untuk membangun karakter pegawai,” tutur Sabam Hutajulu. Untuk membangun karakter pegawai, Sabam berupaya untuk bertemu
langsung secara rutin dengan 220 pegawai di perusahaan yang dipimpinnya. Selain itu, PT Tugu Pratama juga menerapkan open information kepada pegawainya. Menurut Sabam, informasi yang terbuka menumbuhkan rasa kepemilikan pada bisnis. “Saya ingin mereka tidak sekadar bekerja dan pulang, tapi juga memahami tujuan perusahaan,” tandasnya. Begitu halnya dengan PT TPS, Syafiudin mengungkapkan betapa pentingnya pegawai dengan kategori spriritual calling. Menurutnya, hal tersebut membuat para pegawai menganggap bahwa sebuah pekerjaan tidak berorientasi pada gaji, melainkan kualitas kinerja dan pelayanan. Selain itu, Wakil Pimpinan Cabang BNI Syariah Faisal mengungkapkan, unsur spiritualisme dalam bekerja sangat penting untuk membangun sinergi kerja, baik direktur kepada karyawan atau sebaliknya. “Semoga dalam forum ini saya atau hadirin dapat menambah ilmu, serta meningkatkan spiritualisme kita masing-masing,” kata Faisal. (*) Penulis : Siti Nur Umami Editor : Dilan Salsabila
PPJPI UNAIR Genjot Publikasi Jurnal Bereputasi Internasional UNAIR NEWS – Penelitian yang terpublikasi pada jurnal bereputasi adalah bagian dari membangun reputasi akademik perguruan tinggi kelas dunia. Inilah yang mendorong Pusat
Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah (PPJPI) Universitas Airlangga untuk terus memberikan bimbingan kepada para pengelola jurnal tiap fakultas di lingkungan UNAIR. “UNAIR kan punya target pada 2019 harus masuk peringkat 500 besar kampus di dunia, dan salah satu faktor yang dilihat adalah publikasi jurnal ilmiahnya,” ujar Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes, selaku Ketua PPJPI UNAIR. Menurut drg. Yanti, sapaan akrabnya, untuk mempercepat publikasi internasional, PPJPI UNAIR memberikan rangkaian pelatihan kepada para pengelola jurnal supaya dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Sebagian program PPJPI UNAIR telah dilaksanakan pada Maret hingga April, meliputi lokakarya pembuatan Digital Object Identifier dan metadata artikel pada Kamis (3/3), workshop manajemen jurnal pada Sabtu, (19/3), pelatihan layout sebuah artikel pada tanggal 19-22 April, dan pencegahan plagiarism pada Jumat, (29/4). Program tersebut merupakan program rutin dari PPJPI, bagi jurnal yang memang berpotensi untuk diterbitkan akan mendapatkan bimbingan langsung oleh PPJPI. “Itu adalah program rutin kami secara umum. Semua pengelola jurnal kita undang. Nanti untuk jurnal yang sudah terakreditasi dan mau reakreditasi, dia akan dapat treatment khusus salah satunya adalah pendampingan secara khusus,” terang drg. Yanti. Publikasi jurnal internasional menuntut kerja keras dari para pengelola untuk terus memperbaiki kualitas jurnal. Staf pengajar pada program studi Teknobiomedik, Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR, berharap, percepatan publikasi artikel ilmiah ke jurnal internasional harus diprioritaskan. Pasalnya, pimpinan UNAIR menargetkan 307 artikel terindeks internasional. “Perjalanan kita sudah hampir separuhnya, tapi artikel kita yang terindeks Scopus (lembaga pengindeks internasional –red)
masih di angka 53. Kita sangat mengharapkan dukungan dari sivitas akademika,” terangnya. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.