menunjukkan model pembelajaran
PENDAHULUAN
yang
digunakan
selama
ini
Pendidikan adalah usaha sadar
cenderung menyebabkan siswa lebih
dan terencana untuk mewujudkan
banyak menerima informasi dari
suasana
proses
guru. Guru masih menggunakan
didik
ceramah, yang berorientasi pada
secara aktif mengembangkan potensi
pembelajaran yang berpusat pada
dirinya untuk memiliki kekuatan
guru sehingga kurang memotivasi
spritual keagamaan, pengendalian
siswa untuk lebih aktif dan tidak
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
memiliki
mulia,
menggali serta mencari
belajar
pembelajaran
agar
serta
diperlukan,
dan peserta
keterampilan dirinya,
yang
masyarakat,
atau
tahun 2003 dalam Sagala 2003:3).
pembelajaran
aktivitas
dilakukan hasil
untuk informasi
secara mandiri. Sementara kegiatan
bangsa dan Negara (UUSPN No.20
Berdasarkan
kemampuan
dalam sangat
untuk
proses penting
menunjang
observasi
pengetahuan dan informasi siswa.
yang telah dilakukan di SMP Negeri
Diskusi sering digunakan, namun
7
Bandar Lampung, diketahui
tidak efektif karena bersifat teoritis,
bahwa hasil belajar kognitif siswa
sehingga pembelajaran cenderung
kelas VIII pada
materi pokok
membosankan. Selain itu diskusi
Pertumbuhan
Perkembangan
didominasi oleh siswa yang pintar
Pada Mahluk Hidup masih rendah.
saja, sedangkan siswa yang lain
Pada tahun pelajaran 2009/2010,
hanya diam. menyelesaikan tugas
nilai rata-rata penguasaan materi
atau kegiatan lain agar setiap siswa
siswa baru mencapai 65 sehingga
dalam kelompok mencapai hasil
nilai
belajar yang tinggi.
dan
tersebut
belum
mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
(Salvin, 2008
dalam Mahmuddin 2009).
yang telah ditetapkan sekolah yaitu 68. Siswa yang belum KKM
sebanyak
42%.
Salah satu tipe dari pembelajaran
Hasil
kooperatif tipe TGT (Teams Games
guru biologi
Tournament). Pada model ini siswa
Bandar Lampung,
dikelompokkan dalam tim belajar
wawancara dengan SMP Negeri 7
mencapai
2
yang terdiri atas enam orang yang
eksperimen dan kelas VIIIb sebagai
heterogen dalam hal kemampuan
kelompok kontrol yang dipilih dari
akademis, jenis kelamin, suku, ras,
teknik cluster random sampling.
maupun etis. Guru menggunakan
Desain
tournament
penelitian ini adalah desain pretes-
dalam suasana yang
yang
digunakan
kelompok
tak
dalam
positif, dan siswa akan menerima
postes
ekuivalen.
materi secara aktif dalam tournament
Struktur desain penelitian ini yaitu:
tersebut. Tournament menggunakan pertanyaan-pertanyaan
yang
kontennya relevan dengan materi pelajaran dan tingkat kesulitan soal. Setiap anggota kelompok saling membantu dalam memahami materi pelajaran,
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh
Penerapan
Pembelajaran koopertif (Teams
Games
Kelas pretes I O1 II
O1
perlakuan postes X O2 C
O2
Keterangan: I = Kelompok eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = pretest; O2 = posttet; X =Perlakuan TGT (Teams Games Tournament); C = Diskusi; (Dimodifikasi dari Riyanto. 2001:43).
Gambar 1. Desain pertes-postes non equivalen
Model Tipe TGT
Tournamen)
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah:
Terhadap Aktivitas dan Penguasaan
Data kuantitatif yaitu
Materi
dan
materi siswa berupa nilai pretes,
Perkembangan pada mahluk hidup
postes dan N-Gain dianalisis dengan
Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar
menggunakan uji t. Data kualitatif
Lampung”.
diperoleh
Pokok
Pertumbuhan
dari
lembar
penguasaan
observasi
aktivitas belajar dan angket siswa METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada
yang dianalisis secara deskriptif. HASIL PENELITIAN
semester ganjil tahun 2012/2013 di SMP Negeri 7 Bandar Lampung. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIIIa sebagai kelas kelompok
Hasil dari penelitian berupa data kuantitatif yaitu penguasaan materi siswa yang diperoleh dari hasil
3
pretes, postes dan N-Gain. Data
menunjukkan bahwa dari uji t1 dan
kualitatif diperoleh dari angket, dan
uji t2 yang menunjukkan bahwa rata-
lembar observasi aktivitas siswa
rata
yang disajikan sebagai berikut:
eksperimen
N-Gain
S S TS TS
pada
berbeda
kelas
kelas
signifikan
kontrol.
Artinya
penguasaan materi siswa pada kelas S S
eksperimen
eksperimen lebih tinggi daripada
kontrol
kelas kontrol.
Ket: S= Berbeda signifikan; TS= Tidak berbeda signifikan Gambar 2. Hasil uji normalitas, uji main whitney U nilai pretes, postes, dan N-Gain oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol .
Berdasarkan gambar 2 diketahui bahwa nilai pretes, postes dan NGain penguasaan materi pada kedua
rata-rata nilai
rata-rata nilai
dengan 70 60 50 40 30 20 10 0
siswa
0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
TS TS
S S TS S
eksperimen
TS S
kontrol
C1 C2 C3 C4
Ket: S= Berbeda signifikan; TS= Tidak berbeda signifikan Gambar 3. Hasil uji normalitas, uji kesamaan dua rata-rata, dan uji Mann whitney N-Gain indikator kognitif (C1, C2, C3, C4) pada kelas eksperimen dan kontrol .
kelas berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalitas selanjutnya
Gambar
3
menunjukkan
dilakukan uji homogenitas terhadap
bahwa dari kesamaan dua rata-rata
nilai N-Gain penguasaan materi oleh
diperoleh skor indikator kognitif
siswa pada kelas eksperimen dan
untuk C1 pada N-Gain memiliki Lh
kelas kontrol pada kedua kedua
< Lt sehingga H0 diterima, artinya
sampel memiliki varians yang sama
sampel
(homogen). Kemudian dilanjutkan
Selanjutnya
dengan melakukan uji U pada kedua
homogenitas diperoleh Fh < Ft
kelas berbeda signifikan, artinya
sehingga H0 diterima, yang berarti
memiliki
nyata
bahwa kedua data pretes dan postes
dengan kelas kontrol. Kemudian
tersebut memiliki varians yang
dilanjutkan dengan uji t pada nilai
sama (homogen), artinya rata-rata
pretes, postes dan N-Gain siswa
N-gain pada indikator C1 dan C3
perbedaan
yang
berdistribusi dilakukan
normal. uji
4
kelas eksperimen tidak signifikan
sebanyak 86,90% dan mengajukan
dari pada kelas kontrol. Sedangkan
pertanyaan
skor indikator kognitif C2 dan C4
berdasarkan
berbeda signifikan pada N-gain
diketahui bahwa persentase aktivitas
memiliki Lh > Lt
belajar siswa pada setiap aspek yang
.
tersebut,
tidak
diamati dengan skor 1 dan 2 pada
berdistribusi normal. Selanjutnya
kelas kontrol lebih banyak dibanding
dilakukan uji U diperoleh skor
kelas eksperimen, sedangkan skor 3
probabilitas 0,000<0,05 sehingga
pada kelas eksperimen lebih banyak
Ho ditolak, artinya rata-rata N-Gain
dibanding kelas kontrol. seperti pada
pada indikator
gambar dibwah ini: 60.00
Persentase%
R
S
S
60
A
40
B
20
C
B.
T
80
30.00 20.00 10.00
0 E
Ket : E = Kelas Eksperimen; K = Kelas Kontrol; A = Mengemukakan ide/ pendapat; B = Mengajukan pertanyaan; C = Bekerjasama dalam menyelesaikan tugas; Gambar 4. Aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol
gambar
4
diketahui bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen yaitu
Berkerjasam a dalam kelompok
K Poin 1
Berdasarkan
Mengemuka kan pendapat/ ide Mengajukan pertanyaan
0.00 Eksperimen
A.
T
ST
40.00
0.00 0.00 0.00
Persentase %
100
50.00
Kontrol
dengan kelas kontrol.
Eksperimen
signifikan
48.65 40.54 27.03
berbeda
Kontrol
C2 dan C4 kelas
48.72 41.03 43.59 8.11 16.228.11 23.08 30.77 28.21 18.92 27.03 29.73
eksperimen
sampel
85,71%
hasilkan
Eksperimen
artinya
Kontrol
ditolak,
sehingga Ho
sebanyak
aspek bekerjasama dalam
kelompok sebanyak 89,29% siswa, aspek mengemukakan ide/pendapat
Poin 2
Poin 3
gambar 5. Aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol.
berdasarkan
gambar
5
diatas,
tingginya skor 3 pada setiap aspek kelas
eksperimen
menunjukkan
bahwa siswa mampu mengajukan ide/pendapat,
serta
mengajukan
pertanyaan dan bekerja sama yang sesuai dengan permasalahan pada materi
pokok
pertumbuhan
perkembangan makhluk hidup.
dan
5
pada materi pokok dunia tumbuhan Memperoleh wawasan… Sulit mengerjakan soal… Termotifasi untuk… Sulit berinteraksi… Lebih aktif dalam diskusi Tidak mampu…
Senang mempelajari…
Setuju
Gambar
78.57 21.43 39.29 60.71 78.57 21.43 39.29 60.71 92.86 7.14 42.86 57.14 82.14 17.86 92.86 7.14 Tidak setuju
kelas
X
SMA
Lampung.
Arjuna
Pengaruh
Bandar
penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT ditandai dengan
peningkatan
penguasaan materi dan didukung oleh
hasil uji t (gambar 2) yang
menunjukkan bahwa N-Gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini karena
6. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model TGT.
pada kelas eksperimen menggunakan model kooperatif tipe TGT yang
Berdasarkan Gambar 6, diketahui
menyebabkan
siswa
lebih
aktif
bahwa semua siswa (100%) merasa
selama proses pembelajaran sehingga
senang dan tertarik dengan model
dapat meningkatkan aktivitas dan
pembelajaran
penguasaan materi siswa.
TGT.
pembelajaran
TGT
Model menjadikan
siswa lebih aktif dalam diskusi kelas dan kelompok.
Berdasarkan gambar 2 diketahui bahwa rata-rata N-Gain penguasaan materi pada kelas eksperimen lebih
PEMBAHASAN
tinggi dibandingkan kelas kontrol, artinya
Berdasarkan yang
hasil
dilakukan
bahwa
penelitian
menunjukkkan
penerapan
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT
bahwa
penerapan
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
meningkatkan
materi
pokok
penguasaan
pertumbuhan
dan
perkembangan makhluk hidup.
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini didukung oleh hasil
Dari data hasil aktivitas belajar
penelitian purnamasari (2011:55) ,
siswa (gambar 4) dapat diketahui
bahwa
bahwa rata-rata aktivitas
penggunaan
model
belajar
pembelajaran kooperatif tipe TGT
siswa pada kelas eksperimen yang
terbukti
meningkatkan
menggunakan model pembelajaran
penguasaan konsep
kooperatif tipe TGT tergolong tinggi.
dapat
aktivitas dan
6
Aktivitas
belajar
siswa
dapat
yaitu pertumbuhan dan perkembangan pada saat diskusi berlangsung.
meningkat karena selama proses pembelajaran siswa dituntut aktif mengemukakan
ide/pendapat,
mengajukan
pertanyaan
dan
bekerjasama dalam kelompok. Selain itu
100%
siswa
setuju
dengan
menggunakan model pembelajaran TGT menjadikan siswa lebih aktif dan mandiri dalam diskusi kelompok dan siswa juga merasa senang dan
Menurut
Hamalik
(2004:12)
dengan melakukan banyak aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran, maka siswa mampu mengalami, memahami,
mengingat
dan
mengaplikasiakn materi yang telah diajarkan. aktivitas
Adanya belajar
peningkatan maka
akan
meningkatkan hasil belajar.
tertarik dengan model pembelajaran yang mereka ikuti.
Penggunaan model pembelajaran
Pada
kegiatan
pembelajaran
kooperatif tipe TGT membuat siswa
tingginya
aktivitas
siswa
bersemangat
yang
untuk
berkompetisi
menggunakan model pembelajaran
dengan team yang lainnya karena
kooperatif
dapat
dalam proses pembelajaran yang
melibatkan siswa secara lebih aktif
menggunakan model kooperatif tipe
dalam
kegiatan
TGT siswa di libatkan langsung
mengerjakan
dalam proses kegiatan pembelajaran
LKK secara bersama-sama. Aktivitas
antara lain tournamen, games, selain
pembelajaran dengan menggunakan
itu juga kelompok yang memiliki
model
skor terbaik di beri penghargaan.
tipe
TGT
mengikuti
pembelajaran
dalam
TGT
berdampak
pada
aktivitas bertanya yang berkriteria
Sehingga
tinggi
memahami
(75,82%),
berikut
ini
siswa materi
terpacu dan
untuk mampu
merupakan contoh pertanyaan yang
menjawab pertanyaan yang diberikan
dikemukakan oleh Haekal maulana:
oleh siswa. Selain itu juga siswa
Contoh 1: “ apa bedanya perkembangan”
dapat diajak untuk bermain sambil pertumbuhan
dan
belajar sehingga siswa tidak merasa sulit
Komentar: Pertanyaan diatas sesuai dengan materi pembelajaran yang diberikan oleh peneliti
tentang
dalam
memahami
materi
pertumbuhan
dan
perkembangan pada makhluk hidup.
7
pada saat siswa mengerjakan LKK, siswa pun dapat saling bekerjasama dan
bertukar
informasi
dalam
teamnya sehingga siswa yang kurang memahami materi dapat memahami dan dapat menjawab pertanyaan pada tournamen. LKK di jadikan salah satu
media
pembelajaran
untuk
menambah pemahaman materi.
Gambar 2.contoh jawaban kelas eksperimen (pertemuan ke-1 materi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup)
Peningkatan penguasaan materi
Sedangkan pada indikator kognitif
oleh siswa pada model pembelajaran
analisis C4, siswa dilatih untuk dapat
kooperatif tipe TGT secara umum
menganalisis
terbukti pada indikator kognitif C1,
yang diberikan di dalam LKK seperti
C2,
yang ditunjuk pada gambr 3 berikut
C3
dan
C4
pada
kelas
eksperimen (gambar 3), hal ini juga
suatu
permasalahan
ini :
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
oleh
(2011:55),
bahwa
purnamasari siswa
yang
memiliki motivasi tinggi akan selalu bersemangat
untuk
melakukan
kegiatan pembelajaran dan akan senantiasa meningkatkan intensitas usaha belajarnya. Sehingga dengan
Gambar 3. contoh jawaban siswa kelas eksperimen (pertemuan ke-2 materi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup)
tingginya aktivitas belajar. Pada indikator kognitif pemahaman (C2)
Dalam belajar sangat diperlukan
siswa dilatih untuk dapat mengingat
aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak
yang
mungkin
ditunjukkan
pada
gambar
berjalan
dengan
baik.
dalam LKK pada gambar 2 berikut
Aktivitas dalam proses pembelajaran
ini:
merupakan rangakaian kegiatan yang meliputi
keaktifan
siswa
dalam
mengikuti pembelajaran, bertanya
8
hal yang belum jelas, mencatat,
dalam
mendengar, berfikir, membaca, dan
pertanyaan-pertanyaan
segala
dapat
kontennya relevan yang dirancang
menunjang meningkatkan aktivitas
untuk menguji pengetahuan siswa
belajar siswa (Sardiman, 2004:99)
yang diperolehnya dari pelaksanaan
kegiatan
yang
metode
ini
terdiri
atas yang
kerja tim. Games tersebut dimainkan Dari uraian di atas menunjukkan penggunaan
model
pembelajaran
kooperatif tipe TGT sangat efektif di gunakan
dalam
semua
aspek
pembelajran terutama pada materi pokok
pertumbuhan
dan
perkembangan pada makhluk hidup karena
pada
langsung
model
terlibat
ini
dalam
siswa proses
pembelajaran dan membuat siswa
di atas meja dengan 5-6 orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan games hanya
berupa
nomor-nomor
pertanyaan yang ditulis pada lembar yang
sama.
Seorang
siswa
mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut Slavin (2008:166).
aktif dalam proses pembelajaran, diakhir pembelajaran siswa diberi
SIMPULAN DAN SARAN
tuornamen yang mendapat nilai skor tertinggi diberi penghargaan berupa sertifikat dan hadiah sehingga hal ini juga dapat
menambah
semangat
belajar siswa serta meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi, terbukti TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dari ilmu-ilmu eksak, ilmu-ilmu sosial maupun pendidikan
bahasa dasar,
dari
jenjang
SMP,
hingga
perguruan tinggi (Trianto, 2010: 83).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
maka
dapat
disimpulkan bahwa 1. Penerapan kooperatif
model pembelajaran tipe
meningkatkan siswa
pada
TGT
dapat
aktivitas
belajar
materi
pokok
Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe
TGT
dapat
meningkatkan penguasaan materi Games dapat dijadikan sarana belajar yang menyenangkan. Games
siswa
pada
materi
pokok
9
Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Makhluk Hidup 3. Sebanyak
terhadap
Penerapan
58,36%
memberikan
Model
siswa
Pembelajaran Kooperatif tipe
positif
Teams Games Tournament
pembelajaran
(TGT) Terhadap Penguasaan
tanggapan
model
Purnamasari, Y. 2011. Pengaruh
kooperatif tipe TGT.
Konsep Pada Materi Pokok Dunia Tumbuhan. Skripsi. Bandar Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Lampung. Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta. Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung. Alfabeta Isparwati, Rini. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Untuk
Meningkatkan
Aktivitas
&
Penguasaan
Konsep Pada Materi. Medianto,
Muhammad.
Penggunaan
2010. Model
Games Tournament) dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman kognitif siswa
Skripsi.
materi Bandar
ekosistem. Lampung.
Universitas Lampung
Makna
Pembelajaran.
Bandung. Alfabeta Sardiman.
2004.
Interaksi
Dan
Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Slavin, R.E. 2008. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik (Alih Bahasa Nurulita Yusron). Bandung. Penerbit
Pembelajaran TGT (Teams
pada
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan
Nusa Media. Bandung Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-
Progresif.
Kencana.
Jakarta.