1
PENDAHULUAN
Perkembangan industri pariwisata saat ini terbilang sangat cepat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan, ditambahnya jalur – jalur penerbangan dengan rute – rute baru, investasi besar – besaran dibidang pariwisata seperti pembukaan destinasi – destinasi wisata dengan produk – produknya yang baru, meningkatnya pembangunan sarana akomodasi, sampai pada perbaikan infrastruktur. Secara umum pariwisata telah menjadi industri sipil yang terpenting didunia. Menurut Dewan perjalanan dan pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council-WTTC). Saat ini pariwisata merupakan industri terbesar didunia dengan menghasilkan pendapatan dunia lebih dari $3,5 trillun pada tahun 1993 atau 6% dari pendapatan kotor dunia. Pariwisata merupakan industri yang lebih besar dari industri kendaraan, baja, elektronik maupun pertanian. Industri pariwisata memperkerjakan 127 juta pekerja (satu dalam 15 pekerja di dunia). Secara keseluruhan industri pariwisata diharapkan meningkat dua kali pada tahun 2005 (WTTC, 1992). Sebagai industri terbesar, idealnya berpihak pada kesejahteraan ekonomi rakyat serta mampu memberikan manfaat bagi pelestarian budaya dan lingkungan secara merata dan berkelanjutan, tetapi kenyataannya manfaat ekonomi yang diperoleh dari sektor pariwisata masih kerap dibarengi oleh berbagai masalah sosial-budaya dan juga lingkungan. Apalagi sebelumnya pariwisata mengarah kepada pariwisata massal (mass tourism), yang lebih
2
banyak menimbulkan dampak negatif daripada dampak positif, seperti misalnya perusakan lingkungan, pengalihan fungsi lahan, eksploitasi sosial budaya dan kriminalitas, yang bila dikalkulasikan biaya yang ditimbulkan lebih besar dari pada yang dihasilkan dari pariwisata. Hal inilah yang terjadi pada Bali, destinasi pariwisata yang paling ingin dikunjungi di Indonesia. Bali telah dikenal sebagai destinasi pariwisata sejak tahun 1914, ketika pertama kalinya kapal Belanda KPM membawa wisatawan ke Pulau Bali. Sejak itu kedatangan wisatawan terus meningkat meskipun masih dalam jumlah yang terbatas. (Sumber : http://www.balichemist.com) Sejak dibukanya Hotel Bali Beach tahun 1966 dan dibukanya pelabuhan udara Internasional Ngurah Rai pada tahun 1969 perkembangan pariwisata Bali terus meningkat, meskipun sering pula mengalami fluktuasi sesuai dengan perkembangan yang terjadi di Dunia Pariwisata Nasional dan Internasional. Keinginan Indonesia untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu penghasil devisa andalan mendorong pula terjadinya akselerasi dalam pembangunan Pariwisata Bali secara terus-menerus. Tampaknya, kemampuan lingkungan untuk mengimbangi kecepatan pembangunan tersebut mulai terasa melelahkan, sehingga mulai timbul berbagai
ekses
dan
konflik
yang semakin
mengkhawatirkan
dalam
pemanfaatan sumber daya alam dalam mendukung pembangunan pariwisata budaya yang berkelanjutan di Bali.
3
Pengembangan pariwisata, peningkatan ekonomi, kesempatan kerja, perubahan gaya hidup, semuanya muncul bersamaan. Semuanya erat hubungannya dengan perubahan lingkungan fisik yang akan terjadi. Semua itu akan berakibat eksploitasi berlebihan terhadap keberadaan sumber daya fisik lingkungan. Sebagai sebuah pulau kecil, Bali memang memiliki keterbatasan daya dukung, baik daya dukung fisik maupun daya dukung lingkungan secara keseluruhan, karena itu pengembangan pariwisata Bali harus dikaji secara seksama agar keberlanjutannya dapat dilaksanakan. Untuk itu, perlu dibahas kemampuan fisik lingkungan Bali dalam mendukung pembangunan pariwisata budaya Bali berkelanjutan melalui pendekatan sumber daya dan pendekatan berbagai indikator lingkungan dan melihat berbagai kemungkinan untuk mengupayakan pemanfaatan sumber daya lingkungan secara lestari agar mampu mendukung pembangunan secara berkelanjutan. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka mengurangi dampak yang ditimbulkan pariwisata massal. Salah satunya adalah mengembangkan pariwisata alternatif yang merupakan bentuk pengembangan pariwisata berkelanjutan yang berupaya untuk memberikan situasi saling pengertian, solidaritas dan keadilan diantara
wisatawan, pelaku
pariwisata
dan
lingkungannya. Selain
pengembangan
produk
wisata
kearah
berkelanjutan
dikembangkan pula sarana – sarana akomodasi yang peduli lingkungan, baik itu yang sudah ada maupun yang baru akan dibangun. Hal ini dibuktikan
4
dengan bermunculannya hotel – hotel dengan konsep ekologi dan hotel – hotel lama yang berkomitmen kearah sana, ditambah lagi dengan adanya sertifikasi ekologi yang diakui secara nasional maupun internasional, serta permintaan wisatawan yang mulai kritis menyikapi kerusakan lingkungan. Permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah ―apa yang menjadi ukuran dalam menerapkan konsep ekologi di hotel dan bagaimana penerapannya dalam kegiatan hotel?‖. Tujuannya adalah untuk mengetahui apa standar yang digunakan hotel dalam menerapkan konsep ekologi dan untuk mengetahui apakan hotel telah menerapkan konsep tersebut.
5
BAB I KONDISI LINGKUNGAN SECARA GLOBAL, PULAU BALI, PARIWISATA DAN PERKEMBANGAN PERHOTELAN DI BALI
1.1 Kondisi lingkungan saat ini 1.1.1. Perubahan Iklim Karena Pemanasan Global Dalam alam, mahluk hidup akan bersuksesi dalam ekosistimnya dan berupaya mencapai kondisi yang stabil hingga klimaks. Kondisi stabil dan klimaks terjadi bila hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan lingkungannya berjalan dengan mulus, yaitu berarti semua kebutuhan hidupnya terpenuhi. Manusia sebagai mahluk hidup juga merupakan ekosistim yang bersuksesi dan ingin hidup stabil dan mencapai klimaks. Populasi manusia meningkat dengan cepat disertai dengan kemanjuan teknologi yang meningkat pesat, maka terjadilah pemanfaatan sumber daya alam secara besar-besaran dengan teknologi yang paling ekonomis, sehingga menimbulkan dampak yang tidak semuanya bisa diterima oleh alam. Kepadatan dan pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan pangan dan lahan menjadi meningkat dan berakibat pada kerusakan alam dan hutan. Di Indonesia, menurut data dari Green Peace, setiap 1 jam kerusakan hutan mencapai seluas 300 lapangan bola, hal ini merupakan faktor utama meningkatnya laju emisi gas rumah kaca ke atmosfer.
6
Padahal hutan merupakan paru-paru bumi dengan menyerap CO2 dan diolah menjadi O2. Menyusutnya luas hutan membuat konsentrasi CO2 merupakan salah satu pemicu suhu bumi meningkat. Disamping itu, rusaknya hutan berarti semua siklus ekosistim yang tergantung pada hutan dan yang terkandung didalam tanah juga terganggu. Kepadatan penduduk dibumi juga meningkatkan industri dan transportasi yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari sumber daya alam tak terperbarui dalam jumlah besar, yaitu energi. Industri dan transportasi mengeluarkan emisi atau gas buang dari hasil proses pembakaran energi. Emisi dalam jumlah terbesar adalah CO2 mencapai 80% dari total gas emisi pembakaran bahan bakar. Dari parahnya kerusakan hutan dan melambungnya emisi dari gas buang dari industri dan transportasi membuat konsentrasi CO2 menggantung diudara dan menebalkan lapisan atmosfer, sehingga panas matahari terperangkap dan mengganggu pelepasan panas bumi keluar atmosfer. Kondisi ini juga berakibat pada turunnya hujan yang mengandung asam yang disebut sebagai hujan asam yang membahayakan kelangsungan mahluk hidup1.
Perbandingan suhu bumi antara tahun 1960-2004 dengan prediksi th 2070-2100 Sumber: Holcim Sustainable Construction
1
Dalam penelitian Wanda Widigdo C, dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, UK
[email protected] I Ketut Canadarma, dosen Jurusan Arsitektur,Fakultas Desain dan Teknik Perencanaan, Univ. Pelita Harapan.
7
Dari semua kondisi di bumi tersebut suhu permukaan bumi meningkat dan menimbulkan efek yang signifikan yaitu perubahan iklim yang drastis, dan pemanasan global.. Menurut Al-Gore, semenjak revolusi industri dalam kurun waktu 20 tahun, suhu bumi meningkat 2 derajat, pada tahun 2100 diperkirakam naik sampai 58 derajat. Pemanasan global yang terjadi diperkirakan dapat mencairkan es di kutub dan naiknya permukaan air laut. Menurut Green Peace, akibat pemanasan global akan mencairkan es di kutub, yang diperkirakan pada tahun 2030, sekitar 72 hektar daerah di Jakarta akan digenangi air. Tahun 2050, kemungkinan 2000 pulau di Indonesia akan tenggelam. Semua kondisi ini diawali oleh kerusakan ekosistim di alam yang sangat parah, mulai habisnya sumber daya alam yang tak terperbarui, dan rusaknya sumber daya alam lainnya. Kondisi ini merupakan suatu bencana ekologis yang akan mengancam kualitas hidup manusia karena merupakan penunjang kehidupan manusia. Dampak pemanasan Global Fakta – fakta yang ditemukan oleh para pakar yang merupakan dampak dari pemanasan global2 : 1. Pantai Barat California, AS mengalami kondisi panas yang luar biasa. Pada
28
Juli
2006 lalu,
Pemerintah
California
mengatakan,
«Gelombang panas yang berlangsung selama dua pekan terakhir telah merenggut nyawa lebih dari 120 orang, ini merupakan rekor tertinggi dalam sejarah ».
2
Global Warming, Abu Fatiah Al-Adnani, Granada Mediatama,2008.
8
2. Di Korsel, tepatnya sejak 14-19 Juli 2007, badai hujan yang berkesinambungan telah mengakibatkan 25 orang tewas dan 24 orang hilang. Sementara di Jepang dan India, hujan lebat dan petir telah menyebabkan banjir dan longsor, musibah ini telah menelan ratusan korban. 3. Pemanasan global ini juga mengakibatkan gunung – gunung es akan segera mencair. Begitu pula dengan daerah – daerah bersalju ringan, bagian – bagian yang tertutupi salju tipis lama kelamaan akan terkikis. 4. Pada bulan Februari 2007, Jakarta dilanda banjir yang terburuk dalam sejarah. Dan pada puncaknya sepertiga daerah ibukota terendam air. 5. Perubahan iklim yang mengakibatkan pemanasan bumi juga telah membuat lapisan es yang berada di Kilimanjaro (salah satu puncak tertinggi didunia) mencair. 6. Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian utara dati belahan bumi utara akan memanas lebih dari daerah – daerah lain dibumi. Akibatnya, gunung – gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. 7. Sebuag penelitian baru – baru ini menyebutkan bahwa luas lapisan es di Greenland yang mencair bisa mencapai dua kali luas AS. 8. Pemanasan Global juga berdampak pada ketidakstabilan iklim dan cuaca antara satu daerah dengan daerah lainnya. 9. Efek pemanasan yang menimpa penghuni habitat bumi diperkirakan juga akan lebih memburuk, mulai dari kepunahan species serangga
9
tertenu yang tidak dapat beradaptasi, kekeringan air atau sebaliknya banjir yang semakin parah diberbagai belahan dunia tertentu. 10. Para ilmuan memprediksi bahwa karena pemanasan global maka akan lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. 11. Pemanasan global juga menyebabkan meningkatnya permukaan air laut, hal ini bisa dilihat dari makin tingginya ombak – ombak dipantai – pantai Asia dan Afrika. 12. Di Indonesia, pengaruh pemansan global telah menyebabkan perubahan iklim, antara lain terlihat dari curah hujan dibawah normal, sehingga masa tanam terganggu dan meningkatnya curah hujan di sebagian wilayah. Kondisi tata ruang, daerah resapan air dan sistem irigasi yang buruk semakin memicu terjadinya banjir. 13. Pemanasan global juga turut mempengaruhi peningkatan magnitude dan frekuensi kehadiran El Nino, yang memicu semakin besarnya kebakaran hutan. Inilah beberapa fakta yang merupakan dampak dari pemanasan global yang terjadi di dunia termasuk Indonesia.
10
1.1.2. Evolusi Pembangunan Berkelanjutan Pariwisata adalah suatu kegiatan yang terus meningkat sekitar 25% selama dekade terakhir. Sekarang sudah mewakili sekitar 10% dari kegiatan ekonomi global. Seiring dengan meningkatnya kegiatan pariwisata muncul pula berbagai permasalahan lingkungan. Hal ini mendorong sejumlah pakar dan peneliti untuk menemukan cara mengatari masalah tersebut. Diawali dengan inisiatif yang diambil swedia pada tahun 1972 dengan menyelenggarakan sebuah konferensi PBB di Stokholm yang menyusun deklarasi PBB untuk penanggulangan pencemaran lingkungan hidup. Eco-pengembangan telah menjadi pembangunan berkelanjutan di tahun 1980. Istilah ini digunakan untuk pertama kalinya dalam laporan IUCN berjudul 'Strategi global untuk konservasi'. Namun, istilah ini tanpa disadari telah digunakan pula dalam laporan Dr Gro Harlem Brundtland, Perdana Menteri Norwegia dan Presiden Komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan yang didirikan oleh PBB pada tahun 1983. Setelah lima tahun bekerja, WCED telah menerbitkan sebuah dokumen berjudul "Our Common Future", lebih dikenal sebagai Laporan Brundtland. Dalam laporan ini berisi tentang konsep pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuangenerasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
11
Diharapkan semua pemerintah seluruh dunia dapat mengadopsi konsep tersebut demi kesejahteraan masyarakat3. Selanjutnya, Laporan Brundtland telah mengikuti lima tahun kemudian, Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (UNCED), yang berlangsung dari 03-14 Juni 1992 di Rio de Janeiro. Acara ini, juga disebut ―Earth Summit‖ terlihat oleh konsekrasi konsep pembangunan berkelanjutan dengan 172 negara. Ini memicu media untuk masyarakat umum. Setelah sepuluh hari diskusi antara kepala negara dan pemerintahan, beberapa teks utama telah diadopsi. Deklarasi Rio, pertama, yang berisi pembukaan Stockholm, bertujuan untuk memberikan ekstensi yang baru. Pernyataan ini berdasarkan Laporan Brundtland, telah secara substansial diubah definisinya menjadi pembangunan berkelanjutan. Memang, ketika Laporan Brundtland itu difokuskan pada pelestarian lingkungan dan penggunaan yang bijaksana dari sumber daya alam, Deklarasi Rio memperkenalkan triptych pembangunan berkelanjutan. Sebuah rencana aksi, yang disebut Agenda 21, juga diadopsi pada KTT Bumi. Ini daftar lebih dari seratus tindakan yang dapat membantu menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Meskipun tidak mengikat, kita akan melihat bahwa dokumen ini akan banyak digunakan oleh negara-negara Barat kemudian, baik secara nasional dan lokal.
3
Ketut Gede Dharma Putra dalam bukunya Pencemaran Lingkungan Ancam Pariwisata Bali,2010.
12
Kemudian dua konvens ditandatangani di Rio yaitu: Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim (untuk diselesaikan oleh Protokol Kyoto terkenal di 1997) dan Konvensi Kerangka Erosi Keanekaragaman Hayati4. Terakhir di tahun 2007 Konferensi PBB tentang perubahan iklim yang melibatkan seluruh Negara – Negara didunia telah mengeluarkan Bali Road Map, suatu acuan skala jangka panjang yang dijadikan panduan bangsa – bangsa didunia untuk menyelamatkan bumi dari bencana lingkungan hidup.
1.2.
Pulau Bali
1.2.1. Monografi Bali Simbol Bali: Jaya Balidwipa Hari jadi: 14 Agustus 1959 Ibu kota Provinsi yang pertama: Singaraja Ibu kota Provinsi yang sekarang: Denpasar Gubernur: Inspektur Jenderal (purna) I Made Mangku Pastika Luas: 5561 km2
Populasi: 4.500.000 jiwa
Kabupaten: 8
Kota: 1
Kepadatan: 800/km2
Bali adalah salah satu pulau di Indonesia, yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Bali terletak antara Jawa dan Lombok. Denpasar adalah ibukota provinsi ini yang terletak di selatan pulau. Mayoritas penduduknya beragama Hindu Bali. Bali dikenal sebagai tujuan wisata di dunia, terutama
4
Signé en 1997, le Protocole de Kyoto n‘est entré en vigueur qu‘en 2005. (http://europesustainable-development-actors-database.net/naissance-et-evolution-du-concept)
13
bagi wisatawan Jepang dan Australia. Ada berbagai seni-budayanya yang unik. Pulau ini juga dikenal sebagai Pulau Dewata.
GEOGRAFI Pulau Bali adalah bagian
dari
Kepulauan
Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Lintang Timur yang mebuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungaisungai. Ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar; sedangkan Kuta,
14
Sanur, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan5.
SEJARAH Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya orang-orang Hindu dari India pada 100 SM. Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India, yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, diantaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (1293–1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantara beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta,
5
« Monographie Bali » (http://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/monografi-bali
15
artis, dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali. Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melaksanakan penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat perlawanan sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Bermula dari wilayah utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah menjadi permanen, yang awalnya dilakukan dengan mengadu-domba berbagai penguasa Bali yang saling tidak mempercayai satu sama lain. Belanda melakukan serangan besar lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur, dan disusul dengan daerah Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak ingin mengalami malu karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang sampai mati atau puputan, yang melibatkan seluruh rakyat baik pria maupun wanita termasuk rajanya. Diperkirakan sebanyak 4.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda telah memerintahkan mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para gubernur Belanda yang memerintah hanya sedikit saja memberikan pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian lokal terhadap agama dan budaya umumnya tidak berubah. Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II, dan saat itu seorang perwira militer bernama I Gusti Ngurah Rai membentuk pasukan Bali ‗pejuang
16
kemerdekaan‘. Menyusul menyerahnya Jepang di Pasifik pada bulan Agustus 1945, Belanda segera kembali ke Indonesia (termasuk Bali) untuk menegakkan kembali pemerintahan kolonialnya layaknya keadaan sebelum perang. Hal ini ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang saat itu menggunakan senjata Jepang. Pada 20 November 1940, pecahlah pertempuran Puputan Margarana yang terjadi di desa Marga, Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Kolonel I Gusti Ngurah Rai, yang berusia 29 tahun, memimpin tentaranya dari wilayah timur Bali untuk melakukan serangan sampai mati pada pasukan Belanda yang bersenjata lengkap. Seluruh anggota batalion Bali tersebut tewas semuanya, dan menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang terakhir. Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13 wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, yaitu sebagai
salah
satu
negara
saingan
bagi
Republik
Indonesia
yang
diproklamasikan dan dikepalai oleh Sukarno dan Hatta. Bali kemudian juga dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Serikat ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 29 Desember 1949. Tahun 1950, secara resmi Bali meninggalkan perserikatannya dengan Belanda dan secara hukum menjadi sebuah propinsi dari Republik Indonesia.
17
Letusan Gunung Agung yang terjadi di tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak penduduk Bali bertransmigrasi ke berbagai wilayah lain di Indonesia6. Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah nasional di Jakarta, di Bali dan banyak daerah lainnya terjadilah penumpasan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari 100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian di masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum berhasil diungkapkan secara hukum7. Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali 2002 di kawasan pariwisata Kuta, menyebabkan sebanyak 202 orang tewas dan 209 orang lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun kemudian di Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadian-kejadian tersebut mendapat liputan internasional yang luas karena sebagian besar korbannya adalah wisatawan asing, dan menyebabkan industri pariwisata Bali menghadapi tantangan berat beberapa tahun terakhir ini.
6
Sejarah mengenai Bali dikutip dari Artikel « Bali : tempat wisata, sejarah, geografis dan penduduk bali ». http://astrobali.com/info-wisata-bali/bali-tempat-wisata-sejarah-geografisdan-penduduk-bali/#more-12 7 ‗Bali‘, in Robert Cribb, ed., The Indonesian killings of 1965-1966: studies from Java and Bali (Clayton, Vic.: Monash University Centre of Southeast Asian Studies, Monash Papers on Southeast Asia no 21, 1990), pp. 241-248
18
DEMOGRAFI Lahan sawah di Bali Penduduk sejumlah
4
juta
Bali jiwa,
kira-kira dengan
mayoritas 92,3% menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Islam, Protestan,
Katolik,
dan
Buddha.
Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan. Sistem irigasi yang terkenal di bali adalah sistem Subak, dan tipe persawahannya adalah teras sering. Sebagian masyarakat Bali juga memilih menjadi seniman. Bahasa yang digunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bali, dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata. Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali, dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai pilihan dalam berkomunikasi. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma; meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) bagi banyak masyarakat Bali, yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang besar dari industri pariwisata. Para karyawan yang bekerja pada pusat-pusat informasi
19
wisatawan di Bali, seringkali juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai8.
TRANSPORTASI Di Pulau Bali, tidak terdapat kereta api namun jaringan jalan sudah tersedia khususnya ke daerah-daerah tujuan wisata. Sebagian besar penduduk memiliki kendaraan pribadi dan memilih menggunakannya karena jalur kendaraan umum tidak tersedia dengan baik kecuali taksi mobil dan motor. Jenis kedaraan umum di Bali antara lain: 1.Dokar (Kendaraan dengan menggunakan hewan kuda sebagai alat penarik) 2.Ojek (Kendaraan Umum dengan menggunakan sepeda motor) 3.Bemo (Kendaraan Umum sejenis mikrolet) 4.Bemo dalam kota 5.Bemo luar kota (dengan jenis lebih besar) 6.Taksi 7.Bus antar kota atau kabupaten. 8.Bus luar pulau.
8
« Demografi Bali » http://flameword.blogspot.com/2007/08/demografi-bali.html
20
DARI DAN KE Antara Pulau Bali dan Jawa, tersedia jasa penyeberangan laut melalui pelabuhan Gilimanuk menuju Ketapang (Banyuwangi) menggunakan kapal ferry yang memakan waktu antara 30 hingga 45 menit. Begitu juga dengan penyeberangan antara Pulau Bali dan Lombok, penyeberangan laut ini melalui pelabuhan Padang Bay menuju Lembar memakan waktu sekitar 4 jam. Untuk transportasi udara dilayani oleh Bandara Internasional Ngurah Rai. Landas pacu dan pesawat terbang yang datang dan pergi bisa terlihat dengan jelas dari pantai. PEMERINTAHAN Daftar kabupaten dan kota di Bali Kabupaten/Kota Ibu kota Kabupaten Badung Ibu kota Badung Kabupaten Bangli Ibu kota Bangli Kabupaten Buleleng Ibu kota Singaraja Kabupaten Gianyar Ibu kota Gianyar Kabupaten Jembrana Ibu kota Negara Kabupaten Karangasem Ibu kota Karangasem Kabupaten Klungkung Ibu kota Klungkung Kabupaten Tabanan Ibu kota Tabanan Kota Denpasar Ibu kota Denpasar
21
DAFTAR GUBERNUR Periode
Nama Gubernur
1950 – 1958
Anak Agung Bagus Sutedja
1958 – 1959
I Gusti Bagus Oka
1959 – 1965
Anak Agung Bagus Sutedja
1965 – 1967
I Gusti Putu Martha
1967 – 1978
Soekarmen
1978 – 1988
Prof. Dr. Ida Bagus Mantra
1988 – 1993
Prof. Dr. Ida Bagus Oka
1998 – 2003
Drs. Dewa Made Beratha
2008 – 2013
I Made Mangku Pastika
BUDAYA MUSIK
Seperangkat gamelan Bali
Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan
22
berbagai alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam tehnik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang dimainkan pun memiliki keunikan, misalnya Gamelan Jegog, Gamelan Gong Gede, Gamelan Gambang, Gamelan Selunding, dan Gamelan Semar Pegulingan. Adapula musik Angklung dimainkan untuk upacara ngaben, serta musik Bebonangan dimainkan dalam berbagai upacara lainnya. Terdapat bentuk moderen dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan Gong Kebyar yang merupakan musik tarian yang dikembangkan pada masa penjajahan Belanda, serta Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an. Umumnya musik Bali merupakan kombinasi dari berbagai alat musik perkusi metal (metalofon), gong, dan perkusi kayu (xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan budaya, musik tradisional Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh atau saling mempengaruhi daerah budaya di sekitarnya, misalnya pada musik tradisional masyarakat Banyuwangi serta musik tradisional masyarakat Lombok. •Gamelan •Jegog •Genggong •Silat Bali
23
TARI Seni tari Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok; yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung, dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung9 Pakar seni tari Bali I Made Bandem10 pada
awal
tahun
1980-an
pernah
menggolongkan tari-tarian Bali tersebut; antara lain yang tergolong ke dalam wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali antara lain ialah Gambuh, Topeng Pajegan, dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan antara lain ialah Legong, Parwa, Arja, Prembon dan Joged, serta berbagai koreografi tari moderen lainnya. Salah satu tarian yang sangat populer bagi para wisatawan ialah Tari Kecak. Sekitar tahun 1930-an, Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari ini berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak mempopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
9
Pengkatagorian oleh Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (LISTIBIYA) Bali, tahun 1971. Artikel oleh Tisna, I Gusti Raka Panji, « Sekilas Tentang Dinamika Seni Pertunjukan Tradisional Bali dalam Konteks Pariwisata Budaya », dalam situs Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia,2006. 10 Bandem, I Made, Frederik Eugene deBoer. ―Balinese Dance in Transition Kaja and Kelod”. 2nd ed. Oxford University Press, USA. 1995.
24
Penari belia sedang menarikan Tari Belibis, koreografi kontemporer karya Ni Luh Suasthi Bandem. Pertunjukan Tari Kecak. Tarian wali : •Sang Hyang Dedari •Sang Hyang Jaran •Tari Rejang •Tari Baris •Tari Janger Tarian bebali : •Tari Topeng •Gambuh Tarian balih-balihan : •Tari Legong •Arja •Joged Bumbung •Drama Gong •Barong •Tari Pendet •Tari Kecak •Calon Arang
25
PAKAIAN DAERAH Pakaian daerah Bali sangat bervariasi, meskipun
secara
selintas
kelihatannya
sama.
Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik
dan
kegiatan/upacara,
ornamen, jenis
kelamin
berdasarkan dan
umur
penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat diketahui berdasarkan corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakainya. Pria Anak-anak Ubud mengenakan udeng, kemeja putih dan kain. Busana tradisional pria umumnya terdiri dari: •Udeng (ikat kepala) •Kain kampuh •Umpal (selendang pengikat) •Kain wastra (kemben) •Sabuk •Keris •Beragam ornamen perhiasan Sering pula dikenakan baju kemeja, jas, dan alas kaki sebagai pelengkap. Wanita Para penari cilik mengenakan gelung, songket dan kain prada. Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari:
26
•Gelung (sanggul) •Sesenteng (kemben songket) •Kain wastra •Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada •Selendang songket bahu ke bawah •Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam •Beragam ornamen perhiasan Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap. MAKANAN Makanan utama
Ayam betutu, Babi guling, Bandot, Be Kokak Mekuah, Be Pasih mesambel matah, Bebek betutu, Berengkes, Grangasem, Jejeruk, Jukut Urab, Komoh, Lawar, Nasi Bubuh, Nasi Tepeng, Penyon, Sate Kablet, Sate Lilit, Sate pentul, Sate penyu, Sate Tusuk, Timbungan, Tum, Urutan Tabanan.
27
Jajanan :
Bubuh Sagu, Bubuh Sumsum, Bubuh Tuak, Jaja Batun Duren, Jaja Begina, Jaja Bendu, Jaja Bikang, Jaja Engol, Jaja Godoh, Jaja Jongkok, Jaja Ketimus, Jaja Klepon, Jaja Lak-Lak, Jaja Sumping, Jaja Tain Buati, Jaja Uli misi Tape, Jaja Wajik, Kacang Rahayu, Rujak Bulung, Rujak Kuah Pindang, Rujak Manis, Rujak Tibah, Salak Bali Senjata Keris, Tombak, Tiuk, Taji, Kandik, Caluk, Arit, Udud, Gelewang, Trisula, Panah, Penampad, Garot, Tulud, Kis-Kis, Anggapan, Berang, Blakas, Pengiris. Rumah Adat Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala
Kosali
(bagian
Weda yang mengatur tata letak bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China)
ruangan
dan
28
Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan, dan parahyangan. Untuk itu, pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut ‗‘Tri Hita Karana‘‘. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya. Pada umumnya,bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol - simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung. Pahlawan •I Gusti Ngurah Rai •I Gusti Ketut Jelantik 1.2.2. Sejarah Pariwisata Bali Gejala pariwisata sebenaranya sudah mulai sejak pemerintahan Belanda masih berkuasa di bumi persada Indonesia pada tahun 1912 (Yoeti, 1982 : 24). Namun perkembangan kepariwisatan tersebut, masih relatif terbatas hanya pada beberapa pulau saja seperti Jawa. Perkembangan kepariwisataan pada periode tahun berikutnya terus berlangsung di mana ruang gerak Biro Pariwisata Belanda (Official Tourist Boreau), yang berdiri di Batavia sejak tahun 1914 mengembangkan sayapnya hingga ke pulau Bali. Biro perjalanan ini menggunakan berbagai pencitraan dalam mengartikulasikan keadaan Pulau
29
Nusa Tenggara, khususnya Bali. Berbagai julukan atau Brends dalam brosorbrosurnya seperti: ―Mutiara Kepulauan Nusa Tenggara‖ (Picturesque Dutch East Indies, dalam Picard, 2006). Setelah Bali mulai dikenal dengan objek dan daya tarik wisatanya, Bali tampak mengalami berkembang dan wisata pun mulai bertambah. Namun keadaan tersebut tidaklah berjalan secara baik karena dikemudian tahun selanjutnya mengalami guncangan yang secara bertubi-tubi menyebabkan terjadinya kemerosotan yang tajam terhadap fenomena pariwisata yang baru mulai berkembang. Pertumbuhan pariwisata Bali sempat mengalami ―kepakuman‖ dalam proses
perkembangannya.
Kedatangan
wisatawan
sempat
mengalami
penurunan pada pertengahan peralihan saat terjadinya revolusi di Indonesia di mana pada periode tersebut terjadi peralihan kekuasan dari kekuasan Belanda ke Pemerintahan Indonesia yang telah menyatakan kemerdekaannya. Selanjutnya bencana alam juga beberapa kali tampak melanda Bali. Peristiwa, bencana alam: letusan Gunung Agung pada tahun 1963. peristiwa ini juga sempat menyebabkan terjadinya krisis pangan dan sempat menyebabkan terjadinya migrasi sebagian penduduk Bali kebeberapa pulau di Indonesia. Peristiwa lain yang juga masih menjadi penghambat perkembangan saat itu adalah kostelasi politik nasional yang sedang memanas dan peristiwa terbunuhnya beberapa tokoh TNI saat itu. Keadaan ini sangat mempengruhi Bali. Konflik politik diwarnai dengan pembantaian lebih dari ratusan orang
30
yang diduga makar karena dituduh sebagai anggota gerakan komunis, PKI (Partai Komunis Indonesia). PKI disinyalir atau dituduhkan sebagai dalang dari pembantaian tujuh Jenderal di Lubang Buaya, hal ini menurut persi dari yang mengatasnamakan orde baru. Orang Bali yang dicap atau terstigma sebagai PKI kala itu mendapat perlakuan yang tidak manusiawi dan bahkan dibunuh dan ditumpas seluruh keluarga yang terstigma tersebut. Pembantaian anggota-anggota PKI di Bali juga sangat besar sampai ratusan ribu orang, yang sampai saat ini angka tersebut merupakan angka relatif karena masih banyak dari anggota keluarga orang Bali yang belum diketemukan. Status mereka antara orang hilang atau mati terbunuh dan tentunya menyisakan keperihan dan dendam sejarah di pulau dewata. Selama 32 tahun pemerintahan orde baru, mereka yang divonis PKI sangat di diskriminasikan, suara-suara mereka dibungkam dan akses mereka pun terhadap hak dan kewajiban berbangsa dan bernegara dibatasi. Setelah reformasi pelurusan sejarah mulai dilakukan suara yang terbungkam mulai muncul dan walaupun begitu toh mereka tidak dapat mencari keluarga yang hilang dan menuntut keadilan terhadap pelaku pembunuhan tersebut. Traumatisme, bagi mereka yang mengalami peristiwa tersebut tetap terhendap di kepala mereka. Mengapus ingatan massa tentu tidak banyak memberikan jalan untuk menghilangkan rasa trauma terhadap mereka yang mengalami peristiwa tersebut. Peristiwa kelabu di Bali menyebabkan Keadaan yang sedemikian itu, citra Bali menjadi terpuruk dan untuk beberapa waktu
31
Bali menjadi vakum terhadap kegiatan sektor jasa pariwisata. Keadaan ini juga berlanjut ketika terjadinya peralihan kekuasaan dari orde lama ke orde Baru. Kompleksnya peristiwa nasional tersebut, menyebabkan pembangunan secara Nasioanal mengalami hambatan khususnya dalam kepariwisataan Bali. Ini lah yang di maskud dengan perkembangan pariwisata yang tidak konstan namun berfluktuasi pada periode-periode tertentu. Dalam hal ini kedatangan wisatawan tidak banyak akan dibahas namun yang lebih ditekankan yakni bagaimana wisatawan memberi pengaruh terhadap pola interaksi dan prilaku terhadap masyarakat Bali maupun dampak-dampaknya. Pertumbuhan atau perkembangan wisatawan yang datang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor dan juga sangat tergantung dari berbagai kondisi dalam negeri atau pun luar negeri di masing-masing negara maupun (destination) tempat tujuan wisatawan yang akan dikunjungi seperti telah diuraikan di atas. Sejak diresmikannya bandara I Gusti Ngurah Rai pada tahun 1969 oleh Presiden Suharto pada saat itu tampak fenomena pariwisata Bali semakin pesat dan dapat dibilang kemajuan sektor pariwisata semakin memantapkan posisinya menjadi leding sektor dan selanjutnya—dikemudian hari menjadi penyumbang Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat (PAD). Pesatnya perkembangan pariwisata Bali di mulai sejak tahun 1970-an, Bali semakin dikenal dan diminati oleh wisatawan mancanegara maupun domestik. Pencitraan terhadap Bali semakin memantapkan posisinya sebagai
32
destination yang populer di dunia. Citra merupakan hal yang sangat penting dan memberi pengaruh terhadap perkembangan pariwisata. Selanjutnya, pengembangan pariwisata Bali mulai dilaksanakan secara terencana yaitu dengan disusunnya Master Plan SCETO pada tahun 1971 yang menetapkan 3 kawasan wisata yaitu Kuta, Sanur dan Nusa dua. SCETO merekomendasikan bahwa Bali memerlukan tourist resort yang terpisah dari masyarakat, tanahnya tidak produktif dan memiliki aksesibilitas. Untuk saat itu daerah yang paling cocok dikembangkan adalah Nusa Dua11. Pada tahun 1980-an adalah tahun keemasan bagi pariwisata Bali, jumlah sarana dan prasana seimbang dengan jumlah wisatawan yang datang, sehingga tingkat hunian hotel selalu tinggi. Hasil wisata juga bisa dinikmati oleh banyak pihak. Sedangkan tahun 90-an keatas perkembangan pariwisata sedemikian pesatnya, terlihat dari banyaknya investor yang menanamkan modalnya di Bali. Pembangunan yang kurang terarah dan terus menerus menimbulkan berbagai permasalahan terutama masalah lingkungan. Selain itu banyaknya kamar hotel yang tersedia melebihi jumlah wisatawan yang datang ke Bali, perang harga pun tak terhindarkan sehingga terjadi persaingan yang kurang sehat. 1.2.3. Permasalahan Pariwisata di Bali Bagi Bali, yang memang sudah terkenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata dunia, peranan industri pariwisata dalam pembangunan sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Dengan tidak tersedianya sumber daya migas,
11
Ketut Narya dalam ―Pariwisata Berkelanjutan Dalam Pusaran Krisis global”,2010.
33
hasil hutan, ataupun industri manufakturing yang berskala besar, maka pariwisata telah menjadi sektor andalan dalam pembangunan. Dewasa ini, pariwisata sudah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Bali. Pariwisata sudah menjadi bread and breath bagi separuh lebih penduduk Bali. Untuk beberapa dasawarsa terakhir, pariwisata telah menjadi generator penggerak dalam pembangunan ekonomi, dan menjadi lokomotif dalam perubahan sosial budaya. 12 Banyak orang beerpendapat bahwa kebudayaan Bali telah mengalami erosi,
yang
dapat
dilihat
dari
munculnya
efek
peniruan,
tanpa
mempertimbangkan kesesuaiaanya dengan kebudayaan sendiri; terjadinya komoditas terhadap kebudayaan; terjadinya penurunan kualitas kesenian; profanisasi kesenian sakral, profanisasi kegiatan ritual ataupun tempat suci; bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia Bali dewasa ini sudah semakin kecil kemauannya untuk mempertahankan identitas budayanya atau Ke-Baliannya.13 Namun penelitian lapangan dibeberapa daerah pariwisata menunjukkan bahwa organisasi sosial tradisional (khususnya banjar dan desa pakraman) bahkan bertambah kuat , bertambah dinamis. Pariwisata telah menjadi wahana dinamisasi masyarakat. Hal ini terkait erat dengan peningkatan ekonomi yang dibawa oleh kepariwisataan serta semakin bertumbuh kembangnya kesadaran akan identitas diri (pitana 1991, 1995). 12
Ulasan mengenai hal ini dapat dilihat pada tulisan Erawan (1993); Hassall dkk. (1992); Pitana (1992 dan 1999); Wood (1979); Mc Taggart (1980) dan Picard (1996) 13 Uraian mengenai berbagai dampak negatif pariwisata Bali secara lebih detail dapat dilihat pada berbagai publikasi, seperti; Pitana (1990 dan 1999); Wood (1979); dan Picard (1996).
34
Adapun permasalahan umum yang terjadi di Bali adala sebagai berikut : Pertambahan penduduk14 : - kualitas lingkungan menurun -
Pencemaran
-
Kriminalitas
Alih fungsi lahan besar – besaran Kemacetan lalu lintas Keindahan alam (DTW) menurun Komersialisasi/komodifikasi unsure – unsure budaya Belum terwujudnya pemerataan Perubahan prilaku masyarakat Produk asesoris pada DTW lebih dominan daripada produk inti DTW buatan cenderung keluar dari pakem Pariwisata Budaya Pelanggaran – pelanggaran peraturan perundang – undangan: -
Tata ruang
-
Kawasan suci
-
Sempadan pantai/jurang, dsb…
Over supply akomodasi Menjamurnya usaha-usaha pariwisata illegal Persaingan usaha yang tidak sehat
14
Disparda Provinsi Bali, 2009, Dalam “International Seminar on Tourism Harmonization Development » di Pasca Sarjana Udayana.
35
1.2.4. Pembangunan dan Perkembangan Hotel di Bali Sejak penguasaan oleh Belanda, Bali seolah dibuka lebar untuk kunjungan orang asing, Bali tidak saja kedatangan orang asing sebagai wisatawan namun tak sedikit para pemerhati dan penekun budaya yang datang mencatat keunikan seni budaya Bali. Dari para penekun budaya yang terdiri dari sastrawan, penulis dan pelukis, inilah keunikan Bali kian menyebar ke seluruh dunia. Penyampain informasi melalui berbagai media oleh orang asing ternyata mampu menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Bali, Kekaguman akan tanah Bali kemudian menggugah minat orang asing memberi gelar kepada Bali sebagai " The Island of Gods, The Island of Paradise, The Island of Thousand Temples, The Magic of The World, dan berbagai nama pujian lainnya yang bergema menyanjung Bali di dunia pariwisata. Pada tahun 1930, di jantung kota Denpasar dibangun sebuah hotel untuk menampung kedatangan wisatawan ketika itu, Bali hotel yang sekarang bernama Inna Bali Hotel, adalah sebuah bangunan bergaya arsitektur kolonial yang menjadi tonggak sejarah pariwisata Bali yang hingga kini bangunan tersebut masih berdiri kokoh sesuai aslinya. Tidak hanya menerima kunjungan wisatawan, Bali juga mengirimkan duta kesenian dari desa Peliatan untuk melakukan kunjungan budaya ke beberapa negara di kawasan Eropa dan Amerika. Secara tidak langsung kunjungan tersebut sekaligus memperkenalkan keberadaan Bali sebagai daerah tujuan wisata yang layak dikunjungi.
36
Kegiatan pariwisata yang mulai berkembang ketika itu sempat terhenti akibat terjadinya perang Dunia II antara tahun 1942 -1945 yang kemudian disusul dengan makin sengitnya perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, termasuk perjuangan yang terjadi di Bali hingga tahun 1945. Pertengahan dasawarsa 50-an pariwisata Bali mulai ditata kembali, dan tahun 1963 dibangunlah Hotel Bali Beach yang sekarang bernama Inna Grand Bali Beach di pantai Sanur dengan bangunan berlantai 10. Hotel merupakan
ini satu
-
satunya hunian wisata yang bertingkat di Bali saat
itu.
Sementara
sarana akomodasi wisata lainnya
yang
berkembang kemudian hanyalah bangunan berlantai satu. Pada pertengahan tahun 1970 pemerintah daerah Bali mengeluarkan Peraturan Daerah yang mengatur ketinggian bangunan maksimal 15 meter. Ketetapan ini ditentukan dengan mempertimbangkan faktor budaya dan tata ruang tradisional Bali sehingga tetap memiliki nilai - nilai budaya yang mampu menjadi tumpuan sektor pariwisata. Secara pasti sejak dioperasikannya Inna Grand Bali Beach pada November 1966, pembangunan sarana hunian wisata berkembang dengan pesat. Dari sisi kualitas, Sanur berkembang relatif lebih terencana karena
37
berdampingan dengan Inna Grand Bali Beach Hotel sedangkan kawasan pantai Kuta berkembang secara alamiah bergerak mengikuti model akomodasi setempat. Model homestay dan pansion berkembang lebih dominan dibandingkan dengan model standar hotel. Sama halnya dengan kawasan Ubud di daerah Gianyar berkembang secara alamiah, tumbuh di rumah - rumah penduduk yang tetap bertahan dengan nuansa pedesaannya. Pembangunan sarana akomodasi wisata yang berkelas internasional akhirnya dimulai dengan pengembangan kawasan Nusa Dua menjadi resort wisata internasional. Dikelola oleh Bali Tourism Development Corporation, suata badan bentukan pemerintah, kawasan Nusa Dua dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata bertaraf internasional. Beberapa operator hotel masuk ke kawasan Nusa Dua sebagai investor. Pada akhirnya kawasan ini mampu mendongkrak perkembangan pariwisata Bali. Masa - masa berikutnya, sarana hunian wisata lalu tumbuh dengan sangat pesat di pusat akomodasi dan hunian wisata terutama di daerah Badung, Denpasar dan Gianyar. Kawasan pantai Kuta, Jimbaran dan Ungasan menjadi kawasan hunian wisata di Kabupaten Badung. Sanur dan pusat kota untuk kawasan Denpasar. Ubud, Kedewatan, Payangan dan Tegalalang menjadi pengembang akomodasi wisata di daerah Gianyar. Untuk mengendalikan perkembangan yang amat pesat tersebut, pemerintah daerah Bali kemudian menetapkan 15 kawasan di Bali sebagai daerah akomodasi wisata berikut sarana penunjangnya seperti restoran dan pusat perbelanjaan. Hingga kini, Bali telah memiliki lebih dari 35.000 kamar
38
hotel terdiri dari kelas Pondok Wisata, Melati hotel hingga berbintang lima. Sarana hotel - hotel tersebut tampil dalam berbagai variasi bentuk mulai dari model rumah, standar hotel, villa, bungalow dan boutique hotel dengan harga yang bervariasi. Keanekaragam ini memberi nilai lebih bagi Bali karena menawarkan banyak pilihan kepada para wisatawan15.
15
« Pariwisata Bali sebagai sumber http://www.akomodasi.net/pariwisata_bali.php.
dan
pendapatan
masyarakat »,
39
BAB II STANDAR EVALUASI DAN PENERAPAN KONSEP EKOLOGI DALAM KEGIATAN HOTEL
2.1. Peraturan Pemerintah, Sertifikasi dan Labelisasi 2.1.1. Peraturan Nasional dan Daerah Kebijakan Pembangunan Pariwisata Bali Master Plan yang di rancang SCETO tahun 1971 tentang kawasan pariwisata Perda 3/1974 → Perda3/1991 tentang Pariwisata Budaya Perda 4/1996 → Perda 3/2005 → Perda 16/2009 Tentang RTRW Provinsi Bali Perda 10/1989 → Perda 5/2008 tentang Pramuwisata Perda 7/2007 tentang Penyediaan Sarana Usaha Wisata Tirta Undang – undang dan peraturan perundang – undangan yang dikeluarkan oleh pusat16. Hukum Lingkungan Lingkungan hidup secara normative diatur dalam UU No. 23 Tahun 1997n tentang Pengolahan Lingkungan Hidup (selanjutnya disingkat UUPLH). Menurut Pasal 1 angka 1 UUPLH, lingkungan hidup ialah : ―Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya‖. Unsur – unsur lingkungan hidup antara lain ;
16
Disparda Provinsi Bali, 2009, Dalam « International Seminar on Tourism Harmonization Development” di Pasca Sarjana Udayana.
40
a. Lingkungan non hayati yang dibentuk oleh sumber daya alam nonhayati b. Lingkungan hayati yang dibentuk oleh sumber daya alam hayati; c. Lingkungan buatan yang dibentuk oleh sumber daya buatan d. Lingkungan sosial yang dibentuk oleh perilaku manusia Prinsip – prinsip dasar pengelolaan lingkungan hidup : a. Prinsip Lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah hak setiap orang Prinsip ini dimuat dalam pasal 5 ayat 1 UUPLH, dan merupakan penjabaran dari prinsip ke-1 Deklarasi Stokholm 1972 yang menyatakn sebagai berikut : Manusia memiliki hak kebebasan yang mendasar, persamaan dan kondisi kehidupan yang mencukupi dirinya, di dalam suatu lingkungan yang menghargai adanya martabat manusia dan tanggung jawab untuk melindungi lingkungan demi kepentingan generasi mendatang. b. Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berwawasan lingkungan (eco developpement) adalah salah satu prinsip yang juga dijadikan dasar pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia (Pasal 3 UUPLH). Prinsip ini menekankan agar pembangunan dilakukan melalui pendekatan ekosistem, yakni kegiatan pembangunan yang memperhatikan lingkungan hidup. Sedangkan pengertian yuridisnya menurut Pasal 1 butir 13 UUPLH adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana
dalam
pembangunan
yang
berkesinambungan
untuk
41
meningkatkan mutu hidup. Prinsip ini sesuai dengan pasal 33 ayat 3 UUD 194517. Agenda Pembangunan Berkelanjutan Dua belas tujuan untuk program pariwisata yang berkelanjutan: 1. Ekonomi viabilitas Hal ini untuk memastikan kelangsungan hidup dan daya saing tujuan pariwisata
dan
perusahaan,
mereka
mampu
terus
berkembang
dan
menghasilkan keuntungan jangka panjang. 2. Lokal kemakmuran Hal ini untuk memaksimalkan kontribusi pariwisata terhadap kemakmuran ekonomi tujuan tuan rumah, termasuk proporsi pengeluaran pengunjung yang telah ditahan secara lokal. 3. Kualitas kerja Hal ini untuk meningkatkan jumlah dan kualitas pekerjaan lokal yang diciptakan dan didukung oleh pariwisata, termasuk tingkat upah, kondisi pelayanan dan ketersediaan untuk semua tanpa diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, cacat ras, atau cara lain. 4. Sosial ekuitas Ini adalah mendapatkan distribusi yang luas dan untuk manfaat ekonomi dan sosial pariwisata seluruh penerimaan masyarakat, termasuk peningkatan pendapatan dan kesempatan layanan yang tersedia untuk masyarakat miskin. 5. Pengunjung pemenuhan 17
« Hukum lingkungan », oleh Ida Bagus Wyasa Putra dkk, Hukum Bisnis Pariwisata, Denpasar, PT. Refika Aditama, 2001.
42
Untuk memberikan yang aman, memuaskan dan bermanfaat bagi pengunjung, tersedia untuk semua tanpa diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, cacat ras, atau sebaliknya. 6. Lokal kontrol Hal ini untuk melibatkan dan memberdayakan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pada pengembangan manajemen dan masa depan pariwisata di daerah mereka, asalkan dikonsultasikan dengan pemangku kepentingan lainnya. 7. Komunitas Welbeing Hal ini untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup di masyarakat lokal, termasuk struktur sosial, akses ke sumber daya, peralatan dan sistem yang mendukung kehidupan, menghindari segala bentuk degradasi sosial atau eksploitasi . 8. Budaya kekayaan Hal ini untuk menghormati dan meningkatkan warisan sejarah, budaya otentik, tradisi dan kekhasan masyarakat setempat. 9. Seluruh fisik Hal ini untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas lanskap, baik perkotaan dan pedesaan, dan menghindari degradasi fisik dan visual dari lingkungan. 10. Keanekaragaman Hayati Hal ini untuk mendukung konservasi daerah alami, orang, satwa liar, dan meminimalkan kerusakan dari mereka.
43
11. Efisiensi sumber daya Hal ini untuk meminimalkan penggunaan sumber daya yang langka dan nonterbarukan dalam pengembangan dan pengoperasian fasilitas pariwisata dan jasa. 12. Lingkungan kemurnian Hal ini untuk meminimalkan polusi udara, air dan tanah dan juga produksi limbah dengan perusahaan pariwisata dan pengunjung. 2.1.2. Macam – macam Ekolabel dan Ekosertifikasi yang ada saat ini baik Nasional maupun Internasional. Green Globe 21 (Internasional) Green Globe 21 adalah jenis sertifikasi yang diakui secara internasional. Asosiasi, dalam dua kata, menunjukkan ambiguitas antara kedua negara. Green Globe 21 tidak dikeluarkan oleh badan sertifikasi,
tetapi
oleh
kekuatan
komitmen
berdasarkan prinsip-prinsip Agenda 21. Didirikan pada 1999 oleh sebuah LSM Australia, yang disebut EC3 Global, sertifikasi untuk setiap bisnis untuk industri perjalanan dan pariwisata yang bertujuan untuk mengembangkan pariwisata berkualitas, dan juga menghormati lingkungan alam dan budaya lokal.
44
ISO 14001 (Internasional) ISO 14001 adalah referensi yang diakui secara internasional hanya sebagai suatu sistem manajemen lingkungan.
Langkah-langkah dari proses sertifikasi: - Audit - Menulis laporan audit - Keputusan sertifikasi oleh sebuah komite ahli -Isu sertifikat berlaku selama tiga tahun (jika keputusan yang menguntungkan). - Melakukan audit surveilans tahunan. Le label clé vert (Prancis) Le label clé verte ada di Perancis sejak tahun 1998. Sebelumnya, diterapkan hanya untuk perkemahan, namun sekarang juga berlaku untuk hotel, cottage dan kamar hotel. Label mengharuskan kepatuhan dengan grid 129 komitmen lingkungan. Setiap jenis akomodasi rubrik disesuaikan dengan karakteristik spesifik. Kriteria tidak tetap secara permanen. Mereka dibuat di beberapa daerah: - Pengelolaan lingkungan Umum: penegakan hukum dan pembentukan proyek lingkungan. - Manajemen limbah: mengurangi kuantitas pada sumberny (penggunaan kemasan massal).
45
- Pengelolaan air: membatasi penggunaan air, diikuti dengan penyesuaian dari sentral secara otomatis (kran, shower, WC). - Manajemen energi: pemantauan penyesuaian konsumsi, isolasi bangunan dipanaskan, penggunaan energi terbarukan dan energi yang kecil untuk bola lampu. - Dalam ruangan dan luar ruangan: organisasi bebas asap rokok, penggunaan bahan- bahan yang ramah lingkungan, kompos. - Pendidikan lingkungan: aplikasi untuk karyawan, kesadaran pelanggan terhadap alam dan menghormati lingkungan18. Hôtels au naturel (Prancis) Hôtels au naturel diciptakan oleh Federasi Taman Alam Daerah dalam tahun yang sama dengan Le label clé verte, pada tahun 1998. Sistem pelabelan mengikuti pendekatan ramah lingkungan hotel dan nilai tanah.
Eco label-Eropa (Eropa) Di tingkat Eropa, eko-label, didirikan pada tahun 1992, diakui di 27 negara anggota serikat. Hal ini dikelola oleh Komite Uni Eropa Eco-label (EUEB). « Uni Eropa eko-label diberikan kepada produk yang memenuhi kriteria yang ketat untuk
18
www.laclefverte.org
46
kinerja dan kualitas lingkungan. Setiap produk eko-label Uni-Eropa harus lulus kepatuhan lingkungan yang ketat dan hasilnya disertifikasi oleh sebuah badan independen »19. ASEAN Green Award Pada tanggal 22 Januari 2008, di Bangkok, ASEAN
telah
menyebabkan
menunjukkan masalah
niat
lingkungan
dan
telah dengan
meningkatkan tingkat industri hotel dalam bentuk upacara penghargaan di Hotel Hijau ASEAN. Pengakuan ini telah disampaikan kepada 81 sifat ASEAN dengan upaya luar biasa dalam pelestarian lingkungan. Penghargaan ini harus diakui secara internasional20. WILAYAH INDONESIA, Green Award 2010 Majalah SWA dan Kantor Berita Radio 68H untuk pertama kalinya tahun ini menyelenggarakan Indonesia Green Region Awards (IGRA) 2010. Tujuan pemberian pengharhaan ini adalah mendorong kepedulian Pemerintah Daerah terhadap keberlangsungan lingkungan hidup secara terencana dan masif. Tahun ini, penghargaan diberikan kepada Pemerintah Daerah di tingkat provinsi. IGRA 2010 dilakukan melalui proses beberapa tahapan dan melibatkan berbagai pihak. Di tahap awal, panitia
mengumpulkan data Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2008 semua provinsi dan kemudian
19
20
www.eco-label.com/french
http://www.tempointeraktif.com/hg/info_memo_bisnis/2010/03/07/brk,20100307230631,id.html
47
mulai melakukan shortlist terhadap besaran alokasi anggaran untuk lingkungan hidup. Tri Hita Karana Melalui THK Award Tri Hita Karana berasal dari kata ―Tri‖ yang berarti tiga, ―Hita‖ yang berarti kebahagiaan dan ―Karana‖ yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karana berarti ―Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan‖. Tiga penyebab kebahagiaan termaksud adalah adanya : 1.Hubungan baik manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. 2.Hubungan baik manusia dengan manusia lainnya. 3.Hubungan baik manusia dengan lingkungannya. Berikut ini disampaikan penjelasannya lebih jauh : 1. Hubungan baik manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia adalah ciptaan Tuhan, sedangkan Atman yang ada dalam diri manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran Tuhan yang menyebabkan manusia dapat hidup. Dilihat dari segi ini sesungguhnya manusia itu berhutang nyawa terhadap Tuhan. Oleh karena itu umat Hindu wajib berterima kasih, berbhakti dan selalu sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa. Rasa terima kasih dan sujud bhakti itu dapat dinyatakan dalam bentuk puja dan puji terhadap kebesaran Nya, yaitu : •Dengan bersembahyang dan melaksanakan yadnya.
48
•Dengan melaksanakan Tirtha Yatra atau Dharma Yatra, yaitu kunjungan ketempat-tempat suci. •Dengan melaksanakan Yoga Samadhi. •Dengan mempelajari, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama. 2. Hubungan baik manusia dengan manusia lainnya. Sebagai mahluk sosial, umat Hindu tidak dapat hidup menyendiri. Mereka memerlukan bantuan dan kerja sama dengan orang lain. Karena itu hubungan antara sesamanya harus selalu baik dan harmonis. Hubungan antar manusia harus diatur dengan dasar saling asah, saling asih dan saling asuh, saling menghargai, saling mengasihi dan saling membingbing. Hubungan antar keluarga dirumah tangga harus harmonis. Hubungan dengan masyarakat lainya juga harus harmonis. Hubungan baik ini akan menciptakan keamanan dan kedamaian lahir batin di masyarakat. Masyarakat yang aman dan damai akan menciptakan Negara yang tenteram dan sejahtera. 3. Hubungan baik manusia dengan lingkungannya. Manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Manusia memperoleh bahan keperluan hidup dari lingkungannya. Manusia dengan demikian sangat tergantung kepada lingkungannya. Oleh karena itu umat Hindu harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya. Lingkungan harus selalu dijaga dan dipelihara serta tidak dirusak. Lingkungan harus selalu bersih dan rapi. Lingkungan tidak boleh dikotori atau dirusak. Hutan tidak boleh ditebang semuanya, binatang-binatang tidak boleh diburu seenaknya, karena dapat menganggu keseimbangan alam. Lingkungan justu harus dijaga kerapiannya,
49
keserasiannya dan kelestariannya. Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih
akan
menciptakan
keindahan.
Keindahan
lingkungan
dapat
menimbulkan rasa tenang dan tenteram dalam diri manusia. Secara garis besar acuan penilaian dibagi atas 2 (dua) parameter, yaitu objektif dan subjektif. Sudut pandang objektif dipergunakan karena berhadapan dengan fakta yang tak bisa dihindari. Sebaliknya sudut pandang subjektif dipakai karena sesuai dengan nilai–nilai etika yang ada. Pihak penyelenggara mempergunakan Buku Tri Hita Karana Tourism Awards and Accreditations (THK Awards) sebagai acuan bagi tim penilai dan sasaran program (objek ternilai). Terdapat beberapa unsur yang dijadikan penilaian yakni: (1) Parhyangan (lingkungan spiritual) (2) Pawongan (lingkungan sosial (3) Palemahan (lingkungan alam) Ke-3 unsur yang merupakan kinerja utama penilaian itu diidentifikasi lagi ke dalam indikator kinerja utama dan kriteria penilaian dengan metode sebagai berikut: 1) Kuesioner, dengan menggunakan option tertutup bervariasi: ya/tidak; 2) Interview dengan menggunakan interview guide; 3) Observasi, pengamatan visual langsung ke objek-objek fisik dan atau peristiwa-peristiwa aktual; 4) Dokumen, dilakukan untuk memperoleh bukti-bukti dokumenter mengenai objek fisik atau peristiwa masa lalu.
50
Mekanisme penilaian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (1) initial screening (penjaringan awal), (2) penyebaran kuesioner, (3) site inspection (pemeriksaan ke lapangan). Pada tahap pertama (initial screening), pihak yang akan dinilai dikirimi kuesioner singkat untuk keperluan penyaringan awal. Sebelum tahap ini dijalankan, dilakukan sosialisasi program THK Awards melalui media massa, baik cetak maupun elektronik. Di samping itu, Tim THK Awards juga aktif menggelar
dengar
pendapat
(hearing)
dengan
DPRD
propinsi
dan
kabupaten/kota, di samping melakukan sosialisasi langsung ke berbagai organisasi kepariwisataan, ke desa-desa pakraman seputar hotel dan ke forumforum pengembangan kawasan wisata strategis. Penilaian pada tahap pertama ini dilakukan secara professional judgement (pertimbangan dan keputusan profesional) dengan melibatkan tim ahli dari Bali Travel News dan Pusat Kajian (PUSAKA) Bali, unsur-unsur dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, Dinas Kebudayaan (Disbud), dan Dinas Pariwisata Daerah (Diparda) dengan acuan konsep Tri Hita Karana. Pelaksanaan initial screening dilakukan paling lambat bulan Mei tiap tahun. Pada tahap kedua (penyebaran kuesioner), pihak yang dinilai yang telah mengikuti dan lulus initial screening, kembali dikirimi kuesioner. Kuesioner ini merupakan hasil penjabaran dari kriteria THK Awards yang mencakup tiga bidang (parhyangan, pawongan, palemahan). Di samping itu, dilengkapi pula dengan panduan penerapan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 yang telah disesuaikan dengan sasaran THK Awards. Pada tahap ini selain
51
melibatkan Tim THK Awards yang meliputi unsur Bali Travel News, PUSAKA Bali, BLH, Diparda, dan Disbud, juga melibatkan unsur-unsur perguruan tinggi (negeri/swasta) dan masyarakat di sekitar hotel/objek ternilai. Penilaian Tahap (2) dilaksanakan selambat-lambatnya bulan Juli – Agustus. Penilaian pada tahap ke-3 (inspeksi lapangan) bersifat mencocokkan jawaban responden, terutama jawaban pihak manajemen hotel/pihak ternilai dengan kenyataan di lapangan. Untuk itu, perlu dilakukan inspeksi langsung atau check reliability (cek kehandalan) oleh dewan juri/Tim THK Awards. Selain ke pihak manajemen, sasaran inspeksi lapangan ini ditujukan juga ke pihak karyawan dan wisatawan yang menginap di hotel/objek ternilai. Bersamaan dengan itu, dijaring juga pendapat dari komponen pariwisata dan pers. Inspeksi lapangan dilakukan secara terbuka (dengan memberitahukan kepada pihak hotel/objek ternilai) dan tertutup (secara diam-diam/silent). Ini dilaksanakan selambat-lambatnya bulan September. Penilaian mengggunakan 7 (tujuh) instrumen dengan melibatkan tujuh komponen. Ke-7 komponen ini pada hakikatnya sekaligus ikut menentukan para pemenang/pemberian awards. Komponen-komponen itu meliputi: 1) Komponen manajemen perusahaan selaku responden utama; 2) Masyarakat di sekitar objek ternilai yang mencakup unsur perangkat desa/kelurahan (kepala desa/lurah, sekretaris desa/kepala urusan, kepada dusun), tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, yang terwadahi dalam focus group di masing-masing kawasan wisata strategis; 3) Komponen pariwisata, khususnya pemandu wisata/guide;
52
4) Komponen pers, khususnya wartawan pariwisata; 5) Wisatawan yang menikmati layanan usaha 6) Karyawan 7) Tim penilai THK Awards21. 2.2. Pedoman yang digunakan dalam membangun konsep ekologi mengacu pada AMDAL dan Sistem Manajemen Lingkungan 2.2.1. Latar Belakang dan Tujuan AMDAL AMDAL merupakan terjemahan dari Environement Impact Assesment yang diatur pada section 102 (2) (C) UU Nasional Kebijaksanaan Lingkungan Hidup Amerika Serikat ( The National Environnement Impact Policy Act of 1969 atau NEPA 1969). Di Amerika Srikat (Negara pertama kali yang memperkenalkan AMDAL). AMDAL ini ditetapkan sebagai salah satu instrument penting dalam pengendalian dampak penting terhadap lingkungan hidup, diwajibkan disertai AMDAL. Istilah AMDAL diperkenalkan sejak UU No. 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, khususnya Pasal 1 angka 10 yang menyatakan bahwa AMDAL adalah : “Hasil Studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan”.
21
Penjelasan Tri Hita Karana Award diambil dari Jurnal Dr. K.G. Dharma Putra,M.Sc, yang berjudul Tri Hita Karana Awards: « Menuju Pembangunan Pariwisata yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan ».
53
Penegertian AMDAL tersebut disempurnakan lagi melalui Pasal 1 angka 21 dan Pasal 1 angka 21dan Pasal 15 UU No. 23 Tahun 1997 sebagai pengganti UU No. 4 Tahun 1982. Pada pasal 1 angka 21 dikemukakan bahwa AMDAL adalah : “Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/atau kegiatan”. Kriteria yang dijadikan dasar penilaian dampak penting suatu rencana kegiatan usaha terhadap lingkungan hidup, menurut penjelasan Pasal 15 ayat (1) uu No. 23 Tahun 1997 dan pasal 5 Ayat (1) PP. No. 27 Tahun 1999 adalah : a. Besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak penting suatu rencana usaha dan/ atau kegiatan bersangkutan. b. Luas wilayah penyebaran dampak c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak; e. Sifat komulatif dampak f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak22 Sistem Manajemen Lingkungan • 1972 - konferensi PBB: orang dan lingkungan di Stockholm, penciptaan UNEP (Program Lingkungan PBB). • 1973 - Komisi Brundtland: Lingkungan Hidup dan Pembangunan WCED (Komisi Dunia tentang Pembangunan Lingkungan), masa depan kita bersama.
22
« AMDAL » oleh Ida Bagus Wyasa Putra dkk, Hukum Bisnis Pariwisata, Denpasar, PT. Refika Aditama, 2001.
54
• 1990 - (Dewan Bisnis untuk Pembangunan Berkelanjutan, arah baru) BCSD • 1991 - ICC (International Chamber of Commerce) adalah piagam perusahaan
untuk
pembangunan
berkelanjutan
dari
ISO
(Organisasi
Internasional untuk Standardisasi), SAGE (Strategic Advisory Group tentang Lingkungan). • 1992 - Earth Summit / UNCED (Konferensi PBB tentang Pembangunan Lingkungan Hidup), Deklarasi Rio dan Agenda 21 • 1993 - Komunitas Eropa mengeluarkan standar SML GOLD • 1996 - Persetujuan ISO 14001 dan ISO 14004. Selama tiga dekade terakhir, telah terjadi perubahan pandangan dunia dan bagaimana sasaran permasalahan lingkungan. Pada tahun enam puluhan, masalah lingkungan dipandang sebagai masalah lokal, pencemaran udara perkotaan, masalah limbah industri, dll. Pada tahun tujuh puluhan, isu lingkungan dianggap lebih sebagai masalah global, hujan asam, rusaknya lapisan ozon, pemanasan global dan perubahan iklim. Pada tahun delapan puluhan, ia meletakkan masalah lingkungan global yang dapat mengancam keberlanjutan pembangunan ekonomi. Hal ini menyebabkan lahirnya konsep pembangunan berkelanjutan, yang kemudian diterima oleh hampir semua orang. Menjelang akhir abad kedua puluh, ada juga perubahan nyata dalam tatanan ekonomi global adalah suatu proses globalisasi dalam semua aspek kehidupan ekonomi yang merupakan dunia baru dengan batas-batas antara negara-negara di mana mereka semakin kabur dengan aturan yang berbeda
55
dalam urutan sebelumnya. Untuk berhasil dalam persaingan global, ia harus memahami aturan-aturan yang berlaku kepada mereka. Salah satu pasal yang dapat diamati adalah bahwa dalam proses produksi suatu produk dan jasa, tidak membahayakan lingkungan (Hadiwiardjo, 1977) Tujuan keseluruhan adalah untuk menerapkan sistem manajemen lingkungan (EMS) ISO 14001, standar internasional yang mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosio-ekonomi. Pengelolaan lingkungan mencakup berbagai isu termasuk masalah yang berkaitan dengan strategi dan kompetisi. Demonstrasi keberhasilan implementasi ISO 14001 sehingga memungkinkan perusahaan untuk memastikan partai oleh SML. Tujuan utama dari sertifikasi ISO 14001 adalah menjaga kelangsungan hidup tanaman dan hewan dalam kondisi sebaik mungkin. Pengelolaan lingkungan sertifikasi ISO mungkin hanya sebuah langkah kecil, namun, proses ini akan berkembang dan tumbuh dengan pengalaman, menciptakan, merekam dan pemeliharaan sistem yang diperlukan untuk sertifikasi, yang seharusnya membantu lingkungan (Pramudya, 2001). Dampak positif terbesar terhadap lingkungan akan pengurangan limbah berbahaya. Sertifikasi ISO mensyaratkan program yang akan mengurangi penggunaan bahan kimia dan limbah berbahaya. 2.3. Pemilihan material utama yang digunakan yang berkenaan langsung dengan operasional hotel dan dampaknya bagi lingkungan
56
2.3.1. Lahan dan hutan Kerusakan lingkungan hidup di Pulau Dewata semakin meluas selama 10 tahun terakhir seperti abrasi mencapai 20 persen dari total panjang pantai, lahan kritis mencapai lebih dari 55.000 hektar, hingga naiknya suhu udara mencapai 33 derajat celsius. Penyebab kerusakan ini diperkirakan antara lain dampak dari pembangunan pariwisata sejak 1970-an yang kian tak terkontrol sampai sekarang di seluruh wilayah Bali. Karenanya, Pemerintah Provinsi Bali didesak segera menyusun aksi mencegah kerusakan tidak semakin parah. Selain itu, aksi ini juga diharapkan mampu menghadapi percepatan perubahan iklim secara menyeluruh. Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Gede Putu Wardana mengatakan, di Denpasar, Kamis (18/12), membenarkan adanya kerusakan tersebut dan tengah menyusun bersama beberapa agenda penanganan keterancaman lingkungan di Bali. Rencana jangka panjang akan segera disusun dan dilaksanakan mulai 2009 hingga 2050 Menurut Wardana : “Untuk jangka pendeknya kami laksanakan mulai 2009 hingga 2014 antara lain reboisasi hutan, penanganan abrasi pantai, penghijuan kota untuk daerah resapan air. Ini juga melibatkan b eberapa bidang, yakni bidang kehutanan dan pertanian, bidang infrastruktur, bidang perindustrian, serta bidang perhubungan”. Berdasarkan data Balai Wilayah Sungai Bali-Penida Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum, suhu udara di Bali pada bulan November 2008 mencapai 32-33 derajat celcius. Sebelumnya suhu udara tercatat rata-rata berkisar 28-30 derajat celcius. Sementara tinggi permukaan air
57
laut juga mengalami kenaikan permukaan air laut hingga 50 sentimeter dan hampir di semua pantai di Bali. Sejumlah contoh kerusakan lainnya adalah tererosinya panjang pantai pada 1987 tercatat 51.950 kilometer. Hingga akhira 2008 ini balai mencatat penambahan erosi mencapai 91.070 kilometer atau 20 persen dari total panjang pantai di Bali 436.500 kilometer. Begitu juga intrusi air laut di sejumlah kawasan wisata sudah mencapai lebih dari lebih dari enam meter dari pantai ke darat. Made Iwan Dewantama, aktivis Conservation International Indonesia menilai penyusunan rencana terjadwal guna mencegah kerusakan yang semakin parah ini relatif terlambat. "Karena dalam konstelasi nasional dan internasional paska UNFCCC di Bali, sudah ada banyak pertemuan yang menindaklanjuti. Di Bali justru baru sekarang dibahas lagi. Ini menunjukkan, selama setahun ini Bali tidak melakukan apa-apa,". 23 2.3.2. Air Bumi masih memiliki banyak kandungan air, tetapi sangat sedikit air yang bisa dikonsumsi. Menurut laporan Komisi Air Dunia dalam 20 tahun terakhir, ketersediaan air tidak akan mencukupi lagi untuk konsumsi global, baik untuk minum atau untuk mengairi tanaman. Hal ini karena hanya 2,5% dari air tanpa garam di dunia dan dua pertiga dikuburkan di gletser dan gunung es24.
23
http://nasional.kompas.com/read/2008/12/18/14542387/Kerusakan.Lingkungan.di.Bali. Meluas. 24 http://www.sinarharapan.co.id/index.html
58
Di seluruh dunia, total air yang ada baik, air asin dan air tawar adalah 1385984610 km3, terdiri dari25: • Air dari laut: 1338000000 atau 96,54% km3 • Lainnya (air tawar + garam): 47.984.610 km3 atau 3:46% • Air asin dari laut: 12.995.400 km3, atau 0,93% • Air Tawar: 35.029.210 km3 atau 2: Air potensial di Indonesia Potensi air tanah sebagai salah satu sumber pasokan air bersih di Indonesia mencapai sekitar 100 miliar m3 dan tersebar di seluruh daratan Indonesia. Potensi yang cukup melimpah tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Menurut Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (LIPI), Indonesia memiliki 6% potensi air dunia atau 21% potensi air di Asia Pasifik. Namun dari waktu ke waktu Indonesia mengalami krisis air bersih, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Persoalan air adalah masalah global. Komponen ini begitu dibutuhkan, tetapi tidak banyak yang sadar untuk menjaga kualitasnya. Pencemaran air makin hari makin menjadi-menjadi, sementara pasokan air bersih terus menipis. Indonesia adalah salah satu negara yang tidak tidak luput dari ancaman tersebut. Namun karena ketersediaan sumber daya alam itu masih cukup tinggi dan didukung dengan keberadaan siklus musim dan sumber air yang melimpah
25
UNESCO, 1978 dalam Chow dkk, 1988 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2005
59
(air tanah dan permukaan) menyebabkan fenomena krisis air di negeri ini tidak disadari. Padahal faktanya krisis air hampir terjadi di semua daerah. Hal ini dapat dibuktikan pada saat berlangsung musim kemarau. Penyebabnya adalah selain pertambahan populasi, perubahan iklim juga karena konversi hutan di hulu, perubahan areal vegetasi menjadi kepentingan bisnis skala besar dan infrastruktur, serta gagalnya negara menjalankan program rehabilitasi kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah faktor pendorong krisis air. Bali adalah salah satu pulau yang tidak luput dari ancaman krisis air bersih. Defisit air di Bali malah telah terlihat sejak tahun 1995. Berdasarkan laporannya, Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI mengingatkan bahwa defisit air di Bali telah terlihat sejak 1995 sebanyak 1,5 miliar meter kubik/ tahun. Defisit tersebut terus meningkat sampai 7,5 miliar meter kubik/ tahun pada 2000. Kemudian, diperkirakan pada 2015 Bali akan kekurangan air sebanyak 27,6 miliar meter kubik/ tahun26. Sebagai provinsi yang sangat tergantung pada industri pariwisata, Bali membuat segala kebijakan pemerintah lokal yang selalu didesain berada aras kepentingan industri pariwisata. Maka pertumbuhan di sektor ini seiring sejalan dengan kerusakan lingkungan baik di hulu maupun di hilir. Kasus reklamasi pantai,
pembangunan
lapangan
golf,
akomodasi
pariwisata
dengan
mengkoversi lahan pertanian produktif dan juga di sekitar danau dan hutan di hulu, dan bahkan kebijakan pengelolaan air dengan prioritas mensuplai sektor
26
http://mandaazzahra.wordpress.com/2008/06/10/krisis-air-bersih-di-indonesia
60
industri pariwisata adalah fakta dari kebijakan yang berada di dalam aras tersebut. Kebijakan yang terakhir ini berdampak langsung terhadap ancaman krisis air bersih di Bali. Pengelolaan air berupa suplai air besar-besaran bagi kepentingan industri pariwisata mewarnai praktek pengelolaan air di Bali. Ambil contoh, saat ini pasokan air ke kawasan kuta selatan khususnya Bali Tourism Deveopment Centre (BTDC) Nusa Dua sebesar 1300-3000 m3/hari. Pasokan ini berbanding terbalik dengan konsumsi air bersih rumah tangga yang hanya menghabiskan rata-rata 1 m3 /hari. Berarti konsumsi air besih dari BTDC setara dengan konsumsi 1.300 KK. Ironisnya pasokan air besih yang sedemikian besar, masih dalam kategori kurang. Maka Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Badung berencana menambah suplai air bersih ke kawasan tersebut (BP, 17 Oktober 2009). Keadaan ini berbanding terbalik dengan suplai air bersih bagi penduduk di kawasan Badung Utara yang sampai saat ini masih kesulitan air bersih atau sangat kontradiktif dengan masyarakat di Kawasan Bali timur yang harus bersusah payah untuk mendapatkan air bersih. Konsumsi air yang berlebih terutama untuk pemenuhan sektor industri pariwisata tentu berdampak terhadap ketersediaan air bersih di Bali. Keadaan tersebut diperparah dengan kebijakan pembangunan akomodasi pariwisata di daerah hulu; sebut saja pembangunan villa di pegunungan Bedugul, villa di Hutan Dasong Buyan-Tamblingan atau pembangunan proyek Geothermal
61
dengan merabas hutan di Bedugul, menjadi faktor yang signifikan dalam mendorong terjadinya krisis air di Bali. 2.3.3. Energi Bali selama ini memiliki persediaan energi listrik berkapasitas 580 MW yang bersumber dari pasokan kabel bawah laut dari Pulau Jawa 200 MW, pembangkit listrik Gilimanuk 130 MW, PLTD Pesanggaran 120 MW dan PLTG Pemaron 80 MW. Semua pusat pembangkit listrik tersebut menggunakan bahan bakar solar, sehingga biaya operasional sangat besar, lebih-lebih dengan adanya rencana kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM. Namun saat ini telah dikembangkan sumber energi alam untuk memenuhi kebutuhan akan energi listrik, diantaranya PLTB (pembangkit listrik tenaga bayu/angin) yang terletak di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. PLTB ini dikelola dengan teknologi Belanda, dan mampu menerangi Pulau Nusa penida, Ceningan dan Lembongan. Kemudian
ada
PLTA
(Pembangkit
listrik
tenaga
air),
telah
dikembangkan di Dusun Jeruk, Kabupaten Karangasem dan energi listrik hasil daur ulang sampah tengah dibangun di pinggiran kota Denpasar. Energi listrik hasil daur ulang sampah oleh PT Navigat Organic Energi Indonesia (NOEI) yang mengelola pembangunan proyek instalasi pengelolaan sampah terpadu
62
(IPST) di kawasan Suwung, Denpasar, diharapkan segera masuk dalam sistem kelistrikan di Bali27. 2.3.4. Bangunan dan material yang digunakan Kebutuhan hidup manusia dalam bentuk fisik seringkali memanfaatkan sumber daya alam, seperti energi dan bahan bangunan tetapi juga memberikan dampak yang seringkali tidak dapat diterima oleh alam. Apalagi dengan jumlah populasi manusia yang berkembang pesat dan kemajuan teknologi yang makin canggih. Hal ini mempercepat turunnya kualitas alam dan rusaknya siklus ekosistim didalamnya. Dari sekian banyak kebutuhan manusia dalam bentuk fisik salah satunya adalah bangunan serta sarana dan prasarna sebagai wadah berlindung dan beraktivitas. Bangunan didirikan berdasarkan rancangan yang dibuat oleh manusia yang
seringkali
lebih
menekankan
pada
kebutuhan
manusia
tanpa
memperhatikan dampaknya terhadap alam sekitarnya. Seharusnya manusia sadar betapa pentingnya kualitas alam sebagai penunjang kehidupan, maka setiap kegiatan manusia seharusnya didasarkan pada pemahaman terhadap alam termasuk pada perancangan arsitektur. Pemahaman terhadap alam pada rancangan arsitektur adalah upaya untuk menyelaraskan rancangan dengan alam, yaitu melalui memahami perilaku alam., ramah dan selaras terhadap alam. Keselarasan dengan alam merupakan upaya pengelolaan dan menjaga kualitas tanah, air dan udara dari berbagai kegiatan manusia, agar siklus-siklus 27
―Pemanfaatan alam sebagai energi listrik‖ (http://www.alpensteel.com/article/66-105energi-sungai-plta--waduk--bendungan/3057--pemanfaatan-alam-sebagai-energilistrik.html).
63
tertutup yang ada pada setiap ekosistim, kecuali energi tetap berjalan untuk menghasilkan sumber daya alam. Manusia harus dapat bersikap transenden dalam mengelola alam, dan menyadari bahwa hidupnya berada secara imanen dialam. Akibat kegiatan atau perubahan pada kondisi alamiah akan berdampak pada siklus-siklus di alam. Hal ini dimungkinkan adanya perubahan dan transformasi pada sumber daya alam yang dapat bedampak pada kelangsungan hidup manusia Pemikiran rancangan arsitektur yang menekankan pada ekologi, ramah terhadap alam, tidak boleh menghasilkan bangunan fisik yang membahayakan siklus-siklus tertutup dari ekositim sebagai sumber daya yang ada ditanah, air dan udara. Didalam
ranah
arsitektur
ada
pula
konsep
arsitektur
yang
menyelaraskan dengan alam dengan menonjolkan dan melestarikan potensi, kondisi dan sosial budaya setempat atau lokalitas, disebut dengan arsitektur vernacular. Pada konsep ini rancangan bangunan juga menyelaraskan dengan alam, melalui bentuk bangunan, struktur bangunan, penggunaan material setempat, dan sistim utilitas bangunan yang alamiah serta kesesuaian terhadap iklim setempat. Sehingga dapat dikatakan arsitektur vernacular, secara tidak langsung juga menggunakan pendekatan ekologi. Menurut Anselm (2006), bahwa arsitektur vernacular lebih menonjolkan pada tradisi, sosial budaya masyarakat sebagai ukuran kenyamanan manusia. Oleh karena itu arsitektur vernacular mempunyai bentuk atau style yang sama disuatu tempat tetapi berbeda dengan ditempat yang lain, sesuai tradisi dan sosial budaya masyarakatnya. Contohnya rumah-rumah Jawa
64
dengan bentuk atap yang tinggi dan bangunan yang terbuka untuk mengatasi iklim setempat dan sesuai dengan budaya yang ada, kayu sebagai material setempat dan sedikit meneruskan radiasi28. 2.3.5. Penggunaan produk lokal Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya, baik itu sumber daya manusia maupun alam. Pemberdayaan sumber daya manusia untuk mengelola sumber daya alam dirasa belum optimal, sumber daya alam yang ada di eksplor secara besar – besaran oleh investor asing dan hanya menyisakan sedikit saja bagi masayarakat setempat. Untuk kebuutuhan pokok pun masyarakat Indonesia masih mengandalkan impor dari Negara lain dan lebih merasa bangga dengan produk impor. Apabila sumber daya manusia yang ada mampu mengolah dan mengelola lahan yang ada dengan menghasilkan kualitas produk yang baik, bukan tidak mungkin kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi tanpa harus mengimpor barang kebutuhan pokok dari luar negeri. Industri Pariwisata tentunya juga berperan dalam mempromosikan produk lokal, terutama yang berkaitan langsung dengan wisatawan, seperti desain penginapan dan restoran yang menggunakan konsep berdasarkan cirri khas daerah asal, kemudian untuk makanan dan minuman yang bahan bakunya berasal dari daerah setempat serta buah tangan yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar.
28
Dalam penelitian Wanda Widigdo C, dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, UK
[email protected] I Ketut Canadarma, dosen Jurusan Arsitektur,Fakultas Desain dan Teknik Perencanaan, Univ. Pelita Harapan
65
Banyak sekali iklan dan himbauan yang dilakukan baik itu oleh pemerintah maupun lembaga sosial kemasyarakatan untuk menggunakan produk lokal dan membiasakan diri untuk bangga dengan produk yang diproduksi negeri sendiri. Akan tetapi kenyataannya tidaklah mudah, industri lokal belum mampu memberikan produk dengan kualitas bagus tetapi dengan harga terjangkau. Di tambah lagi, belum mampunya industri lokal memenuhi standar internasional yang diharuskan dan dibutuhkan industri – industri yang bertaraf internasional. Seperti misalnya di Bali, yang industri andalannya adalah pariwisata, dibutuhkan tidak sedikit bahan baku setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan usaha – usaha pariwisata dan wisatawan. Namun yang terjadi adalah sebagian besar bahan baku itu dimpor dari luar Bali seperti dari daerah jawa, daerah sekitar bali dan bahkan dari luar negeri. Jika ini disikapi secara positif, tentunya banyak peluang yang bisa dilakukan pengusaha lokal, tinggal bagaimana menghasilkan produk yang dibutuhkan dan sesuai dengan permintaan konsumen. 2.3.6. Limbah Limbah merupakan sisa buangan baik itu cair maupun padat. Dalam satu hari setiap orang menghasilkan 2,75 limbah padat dan sekitar 1 liter limbah cair. Bayangkan jika dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia, berapa banyak limbah yang dihasilkan Indonesia dalam 1 hari. Permasalahan limbah memang terkadang cenderung terabaikan, melihat masih banyaknya lahan kosong dan sungai serta lautan yang luas. Tetapi jika
66
hal ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin limbah yang dihasilkan akan lebih banyak dari penduduk dan luas lahan yang ada. Upaya – upaya yang dilakukan oleh pemerintah, LSM dan sekelompok kecil masyarakat dalam menanggulangi limbah dirasa belum optimal, karena hanya terlihat seperti selogan kosong yang tanpa aksi. Bertambahnya jumlah penduduk, dan tumbuhnya industri – industri kecil dan rumahan menambah buruk pengelolaan limbah yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Program – program kebersihan yang dilakukan hanya bersifat sementara dan jarang sekali yang berkelanjutan. Munculnya LSM – LSM juga belum mampu menaggulangi permasalahan yang ada. Namun kesemuanya ini tidaklah lantas memasrahkan begitu saja kondisi yang sudah memburuk, akan tetapi diperlukan aksi dan tindakan yang tegas dalam menghadapinya. 2.3.7. Lingkungan Sosial Kemasyarakatan Dalam menjalankan usaha, baik itu langsung maupun tidak langsung pastilah berhubungan erat dengan lingkungan atau masyarakat sekitar. Untuk itu perlu adanya kegiatan - kegiatan sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Seperti misalnya, membangun fasilitas umum yang diperlukan,
merekrut
karyawan
yang berasal
dari
daerah
setempat,
menggunakan bahan baku atau bahan makanan yang merupakan hasil dari daerah sekitar, memberikan santunan untuk warga yang kurang mampu dan santunan kesehatan, memberikan beasiswa, dan ikut menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
67
Kesemuanya ini merupakan kompensasi yang selayaknya diberikan pemilik usaha terhadap masyarakat atau daerah tempat didirikannya usaha. Karena baik langsung maupun tidak langsung ada hak – hak warga yang teralihkan yang tidak ternilai harganya. Apalagi jika usaha tersebut menimbukan kerugian, misalnya kerusakan lingkungan atau pengeksploitasian sumber daya alam yang ada.
68
BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL
3.1. Profil Hotel Bali Intercontinantal Hotel Jl. Uluwatu 45, Jimbaran, Bali 80361, Indonesia Hotel bintang 5 Hotel Jaringan Terletak di tengah – tengah area yang tersembunyi yang berbatasan dengan lingkungan Jimbaran Bay yang eksklusif di wilayah selatan pesisir Bali, InterContinental Bali Resort membentang di area seluas 14 hektar yang berlansekap alam tropis. Dengan 418 kamarnya yang mewah, InterContinental Bali Resort didesain dengan memadukan kenyamanan kehidupan modern dengan arsitektur Bali yang tradisional, terlihat jelas kepekaannya terhadap lingkungannya dan menghormati kekayaan budaya setempat akan kesenian dan warisan Hindu. Dengan akomodasi yang menawarkan beragam pilihan kamar, InterContinental Bali Resort menyediakan segala kebutuhan akomodasi para wisatawan internasional. Terdiri atas 418 kamar yang mewah yang menampilkan Resort Classic Room, Resort Classic Suite, The Singaraja Wing (The Singaraja Room and The Singaraja Duplex Suite), The Club InterContinental Room, The Suite Collection (Balinese Suite, Uluwatu Suite, Jimbaran Suite and Bukit Suite and Imperial Villas).
69
Seluruh kamarnya didesain dengan ruang yang luas, dan ditata sebagai ruang pamer gaya lokal dengan menekankan pengerjaan lantai kamar yang terbuat dari kayu, perabotan yang dibuat dengan keahlian pengrajinnya, serta teras yang memandang ke taman tropis yang rimbun, laguna, kolam bunga, Resort Classic Room menciptakan lingkungan yang menenangkan dan memberikan kesempatan pada anda untuk melepaskan penat dan menikmati suasana yang santai. Dilengkapi dengan segala fasilitas modern dan mewah untuk menjadikan liburan anda nyaman, pilihan saluran TV internasional, pembuat kopi dan teh, kotak besi digital di setiap kamar dan akses internet. Rasakan pengalaman bersantap di InterContinental Bali Resort dengan makanan seperti Pizza, barbekyu, masakan Jepang atau masakan khas setempat yang dipersiapkan dengan hati-hati dan penuh kecermatan oleh chef kami. Layanan untuk santapan dalam kamar selama 24 jam juga tersedia untuk anda yang dapat dimintakan kapanpun anda inginkan dengan ragam menu masakan dari kekayaan masakan setempat dan menu masakan Barat.
70
Spa
Menawarkan menu yang menyeluruh dengan tema yang berdasarkan keanekaragaman hayati dari lautan dan alam, memberikan perawatan tubuh dan penyembuhan dengan memanjakan tubuh, pikiran dan jiwa anda. Kami menggunakan bahan-bahan yang alami dan asli untuk menyegarkan dan meremajakan anda.
Fasilitas Pertemuan
The InterContinental Bali Resort memberikan kepastian setiap acara dan peristiwa yang penting akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan dan dinikmati dengan semua tamu dan delegasi pertemuan anda. Team kami begitu berpengalaman untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk setiap acara yang anda selenggarakan29. Room Type
15 Sep 2011
16 Sep 2011
17 Sep 2011
18 Sep 2011
19 Sep 2011
Resort Classic
Rp. 2,375,000
Rp. 2,375,000
Rp. 2,375,000
Rp. 2,375,000
Rp. 2,375,000
Singaraja
Rp. 2,755,000
Rp. 2,755,000
Rp. 2,755,000
Rp. 2,755,000
Rp. 2,755,000
Club Intercontinental
Rp. 4,085,000
Rp. 4,085,000
Rp. 4,085,000
Rp. 4,085,000
Rp. 4,085,000
2.
Bali Shinta Hotel JL. Uluwatu II No 777, Jimbaran, Nusa Dua – Bali Hotel Independent
29
Bali Inter Continental hotel hotel/intercontinental-bali-resort)
(http://www.hoteldomestik.com/bali-hotels/jimbaran-
71
Liburan merupakan sesuatu yang menyenangkan dan merupakan kebutuhan pokok bagi semua orang, dan banyak orang yang berlibur di tempat wisata yang mereka inginkan. Selain mencari objek wisata yang indah, asri dan tentunya menghibur para wisatawan lokal atau wisatawan asing juga perlu tempat menginap yang nyaman dan tentu menawarkan fasilitas yang lengkap untuk mereka beristirahat. Salah satu tempat yang cocok adalah Shita Bali Hotel, tidak hanya berkualitas namun juga elegan. Karena itu banyak wisatawan yang memilih untuk menginap disana setelah bersenang-senang mengelilingi objek wisata yang ada di Bali.
Shita Bali Hotel dan Spa merupakan hotel yang sangat strategis, sekitar 10 menit dari bandara Ngurah Rai para wisatawan sudah dapat mencapai hotel tersebut. Selain itu hotel tersebut juga dekat dengan berbagai objek wisata seperti Pantai Nusa Dua, Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Pantai Jimbaran, Pantai Dreamland, Pura Uluwatu, dan lain - lain. Dengan tempatnya yang dekat dengan objek wisata itu, banyak wisatwan yang menginap disana, karena jika memilih hotel yang cukup jauh, mereka dapat kelelahan diperjalanan sebelum mencapai objek wisata tersebut. Selain itu Hotel yang bertemakan ―Iklas Melayani Semua‖ ini juga dekat dengan tempat makan, hanya dengan berjalan 100 meter para wisatawan sudah dapat memanjakan perut mereka, lalu sikitar 200 meter dari hotel para wisatawan dapat menikmati hidangan ikan bakar khas Jimbaran. Hotel yang beralamatkan di Jln. Uluwatu II No. 777 Jimbaran – Nusa Dua – Bali ini memiliki arsitektur yang elegan, didalam hotel juga terdapat tempat untuk berfoto adat bali dan juga setiap malam minggunya ditampilkan tari legong dan band band
72
anak muda lokal jimbaran. Selain itu hotel Shita Bali menawarkan jasa foto pra wedding untuk kedua calon mempelai dan juga spa untuk para wisatawan yang menginap dapat memanjakan dirinya setelah capek atau lelah berjalan-jalan di objek wisata yang ada.
Hotel Shita Bali ini berdiri belum cukup lama, pada tahun 2009, hotel ini mulai berdiri dan sampai sekarang yang dapat dibilang sebagai hotel yang baru, hotel ini sudah menjadi pilihan pertama bagi para wisatawan. Hotel yang memiliki luas sekitar 1,5 are ini memiliki 4 lantai. Hotel ini juga menawarkan beberapa fasilitas seperti:
Pendingin udara
Saluran TV
PABX telepon
Kolam renang
Areal taman
Restoran kopi toko
Layanan kamar
Gratis Wi_fi
Harga termasuk sarapan untuk 2 orang (Diamond & Superior room)
4 orang (keluarga room)
Biaya tambahan yang menggunakan kasur anak anak (5 USD/hari)
Biaya tambahan untuk anak-anak berusia 12 tahun 25 %
Di atas harga semuanya termasuk 21% pajak dan biaya
73
Check-in di 2 Pm
Check-out pada pukul 12 siang
Harga dapat berubah tanpa pemberitahuan
Tinggi / puncak musim biaya tambahan Rp 150 000/r/n
Tinggi sesi 20 Desember – 02 Januari idul fitri hari (H-4 hingga H + 2)
Dengan baerbagai fasilitas yang ditawarkan ini, banyak wisatawan yang suka menginap disini. Selain itu juga hotel ini juga memiliki 3 tipe kamar yaitu:
Tipe Kamar Standar
Tipe kamar standar memiliki ciri yaitu satu buah kasur, lalu sebuah TV untuk wisatawan bersantai sambil menonton lalu AC dan sebuah lemari untuk menaruh semua barang bawaan. Kemudian desain kamar yang elegan dan berkualitas sangat memuaskan bagi wisatwan yang menginap. Selain itu kamar mandi di desain sangat rapi, kamar mandi berisikan satu buah shower, lalu sebuah tempat cuci tangan dan sebuah WC. Hanya dengan membayar Rp. 350.000 per malam, para wisatwan sudah dapat menikmati nuansa yang ada di hotel ini.
74
Tipe Kamar Superior
Tipe kamar superior memiliki sebuah kasur sedang lalu juga sebuah televisi dan juga AC
untuk
menyejukkan
ruangan.
Kemudian kamar mandinya terdiri dari sebuah tempat mandi tidur dan juga WC. Hanya dengan membayar Rp.550.000 per malam, para wisatawan sudah dapat menginap di kamar ini. Selain ini juga terdapat sebuah meja rias untuk berias sebelum berjalan jalan keluar.
Tipe Kamar Family
Bagi yang berwisata bersama keluarga, bisa untuk memilih kamar tipe ini, karena selain cukup luas, kamar ini juga berisi 2 buah kasur sedang. Kemudian kamar ini berisi sebuah meja rias, lalu kamar mandi yang tertata rapi dengan sebuah tempat mandi tidur lalu sebuah WC. Hanya dengan membayar Rp. 850.000 per malamnya para wisatwan sudah dapat menginap di kamar ini.
Hotel ini juga memiliki taman belakang yang berisikan kolam renang yang bertipe ―infinity‖ yang artinya air kolam sejajar dengan batas dari kolam. Di
75
halaman belakang juga memiliki sebuah tempat untuk makan sambil menikmati acara musik atau tarian yang sering di tampilkan30.
3.
Dhayana Pura Beach Hotel
Jl. Dhayana Pura, Seminyak, Bali Hotel Resort
Dhyana Pura Beach Resort ini beralamat kan di Jalan Abimanyu, Seminya - Kuta. Hotel ini merupakan hotel yang sangat nyaman untuk di tempati, sudah banyak para wisatawan yang memilih hotel ini sebagai tempat mereka menginap untuk menghabiskan masa liburan. Hotel ini terletak di pinggir Pantai Kuta.Selain itu Dhyana Pura Beach Resort ini juga memiliki kebun yang luas, yang ditanami aneka pohon dan buahan sehingga mempu menciptakan kenyamanan tersendiri. Dari Bandara Ngurah Rai menuju Dhyana Pura Beach Resort ini hanya memakan waktu 15 menit, dan dari Dhyana Pura Beach Resort ini menuju kota denpasar hanya memerlukan waktu 20 menit.
30
http://dshotel.wordpress.com/2011/05/25/shita-bali-hotel-dan-spa-berkualitas-namunjuga-elegan/
76
Dhyana Pura Beach Resort merupakan tempat yang paling tepat untuk anda yang senang dengan keindahan alam,serta kedamaian. Karena di hotel ini anda bisa menyaksikan indah nya ―sunset‖ saat menjelang malam hari, dan meskipun letak nya dekat dengan Pantai Kuta namun suasana nya amat tenang karena letak lokasi nya agak tersembunyi, sehingga hotel ini sangat cocok untuk anda berlibur. Selain itu staff hotel ini juga sangat ramah sehingga membuat para wisatawan makin kerasan, dan selalu ingin menginap di hotel ini saat berlibur ke Bali. Jadi cepat miliki tempat yang sudah lama dan banyak menjadi inceran para wisatawan. Fasilitas Kamar : - Penyejuk udara - Meja tulis - Televisi - bak mandi - Air botol gratis - Teras - TV kabel - Mini bar - Shower
77
Layanan dan Fasilitas Hotel: - Kolam renang - Restoran - Ruang pertemuan - Toko cendramata - Tempat parkir kendaraan - Layanan laundry - Tempat penyimpanan barang berharga - Pelayanan 24 jam - Pelayanan keamanan 24 jam Restoran dan Bar Fasilitas Hotel lainnya: Biaya transport: Rp 80.000 dari bandara per orang per 1 kali jalan. Bila 1 orang akan dikalikan 2 orang31. KATEGORI KAMAR & HARGA Harga: Harga per kamar per malam dalam Rupiah termasuk pajak & biaya service 'orang'= orang dewasa 'Extra'= extra bed 'Child'= anak-anak
31
http://www.akomodasi.net/detilhotel/184/Dhyana_Pura_Beach_Resort/
78
4.
Santi Mandala Hotel Banjar Bucuan, Desa Batuan Bali – Indonesia
Sukawati – Ubud –
Hotel Independen
Santi Mandala Villa & Spa dibangun dengan luas sekitar 3,5 hektar taman yang berbukit, terletak di pinggiran dari Ubud dengan posisi menghadap danau Tanaraga Giri, sawah, dan tanaman tropis yang hijau. Hanya 15 menit dengan mobil dari Ubud ke semua atraksi budaya dan kuliner.
Fasilitas:
Layanan kamar 24 jam
Toko
Bar/pub
Binatu
Restoran
Brankas
Garden Villa
Jenis tempat tidur: 1 double bed. Dua tempat tidur, bak mandi, serambi pribadi, dikelilingi oleh jurang, pemandangan sungai, kolam ikan, taman alam.
Plunge Pool Villa
79
Jenis Tempat tidur: double Tersedia untuk 2 orang Masing-masing villa memiliki bak sunken indoor, Jacuzzi sambil duduk menghadap sungai.
Family Garden Villa
Jenis tempat tidur: 2 double bed king size Tersedia untuk 4 orang Villa pribadi dengan pemandangan lembah, sungai, dan alam taman.
Family Pavilion Villa
Jenis tempat tidur: 1 double, 2 single (twin) Tersedia untuk 4 orang dengan kombinasi ruang tamu atas dan bawah, sangat cocok untuk keluarga dengan dua kamar mandi, dapur, kolam renang, dikelilingi oleh jurang dan sungai melihat dan taman.
Private Pool Villa One bedroom Villa
Jenis tempat tidur: 1 double. Tersedia untuk 2 orang
Private Villa
Dua tempat tidur, kamar mandi, kolam renang pribadi, menghadap sungai, taman, kolam renang dan hamparan sawah.
80
Private Pool Villa Two Bedroom Villa Jenis tempat tidur: 1 double, 2 single (twin) Tersedia untuk 4 orang32
3.2. Hasil Penelitian 3.2.1. Pemanfaatan Lahan dan Hutan oleh Hotel Laju krusakan hutan di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya bahkan terbesar di dunia. Berdasarkan citra satelit Landsat tahun 2000, lua kerusakan hutan di Indonesia mencapai 54,65 juta ha terdiri dari 9,75 jutaha hutan lindung, 3,9 ha hutan konservasi dan 41 juta ha hutan produksi. Dari data Dinas Kehutanan Provinsi Bali tahun 2002 menunjukkan bahwa di provinsi ini, dari 127.271,5 ha kawasan hutan yang ada, kondisi tegakan/vegetasi hutannya diklasifikasikan menjadi hutan bervegetsi lebat atau hutan alam yang masih bagus seluas 56,06%, hutan bervegatasi belukar atau semak sebesar 25,55% dan sisanya berupa hutan kritis atau sangat rawan sampai kosong 18,39%. Kerusakan hutan di Provinsi ini terutama disebabkan oleh kebakaran, pencurian hasil huran dan pembibrikan. Kebakaran hutan tahun 2002 mencapai luas 544,19ha, penebangan liar atau pencurian hasil hutan 83,17m3/ph dan pembibrikan mencapai 5.245,77ha33. Sebagian besar hotel didirikan dilokasi strategis dengan pemandangan yang indah, tak jarang Hotel mengabaikan peraturan yang ada untuk mendapatkan lokasi tersebut. Seperti misalnya di daerah pinggir pantai dengan 32
Profil Hotel Shanti Mandala http://www.ayokebali.com/index.php/product/overview/138/Santi-Mandala. 33
Dinas Kehutanan Provinsi Bali, 2002, « Hutan dan Kehutanan Provinsi Bali ».
81
melanggar sempadan pantai, daerah tebing, pinggiran sungai, pegunungan dan alih fungsi lahan pertanian. Secara ekonomis memang sangat menguntungkan, baik untuk pihak hotel maupun
masyarakat disekitar hotel dengan
terfasilitasinya daerah sekitar sampai pada perekrutan masyarakat. Namun dari segi lingkungan, tentunnya nilai ekonomis yang didapat tidak sebanding dengan biaya perbaikan lingkungan yang rusak. Saat ini, upaya yang dilakukan pihak hotel adalah dengan mensinergikan antara pendirian bagunan hotel dengan tetap menjaga lahan persawahan dan hutan atau pun dengan menyisakan tanah hotel untuk taman atau lahan terbuka hijau. Selain itu, adalah dengan melakukan kegiatan penanaman kembali pohon – pohon untuk penghijauan, baik itu pohon bakau untuk menjaga dari abrasi pantai, pohon – pohon kayu tahunan bahkan pohon – pohon yang menghasilakan buah dengan melibatkan masyarakat sekitar. Dari penelitian yang dilakukan, untuk Bali Intercontinantal Hotel, didirikan dilahan seluar 14 hektar, di daerah Jimbaran. Bali Shinta Hotel didirikan dilahan seluas 1,5 are juga berada di daerah Jimbaran. Untuk Dhayana Pura Resort berdiri di pinggiran pantai Kuta dengan kebun yang luas dan ditanami buah – buahan. Terakhir Shanti mandala Hotel, dibangun dengan luas sekitar 3,5 hektar dengan taman yang berbukit, terletak di pinggiran dari Ubud dengan posisi menghadap danau Tanaraga Giri, sawah, dan tanaman tropis yang hijau. Untuk membangun sebuah penginapan atau hotel tentunya diperlukan lahan yang luas, dan tidak sedikit hotel yang menggunakan lahan produktif dan mengabaikan peraturan yang dibuat pemerintah untuk
82
mendapatkan lokasi yang strategis. Untuk itu, perlu tindakan yang tegas oleh pemerintah, terutama untuk daerah – daerah yang memang diperuntukan untuk resapan air, lahan pertanian, hutan lindung termasuk daerah pinggiran pantai dan tebing. Sama juga halnya dengan di Prancis, selain hotel yang didirikan dipusat kota, banyak juga hotel – hotel yang dibangun di daerah pegunungan dan lereng – lereng bukit. Misalnya hotel – hotel yang dibangun di pegunungan yang menyediakan fasilitas ski atau olah raga salju. Permasalahnnya juga kompleks,
dari
limbah
buangan
sampai pada kerusakan hutan dan konflik dengan penduduk asli. 3.2.2. Teknik yang digunakan hotel untuk menghemat air Banyak cara yang bisa digunakan untuk menghemat air, baik itu dengan cara modern atau tradisional, Metode tradisional adalah dengan memanfaatkan air sesuai dengan kebutuhan dan tidak menggunakannya secara berlebihan. Sedangkan cara modern yang bisa digunakan adalah teknologi yang berasal dari pabrik maupun teknologi tepat guna yang mudah dan bisa diaplikasikan secara langsung. Ada berbagai sumber air yang dapat dipergunakan di Indonesia, antara lain, air tanah yang berasal dari dalam tanah diperoleh dengan cara dibor dengan kedalaman tertentu, kemudian air gunung yang berasal dari mata air
83
gunung, lalu air hujan yang berasal daru curah hujan yang ditampung, dan terakhir air yang berasal dari perusahaan air minum. Adapun air permukaan juga lazim dipergunakan, hanya saja tergantung daerahnya karena hal tersebut menyangkut kualitas air yang akan di konsumsi. Permasalahannya sekarang adalah, berkurangnya sumber air bersih dan menurunnya kualitas air karena pertambahan jumlah penduduk, berkurangnya daerah resapan air dan banyaknya penebangan hutan didaerah hulu. Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 416/Menkes/Per/IX/1990, air bersih adalah air yag digunakan untuk keperluan sehari – hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Hal inilah yang secara prinsip membedakan kualitas yang harus dimiliki antara air bersih dan air minum. Kualitas air minum setingkat lebih daripada kualitas air bersih ditinjau dari beberapa komponen pendukungnya. Kebutuhan air untuk sebuah hotel adalah vital. Sumber air didapat dari PDAM dan air permukaan, namu penggunaan air permukaan sangat jarang sekali digunakan. Pada umumnya air permukaan kekeruhan airnya cukup tinggi, biasanya lenih dimanfaatkan oleh masyarakat setelah melalui proses tertentu. Selai air PDAM, untuk hotel – hotel diperkotaan banyak menggunakan sumber air tanah. Air tanah dapat berasal dari mata air kaki gunung atau disepanjang aliran sungai, atau berasal dari air tanah dangkal
84
sepanjang dengan kedalaman 15-30 meter, yaitu berupa air sumur gali, sumur bor tangan, serta yang berasal dari tanah dalam yaitu sumur bor yang dalamnya lebih dari 30 meter atau bahkan terkadang mencapai lebih dari 100 meter. Sumber air hujan sejauh ini belum digunakan secara optimal, karena sumber ini merupakan sumber alternatif, mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang kaya curah hujan tropis. Setiap tahun di Indonesia, curah hujan bisa mencapai 2.000 - 4.000 mm, ini berarti bahwa sumber ini tidak terbatas dan mungkin memenuhi syarat untuk waktu yang lama. Beberapa daerah di Indonesia juga menggunakan sumber air hujan untuk kebutuhan rumah tangga, seperti untuk minum, memasak dan mandi. Namun dari segi kesehatan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar dapat dipergunakan karena air hujan jika digunakan untuk mandi bisa menyebakan rematik sedangkan untuk dikonsumsi bisa menyebabkan mudahnya terjadi kerusakan pada gigi. Berdasarkan penelitian dari empat hotel yang dijadikan obyek penelitian, hotel – hotel tersebut menggunakan air yang berasal dari PDAM, air bawah tanah, air gunung dan air permukaan. Hotel Intercontinental Bali, sebagai hotel bintang 5, menggunakan sumber air bawah tanah dengan jumlah konsumsi air 1000gal / hari. Terletak di Uluwatu, Jimbaran dengan topografi bergulir (kapur bukit) dengan ketinggian 213m di atas permukaan laut, membuat air di wilayah ini tidak mudah didapatkan, kapasitas air adalah sekitar 5-10 liter / detik. Kondisi curah hujan 1240mm / tahun.
85
Dhyana Pura Hotel terletak di Seminyak, Kuta. Hotel ini menggunakan sumber air tanah dan perusahaan air. Konsumsi total lebih 1000gal / hari. Topografi Seminyak memiliki ketinggian 1 m dari permukaan laut, dengan curah hujan sekitar 2085mm per tahun. Hotel Shanti Mandala, menggunakan sumber mata air dari gunung, dengan konsumsi air total kurang dari 1.000 galon per hari. Hotel ini terletak di daerah Ubud, di mana topografi perbukitan dengan jalanan berdinding tebing, dan memiliki banyak sumber air dari mata air pegunungan yang mengalir melalui Batur ke Ubud dan melalui aliran sungai. Curah hujan diperkirakan 963-1547mm per tahun. Dan terakhir adalah Shita Bali hotel. Hotel ini memiliki karakteristik yang sama seperti yang ada di Bali Intercontinantal karena mereka berada di wilayah yang sama. Teknik untuk menghemat air Ada beberapa macam teknik untuk menghemat air. Berdasarkan hasil penelitian pada empat hotel di Bali, keempat hotel telah berusaha menerapkan teknik untuk menghemat air. Pertama adalah Bali Intercontinantal Hotel hotel. Hotel yang terletak didaerah Jimbaran ini membutuhkan air bersih yang tidak sedikit setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan operasional hotel, berdasarkan hasil wawancara, hotel ini belum sepenuhnya mampu melakukan penghematan air dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
86
Berbeda dengan Santi Mandala Hotel terletak di daerah Ubud, hotel ini melakukan penghematan air dengan cara menggunakan air sungai untuk menyiram tanaman dan mengisi kolam taman. Sama halnya dengan Dhyana Pura Hotel terletak di daerah Seminyak, juga melakukan penghematan dengan cara meminimalkan penggunaan, baik kamar tamu, dapur dan laundry. Untuk Bali Sinta Hotel juga tidak melakukan penghematan air karena ingin memenuhi permintaan pelanggan. Terlepas dari berbagai upaya untuk menghemat air dalam industri, terutama hotel, ada cara lain yang dapat diterapkan, adalah sebagai berikut: • Hotel dapat memanfaatkan air hujan dengan cara ditampung, kemudian dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, flusing toilet, keperluan dapur dan laundry. • Hotel dapat menerapkan sistem untuk menyimpan air dalam hal penggunaan. Misalnya, meminimalkan penggunaan dapur dan mencuci dengan menetapkan label "tidak untuk mencuci handuk dan seprai" sebagai tanda untuk tidak mencuci setiap kali sehabis pakai. • Hotel dapat menggunakan teknologi otomatis untuk shower, keran air dan flushing toilet. • Mengatur pola tanam dan pola penyiraman di taman, disesuaikan dengan ketersediaan air. Memang tidak mudah meyakinkan pelanggan yang membayar untuk mendapatkan kepuasan tanpa harus dihambat dengan penghematan ini dan itu, akan tetapi perlunya sosialisasi dan selalu memberikan pengertian untuk
87
membiasakan diri melakukan penghematan juga harus dilakukan. Persoalan krisis air bukanlah hal baru, Indonesia selalu kekurangan air saat musim kemarau dan berlebih air saat musim penghujan. Sekaranglah saatnya kita memikirkan
bagaimana
memanfaatkan
air
yang
berlimpah
untuk
mengantisipasi kekurangan air dimusim kemarau. Perlu kerja sama semua pihak untuk menjaga daerah hijau, terutama daerah resapan air, penghijauan hulu sungai serta penghijauan pinggiran sungai agar sumber air tetap terjaga. Peran serta pelaku industri pariwisata terutama usaha perhotelan dan penginapan yang merupakan konsumen terbesar penggunaan air bersih sangat diharapkan sebagai kompensasi atas kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Di Paris (Prancis), ketersediaan air sangat berlimpah, akan tetapi untuk mengkonsumsi air bersih tentunya kita juga harus mengeluarkan biaya seperti halnya di Indonesia. Dalam setahun per satu orang warga Prancis harus mengeluaran biaya kira – kira 177euro untuk konsumsi airnya. Di Prancis sebagian besar air yang didistribusikan layak untuk dikonsumsi secara langsung termasuk sumber air ditempat umum. Air mineral kemasan juga banyak beredar dipasaran dan harganya berkisar 1-3euro per liter. Dalam upaya menghemat air di tempat – tempat umum biasanya menggunakan pengontrol otomatis yang difungsikan sesuai kebutuhan sedangkan untuk toilet hanya untuk wastafel sedangkan untuk bersih – bersih menggunakan tissue.
88
3.2.3. Teknik menghemat energi Merupakan suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, makin berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya peningkatan pembangunan di bidang teknologi, industri dan informasi. Namun pelaksanaan penyediaan energi listrik yang dilakukan oleh PT.PLN (Persero), selaku lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola masalah kelistrikan di Indonesia, sampai saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik secara keseluruhan. Kondisi geografis negara Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan kepulauan, tersebar dan tidak meratanya pusat-pusat beban listrik, rendahnya tingkat permintaan listrik di beberapa wilayah, tingginya biaya marginal pembangunan sistem suplai energi listrik (Ramani,K.V,1992), serta terbatasnya kemampuan finansial, merupakan faktor-faktor penghambat penyediaan energi listrik dalam skala nasional. Selain itu, makin berkurangnya ketersediaan sumber daya energi fosil, khususnya minyak bumi, yang sampai saat ini masih merupakan tulang punggung dan komponen utama penghasil energi listrik di Indonesia, serta makin meningkatnya kesadaran akan usaha untuk melestarikan lingkungan, menyebabkan kita harus berpikir untuk mencari altematif penyediaan energi listrik yang memiliki karakter; a. dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian energi fosil, khususnya minyak bumi
89
b. dapat menyediakan energi listrik dalam skala lokal regional mampu memanfaatkan potensi sumber daya energi setempat, c. serta cinta lingkungan, dalam artian proses produksi dan pembuangan hasil produksinya tidak merusak lingkungan hidup disekitarnya. Sistem penyediaan energi listrik yang dapat memenuhi kriteria di atas adalah sistem konversi energi yang memanfaatkan sumber daya energi terbarukan, seperti: matahari, angin, air, biomas dan lain sebagainya (Djojonegoro,1992). Tak bisa dipungkiri bahwa kecenderungan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber-sumber daya energi terbarukan dewasa ini telah meningkat dengan pesat, khususnya di negaranegara sudah berkembang, yang telah menguasai rekayasa dan teknologinya, serta mempunyai dukungan finansial yang kuat.34. Berdasarkan penelitian, keempat hotel juga berupaya melakukan penghematan energi, seperti Bali Intercontinantal Hotel Hotel, melakukan penghematan dengan cara pengaturan jaringan dan
pengatran hidup-mati
lampu/penerangan. Sementara Shanti Mandala Hotel, menghemat listrik dengan memasang timer pada lampu-lampu di taman dan kolam renang. Sedangkan kedua hotel lainnya menghemat dengan cara menonaktifkan yang tidak perlu atau tidak digunakan. Dalam melakukan penghematan energi, terutama untuk energi listrik yang berkenaan dengan penerangan adalah dengan efisiensi dalam sumber penerangan dan control jam pengoperasiannya. Sedangkan untuk AC adalah 34
Pengembangan
Energi
Terbarukan
Sebagai
Energi
http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1101089425&9 ).
Aditif
di
Indonesia
90
dengan memfungsikn jika diperlukan dan pengaturan AC Central jika tingkat hunian
rendah
dan
terakhir
adalah
penggunaan
computer,
dengan
menggunakan komputer jika diperlukan, dan mematikan jika tidak digunakan. 1. Banyak hal yang bisa dilakukan jika ingin melakukan penghematan energi salah satunya dengan menggunakan energi yang dapat diperbaharui dan mengatur serta mendesain bangunan yang tidak membutuhkan banyak energi terutama
energi
listrik,
misalnya
dengan
mengatur
sirkulasi
udara,
pencahayaan, pemilihan bahan bangunan tidak menyerap panas seperti penggunaan rumput Alang oleh Shanti Mandala Hotel dan penggunaan batu kapur oleh Bali Shinta Hotel. 2. Teknologi terapan menggunakan Fotocatalis TiO2, teknologi yang berfungsi sebagai pendingin ruangan. Aplikasi dari teknologi ini telah diterapkan oleh New Enegy and Industrial Technology (NEDO) melalui proyek Research and Development of Constructive Materials Using TiO2 Based Photocatalysts. Penelitian yang telah dilakukan NEDO menunjukkan bahwa air yang disemprotkan ke sekeliling ruangan yang telah dilapisi fotokatalisis menunjukkan bahwa terjadi penurunan suhu rata-rata 5 0C di hari biasa. Bahkan penurunan suhu bisa mencapai 7 0C ketika temperature lingkungan sedang mencapai nilai maksimalnya. Hasil ini akan memberikan potensi penghematan energi listrik untuk pendinginan ruangan (penggunaan AC) sekitar 10 – 20%.
91
Fotokatalis TiO2 ini juga memberikan permukaan daya tarik menarik yang tinggi dengan air. Sehingga air yang disemprotkan keatap yang telah dicoating dengan fotokatalis ini tidak membetuk lapisan droplet melainkan akan tersebar secara merata dan menutupi seluruh permukaan dengan lapisan tipis air. Lapisan tipis air di permukaan inilah yang nantinya akan teruapkan ke lingkungan. Proses penguapan air ini terjadi karena adanya perpindahan kalor (panas) dari lingkungan sekitar. Hasil dari evaporative cooling effect ini mengakibatkan atap menjadi dingin sehingga akan mengurangi panas yang masuk ke dalam ruangan. Dikarenakan panas yang masuk ke ruangan berkurang maka kita dapat menghemat listrik yang digunakan untuk mendinginkan ruangan. Mula-mula permukaan atap dilapisi dengan fotokatalis. Fotokatalis yang biasa digunakan adalah senyawa titanium dioksida (TiO2). Nantinya dengan bantuan energi ultraviolet dari cahaya matahari untuk menghilangkan pengotor yang terdapat di permukaannya. Adanya proses fotokatalisis membuat kaca menjadi terhindar dari kotoran yang menempel sehingga tetap kelihatan jernih. Karena lapisan atap tidak menjadi kotor sehingga kita dapat menghemat listrik karena listrik yang digunakan untuk pencahayaan tidak diperlukan35.
Di Prancis, khususnya di Paris pasti membutuhkan energi listrik yang tidak sedikit. Selain sebagai ibukota Negara, Paris juga merupakan daerah tujuan wisata 35
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/06/02/tetap-dingin-di-musim-panasmenggunakan-sifat-hidrofilik-dari-fotokatalis-tio2/
92
yang paling ingin dikunjungi wisatawan dari seluruh dunia. Gemerlap Paris tentunya terwujud atas dukungan sumber daya yang ada. Energi listrik salah satunya, sebagai sarana pendukung kegiatan pariwisata, transportasi, kebutuhan konsumsi masyarakat dan lain – lain. Namun selain energi yang tidak dapat diperbaharui, tidak sedikit juga yang memanfaatkan energi terbarukan yang menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.
3.2.4. Material bangunan yang digunakan Hotel Banyak orang berpendapat bahwa bangunan yang ekologis adalah bangunan yang materialnya berbahan dasar kayu atau batu alam. Padahal kalo kita perhatikan lebih jauh, penggunaan kayu dan batuan yang berlebihan dapat merusak ekosistem hutan dan alam. Penilaian konsep ekologi haruslah dinilai secara keseluruhan, baik itu dalam hal pemilihan bahan sampai pengaruh yang ditimbulkan. Di Bali kebanyakan material bangunan berasal dari batu karang, batu alam dan kayu. Untuk penggunaan batu karang dan batu alam haruslah memperhatikan keseimbangan lingkungan asal batu tersebut, ini untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan yang berlebihan. Sedangkan untuk pengunaan kayu juga harus memperhatikan ketersediaan yang ada serta memperhitungkan pemakaian dan penanaman kembali. Sangat disarankan untuk menggunakan hutan yang ditanam atau hutan industri untuk menjaga kelestarian hutan. Berdasarkan penelitian, Bali Intercontinantal Hotel hotel menggunakan arsitektur daerah setempat (terutama arsitektur tradisional Bali), material yang digunakan sebagian kecil berasal dari daerah setempat dan disesuaikan dengan
93
kondisi cuaca yang paling dominan didaerah tersebut seperti penggunaan kayu, kramik, sirap dan genteng. Untuk Dhayana Pura Resort, Sebagian besar menggunakan arsitektur tradisional Bali, begitu juga dengan material bangunan yang digunakan. Selain itu resort ini juga menggunakan material bangunan yang disesuaikan dengan daerah setempat serta memanfaatkan energi alam dalam konsep bangunannya. Untuk Shanti Mandala Hotel, konsep bangunannya menggunakan arsitektur tradisional Bali dengan mempertahankan kondisi alam sekitar. Material bangunan juga disesuaikan seperti penggunaan rumput alang – alang sebagai atap untuk menggurangi panas, hanya saja hotel ini belum memanfaatkan energi alam. Terakhir Bali Shinta Hotel, Hotel ini tidak menggunakan konsep tradisional Bali, material bangunannya dipilih batu kapur untuk mengurangi panas, dan energi alam yang digunakan adalah energi matahari sebagai energi listrik. Dari hasil penelitian diatas terlihat bahwa sebagian besar hotel masih mempertahankan konsep bangunan yang menekankan pada konsep tradisional Bali. Pemilihan material bangunan juga dipilih yang sesuai dengan daerah setempat hanya saja untuk pemanfaatan energi alam belum sepenuhnya dilakukan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan biaya yang lebih besar. Padahal saat ini banyak sekali teknologi – teknologi terapan yang bisa digunakan dan siap pakai. Diharapkan dengan makin besarnya kesadaran akan keberlanjutan lingkungan, maka pebisnis mau mengalokasikan keuntungannya
94
untuk menciptakan bangunan dengan konsep yang
benar – benar ramah
lingkungan. Kota Paris, Prancis adalah kota yang sampai saat ini tetap mempertahankan bangunan kuno peninggalan zaman kerajaan. Tata kota diatur agar jangan sampai ada bangunan yang dirusak tetapi
harus dirawat dan
dilestarikan. Bahkan warna bangunan pun diseragamkan, (warna cream) pembangunan dengan gaya modern boleh dilakukan tetapi diluar pusat kota. Hotel – hotel yang ada juga menggunakan bangunan kuno yang memiliki nilai historis yang tinggi, tentunya dengan tarif yang mahal. 3.2.5. Penggunaan produk lokal oleh Hotel Sekarang ini pemerintah memang sedang menggalakkan program dengan selogan ―Cintailah Produk Indonesia‖. Hal ini didasari kekhawatiran akan konsumsi yang berlebihan terhadap produk impor sedangkan produk lokal yang tidak mampu bersaing hilang dari pasar. Pola pikir masyarakat yang lebih mengutamakan produk impor membuat pengusaha lokal berfikir keras agar produknya laku di pasar lokal dan mampu bersaing dengan produk impor. Berbagai alas an dikemukankan oleh konsumen terkait hal ini, misalnya mengenai perbandingan kualitas barang, trend merek, gengsi dan standar yang mampu dipenuhi. Sebenarnya Indonesia mampu untuk memproduksi produk dengan kualitas ekspor namun harga yang ditawarkan belum sepenuhnya terjangkau oleh masyarakat lokal, akhirnya banyak sekali dipasaran produk – produk yang meniru produk asli dengan harga terjangkau dan kualitas yang rendah.
95
Begitu pula halnya dengan industri pariwisata, khususnya hotel dan restoran. Pengusaha sering dihimbau oleh pemerintah untuk menggunakan produk lokal, baik itu untuk desain bangunan, interiornya, bahkan bahan baku makanannya. Tetapi tentu saja tidak mudah untuk memenuhi itu, petani dan pengusaha lokal banyak yang belum mampu memenuhi standar yang diminta hotel apalagi hotel tersebut bertaraf internasional. Berdasarkan penelitian di keempat hotel, penggunaan produk lokal lebih kepada penggunaan bahan bangunan, konsep serta interior dan bahan baku makanan, namun tidak sedikit juga yang menggunakan produk impor untuk memenuhi permintaan pelanggan. Penyerapan hasil pertanian ke Hotel masih terbatas, selain hasil pertanian lokal belum memenuhi standar Hotel, kebiasaan hotel membayar 6 bulan sesudah produk diantarkan dirasa menyulitkan petani. Untuk itu perlu adanya koordinasi agar permasalahan ini bisa diatasi. Untuk kecintaan terhadap produk dalam negeri Prancis termasuk Negara yang masyarakatnya cinta terhadap negeri dan segala sesuatu yang ada didalamnya, bahkan Prancis tidak mengakui Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional karena kecintaan mereka terhadap bahasa Prancis. Perlindungan terhadap penduduk asli sangat tinggi, selain itu juga terdapat pembedaan dalam pembayaran upah pekerja penduduk asli dengan pendatang. Begitu pula dalam hal pelayanan, pelanggan yang menggunakan Bahasa Prancis lebih dipermudah dan disapa dengan ramah. Untuk konsumsi dalam negeri, Prancis berusaha
96
untuk menyediakan kebutuhan masyarakat walaupun ada beberapa produk yang berasal dari luar, seperti asia, afrika dan amerika. 3.2.6. Teknik pengolahan limbah/sampah di Hotel Limbah/sampah di Indonesia Sampah merupakan masalah yang umum terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Yogyakarta dan Semarang. Sampah diidentifikasi sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya eksternalitas negatif terhadap kegiatan perkotaan. Pengelolaan sampah di Indonesia masih menggunakan paradigma lama: kumpul-angkut-buang. Source reduction (reduksi mulai dari sumbernya) atau pemilahan sampah tidak pernah berjalan dengan baik. Meskipun telah ada upaya pengomposan dan daur ulang, tapi masih terbatas dan tidak sustainable36 Di Bali, 13 titik Pantai sudah tercemar sampah dari hotel-hotel yang berada tak jauh dari lingkungan pantai. Perhari Bali menghasilkan 15 ribu kubik sampah yang tak tertampung di tempat pembuangan akhir (TPA). Berdasar data di BPH Bali, produksi sampah yang tidak terkontrol mencapai 15.000 meter kubik. Sampah-sampah tersebut, berasal dari hulu sungai hingga ke hilir yang bermuara di laut. Saat ini, di Bali terdapat 2.766 tempat sampah dan 62 mobil truk sampah, namun jumlah itu tidak memadai karena kapasitas daya tampung sampah di TPA Suwung, Denpasar, hanya mempu menampun maksimal 5.500 kubik sampak perhari. 36
Pengelolaan sampah di Indonesia (http://www.iec.co.id/berita/pengelolaan-sampah-diindonesia)
97
Akibatnya, sebagian besar sampah lainnya terbuang atau berceceran hingga mencemari pantai-pantai seperti di Bali Selatan. Pemerintah kabupaten/kota kewalahan mengatasi masalah sampah karena keterbatasan anggaran maupun jumlah petugas kebersihan37. Teknik untuk mengurangi limbah Identifikasi dan karakterisasi limbah merupakan sebuah konsep baru yang dikembangkan dilingkungan industri. Pada awalnya industri lebih memusatkan perhatian pada pemilihan proses pengolahan limbah yang dihasilkan
dibandingkan
berusaha
mengidentifikasi
dan
kemudian
meminimisasi limbahnya. Dengan semakin bertambahnya jumlah dan beragamnya limbah yang dihasilkan mendorong industri untuk menerapkan program pencegahan pencemaran. Pengurangan limbah pada sumbernya Dimanapun dan kapanpun, jika mungkin pencemaran harus dicegah atau dikurangi pada titik sumbernya dan harus diusahakan agar limbah tidak dihasilkan Daur ulang (Recycle) Jika pengurangan limbah pada sumbernya tidak mungkin dilakukan, proses daur ulang harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan Pengolahan (Treat)
37
« 13 pantai di Bali tercemar sampah hotel » http://travel.okezone.com/read/2011/05/05/407/453542/13-pantai-di-bali-tercemar-sampahhotel)
98
Pengelolaan limbah berbahaya tidak mungkin dilakukan dengan proses pengurangan limbah pada sumbernya ataupun di daur ulang sehingga satusatunya pilihan adalah dengan proses pengolahan. Pembuangan (Disposal) Pembuangan limbah padat ke tempat pembuangan akhir (sanitary landfill) atau dengan proses pembakaran harus menjadi pilihan akhir. Untuk
pengelolaan sampah di empat hotel adalah sebagai berikut:
Pertama adalah Bali Intercontinantal Hotel hotel, untuk limbah padat dibuang di tempat pembuangan akhir sampah. Sementara limbah cair dilakukan treatment terlebih dahulu sebelum dibuang. Kedua, Hotel Shanti Mandala, untuk
limbah padat dibuang ke tempat pembuangan sampah Suwung.
Sementara limbah cair di tampung diseptik tank. Kemudian, Dhyana Pura Hotel, tidak kehilangan limbah mereka. Dan terakhir Bali Shinta Hotel, untuk limbah padat, mereka menggunakan metode pemisahan antara sampah organik dan anorganik dan untuk limbah cair disaring terlebih dahulu sebelum dibuang. Memang tidak mudah menangani sampah apalagi sampah yang mengandung zat yang beracun, diperlukan penanganan khusus sebelum dibuang. Hal ini dikarenakan apapun yang dibuang ke-bumi akan kembali kebumi, yang harus dilakukan adalah bagaimana cara mengolah sampah menjadi bermanfaat dan berguna bahkan memiliki nilai ekonomis.
99
Untuk penanganan sampah di Prancis yang konvensional adalah meletakkan kantong – kantong sampah disemua tempat, terutama ditempat – tempat yang ramai pengunjung. Dan diberapa tempat disediakan pula tempat sampah khusus untuk memisahkan sampah organik dan non organik. Untuk pengangkutan sampah dilakukan oleh petugas sampah dengan mangangkut sampah kedalm truk sampah yang sekaligus melakukan pemadatan. Sedangkan untuk pembersihan sampah dan debu dijalan, petugas sampah menyemprot jalanan dengan air dan mobil penyapu sampah. Selain itu untuk pemangkasan pohon yang rutin dilakukan, ada mobil khusus untuk memangkas sekaligus mengolah sampah menjadi seprihan kecil yang kemudian digunakan untuk kompos tanaman. Untuk limbah buangan hotel, menurut informasi dari salah seorang pekerja hotel di Paris, pengolahan limbah dilakukan diluar pusat kota Paris, hal ini dikarenakan keterbatasan tempat jika di lakukan didekat hotel. Pihak hotel juga sangat memperhatikan peraturan pemerintah dalam
hal
pengaturan buangan limbah. Apalagi dengan disosialisasikannya konsep – konsep ekologi untuk hotel dan dengan adanya sertifikasi ekologi. 3.2.7.
Kegiatan
yang
dilakukan
Hotel
dalam
bidang
sosial
kemasyarakatan Selayaknyalah jika sebuah usaha didirikan disebuah daerah atau kawasan
memperhatikan
lingkungan
sekitarnya.
Baik
itu
perekrutan
100
masyarakat setempat menjadi karyawan, sampai pada kompensasi dari kerugian yang ditimbulkan dari usaha yang dijalankan. Memang tidak sepenuhnya usaha yang didirikan disuatu daerah menimbulkan dampak negatif, banyak juga yang berdampak positif bagi masyarakat sekitar, seperti misalnya dibangunnya sarana dan prasarana yang mempermudah akses keluar masuk daerah tersebut kemudian dibangunnya fasilitas umum dan perrekrutan menjadi karyawan. Untuk ke empat hotel yang di jadikan obyek penelitian, kegiatan sosial kemasyarakatan lebih kepada kepedulian sosial seperti pemberian santunan, beasiswa, kunjungan ke panti asuhan sampai pada kegiatan kebersihan lingkungan. Di Prancis, kegiatan sosial kemasyarakatan lebih banyak dipelopori oleh organisasi sosial, baik lokal, nasional maupun internasional.
101
BAB IV PENUTUP
4.1. Simpulan
Diakhir tulisan ini, dapat disimpulkan bahwa hotel – hotel yang ada termasuk hotel yang diteliti belum sepenuhnya menerapkan konsep ekologi, hanya saja ada beberapa hotel yang sudah menuju kekonsep tersebut dikarenakan kesadaran akan pentingnya perduli lingkungan dan juga karena tuntutan pelanggan serta tuntutan dari pemerintah dan lingkungan. Memang tidak mudah untuk menerapkan konsep tersebut secara menyeluruh, dibutuhkan manajemen yang konsisten menerapkannya serta biaya yang tidak sedikit. Peran serta pemerintah dan lingkungan juga tidak kalah pentingnya dalam mengontrol dan mengawasi kegiatan yang dilakukan hotel terutama yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan. Berdasarkan penelitian di keempat hotel dapat disimpulkan bahwa, masing – masing hotel berusaha menerapkan konsep ekologi, namun terkendala keinginan untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Ditambah lagi kurangnya teknologi – teknologi yang ada di Indonesia yang khusus dirancang untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Ketersediaan produk - produk yang dibutuhkan hotel juga belum sepenuhnya ekologi, sehingga keinginan untuk sepenuhnya ekologi belum bisa tercapai.
Akan tetapi, dengan adanya
sertifikasi dan labelisasi setidaknya mampu menjadi tolak ukur hotel dalam
102
mewujudkan hotel yang perduli lingkungan. Penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten diharapkan bisa mewujudkan hotel yang benar – benar ekologi sehingga dampak pencemaran lingkungan bisa segera teratasi. 4.2. Saran Untuk mewujudkan konsep ekologi disemua bidang memang tidaklah mudah, diperlukan kerja sama semua pihak, baik itu pemerintah, industri maupun masyarakat. Permasalahan pencemaran lingkungan bukan lagi masalah intern dalam negeri tetapi sudah mendunia. Akibat – akibat yang timbulkan juga mulai beragam dan tidak terkontrol. Untuk itu perlu kesadaran dari masing – masing individu untuk mengubah kebiasan buruk yang memicu bertambah parahnya pencemaran lingkungan. Masyarakat sebagai pengontol, harus lebih proaktif dalam menyikapi permasalahan lingkungan yang ditimbulkan baik oleh masyarakat sendiri maupun industri. Selain itu pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pemberi sanksi harus lebih tegas dalam menindak setiap pelanggaran yang dilakukan. Para pelaku usaha pun diharapkan kerjasamanya dalam mewujudkan lingkungan yang sehat. Adanya sertifikasi dan labelisasi diharapkan juga mampu mengubah pola lama ke arah ekologis. Seperti misalnya Tri Hita Karana Award yang merupakan perwujudan dari Tri Hita Karana yang memiliki konsep yang bersifat universal, dan mengandung arti tiga penyebab kebaikan, kesejahteraan, atau kebahagiaan, yang bersumber dari tiga hubungan yang harmonis, antara manusia dengan Tuhan Yang Maha
103
Esa, antara sesame manusia dan antara manusia dengan alam serta mahluk hidup lainnya (lihat Wijaya Kusuma, 2000; Yudiata, 2000)38. Kemudian perayaan Nyepi yang berdampak secara fisik terhadap lingkungan, perayaan Nyepi merupakan tahun baru bagi umat Hindu, Saat perayaan jalanan benar – benar sepi dari lalu lintas kendaraan dan manusia termasuk penerbangan pesawat udara juga tidak beroperasi, dan pada malam hari tidak diperkenankan menyalakan lampu, hal ini dipertahankan selama 24 jam. Dengan perayaan ini otomatis pada hari itu tidak ada pencemaran lingkungan dari sarana transportasi, baik laut, darat dan udara, hal ini juga mampu mengurangi pemakaian bahan bakar dari alat – alat transportasi tersebut, dan bahan bakar yang merupakan bahan baku utama penyediaan listrik. Intinya adalah sesegera mungkin melakukan action utnuk mengurangi permasalahan lingkungan mulai dari sekarang.
38
Wijaya Kusuma, 2000; Yudiata, 2000 dalam Filosofi THK dan Implementasinya dalam Industri Pariwisata oleh A.A.Gde Raka Dalem
104
DAFTAR PUSTAKA
Al-Adnani, Abu Fatiah, Global Warming, Granada mediatama,2008.
BALI – LOMBOK – Flores – Sumba – Sumbawa, Page du Monde, Forest Stewards hip Council, 2008, France. BAYON, Denis et LEVRATTO, Nadine, Faire l’économie des déchets, Albiana, 2009. Cribb, Robert, ed., The Indonesian killings of 1965-1966: studies from Java and Bali (Clayton, Vic.: Monash University Centre of Southeast Asian Studies, Monash Papers on Southeast Asia no 21, 1990), P. 241-248 Disparda Provinsi Bali, Dalam International Seminar on Tourism Harmonization Development, 2009. Dinas Kehutanan Provinsi Bali, Hutan dan Kehutanan Provinsi Bali, 2002 . Dharma Putra, Ketut Gede, Pencemaran Pariwisata Bali, Denpasar : Manikgeni, 2010.
Lingkungan
Ancam
Djojonegoro,W., 1992, Pengembangan dan penerapan energi baru dan terbarukan, Lokakarya "Bio Mature Unit" (BMU) untuk pengembangan masyarakat pedesaan, BPPT, Jakarta. Erawan, 1994, intitulé: Tourisme et développement économique (Bali
comme un cas); Geriya, 1996; 2000 dans son livre La transformation de la dynamique du tourisme à Bali et à Bali Culture Entrer dans le XXIe siècle. Geertz, Clifford, Penjaja dan Raja: Perobahan Sosial dan Modernisasi Ekonomi di Dua Kota Indonesia. Jakarta: PT. Badan Penerbit Indonesia Raya, 1973. Grand Reportages, BALI, Le Jardin de Dieux, Edition No295, Aout 2006, Grenoble. HQE Association, Le guide de la démarche HQE, novembre 2005, 2eme édition. Disponible sur http://www.assohqe.org/
105
Making Tourism More Sustainable, A Guide for Policy Makers, 2005, UNEP and WTO. ODIT France, Eco-guide et éco-construction dans l’hôtellerie, Edition ODIT France, Octobre 2007. Picard, Michel, Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata. Jakarta: KPG (Kepustakaan Poluler Gramedia), 2006.
ROJEY, Alexandre, L’Avenir En Question, Armand Colin, Paris, 2011 (P.109) Rapport Brundtland, Chapitre 2 « Vers un développement soutenable », 1987. Disponible sur http://europe-sustainable-development-actors database.net/naissance-et-evolution-du-concept SAVY, Michel, Centre D’analyse Stratégique, La Documentation Française, 2010 (P.24) Signé en 1997, le Protocole de Kyoto n‘est entré en vigueur qu‘en 2005. http://europe-sustainable-development-actors-database.net/naissance-etevolution-du-concept SIMON, Jean-Louis, Ingénierie delà restauration et de hôtellerie, Pi, Paris, 2007, P.69. UNESCO, 1978 dalam Chow dkk, 1988 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2005 Ramani,K.V., 1992, Rural electnEcation and rural development, Rural electrification guide book for Asia & Pacific, Bangkok Wijaya Kusuma, 2000; Yudiata, 2000 dalam Filosofi THK dan Implementasinya dalam Industri Pariwisata oleh A.A.Gde Raka Dalem dkk. Wyasa Putra, Ida Bagus dkk, Hukum Bisnis Pariwisata, Denpasar, PT. Refika Aditama, 2001. Yoeti, Oka, Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit : Angkasa Bandung, 1982, Page.24. Seminar : International Seminar on Tourism Harmonization Development, Faculty of Tourism, Udayana, Denpasar, 27 April 2010.
106
Le Partenariat mondial pour le tourisme durable, Tourisme et Environnement programme, IREST, Paris, 22 Februari 2011.
Hotel Energy Solution Workshop, E-Toolkit, UNEP and WTO, Paris, 17 Juni 2011.
Situs Internet : Semua gambar berasal dari www.google.co.id/image dan koleksi pribadi.
Website terkait :
http://fportfolio.petra.ac.id http://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/monografibali http://wayanyasa.wordpress.com/2010/07/18/geografbali http://culturalstudiesbali.wordpress.com/2009/01/22/artikel-pariwisata / http://landspatial.bappenas.go.id/peraturan/the_file/UU_32_Tahun_2009.pdf http://www.docstoc.com/docs/32807853/Keputusan-Menteri-NegaraLingkungan-Hidup-No-52-Tahun www.laclefverte.org http://www.greenglobe21.com/h www.eco-label.com/french http://www.tempointeraktif.com/hg/info_memo_bisnis/2010/03/07/brk,201003 07-230631,id.html http://swamediainc.com/events/tag/majalah-swa http://news.okezone.com/read/2010/12/05/340/400340/34-hotel-bersaing-raihtri-hita-karana-award http://www.journalbali.com/article-coloumn/articles/tri-hita-karana-awardsmenuju-pembangunan-pariwisata-yang-berkelanjutan-dan-ramahlingkungan.html http://industri16andi.blog.mercubuana.ac.id/2011/01/18/sejarah-manajemenlingkungan-di-indonesia
107
http://industri16ririn.blog.mercubuana.ac.id/2011/01/23/tujuan-penerapan-sml http://www.assohqe.org www.google.com http://cesckadek.wordpress.com http://www.sinarharapan.co.id/index.html http://mandaazzahra.wordpress.com/2008/06/10/krisis-air-bersih-di-indonesia http://www.facebook.com/topic.php?uid=126205514129&topic=10086 http://www.kbr68h.com/berita/nasional/4004-bali-krisis-listrik-sepekanmendatang http://www.alpensteel.com/article/47-103-energi-angin--wind-turbine--windmill/2320--investasi-di-bali-terganggu-oleh-krisis-listrik.html http://www.luxurytravel.com/hotels/indonesia/bali/intercontinental-bali-resort http://www.dhyanapura-beach-resort.com/rooms.html http://www.bali-2009.com/hotelsbali/hotel_bali_indonesie_santi_mandala_villa_spa.htm http://dshotel.wordpress.com/2011/05/25/shita-bali-hotel-dan-spa-berkualitasnamun-juga-elegan http://digilib.petra.com www.badungkab.go.id www.balipost.com http://aliantiqueco.tripod.com http://O2indonesia.files.wordpress.com http://wartapedia.com/tekno/terapan/2724-m-tow-alat-penghemat-air-flushingtoilet.html
108