PENDAHULUAN
E-Life Style sebagai realita kehidupan terkini menunjukkan hampir tidak ada satu bidang kehidupan manusia yang tidak tersentuh elektronik (komputer). Fenomena Digital Economics juga menandai meningkatnya ketergantungan perusahaan terhadap sistem informasi. Hal ini juga berdampak terhadap bidang akuntansi dan auditing, sistem akuntansi manual bergeser menjadi sistem informasi akuntansi (SIA) berbasis elektronik. Organisasi yang menguasai informasi akan bertahan dan memenangkan persaingan di era informatic economy (Tapscott, 2003). SIA adalah sistem yang meliputi perangkat keras, perangkat lunak, prosedur, basis data, sumber daya manusia dan fasilitas-fasilitas untuk memproses informasi akuntansi dan keuangan suatu organisasi, yang mampu meningkatkan akurasi dan kecepatan dalam pemrosesan informasi serta mengarahkan perusahaan untuk meraih keunggulan bersaing. Misalnya, sebuah ritel buku amazon.com sukses melakukan penjualan global secara online melalui pemanfaatan SIA dan e-commerce (Benyamin, & Smith, 1984; Beddel, 1985; Antarina Amir, 1996; Sumamo Zain, 1996; Joseph Lukuhay, 1998; dan Onno W. Purbo, 1999). Di samping bermanfaat juga terdapat berbagai risiko yang melekat pad a SIA, yang meliputi kerugian akibat pencurian aktiva komputer, meningkatnya penyalahgunaan atau penyelewengan, kekalahan dalam bersaing karena salah memilih dan memanfaatkan SIA, kerugian akibat pencurian data, pelanggaran privasi, dan gangguan-gangguan dalam kegiatan usaha akibat tidak efektifnya pemanfaatan SIA (King, 1994; Warren, Parker & Thrun, 1998; Bobby Nazief, 1998; Gelinas et al., 1999; Bodnar & Hoopwood, 2001). Sebagai contoh: 35% bank di Indonesia dan sebagian besar adalah bank asing yang telah siap menghadapi masalah komputer tahun 2000 (MKT2000/ Y2K). Sehingga sebagian besar bank tidak beroperasi pada saat menjelang tahun 2000. MKT2000 yang cukup kritis diantaranya, EFT, payroll, AIR report tidak dapat diproses. Sebagai contoh untuk payroll, Age (current year, 2000) - birthyear(1945)tertulis (00-45),If Age> 55 then Retire (person). Maka seseorang yang lahir sebelum tahun 1945 tidak akan pemah pensiun karena sistem Penulisan angka dengan dua digit keliru menghitung umur pada tahun 2000 (Widijanto S. Nugroho, 1999; BI, 2000). Pembobolan BNI' 46 di Los Angeles USA sebesar 3 juta US$ oleh hacker, seorang mahasiswa Indonesia (Info Bank, 2000; Info Komputer, 2000); Kasus mirror (situs palsu) mobile banking Klik BCA (Info Bank, 2002); Pemadaman listrik sebagian besar wilayah di Indonesia oleh PLN yang disebabkan karena tidak efektifnya aplikasi basis data di beberapa pusat pelayanan komputer pusat PLN pada awal tahun 2002 (Info Komputer, 2002).
·
· ·
1
Pendahuluan
--
---
·
Pemusnahan bahan bukti audit secara elektronik dalam kasus Enrron, WorldCom, Xerrox dan SmartTalk (Media Akuntansi, 2002; Auditor, 2003) yang mempengaruhi integritas profesi akuntan publik.
Risiko tersebut tidak dapat dieliminasi, hanya dapat diminimalkan jika SIA dilengkapi dengan struktur pengendalian internal (SPI) yang memadai. SPI adalah satu perangkat kebijakan dan prosedur-prosedur pengendalian administrasi dan pengendalian akuntansi untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan perusahaan tercapai (Cushing, 2000). Para auditor SIA adalah pihak yang bertanggungjawab dalam penilaian risiko dan pengendalian SIA. Auditor harus memperhatikan kewajiban hukum, etika, norma maupun standar auditing, SPI, metode dan teknik audit, mengkomunikasikan temuan-temuan hasil audit, dan menindaklanjuti temuan-temuan tersebut (Maher & Ramanan, 1988; Wu,1992; IFAC, 1995; Bakos & Tracy, 1996). Jika perusahaan menerapkan SIA yang kompleks, auditor harus memiliki pengetahuan teknis komputerisasi yang baik ten tang pendekatan audit SIA sehingga mampu membuat pertimbangan yang tepat dan dapat melakukan tugas akumulasi datal bukti yang diperlukan dengan baik. Secara otomatis metode audit manual beralih ke metode audit dengan komputer dan audit berbantuan komputer mikro (IIA, 1995; IFAC, 1995; Arens & Loebbecke, 2000; ISACA, 2003; Arifin Wirakusumah & Sukrisno Agus, 2003, Aren, Elder & Beasley, 2003). Jenis audit internal SIA akan berbeda jika aktivitas organisasi yang melaksanakannya berbeda. HasH penelitian dari Barlow (1995); Suripto Samid (1996); Bill, et al.(1997); Hiro Tugiman (2000) menyatakan bahwa pengaruh peranan manajemen terhadap fungsi audit internal pada setiap organisasi berbeda-beda. Kemampuan teknis dan intelektual auditor internal, dan budaya organisasi mendukung pernyataan bahwa jenis audit internal SIA pad a setiap organisasi berbeda-beda sesuai dengan SPI dan karakteristik organisasi (Morris & Pushkin 1995; Ivancevich, Hermanson, & Smith, 1998; Hermanson, 2000). Survei menyatakan bahwa 58% penerapan e-business di Indonesia dilaksanakan oleh industri perbankan dan keuangan. Industri ini memiliki karakteristik usaha yang unik dibandingkan dengan industri lainnya. Industri ini sangat rawan bagi auditor SIA diantaranya, disebabkan oleh (a) hampir seluruh kecanggihan SIA berbasis elektronik digunakan di bidang perbankan, seperti ATM, EFT, mobile banking, dan lain-lain, (b) banyak terjadinya kejahatan komputer yang dimungkinkan akibat lemahnya SPI seperti, tidak adanya pemisahan fungsi, praktek yang tidak sehat berupa kerja sarna orang dalam (staf) dengan para hacker (IPKIN, 1999). Risiko audit SIA berbasis elektronik serna kin meningkat disebabkan (Gupta, 1979; Anis Baridwan, 1999; Arens & Loebbeckke, 2000; Arifin Wirakusumah & Sukrisno Agus, 2003) oleh (a) Jejak audit kadang-kadang tidak tampak, (b) Kesalahan akan berulang-ulang sampai diperbaiki, (c) Sering tidak ada pemisahan fungsi dan tugas, (d) Teknologi komunikasi dalam komputer (analog menjadi digital, dan lainPendahuluan
2
lain), dan (e) Salah menyimpulkan: (i) Laporan benar dikatakan salah (type A error), dan (ii) Laporan salah dikatakan benar (type B error). Selain itu aturan dari IAI (1996) tentang audit SIA mengharuskan bahwa (a) tidak boleh memakai tenaga ahli, dibolehkan tetapi harus di bawah kendali auditor, dan (b) harus memiliki pengetahuan minimum sebagai auditor yang mengaudit SIA. Oalam rangka penerapan GCG Bapepam mengeluarkan Peraturan No. X.K.2 tahun 2001 tentang kewajiban emiten mengenai penyampaian laporan keuangan berkala, dengan tujuan memberikan informasi yang lebih cepat dan akurat melalui pemanfaatan SIA, dan kewajiban memiliki komite audit. Sementara itu, Bapepam telah menangani berbagai kasus seperti yang disajikan pada Tabel 1.1 selama tahun 1999 sampai tahun 2001. Nampak bahwa jumlah kasus meningkat dari tahun 1999 sid 2000, kasus-kasus ini melibatkan para pelaku bursa baik emiten, perusahaan efek dan wali amanat, biro administrasi efek, manajer investasi, konsultan hukum, bank kustodian, dan akuntan publik. Sebagian besar emiten yang terlibat adalah emiten yang telah memiliki komite audit. ]umlah kasus terus meningkat disebabkan karena akumulasi jumlah kasus-kasus dari tahun sebelumnya yang masih dalam proses penyelesaian hukum dan belum tersedia secara lengkap baik pedoman pelaksanaan penyelesaian maupun sumber daya untuk menangani hukum dan penegakannya. Mulai ada upaya dari Bapepam dan PT BE] berupa kerja sarna dengan jajaran kepolisian dalam bentuk pelatihan para tenaga penyidik dari Bapepam dan BE] di Pusdikresintel Pam Polri di Mega Mendung dan membuka saluran untuk menerima laporan dari masyarakat.
Pendahuluan
3
am Selama . Tahun 1999 - 2001
Jumlah Kasus 2000
1999
4
-
3
351 18
3
1
1
1 9 17
2001
612
2 6
10
Totai13'9 Sumber: Bapepam Annual Report 1999 - 2001
Selanjutnya pada Tabel 1.2 disajikan sejumlah dugaan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh emiten di BEJ beserta sanksi yang ditujukan kepada emiten pelanggar sejak tahun 1999 sampai tahun 2002. Sebagian besar emit en pelanggar adalah emiten yang telah memiliki komite audit dan menerapkan SIA. Pada umumnya keterlambatan terjadi karena sebagian besar laporan keuangan emit en terse but diaudit oleh kantor akuntan publik yang sarna dan sebagian besar audit yang dilaksanakan belum berbantuan teknologi komputer secara penuh. Sebagian besar aktivitas emiten yang dikenakan sanksi tersebut di atas adalah industri perbankan (Bapepam, 2000). Tabel1.2 P,
--
Pelanggaran
--
Keterlambatan
kan Huk
---
-
oleh Emiten
Jumlah Keterlambatan Penyampaian Laporan Laporan Keuangan Tahunan - Laporan Keuangan Tengah Tahunan
-
- Laporan Keiadian Penting
-
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum Laporan Penjatahan Saham dan Audit Penawaran Tender Laporan Tahunan
Jumlah denda yang dikenakan kepada emitenemiten (dalam Rp. 1 Miliar)
Sanksi TerhadaD Emit Tahun 2000 2002 2001 185 130 182 97 68 92 4 21 24
-
1999 211 89 57
1 24
14
17 29
10 38
2
1
2
5
57 11,38
26 2,745
18
12
13,236
7,96
Sumber: Bapepam Annual Report 1999 - 2002
Dilihat dari Tabel 1.2 bahwa jumlah keterlambatan dari tahun 1999 sampai tahun 20001 menurun dan meningkat lagi pad a tahun 2002. Pada umumnya
Pendahuluan
4
keterlambatan terjadi karena emiten-emiten mengalami beberapa masalah, seperti kurang memadainya SIA yang diterapkan dan lemahnya (tidak memadai) SPI. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kewajiban penyampaian pelaporan keuangan yang tepat waktu dari emiten-emiten di BE] masih belum efektif dan efisien. Sementara itu Bapepam dan SRO yaitu BE], BES, KDEI, dan KPEI harus mulai menerapkan ]A1'5 dan E-reporting system secara simultan dan terintegrasi sepenuhnya yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, akurasi dan keandalan transaksi di BE] serta pelaporan keuangan dari emiten kepada BE] sejak 2001. Berdasarkan data sampai semester pertama pada tahun 2003 ternyata baru 13% dari seluruh emiten yang telah siap melaksanakan kedua sistem tersebut, padahal target yang telah ditetapkan sebelumnya adalah 50% dari seluruh emiten di BE] sudah harus siap. Sedangkan Informasi atau riset mengenai jenis audit SIA emitenemiten di BE] untuk mengumpulkan informasi sebagai kesiapan dari emiten tersebut untuk melaksanakan kedua sistem tersebut sampai saat ini belum tersedia (BE], 2003). Berdasarkan hasH studi eksplorasi lapangan pendahuluan oleh Penulis terhadap beberapa pihak manajerial emiten, divisi monitoring emiten di BE] dan Bapepam. Maka dapat diinventarisasi beberapa permasalahan yang dihadapi para emiten, diantaranya adalah sebagai berikut: Manajemen menghasilkan pelaporan akuntansi yang belum memadai, yang paling sering terjadi adalah tidak tepat waktu, kurang akurasi, kurang reliabilitas dan tidak memadainya pengungkapan. Kurang memadainya standar audit pada area pengendalian internal adalah penyebab utama dugaan kegagalan audit. Lemahnya (tidak memadai) SPI. Kurang memadainya auditabilitas terhadap SIA. Proses pengambilan keputusan manajerial sering berdampak terhadap besarnya biaya pemrosesan informasi akuntansi akibat tidak memiliki SDM relevan yang kompeten. Di era digital economics pemanfaatan SIA yang kompleks berdampak pada meningkatnya risiko audit bagi perusahaan. Tingkat persaingan yang semakin tajam akibat redefinisi bentuk bisnis yang baru yaitu aliansi strategik tanpa batas (borderless)atau pembentukan anggota jaringan maya (virtual) dengan pemasaran super agresif sebagai daya saing dalam organisasi jaringan menjadi ciri pelayanan untuk memuaskan pelanggan. Akibatnya keunggulan bersaing berkesinambungan kini tidak lagi terkait dengan skala ekonomik dan lingkup ekonomik. Krisis moneter masih terasa sehingga semakin sulit mencari sumber pembiayaan dan biaya modal semakin tinggi. Para akuntan manajemen industri jasa maupun manufaktur menghadapi masalah perancangan sistem yang tidak lagi menggunakan model-model sistem dan prosedur rancangan entitas mandiri yang terpisah. Tetapi proporsi akuntansi
·
· ·· ·
· · · ·
Pendahuluan
5
--
·
adalah sebuah jaringan dengan merumuskan ulang konsep harga transfer, berkesinambungan, penetapan harga pokok berbasis aktivitas, inovasi organisasi, dan lain-lain. Oi sam ping itu, mereka juga menghadapi permasalahan dengan pengukuran terhadap daya tanggap mengikuti perkembangan teknologi yang relevan dan manajemen knowledge untuk menghindari kebangkrutan. Mungkin nisbah ROA, ROE, ROI perlu ditambah dengan ROK. Fenomena SAP, ERP, dan CRM mulai diterapkan untuk menjaga kinerja organisasi jaringan. Sehingga PSAK No 4. Laporan Keuangan Konsolidasi semakin terfokus pad a pengendalian, bukan hanya kepemilikan.
Permasalahan tersebut di atas dialami oleh beberapa emiten maupun yang belum memiliki komite audit dan menerapkan SIA. pertanyaan mengenai fungsi dan peran komite audit serta efektivitas, ekonomisnya pemanfaatan SIA. Salah satu unsur dalam komite
yang sudah Maka timbul efisiensi dan audit adalah
manajemen yang independen, diantaranya adalah auditor internal yang bertanggung jawab terhadap fokus manajemen risiko perusahaan. Sementara itu, semakin besar ketergantungan organisasi terhadap SIA maka serna kin besar pengaruhnya terhadap manajemen risiko dan kinerja perusahaan. Maka perlu dicermati SPI yang memadai atas SIA. Auditor internal adalah sal~h satu pihak yang bertanggung jawab untuk memastikan apakah SPI dapat memenuhi tujuan-tujuan pemanfaatan SIA dengan risiko yang relatif rendah. IIA (1995), Ivaneevich, Hermanson & Smith (1998), Hermanson (2000), dan ISACA (2003) menyatakan bahwa auditor perlu meningkatkan pengetahuan mengenai pendekatan audit SIA baik tehnik dan metode audit sesuai dengan operasional atau karakteristik organisasi serta SPI suatu organisasi. Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara konsep audit yang diterapkan untuk SIA berbasis elektronik yang kompleks dengan SIA manual yang tidak kompleks. Oengan kata lain untuk standar, kode perilaku profesi, pendekatan, dan kewajiban hukum serta interpretasi auditor adalah sarna. Lebih lanjut, kemungkinan terdapat perbedaan persepsi (keahlian) tentang SPI yang memadai atas SIA suatu organisasi adalah sangat keeil diantara para auditor internal (IIA, 1995; AICPA, 2000; Hermanson, 2000; ISACA, 2003). Akhirnya Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema sentral "Mengapa pelaporan akuntansi yang berkualitas dan tepat waktu oleh emitenemiten di BEJ masih belum efektif dan efisien. Mengapa terjadi perbedaan jenis audit internal atas pemanfaatan SIA dengan risiko yang minimal oleh emiten-emiten di BEJ. Apakah faktor-faktor yang mempengaruh jenis audit internal SIA pada setiap perusahaan. Berdasarkan inventarisasi permasalahan di atas perbedaan jenis audit internal SIA kemungkinan disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah karakteristik organisasi, tujuan evaluasi PI, dan persepsi tentang SPI yang memadai atas SIA dari para auditor internal. Oleh karena itu diperlukan adanya indikatorindikator yang mampu menjelaskan mengapa terjadi perbedaan jenis audit internal SIA dan bagaimana pengaruh tujuan evaluasi PI dan karakteristik organisasi Pendahuluan
6
terhadap jenis audit internal SIA serta bagaimana gambaran persepsi ten tang SPI yang memadai atas SIA diantara para auditor internal emiten-emiten di BE]". Identifikasi
Masalah
1) Bagaimana hubungan antara tujuan evaluasi PI, karakteristik organisasi dan jenis audit internal SIA emiten-emiten di BE]. 2) Berapa besar pengaruh tujuan evaluasi PI dan karakteristik organisasi terhadap jenis audit internal SIA emiten-emiten di BE] baik secara parsial maupun simultan. 3) Bagaimana gambaran persepsi tentang SPI yang memadai atas SIA dari para auditor internal, baik yang tradisional maupun analis SIA emiten-emiten di BE]. Maksud dan Tujuan Penelitian Menganalisis fenomena yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi jenis audit internal SIA emiten-emiten di BE]. 1) Untuk mengetahui hubungan antara tujuan evaluasi PI, karakteristik organisasi dan jenis audit internal SIA emiten-emiten di BE]. 2) Untuk mengetahui besarnya pengaruh tujuan evaluasi PI dan karakteristik organisasi terhadap jenis audit internal SIA emiten-emiten dLBE] baik secara parsial maupun simultan. 3) Untuk mengetahui gambaran persepsi ten tang SPI yang memadai atas SIA dari para auditor internal, baik yang tradisional maupun ana lis SIA emiten-emiten di BE]. Kegunaan HasH Penelitian 1) Memberikan' kontribusi untuk pengembangan ilmu auditing dan SIA pada umumnya serta khususnya bidang audit internal SIA. 2) Memberikan kontribusi untuk pengembangan bidang studi . akuntansi konsentrasi SIA dengan memuat beberapa topik seperti pemrograman komputer, manajemen basis data, sistem pakar (Expert system) dan online audit. 3) Memberikan referensi sebagai kajian riset audit SIA lebih lanjut dengan pendekatan antar disiplin di bidang akuntansi, teknologi komputerl informasi, dan psikologi dalam topik interaksi manusia dengan komputer serta audit online bagi peneliti baru. 4) Memberikan kontribusi kepada perusahaan mengenai manajemen risiko dan pengendalian terhadap pemanfaatan SIA. 5) Memberikan masukan kepada organisasi profesi dan institusi terkait di Indonesia diantaranya, YPIA, IAI, IPKIN, Mastel, Bapepam LK dan SRO, BI, Menko Info RI, ASPILUKI, BPPT.
7
Pendahuluan
----