BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Infrastruktur memiliki peranan penting dalam pembangunan yang saat ini berlangsung. Diperlukan perhatian khusus pada pembangunan, penggunaan ataupun pemeliharaan dari infrastruktur tersebut, sehingga kondisi infrastruktur selalu memenuhi standar mutu dan berfungsi dengan baik, yang kemudian akan mendukung peningkatan perkembangan sosial dan ekonomi suatu negara. Dalam pembangunan infrastruktur terdapat faktor penting yang sangat berperan, yaitu sumber daya manusia. Peranan tenaga kerja di sini sangatlah vital dan menentukan atas berhasil atau tidaknya pembangunan tersebut. Kondisi tenaga kerja konstruksi yang berkualitas dan kompeten diharapkan akan dapat mewujudkan infrastruktur yang secara konsisten memenuhi keinginan dan kepuasan pelanggan. Kegiatan pembangunan saat ini masih terbagi-bagi, mengutamakan capaian jangka pendek dan mengabaikan prinsip keberlanjutan yang akan menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Hal ini ditambah pula dengan kondisi pemanasan global yang semakin meningkat, juga terbatasnya sumber
daya
yang
mempertimbangkan
tersedia,
lingkungan
sehingga harus
pembangunan
digalakkan
yang
pelaksanaannya.
Kesadaran untuk melakukan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yang mana mempertimbangkan lingkungan sebagai aset terbesarnya,
harus ditumbuhkan, khususnya
pada
setiap tahapan
penyelenggaraan infrastruktur. Sehingga keseimbangan alam akan terjaga, tidak punah dan manfaatnya tetap dapat dinikmati oleh masyarakat hingga generasi-generasi mendatang. Perlu pula ditingkatkan kewajiban untuk memenuhi ketentuan pengelolaan lingkungan hidup, dan mendukung pembangunan
berkelanjutan
dalam
penyelenggaraan
konstruksi
infrastruktur, dengan memperhatikan asas kemanfaatan, keseimbangan,
1
2
keselamatan, keserasian infrastruktur dan lingkungan hidupnya (Penjelasan Permen PU 5/2015). Infrastruktur berkelanjutan adalah kerangka pengambil keputusan untuk penanaman modal pada manajemen aset yang menghasilkan keluaran ramah lingkungan dan pemahaman bahwa penanaman modal yang efektif memerlukan pemikiran non tradisional dan pemusatan usaha antar kebutuhan perusahaan dan produk-produknya (City of Seattle Department of Planning and Development, 2009). Untuk membangun infrastruktur yang berkelanjutan, perlu memenuhi beberapa karakteristik yang memenuhi unsur sosial, ekonomi dan lingkungan. Namun saat ini, dalam membangun infrastruktur yang berkelanjutan terdapat beberapa kesulitan dan tantangan yang dihadapi. Tantangan utama merupakan kurangnya pengetahuan tentang bangunan yang berkelanjutan dari arsitek, kontraktor, pembuat keputusan dan pengguna bangunan (Alnaser dan Flanagan, 2007). Sertifikat merupakan tanda bukti kompetensi seseorang, namun kondisi itu juga tidak secara otomatis menjadikan para tenaga kerja konstruksi yang bersertifikat memahami tentang pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Sebagian besar tenaga kerja konstruksi bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan tidak mempertimbangkan untuk memiliki sertifikat. Ketika sertifikat yang bisa meningkatkan nilai jual masih belum mereka anggap penting, hal demikian bisa berlaku pula untuk pembangunan infrastruktur yang menggunakan prinsip berkelanjutan. Sehingga kesadaran tenaga kerja konstruksi terhadap pembangunan infrastruktur berkelanjutan sangatlah kurang, terutama tenaga terampil. Dengan minimnya pemahaman tenaga kerja konstruksi tentang pembangunan infrastruktur berkelanjutan, maka dikhawatirkan pembangunan infrastruktur berkelanjutan tidak dapat terwujudkan. Untuk menunjang dan mendukung proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang aman, berkualitas, dan berkelanjutan di suatu negara, mutlak diperlukan kesiapan tenaga kerja konstruksi. Karena itulah,
3
pengembangan tenaga kerja konstruksi merupakan satu hal yang perlu menjadi salah satu fokus kita bersama. Tenaga kerja konstruksi yang bersertifikat menguasai salah satu ilmu dari kompetensi dasar dan diakui dalam bentuk sertifikat. Penelitian kali ini akan mencoba mengetahui seberapa besar pemahaman tenaga kerja ahli konstruksi yang bersertifikat terhadap pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. Dan seberapa jauh karakteristik infrastruktur yang berkelanjutan tersebut telah diterapkan dalam pembangunan infrastruktur yang telah mereka lakukan.
1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas antara lain: 1. Kurangnya pengetahuan tentang infrastruktur berkelanjutan pada tenaga kerja ahli konstruksi. 2. Kurangnya pembangunan infrastruktur yang dibangun dengan prinsip berkelanjutan. 3. Sejauh mana perbedaan pengetahuan dan perilaku kerja proyek antara tenaga kerja ahli konstruksi yang bersertifikat dan tidak bersertifikat? 4. Adakah pengetahuan infrastruktur berkelanjutan yang diberikan pelatihan kepada tenaga kerja ahli konstruksi, dan berpengaruhkah pada perilaku kerja mereka?
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan antara lain sebagai berikut: 1. Mengetahui apakah sebagian besar tenaga kerja ahli konstruksi mengetahui karakteristik infrastruktur berkelanjutan. 2. Mengukur apakah tenaga kerja ahli yang bersertifikat lebih mengetahui karakteristik infrastruktur berkelanjutan dibanding tenaga kerja ahli yang tidak bersertifikat. 3. Mengidentifikasi karakteristik infrastruktur berkelanjutan baik yang telah maupun yang belum diketahui oleh tenaga kerja ahli konstruksi,
4
dan mengetahui karakteristik yang telah dikerjakan maupun belum dikerjakan dalam proyek mereka.
1.4
Batasan Penelitian Perlu adanya batasan-batasan dalam penelitian ini sehingga, penelitian yang dilakukan lebih terarah dan mendapatkan hasil yang tepat, antara lain: 1. Wilayah penyebaran kuisioner pada wilayah kerja Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah II Surabaya, dimana proyek yang dikerjakan bisa berada di wilayah kerja tersebut ataupun tenaga kerja ahli yang posisi saat pengambilan kuisioner berada di wilayah pengumpulan kuisioner. 2. Tenaga kerja konstruksi yang dimaksud adalah tenaga kerja ahli dengan pertimbangan para tenaga ahli memiliki pendidikan dan pengalaman yang lebih baik daripada tenaga terampil, sehingga sebagian besar dasar pemikiran dari proses pembangunan infrastruktur berasal dari mereka.
1.5
Manfaat penelitian Diharapkan nantinya penelitian ini akan mendapatkan manfaat antara lain: 1. Akademis: Menambah pengetahuan dan bisa dijadikan acuan dalam melakukan penelitian di bidang pengembangan tenaga kerja konstruksi khususnya dalam menuju pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. Sejauh mana pengetahuan tenaga kerja ahli konstruksi tentang karakteristik infrastruktur berkelanjutan akan dapat diukur, sehingga ke depannya akan dapat menentukan sikap untuk meningkatkan baik pengetahuan maupun tata cara pelaksanaan proyek yang berkaitan dengan infrastruktur berkelanjutan. 2. Praktis: Masukan pada Pemerintah Pusat dan Daerah dalam menyusun program Pelatihan dan Uji Kompetensi dan mensosialisasikan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan
5
1.6
Keaslian Penelitian Sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian tentang kompetensi tenaga kerja ataupun infrastruktur berkelanjutan, dimana cukup berkaitan dengan penelitian ini, antara lain: 1. Furqan Usman (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan Green Construction pada Bangunan Gedung terhadap Kinerja Mutu Proyek di Lingkungan PT. X. 2. Mei Yuan (2011) meneliti tentang kerangka pengetahuan manajemen terpusat untuk mengatur pengetahuan berkelanjutan pada sektor infrastruktur di Australia. 3. Haleh Rasekh (2013) mengambil penelitian tentang menghantarkan visi bangunan berkelanjutan. 4. Anju Kakkar (2014) meneliti tentang pelaksanaan pelatihan pekerja konstruksi untuk lingkungan berkelanjutan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini melihat pengaruh antara tenaga kerja ahli yang berkompeten, dimana dilihat dari kepemilikan sertifikat, dengan seberapa banyak
pengetahuan
yang
mereka
miliki
tentang
Infrastruktur
Berkelanjutan dan seberapa jauh telah diterapkan pada pembangunan di Indonesia, khususnya di wilayah kerja Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah II Surabaya. Maka bisa dikatakan bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang baru dan memiliki manfaat.