PENDAHULUAN Latar Belakang
Perubahan keempat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pada pasal 3 1 ayat 4 yang menyatakan bahwa anggaran pendidikan hams berada pada besaran 20
persen dari APBN dan APBD akhirnya disahkan ole11 Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada hari Sabtu (1018) malam pukul 23.55 (Konipa.~, I 1 Agustus 2002). Peristiwa ini inenjadi tonggak sejarah barn bagi
perjalanan pembangunan bidang pendidikan di Indonesia, dengan rnulai munculnya kembali kesadaran baru pada seluruh elemen bangsa untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Sebab selama ini pendidikan belum pernah menjadi panglima b a g proses peinbangunan nasional
yang sanggup
memberdayakan kehidupan bangsa Indonesia secara menyeluruh. Pembangunan kualitas manusia inelalui pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan strategis untuk menyiapkan manusia Indonesia yang lnelniliki kemampuan daya saing yang tinggi di tengah-tengah kehidupan global. Proses pendidikan perlu dikembangkan sehingga menjadi suatu proses pemberdayaan untuk mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan kepada keberdayaan masyarakat lokal, kepada rnasyarakat bangsanya dan pada akhimya kepada masyarakat global. Pemberdayaan masyarakat berarti mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa sehingga masyarakat merniliki daya dan kesempatan untuk mengembangkan kel~idupannya,tanpa ada kesan bahwa pengembangan itu adalah hasil kekuatan dari eksternal. Memberdayakan masyarakat berarti inenempatkan
masyarakat sebagai subyek, bukan sebagai obyek dalam pembangunan masyarakat (Surnardjo, 2000). Menurut Sihombing (2000) pemberdayaan ~nasyarakat mengandung inakna inembangunkan kekuatan inasyarakat agar mereka mampu bersaing menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi silih berganti dalam kehidupannya. Masyarakat yang mampu menghadapi tantangan ini hanyalah mereka yang memiliki kekuatan dalarn dirinya atau inner dynamic (McClelland) dalatn arti inemiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang siap digunakan untuk inengatasi permasalahannya. Masyarakat yang inengabaikan ketiga faktor tersebut akan cenderung lari dari pennasalahan, sementara permasalahan akan terus mengejamya. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistern pembangunan nasional meiniliki dua sub siste~npendidikan yaitu pendidikan sekolah (in-school education) dan pendidikan luar sekolah (off school education). Sub sistem kedua disebut pendidikan nonformal dan pendidikan infonnal Program pendidikan luar sekolah oleh Harbinson digolongkan menjadi tiga katagori (Sudjana, 1981) yaitu; (1) program pendidikan untuk ineningkatkan keinainpuan kerja bagi mereka yang telah mempunyai pekerjaan, (2) program pendidikan untuk mempersiapkan angkatan kerja, terutama bagi generasi muda, yang akan memasuki lapangan kerja dan (3) program pendidikan untuk memperluas dan meningkatkan peinal~aman masyarakat tentang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tentang dunia kerja. Pendidikan luar sekolah diselenggarakan di masyarakat, Iernbaga-lembaga dan keluarga. Pendidikan luar sekolah telah tumbuh dan berkernbang dalarn aka kebudayaan setiap masyarakat dan sering bersumber pada agama dan tradisi yang
dianut ole11 inasyarakat, sehingga kehadirannya meinpunyai akar yang kuat pada budaya yang dianut masyarakat. Salah satu bentuk pendidikan luar sekolah yang berkeinbang saat ini adalal~Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). PKBM merupakan salah satu program dari Pendidikan Masyarakat (Diktnas) di b a w d Departetnen Pendidikan Nasional. Banyak program-program yang dilaksanakan oleh Dikmas diakui metniliki kelernahan. Menurut penilaian banyak pihak program-program yang disusun cenderung bersifat top down (ditentukan dari atas) dan belwn melibatkan masyarakat secara optimal. Dikinas harus mulai lebih proaktif dalam menyikapi kebutuhan riel masyarakat sesuai dengan keadaan mereka. Dikrnas juga hams berani tnemberi kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif
dalam merencanakan, melaksanakan dan meilgevaluasi
program kegiatan mereka. Mereka perlu diberi kesempatan untuk ikut bersamasama bertanggungjawab terhadap program belajar mereka sendiri, yang tidak lagi hanya tergantung kepada petugas Dikrnas (pemerintah). Salah satu upaya untuk mengatasi semua kelemahan tadi mulai pertengahan tahun 1998 telah dirintis Program Layanan Pendidikan Luar Sekolah yang berbasis masyarakat inelalui PKBM. Di Jawa Barat terdapat 47 PKBM dan 2 diantaranya berada di Kota Bandung, yaitu PKBM ALPA di Kelurahan Cirangrang Kecamatan Babakan Ciparay dan PKBM CIBADAK di Kelurahan Cibadak Kecamatan Astanaanyar. PKBM mempakan pusat (sentra) danlatau wadall seluruh kegatan belajar masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan, ketrampilan/keahlian, hobj atau bakatnya yang dikelola/diselenggarakan oleh, dari dan unhk masyarakat. Jenis kegiatan yang dilaksanakan PKBM ALPA berupa
program pembinaan
kemanusian, di antaranya
menyukseskan wajib belajar dan program
pemberdayaan ekonomi masyarakat
seperti latihan ketrampilan praktis,
pembinaan kelompok belajar usaha dan magang pembuatan suku cadang (spare part) sepeda motor.
Kegiatan magang mempunyai tujuan yaitu memperluas keikutsertaan masyarakat dalam pemerataan kesempatan belajar dan meningkatkan mutu masyarakat melalui pendidikan, meningkatkan proses belajar mengajar untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal, dan mempersiapkan warga belajar untuk mengembangkan diri pribadinya atau untuk memperoleh kesempatan kerja yang lebih besar (Sihombing, 2001). Penekanan kegiatan magang adalah perubahan perilaku anggota, baik pengetahuan, ketrampilan, maupun sikapnya, guna mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja, sehingga pendapatannya meningkat. Kenyataan di lapangan mas& banyak kegiatan yang dijalankan PKBM masih bersifat top down, sehingga kegiatan tersebut terasa kurang efektif. Penelitian menarik untuk mengkaji faktor-faktor apa saja yang meinpengaruhi tingkat keefektivan kegiatan magang tersebut. Masalah Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang di atas pennasalahan yang tilnbul dari penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat partisipasi warga
belajar dalam kegiatan magang di PKBM ALPA. 2. Apakah terdapat hubungan antara tingkat partisipasi warga belajar dalam
kegiatan magang dengan tingkat keefektivan magang di PKRM ALPA.
Tujuan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang masalah penelitian yang dikemukakan terdahulu, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengungkapkan
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi
warga belajar dalam kegiatan magang di PKBM ALPA 2. Menganalisa hubungan tingkat partisipasi warga belajar dengan tingkat keefektivan inagang di PKBM ALPA. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perluasan wawasan akademis tentang keefektivan kegiatan magang di PKBM. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan untuk
pengembangan kegiatan magang di PKBM pada masa mendatang.