1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antara makhluk hidup (Anonim 2011). Sagu dari genus Metroxylon, secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu yang berbunga atau berbuah dua kali (Pleonanthic) dan berbunga atau berbuah sekali (Hapaxanthic) yang mempunyai nilai ekonomis penting, karena kandungan karbohidratnya lebih banyak. Golongan ini terdiri dari 5 varietas penting yaitu : Metroxylon sagus (Rottbol atau sagu molat), Metroxylon rumphii (Martius atau sagu Tuni),
Metroxylon rumphii (Martius varietas Sylvestre
Martius atau sagu ihur), Metroxylon rumphii, (Martius varietas Longispinum Martius
atau
sagu
Makanaru),
Metroxylon
rumphii
(Martius
varietas
Microcanthum Martius atau sagu Rotan) (Anonim 2011). Dari kelima varietas tersebut, yang memiliki arti ekonomis penting adalah Ihur, Tuni, dan Molat. Sagu mempunyai peranan sosial, ekonomi dan budaya karena merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat terutama yang bermukim di daerah pesisir. Pertanaman sagu cukup luas, namun luas areal yang pasti belum diketahui (Anonim 2011).
2
Terdapat berbagai jenis Arthopoda yang sering berada pada ekosistem. Arthropoda dalam bahasa latin yang merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen. Dari berbagai jenis Arthopoda ada yang bertindak sebagai hama ( keberadaannya merugikan tanaman sagu) dan ada yang sebaliknya. Adapun hama yang berada pada tanaman sagu menurut Bedford yakni Oryctes rhinoceros, Rhynchophorus sp., Artona catoxantha Hamps. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang Arthropoda yang ada dalam ekosistem pertanaman sagu.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian dalam bentuk pengamatan ini adalah untuk menemukan dan mengetahui spesies-spesies Arthropoda yang berada di pertanaman sagu. Kegunaan percobaan ini adalah sebagai bahan informasi tentang adanya keanekaragaman Arthropoda yang hidup di ekosistem pertanaman sagu.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Bedford (1980) hama tanaman sagu yakni Orytes rhinoceros, Rhynchophorus, Artona catoxantha, Hamps. atau Brachartona catoxantha sebagai berikut:
A. Oryctes rhinoceros Tubuhnya berbulu pendek dan sangat rapat pada bagian ekornya. Kepompong berwarna kuning dengan ukuran yang lebih kecil daripada lundi, terbungkus dalam bahan yang terbuat dari tanah. Kumbang dewasa berwarna merah sawo, panjang 3-5 cm. Imago (kumbang dewasa) meninggalkan rumah kepompongnya pada malam hari dan terbang ke pohon sagu. Gejala yakni terdapat lubang pada pucuk daun bekas gerekan kumbang, setelah berkembang tampak terpotong seperti digunting dalam bentuk segitiga. Bila titik tumbuhnya rusak, sagu tidak mampu membentuk daun lagi dan akhirnya mati.
Gambar 1. Bentuk morfologi Oryctes rhinoceros (Sumber : http://dishutbun.kayongutarakab.go.id)
4
B. Rhynchophorus sp
Terdapat
beberapa
jenis,
yaitu:
Rhynchophorus
ferrugine,
Rhynchophorus ferrugineus, Oliv varietas Schach, F dan Rhynchophorus ferrugineus, Oliv varietas Papuanus, Kirsch. Perbedaannya terletak pada bentuk, ukuran dan rupa kumbang dewasa. Kumbang betina biasanya meletakkan telur pada bekas luka gerekan Oryctes. Bila serangan terjadi pada titik tumbuh dapat menyebabkan kematian pohon.
Gamabar 2. Bentuk morfologi Rhynchophorus sp (Sumber : http://www.shutterstock.com/pic-95218507/)
C. Artona catoxantha
Kupu-kupu Artona catoxantha berukuran panjang 10-15 mm, dengan ukuran sayap 13-16 mm, sayapnya berwarna hitam merah kecoklatan. Pada punggung depan, bagian perut dan pinggir sayap depannya bersisik kuning. Kupukupu Artona bergerak aktif siang hari dan malam hari. Larva Artona berwarna putih kuning berukuran panjang sampai 11 mm. Pada pungungnya terdapat garis lebar berwarna kemerah-merahan. Bagian depan tubuhnya lebih besar dibanding
5
bagian balakang. Stadium larvanya berlangsung selama 17-22 hari. Pada stadium inilah kerusakan tanaman sagu terjadi, yaitu dengan menggerek anak daun sagu. Tingkat serangan yang terlihat bahwa titik larva yang baru menetas masuk dalam jaringan daun dan memakan daging anak daun. Bekas serangan itu dari bawah tampak sebagai bintik-bintik kecil yang tidak tembus. Tingkat serangan garis adalah larva Artona yang lebih besar menyusup lebih meluas, sehingga bekas serangga tampak seperti garis-garis. Tingkat serangan pinggir adalah larva dewasa yang menggerek daun sagu berpindah tempat ke bagian pinggir dan memakan bagian anak daun pinggir. Tingkat serangan akhir adalah pada tingkatan ini daun-daun menjadi sobek-sobek. Daun yang paling disenangi adalah daun tua. Daun bekas serangan terlihat seperti terbakar.
Gambar 3. Bentuk Morfologi Artona catoxantha (Sumber : http://www.knowledgebank.org)
6
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Pengamatan ini dilaksanakan di Dusun Lewong Desa Rante Alang Kecamatan Larompong Kabupaten Luwu dan dilanjutkan di Laboratorium Hama, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar yang di mulai pada Maret – Mei 2012.
Pelaksanaan Pengamatan Pengamatan ini dilaksanakan pada pertanaman sagu milik petani dengan luas lahan pengamatan ± 50 are. Pada pengamatan dilakukan pengelompokan umur tanaman yakni umur muda (1 tahun - 8 tahun ), umur sedang ( 9 tahun – 16 tahun), umur tua ( 17 tahun – 25 tahun ). Lokasi pengamataan tersebut adalah pertanaman sagu monokultur dengan jarak tanam 5 m x 5 m, denah pengamatan dapat di lihat pada Lampiran 1. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama delapan kali pengamatan. Metode pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Arthropoda di air ditangkap menggunakan saringan dan contoh arthropoda yang ditangkap di masukkan ke dalam tabung koleksi yang berisi alkohol 70 %, kemudian di bawah ke laboratorium untuk diidentifikasi. Identifikasi didasarkan pada gambar dan penjelasan yang ditemukan oleh Borror et al, 1992.
7
Arthropoda di permukaan tanah ditangkap menggunakan 2 perangkap yakni (pit fall trap) pada setiap pohon dan perangkat kasa dililitkan pada setiap pohon, selanjutnya contoh arthropoda yang ditangkap dimasukkan di dalam tabung koleksi yang berisi alkohol 70 %, kemudian di bawah ke laboratorium untuk diidentifikasi. Identifikasi didasarkan pada gambar dan penjelasan yang ditemukan oleh Borror et al, 1992.
Analisis data Persentase arthropoda yang ditemukan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Persentase = x 100 %
Dimana : a= Jumlah arthropoda x (ekor) b= Total arthropoda (ekor)
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan spesies arthropoda pada pertanaman sagu yang ditemukan terdiri dari kelas insekta/serangga, kelas Arachnida dan kelas Crustacea. Dari kelas insekta ditemukan spesies serangga hama yakni Atractomorpha crenaticeps Blanchard, Metamasius hemipterus Sericeus, dari kelas Crustacea ditemukan Parathelphusa convexa De Man dan kelas Arachnida Nephila maculate Lamma. Jumlah spesies arthropoda yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1 : Jenis Arthropoda yang Ditemukan pada Pertanaman dan air
No
Hama
1
Atractomorpha crenaticeps Blanchard
2
Metamasius hemipterus Sericeus
3
Neurothemis sp
4 5 6 7 8
Nephila maculate Lamma Thaumatomyrmex atrox Weber Dolichoderus thoracius Smith Limnogonnus fossarum Fabricius Parathelphusa convexa De Man
Ordo : Family
Kelas
Jumlah Populasi (ekor)
Orthoptera :Pyrgomorphidae
Insekta
88
Hama
Pertanaman
Coleoptera : Curculionidae
Insekta
21
Hama
Pertanaman
Insekta
65
Predator
Pertanaman
Arachinida
13
Predator
Pertanaman
Insekta
30
Predator
Pertanaman
Insekta
25
Predator
Pertanaman
Hemiptera : Gerridae
Insekta
46
Predator
Air
Decapoda : Gecarcinucidae
Crustatacea
38
Hama
Air
Odonata : Libellulidae Araneae : Nephilidae Hymenoptera : Formicidae Hymenoptera : Formicidae
Status
Lokasi Pengambilan Sampel
9
Spesies hama yang dinyakan oleh Betford (1980) tidak ditemukan dalam pengamatan tersebut, hal mana mungkin dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi. Hal ini sesuai data BMKG (2012) yang menyatakan bahwa analisis sifat hujan di Kecamatan Larompong normal dan analisis curah hujan ekstem harian 50-100 mm/hari. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa populasi arthropoda yang ditemukan pada berbagai kelompok umur tanaman yang berbeda jumlah populasi arthropoda pun berbeda. Pada Tabel 2 terlihat jumlah populasi arthropoda tanaman muda yakni tanaman sagu berumur 1-8 tahun ditemukan 6 spesies dengan jumlah populasi 65 ekor. Pada umur sedang yakni tanaman sagu umur 9-16 tahun ditemukan 6 spesies dan jumlah populasi 53 ekor.
10
Pada umur tua yakni tanaman sagu yang berumur 17-25 tahun ditemukan 6 jumlah spesies dan jumlah populasi 68 ekor. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Jenis Arthropoda yang Ditemukan pada Pertanaman Sagu Umur Muda, Sedang dan Tua Jumlah Populasi (ekor) Menurut Umur Tanaman No.
1 2. 3. 4. 5. 6
Jenis Arthropoda
Atractomorpha crenaticeps Blanchard Metamasius hemipterus Sericeus Neurothemis sp Nephila maculate Lamma Thaumatomyrmex atrox Weber Dolichoderus thoracius Smith
Ordo ; Family Muda
Sedang
Tua
Orthoptera :Pyrgomorphidae
22
27
39
Coleoptera : Curculionidae
5
7
9
Odonata : Libellulidae Araneae : Nephilidae
17 2
22 4
26 7
Hymenoptera : Formicidae
6
11
13
Hymenoptera : Formicidae
5
9
11
Berdasarkan persentase arthropoda pada tanaman sagu, terlihat bahwa populasi tertinggi sebanyak 36 % adalah serangga A. crenaticeps Blanchard yang berstatus sebagai hama pada tanaman sagu. Kemudian persentase predator spesies Neurothemis sp sebanyak 27 %. Namun hama tersebut ditemukan relatif sedikit hanya 36 % dan 9 % dari seluruh populasi arthropoda yang ada pada tanaman sagu. Sedangkan populasi terendah ditemukan Nephila marculate sebanyak 5 % dapat di lihat pada Gambar 6 berikut:
Lamma
11
Dolichoderus thoracius Smith 10%
Chart Title
Thaumatomyrmex atrox Weber 13%
Atractomorpha crenaticeps Blanchard 36%
Nephila maculate Lamma 5%
Metamasius hemipterus Sericeus 9%
Neurothemis sp 27%
Gambar 6. Persentase Arthropoda pada Pertanaman sagu Berdasarkan persentase arthropoda air pada tanaman sagu, populasi tertinggi sebanyak 55% adalah serangga L. fossarum Fabricius yang berstatus sebagai predator. Sedangkan persentase terendah ditemukan pada Parathelphusa convexa Smith sebanyak 45 %, yang bersifat sebagai hama dapat di lihat pada Gambar 7 berikut:
Parathelphusa convexa Smith
45%
Limnogonnus fossarum Fabricius
55%
Gambar 7. Persentase Arthropoda air yang Ditemukan di Aliran Sungai Sekitar Pertanaman sagu
12
Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap minggu selama delapan kali pengamatan terlihat populasi A. crenatips Blanchard selalu mencapai jumlah populasi paling tinggi selama pengamatan. Pada pengamatan minggu ke empat hanya ditemukan serangga A. crenatips Blanchard yang berstatus sebagai hama. Pada pengamatan minggu ke enam dan ketujuh hanya terdapat dua spesies yakni A. crenaticeps Blanchard dan P. convexa
De Man sedangkan
populasi M. hemipterus Sericeus tidak ditemukan, dapat dilihat pada Gambar 8 berikut:
Jumlah Populasi arthropoda (ekor)/9 tanaman
18 Atractomorpha crenaticeps Blanchard
16 14
Metamasius hemipterus Sericeus
12 10 8 6 4 2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
Pengamatan Minggu ke...
Gambar 8. Jumlah Populasi Hama yang Ditemukan Selama Pengamatan
13
Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap minggu selama delapan kali pengamatan dilihat populasi Neurothemis sp selalu mencapai jumlah populasi tertinggi selama pengamatan. Pada pengamatan minggu kedua, ketiga dan ke lima hanya ditemukan serangga Neurothemis sp, Thaumatomyrmex atrox Weber, D. thoracius Smith dan L. fossarum fabricius, populasi N. maculate Lamma tidak ditemukan. Pada pengamatan minggu ke 4 hanya ditemukan Neurothemis sp, N. maculate Lamma , T. atrox Weber dan L. fossarum fabricius , populasi Dolichoderus thoracius Smith tidak ditemukan. Pada pengamatan minggu ketujuh hanya ditemukan Neurothemis sp, T. atrox Weber dan L. fossarum fabricius sedangkan populasi N. maculate Lamma dan D. thoracius Smih tidak ditemukan.
14
Jumlah Populasi Arthropoda (ekor)/ 9 Tanaman
18 16
Neurothemis sp
14
Nephila maculate Lamma
12 Thaumatomyrmex atrox Weber
10
Dolichoderus thoracius Smith
8
Limnogonnus fossarum Fabricius
6 4 2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
Pengamatan Minggu ke..
Gambar 9. Jumlah Populasi Predator yang ditemukan Selama Pengamatan
15
Spesies arthropoda yang ditemukan mempunyai ciri morfologi sebagai berikut:
A. Atractomorpha crenaticeps Blanchard (Orthoptera : Pyrgomorphidae) Serangga tersebut memiliki ciri-ciri tubuh berwarna hijau, antena panjang, memiliki caput bagian depan yang miring dan tungkai belakang yang lebih panjang. Hal ini sesuai pendapat Borror (1992) yang menyatakan bahwa serangga ini memiliki tungkai belakang yang lebih panjang dan tubuhnya berwarna hijau dan kekuningan, nimfanya berwarna hijau tetapi belum mempunyai sayap. Bentuk morfologi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Bentuk Morfologi Atractomorpha crenaticeps Blanchard (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 1,4)) Menurut Kranz et al, (1977) spesies ini dibedakan dengan belalang biasa dari antenanya yang panjang (lebih dari dua kali panjang tubuhnya dan berukuran besar dengan muka posisi miring. Belalang dewasa berwarna hijau dan kekuningan, nimfanya berwarna hijau tetapi belum mempunyai sayap dan ovipositor yang menyerupai pedang. Lama hidup belalang dewasa selama 3-4
16
bulan. Belalang ini termasuk kelompok fitofag yaitu memakan daun dan malai padi, tetapi juga sebagai predator yaitu memangsa telur kepinding/walang sangit, telur penggerek batang dan nimfa wereng batang/daun. Seekor belalang dapat memangsa 3-4 kelompok telur penggerek batang padi kuning dalam satu hari.
B. Metamasius hemipterus Sericeus (Coleoptera: Curculionidae)
M. hemipterus Sericeus bertubuh keras, panjang tubuh serangga dewasa 3,5 cm – 5 cm. Kepala berwarna hitam dan abdomen mengkilap. Panjang telur 1,7 mm, tembus cahaya dan berwarna kuning krem. Larva berbentuk sempurna, tebal, mempunyai 5 – 6 ruas pada bagian abdomennya, berwarna putih, bagian toraks dan abdomen berwarna kekuning-kuningan, panjang tubuhnya 15 - 17 mm. Kepala berwarna hitam, biasanya dengan garisgaris/belang-belang di bagian belakang, lebarnya 3,2 – 4,5 mm. Ruas abdomen mempunyai ciri khas, yaitu terdapat tiga lipatan di bagian belakang. Panjang pupa 14,5 mm, bagian anterior dan posterior mengerut, mempunyai 5 bagian spirakel pada bagian abdomen, dan terlihat dari atas. Imago mempunyai warna yang bervariasi, hampir permukaan tubuhnya berwarna hitam, dengan dasar merah yang meluas pada bagian elitranya atau pada bagian elitra ini terdapat garis berwarna hitam dan merah secara membujur. Femur berwarna merah, merah garis-garis, atau juga kombinasi antara merah dan hitam. Lebar tubuh 9 – 14 mm. Telur menetas setelah 4 hari. Larva mengalami ganti kulit beberapa kali selama 7 minggu. Setelah itu terbentuk kokon inang yang berupa serat-serat. Pupa ini akan
17
bertahan selama 10 hari dan berubah menjadi serangga dewasa dan akan keluar bila kondisi lingkungan mendukung (Anonim 2012).
Gambar 11. Bentuk Morfologi Metamasius hemipterus Sericeus (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 2,2))
C. Neurothemis sp (Odonata : Libellulidae)
Neurothemis sp merupakan salah satu contoh serangga predator dari ordo Odonata. Memiliki dua pasang sayap transparan berwarna kuning kecoklatan dan warna tubuhnya coklat. Stadium Neurothemis sp yang aktif menjadi predator yakni pada waktu imago. Biasanya hidup di daerah rawa-rawa dan kolam. Neurothemis sp stadium imago yang aktif menjadi predator dan hidup di daerah rawa-rawa dan kolam. Siklus hidup Neurothemis sp, dari telur hingga dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun. Neurothemis sp meletakkan telurnya pada tumbuhan yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air yang tergenang, namun ada pula jenis yang meletakkan telurnya di air. Setelah menetas larva Neurothemis sp hidup dan berkembang di dasar perairan,
18
mengalami metamorfosis menjadi nimfa dan akhirnya keluar dari air sebagai Neurothemis sp dewasa. Sebagian besar siklus hidup Neurothemis sp dihabiskan dalam bentuk nimfa. Setelah d ewas a, capung han ya mampu hidup maksimal selama empat bulan (Anonim 2012).
Gambar 12. Bentuk Morfologi Neurothemis sp (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 2,2))
D. Nephila maculate Lamma (Araneae : Nephilidae) N. maculate Lamma memiliki tubuh yang lonjong, abdomen berwarna kuning dan terdapat garis-garis hitam. Memiliki empat pasang tungkai, mata berwarna hitam. Ukuran tubuhnya 4,5 – 6 mm. Menurut Barrion (1994) N. maculate Lamma laba-laba berwarna warni dengan abdomen lonjong dan berwarna kuning dengan pola hitam.
19
Gambar 13. Bentuk Morfologi Nephila maculate Lamma (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 1,0))
E. Thaumatomyrmex atrox Weber (Hymenoptera : Formicidae)
T. atrox Weber memiliki ciri-ciri tubuh berwarna hitam mengkilap, tipe antena genikulate, terdapat penggentingan pada abdomen dan panjang tubuhnya 0,5 cm- 1 cm. T. atrox Weber merupakan predator berwarna hitam dan membuat sarang di tanah kering dan juga tanah yang basah. T. atrox Weber biasa mencari makan sampai beberapa meter dari sarangnya dan cepat membentuk koloni pada habitat yang baru dengan ribuan pekerja dan serdadu (Shepard et al, 1994). Menurut Yahya (2003) semut merupakan makhluk sosial yang hidup secara berkoloni. Setiap koloni semut tanpa kecuali tunduk pada sistem kasta secara ketat. Sistem kasta ini terdiri dari atas tiga bagian besar dalam koloni. Anggota kasta pertama adalah ratu dan semut-semut jantan yang memungkinkan koloni berkembang biak. Dalam satu koloni bisa terdapat dari satu jenis ratu. Ratu
20
mengemban tugas reproduksi untuk meningkatkan jumlah individu yang membentuk koloni. Tubuh ratu lebih besar dari pada tubuh semut lain. Sedang tugas semut jantan hanyalah membuahi sang ratu. Anggota kasta kedua adalah prajurit . mereka mengemban tugas seperti membangun koloni, menemukan lingkungan baru untuk hidup dan berburu. Kasta ketiga terdirri atas semut pekerja. Semut pekerja ini adalah semut betina yang steril. Mereka merawat semut induk dan keturunannya, membersihkan dan memberi makan.
Gambar 14. Bentuk Morfologi Thaumatomyrmex atrox Weber (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 3,8))
F. Dolichoderus thoracicus Smith (Hymenoptera : Formicidae) D.thoracicus Smith merupakan salah satu contoh serangga predator dari ordo Hymenoptera. Memiliki ciri tubuh berwarna hitam , tipe antena geniculate dan memiliki tiga pasang tungkai dimana tungkai tengah dan belakang saling berdekatan.
21
Menurut Yahya (2003) dalam kepala D.thoracicus Smith terdapat orgaorgan indra majemuk, besar dan kecil, untuk menangkap isyarat visual dan kimiawi yang vital bagi koloni, yang terdiri atas sejuta lebih pekerja yang semuanya betina. Otaknya mengandung setengah juta sel saraf. D. thoracicus Smith terdiri atas sejuta lebih pekerja yang semuanya betina. Otaknya mengandung setengah juta sel saraf. D. thoracicus Smith memiliki metode komunikasi yang cukup berbeda karena inderanya yang peka. Semut itu menggunakan organ indra ini setiap saat dalam hidup mereka, dari menemukan mangsa hingga saling mengikuti sesamanya, dari membangun sarang hingga bertarung. Semut-semut akan membawa mangsa yang telah dilumpuhkan ke sarang bersama-sama.
Gambar 15. Bentuk Morfologi Dolichoderus thoracicus Smith (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 3,8))
22
G. Limnogonnus fossarum Fabricius (Hemiptera : Gerridae)
L. fossarum Fabricius termasuk memiliki ciri tubuh berwana gelap, tungkai tengah dan belakang yang panjang dan saling berdekatan dibanding tungkai depan. Tungkai depan berukuran pendek. Tungkainya sangat ramping dan tidak serasi dengan tubuhnya. Tubuhnya berukuran besar, bertungkai panjang dan sangat lincah . di sekitar pertanaman sagu serangga ini terlihat hanya sedikit jumlahnya karena mudah ketakutan dan segera berpindah tempat menjauhi gangguan. Serangga dewasa berwarna hitam kecoklatan dengan dua pasang tungkai belakang yang sangat panjang. Pasangan tungkai tengah berfungsi sebagai dayung dan mengarah ke depan pada saat istrahat. Serangga predator ini meletakkan telur dalam batang padi yang ada di atas permukaan air sebanyak 10-30 butir dan hidup selama 1-1.5 bulan (Anonim 2012). Menurut Borror (1992) yang menyatakan bahwa
Kepik ini adalah
serangga yang bertungkai panjang yang hidup di atas permukaan air, Jenisnya berwarna hitam, Tungkai-tungkai tengah timbul lebih dekat dengan tungkai tungkai belakang daripada tungkai-tungkai depan. Tungkai tungkai depan pendek. Tungkai tungkai tengah dan belakang panjang. Tarsi kepik ini dilapisi oleh rambut rambut yang halus dan sulit basah. Struktur tarsus memungkinkan seekor kepik meluncur sekitar permukaan air.
23
Gambar 16. Bentuk Morfologi Limnogonnus fossarum Fabricius (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 2,8))
H. Parathelphusa convexa De Man (Decapoda : Gecarcinucidae)
P. convexa De Man memiliki ciri tubuh berwarna coklat, memiliki mata faset, memiliki capit dan tungkai 4 pasang. P. convexa De Man termasuk golongan Decapoda tempurung punggung umumnya berwarna kecoklatan, kehitaman, hingga ungu gelap, kerap memiliki lekukan seperti bekas terinjak tapak kaki kuda. P. convexa De Man memiliki lekukan seperti bekas terinjak tapak kaki kuda (Anonim 2012).
Gambar 17. Bentuk Morfologi Parathelphusa convexa De Man (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 2,8))
24
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis arthropoda pada pertanaman sagu yang termasuk serangga hama ada tiga spesies yaitu Atractomorpha crenaticeps Blancchard, Metamasius hemipterus Sericeus dan Parathelphusa convexa De Man, yang termasuk predator lima spesies yaitu Neurothemis sp, Nephila maculate Lamma, Traumatomyrmex atrox Weber, Dolichoderus thoracius Smith dan Limnogonus fossarum Fabricius
Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai arthropoda yang bersifat predator di pertanaman sagu.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anonim . 2011. Sagu. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/12/phylumarthropoda/. Diakses pada tanggal 27 Desember 2011. _________. 2012. Tanaman http://hoteltimikaindah.blogspot.com/2011/04/sagu.html. pada tanggal 13 Februari 2012.
Sagu. Diakses
_________. 2012. Keanekaragaman Hayati. http://id.wikipedia.org/wiki/Keanekaragaman_hayati. Diakses pada tanggal 13 Februari 2012. _________. 2012. Budidaya Tanaman Sagu . http://budidayanews.com . Diakses pada tanggal 13 Februari 2012. _________. 2012. Hama Tanaman Sagu . http://agromaret.com. Diakses pada tanggal 13 Februari 2012.
_________. 2012. Arthropoda. http://agriculture.wordpress.com . Diakses pada tanggal 13 Februari 2012.
_________ http://agromaret.com/artikel/898/hama_pada_tanaman_sagu
Bedford, G.C., 1980. Biologi, Ekologi, and Control Of Palm Hama Tanaman Sagu. Ann. Entomol. 25:309-339.
Barrion AT, Litsinger JA. 1994. Taxonomy of rice insect pests and their arthropod parasites and predators. In: Biology and management of rice insects. Manila (Philippines): International Rice Research Institute. p 13-362
Borror, J., C., A. And N., F. Jhonson. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam ( Diterjemahkan oleh Soetinoyo Partosoedjono ).
26
Cabi. 2000. Crop Protection Compendium. Global Module 2nd Edition. ISSN : 1365-9065. ISBN : 0 85199 482 2. Wallingford.oxon.ox10 8DE. United Kingdom. CDRoom. Kranz, J Heinz Schmutterer, and Werner Koch., 1977. Disease, Pest and Weeds in Tropical Crops. John Willey and Sons, New York pp. 379-381. Shepard, B.M, A.T. Barrion dan J.A. Litsinger, 1994. Serangga dan Laba-Laba. Program Nasional Hama. Jakarta. Hal 127.
Weber . 1939. Taxonomy Arthropoda Parasites and Predators. In: Biology and management of insects. Manila (Philippines). Yahya, H., 2003. Jelajah dunia Semut. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hal 18-26.
27
LAMPIRAN
28
Gambar Lampiran 1. Denah Pengamatan
29
Gambar Lampiran 2. Tanaman Tua
Gambar Lampiran 3. Tanaman Sedang
30
Gambar Lampiran 4. Tanaman Muda