PENDAHULUAN
Latar Belakang Peternakan ayam pedaging di Indonesia dimulai sejak tahun 1960, berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan masyarakat, mulai dari usaha skala rumah tangga hingga usaha skala besar yang terus tumbuh dan mampu menjalankan usahanya lebih efisien. Pertumbuhan tersebut dapat dilihat berdasarkan jumlah produksi ayam pedaging dari tahun ke tahun, seperti yang tersaji pada Tabel 1. Fenomena ini merupakan peluang untuk mengembangkan usaha peternakan ayam pedaging pada masa yang akan datang. Tabel 1. Produksi ayam pedaging di Indonesia tahun 2006-2010 Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan Produksi (%) 2006 861.262,76 2007 942.785,67 9,46 2008 1.018.735,94 8,05 2009 1.101.765,50 8,15 2010 1.241.251,00 12,66 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) Pemerintah telah bertekad menjadikan sektor agribisnis sebagai sektor unggulan. Kekayaan sumber daya agribisnis sangat besar, agribisnis berperan sebagai mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Agribisnis dikelompokkan dalam tiga sub sisem agribisnis, yaitu sub sistem hulu, menengah dan hilir. Sub sistem hulu merupakan sub sistem yang menyediakan bahan baku, termasuk didalamnya adalah industri-industri besar. Sub sistem menengah meliputi kegiatan budidaya
1
(on farm). Sub sistem hilir meliputi kegiatan pengolahan hasil produksi dan pemasaran, termasuk didalamnya adalah industri-industri kecil. Persoalan umum yang dihadapi oleh peternak dalam rangka meningkatkan produksi peternakan adalah keterbatasan modal, skill (penguasan teknis), akses pasar dan kemampuan memprediksi pasar yang fluktuatif. Usaha pembinaan yang dilakukan pemerintah untuk menghindari terjadinya dualisme industri adalah melalui pengembangan kemitraan pola inti plasma antara perusahaan dengan peternak kecil. Kemitraan diharapkan dapat menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya industri besar dan industri kecil serta peternak di Indonesia terutama bagi peternak rakyat yang kepemilikan modalnya relatif kecil. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling menguntungkan dan saling memberikan manfaat antara pihak yang bermitra. Kemitraan pola inti plasma di bidang peternakan, adalah salah satu jalan kerjasama antara peternak kecil (plasma) dengan perusahaan swasta dan pemerintah (inti) (Hafsah (2000) dalam Fitriza, et al., (2012)). Perusahaan sebagai inti mengembangkan pola kemitraan dengan menjalin kerjasama dengan peternak rakyat sebagai plasma. Perusahaan tersebut menyiapkan modal awal untuk membuka usaha peternakan rakyat, fasilitas pemeliharaan dan sarana produksi peternakan (sapronak) seperti DOC, pakan, obat-obatan dan vitamin. Suharti (2003) dalam
2
Fitriza, et al., (2012), menyatakan bahwa model kemitraan yang dilakukan oleh inti adalah melalui penyediaan sarana produksi peternakan, bimbingan teknis dan manajemen, menampung serta memasarkan hasil produksi. Peternak plasma menyediakan kandang, melakukan kegiatan budidaya dan hasil dari penjualan ayam diserahkan kepada pihak inti dengan harga yang telah disesuaikan pada isi kontrak perjanjian kerjasama. Tujuan kerjasama kemitraan adalah agar kedua pihak baik perusahaan inti maupun peternak plasma mendapatkan keuntungan bersama. Banyaknya perusahaan kemitraan perunggasan di Indonesia akan menyebabkan adanya persaingan untuk menarik peternak rakyat agar menjadi peternak plasma di perusahaan inti tertentu. Persaingan perusahaan kemitraan perunggasan tersebut, terutama pada komoditas ayam pedaging adalah persaingan dalam menawarkan produk dan pelayanannya
masing-masing.
Perusahaan
inti
harus
dapat
mempertahankan peternak plasma yang ada agar tetap bermitra, jangan sampai berhenti apalagi pindah ke perusahaan mitra pesaing. Oleh sebab itu, perusahaan sebagai inti harus memberikan pelayanan dan kinerja yang dapat memuaskan peternak plasma, menjaga komunikasi yang baik dengan peternak plasma, memberikan penanganan sesegera mungkin terhadap masukan ataupun keluhan yang disampaikan peternak plasma, perusahaan mendatangkan petugas penyuluh lapangan (PPL) yang mempunyai pengetahuan serta keterampilan yang bagus dan dapat
3
dipertanggungjawabkan (kompeten), serta membangun kesamaan tujuan (kesamaaan
nilai),
sehingga
dapat
meningkatkan
dan
menjaga
kepercayaan peternak plasma terhadap perusahaan inti. Kepercayaan tersebut dapat dilihat dari tetap bermitranya peternak plasma terhadap perusahaan inti. Pelayanan dan kinerja inti yang buruk dapat menurunkan kepercayaan peternak plasma yang berakibat pada berhentinya hubungan kemitraan ataupun berpindahnya peternak plasma ke perusahaan pesaing. Karakteristik peternak plasma sangat beragam dalam hal umur, pendidikan dan status. Keragaman ini akan membentuk perilaku yang bervariasi dalam memutuskan dan percaya untuk memilih suatu perusahaan kemitraan tertentu untuk bekerjasama, berhenti bermitra dengan perusahaan inti, maupun tindakan untuk beralih ke perusahaan mitra pesaing. Penilaian peternak plasma terhadap mutu pelayanan yang diberikan perusahaan tentunya akan berbeda dan tidak persis sama antara satu peternak dengan peternak lainnya. Penerapan harga kontrak sapronak, kualitas sapronak, jadwal pengiriman
sapronak,
frekuensi
bimbingan
teknis,
pemberitahuan
informasi tentang teknis budidaya, respon terhadap keluhan, kesamaan pandangan dalam praktek usaha, saling menghormati dan saling pengertian merupakan contoh dari kepuasan, komunikasi, kustomisasi, kompetensi dan kesamaan nilai yang berpengaruh positif terhadap kepercayaan peternak plasma terhadap perusahaan inti. Semakin baik
4
kepuasan, komunikasi, kustomisasi, kompetensi, kesamaan nilai antara peternak plasma pada perusahaan inti maka kepercayaan antara kedua belah pihak untuk bekerjasama (bermitra) juga semakin meningkat. Penelitian
serupa
mengenai
pengaruh
pelayanan
terhadap
kepercayaan dalam suatu bisnis pada kategori B2B dalam hubungan layanan jasa keuangan telah dilakukan oleh Theron, et al (2011) dari University of Stellenbosch, Matieland, South Africa dengan judul “The Antecedents of Trust in Business-to-Businnes Financial Services”. Hasil penelitian
tersebut
kustomisasi, terhadap
menunjukkan
kompetensi
kepercayaan
bahwa
kepusasan,
dan
kesamaan
nilai
dalam
hubungan
layanan
komunikasi,
berpengaruh jasa
positif
keuangan.
Penelitian serupa belum dilakukan di bidang agribisnis, sehingga peneliti tertarik untuk menerapkan penelitian serupa di bidang agribisnis, khususnya di bidang peternakan yaitu kemitraan ayam pedaging. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini yaitu, “berpengaruhkah kepuasan, komunikasi, kustomisasi, kompetensi, dan kesamaan nilai terhadap kepercayaan dalam kemitraan ayam pedaging?”.
5
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepuasan, komunikasi,
kustomisasi,
kompetensi,
kesamaan
nilai
terhadap
kepercayaan dalam kemitraan ayam pedaging.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai pengaruh kepuasan, komunikasi, kustomisasi, kompetensi, kesamaan nilai terhadap kepercayaan dalam kemitraan ayam pedaging. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi baik bagi perusahaan inti maupun peternak plasma agar tujuan kemitraan dapat dicapai, sehingga kerjasama tetap terbina dan dapat bertahan.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Kemitraan Usaha komersial ayam pedaging tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Daerah dengan populasi ayam pedaging tersebar di Indonesia bagian barat, yaitu Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Berdasarkan data Ditjen Peternakan tahun 2011, populasi ayam pedaging terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Banten dan Jawa Tengah. Menurut Fadilah (2005), Indonesia bagian barat menjadi daerah penyebaran ayam pedaging komersial karena hampir semua perusahaan pembibitan ayam pedaging komersial serta pangsa pasar terbesar masih didominasi oleh Indonesia bagian barat, khususnya Pulau Jawa. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling menguntungkan dan saling memberikan manfaat antara pihak yang bermitra (Hafsah (2000) dalam Fitriza et al., (2012)). Kemitraan usaha pertanian/ peternakan merupakan salah satu instrumen kerjasama yang mengacu kepada terciptanya suasana keseimbangan, keselarasan dan keterampilan yang didasari saling percaya antara perusahaan mitra dan kelompok melalui perwujudan sinergi
kemitraan
yaitu
terwujudnya
hubungan
yang
saling
menguntungkan, membutuhkan dan saling memperkuat (Rasyid dan Sitti, 2010).
7