BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat
ini
dunia
keperawatan
semakin
berkembang.
Perkembangan keperawatan berubah seiring dengan perubahan zaman. Pada zaman dahulu keperawatan masih menggunakan naluri insting atau mother instinct (naluri keibuan) untuk melakukan perawatan dan pengobatan, sedangkan pada zaman sekarang dunia keperawatan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yaitu dalam merawat sudah dibantu dengan alat-alat teknologi yang modern. Keperawatan modern, perawat selalu mendefinisikan respon manusia sebagai pengalaman dan respon terhadap sehat dan sakit. Keperawatan merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berbasis ilmu dan kiat keperawatan yang merupakan suatu layanan kesehatan yang profesional, yang mencakup layanan bio-psiko-sosio spiritual secara komprehensif untuk ditunjukan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, yang mencakup seluruh kehidupan manusia baik sehat maupun sakit (Lokakarya keperawatan 1983 dalam Asmadi 2008). Dalam
melakukan
tindakan
keperawatan,
dibutuhkan
seorang tenaga kesehatan yang profesional dalam menunjang pelayanan kesehatan terhadap klien. Salah satu tenaga profesional dalam pelayanan kesehatan adalah perawat. Menurut WHO, 1
perawat adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu, keluarga dan masyarakat sehingga mereka bisa mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup sampai pada kematian. Selain itu, menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 menjelaskan bahwa perawat adalah orang yang telah lulus dalam pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri, sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Seorang perawat memilki peran yang sangat penting dalam pelayanan keperawatan. Dalam melakukan berbagai tindakan keperawatan
dalam
hal
tugas
dan
peran
perawat,
sudah
seharusnya perawat melakukannya dengan baik. Seorang perawat dalam melakukan setiap perannya bagi individu, keluarga dan masyarakat, sangat dipengaruhi oleh persepsi perawat itu sendiri tentang perannya (Lasmito, 2009). Salah satu peran perawat yaitu sebagai care giver. Peran ini memberikan asuhan keperawatan secara langsung maupun tidak langsung kepada klien sesuai proses keperawatan (Sudarma, 2008). Proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan atau kriteria hasil, intervensi dan evaluasi (Brenda, 1995). Sejalan dengan berkembangnya proses keperawatan sebagai kerangka kerja perawat untuk praktik keperawatan,
maka
dokumentasi
2
juga
berkembang
sebagai
penghubung yang esensial antara pemberian dan evaluasi ( ,Iyer,. dkk, 2004). Dokumentasi keperawatan merupakan hasil aktivitas dan bukti tindakan keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap klien (Asmadi, 2008). Dokumentasi ini merupakan hal yang sangat penting karena ini merupakan pegangan bagi setiap perawat dalam mempertanggung jawabkan setiap tindakan yang dilakukan. Dalam melakukan dokumentasi, semua aspek baik pengobatan dan perawatan yang dilakukan oleh tim kesehatan tertulis dengan teratur sehingga dapat membuatkan gambaran kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan (Setyowaty, 2005). Menurut
penelitian Salbiah (2005),
ditemukan 62,4%
responden menyatakan telah melaksanakan proses keperawatan dan pendokumentasian, sedangkan responden sebanyak 34,34% menyatakan kadang-kadang, 57,16% belum melaksanakan proses keperawatan berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan 58,7% belum berdasarkan SOP. Dari hasil penelitian tersebut, Salbiah merumuskan bahwa pelaksanaan Standar Operasional (SOP) dan SAK di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Medistra Jakarta belum optimal. Selain itu juga ditemukan bahwa data pada catatan kegiatan perawat lebih banyak menulis tindakan kolaborasi daripada tindakan pendokumentasian.
3
Menurut penelitian oleh Lusianah (2008), menggambarkan bahwa rata-rata kualitas dokumentasi keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSMC Jakarta baik yaitu sebesar 60,77% dan nilai kualitas dokumentasi terendah 33,30% dan tertinggi 81,25%. Hasil laporan bina wilayah (supervisi) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis dari tahun 2007-2008, mengatakan bahwa pendokumentasian yang dilakukan oleh 16 Puskesmas rawat inap belum memberikan hasil yang maksimal yang ditetapkan oleh Depertamen kesehatan sebanyak 80%. Pendokumentasian keperawatan pada tahun 2007 mencapai 65,0 % dan pada tahun 2008 mencapai 66,8 %. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan untuk puskesmas rawat inap di Kabupaten Ciamis belum mencapai target. Sedangkan untuk tahun 2008 mencapai 67,18 % dan masih di bawah pencapain SAK menurut Depkes RI Tahun 2003 yaitu sebesar 80%. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Martini (2007), di RSUD Salatiga menunjukan presentasi dari proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat yaitu pengkajian 43%, diagnosa 29,6%, perencanaan keperawatan 29,8%, tindakan keperawatan 57,8%, evaluasi 53,4%, catatan asuhan keperawatan 69%. Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pendokumentasian serta kelengkapan pengisian dokumen asuhan
4
keperawatan untuk masing-masing tahap proses keperawatan masih di bawah angka 70%. Tidak lengkapnya dokumen asuhan keperawatan berkaitan dengan
kinerja
kerja
perawat
dalam
melaksanakan
pendokumentasian. Menurut Mahmudi (2005) ada beberapa faktor yang menyebabkan atau mempengaruhi kinerja perawat dalam melakukan pendokumentasian keperawatan adalah faktor individu /personal (pengetahun, skill, kemampuan, motivasi, dan komitmen), faktor kepemimpinan (kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan atau dukungan yang diberikan manajer atau (team leader), faktor tim (dukungan dan semangat yang diberikan oleh anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim), faktor sistem ( sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur kerja dan proses organisasi), dan faktor kontekstual/situasional (tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal). Penelitian lain yang dilakukan oleh Diyanto (2007), mengatakan bahwa yang menjadi kendala bagi perawat dalam melaksanakan pendokumentasian keperawatan adalah tidak seimbangnya jumlah tenaga kerja dengan beban kerja yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti saat melakukan survey awal selama satu bulan yaitu terhitung dari tanggal 27 Januari sampai 22 Februari 2014 di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga menunjukan bahwa aktivitas perawat dalam hal
5
melakukan pendokumentasan keperawatan saat perawat selesai melakukan
tindakan
keperawatan,
terkadang
perawat
tidak
melakukan pendokumentasian sesuai dengan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien. Hal ini juga ditunjukan dari wawancara singkat dengan 6 perawat selama peneliti melakukan praktek klinik di ruang Dahlia bahwa ada 3 perawat yang menjawab bahwa tidak melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan (pengkajian dan perencanaan keperawatan)
dalam rekam medis, 2 perawat menjawab bahwa
kadang-kadang melakukan pendokumentasi dengan alasan sumber daya manusia (SDM) yang kurang atau tidak seimbangnya antara tenaga kerja dengan beban pekerjaan yang ada di ruangan, sedangkan
1
perawat
menjawab
selalu
melakukan
pendokumentasian sesuai dengan tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan. Dari hasil wawancara singkat itu keenam perawat mengatakan
bahwa
mereka
malas
untuk
melakukan
pendokumentasian. Hal ini disebabkan jumlah pasien yang banyak antara 20 – 30 orang dan di tangani oleh bebarapa perawat saja. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan belum menjalankan tugas dan perannya dengan baik terutama dalam hal pendokumentasian. Jika dibandingkan dengan ruangan yang lain yaitu Ruang ICU perawat selalu melakukan pendokumentasian pada rekam
6
medis setelah selesai melakukan tindakan keperawatan, karena mereka mengatakan bahwa pendokumentasian sangat penting sebagai bukti dan pegangan bagi tim sekerja dan juga dapat membantu teman sekerja pada shif berikutnya agar dapat melanjutkan tindakan keperawatan yang sesuai dengan kondisi dari pasien. Melihat
dari
fenomena
diatas
maka
peneliti
ingin
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian di ruang Rawat
Dahlia I dan
Dahlia II Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan merumuskan
latar
masalah
belakang yaitu
diatas
apakah
maka
faktor-faktor
peneliti yang
mempengaruhi dalam pelaksanaan pendokumentasian di ruang Dahlia I dan Dahlia II Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
1.3 Tujuan Penelitian a) Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi
perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
7
b) Tujuan Khusus 1. Mendeskripsikan
pelaksanaan
pendokumentasian
asuhan keperawatan 2. Mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi dalam
pelaksanaan pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat 3. Mengetahui
faktor
dominan
yang
mempengaruhi
pelaksanaan pendokumentasian 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis 1. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki sistem pendokumentasian keperawatan dalam
rangka
peningkatan
kualitas
pelayanan
keperawatan. 2. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW Penelitian ini bisa menjadi suatu bahan refrensi bagi pembelajaran akademik maupun klinik mengenai faktorfaktor
yang
mempengaruhi
dalam
pendokumentasian di Rumah Sakit.
8
pelaksanaan
3. Bagi Peneliti selanjutnya Sebagai landasan dan gambaran penelitian untuk membuka
wawasan
gambaran
yang
faktor
yang
berhubungan
dengan
mempengaruhi
dalam
pelaksanaan pendokumentasian serta ikut berperan dalam melaksanakan pendokumentasian keperawatan.
1.4.2 Manfaat Teoritis Sebagai pengembangan ilmu keperawatan gambaran faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pendokumentasian serta manajemen keperawatan dalam menghadapi tuntutan perkembangan pelayanan.
1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan
tujuan,
kerangka
pikir
dan
metodologi,
penelitian dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian di ruang Dahlia I dan Dahlia II Rumah Sakit
dr. Ario Wirawan Salatiga
ini asli dan
belum dilakukan sebelumnya. Dipaparkan penelitian sejenis yang pernah dilakukan pada tabel berikut ini :
9
1.5.1
Tabel Keaslian Penelitian
Nama Yahyo Diyanto
Judul Variabel yang di teliti Analisis faktor-faktor - Variabel bebas : pelaksanaan Supervisi berupa dokumentasi Asuhan pengarahan, Keperawatan di bimbingan, Rumah Sakit Umum observasi, evaluasi. Daerah Tugurejo - Variabel terikat : Semarang Dokumentasi Asuhan keperawatan berupa pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi catatan asuhan keperawatan.
Desain Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif observasional.
Tempat Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang
Hasil Penatalaksanaan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan sebagai berikut proporsi terbesar dalam kategori kurang (48%), sedang (35%) dan baik (17%). Ada juga faktor penghambat dalam pendokumentasian Askep yaitu tidak seimbangnya antara tenaga perawat dengan pekerjaan yang ada, formnya terlalu panjang, perawat harus mendampingi visit dokter dan malas.
Istanto
Faktor-faktor yang berpengaruh dengan pelaksanaan standar asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh pelaksana perawatan di ruang rawat inap RSUD Ambarawa
Desain penelitian bersifat analitik yang bersifat penjelasan
Ruang Inap Rumah sakit Umum Daerah Ambarawa
Adanya pengaruh yang bermakna antara ketrampilan dengan pelaksanaan standar keperawatan dan adaya hubungan faktor motivasi perawat dengan dokumentasi asuhan keperawatan.
- Variabel bebas : pengetahuan, ketrampilan, motivasi, pengarahan, pengawasan, serta supervise. - Variabel terikat : pelaksanaan standar asuhan keperawatan.
10
Agung Pribadi
Analisis pengaruh pengetahuan, motivasi, dan persepsi perawat tentang supervisi kepala ruang terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah di Jepara
- Variabel bebas : faktor pengetahuan perawat mengenal dokumentasi asuhan keperawatan, motivasi perawat, dan persepsi perawat terhadap supervise kepala ruang - Variabel terikat : kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan
Jenis penelitian adalah observasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Ruang inap RSUD Kelet Provensi Jawa Tengah di Jepara
Adanya hubungan antara factor pengetahuan perawat mengenai dokumentasi asuhan keperawatan yaitu baik 51,6%, factor motivasi perawat baik 54,8%, dan factor persepsi tentang supervise kepala ruang baik 51,6%.
11