I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak di-
minati oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan masyarakat akan daging domba setiap tahunnya terus meningkat. Pemenuhan permintaan terhadap daging domba tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan populasi domba itu sendiri. Percepatan peningkatan populasi domba dapat dilakukan melalui penerapan teknologi reproduksi yang telah ada. Inseminasi buatan merupakan sebuah teknologi reproduksi yang bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan ternak jantan unggul. Satu ejakulat semen dari seekor pejantan dapat digunakan untuk membuahi lebih dari satu ekor betina. Efisiensi penggunaan pejantan unggul tersebut dapat lebih ditingkatkan lagi melalui proses pengenceran dan pengolahan lebih lanjut sehingga jumlah betina yang dapat dilayani menjadi lebih banyak dan masa pakai semennya juga dapat diperpanjang. Pengenceran semen memerlukan penambahan larutan pengencer yang berfungsi untuk memperbesar volume semen. Larutan pengencer juga harus berfungsi untuk mempertahankan kualitas spermatozoa, baik ketika menjadi semen cair (liquid semen), semen cair dingin (chilled semen), maupun semen beku (frozen semen). Hal itu diperlukan untuk mengatasi penurunan kualitas semen, terutama motilitas spermatozoanya. Larutan pengencer yang selama ini digunakan pada umumnya merupakan campuran dari komponen-komponen kimiawi yang berperan sebagai buffer,
2
mempertahankan tekanan osmotik larutan, penyedia nutrisi bagi spermatozoa, dan pencegah kerusakan integritas membran (dinding) sel spermatozoa. Bahan yang umumnya berperan sebagai buffer adalah Natrium Sitrat dan Tris (hidroxymethyl) aminomethane. Adapun sumber energi pada umumnya menggunakan gula-gula sederhana seperti fruktosa atau glukosa. Fruktosa merupakan monosakarida yang diketahui terkandung dalam larutan semen. Fruktosa juga merupakan gula sederhana yang banyak dikandung dalam buah-buahan. Fruktosa mudah dicerna oleh spermatozoa karena merupakan golongan gula yang komposisi kimiawinya sederhana sehingga dapat diserap langsung oleh spermatozoa. Penambahan fruktosa pada larutan pengencer semen dapat memenuhi kebutuhan sumber energi bagi sperma dalam semen tersebut. Salah satu jenis buah yang dikenal mengandung kadar gula sederhana relatif tinggi adalah buah kurma. Buah kurma mempunyai banyak manfaat bagi tubuh manusia sebagai sumber energi yang mudah diserap tubuh, pelengkap nutrisi bagi tulang, dan melancarkan sistem pencernaan. Buah kurma diketahui mengandung sekitar 73,51 % karbohidrat yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa masing–masing yaitu 13,7 gram, 12,6 gram, dan 52,7 gram. Salah satu sediaan gula sederhana yang berasal dari buah kurma yang relatif mudah diperoleh serta harganya terjangkau adalah Sari Kurma dalam kemasan. Berdasarkan informasi mengenai manfaat dan kandungan nutrisi dalam sari (buah) kurma membuka peluang untuk menjadikannya sebagai komponen sumber energi dalam pengencer semen.
Oleh karena itu penulis bermaksud
melakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan berbagai kadar Sari Kurma terhadap kualitas semen beku domba Lokal.
3
1.2.
Identifikasi Masalah 1) Sampai sejauh mana penambahan berbagai kadar Sari Kurma pada pengencer Tris kuning telur berpengaruh terhadap recovery rate dan keutuhan membran plasma semen beku domba Lokal. 2) Kadar Sari Kurma berapakah yang menghasilkan recovery rate dan keutuhan membran plasma semen beku domba Lokal yang paling baik.
1.3.
Tujuan Penelitian 1) Mengetahui pengaruh penambahan berbagai kadar Sari Kurma pada pengencer Tris kuning telur terhadap recovery rate dan keutuhan membran plasma semen beku domba Lokal. 2) Mengetahui kadar penambahan Sari Kurma yang menghasilkan recovery rate dan keutuhan membran plasma semen beku domba Lokal yang paling baik.
1.4.
Kegunaan Penelitian Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
memperkaya
khazanah
ilmu
pengetahuan dan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai fungsi dari Sari Kurma di dalam pengencer semen.
1.5.
Kerangka Pemikiran Pengenceran semen merupakan salah satu proses dalam rangkaian
pengolahan semen untuk program teknologi inseminasi buatan.
Keberhasilan
pengolahan semen tersebut dapat diukur dari motilitas spermanya, adapun efisiensi proses pengolahan semen dapat diketahui melalui tingkat pemulihan
4
(recovery rate). Recovery rate diukur melalui perbandingan motilitas sperma pasca thawing dengan motilitas sperma pada semen segar (Garner dan Hafez, 2000). Kesesuaian sifat fisik dan kimiawi larutan pengencer yang digunakan pada pengolahan semen juga akan berpengaruh terhadap keutuhan membran plasma spermatozoa. Tujuan dari pengenceran semen yaitu untuk memperbesar volume serta memperpanjang daya simpan semen yang digunakan. Proses pengenceran semen tersebut masih memiliki konsekuensi negatif, yaitu akan menyebabkan penurunan konsentrasi komponen penyusun plasma semen, salah satunya adalah komponen yang berperan sebagai sumber nutrisi bagi sperma seperti Cholin, GPC (glycerylphorylcholine), sorbitol dan fruktosa (Pramono dan Tagama, 2008). Oleh karena itu, ke dalam larutan pengencer semen harus ditambahkan komponen sumber nutrisi bagi sperma. Komponen sumber nutrisi yang lazim ditambahkan ke dalam pengencer adalah fruktosa atau glukosa. Sumber nutrisi tersebut akan digunakan sebagai sumber energi tambahan bagi sperma. Energi yang dibutuhkan untuk motilitas sperma berasal dari perombakan ATP di dalam selubung mitokondria. Apabila ATP dan ADP habis maka spermatozoa akan berhenti bergerak. ATP dan ADP dapat dibangun kembali dengan penambahan sumber energi lain dari luar (Rizal dkk., 2000 ; Pramono dan Tagama, 2008). Buah kurma dapat digolongkan sebagai sumber karbohidrat karena memiliki kandungan gula seperti glukosa, fruktosa dan sukrosa yang cukup tinggi (Primurdia dkk., 2014). Buah kurma mengandung 73,51 % karbohidrat yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa masing–masing yaitu 13,7 gram, 12,6 gram, dan 52,7 gram (Elleuch et al., 2008).
5
Menurut
Mukminat
dkk.
(2014),
penambahan
berbagai
sumber
karbohidrat pada larutan pengencer semen seperti fruktosa, glukosa dan sukrosa dapat mempertahankan motilitas sperma sapi Bali setelah dibekukan serta dapat memperpanjang daya simpan semen sapi tersebut. Penambahan 1,75 % fruktosa pada pengencer air kelapa menghasilkan motilitas sperma dalam semen domba Garut yang disimpan selama 12 jam sebesar 57,18 % (Rasad dan Simanjuntak, 2009). Selain itu, penambahan fruktosa pada pengencer dengan konsentrasi 0,6 % memberikan motilitas sebesar 46 % dan 51,33 % daya hidup spermatozoa kalkun yang disimpan pada suhu 4°C (Atmaja dkk., 2014). Penambahan karbohidrat berupa laktosa 0,6 % pada pengencer fospat kuning telur memberikan hasil terbaik daya simpan semen ayam kampung (Situmorang dkk., 2014). Penambahan sumber energi yang berlebihan akan meningkatkan tekanan osmotik dan kurang bisa diadaptasi dengan baik oleh spermatozoa sehingga berakibat buruk terhadap berlangsungnya proses metabolisme spermatozoa. Sebaliknya apabila konsentrasi karbohidrat terlalu sedikit maka akan terjadi penurunan motilitas spermatozoa. Hal ini merupakan akibat dari sumber energi yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan spermatozoa (Atmaja dkk., 2014). Menurut Evans dan Maxwell (1987) pada 100 ml pengencer semen domba terdapat 0,5 % atau 0,5 gram fruktosa. Mengingat kandungan fruktosa dalam Sari Kurma yang relatif rendah, maka sumber energi yang akan dimanfaatkan dari sari kurma dalam penelitian ini adalam dalam bentuk karbohidratnya. Kesetaraan kandungan karbohidrat dalam Sari Kurma dengan 0,5 % fruktosa adalah 0,68 gram Sari Kurma. Pada penelitian ini akan digunakan perlakuan dengan kadar 0,25 % yang setara dengan 0,34 gram Sari Kurma, 0,5 % yang setara dengan 0,68 gram Sari Kurma dan 0,75 % yang setara dengan 1,02 gram Sari Kurma.
6
Berdasarakan uraian di atas dapat ditarik hipotesis Penambahan Sari Kurma berpengaruh terhadap recovery rate serta membran plasma semen domba Lokal; dan tingkat penambahan Sari Kurma 0,75 % menghasilkan recovery rate serta keutuhan membran plasma sperma domba Lokal yang paling baik.
1.6.
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni 2015 selama 30 hari. Sampel
semen diperoleh dari satu ekor ternak domba yang dipelihara di breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Evaluasi dan pengolahan semen selanjutnya dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.