BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Preeklampsia adalah penyakit spesifik pada kehamilan didefinisikan adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini dapat dijumpai 5-8 % dari semua wanita hamil diseluruh dunia dan berhubungan dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas ibu, janin, dan sebuah hipotesis yangmendasariplasentamengalami hipoksia dan ditransfer
kesirkulasi
maternal,
menyebabkan
disfungsiendotel,
hipertensidanproteinuria.1,2 Meskipunkejadianyang
cukup
tinggi,
etiologiyang
mendasaripreeklampsiamasih belum jelas.Ada banyak teoritentangetiologi danpathogenesispreeklampsiatermasukdisfungsi
endotel,
inflamasidanangiogenesis.1,2 Preeklampsia adalah penyakit yang melibatkan multisistem dalam kehamilan yang ditandai dengan kenaikan tekanan darah dan proteinuria. Walaupun
kebanyakan
berakhir
dengan
baik,
tetapi
preeklampsia
merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Preeklampsia sampai saat ini masih merupakan disease of theory. Berbagai macam penelitian belum dapat menerangkan dengan jelas penyebab pasti preeklampsia. Akibatnya sampai saat ini belum ada pengobatan definitif pada kelainan ini. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan namun tidak satu pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar.3
Kejadian preeklamsia ditemukan lebih prevalen pada kehamilan dengan ukuran plasenta yang besar misalnya pada kehamilan kembar. Preeklampsia
juga
timbul
pada
kehamilan
mola
dimana
plasenta
berkembang tanpa adanya fetus. Hal tersebut menunjukkan bahwa plasenta merupakan fokus sentral dan bagian yang terpenting pada patogenesis terjadinya preeklampsia. Pemeriksaan patologi anatomi dari plasenta pada preeklampsia
memperlihatkan
adanya
infark
dan
sklerotik
yang
menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan arteriole dengan karakteristik kurangnya invasi endovaskuler sitotrophoblas dan remodeling arteri spiralis yang tidak sempurna. Hal ini disebabkan oleh proses apoptosis yang terjadi berlebihan pada perkembangan dan diferensiasi trophoblas
1
Sel yang mengalami apoptosis didapatkan pada plasenta kehamilan normal baik pada sisi maternal maupun sisi. Proses apoptosis berperan pada terjadinya attachment dan invasi trophoblas, proses transformasi arteri spiralis, diferensiasi trophoblas, dan proses toleransi imun pada antigen paternal yang diekspresikan oleh sel trophoblas.
4
Apoptosis merupakan kematian sel yang terprogram dimana terjadi kematian sel dengan mengaktifkan program bunuh diri internal yang diatur dengan ketat. Kematian sel terprogram atau apoptosis berperan penting dalam homeostasis sel dan remodeling jaringan, terutama pertumbuhan plasenta. Degenerasi plasenta pada preeklampsia mungkin disebabkan apoptosis yang tidak terjadwal.5 Mekanisme apoptosis terdiri dari fase inisiasi (pengaktifan caspase) dan fase eksekusi. Inisiasi apoptosis terjadi melalui dua jalur yang berbeda
yaitu jalur ekstrinsik dan jalur intrinsik Pada jalur ekstrinsik, apoptosis diperantarai oleh anggota TNF death receptor family yang merupakan bagian dari TNF-receptor (TNF-R) superfamily dan mempunyai bagaian terminal C yang terdiri dari 80 asam amino yang diketahui berperan dalam proses kematian. Tidak seperti jalur ekstrinsik dimana tergantung dari sinyal death receptor, pada jalur intrinsik sinyal apoptosis diperantarai langsung dari mitokondria sebagai respon terhadap stres seperti kerusakan DNA atau kehilangan faktor pertumbuhan. Jalur mitokondria dapat diaktifasi oleh p53, yaitu suatu protein supresi tumor yang mengaktifkan kerja dari proapoptotik Bcl-2. Jalur ekstrinsik dan intrinsik tidak berdiri sendiri, karena p53 dapat juga meningkatkan ekspresi beberapa death receptor. Jalur intrinsik juga dapat memperkuat sinyal yang dihantarkan oleh jalur death receptor sehingga terdapat hubungan antara kedua jalur tersebut.6 Pada preeklampsia, terjadi kegagalan invasi trophoblas, vaskulitis, trombosis dan iskemia dari plasenta. Menurut teori iskemia plasenta, disfungsi sel endotel terjadi akibat proses hipoksia. Trophoblas yang terpapar hipoksia secara invitro menyebabkan terjadinya proses apoptosis yang berlebihan, sehingga invasi sitotrophoblas ke dalam miometrium menjadi dangkal dan remodeling arteri spiralis pada uterus terjadi tidak lengkap. Pada akhirnya akan menimbulkan iskemia uteroplasenter. Hipoksia pada plasenta ini juga menimbulkan apoptosis, terutama melalui jalur intrinsik .7 Hipoksia menyebabkan aktifitas antiapoptotis Bcl-2 familly terhambat sehingga mengaktifkan peran dari protein Bax yang meningkatkan permeabilitas membran mitokondria terhadap sitokrom C yang selanjutnya
berikatan dengan apoptosis protease activating factor-1 (APAF-1) dan membentuk apoptosome yang akan mengaktifkan caspase 9. Caspase 9 selanjutnya akan mengaktifkan caspase 3 sehingga terjadilah proses kematian sel.4 Proses
apoptosis
yang
berlebihan
pada
perkembangan
dan
diferensiasi trofoblas memperlihatkan adanya infark dan sklerotik pada pemeriksaan patologi anatomi dari plasenta pasien preeklampsia. Hal ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan arteriole dengan karakteristik kurangnya invasi endovaskuler sitotrofoblas dan remodeling arteri spiralis yang tidak sempurna. Apoptosis juga didapatkan pada plasenta kehamilan normal baik pada sisi maternal maupun sisi fetal.
Proses
apoptosis berperan pada terjadinya attachment dan invasi trofoblas, proses transformasi arteri spiralis, diferensiasi trofoblas, dan proses toleransi imun pada antigen paternal yang diekspresikan oleh sel trofoblas.
8
Kejadian preeklamsia ditemukan lebih prevalen pada kehamilan dengan ukuran plasenta yang besar misalnya pada kehamilan kembar. Preeklampsia
juga
timbul
pada
kehamilan
mola
dimana
plasenta
berkembang tanpa adanya fetus. Hal tersebut menunjukkan bahwa plasenta merupakan fokus sentral dan bagian yang terpenting pada patogenesis terjadinya preeklampsia. Pemeriksaan patologi anatomi dari plasenta pada preeklampsia
memperlihatkan
adanya
infark
dan
sklerotik
yang
menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan arteriole dengan karakteristik kurangnya invasi endovaskuler sitotrophoblas dan remodeling arteri spiralis yang tidak sempurna. Hal ini disebabkan oleh proses apoptosis yang terjadi berlebihan pada perkembangan dan diferensiasi trophoblas.7
Beberapa penelitian mengenai preeklampsia dan apoptosis telah dilakukan untuk menggali patogenesis preeklampsia dari segi marker biokimia namun masih banyak kontroversi dalam hal ini. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui ekspresi protein p53 pada kehamilan dengan preeclampsia/eklamsi dan kehamilan normotensi.5 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan masalah yaitu
Apakah terjadi peningkatan ekspresi protein p53 pada kehamilan
dengan preeklampsia berat/eklampsia dan kehamilan normotensi? 1.3. hipotesa penelitian Hipotesis dari penelitian ini adalah ekspresi dari protein P 53 lebih tinggi pada kehamilan dengan preeklamsia berat/eklampsia dankehamilan normotensi. 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui ekspresi protein p53 pada trophoblas kehamilan dengan preeklampsia berat/eklampsia dan kehamilan normotensi.
1.4.2. Tujuan Khusus 1. Untuk
mengetahui
karakteristik
dari
peserta
penelitian
pada
preeklamsi berat/eklamsia dan kehamilan dengan normotensi. 2. Untuk
mengetahui
ekspresi
protein
P
53
pada
preeklamsi
berat/eklamsia. 3. Untuk mengetahui ekspresi protein P 53 pada kehamilan normotensi.
1.5. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk memberi informasi ilmiah tentang bagaimanaproses apoptosis
pada kehamilan preeklamsi
berat /eklamsia dan kehamilan normotensi. 2. Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat di gunakan untuk lebih memahami patofisiologi preeklamsi. 3. Hasil penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai data dasar penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA