I.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor – impor memberikan keuntungan dalam hal menambah cadangan devisa negara, peningkatan perluasan lapangan kerja hingga peningkatan kualitas komoditi unggulan dan industri pada sektor migas maupun non migas. Negara-negara di dunia saling bersaing untuk menjadi yang utama dalam meningkatkan kualitas produk ekspor unggulan masing-masing di pasar global. Menurut Montenegro dan Soloaga (2006) dalam Herdiana (2015), suatu mesin penggerak bagi percepatan pertumbuhan ekonomi dan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan bagi pencapaian pembangunan ekonomi secara berkelanjutan suatu negara adalah melalui kegiatan ekspor. Oleh karena itu, kemajuan ekspor suatu negara tanpa terhalang oleh hambatan apapun akan menguntungkan negara tersebut. Pemikiran inilah yang mendasari dibentuknya blok-blok perdagangan untuk lebih mempermudah arus ekspor di kawasan negaranegara tertentu. Blok-blok perdagangan mengurangi ataupun menghilangkan berbagai hambatan perdagangan, misalnya adalah tarif dan kuota, sehingga mempermudah arus ekspor negara-negara yang menjadi anggota blok-blok perdagangan tersebut. ASEAN sebagai keterwakilan dari blok negara-negara di kawasan Asia Tenggara, melalui kerjasama AFTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) membuka peluang pasar bagi negara-negara anggotanya semakin terbuka. Negaranegara anggota ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja dan Brunei Darussalam saling melakukan kerjasama dalam hal perdagangan bebas produk unggulan masingmasing di dalam intern sendiri maupun dengan negara lainnya diluar keanggotaan ASEAN. Masing-masing negara anggota ASEAN setidaknya memiliki keunggulan produk pada satu jenis sektor primer.
Sektor pertanian wilayah Asia Tenggara termasuk sektor yang memiliki sumbangan cukup besar bagi kebutuhan pangan dunia. Letak geografis dan keadaan iklim yang tidak jauh berbeda menyebabkan negara-negara di wilayah Asia Tenggara memiliki kesamaan dalam sumber daya alam yang dihasilkan. Sebagian besar penduduk di wilayah Asia Tenggara bermata pencaharian pada sektor pertanian. Oleh sebab itu sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting bagi kemajuan perekenomian negara-negara di wilayah Asia Tenggara. Indonesia sendiri mempunyai dua kelompok besar produk pertanian, yaitu produk promosi ekspor dan produk substitusi impor. Untuk produk promosi ekspor, produk ini juga diproduksi dan diekspor oleh negara-negara ASEAN lainnya yang cukup kompetitif. Sebagai contoh adalah karet oleh Thailand dan Malaysia, minyak sawit (CPO) oleh Malaysia, kopra atau minyak kelapa oleh Filipina, sayuran dan buah-buahan oleh Thailand dan kopi oleh Vietnam. Untuk komoditas pertanian, saat ini perkebunan memiliki peran signifikan dimana ekspor dari subsektor ini mencapai sekitar 95 persen (Mardianto et al., 2004). Menurut data dari Pusdatin (2015), pencapaian ekspor komoditas pertanian Indonesia selama tahun 2014 sebesar US$ 31,03 milyar, yang sebagian disumbang dari ekspor komoditas perkebunan sebesar US$ 29,72 milyar, sementara sub sektor lainnya hanya menyumbang tidak lebih dari US$ 600 juta. Sub sektor perkebunan merupakan sub sektor yang memberikan kontribusi surplus neraca perdagangan, utamanya disumbang dari komoditas kelapa sawit sebesar US$ 19,56 milyar. Komoditas lainnya yang membeikan kontribusi positif bagi neraca perdagangan komoditas perkebunan adalah karet sebesar US$ 4,69 milyar, kelapa sebesar US$ 1,35 milyar, kopi sebesar US$ 993,18 juta dan kakao sebesar US$ 776,15 juta. Perkembangan volume dan nilai ekspor komoditas primer perkebunan Indonesia tahun 2010 sampai 2014 dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1. Volume Ekspor Beberapa Komoditas Perkebunan Unggulan Indonesia Tahun 2010-2014 (dalam ton) Komoditas Tahun Perkebunan 2010 2011 2012 2013 2014*) Minyak sawit 16.292,0 16.436,0 18.850,8 20.578 22.892,4 Karet 2.351,9 2.556,2 2.444,5 2.702 2.623,5 Kopi 433,6 346,5 448,6 534 384,8 Lada 62,6 36,5 62,6 47,9 34,7 Sumber: BPS, diolah Ditjenbun Keterangan: *) Angka sementara Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kelapa sawit, karet, kopi dan lada merupakan komoditas ekspor unggulan perkebunan Indonesia yang memiliki tingkat persaingan ekspor yang cukup kuat dengan beberapa negara lain di wilayah Asia Tenggara. Volume ekspor keempat komoditas tersebut mengalami peningkatan yang signifikan tiap tahunnya. Minyak sawit merupakan komoditi yang mengalami peningkatan volume ekspor yang cukup besar dari tahun 2010 hingga 2014. Malaysia dan Vietnam merupakan pesaing kuat dalam ekspor kelapa sawit Indonesia ke pasar Eropa. Indonesia juga bersaing kuat dengan Thailand dan Malaysia dalam ekpor karet alam di pasar dunia. Dalam pasar ekspor kopi, Indonesia juga masih kalah unggul dengan Vietnam. Begitu juga dengan ekspor lada Indonesia yang memiliki keunggulan komparatif, namun daya saingnya masih dibawah Vietnam yang menjadi negara produsen lada terbesar di wilayah ASEAN bahkan di dunia. Ekspor hasil pertanian Indonesia mendapatkan saingan yang cukup berat dari beberapa negara ASEAN yang mempunyai kesamaan di dalam keunggulan komparatif. Berdasarkan Global Competitiveness Report 2012-2013 (WEF, 2012), peringkat Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 46 di tahun 2011-2012 turun ke peringkat 50 di tahun 2012-2013. Dalam pengembangan ekspor pertanian Indonesia, khususnya perkebunan masih menghadapi beberapa permasalahan dalam hal daya saing produk. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, banyak komoditas perkebunan Indonesia yang mempunyai daya saing cukup kuat dan bahkan sangat kuat tetapi ada juga yang lemah.
Untuk dapat memenangkan persaingan intra ASEAN, terdapat tiga faktor penting yang harus diperhatikan oleh masing-masing negara ASEAN termasuk Indonesia, yaitu komposisi produk, distribusi pasar dan daya saing. Negara yang mampu memilih komposisi produk yang diekspornya secara lebih tepat, lebih mampu memilih pasar (negara tujuan) yang pertumbuhan impornya tinggi dan mempunyai daya saing lebih tinggi akan mampu memenangkan persaingan. Selain itu eksistensi persaingan regional terutama dengan negara-negara ASEAN penting artinya untuk menentukan spesialisasi ekspor produk-produk perkebunan. Hal ini berkaitan dengan keunggulan komparatif berdasarkan letak geografis, kondisi faktor produksi dan kondisi perekonomian yang berhubungan erat diantara negaranegara dalam satu kawasan regional seperti ASEAN. Dilatarbelakangi keunggulan dan kontribusi ekspor hasil perkebunan Indonesia, maka peningkatan daya saing ekspor sektor ini mutlak dilakukan. Spesialisasi pada ekspor produk perkebunan yang berdaya saing tinggi diharapkan mampu meningkatkan daya saing ekspor produk perkebunan dalam menghadapi persaingan global maupun regional. Dengan demikian informasi mengenai tingkat daya saing tiap komoditas menjadi sangat penting untuk menentukan spesialisasi pada komoditas unggulan perkebunan Indonesia.
2. Perumusan Masalah Perdagangan
internasional
mengharuskan
setiap
negara
memiliki
spesialisasi dan juga kemampuan untuk dapat bersaing memperebutkan pasar yang ada. Penguasaan pasar oleh suatu negara dapat menjadi ukuran kemampuan bersaing suatu negara untuk komoditas tertentu. Setiap negara yang melakukan perdagangan internasional memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing baik dalam sumber daya maupun teknologi untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk dapat bersaing baik di pasar dunia, maupun pasar domestik, upaya peningkatan daya saing perlu terus dilakukan melalui intervensi berbagai faktor yang dapat mempengaruhi daya saing tersebut. Daya saing (competitiveness) adalah kekuatan untuk menembus pasar ekspor sekaligus sebagai kekuatan untuk membendung impor. Keberhasilan dalam perdagangan internasional suatu negara
dapat dilihat dari daya saingnya. Daya saing ini merupakan suatu konsep umum yang digunakan didalam ekonomi, yang merujuk kepada komitmen persaingan pasar terhadap keberhasilannya dalam persaingan internasional (Bustami dan Hidayat, 2013). Kelapa sawit, karet, kopi dan lada merupakan komoditi yang memiliki posisi rising star atau unggul dalam ekspor di pasar global. Oleh karena itu, faktorfaktor yang mempengaruhi daya saing ekspor komoditas perkebunan unggulan tersebut di atas perlu diketahui dengan baik. Selain itu, studi komparatif mengenai trend ekspor dan daya saing dari beberapa komoditas unggulan perkebunan Indonesia perlu dilakukan untuk mengetahui posisi daya saing Indonesia dibandingkan dengan negara-negara yang termasuk anggota ASEAN. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu : 1. Bagaimana posisi daya saing ekspor komoditas perkebunan terpilih Indonesia dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya? 2. Bagaimana trend ekspor dan daya saing ekspor komoditas perkebunan terpilih Indonesia? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi daya saing ekspor komoditas perkebunan terpilih Indonesia?
3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui posisi daya saing ekspor komoditas perkebunan terpilih Indonesia dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya. 2. Mengetahui trend ekspor dan daya saing ekspor komoditas perkebunan terpilih Indonesia. 3. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap daya saing ekspor komoditas perkebunan terpilih Indonesia.