PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA Oleh Nurida C.S., Harti, Inti Nahari, Saino, dan Yoyok Susatyo Abstrak Pelatihan proses pembuatan batik sangat menarik dan diminati oleh masyarakat karena saat ini batik merupakan salah satu produk cipta karya dunia kebanggaan Indonesia. Tahapan kegiatan pelatihan ini meliputi: tahap 1) menjelaskan cara menggunakan kain dan gambar pola yang telah disediakan, tahap 2) melatihkan cara memindah gambar dari pola ke atas kain, tahap 3) melatihkan cara memasak malam dan menggunakan canting untuk menutup pola yang akan diwarnai, tahap 4) melatihkan cara mewarnai kain yang telah diberi malam, dan tahap 5) Finishing. Hasil kegiatan pelatihan dan pembahasannya, dapat disimpulkan bahwa: 1) pelaksanaan program PpM telah berjalan dengan baik sesuai dengan rencana dan telah memenuhi tujuan dan sasaran yang diinginkan, 2) Kegaitan PpM telah memberikan pengalaman kepada peserta kegiatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal ini adalah ibu-ibu rumah tangga sebagai bekal untuk berwirausaha, 3) Kegiatan PpM telah memberikan pengalaman kepada peserta dalam memenuhi kebutuhan akan keterampilan tambahan kepada para ibu rumah tangga untuk mengisi waktu luang dengan cara membatik, dan 4) Kegiatan PpM telah memberikan dorongan pada peserta kegiatan sebagai bekal untuk mengembangkan ekonomi keluarga melalui usaha membatik.Adapun saran yang diusulkan terkait dengan hasil PpM adalah: 1) Pelaksanaan program PpM sangat bermanfaat bagi masyarakat secara umum dan ibu-ibu rumah tangga khususnya sehingga perlu adanya pelatihan lanjutan untuk mendapatakan hasil yang optimal, 2) Perlu adanya pelatihan metode membatik yang bervariasi agar keahlian membatik semakin banyak, dan 3) Peserta meminta pelatihan tambahan untuk memasyarakatkan budaya wirausaha. Kata kunci: Pelatihan, Produksi Batik, Wirausaha Baru
PENDAHULUAN Perkembangan industri batik di Indonesia cukup pesat seiring dengan diakuinya produk batik Indonesia oleh PBB. Perkembangan yang ada menunjukkan bahwa semakin banyak tumbuh industri batik, yang semula batik lebih banyak diakui dari Solo, Yogya, Pekalongan, dan Madura, tetapi sejak diakuinya batik Indonesia, maka seluruh masyarakat menyambut dengan antusias dan mulai mencintai produk dalam negeri yang bernama batik. Tidak hanya kaum dewasa yang pantas mengenakan batik, tetapi remaja dan anak-anakpun mulai menggemari batik. Dengan semakin meningkatnya minat masyarakat menggunakan batik serta adanya minat masyarakat mencitrakan batik Indonesia, maka industri batik mulai diminati dan bahkan berkembang pesat. Masyarakat berlomba-lomba menciptakan batik sesuai nama daerah, khususnya di Jawa Timur seperti Batik Madura, Batik Sidoarjo, dan Batik Tuban. Industri batik di derah tersebut sebelumnya sudah ada, tetapi pertumbuhan industri baik semakin membaik setelah batik Indonesia dikenal. * Dosen di Fakultas Ekonomi, Unesa
Pemeritah kota Surabaya tampaknya juga tertarik dengan perkembangan batik tersebut dan mulai berusaha menularkan keterampilan membatik ini pada warga masyarakat. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Kelurahan Ketintang. Pihak Kelurahan sudah memberikan pelatihan membatik ini kepada warga yang berminat, tetapi sampai saat ini yang betul-betul merealisasinya baru dua orang, dan sudah memproduksi serta mendapat pesanan dari pemerintah kota Surabaya. Warga yang dilatih adalah para kader PKK, warga yang berasal dari RW II Ketintang Baru berjumlah 10 orang. Meskipun sudah mendapat pelatihan, semangat warga untuk memulai usaha masih lemah dan ragu-ragu. Hal ini sangat disayangkan padahal keterampilan sudah diberikan hanya tinggal mengembangkannya. Belum lagi bagi warga/para kader PKK yang sudah dilatih di tingkat Kelurahan yang diharapkan bisa menularkan kepada warga lain di tingkat RT maupun RW kelurahan Ketintang, tapi hal inipun tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dengan melihat kondisi di atas maka tim PpM Unesa berminat untuk mengembangkan kerajinan batik tersebut di RW II Ketintang Baru, khususnya pada para ibu PKK di kelurahan tersebut, agar bisa menjadi usaha baru yang akan meningkatkan perekonomian di masa yang akan datang. Jumlah RT di RW II ini seluruhnya ada 6 RT. Jika masing-masing RT diwakili 5 orang, maka peserta yang akan dilatih rencananya sebanyak 30 orang, termasuk di dalamnya adalah yang sudah pernah mendapat pelatihan untuk memudahkan pembelajaran secara peer group. Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang akan ditangani atau di atasi sebagai berikut: a) Adanya ketidakmampuan warga mengembangkan keterampilan menjadi sebuah peluang usaha baru. Dengan demikian, menyebabkan warga sangat memerlukan pelatihan guna menciptakan peluang usaha diantaranya dengan cara menambah keahlian membatik dan b) Agar warga yang sudah pernah mendapat pelatihan dapat lebih mengembangkan kreativitasnya, maka perlu adanya pelatihan lebih lanjut seperti menciptakan disain batik yang bervariasi. Sebagai diketahui bahwa esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah (value added) di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang berfikir kreatif, berperilaku inovatif menyukai perubahan, kemajuan dan tantangan. Unsur-unsur kewirausahaan : motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang. Kegiatan produksi adalah kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Kegiatan produksi bisa juga diartikan mengubah nilai sebuah benda atau barang menjadi barang yang memiliki nilai guna. METODE PELAKSANAAN 1. Pemecahan Masalah Kegiatan ini dilakukan dengan metode pelatihan berupa teori dan praktek langsung. Teori diberikan untuk memberikan bekal pengetahuan bagaimana cara membatik yang benar dan agar hasilnya baik dan berkualitas, serta pengetahuan dalam membangun kewirausahaan, seperti pengelolaan usaha, keuangan, sumber daya, dan pemasaran. Selanjutnya teori yang sudah diberikan dipraktekkan langsung pada saat pelatihan berupa disain batik dan bisnis plan.
* Dosen di Fakultas Ekonomi, Unesa
2. Realisasi Pemecahan Masalah Dari permasalahan yang ada maka dapat dirinci kerangka pemecahan masalah dengan cara berikut; Pertama, melakukan identifikasi dan menentukan warga RW II Ketintang Baru untuk dipilih sebagai peserta pelatihan, diutamakan para kader penggerak PKK yang sudah pernah mendapat pelatihan dari kelurahan dan warga yang berminat. Kedua, memberikan bekal keterampilan membatik dan disain, dengan menyiapkan disain contoh. Ketiga, memberikan bekal pengetahuan kewirausahaan agar bisa membuat bisnis plan. Keempat, memberikan pendampingan kepada warga yang betul-betul merealisasi keterampilan menjadi usaha. Kelima, melakukan evaluasi tentang keberhasilan pelatihan yang outputnya terdiri dari disain batik dan bisnis plan, dengan target pencapaian keberhasilan 80%. Kerangka ini dibuat berdasarkan pada pengalaman tim PpM Unesa dalam memberikan pelatihan kewirausahaan, bahwa pelatihan kewirausahaan harus dilakukan secara terpadu dan menyeluruh. Artinya pelatihan tidak cukup hanya dalam bentuk pemberian keterampilan, ceramah, dan motivasi, tetapi perlu didampingi untuk bisa merealisasikannya, sebab kelemahan masyarakat Indonesia adalah kurangnya percaya diri untuk memulai karena takut gagal, takut rugi, dan lain-lain. 3. Metode Pemecahan Masalah Metode pemecahan masalah secara garis besar dapat disajikan dalam bentuk skema berikut.
Pelatihan Kewirausahaan
Pelatihan Membatik
Warga Memiliki Keterampilan
Membuat Disain Batik
Warga Mandiri Secara Ekonomi
4. Khalayak Sasaran Antara yang Strategis Khalayak sasaran antara yang strategis dalam kegiatan ini adalah dosen tim PpM Unesa dan para kader penggerak PKK yang nantinya diharapkan dapat menjadi contoh dan juga dapat menggerakkan seluruh warga masyarakat di sekitarnya agar mau menerapkan keterampilan membatik yang baik dan berkualitas yang telah peroleh. Sasaran pelatihan ini adalah ibu-ibu rumah tangga
* Dosen di Fakultas Ekonomi, Unesa
PKK di Ketintang Baru yang memiliki waktu luang untuk bisa mengembangkan kerajinan batik. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara keseluruhan, pelaksanaan kegiatan PpM sudah sesuai rencana dan berjalan lancar. Adapun pelaksanaannya secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Karakteristik Peserta Kegiatan membatik yang dilaksanakan pada hari Jumat dan Sabtu tanggal 22 dan 23 September 2011 bertempat dibalai RW II Ketintang Baru dihadiri oleh 12 orang peserta yang semuanya ibu rumah tangga. Dari seluruh peserta ada 2 orang yang sudah pernah mengikuti pelatihan membatik dan mereka ikut juga karena ingin tahu lebih banyak tentang cara membatik dengan menggunakan malam. Sebelumnya mereka pernah mengikuti pelatihan membatik jenis batik ikat celup, sedangkan peserta lainnya belum pernah mengikuti pelatihan membatik. Para peserta terlihat antusias karena mereka ingin sekali mempelajari cara membatik. Untuk pelaksanaan pelatihan membatik ini, tim PpM Unesa memberikan peralatan dan perlengkapan membatik kepada peserta berupa kompor, wajan, minyak tanah, midangan, canting 3 macam ukuran, pensil, kain, malam, dan pewarna. Disisi lain, perlengkapan yang diperlukan seperti kompor, ember, dan kayu untuk mengaduk disediakan tim PpM, tetapi tidak diberikan. 2. Pelatihan Membatik Pada pelaksanaan kegiatan membatik dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut: Tahap 1: menjelaskan cara menggunakan kain dan gambar pola yang telah disediakan. Pada tahap ini tim pelaksana PpM sudah menyediakan kain dan pola motif batik untuk digunakan dalam aplikasi kain. Kain disediakan selebar 1/2 m berwarna putih polos dan disediakan pula alat gambar seperti pensil, karet penghapus dan karbon. Tahap 2: melatihkan cara memindah gambar dari pola ke atas kain. Pada tahap ini tim pelaksana PpM memberikan arahan tentang cara memindahkan pola motif batik ke dalam kain. Pola sudah disediakan sehingga peserta tinggal memilih motif yang disukai dan menggambar ke atas kain dengan menggunakan pensil. Para peserta memilih motif yang bermacam-macm sehingga masing-masing peserta tidak sama gambarnya tergantung kesukaan dan selera. Tahap 3: melatihkan cara memasak malam dan menggunakan canting untuk menutup pola yang akan diwarnai. Pada tahap ini peserta dilatih mulai cara menyiapkan kompor dan wajan yang akan digunakan. Proses ini dilakukan setelah peserta selesai menggambar motif pada kain. Kompor dan wajan digunakan untuk memasak malam yang akan digunakan untuk menembok motif yang akan ditutup agar jika dicelup dengan pewarna tidak terkena warna sehingga muncul motif yang diinginkan. Jika malam yang dipanasi di atas wajan dan kompor sudah mencair maka malam siap digunakan untuk membatik. Dengan cara malam yang cair diambil menggunakan canting lalu dituangkan dalam motif dengan arah mengikuti motifnya. Karena kegiatan membatik ini membutuhkan dan memakan waktu yang lama maka peserta diminta membawa pulang semua bahan dan alat (kompor, wajan, canting, malam, midangan, dan
* Dosen di Fakultas Ekonomi, Unesa
pensil) agar dilanjutkan di rumah. Gambar dan proses kain yang sudah diberi malam harus sudah jadi pada saat hari berikutnya (yang dilaksanakan hari Sabtu) Tahap 4: melatihkan cara mewarnai kain yang telah diberi malam. Pada hari berikutnya peserta semuanya sudah membawa hasil berupa kain yang telah bermotif dan diberi malam (dibatik). Pada proses ini tim pelaksana PpM sudah menyiapkan kompor gas dan panci untuk merebus air yang akan digunakan untuk mencelup kain, dan ember 3 pasang (yang berjumlah 6 buah untuk pasangan pewarna yang sesuai). Air yang sudah mendidih dituangkan dalam ember dan diberi pengikat pewarna kain, yang disiapkan dengan tiga warna pilihan (merah, biru, dan coklat). Kain yang sudah siap dicelupkan pada ember pewarna lalu diaduk-aduk dengan menggunakan kayu sampai tercampur dan meresap pada kain dengan ukuran sampai airnya dingin. Proses berikutnya adalah kain dicelupkan pada ember berikutnya yang telah berisi air dingin yang diberi pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan dan diaduk-aduk sambil dikucek untuk melorotkan malam. Lalu diangkat dan dijemur atau diangin-anginkan sampai kering. Tahap 5 : Finishing. Kain yang sudah dicelup warna dan sudah kering serta bersih dari malam akan terlihat bentuk jadinya. Agar lebih bagus dan bisa digunakan, maka kain dapat diberi tambahan jahitan pinggir dengan cara dineci atau dibentuk sesuai dengan yang diinginkan. Tetapi peserta umumnya menggunakannya sebagai taplak meja karena kain yang dibagikan seukuran taplak meja. 3. Pengembangan Model Dari rencana yang telah dibuat saat proposal kegiatan berjalan seperti yang diharapkan, hanya saja peserta tidak jadi berjumlah 20 orang karena mengingat biaya yang digunakan untuk membelikan bahan dan alat agar peserta bisa melanjutkan kegiatan membatik di rumah cukup mahal dan tidak cukup, maka peserta yang ikut hanya tinggal berjumlah 12 orang. Hal itu ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta agar mampu mengembangkan menjadi kegiatan usaha yang produktif. Itu semuanya akan memberikan peluang kerja baru dan penghasilan tambahan bagi keluarga yang berkarya. Selain itu, dengan jumlah hanya 12 orang ternyata sangat atau jauh lebih efektif karena tempat pelatihan yang pas atau cukup untuk jumlah tersebut dan juga peserta dapat didampingi dengan baik dan mereka mencoba dan berlatih secara individual tidak berkelompok. Dengan demikian model yang tepat untuk pelatihan semacam ini adalah peserta dilatih secara individual agar mereka bisa totalitas memiliki kemampuan, sehingga peserta tinggal mengembangkan sesuai dengan kreativitasnya. 4. Pencapaian Hasil Keseluruhan Secara keseluruhan kegiatan berjalan lancar dan seluruh peserta antusias mengikuti jalannya setiap proses, bahkan ketika diberi PR untuk membatik di rumah semua bisa menyelesaikan dengan baik dan hasilnya bagus-bagus, meskipun ada dua orang yang hasilnya kurang bagus karena ketika mengerjakan diganggu oleh anaknya atau karena kesibukan lain, sehingga tidak sempat menghasilkan lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Begitu semangatnya peserta, mereka minta pelatihan dilakukan lagi dan dilanjutkan pada waktu berikutnya dengan membuat jenis membatik cara yang lain, seperti celup ikat atau * Dosen di Fakultas Ekonomi, Unesa
inovasi baru lainnya. Pada saat pelaksanaan hampir tidak ada kendala sehingga secara keseluruhan kegiatan berjalan baik, peserta mencapai hasil yang diharapkan. Bahkan ketika pewarna yang dipakai masih tersisa peserta membawanya pulang untuk digunakan mewarnai kain atau bahan lain yang ada di rumah. Hal itu juga sudah diajarkan oleh tim PpM Unesa, misalnya dengan menggunakan biji-bijian lalu diikat pada kaos yang sudah tidak layak warnanya, lalu dicelup pada pewarna. Hasilnya malah ada yang mencelupkan kain yang masih baru dan warnanya juga bagus, sehingga pada hari itu juga dijahitkan untuk menjadi baju. Dari hasil pemantauan tim pelaksana PpM, setelah pelaksanaan pelatihan diharapkan peserta melanjutkan kegiatan membatik ini agar menjadi usaha sampingan dalam keluarga. Lazimnya, harapan tinggal harapan karena dapat dimaklumi di lapangan tentu banyak factor bisa karena suami tidak mengijinkan, repot dengan pekerjaannya, ngemong anak-anaknya, dan lain sebagainya yang semuanya menghambat untuk tidak melanjutkan hasil pelatihan tersebut. Namun, ternyata yang tidak melaksanakan dan melanjutkan hanya 1 orang, itupun karena sudah memiliki tim kerajinan. Permasalahan yang dihadapi peserta adalah tidak adanya toko bahan terdekat sehingga kesulitan untuk memperoleh bahan membatik. Alasan yang lain adalah tidak sempat karena ada pekerjaan lain seperti sudah berbisnis meskipun tingkat kecil atau rumahan. Dari seluruh pelaksanaan kegiatan pelatihan membatik dapat disimpulkan bahwa peserta semua antusias hingga waktu terasa kurang, karena peserta merasa mendapat ilmu baru. Meskipun beberapa orang telah pernah mengikuti pelatihan serupa tetapi kegiatan ini dirasakan semakin memperkaya pengetahuannya sehingga semakin semangat untuk mengembangkan usaha batik yang telah dirintisnya. Seperti diketahui bahwa di Ketintang Baru telah ada 3 orang yang merintis usaha batik yang diberi nama Batik Cinta. Batik tersebut tidak dilakukan dengan cara membatik dengan malam tetapi berupa batik celup ikat. Meskipun pemasaran batik tersebut belum meluas tetapi produksi tiap bulan sudah bisa memberikan keuntungan rata-rata satu juta rupiah. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan dan pembahasannya, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) pelaksanaan program PpM telah berjalan dengan baik sesuai dengan rencana dan telah memenuhi tujuan dan sasaran yang diinginkan, 2) Kegaitan PpM telah memberikan pengalaman kepada peserta kegiatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal ini adalah ibu-ibu rumah tangga sebagai bekal untuk berwirausaha, 3) Kegiatan PpM telah memberikan pengalaman kepada peserta dalam memenuhi kebutuhan akan keterampilan tambahan kepada para ibu rumah tangga untuk mengisi waktu luang dengan cara membatik, dan 4) Kegiatan PpM telah memberikan dorongan pada peserta kegiatan sebagai bekal untuk mengembangkan ekonomi keluarga melalui usaha membatik. Adapun saran terkait dengan hasil kegiatan pelatihan ini adalah: 1) Pelaksanaan program PpM sangat bermanfaat bagi masyarakat secara umum dan ibu-ibu rumah tangga khususnya sehingga perlu adanya pelatihan lanjutan untuk mendapatakan hasil yang optimal, 2) Perlu adanya pelatihan metode membatik yang
* Dosen di Fakultas Ekonomi, Unesa
bervariasi agar keahlian membatik semakin banyak, dan 3) Peserta meminta pelatihan tambahan untuk memasyarakatkan budaya wirausaha. DAFTAR PUSTAKA Zimmerer TW. & Scarborough NM, (2009). Essential of Entrepreneurship and Small Business Management. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Moore,Petty,Palich,Longenecker, (2006). Managing Small Business. Fourteen Ed., South Western-Chengage Learning. Ciputra, (2009). Ciputra Quantum Leap, Entrepreneurship. Surabaya: Universitas Ciputra, Entreprenneurship Center. www.galeriukm.com (diakses pada tanggal 19 Oktober 2011).
* Dosen di Fakultas Ekonomi, Unesa