perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL
SKRIPSI Oleh : NOVIANA SARI K1508043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Noviana Sari
Nim
: K1508043
Jurusan/Program Studi
: Pendidikan Teknik Kejuruan/Pendidikan Teknik Bangunan
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL ” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya. Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan Noviana Sari
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL
Oleh : NOVIANA SARI K1508043
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Chundakus Habsya, M. Ars
Budi Siswanto, S. Pd, M. Ars
NIP.19570414 198603 1 002
NIP. 19720205200501 1 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hari
: Kamis
Tanggal
: 12 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Sutrisno, M.T, M. Pd
Sekretaris
: Drs. Bambang Sulistyo Budhi
Anggota I
: Ir. Chundakus Habsya, M. Ars
Anggota II
: Budi Siswanto, S. Pd, M. Ars
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n. Dekan Pembantu Dekan I
Prof. Dr. Rer. Nat. Sajidan, M. Si NIP. 19660415 199103 1 002
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Noviana Sari. PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi pencahayaan alami di tipe perumahan kecil dan menengah, mengetahui bahwa sistem bukaan yang baik menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman, mengetahui bahwa vegetasi berpengaruh terhadap pencahayaan alami dalam ruangan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif-deskriptif. Penelitian di laksanakan di tiga lokasi perumahan yaitu Perumahan Griya Prima Klaten, Perumahan Cipta Griya Bersinar Klaten, dan Perumahan Pesona Sawahan Boyolali. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive. Jumlah sampel ada 18 rumah, yang terdiri dari 7 rumah di Perumahan Griya Prima Klaten, 8 rumah di Perumahan Cipta Griya Bersinar Klaten, dan 3 rumah di Pesona Sawahan Boyolali. Teknik pengumpulan data dengan pengukuran menggunakan alat, angket, dan dokumentasi. Alat yang digunakan pengukuran dalam penelitian ini adalah light meter dan humidity. Light meter untuk mengukur intensitas cahaya sedangkan humidity untuk mengukur suhu udara dan kelembaban. Teknik analisa data menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 66,45 % pencahayaan alami di obyek penelitian kurang memenuhi persyaratan, bukaan berpengaruh terhadap cahaya matahari yang masuk dalam ruangan, dan adanya vegetasi dapat mempengaruhi pencahayaan alami dalam ruangan. Ditemukan faktor-faktor lain, selain bukaan dan vegetasi yang menyebabkan pencahayaan alami di obyek penelitian kurang baik yaitu teras yang lebar, rumah berhubungan langsung dengan bangunan sekitar, dan pengembangan rumah yang kurang memperhatikan segi pencahayaan alami. Simpulan penelitian ini adalah 66,45 % pencahayaan di obyek penelitian kurang memenuhi persyaratan, sistem bukaan yang baik akan menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman, vegetasi berpengaruh terhadap terhadap pencahayaan alami dalam ruangan. Kata Kunci : pencahayaan alami, bukaan, vegetasi
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Cukuplah Allah yang menjadi Penolongku di setiap Kesulitan, Penentram Jiwa disaat Kecemasan, Pelindungku disaat Ketakutan, Penguatku disaat Goncangan Masalah menghantam. “ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dengan satu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (QS. Al Insyirah (94) : 5-8) “Kejarlah akheratmu, maka dunia akan mengikutimu” Aku stres tetapi aku tidak trauma oleh ketakutan. Aku masih mampu belajar! Aku masih mampu berjuang! Aku akan bertahan hidup dan aku akan mewujudkanmu, Impianku! Tak terhitung orang mengatakan bahwa ini tak bisa dilakukan atau itu tampaknya akan gagal. Keberanianku akan menentang itu. Jangan rendahkan tujuanmu sampai ke level kemampuanmu. Justru, naikkan kemampuanmu sampai ke level tujuanmu.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Dari hati yang tulus, terbingkai rasa syukur pada Allah- Rabb semesta alam, Ku persembahkan karya ini untuk : Ibu dan Ayah Berkat iringan doa yang selalu Ibu dan Ayah lantunkan untuk Ananda, rahmat Allah selalu menyertai Ananda, hingga Ananda bisa bertahan menghadapi setiap episode hidup. Terima kasih pula untuk setiap doa, cucuran keringat, letih, dan rintihan tangisan Ibu dan Ayah di setiap sepertiga malam demi Ananda. Adik-Adikku Tersayang : Lylya Octaviani dan Yulia Ambar Wati. Terima kasih atas bantuan, persaudaraan, dan letupan semangat kalian selama ini. Kedua Dosen Pembimbingku : Pak Chun dan Pak Budi. Dengan segenap hormat, Ku ucapkan terima kasih atas bantuan, arahan, bimbingan, dan kesabaran selama proses bimbingan skripsi. Sungguh bersyukur mendapat pembimbing seperti beliau-beliau. Dosen pembimbing bagaikan pelita ilmu dalam kegelapan kebodohan. Teman-Teman Kos Arum, Sidomulyo, Makam Haji Norma, Fitroh, Anis, Mbak Muji, Tika, Anita, Hani, dll, yang tak bisa ku sebutkan namanya satu per satu. Tiada teman yang sebaik kalian hingga ku merasa bagaikan keluarga dalam balutan ukhuwah islamiyah. Terima kasih atas bantuan, motivasi, dan kebersamaan selama ini. Teman-Teman Seperjuangan, PTB 2008 Terima kasih atas kerjasama, diskusi, dan semangat yang kalian percikkan padaku hingga ku termotivasi untuk berlari bersama kalian menuju gerbang kesuksesan. Semoga perpisahan tidak memutuskan tali persaudaraan kita.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang diharapkan. Skripsi ini berjudul “PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL” Dalam menyusun skripsi ini penulis mendapat bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Sutrisno, S.T, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ida Nugroho Saputro, ST. M.Eng selaku Ketua Program Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Abdul Haris Setyawan, S.Pd., M.Pd selaku Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Ir. Chundakus Habsya, M.Ars selaku Dosen pembimbing I, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi. 6. Budi Siswanto, S.Pd, M.Ars selaku Dosen pembimbing II, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi. 7. Teman-teman mahasiswa Program Teknik Bangunan angkatan tahun 2008. 8. Semua pihak yang ikut membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk melengkapi kekurangan skripsi ini.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai acuan pelaksanaan penelitian dan semua pihak yang memerlukannya
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Judul
Halaman
HALAMAN JUDUL . ............................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN.................................................................... ii HALAMAN PENGAJUAN ....................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... v HALAMAN ABSTRAK............................................................................ vi HALAMAN MOTTO................................................................................ vii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii KATA PENGANTAR. .............................................................................. ix DAFTAR ISI. ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................. .......................................... 1 B. Identifikasi Masalah ...................... .......................................... 2 C. Pembatasan Masalah...................... .......................................... 3 D. Perumusan Masalah....................... .......................................... 3 E. Tujuan Penelitian........................... .......................................... 3 F. Manfaat Penelitian......................... .......................................... 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ........................... .......................................... 5 1. Rumah dan Perumahan.............. .......................................... 5 2. Pencahayaan Alami................... .......................................... 16 3. Syarat Pencahayaan Alami yang Nyaman............................. 19 4. Kenyamanan ............................ .......................................... 21 B. Penelitian yang Relevan ................ .......................................... 23
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berfikir.......................... .......................................... 25 D. Hipotesis ....................................... .......................................... 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........ .......................................... 28 1. Tempat Penelitian ..................... .......................................... 29 2. Waktu Penelitian....................... .......................................... 33 B. Rancangan Penelitian .................... .......................................... 33 1. Studi Penelitian ......................... .......................................... 33 2. Tahap Penelitian........................ .......................................... 34 C. Populasi dan Sampel...................... .......................................... 36 1. Populasi .................................... .......................................... 36 2. Sampel ...................................... .......................................... 36 D. Teknik Pengambilan Sampel ......... .......................................... 37 E. Pengumpulan Data ........................ .......................................... 38 1. Sumber Data ............................ .......................................... 38 2. Teknik Mendapatkan Data......... .......................................... 38 F. Validasi Instrumen Penelitian ........ .......................................... 41 G. Analisis Data ................................. .......................................... 42 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ............................... .......................................... 45 B. Pengujian Persyaratan Analisis ...... .......................................... 53 C. Pengujian Hipotesis ....................... .......................................... 54 1. Pengujian Hipotesis 1 .............. .......................................... 54 2. Pengujian Hipotesis 2 .............. .......................................... 54 3. Pengujian Hipotesis 3 .............. .......................................... 107 D. Pembahasan Hasil Analisis Data.... .......................................... 117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ....................................... .......................................... 124 B. Implikasi ....................................... .......................................... 125 C. Saran ............................................. .......................................... 126
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA ..................................... .......................................... 127 LAMPIRAN ................................................... ..........................................
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1. Denah Rumah Tipe 36......................................................................... 7 2.2. Tampak Depan Rumah Tipe 36 ........................................................... 8 2.3. Denah Rumah Tipe 45......................................................................... 9 2.4. Tampak Depan Rumah Tipe 45 ........................................................... 9 2.5. Denah Rumah Tipe 54......................................................................... 10 2.6. Tampak Depan dan Perspektif Rumah Tipe 54.................................... 11 2.7. Denah Rumah Tipe 60......................................................................... 12 2.8. Perspektif Rumah Tipe 60 ................................................................... 12 2.9. Denah Rumah Tipe 70......................................................................... 13 2.10. Perspektif Rumah Tipe 70 ................................................................. 14 2.11. Terang Langsung .............................................................................. 16 2.12. Terang Tidak Langsung..................................................................... 17 2.13. Sudut Sinar Datang ........................................................................... 17 2.14. Pemantulan Cahaya Di Permukaan Benda ......................................... 18 2.15. Vegetasi sebagai kontrol radiasi ........................................................ 21 2.16. Diagram Kerangka Berfikir ............................................................... 26 3.1. Peta Lokasi Sawahan, Ngemplak, Boyolali ........................................ 28 3.2. Site Plan Perumahan Pesona Sawahan................................................ 29 3.3. Peta Lokasi BelangWetan, KlatenUtara, Klaten.................................. 29 3.4. Site Plan Perumahan Griya Prima....................................................... 30 3.5. Peta Lokasi Kalikotes, Kalikotes, Klaten............................................ 31 3.6. Site Plan Perumahan Cipta Griya Bersinar ......................................... 32 3.7. Diagram Alur Penelitian..................................................................... 35
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
2.1. Penelitan Relevan ............................................................................... 23 3.1. Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian ..................................................... 33 3.2. Daftar Populasi ................................................................................... 36 3.3. IESNA Recommended Iluminance Value ............................................. 39 3.4. Kisi-Kisi Angket ................................................................................. 41 3.5. Rumusan Hipotesis 1........................................................................... 43
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Data Mentah .......................................................................................................... Data Angket........................................................................................................... Output Uji Validitas Instrumen .............................................................................. Output Uji Reabilitas Instrumen............................................................................. Tabel Analisa Hipotesis Pertama............................................................................ Angket................................................................................................................... Dokumentasi Penelitian ......................................................................................... Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ........................................................... Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi............................. Surat Permohonan Izin Observasi .......................................................................... Surat Permohonan Izin Penelitian ..........................................................................
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Cahaya mutlak diperlukan dalam ruangan. Pencahayaan mempunyai beberapa fungsi, antara lain memberikan rasa nyaman bagi orang-orang di dalamnya, menciptakan efek-efek tertentu, serta mempengaruhi kesehatan mata. Berdasarkan sumber cahayanya, pencahayaan terdiri dari dua jenis yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami merupakan pencahayaan yang berasal dari sumber matahari baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan pencahayaan buatan sering disebut
pencahayaan
elektrik karena bersumber dari lampu. Pada penelitian ini, akan memfokuskan pada pencahayaan alami. Perumahan merupakan lingkungan pemukiman yang padat. Letak bangunan yang berderet dan saling berhimpitan satu sama lain mengakibatkan minimalnya bukaan yang tersedia. Bukaan hanya ada pada posisi depan saja sehingga cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan tidak bisa maksimal. Sistem pencahayaan yang buruk tersebut menyebabkan suasana ruangan menjadi gelap. Hal ini akan berdampak pada kenyamanan visual dan termal. Dampak pada kenyamanan visual menyebabkan penglihatan menjadi tidak jelas, sedangkan dampak pada kenyamanan termal menyebabkan kelembaban dan suhu udara menjadi tidak nyaman. Selain itu, suasana gelap juga akan menuntut penggunaan lampu saat siang hari. Penggunaan lampu yang berlebihan akan meningkatkan konsumsi energi listrik sehingga biaya pemakaian lisrik juga akan meningkat. Dengan demikian perlu sistem pencahayaan yang hemat energi dengan memanfaatkan cahaya alami semaksimal mungkin. “Permintaan akan energi listrik terbesar dapat ditekan hingga 40 % dengan mempergunakan pencahayaan alami secara baik” (Lechner, 2007: 415).
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Cahaya alami yang nyaman harus sesuai dengan persyaratan kenyamanan visual dan termal. Sebagian besar desain rumah di beberapa perumahan kurang memperhatikan aspek pencahayaan alami sehingga persyaratan kenyamanan visual dan termal tidak terpenuhi. Kedua kenyamanan tersebut berhubungan erat dengan sistem bukaan dan vegetasi. Syarat-syarat bukaan yang harus dipenuhi untuk menghasilkan pencahayaan yang nyaman adalah luasan dan arahnya. Vegetasi dapat mengurangi cahaya matahari yang masuk ke ruangan dan dapat menurunkan suhu udara. Tapi, saat ini masih banyak perancangan dan pengembangan rumah kurang memperhatikan persyaratan pencahayaan yang nyaman. Oleh karena itu, penulis merancang sebuah penelitian tentang pencahayaan alami di lokasi perumahan kemudian ditinjau berdasarkan syarat-syarat pencahayaan alami yang nyaman. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dalam
perancangan
dan
pengembangan
rumah
dengan
memperhatikan
pencahayaan alami yang nyaman. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Sebagian besar desain rumah di perumahan kurang memperhatikan aspek pencahayaan alami. 2. Pencahayaan alami yang kurang memenuhi persyaratan menyebabkan ruangan menjadi gelap. 3. Ruangan yang gelap menyebabkan meningkatnya penggunaan listrik pada siang hari. 4. Penggunaan listrik yang berlebihan meningkatkan biaya pemakaian listrik. 5. Perancangan dan pengembangan rumah yang kurang memperhatikan persyaratan pencahayaan menyebabkan ketidaknyamanan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah agar masalah yang dikaji dalam penelitian ini menjadi terarah, maka dibuat batasan masalah sebagai berikut : 1. Pencahayaan yang diukur adalah pencahayaan alami. 2. Penelitian dilaksanakan pada lokasi, tipe perumahan, dan ruang-ruang yang ditentukan sebagai obyek penelitian seperti yang diuraikan dalam metode penelitian. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan alami akan ditinjau yaitu mengenai bukaan dan vegetasi.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah pencahayaan alami di lokasi penelitian memenuhi syarat pencahayaan yang nyaman? 2. Apakah sistem bukaan yang baik akan menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman? 3. Apakah vegetasi berpengaruh pada pencahayaan alami dalam ruangan?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan pembatasan masalah di atas maka tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Mengetahui kondisi pencahayaan alami di lokasi penelitian. 2. Mengetahui bukaan yang baik akan menghasilkan pencahayaan alami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 yang nyaman. 3. Mengetahui vegetasi yang berpengaruh terhadap pencahayaan alami dalam ruangan.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat dan solusi terhadap permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Menambah pengetahuan tentang pencahayaan alami dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. b. Menjadi referensi untuk penelitian lain yang relevan. 2. Manfaat Praktis a. Menjadi acuan bagi pemilik rumah dalam mendesain ulang dan mengembangkan rumahnya. b. Menjadi
acuan
bagi
developer
berikutnya.
commit to user
dalam
mendesain
perumahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Rumah dan Perumahan Ada beberapa pengertian mengenai rumah dan perumahan. Menurut Intan Sari Zaitun Rahma (2010) pengertian properti perumahan adalah tanah kosong atau sebidang tanah yang dikembangkan, digunakan, atau disediakan untuk tempat kediaman, seperti single family houses, apartemen, rumah susun. Berdasarkan Undang-Undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman a. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. b. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. c. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan. Menurut Intan Sari Zaitun Rahma (2010), residental properti dibagi menjadi single family residental dan multy family residental . Properti perumahan bisa dikategorikan kepada beberapa jenis: a. Rumah tinggal, dapat dibedakan menjadi rumah elit, rumah menengah, rumah sederhana, dan rumah murah. b. Flat,
dapat
dibedakan
menjadi
rumah
commit to user 5
susun,
apartemen,
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
kondominium. Menurut Intan Sari Zaitun Rahma (2010), rumah memiliki dua arti penting yaitu : a. Rumah sebagai kata benda, menunjukkan bahwa tempat tinggal (rumah dan tanah sebagai komoditi). b. Rumah sebagai kata kerja, menunjukkan suatu proses dan aktivitas manusia yang terjadi dalam pembangunan, pengembangan maupun sampai proses penghuninya. Menurut SKB Menteri Dalam Negeri, Menteri PU, Menteri Perumahan Rakyat tahun 1992, properti perumahan dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu : a. Rumah sederhana adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kaveling antara 54 m² sampai 200 m² dan biaya pembangunan per m² tidak melebihi dari harga satuan per m² tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C yang berlaku. b. Rumah menengah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kaveling antara 200 m² sampai 600 m² dan atau biaya pembangunan per m² antara harga satuan per m² tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C sampai A yang berlaku. c. Rumah mewah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kaveling antara 600 m² sampai dengan 2000 m² dan atau biaya pembangunan per m² di atas harga satuan per m² tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas kelas A yang berlaku. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian rumah adalah tempat tinggal dengan lingkungan tertentu yang terdiri dari berbagai jenis dan tipe, berfungsi sebagai sarana pembinaan keluarga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Menurut Suparno Sastro (2004 : 23 - 105), tipe perumahan dibagi menjadi: a. Perumahan tipe kecil, antara lain : 36, 45, 54 1) Rumah tinggal Tipe 36 Rumah tinggal tipe ini sangat minim perlengkapan ruangnya, tetapi sangat cocok untuk keluarga kecil yang hanya mempunyai satu atau dua anak. Bila ditinjau dari sisi daya beli, rumah tipe ini memang lebih terjangkau daripada tipe yang lebih besar seperti tipe 45, tipe 54, dan sebagainya. Apabila mempunyai luasan tanah yang masih cukup luas dengan mendirikan rumah tipe 36 ini, pemilik masih banyak pilihan untuk bisa mengembangkan rumah dengan bentuk dan luas sesuai keinginan. Namun, apabila luasan tanah yang tersedia sangat terbatas (terletak pada lokasi perumahan),
pemilik
harus
memperhitungkan
seefisien
mungkin
penggunaan dan penataan ruang pada rumah tipe ini. Pada umumnya, rumah tipe 36 mempunyai dua ruang tidur, ruang makan, ruang tamu, dan kamar mandi.
Gambar 2.1. Denah Rumah Tipe 36 Sumber : (Sastro, 2004 : 23)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Gambar 2.2. Tampak Depan Rumah Tipe 36 Sumber : (Sastro, 2004 : 24) 2) Rumah tipe 45 Rumah tipe 45 memang termasuk dalam kategori bangunan yang kecil, akan tetapi sudah lebih longgar penataan ruangnya bila dibanding dengan tipe dibawahnya. Dengan menempatkan dua ruang tidur (ruang tidur utama dan ruang tidur anak) di sekeliling ruang keluarga dan ruang makan, akan diperoleh kesatuan tatanan ruang yang terpadu dan harmonis serta berkesan longgar. Pada satu sisi, rumah dengan tipe 45 memang tidak terlalu besar. Namun pada sisi lain, pemilik bisa mendapatkan suasana keakraban yang lebih dalam karena setiap saat semua anggota keluarga bisa berkumpul di ruang makan dan ruang keluarga dengan santai sehingga menjadi dekat satu dengan yang lain. Pada umumnya rumah tipe ini terdiri dari satu kamar tidur utama, satu kamar tidur anak, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, tempat cuci, dan kamar mandi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Gambar 2.3. Denah Rumah Tipe 45 Sumber : (Sastro, 2004 : 25)
Gambar 2.4. Tampak Depan Rumah Tipe 45 Sumber : (Sastro, 2004 : 26)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
3) Rumah tinggal tipe 54 Ukuran 54 memang belum termasuk ukuran yang bisa disebut besar, namun sebenarnya ukuran ini sudah cukup luas bagi sebuah keluarga kecil yang ingin mempunyai sarana papan untuk kelangsungan hidupnya. Rumah tinggal tipe 54 merupakan jenis tipe yang banyak disukai dan masih sangat terjangkau harganya. Selain itu, apabila pemilik memiliki rumah tipe ini dengan cara KPR, banyak sekali layanan yang bisa dijumpai pada bank-bank swasta karena biasanya developer (pengembang) memang bekerja sama dengan bank dalam hal pendanaan dan pemasaran produk perumahan tersebut. Pada umumnya, rumah tipe ini terdiri dari dua kamar tidur utama, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, dapur, dan kamar mandi.
Gambar 2.5. Denah Rumah Tipe 54 Sumber : (Sastro, 2004 : 27)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Gambar 2.6. Tampak Depan Rumah Tipe 54 Sumber : (Sastro, 2004 : 28) b. Perumahan tipe sedang dan menengah, antara lain : 60, 70, 74, 110, 116, 120 1) Rumah tinggal tipe 60 Pada rumah tipe ini, cukup banyak kebutuhan ruang yang bisa dimasukkan. Meskipun demikian, pemilik tetap harus memperhatikan pola tatanan ruang dan sirkulasi dalam bangunan tersebut. Pola tatanan ruang dan pengaturan sirkulasi yang buruk akan berkesan sesak dan tidak nyaman karena crossing (benturan) yang terjadi antara sesama pengguna ruang. Apabila rumah tinggal tipe ini terletak di tepi persimpangan jalan (mempunyai dua muka) maka akan semakin menambah nilai estetis bangunan. Di samping itu, pemilik dapat leluasa mengekspos bentuk (fasad) bangunan dengan memanfaatkan dua sisi bangunan dalam penataan ruang-ruang di dalamnya serta membuat jalan masuk melalui dua sisi pula. Pada umumnya rumah tinggal tipe ini terdiri dari tiga ruang tidur, ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Gambar 2.7. Denah Rumah Tipe 60 Sumber : (Sastro, 2004 : 29)
Gambar 2.8. Perspektif Rumah Tipe 60 Sumber : (Sastro, 2004 : 30)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
2) Rumah tinggal tipe 70 Penggunaan lahan secara efisien dan sesuai tuntutan fungsi bangunan serta kegiatan yang akan diwadahi dalam rumah, maka tipe 70 merupakan tawaran sebuah tipe yang cukup besar untuk sebuah keluarga kecil (orang tua dan dua orang anak). Penataan ruang adalah penempatan ruang sesuai fungsi dan jenis kegiatan yang terjadi di dalamnya, misalnya ruang tamu bisa diletakkan di belakang teras, ruang keluarga, dan rumah makan diletakkan di belakang ruang tamu, ruang tidur utama maupun ruang tidur anak harus diletakkan pada bagian yang tidak bising sehingga akan terasa nyaman saat digunakan untuk istirahat. Pada umumnya, rumah tipe ini terdiri dari satu kamar tidur utama, dua kamar tidur anak, ruang keluarga, ruang tamu, dapur, garasi, dan kamar mandi.
Gambar 2.9. Denah Rumah Tipe 70 Sumber : (Sastro, 2004 : 31)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Gambar 2.10. Perspektif Rumah Tipe 70 Sumber : (Sastro, 2004 : 32) 3) Rumah tinggal tipe 74 Rumah tinggal tipe 74 ke atas biasanya bisa menampung sejumlah ruang yang dibutuhkan oleh keluarga dengan jumlah anggota lebih dari 5 orang. Setidaknya, dalam rumah tersebut bisa dibuat minimal tiga ruang tidur dan satu ruang tidur pembantu. Selain itu, bila ditinjau dari segi luasan, luas 74 cukup terasa lapang apabila digunakan oleh penghuninya. Dengan dihadirkannya ruang makan dan ruang tengah di tengah ruang-ruang yang lain, meskipun rumah ini lebih besar, tetap akan memberikan kesan akrab terhadap sesama anggota keluarga. Rumah tipe 74 juga memungkinkan untuk dibuat ruang tidur pembantu beserta kamar mandi dan wc karena biasanya semakin luas sebuah bangunan, akan semakin sulit pula yang tatannya. Selain itu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
biasanya
sebuah
keluarga
yang
tidak
tergolong
kecil
memang
membutuhkan pembantu melakukan tugas-tugas rumah tangganya. c. Perumahan tipe besar dan mewah, antara lain : 150, 255, 264, 277, 278, 300, 300, 308, 315, 422 Sebuah bangunan rumah tinggal yang mempunyai luas lebih dari 150 m², pasti mempunyai jumlah ruang yang banyak dengan luasan setiap ruang yang lebih besar, begitupun ruang sirkulasinya. Unsur-unsur kesatuan dan keseimbangan aksesibilitas pencapaian dalam setiap ruang yang dihadirkan dalam rumah tersebut harus dipertimbangkan dengan baik agar tidak menimbulkan kesenjangan dalam pemakaian oleh penghuninya. Penataan ruang dalam sebuah rumah yang besar dan mempunyai banyak ruang membutuhkan pertimbangan lebih kompleks. Untuk itu, agar di dalam rumah tersebut bisa tercipta rasa nyaman, tenang, lapang, terang, ruang-ruang tersebut harus ditata sesuai hakikat fungsi masing-masing. Terlebih lagi, ruang-ruang tersebut bersifat umum dan lebih bising bila dibandingkan dengan ruang-ruang yang lain seperti ruang tidur, kamar mandi, ruang kerja, dan sebagainya. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa tipe perumahan dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Perumahan tipe kecil, antara lain tipe 36, 45, 54. 2. Perumahan tipe sedang dan menengah, antara lain tipe 60, 70, 74, 110, 116, 120 d. Perumahan tipe besar dan mewah, antara lain tipe 150, 255, 264, 277, 278, 300, 300, 308, 315, 422
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
2. Pencahayaan Alami a. Definisi Pencahayaan Alami Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang bersumber dari cahaya matahari. Pencahayaan alami yang baik sekitar jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan (Suwantoro, 2006 : 1). Pencahayaan alami memberi manfaat visual, thermal, dan psikologis selain kegunaan praktis berupa pengurangan energi untuk pencahayaan buatan. Intensitas sinar matahari berubah sesuai dengan waktu, musim dan lokasi. Sinar matahari dapat dibaurkan oleh awan, kabut, uap air, dan dipantulkan dari tanah atau permukaan lain yang berada di sekitar bangunan. b. Terang Alami 1) Terang langsung
Gambar 2.11. Terang Langsung Sumber : (Handout Fisika Bangunan FPTK UPI, 2010) Keterangan : 1. Cahaya langsung dari matahari pada bidang kerja. 2. Cahaya pantulan dari benda-benda sekitar. 3. Cahaya pantulan dari halaman, yang untuk kedua kalinya dipantulkan oleh langit-langit dan dinding ke arah bidang kerja. 4. Cahaya yang jatuh di lantai dan dipantulkan lagi oleh langit-langit. 2) Terang
tidak
langsung
yaitu
sebagai
cahaya
matahari
dipantulkan oleh awan-awan serta benda-benda yang berada di sekitar kita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Gambar 2.12. Terang Tidak Langsung Sumber : (Handout Fisika Bangunan FPTK UPI, 2010) c. Pemantulan Cahaya Matahari 1)
Tingkat terang pantulan Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat terang pantulan : -
Sudut datang sinar
Semakin besar sudut datang sinar, semakin lemah sinar yang dipantulkan dibandingkan dengan jika sinar tersebut jatuh tegak lurus pada bidang pantul.
Gambar 2.13. Sudut Sinar Datang Sumber : (Hajar Suwantoro, 2006) -
Tekstur permukaan benda
Benda yang permukaannya kasar akan memantulkan cahaya ke segala arah dengan tidak merata, jadi tingkat terang pantulannya cenderung lebih kecil dibanding bidang pantulan yang halus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Gambar 2.14. Pemantulan Cahaya Di Permukaan Benda Sumber : (Hajar Suwantoro, 2006) -
Warna cahaya dan warna bidang
Warna cahaya dan warna bidang juga menentukan tingkat terang pantulan. Misalnya, warna biru jatuh pada bidang warna yang gelap seperti hijau, maka sinar tersebut akan dipantulkan dengan intensitas yang kecil. -
Keadaan udara pada saat itu
Semakin bersih udara dari partikel-partikel debu dan asap, maka sinar yang terkena cahaya semakin terang karena tidak terhalang oleh partikel-partikel tersebut. -
Jarak antara sumber cahaya dan bidang pantul
Semakin jauh sumber cahaya dari bidang pantul, maka semakin lemah kekuatan iluminansi cahaya yang dipantulkan, atau dapat dikatakan, kekuatan iluminansi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak sumber cahaya dengan bidang pantul. 2) Bidang pantul dengan pencahayaan ruang Bidang
langit
merupakan
bidang
paling
berperan
dalam
memantulkan cahaya dari luar. Pada urutan kedua adalah bidang dinding belakang (terhadap arah datangnya sinar), lalu bidang dinding samping dan terakhir adalah bidang lantai. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan warna yang tepat adalah : Untuk bidang langit-langit sebaiknya warna ringan. Untuk bidang lantai dapat dipergunakan warna gelap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
3. Syarat Pencahayaan Alami yang Nyaman a. Bukaan 1) Fungsi bukaan a) Untuk mengatur banyaknya sinar yang masuk supaya tidak terlalu berlebihan tetapi juga mencukupi kebutuhan cahaya dalam sebuah ruangan. b) Menambah fungsi dari segi estetika pada ruang dan bangunan. 2) Luasan Bukaan Luasan bukaan ideal untuk mendapatkan pencahayaan alami yang nyaman adalah 10-20 % dari luas lantai. 3) Arah bukaan terhadap mata angin a) Indonesia terletak di daerah tropis, menyebabkan intensitas matahari cukup tinggi sehingga fasad yang terbuka sebaiknya menghadap ke selatan atau ke utara. Hal ini dimaksudkan untuk meniadakan radiasi langsung dari cahaya matahari pada pagi dan sore hari. b) Bukaan pada sisi timur untuk memasukkan cahaya pagi dan bukaan pada sisi barat berpotensi menciptakan panas karena cahaya matahari sore, yang jika masuk ke dalam rumah membutuhkan waktu cukup lama untuk hilang. c) Jika memang terpaksa bukaan menghadap barat, radiasi cahaya matahari langsung dapat dikurangi dengan adanya tirai, jalusi atau kisikisi, overstek, dan kanopi. b. Vegetasi Menurut Mohammad Pranoto S (2008), potensi vegetasi dalam menentukan kondisi mikroklimatik yaitu: 1) Sebagai kontrol radiasi sinar matahari 2) Sebagai kontrol angin 3) Sebagai kontrol kelembaban dan temperatur Vegetasi mampu menyerap radiasi yang mengenainya lebih dari 90 % , mereduksi kecepatan angin dalam suatu area ± 10 % dibandingkan aliran pada area
terbuka,
serta
dapat
pula
meningkatkan
commit to user
kecepatan
angin
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
mengarahkannya, mereduksi suhu udara pada siang hari sekitar 15° F, dan kondisi tertentu dapat meningkatkan suhu udara di malam hari, dimana hal ini sangat diinginkan di beberapa jenis iklim, yaitu di daerah beriklim moderat dan iklim dingin. Beberapa prinsip pemilihan vegetasi menurut Mohammad Pranoto S (2008) adalah sebagai berikut : 1) Vegetasi dapat mereduksi akumulasi salju dipermukaan tanah, atau sebagai perisai radiasi sinar matahari. 2) Vegetasi khususnya dengan daun jarum, dapat digunakan untuk menangkap kabut, serta dapat meningkatkan pencapaian sinar matahari pada permukaan tanah. 3) Pepohonan yang berdaun rontok dapat menyaring direct sunlight selama musim panas, sehingga mereduksi beban pendinginan (cooling load) bangunan. Sebaliknya, pada musim dingin, menyaring sinar sehingga mereduksi beban pemanasan (heating load) pada bangunan. 4) Area hijau dapat menjadi lebih dingin pada siang hari, dan biasanya sedikit melepas panas pada malam hari. Untuk menciptakan kondisi yang nyaman dalam suatu bangunan, perlu dilakukan pengendalian atau kontrol radiasi sinar matahari baik yang diserap ataupun yang dipantulkan kembali ke atmosfer. Pada dasarnya peran vegetasi dalam kontrol radiasi ini adalah pantulan dengan : 1) Mengendalikan efek radiasi melalui filtrasi sinar matahari (direct radiation) 2) Kontrol permukaan tanah (ground surface) 3) Kontrol re-radiasi 4) Menghalangi (obstruction)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Gambar 2.15. Vegetasi sebagai kontrol radiasi Sumber : (Mohammad Pranoto S , 2008) 4) Kenyamanan Kenyamanan adalah bagian dari salah satu sasaran karya arsitektur. Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. a. Kenyamanan psikis yaitu kenyamanan kejiwaan (rasa aman, tenang, gembira, dll) yang terukur secara subyektif (kualitatif). b. Kenyamanan fisik dapat terukur secara obyektif (kuantitatif), yang meliputi kenyamanan spasial, visual, auditorial dan termal. Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang sangat penting, karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang nyaman. Untuk menyelenggarakan aktivitasnya di dalam ruang agar terlaksana secara baik, manusia memerlukan kondisi fisik tertentu di sekitarnya yang dianggap nyaman. Salah satu persyaratan kondisi fisik yang nyaman adalah suhu nyaman, yaitu suhu kondisi termal udara di dalam ruang yang tidak mengganggu tubuhnya. Suhu udara merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kondisi nyaman (termal) manusia. Suhu tubuh manusia naik ketika suhu ruang dinaikkan sekitar 21ºC. Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik, namun menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20ºC suhu nyaman untuk kulit tercapai. Selain suhu udara, suhu radiasi matahari dari sekeliling permukaan (plafon, dinding, pintu, jendela dan lantai) juga ikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
mempengaruhi kenyamanan ruang. Sementara itu, pengaruh kelembaban udara pada kenyamanan ruang tidak sebesar pengaruh suhu udara. Faktor kecepatan udara juga mempengaruhi kenyamanan termal, dimana semakin besar kecepatan udara akan berpengaruh terhadap semakin rendahnya suhu kulit manusia. Menurut Lippsmeir (1994) batas-batas kenyamanan untuk kondisi khatulistiwa adalah pada kisaran suhu udara 22,5ºC - 29ºC dengan kelembaban udara 20 – 50%. Selanjutnya dijelaskan bahwa nilai kenyamanan tersebut harus dipertimbangkan dengan kemungkinan kombinasi antara radiasi panas, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan udara.
Penyelesaian yang dicapai
menghasilkan suhu efektif (TE). Suhu efektif ini diperoleh dengan percobaanpercobaan yang mencakup suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan udara. Menurut penyelidikan, batas-batas kenyamanan untuk kondisi khatulistiwa adalah 19ºTE (batas bawah) - 26ºTE (batas atas). Pada suhu 26ºTE, banyak manusia mulai berkeringat. Sementara itu kemampuan kerja manusia mulai menurun pada suhu 26,5ºTE - 30ºTE. Kondisi lingkungan mulai sulit bagi manusia pada suhu 33,5ºTE – 35,5ºTE dan tidak memungkinkan lagi pada suhu 35ºTE - 36ºTE.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
B. Penelitian Relevan Berapa penelitian yang relevan dan dijadikan referensi pada penelitian ini adalah Tabel 2.1. Penelitian Relevan
No
Jenis Penelitian / Penulis/Instansi
1.
Judul
Tujuan
Penelitian
Penelitian
Tahun /
1. Untuk
Kesimpulan
Jurnal / 2004 /
Penerangan
Basaria
Alami dan
seberapa
Talarosha/Univer
Bukaan
terang cahaya alami yang dibutuhkan suatu
sitas Sumatra
Bangunan
dalam suatu ruangan. ruang sesuai 2. Untuk
Utara
mengetahui Dengan
mengetahui
besar tingkat
penerangan dengan
mengetahui fungsinya maka
pengaruh
kita
tingkat dapat menentukan luas
penerangan dibutuhkan suatu
yang bukaan
yang
dalam dibutuhkan ruangan
terhadap bentuk dan perletakan bukaan. 2.
Dalam
merencanakan
Jurnal / 2006 /
Pencahayaan 1. Membandingkan
Hajar Suwantoro,
Alami pada
hasil
S.T/ Universitas
Ruang
kekuatan
Sumatra Utara
Kuliah
(iluminasi)
Labtex IX B
dengan
Jurusan
perhitungan manual penting,
Teknik
(pengukuran dimensi yang didapat dari hasil
Arsitektur
bukaan) dan metode analisa
ITB
pengukuran dengan kekuatan cahaya alami
pengukuran suatu
lux meter.
commit to user
bangunan,
cahaya terutama ruang kelas alami dimana metode menjadi
haruslah
pencahayaan hal
yang
faktor-faktor pengukuran menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
2. Mengetahui
tingkat perhatian utama.
kekuatan pencahayaan yang
alami
ditimbulkan
oleh cahaya matahari atau cahaya terang langit
pada
ruang
kuliah. 3.
Tesis / 2008 /
Studi
Ferry Anderson
Pemanfaatan
pengaruh
Sihombing/
Pencahayaan
bukaan
Persyaratan
Universitas
Alami Pada
pencahayaan alami
Pencahayaan Alami
Sumatra Utara
Beberapa
terhadap
adalah Ruang Kelas
Rancangan
pencahayaan ruang
4.3.
Ruang Kelas
kelas.
MEDAN AREA.
1. Mengetahui
1. Ruang Kelas yang letak
kualitas
Perguruan
2. Mengetahui
Tinggi di
kondisi
Medan
di ruang kelas.
intensitas
memenuhi
Universitas
2. Ruang Kelas L.4.7.
pada
Universitas
HKBP NOMENSEN
dan
Ruang Kelas 1.2. Universitas PEMBINAAN MASYARAKAT INDONESIA kurang
memenuhi
persyaratan pencahayaan alami.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
C. Kerangka Berfikir Berdasarkan uraian pada kajian pustaka maka dapat disimpulkan kerangka berfikir sebagai berikut : Perumahan merupakan lingkungan pemukiman yang padat. Letak bangunan yang berderet dan saling berhimpitan satu sama lain mengakibatkan minimalnya bukaan yang tersedia. Bukaan hanya ada pada posisi depan saja sehingga cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan tidak bisa maksimal. Sistem pencahayaan yang buruk tersebut menyebabkan suasana ruangan menjadi gelap. Hal ini akan mengganggu kenyamanan visual dan termal. Selain itu, suasana gelap juga akan menuntut penggunaan lampu saat siang hari. Penggunaan lampu yang berlebihan akan meningkatkan konsumsi energi listrik sehingga biaya pemakaian lisrik juga akan meningkat. Salah satu solusi dalam masalah ini adalah pengoptimalan cahaya alami. Oleh karena itu, perlu suatu penelitian untuk mengetahui kondisi pencahayaan alami dalam suatu rumah. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa sampel di perumahan tipe kecil dan menengah, baik yang masih standar maupun yang sudah pengembangan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data hasil pengukuran fisik (menggunakan alat) dan data hasil pengukuran adaptif (menggunakan angket). Data hasil pengukuran fisik diperoleh melalui pengukuran dengan alat light meter dan humidity. Light meter digunakan untuk mengukur besarnya cahaya yang masuk dalam ruangan, sedangkan humidity digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban udara. Data hasil pengukuran light meter dianalisis berdasarkan syarat pencahayaan yang direkomendasikan dari IESNA. Hasil analisis tersebut ditinjau penyebabnya dari segi bukaan dan vegetasi. Sedangkan data hasil pengukuran humidity dianalisis berdasarkan syarat suhu udara dan kelembaban udara yang nyaman dari SNI. Kenyamanan menurut persepsi penghuni rumah dapat diketahui dari hasil pengukuran dengan angket. Berdasarkan hasil analisis data pengukuran fisik (light meter dan humidity) dan adaptif (angket), maka didapat kesimpulan penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Gambar 2.16. Diagram Kerangka Berfikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
D. Hipotesis 1. Pencahayaan alami di obyek penelitian kurang memenuhi persyaratan pencahayaan yang nyaman. 2. Sistem bukaan yang baik menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman. 3. Vegetasi berpengaruh pada pencahayaan alami dalam ruangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilaksanakan dibeberapa perumahan sebagai berikut : a. Perumahan Pesona Sawahan yang beralamat
di Sawahan, Ngemplak,
Boyolali. b. Perumahan Griya Prima Timur yang beralamat di Belang Wetan, Klaten Utara, Klaten. c. Perumahan Cipta Griya Bersinar yang beralamat di Kalikotes, Kalikotes ,Klaten.
Gambar 3.1. Peta Lokasi, Sawahan, Ngemplak, Boyolali Sumber : Google Map
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Gambar 3.2. Site Plan Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali Sumber : survey lapangan
Gambar 3.3. Peta Lokasi Belang Wetan, Klaten Utara, Klaten Sumber : Google Map
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Gambar 3.4. Site Plan Perumahan Griya Prima Timur, Klaten Sumber : PT. Inti Griya Prima Sakti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Gambar 3.5. Peta Lokasi Kalikotes, Kalikotes, Klaten Sumber : Google Map
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Gambar 3.6. Site Plan Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten Sumber : www.rumahjogja.com
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
2. Waktu Pelaksanaan Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret tahun 2012. Berikut ini tabel alokasi waktu kegiatan penelitian yang penulis rencanakan : Tabel 3.1. Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian Tahun 2012 No
Kegiatan
Februari 1
1.
Pengajuan Judul
2.
Pembuatan
2
Maret
April
3 4 1 2 3 4 1
Mei
2 3 4 1 2 3 4 1 2
Proposal 3.
Seminar Proposal
4.
Revisi Proposal
5.
Perijinan Penelitian
6.
Pelaksanaan Penelitian
7.
Analisis Data
8.
Penulisan Laporan B. Rancangan Penelitian 1. Studi Penelitian Pada tahap ini dilakukan pencarian literatur, bahan, referensi buku, dan sumber lain yang mempunyai hubungan dengan hal yang akan dibahas oleh peneliti. Adapun materi yang perlu dipersiapkan antara lain tentang : a. Perumahan b. Persyaratan pencahayaan yang direkomendasikan c. Persyaratan suhu dan kelembaban yang nyaman d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan alami e. Pedoman penulisan skripsi 2012
commit to user
Juni
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
f. Teori fisika bangunan tentang pencahayaan alami g. Jurnal-jurnal penelitian yang relevan 2. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dijelaskan sebagai berikut : a. Tahap Pertama Tahap pertama disebut tahap survey. Pada tahap ini, peneliti melakukan survey ke beberapa perumahan sebagai pertimbangan dalam memilih obyek penelitian. b. Tahap Kedua Tahap ini disebut tahap penentuan keputusan. Setelah peneliti melakukan survey di beberapa lokasi perumahan, peneliti memutuskan mengambil obyek penelitian yang berlokasi di : 1) Perumahan Pesona Sawahan yang beralamat di Sawahan, Ngemplak, Boyolali. 2) Perumahan Griya Prima
Timur yang beralamat di Belang Wetan,
Klaten Utara, Klaten. 3) Perumahan Cipta Griya Bersinar yang beralamat di Kalikotes, Kalikotes, Klaten. c. Tahap Ketiga Tahap ketiga disebut tahap penelitian. Pada tahap ini peneliti mengambil data langsung dari lapangan dengan cara pengukuran fisik (menggunakan alat), pengukuran adaptif (menggunakan angket), dan pengamatan kondisi rumah. Adapun jenis kegiatan penelitian secara rinci adalah sebagai berikut: 1) Pengukuran fisik dengan alat pengukur pencahayaan yaitu light meter merk Lutron LX-107. 2) Pengukuran fisik dengan alat pengukur suhu dan kelembaban yaitu humidity merk Lutron HT-3003. 3) Pengukuran adaptif dengan angket. 4) Menggambar sketsa denah rumah. 5) Mencatat luas bukaan, arah arah bukaan, dan vegetasi. 6) Dokumentasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
d. Tahap Keempat Tahap ini disebut sebagai tahap analisis data. Data hasil pengukuran, kemudian dianalisis dengan teknik statistik diskriptif. e. Tahap Kelima Tahap ini disebut penentuan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Kesimpulan ini berdasarkan dari analisis data pada tahap sebelumnya, sebagai jawaban dari hipotesis yang telah dirumuskan.
Gambar 3.7. Diagram Alur Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2010:80), pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tinggal tipe kecil dan menengah. Berikut ini di sajikan daftar jumlah populasi dari masing-masing lokasi perumahan : Tabel 3.2. Daftar Populasi No.
Nama
Jumlah Rumah per Tipe
Jumlah
Perumahan 1.
2.
Pesona
Tipe
Tipe
Tipe
Tipe
Sawahan
21
30
36
45
36
7
5
4
Tipe
Tipe
Tipe
Tipe
Tipe
21
27
36
45
54
70
143
37
63
27
23
7
Cipta Griya
Tipe
Tipe
Tipe
Tipe
Tipe
Bersinar
21
29
36
45
70
33
58
215
23
11
Griya
Prima Tipe
Timur 3.
52
300
340
Sumber : Survey Lapangan 2. Sampel Sampel yaitu sebagian dari populasi yang sifat dan cirinya akan diselidiki dan dianggap mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2010). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 rumah tinggal tipe kecil dan menengah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
D. Teknik Pengambilan Sampel Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, diperlukan suatu teknik pengambilan sampel yang tepat. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan atau purposive sample. Menurut Suharsimi Arikuntoro, sampel bertujuan atau purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan karena adanya keterbatasan tenaga sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar. Jumlah keseluruhan sampel ada 18 sampel yang tersebar ditiga lokasi perumahan. Kriteria pengambilan sampel tersebut berdasarkan tipe rumah dan arah bangunan terhadap mata angin, yaitu sebagai berikut : 1. Pengambilan sampel menyesuaikan dengan kondisi di obyek penelitian. 2. Tiap satu tipe rumah dan satu arah bangunan diambil satu sampel. a. Perumahan Griya Prima Timur, Klaten berjumlah 7 sampel 1) Tipe 54+ menghadap timur laut 2) Tipe 36+ menghadap selatan 3) Tipe 54 menghadap timur 4) Tipe 21+ menghadap barat 5) Tipe 45 menghadap barat daya 6) Tipe 21 menghadap barat 7) Tipe 70 menghadap barat b. Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten berjumlah 8 sampel 1) Tipe 29+ menghadap selatan 2) Tipe 36+ menghadap selatan 3) Tipe 36+ menghadap timur 4) Tipe 36 menghadap barat 5) Tipe 36+ menghadap utara 6) Tipe 45 menghadap selatan 7) Tipe 70 menghadap timur 8) Tipe 29 menghadap utara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
c. Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali berjumlah 3 sampel 1) Tipe 21+ menghadap selatan 2) Tipe 36+ menghadap selatan 3) Tipe 45+ menghadap selatan
E. Pengumpulan Data 1. Sumber Data Sumber data dalam pelaksanaan penelitian ini dikelompokan menjadi dua macam yaitu : a
Data Primer adalah data yang difungsikan sebagai data utama yang diperoleh secara langsung.
b Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi dan informasi penunjang yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Data yang dipergunakan untuk analisis hasil penelitian adalah data primer, sedangkan data sekunder dipergunakan untuk menunjang analisis data. 2. Teknik Mendapatkan Data Teknik mendapatkan data dalam penelitian ini ada tiga cara, yaitu : a. Pengukuran dengan Light Meter Pengukuran ini dilakukan pada ruang-ruang yang telah ditentukan yaitu ruang tamu, ruang makan, ruang tidur, dan dapur dengan menggunakan alat pengukur internsitas cahaya yaitu light meter pada pusat kegiatan. Data hasil pengukuran dikatakan memenuhi syarat pencahayaan yang nyaman jika sesuai dengan standar pencahayaan yang direkomendasikan oleh IESNA (Illuminating Engineering Society of North America) pada tabel dibawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Tabel 3.3. IESNA Recommended Illuminance Value Illuminance
Ranges of illuminance
category
maintained in service
Type of activity
Lux (fc) General illuminance throughout room : A
20-30-50
Public spaces with dark surroundings
(2-3-5) B C
50-75-100
Simple orientation for short temporary
(5-7.5-10)
visits.
100-150-200
Working spaces where visual tasks are
(10-15-20)
only occasionally performed.
(Sumber : Egan & Olgyay, 2002 : 34) b. Pengukuran dengan Humidity Pengukuran ini dilakukan pada ruang-ruang yang telah ditentukan yaitu ruang tamu, ruang makan, ruang tidur, dan dapur dengan menggunakan alat pengukur suhu dan kelembaban udara yaitu humidity pada pusat kegiatan. Data hasil pengukuran dikatakan memenuhi syarat suhu dan kelembaban yang nyaman jika sesuai dengan standar yang direkomendasikan oleh SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Sistem Perancangan Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung yaitu : 1) Suhu udara nyaman adalah 20,5º C – 27,1º C 2) Kelembaban udara nyaman adalah 40 % - 50 % c. Pengukuran dengan kuesioner atau Angket Sugiyono
(2009:142)
menyatakan
bahwa
angket
atau
kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Arikunto (2006:128) menyatakan bahwa angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi, atau hal-hal yang ia ketahui. Jenis kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang pilihan jawabannya sudah disediakan oleh peneliti, sehingga membantu responden untuk menjawab dengan cepat. Pemberian skor tiap item pertanyaan menurut skala Likert dalam Sugiyono (2009:93) yaitu sebagai berikut : 1) Skor 5 untuk alternatif jawaban sangat nyaman. 2) Skor 4 untuk alternatif jawaban nyaman. 3) Skor 3 untuk alternatif jawaban cukup nyaman. 4) Skor 2 untuk alternatif jawaban tidak nyaman. 5) Skor 1 untuk alternatif jawaban sangat tidak nyaman. Angket sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, disebar pada beberapa responden yang berada di Perumahan Griya Prima Barat, Klaten untuk diuji validitas dan reabilitasnya. Setelah angket memenuhi syarat validitas dan reabilitas, maka angket siap digunakan pada lokasi penelitian sebenarnya yaitu Perumahan Griya Prima Timur Klaten, Perumahan Cipta Griya Bersinar Klaten, dan Pesona Sawaha Boyolali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Berikut ini kisi-kisi angket yang akan dipakai sebagai instrumen penelitian : Tabel 3.4. Tabel Kisi-Kisi Angket No
Aspek
1.
Indikator
Kenyamanan visual
1, 6, 11,16
4
4,8,14,15,19,20
6
3,5,9,10,13,18
6
2,7,12,17
4
Nyaman dengan silau
Nyaman melihat benda-benda sekitar.
-
Nyaman saat beraktivitas.
Kenyamanan termal
Jumlah
matahari. -
2.
Nomor Item
Nyaman terhadap suhu udara Jumlah
20
F. Validasi Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Instrumen Menurut Sugiyono, valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas akan dilakukan dengan menggunakan metode korelasi person yang dalam program SPSS 19 yaitu mengkorelasikan setiap pertanyaan dengan nilai total pertanyaan. Selanjutnya nilai signifikansi korelasi dapat diketahui melalui r tabel dengan taraf kesalahan 5 %. Dasar pengambilan keputusan : a.
Jika r hitung > r tabel, maka ítem pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
b. Jika r hitung < r tabel, maka ítem pertanyan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
Ítem pertanyaan dinyatakan valid berarti layak untuk digunakan sebagai instrumen dalam penelitian, sedangkan ítem pertanyaan dinyatakan tidak valid berarti tidak bisa digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. 2. Uji Reabilitas Instrumen Menurut Sugiyono, reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji reabilitas akan dilakukan dengan metode alpha cronbach dalam program SPSS 19 dengan taraf kesalahan 5 % Dasar pengambilan keputusan : a. Jika α > r tabel, maka ítem pertanyaan dinyatakan reliabel. b. Jika α < r tabel, maka ítem pertanyan dinyatakan tidak reliabel.
G. Analisis Data Data-data diperoleh dari hasil pengukuran, akan digunakan sebagai bahan masukan dalam analisa data. Analisa data adalah cara untuk mengolah angka, menguji hipotesis, dan untuk memperoleh kesimpulan. 1. Hipotesis Pertama Hipotesis pertama adalah pencahayaan alami di obyek penelitian kurang memenuhi persyaratan yang nyaman. Hipotesis ini akan di uji dengan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2010: 29). Penyajian data hasil pengukuran, akan disajikan dalam bentuk tabel yaitu tabel hasil pengukuran fisik (menggunakan light meter dan humidity) dan tabel pengukuran adaptif (menggunakan angket).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
a. Hipotesis Ho = pencahayaan memenuhi standar Ha = pencahayaan tidak memenuhi standar b. Rumusan Hipotesis Tabel 3.5. Rumusan Hipotesis 1 Fungsi
Standar
Ruangan
Pencahayaan
Rumusan Hipotesis
( Lux ) Ruang Tamu
50-75-100
Ho : μ= 50-75-100, maka Ho diterima Ho : μ ≠ 50-75-100, maka Ho ditolak
Ruang Makan
50-75-100
Ho : μ = 50-75-100, maka Ho diterima Ho : μ ≠ 50-75-100, maka Ho ditolak
Kamar Tidur
20-30-50
Ho : μ = 20-30-50, maka Ho diterima Ho : μ ≠ 20-30-50, maka Ho ditolak
Dapur
100-150-200
Ho : μ = 100-150-200, maka Ho diterima Ho : μ ≠ 100-150-200, maka Ho ditolak
2. Hipotesis Kedua Hipotesis kedua adalah sistem bukaan yang baik akan menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman. Pengujian hipotesis ini dengan menggunakan analisis diskriptif. Data hasil pengukuran dengan light meter dianalisis berdasarkan syarat bukaan yang baik, yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
a. Luasan Luasan bukaan ideal untuk mendapatkan pencahayaan alami yang nyaman adalah 10-20 % dari luas lantai. b. Arah bukaan terhadap mata angin Arah bukaan idealnya yang paling baik adalah menghadap selatan dan utara. Hal ini dimaksudkan untuk meniadakan radiasi langsung saat pagi dan sore hari. Namun, jika terpaksa menghadap barat atau timur, radiasi matahari bisa dihindari dengan rekayasa desain.
3. Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga adalah vegetasi berpengaruh pada pencahayaan alami dalam ruangan. Pengujian hipotesis ini menggunakan analisis deskriptif. Data hasil pengukuran dengan light meter akan dianalisis berdasarkan pertimbangan vegetasi, yaitu : a. Tinggi rendahnya pohon berpengaruh pada pencahayaan alami yang masuk ke dalam ruangan. b. Jarak pohon dengan rumah berpengaruh pada pencahayaan alami yang masuk ke dalam ruangan. c. Lebar tajuk pohon berpengaruh pada pencahayaan alami yang masuk ke dalam ruangan. d. Kerapatan daun berpengaruh pada pencahayaan alami yang masuk ke dalam ruangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1. Data Hasil Pengukuran a. Data Pengukuran Fisik
Pengukuran fisik adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran I. Adapun data hasil pengukuran fisik ada 2 macam, yaitu : 1)
Data hasil pengukuran pencahayaan dengan alat light meter.
2)
Data hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara dengan humidity. b. Data Hasil Pengukuran Adaptif Pengukuran adaptif adalah pengukuran dengan menggunakan angket atau
kuesioner. Data hasil pengukuran adaptif dapat dilihat pada lampiran II. 2. Data Lokasi Penelitian a. Data Umum 1) Perumahan Griya Prima Timur a) Nama developer : PT. Inti Griya Prima Sakti b) Lokasi Perumahan : Belang Wetan, Klaten Utara, Klaten, Jawa Tengah c) Batasan-batasan kawasan Utara
: Permukiman
Selatan
: Permukiman
Barat
: Permukiman
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
Timur
: Persawahan
2) Perumahan Cipta Griya Bersinar a) Nama developer : CV. Cipta Griya Propertindo b) Lokasi Perumahan : Kalikotes, Kalikotes, Klaten, Jawa Tengah c) Batasan-batasan kawasan Utara
: Persawahan
Selatan
: Permukiman
Barat
: Persawahan
Timur
: Persawahan
3) Perumahan Pesona Sawahan a) Lokasi Perumahan : Sawahan, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah b) Batasan-batasan kawasan Utara
: Persawahan
Selatan
: Persawahan
Barat
: Persawahan
Timur
: Permukiman
b. Data Khusus Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi penelitian dan setiap lokasi penelitian diambil beberapa sampel rumah. Berikut ini sketsa masing-masing sampel sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
a. Perumahan Griya Prima, Klaten 1) Tipe 54+ Menghadap Timur Laut
2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
3) Tipe 54 Menghadap Timur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
4) Tipe 21+ Menghadap Barat
5) Tipe 45 Menghadap Barat Daya
6) Tipe 21 Menghadap Barat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
7) Tipe 70 Menghadap Barat
b. Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten 1) Tipe 29+ Menghadap Selatan
2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
3) Tipe 36+ Menghadap Timur
4) Tipe 36 Menghadap Barat
5) Tipe 36+ Menghadap Utara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
6) Tipe 45 Menghadap Selatan
7) Tipe 70 Menghadap Timur
8) Tipe 29 Menghadap Utara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
c. Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali 1) Tipe 21+ Menghadap Selatan
2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
3) Tipe 45+ Menghadap Selatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
B. Pengujian Persyaratan Analitis 1. Uji Validitas Angket
Uji validitas angket digunakan untuk mengetahui status valid atau tidaknya tiap butir pertanyaan dalam angket. Jika butir pertanyaan dinyatakan tidak valid, berarti butir pertanyaan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai instrumen pengukuran dalam penelitian. Metode keputusan untuk uji validitas angket dalam SPSS 19 yaitu : a. Jika r hitung > r tabel, maka ítem pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). b. Jika r hitung < r tabel, maka ítem pertanyan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). Pada tabel output uji validitas instrumen (lampiran III), dapat disimpulkan sebagai berikut : Berdasarkan output ada 10 item pertanyaan yang tidak valid dan 20 pertanyaan yang valid. Item pertanyaan yang valid memenuhi syarat r hitung > r tabel berarti item-item tersebut berkorelasi signifikan dengan skor total. Maka, item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian berjumlah 20 item. Nilai r tabel dicari pada kolom taraf kesalahan 0,05 dan jumlah data (n) = 18, maka didapat nilai r tabel adalah 0,468. a. Uji Reliabilitas Angket Uji reliabilitas angket digunakan untuk mengetahui status reliabel atau tidaknya tiap butir pertanyaan dalam angket. Jika butir pertanyaan dinyatakan tidak reliabel, berarti butir pertanyaan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai instrumen pengukuran dalam penelitian. Metode keputusan untuk uji reliabilitas angket dalam SPSS 19 yaitu : a. Jika α > r tabel, maka ítem pertanyaan dinyatakan reliabel. b. Jika α < r tabel, maka ítem pertanyan dinyatakan tidak reliabel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
Pada tabel output uji reliabilitas instrumen (lampiran IV), dapat disimpulkan sebagai berikut : Berdasarkan hasil output didapat nilai alpha sebesar 0,920, nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel dicari pada kolom taraf kesalahan 0,05 dan jumlah data (n) = 18, maka didapat r tabel adalah 0,468. Oleh karena nilai r hitung = 0,920 > r tabel = 0,468 maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut reliabel.
C. Pengujian Hipotesis 1. Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama menyatakan bahwa pencahayaan alami di obyek penelitian belum memenuhi persyaratan yang nyaman. Hipotesis ini di uji dengan menggunakan teknik analisis diskriptif. Teknik pengujian ini menyajikan data hasil pengukuran pencahayaan alami dalam bentuk tabel dan dianalisis berdasarkan standar pencahayaan alami yang nyaman. Hasil pengujian hipotesis pertama terdapat pada lampiran V. 2. Uji Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua menyatakan bahwa sistem bukaan yang baik akan menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman. Hipotesis ini diuji dengan menggunakan analisis diskriptif. Berdasarkan kajian teori, syarat bukaan yang menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman adalah sebagai berikut : a. Luas Bukaan
Luasan bukaan ideal untuk mendapatkan pencahayaan alami yang nyaman adalah 10-20 % dari luas lantai. b. Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan yang paling baik adalah menghadap utara atau selatan karena dapat menghindari radiasi sinar matahari. Jika memang terpaksa bukaan menghadap barat atau timur, radiasi cahaya matahari langsung dapat dikurangi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
dengan adanya tirai, jalusi atau kisi-kisi, overstek, dan kanopi. Berdasarkan kajian teori diatas, maka data hasil penelitian ini dapat dianalisis sebagai berikut : a. Perumahan Griya Prima Timur, Klaten
1. Tipe 54+ Menghadap Timur Laut
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu jendela dan bovenlight. Masingmasing jenis bukaan tersebut berjumlah 2. Jendela berukuran ± 60 cm x 120 cm dan bovenlight ± 60 cm x 30 cm. Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 20 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke timur laut sehingga tidak terkena radiasi matahari secara langsung. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan terhindar dari radiasi matahari secara langsung. Namun hasil pengukuran dengan light meter menunjukkan bahwa pencahayaan tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena adanya teras yang cukup lebar yaitu ± 3 meter dan arah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
bukaan yang tidak terkena radiasi matahari secara langsung sehingga cahaya yang masuk berupa pantulan. Kondisi seperti ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 70 % . b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini terdapat satu jendela dengan ukuran ± 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = 60 cm x 120 cm = 7.200 cm² Luas lantai
= 400 cm x 400 cm = 160.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 4,5 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke timur laut sehingga tidak terkena radiasi matahari secara langsung. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan tidak terkena radiasi matahari secara langsung sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena luas bukaan yang tidak memenuhi syarat dan adanya perluasan bangunan (warung) di depannya. Kondisi seperti ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 75 %. c) Ruang Tidur 2 Di ruang ini tidak ada bukaan, baik itu jendela maupun bovenlight. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu. Analisis : Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan disekitarnya dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di atap (skylight). Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 34° C dan kelembaban udara 78 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
d) Ruang Makan Di ruang makan tidak ada jendela, tapi mendapat pantulan dari jendela yang berada di ruang tamu. Analisis : Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan disekitarnya dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya bukaan pada dinding, tapi memungkinkan adanya bukaan di atap (skylight). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 75 %. e) Dapur Di dapur tidak ada bukaan. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu. Analisis : Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya bukaan pada ketiga sisi dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan pada satu sisi dinding yaitu dinding yang berbatasan dengan ruang terbuka (tempat jemuran). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 33° C dan kelembaban udara 77 %. 2. Tipe 36+ Menghadap Selatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
a)
Ruang Tamu 1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu jendela dan bovenlight. Masing-masing jenis bukaan tersebut berjumlah 6 buah. Jendela berukuran ± 60 cm x 120 cm dan bovenlight ± 60 cm x 40 cm. Luas bukaan = (6 x (60x120) cm) + (6 x (60x30) cm) = 54.000 cm² Luas lantai
= 300 cm x 500 cm = 150.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 36 % ( melebihi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga tidak terkena radiasi matahari secara langsung. Analisis : Luas bukaan melebihi syarat dan arah bukaan tidak terkena radiasi matahari secara langsung. Berdasarkan teori yang ada, seharusnya cahaya yang masuk juga melebihi syarat, tapi hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena ada vegetasi di depan bukaan dan adanya dinding penghalang di teras. Kondisi ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 77 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada skylight yang berupa genteng kaca dan masingmasing berdimensi ± 60 cm x 20 cm, berada di sudut ruangan. Luas bukaan = 60 cm x 20 cm = 1.200 cm² Luas Lantai
= 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 1,6 % ( tidak memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi untuk menghasilkan tingkat penerangan yang tinggi, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 78 %. c) Ruang Tidur 2 Di ruang ini tidak ada bukaan, baik itu jendela, bovenlight, maupun skylight. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu. Analisis : Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di atap (skylight). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 78 %. d) Ruang Makan. 1) Luas Bukaan ( ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan ) Di ruang makan ada skylight berupa empat genteng kaca dengan ukuran masing-masing ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan. Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 2,6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan ( ditinjau dari sistem pencahayaan setempat ) Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai
= 150 cm x 100 cm = 15.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 16 % ( memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat pencahayaan yang tinggi, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (jika ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena kurangnya luas bukaan. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
visual baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 80 %. e) Dapur 1) Luas Bukaan ( ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan) Di ruang makan ada skylight berupa empat genteng kaca dengan masingmasing berukuran sekitar 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan. Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 2,6 % (tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan ( ditinjau dari pencahayaan setempat) Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai
= 200 cm x 100 cm = 20.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 12 % ( memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi untuk menghasilkan tingkat pencahayaan yang tinggi, dan hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena luas bukaan kurang. Tapi jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 80 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
3. Tipe 54 Menghadap Timur
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu jendela dan bovenlight. Masingmasing jenis bukaan tersebut berjumlah 2 buah. Jendela berukuran ± 60 cm x 120 cm dan bovenlight ± 60 cm x 40 cm. Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 20 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan alami dalam ruangan paling terang saat pagi hari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan terang paling tinggi saat pagi hari, sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 71 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada bukaan berupa dua jendela dan dua bovenlight. Masing-masing jendela berdimensi ± 60 cm x 120 cm dan bovenlight
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
berdimensi ± 60 cm x 30 cm. Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm² Luas lantai
= 400 cm x 400 cm = 160.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 11,25 % ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan alami dalam ruangan paling terang saat pagi hari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat, arah bukaan menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat pagi hari, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (terlalu silau). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 33° C dan kelembaban udara 70 %. c) Ruang Tidur 2 Di ruang ini tidak ada bukaan. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu. Analisis : Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di atap (skylight). Hal ini menyebabkan pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 80 %. d)
Ruang Makan 1) Luas Bukaan ( ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan )
Di ruang makan ada skylight berupa empat genteng kaca dengan ukuran masing-masing ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan. Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai
= 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Perbandingan =
x 100 % = 3,2 % (tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan ( ditinjau dari sistem pencahayaan setempat ) Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai
= 150 cm x 90 cm = 13.500 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 17,7 % ( memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan yang tinggi, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini disebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 80 %. e) Dapur 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan ke seluruh ruangan) Di ruang makan ada skylight berupa empat genteng kaca dengan ukuran ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan. Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai
= 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 3,2 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai
= 150 cm x 70 cm = 10.500 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 22,8 % ( melebihi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan yang tinggi, sehingga hasil pengukuran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter melebihi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang berlebihan (silau) pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 80 %. 4. Tipe 21+ Menghadap Barat
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu jendela dan bovenlight. Masingmasing jenis bukaan tersebut berjumlah dua. Jendela berukuran ± 60 cm x 120 cm dan bovenlight ± 60 cm x 30 cm. Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 20 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke barat sehingga tingkat pencahayaan alami dalam ruangan paling terang saat sore hari. Analisis :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Luas bukaan memenuhi syarat, arah bukaan menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat sore hari, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan adanya teras yang cukup lebar ± 3 meter. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 73 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi ± 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = 60 cm x120 cm = 7.200 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 8 % (tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke barat sehingga tingkat pencahayaan alami dalam ruangan paling terang saat sore hari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, arah bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat sore hari, dan hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini
menyebabkan
kenyamanan
visual
kurang
baik.
Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 76 %. c) Ruang Makan 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan) Di ruang makan ada skylight berupa dua genteng kaca dengan ukuran masing-masing ± 30 cm x 20 cm yang berada di sebelah utara ruang makan. Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 1,3 % ( tidak memenuhi syarat)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
2) Luas bukaan (ditinjau dari pencahayaan setempat) Luas bukaan
= 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai
= 150 cm x 90 cm = 13.500 cm² x 100 % = 8,8 % ( tidak memenuhi syarat)
Perbandingan = Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi, dan hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (baik ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan maupun sistem pencahayaan setempat). Hal ini disebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang kurang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 75 %. d) Dapur 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan) Di dapur ada skylight berupa empat genteng kaca dengan ukuran masingmasing ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan. Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai
= 250 cm x 250 cm = 62.500 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 3,84 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai Perbandingan =
= 200 cm x 60 cm = 12.000 cm² x 100 % = 20 % (memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan yang tinggi, dan hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 80 %. 5. Tipe 45 Menghadap Barat Daya
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu jendela dan bovenlight. Masingmasing jenis bukaan tersebut berjumlah dua. Jendela berukuran ± 60 cm x 120 cm dan bovenlight ± 60 cm x 30 cm. Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm² Luas lantai
= 250 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 20 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke barat daya sehingga radiasi matahari langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat, arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena adanya vegetasi di depan bukaan. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 72 %. b) Ruang Tidur 1 Di ruang ini tidak ada bukaan, baik itu jendela, bovenlight, maupun skylight. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu. Analisis : Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di atas. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 75 %. c) Ruang Tidur 2 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu buah jendela dan satu bovenlight. Masing-masing jendela berdimensi ± 60 cm x 120 cm dan bovenlight berdimensi ± 60 cm x 30 cm. Luas bukaan = (60x120) cm + (60x30) cm = 9.000 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 10 % ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke barat daya sehingga radiasi sinar matahari dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat, arah bukaan dapat menghindarkan radiasi matahari secara langsung, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena ada vegetasi di depan bukaan. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 76 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
d) Ruang Makan 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayan seluruh ruangan) Di ruang makan skylight bukaan berupa satu genteng kaca dengan ukuran ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan. Luas bukaan = 30 cm x 20 cm = 600 cm² Luas lantai
= 250 cm x 500 cm = 125.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 0,48 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan = 30 cm x 20 cm = 600 cm² Luas lantai
= 150 cm x 100 cm = 15.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 4 % ( tidak memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan baik, dan hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan maupun sistem pencahayaan setempat). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan
visual
yang
tidak
baik.
Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 76 %. e)
Dapur 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan dalam satu ruangan)
Di ruang makan ada skylight berupa dua genteng kaca dengan ukuran ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan. Luas bukaan = 30 x 20 cm = 600 cm² Luas lantai
= 250 cm x 200 cm = 50.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 1,2 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan Luas lantai
= 30 x 20 cm = 600 cm² = 100 cm x 60 cm = 6.000 cm²
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Perbandingan =
x 100 % = 10 % (memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan tinggi, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 73 %. 6. Tipe 21 Menghadap Barat
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu jendela dan bovenlight. Masingmasing jenis bukaan tersebut berjumlah tiga. Jendela berukuran ± 60 cm x 90 cm dan bovenlight ± 60 cm x 20 cm. Luas bukaan = (3 x (60x90) cm) + (3 x (60x20) cm) = 19.800 cm² Luas lantai
= 600 cm x 300 cm = 180.000 cm²
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Perbandingan =
x 100 % = 11 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke barat tingkat pencahayaan paling terang adalah saat sore hari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat, bukaan menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat sore hari, sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 70 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan untuk satu ruangan) Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu bovenlight yang berdimensi 60 cm x 30 cm. Luas bukaan = 60 cm x 30 cm = 1.800 cm² Luas Lantai
= 250 cm x 300 cm = 75.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 2,4 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan yang paling terang adalah saat pagi hari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan tingkat penerangan tertinggi saat pagi hari, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 72 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
c) Dapur 1) Luas Bukaan Di ruang makan ada bukaan berupa dua buah jendela dengan ukuran sekitar 60 cm x 90 cm dan dua bovenlight dengan ukuran sekitar 60 cm x 20 cm. Luas bukaan = (2x(60 cm x 90)cm) + (2 x(60x20)cm) = 13.200 cm² Luas lantai
= 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 17,6% ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan paling baik adalah saat pagi hari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat pagi hari, sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 70 %. 7. Tipe 70 Menghadap Barat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada dua buah jendela. Masing-masing jendela berukuran sekitar 30 cm x150 cm. Luas bukaan = 2 x (30x150) cm = 9.000 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 10 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke barat sehingga tingkat pencahayaan alami dalam ruangan paling terang saat sore hari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat sore hari, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan adanya vegetasi di depan bukaan. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 72 %. b)
Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi ± 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = 60 cm x 120 cm = 1.200 cm² Luas lantai
= 400 cm x 400 cm = 160.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 0,75 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan alami dalam ruangan paling terang saat pagi hari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan terhadap mata angin baik, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 75 %. c) Ruang Tidur 2 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada bukaan berupa dua jendela. Masing-masing jendela berdimensi 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = 2 x (60 x 120) cm = 14.400 cm² Luas lantai
= 400 cm x 400 cm = 160.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 9 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke barat sehingga tingkat pencahayaan alami dalam ruangan paling terang saat sore hari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, arah bukaan menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat sore hari, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena luas bukaaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 71 %. d)
Ruang Makan
Di ruang ini tidak ada bukaan, baik itu jendela, bovenlight, maupun skylight. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu atau membuka pintu. Analisis : Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di atap (skylight). Hal ini menyebabkan pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
kelembaban udara 7 7 %. e)
Dapur
Di ruang ini tidak ada bukaan, baik itu jendela, bovenlight, maupun skylight. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu. Analisis : Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di atas. Hal ini menyebabkan pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 77 %. b. Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten 1) Tipe 29+ Menghadap Selatan
a)
Ruang Tamu 1)
Luas Bukaan
Di ruang tamu ada bukaan berupa dua jendela dengan ukuran sekitar 30 cm x 150 cm. Luas bukaan = 2 x (30 cm x 150) cm = 9.000 cm² Luas lantai
= 300 cm x 500 cm = 150.000 cm²
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
Perbandingan =
x 100 % = 6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghidari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena luas bukaaan kurang, teras yang lebar (± 3 meter), dan pintu gerbang yang tinggi (± 2 meter). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 77 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang ini ada bukaan berupa dua jendela dengan ukuran sekitar 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = 2 x (60 cm x 120) cm = 14.400 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 16 % ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 71 %. c) Ruang Tidur 2 1) Luas Bukaan Di ruang ini ada bukaan berupa satu jendela dengan ukuran ± 30x150 cm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
Luas bukaan = (30 cm x 150) cm = 4.500 cm² Luas lantai
= 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan. Adanya jendela ini tidak bermanfaat karena di depannya sudah ada bangunan baru yaitu ruang tidur 1. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, tapi pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena luas bukaaan kurang dan adanya bangunan tambahan di depannya (ruang tidur 1). Kondisi di ruang ini
menyebabkan
kenyamanan
visual
kurang
baik.
Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 72 %. d)
Ruang Tidur 3
Di ruang ini tidak ada bukaan, baik itu jendela, bovenlight, maupun skylight. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu. Analisis : Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di atap (skylight). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 73 %. e) Ruang Makan 1) Luas Bukaan Di ruang makan tidak ada bukaan, tapi mendapat pantulan cahaya dari pintu warung yang selalu terbuka. Pintu ini dianggap sebagai bukaan karena sepanjang hari (dari pagi sampai malam) selalu terbuka. Luas bukaan = (200 cm x 180) cm = 36.000 cm²
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
Luas lantai
= 400 cm x 300 cm = 120.000 cm² x 100 % = 30 % ( melebihi syarat)
Perbandingan = Analisis :
Luas bukaan melebihi syarat dan arah bukaan terhadap mata angin baik, sehingga hasil pengukuran dengan light meter melebihi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik (silau). Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 34° C dan kelembaban udara 70 %. f) Dapur Di dapur tidak ada bukaan, tapi mendapat pantulan cahaya dari warung. Analisis : Adanya pantulan
cahaya
dari arah
pintu warung,
maka
menyebabkan kondisi dapur sedikit terang. Tapi, hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena cahaya yang masuk ke dapur hanya pantulan saja, sehingga tidak seterang bila pencahayaan langsung dari bukaan. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 80 %. 2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu dua jendela yang berukuran sekitar 60 cm x120 cm dan dua bovenlight yang berukuran sekitar 60 cm x 30 cm. Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm² Luas lantai
= 300 cm x 500 cm = 150.000 cm² x 100 % = 12 % ( memenuhi syarat )
Perbandingan =
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga dapat menghindari radiasi matahari secara langsung. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan terhadap mata angin baik, sehinga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan adanya teras yang lebar (± 3 meter). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 77 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 8 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke utara (mengarah ke indoor). Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan berpotensi untuk menghindari radiasi matahari langsung, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan luas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
bukaan yang kurang dan adanya perluasan bangunan di depan bukaan (dapur). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 77 %. c) Ruang Tidur 2 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 8 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan luas bukaan yang kurang dan adanya peneduh car port di depan bukaan. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 78 %. d) Ruang Makan 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan dalam satu ruangan) Di ruang makan ada skylight berupa empat genteng kaca dengan ukuran masing-masing ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan. Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 2,7 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm²
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
Luas lantai
= 150 cm x 100 cm = 15.000 cm² x 100 % = 16 % ( memenuhi syarat)
Perbandingan = Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan baik, tapi hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 80 %. e)
Dapur 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan dalam satu ruangan)
Di ruang makan ada skylight berupa dua genteng kaca dengan ukuran ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan. Luas bukaan = 2 x (30 x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai
= 300 cm x 100 cm = 30.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan = 2 x (30 x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai
= 100 cm x 60 cm = 6.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 20 % (memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan tertinggi, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 80 %. 3) Tipe 36+ Menghadap Timur
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada dua jendela yang masing-masing berukuran sekitar 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = 2 x (60x120) cm = 14.400 cm² Luas lantai
= 300 cm x 400 cm = 120.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 12 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan paling terang adalah saat pagi hari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat pagi hari, sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 33° C dan kelembaban udara 72 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi 60 cm
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
x 120 cm. Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 8 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan paling terang adalah saat pagi hari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat pagi hari, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 72 %. c) Ruang Tidur 2 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 8 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi tidak syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 73 %. d) Ruang Makan 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan untuk satu ruangan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
Di ruang makan ada skylight berupa empat genteng kaca dengan ukuran masing-masing ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan. Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 2,7 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai
= 150 cm x 100 cm = 15.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 16 % (memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 80 %. e)
Dapur 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan untuk satu ruangan)
Di ruang makan ada skylight berupa dua genteng kaca dengan ukuran masing-masing ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan. Luas bukaan = 2 x (30 x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai
= 250 cm x 200 cm = 50.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 2,4 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan = 2 x (30 x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai
= 150 cm x 60 cm = 9.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 13,3 % (memenuhi syarat)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi,sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 80 %. 4) Tipe 36 Menghadap Barat
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada dua jendela yang berukuran sekitar 60 cm x 120 cm Luas bukaan = 2 x (60x120) cm= 14.400 cm² Luas lantai
= 300 cm x 400 cm = 120.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 12 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke barat sehingga pencahayaan paling terang adalah saat sore hari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
berpotensi menghasilkan tingkat penerangan tertinggi saat sore hari, sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat (saat siang dan sore hari). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 72 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada skylight berupa dua genteng kaca yang masingmasing ± berdimensi 30 cm x 20 cm, berada di sudut ruangan. Luas bukaan = 2 x (30 x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai
= 300 cm x 250 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 2,7 % ( tidak memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan tertinggi, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 70 %. c) Ruang Tidur 2 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm² Luas lantai
= 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 9,6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke barat sehingga tingkat pencahayaan paling terang adalah saat sore hari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan berpotensi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat sore hari, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 75 %. d) Ruang Makan Ruang makan berada di tempat terbuka yaitu teras belakang. Analisis : Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang berlebihan (silau). Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 68 %. e)
Dapur
Ruang makan berada di tempat terbuka yaitu teras belakang. Analisis : Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang berlebihan (silau). Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 68 %. 5) Tipe 36+ Menghadap Utara
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu dua jendela yang berukuran sekitar 60 cm x 120 cm dan dua bovenlight yang berukuran 60 cm x 30 cm. Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 20 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari langsung, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan adanya teras yang lebar ± 5 meter, adanya pagar yang tinggi (± 1,7 meter), dan adanya vegetasi di depan rumah. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 77 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada dua jenis bukaan yaitu dua jendela yang berdimensi 60 cm x 120 cm dan dua bovenlight yang berdimensi 30 cm x 60 cm. Luas bukaan = (2 x (60 x 120)cm) + (2 x (30 x 60)cm) = 18.000 cm² Luas lantai
= 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 24 % (melebihi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara langsung dapat dihindari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Analisis : Luas bukaan melebihi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di karenakan adanya teras yang lebar ± 3 meter, adanya pagar yang tinggi (± 1,7 meter) dan adanya vegetasi di depan rumah. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 78 %. c) Ruang Tidur 2 Di ini tidak ada bukaan sehingga saat siang hari harus menyalakan lampu. Analisis : Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di atap (skylight). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 78 %. d) Ruang Makan 1) Luas Bukaan Di ruang makan ada dua jenis bukaan yaitu satu jendela dengan ukuran sekitar 60 cm x 120 cm dan satu bovenlight dengan ukuran 60 cm x 30 cm. Luas bukaan = (60 cm x 120) cm + (60 cm x 30) cm = 9.000 cm² Luas lantai
= 250 cm x 250 cm = 62.500 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 14,4 % ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di karenakan adanya teras yang lebar ± 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
meter, adanya pagar yang tinggi (± 1,7 meter), dan adanya vegetasi di depan rumah. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 77 %. e)
Dapur 1) Luas Bukaan
Di ruang makan ada bukaan berupa dua jendela yang berukuran 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = 2 x (60 x 120)cm = 14.400 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 16 % ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke barat sehingga tingkat pencahayaan paling terang adalah saat sore hari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat sore hari, dan hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat (saat sore hari). Di sebelah barat dapur masih terdapat lahan kosong, sehingga cahaya matahari masih dapat masuk ke dapur. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 70 %. 6) Tipe 45 Menghadap Selatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada bukaan yaitu dua jendela yang berukuran sekitar 30 cm x 150 cm. Luas bukaan = 2 x (30 x 150) cm= 9.000 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 10 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 71 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada dua jendela yang berdimensi 60 cm x 120 cm. Luas bukaan =2 x (60 x 120)cm = 14.400 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 16 % ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 71 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
c) Ruang Tidur 2 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada satu jendela yang berdimensi 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 8 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan berpotensi dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini
menyebabkan
kenyamanan
visual
kurang
baik.
Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 72 %. d) Ruang Makan Di ruang makan tidak ada bukaan sehingga suasana ruangan sangat gelap dan harus menggunakan penerangan lampu saat siang hari. Analisis : Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya bukaan pada ketiga sisi dindingnya, tapi masih memungkinkan adanya bukaan pada atap atau pada sisi dinding sebelah selatan. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 73 %. e) Dapur Dapur berada di area outdoor yaitu di teras belakang. Analisis : Kondisi di ruang ini menyebabkan hasil pengukuran dengan light
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
meter melebihi syarat dan menghasilkan kenyamanan visual yang berlebihan (silau). Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 68 %. 7) Tipe 70 Menghadap Timur
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu dua jendela yang berukuran sekitar 60 cm x 120 cm dan dua bovenlight yang berukuran 60 cm x 30 cm. Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm² Luas lantai = 300 cm x 600 cm = 240.000 cm² Perbandingan =
x 100 % = 7,5 % ( tidak memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan paling terang adalah saat pagi hari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat pagi hari, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di karenakan adanya teras ± 2,5 meter dan adanya vegetasi di depan bukaan. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
kelembaban udara 71 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada bukaan berupa dua bovenlight yang masing-masing berdimensi 30 cm x 60 cm. Luas bukaan = 2 x (30 x 60) cm = 3.600 cm² Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm² Perbandingan =
x 100 % = 4 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan paling terang adalah saat pagi hari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat pagi hari, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 72 %. c) Ruang Tidur 2 Di ruang ini tidak ada bukaan sehingga saat siang hari harus menyalakan lampu. Analisis : Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya bukaan pada semua sisi dindingnya, tapi masih memungkinkan adanya bukaan pada atap. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 33° C dan kelembaban udara 72 %. d) Ruang Makan 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan dalam satu ruangan) Di ruang makan terdapat skylight yaitu empat genteng kaca dengan ukuran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
30 cm x 20 cm. Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai = 250 cm x 250 cm = 62.500 cm² Perbandingan =
x 100 % = 3,84 % (tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm² Luas lantai = 150 cm x 100 cm = 15.000 cm² Perbandingan =
x 100 % = 16 % (tidak memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 80 %. e) Dapur 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan) Di ruang makan terdapat bukaan yaitu dengan ukuran 60 cm x 20 cm. Luas bukaan = (60 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas Lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm² Perbandingan =
x 100 % = 1,6 % ( tidak memenuhi syarat )
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan = (60 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas Lantai = 150 cm x 60 cm = 9.000 cm² Perbandingan =
x 100 % = 13,3 % (memenuhi syarat )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan baik, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 80 %. 8) Tipe 29 Menghadap Utara
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu dua jendela yang berukuran sekitar 60 cm x 120 cm dan dua bovenlight yang berukuran 60 cm x 30 cm. Luas bukaan = (2x(60x120)cm) + (2x(60x30)cm) = 18.000 cm² Luas lantai
= 300 cm x 500 cm = 150.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 12 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 72 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada skylight berupa dua jendela yang masing-masing berdimensi 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = 2 x (60 x 120) cm = 14.400 cm² Luas lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm² Perbandingan =
x 100 % = 19,2 % (memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 71 %. c)
Ruang Tidur 2
Di ruang ini tidak ada bukaan sehingga saat siang hari harus menyalakan lampu. Analisis : Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya dan bangunan tetangga. Hal ini menyebabkan hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya bukaan pada semua sisi dindingnya, tapi masih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
memungkinkan adanya bukaan pada atap (skylight). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 74 %. d) Dapur 1) Luas Bukaan (ditinjau berdasarkan pencahayaan seluruh ruangan) Di ruang makan terdapat skylight yaitu genteng dengan ukuran 60 cm x 20 cm. Luas bukaan = (60 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai
= 250 cm x 250 cm = 62.500 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 1,92 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau berdasarkan sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan = (60 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai
= 150 cm x 60 cm = 9.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 13,3 % (memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilan tingkat penerangan paling tinggi, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 80 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
c. Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali 1) Tipe 21+ Menghadap Selatan
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu satu jendela yang berukuran sekitar 30 cm x 150 cm. Luas bukaan = (60 x 30) cm = 1800 cm² Luas lantai
= 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 2,4 % ( tidak memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara langsung bisa dihindari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal in dikarenakan luas bukaan yang kurang dan adanya teras yang cukup lebar ± 2,5 meter. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 71 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
Di ruang tidur ini ada bukaan satu jendela yang berdimensi 30 cm x 60 cm. Luas bukaan = (30 x 60) cm = 1.800 cm² Luas lantai
= 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 2,4 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara langsung bisa dihindari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena luasan bukaan kurang dan adanya teras yang cukup lebar ± 2,5 meter. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 73 %. c)
Ruang Makan 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Di ruang makan terdapat skylight berupa genteng kaca dengan ukuran 60 cm x 20 cm. Luas bukaan = (60 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai
= 250 cm x 250 cm = 62.500 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 1,92 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan = (60 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai
= 120 cm x 100 cm = 12.000 cm²
Perbandingan =
x 100 % = 10 % ( memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi, sehingga hasil pengukuran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 33° C dan kelembaban udara 80 %. d) Dapur 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan) Di ruang makan terdapat skylight berupa empat genteng kaca dengan ukuran masing-masing ± 30 cm x 20 cm. Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai
= 250 cm x 300 cm
Perbandingan =
= 75.000 cm²
x 100 % = 1,6 % (tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai
= 150 cm x 60 cm
Perbandingan =
= 9000 cm²
x 100 % = 13,3 % (memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter adalah melebihi syarat (silau). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang kurang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 33° C dan kelembaban udara 80 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
2)
Tipe 36+ Menghadap Selatan
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu ada dua bukaan yaitu jendela yang berukuran sekitar 40 cm x 150 cm. Luas bukaan = 2 x (40 x 150) cm = 12.000 cm² Luas lantai
= 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = 2)
x 100 % = 13,3 % ( memenuhi syarat )
Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara langsung bisa dihindari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 71 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada bukaan satu jendela yang berdimensi 60 x 120 cm. Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm² Luas lantai
= 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
Perbandingan =
x 100 % = 9,6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara langsung bisa dihindari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 72 %. c) Ruang Makan 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan) Di ruang makan terdapat bukaan yaitu dua genteng kaca dengan masingmasing berukuran 30 cm x 20 cm. Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai = 250 cm x 250 cm = 62.500 cm² Perbandingan =
x 100 % = 1,92 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan) Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas Lantai = 150 cm x 90 cm = 13.500 cm² Perbandingan =
x 100 % = 8,8 % ( tidak memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter juga kurang memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang kurang baik, baik di seluruh ruangan maupun pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
menunjukkan suhu udara 33° C dan kelembaban udara 80 %. d) Dapur 1)
Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Di ruang makan terdapat skylight berupa 2 genteng kaca dengan ukuran masing-masing ± 30 cm x 20 cm. Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai = 250 cm x 250 cm = 62.500 cm² Perbandingan = 2)
x 100 % = 1,92 % (tidak memenuhi syarat)
Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas Lantai = 150 cm x 60 cm = 9.000 cm² Perbandingan =
x 100 % = 13,3 % (memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 33° C dan kelembaban udara 80 %. 3) Tipe 45+ Menghadap Selatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
a) Ruang Tamu 1) Luas Bukaan Di ruang tamu bukaan yaitu dua jendela yang berdimensi sekitar 30 cm x 150 cm. Luas bukaan = 2x (30 x 150) cm = 9.000 cm² Luas lantai = 300 cm x 400 cm = 120.000 cm² x 100 % = 7,5 % ( tidak memenuhi syarat )
Perbandingan =
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan dan ke timur. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 71 %. b) Ruang Tidur 1 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada bukaan berupa dua jendela yang masing-masing berdimensi 30 cm x 150 cm. Luas bukaan = 2 x (30 x 150) cm = 9.000 cm² Luas Lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm² Perbandingan =
x 100 % = 10 % (memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 71 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
c) Ruang Tidur 2 1) Luas Bukaan Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi 60 cm x 120 cm. Luas bukaan = 60 cm x 120 cm = 7.200 cm² Luas Lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm² Perbandingan =
x 100 % = 9,6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan paling tinggi adalah saat pagi hari. Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat pagi hari, sehingga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 72 %. d) Ruang Makan 1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan) Di ruang makan terdapat skylight berupa genteng kaca dengan ukuran masing-masing ± 30 cm x 20 cm. Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm² Perbandingan =
x 100 % = 1,33 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat) Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm² Luas lantai = 150 cm x 90 cm Perbandingan =
= 13.500 cm²
x 100 % = 8,8 % ( tidak memenuhi syarat)
Analisis : Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi menghasilkan tingkat peneragan paling tinggi, sehingga hasil pengukuran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan). Jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan light meter juga tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik, baik pada seluruh ruangan maupun pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 74 %. e)
Dapur 1) Luas Bukaan
Di ruang makan terdapat bukaan yaitu dua jendela yang masing-masing berdimensi 30 cm x 150 cm. Luas bukaan = 2 x (30 cm x 150) cm = 9.000 cm² Luas lantai = 250 cm x 250 cm Perbandingan =
= 62.500 cm²
x 100 % = 14,4 % (memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara langsung dapat dihindari. Analisis : Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light meter juga memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 80 %. 3. Uji Hipotesis Ketiga Hipotesis
ketiga
menyatakan
bahwa
vegetasi
berpengaruh
pada
pencahayaan alami dalam ruangan. Hipotesis ini di uji dengan menggunakan analisis diskriptif. Berdasarkan kajian teori, vegetasi berfungsi untuk mengendalikan efek radiasi sinar matahari, menghalangi sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan, serta mengontrol temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
Maka, data hasil penelitan ini dianalisa berdasarkan kajian teori di atas : a. Perumahan Griya Prima Timur, Klaten
1) Tipe 54+ Menghadap Timur Laut
a) Tinggi pohon
= 2,7 meter
b) Jarak pohon dengan rumah
= 3 meter
c) Lebar tajuk pohon
= 1,5 meter
d) Kerapatan daun
= rapat
Analisis : adanya vegetasi ini tidak mempengaruhi cahaya yang masuk karena tingginya melebihi dinding rumah dan rimbunan daun berada sekitar 0,5 meter dari pucuk pohon. 2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
a) Tinggi pohon
= 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah
= 30 cm
c) Lebar tajuk pohon
= 1 meter
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109
d) Kerapatan daun
= tidak rapat
Analisis : adanya vegetasi ini tidak mempengaruhi cahaya yang masuk karena tingginya melebihi dinding rumah dan rimbunan daun berada sekitar 1 meter dari pucuk pohon. 3) Tipe 54 Menghadap Timur
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari.
4) Tipe 21+ Menghadap Barat
a) Tinggi pohon
= 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah
= 3 meter
c) Lebar tajuk pohon
= 2 meter
d) Kerapatan daun
= rapat
Analisis : adanya vegetasi ini tidak mempengaruhi cahaya yang masuk karena tingginya melebihi dinding rumah dan rimbunan daun berada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
sekitar 1 meter dari pucuk pohon. 5) Tipe 45 Menghadap Barat Daya
a) Tinggi pohon
= 2,5 meter
b) Jarak pohon dengan rumah
= 3 meter
c) Lebar tajuk pohon
= 2 meter
d) Kerapatan daun
= rapat
Analisis : adanya vegetasi ini mempengaruhi cahaya yang masuk karena tinggi pohon yang sebanding dengan tinggi dinding dan rimbunan daun berada tepat di depan jendela. 6) Tipe 21 Menghadap Barat
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111
7) Tipe 70 Menghadap Barat
a) Tinggi pohon
= 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah
= 3 meter
c) Lebar tajuk pohon
= 2 meter
d) Kerapatan daun
= rapat
Analisis : adanya vegetasi ini mempengaruhi cahaya yang masuk karena ada dua pohon besar yang rimbun di daerah depan bukaan. b. Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten 1) Tipe 29+ Menghadap Selatan
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
a) Tinggi pohon
= 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah
= 3,5 meter
c) Lebar tajuk pohon
= 2 meter
d) Kerapatan daun
= tidak rapat
Analisis : adanya vegetasi ini tidak mempengaruhi cahaya yang masuk karena tingginya melebihi dinding rumah dan rimbunan daun berada sekitar 1 meter dari pucuk pohon. 3) Tipe 36+ Menghadap Timur
a) Tinggi pohon
= 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah
= 4 meter
c) Lebar tajuk pohon
= 2 meter
d) Kerapatan daun
= rapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
Analisis : adanya vegetasi ini seharusnya dapat mempengaruhi cahaya yang masuk karena tinggi pohon yang sebanding dengan tinggi dinding dan kerimbunan daunnya lebat. Tapi, vegetasi ini tidak berfungsi karena letaknya tidak berada di depan bukaan. 4) Tipe 36 Menghadap Barat
a) Tinggi pohon
= 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah
= 3,5 meter
c) Lebar tajuk pohon
= 2 meter
d) Kerapatan daun
= rapat
Analisis : adanya vegetasi ini mempengaruhi cahaya yang masuk karena pohonnya cukup tinggi dan rimbun. 5) Tipe 36+ Menghadap Utara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114
a) Tinggi pohon
= 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah
= 3,5 meter
c) Lebar tajuk pohon
= 2 meter
d) Kerapatan daun
= rapat
Analisis : adanya vegetasi ini mempengaruhi cahaya yang masuk karena pohonnya cukup tinggi dan rimbun. 6) Tipe 45 Menghadap Selatan
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari. 7) Tipe 70 Menghadap Timur
a) Tinggi pohon
= 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah
= 4 meter
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
c) Lebar tajuk pohon
= 2 meter
d) Kerapatan daun
= rapat
Analisis : adanya vegetasi ini mempengaruhi cahaya yang masuk karena pohonnya cukup tinggi dan rimbun. 8) Tipe 29 Menghadap Utara
a) Tinggi pohon
= 2 meter
b) Jarak pohon dengan rumah
= 1 meter
c) Lebar tajuk pohon
= 1 meter
d) Kerapatan daun
= rapat
Analisis : adanya vegetasi ini tidak mempengaruhi cahaya yang masuk karena pohonnya pendek dan rimbunan daunnya tidak lebat. c. Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali 1) Tipe 21+ Menghadap Selatan
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
2)
Tipe 36+ Menghadap Selatan
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari. 3) Tipe 45+ Menghadap Selatan
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
D. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Perumahan Griya Prima Timur, Klaten a. Analisis Data Berdasarkan hasil analisis data pengukuran light meter (lampiran V), pengukuran humidity (lampiran V), dan pengukuran dengan angket (Lampiran II) di Perumahan Griya Prima Timur, Klaten maka dapat ditabelkan sebagai berikut : Keterangan
: V = Memenuhi syarat X = Tidak memenuhi syarat
No. 1.
2.
3.
4.
5.
Tipe
Orientasi
Rumah
Bangunan
54 +
Timur Laut
36 +
54
21 +
45
Selatan
Timur
Barat
Barat Daya
Ruang
Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran
Light Meter
Humidity
Angket
R. Tamu
X
X
Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Tidak Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Tidak Nyaman
R. Makan
X
X
Nyaman
Dapur
X
X
Tidak Nyaman
R. Tamu
V
X
Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Tidak Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Tidak Nyaman
R. Makan
V
X
Nyaman
Dapur
X
X
Nyaman
R. Tamu
V
X
Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Tidak Nyaman
R. Makan
V
X
Nyaman
Dapur
X
X
Nyaman
R. Tamu
X
X
Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Nyaman
R. Makan
X
X
Nyaman
Dapur
V
X
Nyaman
R. Tamu
X
X
Tidak Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Nyaman
R. Makan
X
X
Nyaman
Dapur
V
X
Nyaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118 6.
7.
21
70
Barat
Barat
R. Tamu
V
X
Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Nyaman
R. Makan
X
X
Nyaman
Dapur
V
X
Nyaman
R. Tamu
X
X
Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Nyaman
R. Makan
X
X
Nyaman
Dapur
X
X
Nyaman
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kondisi pencahayaan alami di Perumahan Griya Prima Timur, Klaten adalah sebagai berikut : 1) Ruang tamu sebesar 42,9 % memenuhi persyaratan dan 57,1 % tidak memenuhi
persyaratan.
2) Ruang tidur sebesar 0 % memenuhi persyaratan dan 100 % tidak memenuhi persyaratan. 3) Ruang makan sebesar 28,6 % memenuhi persyaratan dan 71,4 % tidak memenuhi persyaratan. 4) Dapur sebesar 42,9 % memenuhi persyaratan dan 57,1 % tidak memenuhi persyaratan. Suhu dan kelembaban udara di semua rumah tidak memenuhi persyaratan. Tapi, hasil análisis angket (lampiran II) menyatakan bahwa sebesar 72,2 % responden memilih jawaban “nyaman” dan 27,8 % memilih jawaban “cukup nyaman” dengan kondisi pencahayaan di sampel rumah yang diteliti. b. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor penyebab tidak terpenuhinya syarat pencahayaan alami dalam ruangan adalah sebagai berikut : 1) Luas bukaan kurang. 2) Vegetasi yang menghalangi cahaya matahari yang masuk dalam ruangan. 3) Lebar teras yang panjang. 4) Berhubungan langsung dengan bangunan sekitarnya. 5) Pengembangan rumah yang kurang memperhatikan pencahayaan alami.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119
Pencahayaan alami yang tidak memenuhi syarat menyebabkan suhu udara dan kelembaban udara menjadi tidak nyaman. Tapi, hasil análisis angket (lampiran II) menyatakan bahwa sebesar 72,2 % responden memilih jawaban “nyaman” dan 27,8 % memilih jawaban “cukup nyaman” pencahayaan di sampel rumah yang diteliti. Hal ini
dengan kondisi
karena adanya faktor
kebiasaan. 2. Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten a.
Analisa Data Berdasarkan hasil analisis data pengukuran light meter (lampiran V),
pengukuran humidity (lampiran V), dan pengukuran angket (lampiran II) di Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten maka dapat ditabelkan sebagai berikut : Keterangan
: V = Memenuhi syarat X = Tidak memenuhi syarat
No.
1.
2.
3.
Tipe
Orientasi
Rumah
Bangunan
29 +
36 +
36+
Timur Laut
Selatan
Timur
Ruang
Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran
Pencahayaan
Kenyamanan
Angket
Alami
Termal
R. Tamu
X
X
Nyaman
R. Tidur 1
V
X
Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Nyaman
R. Tidur 3
X
X
Nyaman
R. Makan
X
X
Nyaman
Dapur
X
X
Nyaman
R. Tamu
X
X
Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Nyaman
R. Makan
V
X
Nyaman
Dapur
V
X
Nyaman
R. Tamu
V
X
Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Nyaman
R. Makan
V
X
Nyaman
Dapur
V
X
Nyaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120 4.
5.
36
36+
Barat
Utara
R. Tamu
V
X
Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Nyaman
R. Makan
X
X
Nyaman
Dapur
X
X
Nyaman
R. Tamu
X
X
Tidak Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Tidak Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Tidak Nyaman
R. Makan
X
X
Nyaman
Dapur
X
X
Tidak Nyaman
6.
7.
45
70
Selatan
Timur
R. Tamu
V
X
Nyaman
R. Tidur 1
V
X
Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Nyaman
R. Makan
X
X
Nyaman
Dapur
X
X
Nyaman
R. Tamu
X
X
Tidak Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Tidak Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Tidak Nyaman
R. Makan
V
X
Tidak Nyaman
8.
29
Utara
Dapur
V
X
Nyaman
R. Tamu
V
X
Tidak Nyaman
R. Tidur 1
V
X
Tidak Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Tidak Nyaman
Dapur
V
X
Tidak Nyaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kondisi pencahayaan alami di Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten adalah sebagai berikut : 1) Ruang tamu sebesar 50 % memenuhi persyaratan dan 50 % tidak memenuhi
persyaratan.
2) Ruang tidur sebesar 18,8 % memenuhi persyaratan dan 81,2 % tidak memenuhi persyaratan. 3) Ruang makan sebesar 25 % memenuhi persyaratan dan 75 % tidak memenuhi persyaratan. 4) Dapur sebesar 37,5 % memenuhi persyaratan dan 62,5 % tidak memenuhi persyaratan. Suhu dan kelembaban udara di semua rumah tidak memenuhi syarat. Tapi, hasil análisis angket (lampiran II) menyatakan bahwa sebesar 72,2 % responden memilih jawaban “nyaman” dan 27,8 % memilih jawaban “cukup nyaman” dengan kondisi pencahayaan di sampel rumah yang diteliti. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor penyebab tidak terpenuhinya syarat pencahayaan alami dalam ruangan adalah sebagai berikut : 1) Luas bukaan kurang. 2) Vegetasi yang menghalangi cahaya matahari yang masuk dalam ruangan. 3) Lebar teras yang panjang. 4) Berhubungan langsung dengan bangunan sekitarnya. 5) Pengembangan rumah yang kurang memperhatikan pencahayaan alami. Di lokasi perumahan ini, ada juga beberapa ruang yang menerima pencahayaan alami yang berlebihan, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan di mata (silau). Hal ini disebabkan oleh : 1) Desain ruangan adalah outdoor sehingga tidak ada dinding yang menghalangi cahaya matahari. 2) Posisi ruangan berada di depan pintu lebar yang selalu terbuka dari pagi sampai malam hari. Pencahayaan alami yang tidak memenuhi syarat menyebabkan suhu udara dan kelembaban udara menjadi tidak nyaman. Tapi, hasil análisis angket
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122
(lampiran II) menyatakan bahwa sebesar 72,2 % responden memilih jawaban “nyaman” dan 27,8 % memilih jawaban “cukup nyaman” pencahayaan di sampel rumah yang diteliti. Hal ini
dengan kondisi
karena adanya faktor
kebiasaan. 3. Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali a. Analisa Data Berdasarkan hasil analisis data pengukuran light meter (lampiran V), pengukuran humidity (lampiran V), dan pengukuran angket (lampiran II) di Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali maka dapat ditabelkan sebagai berikut : Keterangan
: V = Memenuhi syarat X = Tidak memenuhi syarat
No.
1.
2.
Tipe
Orientasi
Rumah
Bangunan
21 +
36 +
Selatan
Selatan
Ruang
Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran
Pencahayaan
Kenyaman
Angket
Alami
Thermal
R. Tamu
X
X
Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Nyaman
R. Makan
V
X
Nyaman
Dapur
X
X
Nyaman
R. Tamu
V
X
Nyaman
R. Tidur 1
X
X
Nyaman
R. Makan
X
X
Tidak Nyaman
Dapur
V
X
Tidak Nyaman
3.
45+
Selatan
R. Tamu
X
X
Nyaman
R. Tidur 1
V
X
Tidak Nyaman
R. Tidur 2
X
X
Tidak Nyaman
R. Makan
X
X
Nyaman
Dapur
V
X
Nyaman
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kondisi pencahayaan alami di Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali adalah sebagai berikut : 1) Ruang tamu sebesar 33,3 % memenuhi persyaratan dan 66,7 % tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123
memenuhi
persyaratan.
2) Ruang tidur sebesar 25 % memenuhi persyaratan dan 75 % tidak memenuhi persyaratan. 3) Ruang makan sebesar 33,3 % memenuhi persyaratan dan 66,7 % tidak memenuhi persyaratan. 4) Dapur sebesar 66,7 % memenuhi persyaratan dan 33,3 % tidak memenuhi persyaratan. Suhu dan kelembaban udara juga tidak memenuhi syarat. Tapi, hasil análisis angket (lampiran II) menyatakan bahwa sebesar 72,2 % responden memilih jawaban “nyaman” dan 27,8 % memilih jawaban “cukup nyaman” dengan kondisi pencahayaan di sampel rumah yang diteliti. b. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor penyebab tidak terpenuhinya syarat pencahayaan alami dalam ruangan adalah sebagai berikut : 1) Luas bukaan kurang. 2) Vegetasi yang menghalangi cahaya matahari yang masuk dalam ruangan. 3) Lebar teras yang panjang. 4) Berhubungan langsung dengan bangunan sekitarnya. 5) Pengembangan rumah yang kurang memperhatikan pencahayaan alami. Pencahayaan alami yang tidak memenuhi syarat menyebabkan suhu udara dan kelembaban udara menjadi tidak nyaman. Tapi, hasil análisis angket (lampiran II) menyatakan bahwa sebesar 72,2 % responden memilih jawaban “nyaman” dan 27,8 % memilih jawaban “cukup nyaman” pencahayaan di sampel rumah yang diteliti. Hal ini kebiasaan.
commit to user
dengan kondisi
karena adanya faktor
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kondisi pencahayaan alami di tiga lokasi penelitian adalah sebagai berikut : a. Ruang tamu, sebesar 44,4 % memenuhi persyaratan dan 55,6 % tidak memenuhi persyaratan. b. Ruang tidur, sebesar 12,1 % memenuhi persyaratan dan 87,9 % tidak memenuhi persyaratan. c. Ruang makan, sebesar 33,3 % memenuhi persyaratan dan 66,7 % tidak memenuhi persyaratan. d. Dapur, sebesar 44,4 % memenuhi persyaratan dan 55,6 % tidak memenuhi persyaratan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : a. Luas bukaan kurang memenuhi syarat 10 – 20 % dari luas lantai. b. Vegetasi yang menghalangi cahaya matahari yang masuk dalam ruangan. c. Lebar teras yang panjang. d. Berhubungan langsung dengan bangunan sekitarnya. e. Desain dan pengembangan rumah kurang memperhatikan pencahayaan alami. Pencahayaan alami tidak memenuhi syarat menyebabkan suhu dan kelembaban udara tidak nyaman. Tapi, sebagian besar responden merasa nyaman dengan kondisi pencahayaan tersebut karena adanya faktor kebiasaaan. 2. Bukaan yang memenuhi syarat menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman.
commit to user 124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125
a. Luas bukaan memenuhi syarat 10-20 % dari luas lantai menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman. b. Luas bukaan memenuhi syarat 10-20 % dari luas lantai, tapi ada faktorfaktor yang menghalangi masuknya cahaya alami maka menghasilkan pencahayaan alami menjadi tidak nyaman. 3. Vegetasi mempengaruhi pencahayaan alami dalam ruangan. Tidak semua vegetasi mempengaruhi pencahayaan alami dalam ruangan. Vegetasi yang bisa mempengaruhi pencahayaan alami dalam ruangan adalah vegetasi yang tingginya hampir sama dengan ketinggian bukaan, jarak vegetasi dekat dengan bukaan, lebar tajuk lebar, dan kerapatan daun rimbun. Jika kondisi pencahayaan alami dalam ruangan melebihi persyaratan, vegetasi bermanfaat untuk mengurangi cahaya alami yang masuk. Tapi, jika kondisi pencahayaan alami dalam ruangan kurang memenuhi syarat, adanya vegetasi menjadikan kenyamanan dalam ruangan semakin buruk. B. Implikasi Berdasarkan simpulan penelitian, maka menimbulkan implikasi sebagai berikut : 1. Dampak Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak teoritis sebagai berikut : a. Memberikan wacana kepada masyarakat bahwa sebesar 66,45 % sampel di perumahan Griya Prima Timur Klaten, Cipta Griya Bersinar, dan Pesona Sawahan Boyolali kurang memenuhi syarat pencahayaan yang nyaman. b. Menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya yang relevan. 2. Dampak Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan oleh :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126
a. Pemilik rumah dalam mendesain ulang dan mengembangkan rumahnya memenuhi syarat luasan bukaan sebesar 10-20 % dari luas lantai dan memilih arah bukaan yang menghindari radiasi sinar matahari yaitu selatan atau utara. Jika memang terpaksa menghadap barat atau timur, radiasi sinar matahari dapat dikurangi dengan adanya vegetasi. b. Developer dalam mendesain proyek perumahan selanjutnya memenuhi syarat luasan bukaan sebesar 10-20 % dari luas lantai dan memilih arah bukaan yang menghindari radiasi sinar matahari yaitu selatan atau utara. Jika memang terpaksa menghadap barat atau timur, radiasi sinar matahari dapat dikurangi dengan adanya vegetasi.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Pemilik rumah sebaiknya dalam mendesain ulang dan mengembangkan rumahnya memenuhi syarat luasan bukaan sebesar 10-20 % dari luas lantai dan memilih arah bukaan yang menghindari radiasi sinar matahari yaitu selatan atau utara. Jika memang terpaksa menghadap barat atau timur, radiasi sinar matahari dapat dikurangi dengan adanya vegetasi, tirai, jalusi, kisi-kisi, overstek, dan kanopi. Di ruang-ruang yang tidak memungkinkan adanya bukaan berupa jendela, dapat diganti dengan skylight. 2. Developer sebaiknya dalam mendesain proyek perumahan selanjutnya memenuhi syarat luasan bukaan sebesar 10-20 % dari luas lantai dan memilih arah bukaan yang menghindari radiasi sinar matahari yaitu selatan atau utara. Jika memang terpaksa menghadap barat atau timur, radiasi sinar matahari dapat dikurangi dengan adanya vegetasi, tirai, jalusi, kisikisi, overstek, dan kanopi. Di ruang-ruang yang tidak memungkinkan adanya bukaan berupa jendela, dapat diganti dengan skylight.
commit to user