OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG BACA PERPUSTAKAAN Studi kasus : sekolah alam madinah school, Jl. Jelupang Utama Raya No.2 Serpong
Bambang Susanto dan Abraham Seno Progam studi Arsitektur, Universitas Mercubuana, Jalarta-Indonesia e-mail:
[email protected] dan
[email protected]
ABSTRACT One of the most important factors that need to be noticed in the design of the building is lighting. People can’t work properly without enough light but sometimes with excessive light will not be good either, because it would interfere with vision and eye’s healt problem. The nevest issues discussion about day lighting, the statements is that good quality can’t be separated from the distribution of light (openings) and orientation toward. The needs of natural lighting system(solar) and artificial in a room should be considered as closely related to the activities taken by the lighting. Activities in the library can’t be separated from the lighting. It was because, most of the activities in the library are reading and writing, and the system must be sufficient lighting in the library. For adequate lighting absolute requirement to conduct activities in the room (Lasa, 2005:172) .Therefore lighting design strategy is to optimalize the source of natural lighting. Optimalize lighting design include: Optimization of the quantity of light from the sky, keeping the visual comfort and maintain coolness, as well as save energy (Harten P.Van, SetiawanE, 1985:36-42). Side lighting use in the field of library reading room walls are simulated in accordance with the existing condition of the building. Phase natural lighting simulations will be compared with the results of measurements of the existing conditions. End of this study showed an increase in the average illuminance on the living room area of the existing condition. With the increase of light intensity (lux) in the space is expected presence of an improvement effort in obtain in effective natural lighting. Keywords: library reading room, natural lighting, side lighting, optimization
ABSTRAK Salah satu faktor terpenting yang harus di perhatikan dalam perancangan gedung adalah pencahayaan. Orang tidak dapat bekerja dengan baik tanpa cahaya yang cukup tapi terkadang dengan adanya cahaya yang berlebihan tidak akan lebih baik karena akan mengganggu penglihatan dan mengganggu kesehatan mata. Isu yang berkembang tentang pembahasan Pencahayaan Alami menyatakan bahwa Kualitas Pencahayaan Alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya yang masuk melalui jendela (bukaan) dan orientasi arah bukaan. Kebutuhan sistem pencahayaan alami (matahari) dan buatan pada suatu ruangan harus di pertimbangkan karena berkaitan erat dengan kegiatan yang di lakukan oleh pengguna. Kegiatan di perpustakaan tidak dapat lepas dari pencahayaan. Hal itu dikarenakan kegiatan di perpustakaan sebagian besar adalah kegiatan membaca dan menulis, maka sistem pencahayaan di perpustakaan harus cukup. Sebab pencahayaan yang cukup syarat mutlak untuk melakukan kegiatan di dalam ruangna (Lasa, 2005:172). Oleh karena itu perlu strategi desain pencahayaan dengan memanfaatkan pencahayaan alami secara optimal. Desain pencahayaan yang optimal meliputi : Optimasi kuantitas cahaya langit, menjaga kenyaman visual dan menjaga kesejukan, serta menghemat energy (Harten P.Van, Setiawan E, 1985: 36-42). Penggunaan sidelighting pada bidang dinding ruang baca perpustakaan disimulasikan sesuai dengan kondisi eksisting bangunan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan iluminansi rata-rata pada area ruang
keluarga dari kondisi eksisting. Dengan adanya peningkatan intensitas cahaya (lux) dalam ruang diharapkan adanya suatu usaha perbaikan dalam memperoleh pencahayaan alami yang efektif.
Kata kunci: ruang baca perpustakaan, pencahayaan alami, sidelighting, optimalisasi
1 LATARBELAKANG Di area yang krisis global ini biaya kebutuhan hidup melambung tinggi, seperti biaya pendidikan. Karena dalam melakukan suatu kegiatan pendidikan semua orang membutuhkan berbagai sarana dan sumber informasi. Animo pelajar untuk mencari informasi dan membaca buku mulai meninggi. Dalam perkembangan dewasa saat ini baik di negara maju maupun Negara berkembang, minat membaca memang memegang peranan yang cukup penting.Buku yang menjadi jendela dunia bagi manusia banyak di cari masyarakat dan pelajar. Salah satu faktor terpenting yang harus di perhatikan dalam perancangan gedung dan ruang perpustakaan adalah pencahayaan. Orang tidak dapat bekerja dengan baik tanpa cahaya yang cukup tapi terkadang dengan adanya cahaya yang berlebihan tidak akan lebih baik karena akan mengganggu pengelihatan dan mengganggu kesehatan mata. Isu yang berkembang tentang pembahasan Pencahayaan Alami menyatakan bahwa Kualitas Pencahayaan Alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya yang masuk melalui jendela (bukaan) dan orientasi arah bukaan. Semakin luas bukaan maka akan semakin banyak cahaya yang masuk kedalam ruang. Untuk itu diperlukan kontrol terhadap jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan.Kualitas Pencahayaan Alami yang baik juga dipengaruhi oleh letak bukaan terhadap arah datangnya sinar matahari. Ruang perpustakaan memiliki arti penting bagi pelajar dalam membantu kegiatan membaca, menulis sehingga mampu meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah tingkat kecerdasan dalam berpikir dan merespon perkembangan jaman. Kebutuhan system pencahayaan alami (matahari) dan buatan pada suatu ruangan harus di pertimbangkan karena berkaitan erat dengan kegiatan yang di lakukan oleh pengguna.Kegiatan di perpustakaan tidak dapat lepas dari pencahayaan.Hal itu di karenakan kegiatan di perpustakaan sebagian besar kegiatan membaca dan menulis.Maka system pencahayaan di perpustakaan harus cukup.Sebab pencahayaan yang cukup syarat mutlak untuk melakukan kegiatan di dalam ruangna (Lasa, 2005:172).
2 METODE
2.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini mengadaptasi apa yang telah dibuat oleh Rizki Dermawan (2010) dengan menggunakan simulasi Ecotect 5.60, ruangan yang disimulasikan adalah ruangan keluarga. peneliti melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengukur penerangan di dalam ruang dengan menggunakan alat ukur yang bernama Luxmeter Lx-103. Yang membedakan dengan penelitian ini adalah jika pada peneliti sebelumnya fokus pada pengaruh yang ditimbulkan dari pencahayaan atas terhadap efektifitas penghuni, sedangkan saya sedangkan pad penelitian ini fokus pada kenyamanan pengguna pencahayaan samping terhadap intensitas pencahayaan alami. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif.Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah deskriptif eksperimental.Deskriptif yaitu berupa uraian yang didapat dari data primer yang ada di lapangan dan teori-teori dasar terkait dari beberapa literatur.Sedangkan metode eksperimental dilakukan dengan menggunakan Ecotect Analysis 2011.
Adapun urutan metode yang digunakan secara umum antara lain : a. Metode Deskriptif dengan mencari data primer di lapangan. Obyek yang diteliti adalah ruang baca perpustakaan pada perustakaan Sekolah alam madinah school di jalan jelupang utama raya no.2 Serong utara-Tanggerang selatan. b. Pengambilan sampel dengan cara membuat daftar Perustakaan-perpustakaan yang ada, dari data perpustakaan-perustakaan yang ada dilakukan pemilihan perustakaan yang memiliki bukaan sedikit. Setelah melakukan pemilihan perpustakaan, langkah selanjutnya adalah survei lokasi tahap kedua untuk mendapatkan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan misalnya, data luasan bangunan, luas atap bangunan, posisi bukaan, bahan bangunan yang digunakan, pengkonsumsian energi listrik tiap bulannya dan biaya yang dikeluarkan, aktifitas pengguna serta budaya/kebiasaan siswa/siswi dan lain-lain. Pengukuran pencahayaan siang hari dan pengudaraan alami di dalam ruangan dilakukan pada pukul 08.00 wib, 12.00 wib, dan pukul 16.00 wib, karena dari pukaul 08.00 WIB sampai pukul 16 WIB cahaya matahari sangat baik. c. Metode eksperimental yaitu simulasi komputer dengan menggunakan software Ecotect Analysis 2011 untuk pembuatan gambar-gambar yang diperlukan seperti gambar denah, tampak dan potongan bangunan serta untuk menguji bukaan dalam usaha menoptimalkan pencahayaan alami pada ruang baca perpustakaan. Dari pengujian tersebut akan diketahui seberapa efektifkah penggunaan desain bukaan pada ruang baca perpustakaan.
2.2 Studi pustaka 2.2.1 Definisi perpustakaan Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka.Dalam kamus Besar Bahas Indonesia, pustaka adalah buku.Kitab.Dalam bahasa Inggris adalah library. Istilah library berasal dari kata latin liber atau libri yang artinya buku. Menurut uu No. 43 Tahun 2007, perpustakaan merupakan institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara professional dengan sistam yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Secara umum, perpustakaan bisa diartikan sebagai pusat terkumpulnya berbagai informasi dan ilmu pengetahuan baik yang berupa buku maupun bahan rekaman lainya yang diorganisasikan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pemakai perpustakaan.
2.2.2 Jenis-jenis perpustakaan Dilihat dari penggunanya, perpustakaan dibedakan menjadi dua yaitu: a. Perpustakaan umum Perpustakaan umum adalah lembaga layanan informasi dan bahan bacaan kepada masyarakat dan tidak dibedakan lapisan, golongan yang akan menggunakan layanan perpustakaan. b. Perpustakaan khusus Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang disediakan oleh instansi atau lembaga, baik pemerintah maupun swasta yang berfungsi sebagai pusat penelitian dan referensi serta sarana untuk memperlancar pelaksanaan tugas instansi atau lembaga yang bersangkutan. (Neufert, Ernst. (1993). Architects’Data : Third Edition. New York : Granada. Hal 45)
2.2.3 Pencahayaan Alami Cahaya alami adalah cahaya yang bersumber dari cahaya matahari.Intensitas cahaya yang di hasilkan bervariasi tergantung pada jam, musim dan tempat.Pencahayaan alami menjadi pilihan utama untuk di pertimbangkan ketika mendesain sebuah bangunan.Keuntungan yang di pakai adalah pengurangan terhadap energy listrik.Oleh
karena itu sangat disarankan agar menggunakan cahaya alami semaksimal mungkin di dalam banguanan untuk memenuhikebutuhan pencahayaan manusia dalam berkegiatan. Langkan yang paling sering digunakan untuk pencahayaan alami adalah membuat bukaan di atas dan di samping ruang. a. Toplighting (bukaan atas) Bukaan atas merupakan langkah yang paling efesien untuk memasukan cahaya ke dalam ruangan, karena pendestribusian cahaya dapat lebih merata ke seluruh ruangan dan penggunaan kaca dapat diminmalisir. Di Indonesia, toplighting jarang digunakan karena beriklim tropis. Biaya akan lebih mahal karena toplighting perlu penyelesaian khusus di daerah beriklim tropis. b. Sidelighting (bukaan samping) Cahaya yang masuk bangunan melalui bukaan smping di pagi hari yang cerah dapat di gunakan sebagai cahaya langit yang efektif dalam menghemat energy sepanjang hari.Bukaan samping biasanya berupa jendela.Jendela berperan sebagai pemenuh kebutuhan dasar bagi suatu bangunan, yaitu estetika bangunan, pandangan sekeliling, jalan masuk cahaya, ventilasi alam peredam suara dan juga sebagai pintu darurat. Sidelighting dapat di hasilkan dengan bukaan pada dinding yaitu. 1. Clerestories window Clerestories adalah jendela yang terletak diantara atap miring yang bertingkat atau bertumpuk.Jendela tipe ini sangat berguna untuk memasukan cahaya alami kedalam ruangan yang memiliki flafon tinggi. Karena posisinya yang susah dijangkau, clerestories biasanya disebut sebagai jendela mati. 2. Ribbon window Ribbon window merupakan jendela yang susunannya memanjang seperti pita. Jendela ini biasa di buat bersegmen atau menerus tanpa segmen. Keberadaan ribbon window merupakan salah satu cirri banguana bergaya modern.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Lokasi Studi Lokasi : Jl. Jelupang Utama Raya No.2 Serpong Utara-Tangerang selatan. Jenis : Perpustakaan khusus Berdasarkan studi kasus yang dipilih maka lokasi penelitian berada di kawasan Tangerang yang terletak di provinsi Banten dengan koordinat 6º20’39’’ Lintang Selatan dan 106º43’57’’ Bujur Timur. Perpustakaan sekolah tingkat pertama (SMP) yang menjadi lantai 2. Perpustakaan sekolah alam madinah school di desain menujang misi dan visi dalam menjadikan lembaga pendidikan dalam proses menghasilkan lulusan yang mampu menguasai mampu berbahasa inggris.
objek penelitian berada di dan di kembangkan untuk yang unggul dan bermutu teknologi, informasi, serta
3.2 Objek Peneitian Pengukuran kondisi eksisting yang dilakukan pada perpustakaan yang difokuskan pada ruang baca yang menjadi objek penelitian dengan menggunakan digital luxmeter model LX1010Buntuk mengukur Intensitas Cahaya. Pada tahap awal, penelitian dilakukan dengan hanya memasukan cahaya matahari melalui bukaan/jendela dengan kata lain ketika pengukuran dilakukan kondisi pintu dalam keadaan tertutup. Pengukuran dilakukan dengan cara bertahap yaitu mulai dari pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB, 16.00 WIB. agar mendapatkan hasil yang lebik detail, karena menurut SNI, pencahayaan alami pada siang hari dapat dikatakan baik apabila pada pukul 08.00-16.00 waktu setempat dan terdapat cukup banyak sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan
0
0
Gambar 1 Objek Penelitian
TUU
TUS1
TUS2
Bidang A
Bidang B
3.3 Instrumen Data Penelitian a) Alat penelitian Komputer personal (PC) dan Mobile (Laptop) yang dilengkapi oleh program : a. Ecotect Analysis 2011, untuk simulasi data. b. AutoCAD 2014, digunakan untuk membuat gambar 2 dimensi c. Microsoft Word 2010, digunakan untuk menulis hasil laporan. d. Microsoft Excel 2010, digunakan untuk menyusun data hasil penelitian dalam bentuk tabel. Kamera Digital, digunakan untuk mengambil visualisasi (pemotretan) selama proses survei lapangan. Luxmeter LX-1010B digunakan untuk mengukur intensitas cahaya pada saat survei, dimana hasilnya akan digunakan sebagai pembanding hasil simulasi komputer . b). Standar Pengukuran Intensitas Cahaya Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.
Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter.
Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan lebarruangan adalah pada jarak 6 meter.
Gambar 2 Standar Pengukuran Intensitas Chaya
3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Pengukuran Pada Kondisi Eksisting Pengukuran kondisi eksisting yang dilakukan pada perpustakaan yang difokuskan pada ruang baca yang menjadi objek penelitian dengan menggunakan digital luxmeter model LX1010Buntuk mengukur Intensitas Cahaya. Pada tahap awal, penelitian dilakukan dengan hanya memasukan cahaya matahari melalui bukaan/jendela dengan kata lain ketika pengukuran dilakukan kondisi pintu dalam keadaan tertutup.hasil pengukurannya dihitung dalah jumlah rata-rata selama 7 tahap pengukuran, hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 1 Pengukuran Kondisi Eksisiting
Bidang Penelitian A
B
JAM (WIB) 08,00 12,00 16,00 08,00 12,00 16,00
Tingkat Iluminasi (LUX) TUU TUS 1 TUS 2 54 44 56 41 26 31 31 20 24 174 181 172 72 62 66 48 49 37
60
Ket kurang kurang kurang kurang kurang kurang
200
40
TUU TUS1
20
TUS2 0 08,00 12,00 16,00 Gambar 3 grafik Pengukuran kondisi eksisting bidang A
150
TUU
100
TUS1
50
TUS2
0 08,00 12,00 16,00 Gambar 3 grafik Pengukuran kondisi eksisting bidang B
Dapat diliahat berdasarkan hasil pengukuran di lapangan bahwa Intensitas cahaya pada ruang baca perpustakaan sekolah alam madinah school dengan adanya bukaan samping sangat tidak memenuhi standar pencahayaan alami, hal ini dikarenakan sangat minimnya bukaan yang ada untuk memasukan cahaya matahari, untuk menunjang kegiatan yang ada di dalam perustakaan memerlukan pencahayaan buatan. Dan pada ruang baca perustakaan ini kurang mengoptimalkan cahaya alami.Selain bukaan untuk memasukan cahaya matahari, arah orientasi bangunan juga sangat berpengaruh terhadap masuknya cahaya matahari kedalam ruang.
3.5 Pengolahan Data 3.5.1 Simulasi Pencahayaan Alami Dengan ECOTECT Analysis 2011 Simulasi dengan menggunakan program komputer Ecotect Analysis 2011 di lakukan untuk membandingkan anatara hasil pengukuran dengan Digital Lux Meter pada kondisi eksisting dengan menggunakan bukaan samping (Sidelighting). Simulasi dulakukan dengan kondisi pengukuran sebelumnya, yaitu pada pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB, dan 16.00 WIB. Dimana pada jam tersebut pencahayaan alami dapat dikatakan cukup baik, Simulasi juga dibuat 3(tiga) kali sesuai dengan garis edar matahari mengelilingi bumi yaitu pada bulandesember.
Hasil simulasi pada ruang baca perpustakaan skolah alam madinah school yang telah diberi bukaan samping(sidelighting) ini ditampilkan pada simulasi tahap 1,2, dan 3 di samping yaitu berupa gambaran visual kondisi ruangan pada saat eksperimen, dan tabel hasil pengukuran dengan luxmeter di setiap titik ukur pada bidang kerja dapat dilihat pada tabelpengukuran kondisi eksisting diatas. Gambaran visual berupa spektrum kontur iluminansi pada bagian ruangan serta nilai iluminansi tertinggi dan terendahnya.
Gambar 4 Simulasi ruang baca perpustakaan
Berdasarkan hasil simulasi diatas bidan yang memiliki garis grid menunjukan letak bidang kerja.Bidang kerja diletakan setinggi 80 cm dari lantai ada penelitian ini.karena standar SNI untuk hasil tingkat iluminasi cahaya alami adalah 80 cm dari bidang lantai. Warna yang ada pada bidang kerja menujukan tingkat iluminasi yang terjadi pada ruang baca perpustakaan sekolah alam madinah school yang memiliki bukaan samping (sidelighting). Tabel 2Tingkat iluminasi Rata-rata
Bidang Penelitian A
B
Jam (WIB) 08,00 12,00 16,00 08,00 12,00 16,00
Tingkat Iluminasi TUS TUS TUU 1 2 198 91 91 202 94 94 198 77 77 99 44 44 101 43 43 101 42 42
Ket √ √ √ √ √ √
Nilai iluminasi pada tabel 2 disamping diambil secara keseluruhan dari ke tiga tahap simulasi yang telah dilakukan, sehingga keluar nilai rata-rata seperti yang tercantum pada tabel tersebut. Setelah melihat perbandingan antara pengukuran langsung pada objek penelitian dengan dengan hasil simulasi , tingkat iluminasi pada ruangan tersebut meningkat dimana hasil sebelumnya tingkat imuniasi pada ruangan tersebut sangat rendah.
250
150
200 150
TUU
100
TUS1
50
TUS2
100
TUU TUS1
50
TUS2 0
0
08,00 12,00 14,00
08,00 12,00 14,00
Gambar 6 grafikIluminasi Ratarata bidang B
Gambar 5 grafik Iluminasi Ratarata bidang A
3.6 Hasil Analisa 3.6.1 Analisa Pencahayaan Alami Setelah dilakukan pengukuran dan simulasi pada kondisi eksisting.didapatkan nilai tingkat iluminasi dari masing –masing titik pengukuran dan tahap simulasi yang menggunakan bukaan samping (sedelighting). hasil dari pengukuran yang diambil secara keseluruhan pada objek penelitian dapat dilihat pada table: Tabel 3 Pengukuran Kondisi Eksisiting Bidang Penelitian A
B
JAM (WIB) 08,00 12,00 14,00 08,00 12,00 16,00
Tingkat Iluminasi (LUX) <100
√ √ √ √ √ √
100-300
─ ─ ─ ─ ─ ─
>300
─ ─ ─ ─ ─ ─
Memenuhi Syarat ─ ─ ─ ─ ─ ─
Tidak memenuhi Syarat √ √ √ √ √ √
Dari kedua hasi dapat dikatakan ruang baca perpustakaan yang digunakan sebagai objek penelitian tidak memenuhi syarat pencahayaan untuk penglihatan biasa yaitu 100-300 lux, dan secara visual distribusi cahaya merata dan terjadi penyilauan dalam ruang (glare) yaitu tingkat iluminasi melebihi 500lux terutama pada titik pengukuran bidang kerja di titik ukur utama. Dengan demikian iluminansi pada simulasi ini tidak memenuhi syarat untuk pencahayaan di dalam ruangan pada pagi hari hingga sore hari.
3.7 Simulasi usulan Simulasi usulan pada penelitian ini penulis mengajukan beberapa alternatif / usulan simulasi untuk medapatkan hasil yang dapat digunakan untuk perbaikan ruang baca perpustakaan agar pencahyaan alami dapat dioptimalkan.
Simulasi dulakukan dengan kondisi yang berbeda.Yaitu dengan menambahkan bukaan samping dan memperbesar bukaan samping.Berikut alternatif atau usulan simulasi yang dilakukan.
Gambar 5 Simulasi usulan alternatif 1
Gambar 6 Simulasi usulan alternatif 2
Dalam tahap pertama simulasi dilakukan dengan menambahkan bukaan samping di satu sisi saja, yaitu bukaan diletakan pada dinding samping bidang B, Dalam tahap kedua simulasi dilakukan dengan menambahkan bukaan samping di satu sisi, yaitu bukaan diletakan pada dinding samping bidang b. dan memperbesar bukaan samping di bidang a yang sebelumnya ukuran jendelanya 50cmx120cm menjadi 80cmx130cm. Bedasarkan hasil dari kedua simulasi di atas alternatif / usulan simulasi kedua lebih baik di gunakan untuk perbaikan optimalisasi pada ruang baca perpustakaan sekolah alam madinah school.
4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisa pembahasan seperti yang dai lakukan pada bab V, hasil analisis dan simulasi pencahayaan alami pada area ruang baca perpustakaan sekolah alam madinah school dengan menggunakan bukaan samping (sidelighting), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. 2.
Penambahan bukaan samping (sidelighting) mampu mengoptimalkancahaya alamikedalam ruangan. Penggunaan pencahayaan samping (sidelighting) sangat efektif untuk meningkatkan intensitas cahaya dan dimensi bukaan sangat berpengaruh tehadap kualitas cahaya yang masuk kedalam ruangan.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penambahan dan penggunaan pencahayaan samping (sidelighting), dan dimensi bukaan yang cukup mampu memasukkan cahaya ke dalam ruang sehingga sangat efektif meningkatkan intensitas cahaya (lux) pada area ruang baca perustakaan yang sedikit memiliki bukaan samping 4.2. Saran/Rekomendasi Pada penelitian ini hanya meneliti tingkat iluminansi, dalam proses pengumpulan data menggunakan alat Lux-meter dan simulasi komputer yang memiliki keterbatasan. faktor lain yang belum diletiliti adalah distribusi cahaya yang masuk ke dalam ruang yang dapat meningkatkan temperatur ruang dan bepengaruh pada tingkat kenyamanan termal.
Saran untuk peneliti selanjutnya: 1. Penelitian dikembangkan dengan pendekatan variable penelitian yang lebih detail, 2. Penelitian selanjutnya bisa meneliti kinerja pencahayaan alami pada ruang lainya yang ada di sekolah alam madinah school dengan membandingkan jenis ruang dan perbedaan posisi perletakan bukaan pada suatu ruang. Saran untuk ilmu perancangan : 1. Arsitek yang merancang bangunan hendaknya mempertimbangkan orientasi bangunan ke arah Selatan-Utara. 2. Mempertimbangkan bukaan ruang agar cahaya alami yang masuk kedalam ruangan dapat dioptimalkan dengan baik. Saran untuk pemilik sekolah : Saran yang dapat diberikan adalah melakukan penambahan bukaan samping (sidelighting) dan mempertimbangkan dimensi bukaan agar pencahayaan alaim dapat dioptimalkan dengan baik. .
5 REFERENSI Bloggs, C., (1994), The male elephant as a domestic pet. In Macroveterinology, Vol.1, 2nd ed., edited by Bloggs, C. (London: University of Dagenham Press), 1271–1290. Bloggs, C. and Triffid, D. (1988), The Economics of Feeding Large Pachyderms, (Paris: Treetop & Sons). Bloggs, C., Triffid, D. and Carpel, B.G., (1979), Keeping your elephant fully nourished. In Proceedings of the 9th Annual Conference on Animal Welfare, London, edited by Morris, J., (London: Parrot Press), 1–13. Bloggs, C., Triffid, D. and Carpel, B.G., (1982), A review of today’s captive breeding techniques. Journal of Animal Husbandry, 15, 237–245. Birren, F. (1982). Light, color, and environment :a discussion of the biological and psychological offects of color. New York Diktat Presentasi Kuliah Pencahayaan Departemen Arsitektur UI Egan, M.David. (2002). Architectural Lighting. New York : McGraw-Hill, G. Poole, Frazer. (1981). Dasar Perancangan Gedung Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia.Bandung : Penerbit ITB Good Lighting for School and Educational Establishments (http://www.dl4all.com/e_books/5236-good-lighting-for-schools.pdf) Hopkinson, R. G, Kay, J.D. (1969). The Lighting of Buildings. London: Faber and Faber Lechner, Norbert. (1968). Heating Cooling Lighting : Design Method for Architects. Canada : Jonh Wiley & Sons, Inc Lighting the Office and Education Environment. (http://www.rsltg.com/images/SVA_Concepts_Office_and_Education.pdf) Majalah Rumah Ide “Jendela cantik” Malman, David (2001) Lighting for Libraries. Libris Design Project. (www.librisdesign.org/docs/lightingforlibrary.pdf)