DESAIN TATA RUANG PERPUSTAKAAN GUNA MENARIK MINAT BACA SUNDARI JUNI ASTUTIK 1 ABSTRAK Ruang di perpustakaan merupakan hal utama, di sinilah pemustaka beraktivitas, berlama-lama membaca atau mencari informasi yang mereka butuhkan. Ruangan yang nyaman akan menarik mahasiswa untuk datang ke perpustakaan. Tata ruang baca Perpustakaan dapat memmpengaruhi atau meningkatkan minat baca Perpustakaan Untuk itu diperlukan penataan atau desain tata ruang yakni tata ruang yang reprresentatif, lay out, perabot, pengkondisian ruang, penghawaan, pencahayaan serta penggunaan warna cat dinding yang mempunyai karakter. Desain tata ruang baca demikian, diharapan dapat meningkatkan baca dalam budaya digital di perpustakaan.Yang selanjutnya dapat menarik minat baca upaya terseut menupakan hal yang Urgen untuk dilakukan. Karena kini tawaran kemudahan akses informasi sudah semakin nyata teleih dengan hadirna budaya digital yang memungkinkan orang membaca di \sebarang tempat. Maka menjadikan Perpustakaan sebagai tempat yang nyaman untuk membaca memiliki tantangan yang menarik untuk dilakukan.
PENDAHULUAN Memiliki perpustakaan merupakan kebutuhan dalam suatu organisasi pendidikan untuk mendukung lembaga induknya mencapai tujuannya, baik itu lembaga swasta atau lembaga pemerintahan.Bahkan tidak hanya di lembaga pendidikan, saat ini seperti di masjid, gereja, lembaga-lembaga pemerintahan dan lembaga non pemerintahan pun terdapat perpustakaannya.Tak dapat dipungkiri fasilitas perpustakaan sudah seharusnya dimiliki lembaga pendidikan mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi juga lembaga-lembaga lainnya. Kehadiran perpustakaan tidak hanya sebagai penghias kampus, masjid atau lembaga pemerintah apapun yang memiliki perpustakaan, tetapi adalah faktor penentu yang memberi arah kemajuan kegiatan civitas akademika atau sumber daya manusia di dalamnya. Tidak ada lembaga pendidikan yang berhasil melahirkan lulusan yang hebat tanpa membaca informasi yang biasa ada di perpustakaan baik dari bahan pustaka tercetak, bahan pustaka elektronik maupun yang dapat ditelusuri melalui 1
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Terbuka (UPBJJ Surakarta) e-mail:
[email protected]
1
internet. Demikian juga perpustakaan perguruan tinggi hadir untuk melayani kebutuhan informasi dan ilmu bagi segenap sivitas akademika Dalam melayangkan informasi kepada sivitas akademika perguruan tinggi membutuhkan suatu tempat atau ruang, baik ruang untuk menempatkan fasilitas seperti komputer, lemari, rak beserta bahan pustakanya maupun ruang sebagai tempat aktifitas pustakawan dan tempat aktifitas pemustaka. Kebutuhan luas ruang dapat diperkirakan dari analisis orang yang dilayani, perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan, sifat aktifitas yang akan berlangsung dimasing-masing ruang. Gedung atau ruang perpustakaan adalah bangunan sepenuhnya diperuntukkan bagi seluruh pemustaka sebuah perpustakaan.Disebut gedung apabila merupakan bangunan besar dan permanen, terpisah pergerakan manusia sebagai pengguna perpustakaan, daerah konsentrasi manusia, daerah konsentrasi buku/barang dan titiktitik layanan yang diberikan oleh perpustakaan. 2 Ruang, dalam Bahasa Inggris adalah space dari istilah klasik spatium.Ruang bagi manusia merupakan kebutuhan dasar, maka desain interior bertujuan membentuk suasana ruang agar menjadi lebih baik, lebih indah dan lebih anggun sehingga memuaskan dan menyenangi para pemakai ruang. 3 Tata letak perabot merupakan aspek penting dalam merencanakan sebuah ruangan.Dalam mengolah tata letak sebuah ruangan harus memenuhi kriteria-kriteria fungsi dan estetiknya.Ruang yang bersih, teratur, nyaman, menyenangkan dan menarik merupakan salah satu faktor yang dapat mengundang masyarakat khususnya sivitas akademika untuk berkunjung ke perpustakaan. Penataan ruangan perpustakaan sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan semua kegiatan di perpustakaan baik aspek layanan maupun untuk kegiatan penyiapan semua sarana dan prasarana pendukung layanan perpustakaan. Ruangan yang ada di perpustakaan antara lain adalah ruang baca yang merupakan tempat segala bentuk aktifitas pemustaka dalam rangka mencari informasi yang dibutuhkan pemustaka.
2
Soejono Trimo. Pengetahuan Dasar Dalam Perencanaan Gedung Perpustakaan. (Bandung: Angkasa, 1986) 3 Pamudji Subtandar. Desain Interior. (Jakarta: Djambatan, 1999) Hal. 63
2
Desain merupakan rancangan, dalam penelitian ini yang dirancang adalah sebuah ruang baca perpustakaan yang baik. Perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang dirasa lengkap, fasilitas perpustakaan yang memadai tanpa penyediaan tata ruang baca yang baik akan membuat mahasiswa kurang tertarik untuk berkunjung ke perpustakaan. Hal ini dapat dianalisa melalui data pengunjung dan lamanya kunjungan ke perpustakaan. Kenyataan yang ada bahwa tata ruang perpustakaan yang sering kali dijumpai belum menunjukkan tata ruang yang baik. Atas dasar permasalahan tersebut kiranya tata ruang baca perpustakaan harus dirancang sedemikian rupa seperti pada lay out, perabot, ruang baca serta sirkulasi ruangnya. Selain itu juga perlu dirancang masalah kondisioning dalam ruang maupun lingkungan ruang perpustakaan. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana tata ruang baca perpustakaan dapat mempengaruhi minat baca dalam budaya digital. Manfaat dari penelitian ini adalah memaparkan salah satu desain tata ruang baca perpustakaan yang diharapkan menjadi alternatif untukmenghidupkan perpustakaan, sehingga dapat meningkatkan minat baca dalam budaya digital di Perpustakaan FSRD Institut Seni Indonesia Surakarta.
KERANGKA TEORI Manusia pada umumnya di manapun berada selalu ingin menempati ruang yang baik atau suasana ramah, sehat, mendambakan kenyamanan, bebas dari bahaya atau terpenuhi rasa aman. Kata kenyamanan berasal dari kata nyaman, artinya segar; sehat. Kenyamanan merupakan keadaan yang nyaman, kesegaran; kesejukan.4 Penempatan ruang yang sesuai fungsinya akan memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Pemustaka adalah pengguna perpustakaan baik perorangan, sekelompok orang,
masyarakat
atau
lembaga
yang
memanfaatkan
fasilitas
layanan
perpustakaan.Pemustaka dapat juga dikatakan sebagai pengunjung perpustakaan. 5
4
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional . Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001) hal. 789 5 Benny Setiawan. “Pentingnya pelayanan Prima Terhadap kepuasan pelanggan’’, akses dari http://www.pakbendot.com/2012/05/ pentingnya-pelayanan-prima-terhadap-kepuasanpelanggan.html
3
Perpustakaan memiliki ruang baca yang merupakan tempat segala bentuk aktivitas pemustaka dalam rangka mencari informasi yang dibutuhkan. Ruangan ini seharusnya representatif yakni ruang baca yang membuat betah pemustaka berlamalama di perpustakaan, memuaskan, memenuhi rasa nyaman sehingga dapat meningkatkan minat baca dalan budaya digital di Perpustakaan FSRD Institut Seni Indonesia Surakarta.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode kualitatif.Metode Penelitian Kualitatif dalam Moleong (2012) disampaikan bahwa penelitian kualiatif merupakan penelitian yang menggunakan latar belakang alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Menggunakan latar belakang yang alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena.Metode penelitian yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan dan penelitian dokumen. 6 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari gambaran perpustakaan di atas itulah yang menjadi pendorong peneliti untuk memberikan jawaban bagaimana sebaiknya desain tata ruang baca perpustakaan dibuat agar dapat meningkatkan pengunjung di Perpustakaan FSRD Institut Seni Indonesia Surakarta. Ruang lingkup Perpustakaan FSRD Institut Seni Indonesia Surakarta saat ini yakni berada di ruangan kurang lebih seluas 110 M², memiliki ruang baca sepertiga dari luas ruang perpustakaan.Ruang berkarpet dengan meja lesehan dan meja baca dengan kursi yang terdapat sandarannya. Kondisioning perpustakaan belum maksimal, yakni pencahayaan yang masih langsung mengenai ruang baca, masih sering terdengar kebisingan dan dinding-dinding ruang perpustakaan yang berwarna putih yang terkesan monoton.
6
Lexy.J Moleong.Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012)
4
Perpustakaan memiliki bahan pustaka tercetak dan elektronis, pada Bulan Desember 2013 tercatat sejumlah 4.585 eksemplar dan sejumlah 319 bahan pustaka elektronis. Pengunjung perpustakaan sendiri berdasarkan data pada akhir Tahun 2013 adalah sebagai berikut Bulan Juli: 153 orang, Bulan Agustus: 50 orang, Bulan September: 518 orang, Bulan Oktober: 705 orang, Bulan Nopember: 611 orang dan Bulan Desember: 646 orang.
TATA RUANG PERPUSTAKAAN 1. Tata Ruang Baca Perpustakaan menyediakan ruang khusus, ruang-ruang tersebut biasanya memberikan beberapa indikasi seperti bagaimana ruang tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya.Jalan masuk ke suatu ruang dapat membentuk pola sirkulasi yang membagi ruang menjadi zona-zona tertentu. a. Lay Out Perabot Tata
letak
perabot
merupakan
aspek
penting
dalam
merencanakan
interior.Pertimbangan hubungan antar ruang dan pengelompokan ruang berdasarkan jenis atau sifat ruang agar terjadi sirkulasi yang efisien dan hasil maksimal dari setiap kegiatan karena tidak saling mengganggu.Perencanaan furniture sebuah ruang perlu memperhatikan jumlah dan pengaturan perabot atas pertimbangan; aktivitas dan fungsi, kenyamanan serta bentuk dan warna.Perabot yang harus diatur yakni rak bahan pustaka yang berdekatan dengan ruang lainnya seperti ruang baca lesehan dan ruang baca berkursi. b. Ruang Baca Lesehan Ruang baca lesehan berlantai karpet biasanya menjadi tempat favorit pemustaka, karena aktivitas dapat dilakukan dengan santai, belajar sambil lesehan atau sambil istirahat. Menggunakan perabot berupa meja lesehan empat persegi panjang berukuran 150 x 200 dengan tinggi meja 35 cm. c. Ruang Baca Dengan Kursi Ruang baca dengan tempat duduk dengan kursi harus ada, karena biasa digunakan pemustaka yang membutuhkan posisi duduk bersandar.Ruang ini menggunakan meja baca berbentuk trapezium berdimensi 120 x 75 x 75, kursi baca berukuran 45 x 45 x 45 (100).
5
2. Sirkulasi Ruang Sirkulasi ruang mengarah dan membimbingperjalanan atau tapak yang terjadi dalam ruang.Sirkulasi memberi kesinambungan pada pengunjung (pergerakan pemustaka) terhadap fungsi ruang. Suatu sirkulasi yang terorganisir secara baik antara satu dengan yang lain dihubungkan dengan sistem lalu lintas yang berkesinambungan, semua ruang dianalisa, disesuaikan dengan perkembangan atau perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan, kegemaran penghuni dan masyarakat yaitu jalan pintas kebiasaan dalam sistem sirkulasi. 7 3. Unsur Pembentuk Ruang Ruang-ruang interior dalam bangunan dibentuk oleh elemen-elemen yang bersifat arsitektur dari struktur dan pembentuk ruangnya, kolom-kolom lantai, dinding dan atap.Elemen-elemen tersebut memberi bentuk pada bangunan, memisahkannya dari luar dan membentuk pola tatanan ruang-ruang interior, dalam hal ini adalah ruang baca di perpustakaan.Sebagai tempat aktivitas, elemen-elemen ini dapat dikembangkan, dimodifikasi dan memperindah ruang-ruang interior sehingga cocok dari segi fungsi, menyenangkan dari segi estetika dan memuaskan dari segi psikologis-untuk aktivitas kita. 8 Berikut ini denah ruang baca, serta bahan yang melapisi elemen ruang baca perpustakaan, warna, karakteristik dan efek psikologis tertentu, antara lain: a. Denah Perencanaan Ruang Baca Perpustakaan FSRD ISI Surakarta
7
Pamudji Subtandar. Desain Interior (Jakarta: Djambatan, 1999) hal. 144 Francis D.K Ching. Ilustrasi Desain Interior (Jakarta: Erlangga,1996) hal. 160
8
6
b. Lantai Lantai adalah bidang ruang interior yang datar dan mempunyai dasar yang rata.Sebagai dasar yang menyangga aktivitas interior dan perabot kita, harus terstruktur sehingga mampu memikul beban tersebut dengan aman dan permukaannya harus kuat karena penggunaan yang menyebabkan aus terus menerus.Bahan lantai dapat berupa marmer, kayu/parket, keramik dan vynil serta karpet. 9 Lantai karpet sangat cocok pada ruang baca bertempat duduk lesehan, akustiknya bagus, kontur lembut dan pemeliharaannya mudah yakni dengan vacum cleaner. c. Dinding. Dinding berfungsi sebagai pembatas ruang, baik visual maupun artistik.Ditinjau dari fungsinya, dinding merupakan bagian yang paling berperan dalam menghadirkan kesan ruang.Pada beberapa sisi dinding menggunakan jendela, sisi lainnya untuk penempatan rak-rak maupun hiasan agar fungsi ruang dapat digunakan secara maksimal. Dinding ini dapat bersifat permanen atau semi permanen (dapat berubah-ubah), dapat membentuk karakter ruang yaitu dengan pemilihan bahan, pola maupun warna yang tepat sesuai dengan suasana ruang yang akan dicapai. d. Warna Warna dapat digunakan untuk melapisi permukaan elemen ruang baca perpustakaan,
seperti
dinding,
lantai
dan
perabot
yang
ada
di
perpustakaan.Warna dinding ruang baca perpustakaan sebaiknya warna hijau.Hijau memiliki sifat damai dan asri dan sering diidentikan dengan warna alam.Orang yang suka dengan warna hijau berarti adalah orang yang suka dengan keseimbangan dan keteraturan dalam hidup.Warna yang spesifik juga dapat membentuk bermacam-macam ekspresi dan karakter, misalnya seperti lunak, keras, kesan berat atau ringan. 10
9
Francis D.K Ching. Ilustrasi Desain Interior (Jakarta: Erlangga,1996) ha.l 163 Pamudji Subtandar. Desain Interior (Jakarta: Djambatan, 1999) hal. 145
10
7
PENGKONDISIAN RUANG BACA 1. Penghawaan Ruang baca perpustakaan kelembaban yang ideal adalah 45-60% dengan suhu 20-24² C. Untuk mengurangi kelembaban udara dapat menggunakan alat dehumifidier, alat ini dapat menyerap uap air dari udara.Dalam menggunakan alat ini ruangan harus selalu dalam keadaan tertutup dan dehumifidier diletakkan di luar ruangan karena dapat mengeluarkan panas yang berbahaya bagi kertas. 11 Macam penghawaan dalam sebuah ruangan, yaitu: a. Penghawaan Alami Penghawaan ini merupakan sistem penghawaan yang menggunakan udara alam sebagai sumber penghawaan.Sifat dari penghawaan adalah permanen karena udara yang dihasilkan oleh alam tidak habis. Biasanya melalui penghawaan alam dengan cara buka-bukaan, seperti jendela, pintu atau ventilasi udara yang lainnya. Untuk merancang sistem penghawaan alami diperlukan syarat awal: 1) tersedianya udara luar yang bebas dari bau, debu dan polusi yang mengganggu; 2) suhu udara luar tidak terlalu tinggi; 3) tidak banyak bangunan yang akan menghalangi aliran udara horizontal sehingga angin menembus lancar. b.
Penghawaan Buatan Penghawaan ini dengan sistem penghawaan yang menggunakan udara buatan. Sifat penghawaan buatan ini hanya sementara, tidak dapat digunakan selamanya. Penghawaan yang dimaksud di atas adalah penggunaan air conditioning (AC), di ruang baca AC yang biasa digunakan jenis AC Cassette. Ukuran AC ini berkisar antara 100cm x 100cm atau 120cm x 120cm. Dapat digunakan untuk satu atau beberapa ruangan, posisinya terletak di ceiling.Penggunaan AC memungkinkan pengkondisian udara yang nyaman bagi pemustaka dan aman untuk pemeliharaan buku. 12
11
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993) hal.34 Pamudji Subtandar. Desain Interior (Jakarta: Djambatan, 1999) hal. 253
12
8
2. Pencahayaan Fungsi pencahayaan adalah memberi penerangan sesuai persyaratan dan jenis aktivitas, menciptakan suasana, memberi daya tarik serta memberi rasa aman (aktivitas lancar).Cahaya berdasarkan sumbernya, yang pertama berasal dari cahaya alami (matahari).Ke dua, berasal dari alat bantuan atau lampu. 13 Jika pencahayaan di ruang baca perpustakaan menggunakan cahaya alami, hendaknya sinar disembunyikan dari mata kita sehingga cahaya yang dirasakan adalah hasil pantulan saja, agar tidak melelahkan mata. Namun untuk mengatasi cahaya yang tidak dapat masuk maka digunakan cahaya buatan, yakni menggunakan pencahayaan lampu TL 40 didukung pencahyaan downlight. Tekniknya menggunakan cove,
type pencahayaan tidak langsung dimana
proyeksi pada dinding yang mengandung cahaya lampu dipantulkan ke arah plafound. 3. Akustik (pengendalian bunyi) Akustik adalah pengendalian bunyi secara arsitektural yang fungsinya untuk menciptakan kondisi mendengar yang ideal di ruang tertutup maupun terbuka. 14 Dalam perpustakaan diperlukan lingkungan yang tenang untuk belajar atau membaca, dikarenakan kemungkinan adanya suara bising yang menggangu seperti buku jatuh, menutup pintu, batuk atau berbicara yang berlebihan. a. Bising Dalam Bising dalam berasal dari manusia yang berada di ruangan atau gedung.Dinding pemisah, lantai, pintu dan jendela harus mengadakan perlindungan terhadap bising-bising dalam ruangan. Dalam mengatasi gejala akustik di ruang tertutup disederhanakan sama dengan memperlakukan cahaya, hal ini dikenal dengan akustik geometric. Berdasarkan teori akustik geometric ini, pemantulan bunyi, penyerapan bunyi, difusi bunyi, difraksi bunyi dan dengung dapat diatasi dengan memperhatikan lapisan permukaan dinding, lantai, atap, udara dalam ruangan.Perlu diperhatikan juga isi dalam ruangan seperti tirai, tempat duduk dan karpet. 15 b. Bising Luar 13
Francis D.K Ching. Ilustrasi Desain Interior (Jakarta: Erlangga,1996) hal. 294 Leslie L Doelle. Akustik Lingkungan (Jakarta: Erlangga,1986) ha.l 226 15 Pamudji Subtandar. Desain Interior (Jakarta: Djambatan, 1999) hal. 253 14
9
Bising luar berasal dari lalu lintas, transportasi dan berbagai kegiatan yang ada di luar ruangan yang dapat menimbulkan suara-suara bising.Untuk mengatasi bising tersebut diperlukan pengendalian dengan mengisolasi suara tersebut dari sumbernya, mengatur denah bangunan sedemikian rupa, menjauhkan suara dan yang terakhir dengan menghilangkan jalur rambatan suara melalui struktur bangunan yang bergerak dari sumbernya ke dalam ruang.
SIMPULAN Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. Dengan mendesain tata ruang baca perpustakaan seperti pada lay out, perabot dan tempat membaca dapat meningkatkan jumlah pengunjung di Perpustakaan FSRD Institut Seni Indonesia Surakarta 2. Dengan memperhatikan kondisioning ruang baik di dalam ruang maupun lingkungan ruang perpustakaan, meliputi penghawaan dan pencahayaan serta akustik ruang dapat meningkatkan jumlah pengunjung di Perpustakaan FSRD Institut Seni Indonesia Surakarta 3. Perlunya penggunaan warna-warna tertentu dalam elemen-elemen ruang untuk membentuk karakter sesuai ruangan yang dibutuhkan di perpustakaan. 4. Kendala dalam mewujudkan desain tata ruang baca perpustakaan, yang paling utama yakni masalah anggaran dana terkait kebijakan pimpinan, bahwa ruang perpustakaan dianggap bukan merupakan prioritas utama. Sehingga mengganggu upaya meningkatkan jumlah pengunjung di Perpustakaan FSRD Institut Seni Indonesia Surakarta.
SARAN Bagi pustakawan, pengambil kebijakan ataupun pemangku kepentingan bidang perpustakaan, hasil penelitian tentang desain tata ruang baca perpustakaan ini semoga dapat menjadi bahan acuan dalam membangun ruang baca perpustakaan dan menjadi
alternatif
untuk
semakin
menghidupkan
perpustakaan.Agar
dapat
meningkatkan jumlah pengunjung di perpustakaan, terutama di Perpustakaan FSRD Institut Seni Indonesia Surakarta.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis D.K. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga, 1996. Doelle, Leslie L. Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga, 1986. Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012 Pile, Jhon F. Interior Design. New York: Hary & Abraham inc., 1994. Poole, Frazer G. Dasar Perencanaan Gedung Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia. Bandung: Institut Teknologi Bandung, 1981. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional . Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001. Subtandar, Pamudji. Desain Interior. Jakarta: Djambatan, 1999. Sulistyo, Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993. Trimo, Soejono. Pengetahuan Dasar Dalam Perencanaan Gedung Perpustakaan. Bandung: Angkasa, 1986. Undang-undang Republik Indonesia No.43 Tahun 2007.
Setiawan, Benny. “Pentingnya pelayanan Prima Terhadap kepuasan pelanggan’’, akses dari http://www.pakbendot.com/2012/05/ pentingnya-pelayanan-primaterhadap-kepuasan-pelanggan.html. http://www.poperti.com/artikel/fengshui-2/7-warna-dinding-dan-artinya/10/4/2014
Adanya atau tersedianya Ruang Perpustakaanyang nyaman, aman dan bersahabat merupakan daya tarik untuk menumbuhkan minat baca. Ketertarikan orang dengan daya pikat ruang atau gedung Perpustakaanakan mengiring untuk sekedar singgah. Dari sini orang akan mencoba berinteraksi dengan koleksi bahan pustaka yang ada. Semakin larut diharapkan tumbuh minat untuk membacanya, membuka lembar demi lembar halaman.
11
Selain itu Ruang Perpustakaan yang baikyang baik dan menarik juga amat dibutuhkan atas kodrat manusia itu sendiri. Yaitu Makluk yang terikat oleh demensi ruang dan waktu. Fisik manusia membutuhkan Kursi atau tikar untuk duduk, memerlukan udara yang segar dan sejuk supaya nyaman, membutuhkan cahaya yang optimal untuk menjaga penglihatan menjaga stamina mata. Gegap gempitanya penemuan Tehnologi Internet dengan guyuran beragam Gadget yang semakin berkualitas dan semakin terjangkau tersedianya jaringan Internet, akses Internet membuat arena bagi budaya digital dengan mudah dimasuki oleh masyarakat. Semua hal tersebut tidaklah akan menyirnakan kebutuhan/penyedian ruang untuk tubuh manusia yang senantiasa memerlukan ruang untuk beraktivitas seperti hal beraktivitas dengan budayan Digital. Maka tidak berlebihan kiranya bahwa menumbuhkan minat baca memerlukan fasilitas ruang Perpustakaan yang representatif, terlebih dalam budaya Digital seperti saat ini dalam dapat membaca beragam informasi, digital, budaya digital, majalah digital, koran digital dsb sambil duduk dikursi atau lesehan diruang yang Nyaman. i
i
12