PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PERPADUAN PEMBELAJARAN LABORATORIUM DAN LINGKUNGAN ALAM DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 GONDANGREJO
Skripsi
Oleh Nurma Permata Sari K.4305017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
5
6 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian manusia. Fokus dari pendidikan adalah bagaimana memberikan inspirasi, teladan dan rangsangan kepada peserta didik sehingga dari proses pendidikan tersebut dapat dihasilkan manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik, tetapi merupakan upaya untuk mengkonstruksi pengetahuan melalui aktivitas berpikir peserta didik sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa hendaknya lebih mengarah pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Hasil observasi yang dilakukan di kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum melibatkan siswa secara menyeluruh. Rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran ditandai dengan hanya 30% (12 siswa) yang berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dan hanya 5% (2 siswa) yang berani mengajukan pertanyaan. Tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran yang berupa kesediaan siswa untuk menperhatikan sebenarnya memiliki nilai yang cukup baik. Sebesar 65% (26 siswa) mau memperhatikan penjelasan yang diberikan guru. Namun perhatian ini tidak diiringi keinginan siswa untuk memberikan kontribusi dalam pembelajaran. Hal ini jelas terlihat ketika siswa diberi sejumlah soal untuk didiskusikan dan dikerjakan, hanya 40% (16 siswa) yang bersedia mengerjakan. Siswa yang lain lebih suka bermain-main dan akhirnya mencontoh pekerjaan siswa lain yang sudah selesai. Pembelajaran biologi senantiasa dilaksanakan di kelas dengan guru sebagai sumber belajar yang utama sehingga pengalaman belajar siswa sebatas mendengar dan mencatat penjelasan guru. Siswa kurang berinteraksi dengan sumber belajar yang lain sehingga pembelajaran cenderung bersifat tekstual dan menekankan pada penyelesaian materi pelajaran. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat dari Rohandi (2009: 117) yang mengemukakan bahwa ciri pokok
7 pembelajaran sains adalah adanya interaksi antara anak dengan lingkungan. Siswa harus diberi kesempatan untuk bersentuhan langsung dengan objek yang akan atau sedang dipelajari. Identifikasi masalah dari hasil observasi di kelas VII A menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah karena siswa hanya menerima materi biologi yang diajarkan oleh guru. Siswa tidak dilibatkan dalam usaha untuk mengkontruksi suatu konsep sehingga materi pelajaran menjadi sesuatu yang hanya dihafalkan dan akhirnya mudah dilupakan. Pembelajaran seakan-akan menjadi sesuatu yang tidak bermakna bagi siswa. Pembelajaran akan bermakna apabila siswa ikut terlibat langsung dalam pembelajaran, siswa bekerja, menemukan dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Guru harus melakukan suatu inovasi dalam pembelajaran untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas. Kurangnya partisipasi siswa yang mencakup keterlibatan, dorongan memberikan sumbangan dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan pembelajaran dapat ditingkatkan oleh guru dengan menerapkan suatu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dengan memaksimalkan sumber-sumber belajar yang terdapat di sekolah. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dijadikan pilihan adalah perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Pembelajaran laboratorium adalah pembelajaran yang menggunakan laboratorium sebagai sumber belajar. Laboratorium merupakan suatu tempat yang sengaja didesain untuk kegiatan penelitian dan percobaan, sehingga sangat tepat jika
laboratorium
digunakan
untuk
pembelajaran
biologi.
Pembelajaran
laboratorium ini akan dipadukan dengan pembelajaran lingkungan alam. Pembelajaran lingkungan alam adalah pembelajaran yang mendayagunakan lingkungan alam sebagai sumber belajar. Seorang guru dapat menunjukkan kepada siswa bahwa materi biologi yang dipelajari sebenarnya sangat dekat, bahkan berinteraksi secara langsung dengan pengalaman keseharian siswa melalui pembelajaran lingkungan alam. Perpaduan
pembelajaran
laboratorium
dan
lingkungan
alam
dilaksanakan dengan metode eksperimen, diskusi dan tanya jawab. Eksperimen
8 dilaksanakan di laboratorium dengan mengambil alat dan bahan dari lingkungan alami di sekitar sekolah. Pembelajaran ini diharapkan dapat menyadarkan siswa bahwa laboratorium dan lingkungan alam di sekitar dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang menarik, terutama dalam pelajaran biologi. Melalui kegiatan pembelajaran tersebut siswa dapat mengalami, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya sehingga siswa benar-benar berpartisipasi dalam pembelajaran. Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam diharapkan mampu meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi sehingga juga meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo pada Tahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian dilaksanakan pada pokok bahasan pengelolaan lingkungan. Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan judul penelitian:
PENINGKATAN
PARTISIPASI
SISWA
DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PERPADUAN PEMBELAJARAN LABORATORIUM DAN LINGKUNGAN ALAM DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 GONDANGREJO.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahan yang berkaitan dengan penelitian sebagai berikut: Apakah perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi di kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi melalui perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam di kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo.
9
D. Manfaat Penelitian Pembelajaran dengan menggunakan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Siswa a. Memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. 2. Bagi Guru a. Memberikan
masukan
bagi
guru
mengenai
manfaat
perpaduan
pembelajaran laboratorium dan lingkungan alami untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. b. Membangkitkan kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Bagi sekolah a. Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran. b. Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program peningkatan proses pembelajaran pada tahap berikutnya.
10 1BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Partisipasi Siswa a. Pengertian Partisipasi Siswa Partisipasi
merupakan
kata
serapan
dari
bahasa
Inggris
yaitu
participation yang secara istilah berarti pengambil bagian atau pengikutsertaan. Kata partisipasi memiliki pengertian yang luas. Suparno (2001: 81) menyatakan bahwa partisipasi atau keterlibatan siswa adalah kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu, baik secara terbuka (overt) maupun secara tertutup (covert). Winkel (2005: 276) mengemukakan bahwa partisipasi mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Bentuk partisipasi ini dinyatakan dalam kesediaan untuk memberikan reaksi terhadap rangsang yang disajikan, sebagai contoh adalah kesediaan siswa untuk melaksanakan tugas yang diberikan guru. Partisipasi siswa dalam pembelajaran tidak hanya ditunjukkan oleh gerak siswa secara fisik, tetapi ditunjukkan juga oleh keterlibatan mental dan emosional siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut diungkapkan oleh Suryosubroto (2002: 279-280) yang menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental, emosi dan fisik seseorang dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung tercapainya tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatan tersebut. Rahmawaty (2006: 2) mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorong untuk memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama. Berdasarkan definisi tersebut terdapat 3 aspek penting partisipasi dalam pembelajaran yaitu keterlibatan siswa, dorongan untuk memberikan sumbangan dan tanggung jawab siswa terhadap proses pembelajaran.
11 Yamin (2007: 76) mengemukaan bahwa dalam diri seseorang terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Apapun yang dipelajari siswa dalam kegiatan belajar, siswa harus mengalami sendiri karena tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pendapat ini didukung oleh Dewey dalam Yamin (2007: 82) yang menjelaskan pentingnya prinsip learning by doing dalam pembelajaran, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dan berpartisipasi secara spontan dalam pembelajaran. Keinginan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Peran guru adalah sebagai penyedia sarana bagi siswa untuk dapat belajar. Sinergi antara peran siswa dan guru dalam pembelajaran yang aktif akan menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. b. Manfaat Partisipasi Suryosubroto (2002: 282) mengemukakan manfaat dari partisipasi, yaitu lebih besarnya kemungkinan memperoleh keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pikiran, melatih untuk bertanggung jawab dan mendorong untuk membangun kepentingan bersama. Yamin (2007: 78) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat, berfikir kritis dan memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat di atas menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat mengembangkan kapasitas belajar dan potensi-potensi yang dimiliki siswa secara penuh. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran akan mengembangkan potensi diri dan kreativitas siswa secara optimal, serta dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar yang dijalaninya. Partisipasi siswa dalam pembelajaran akan memberikan peranan yang penting bagi keberhasilan tujuan dari proses pembelajaran yang terkait. d. Syarat Terjadinya Partisipasi Siswa Yamin (2007: 80-81) menjelaskan bahwa peran aktif dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan apabila pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa sedangkan guru berperan sebagai
12 pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar. Selain itu tujuan kegiatan pembelajaran harus tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), dan pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, mencipta siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep. Yang terakhir adalah adanya pengukuran secara kontinu terhadap berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Partisipasi siswa dapat terjadi apabila dalam proses pembelajaran tercipta suatu kondisi yang dapat merangsang tumbuhnya peran serta dan partisipasi siswa. Gagne dan Briggs (1979) dalam Yamin (2007: 83) menjelaskan rangkaian kegiatan pembelajaran untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa meliputi 9 aspek, antara lain memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, menjelaskan
tujuan
instruksional,
mengingatkan
kompetensi
prasyarat,
memberikan stimulus, memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya, memunculkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, memberikan umpan balik, melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran. Seorang guru diharapkan memiliki keterampilan untuk merangsang tumbuhnya partisipasi siswa sehingga peran serta dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran akan meningkat dan pada akhirnya kegiatan pembelajaran akan lebih berpusat pada siswa. c. Pola Partisipasi Siswa Yamin (2007: 78-79) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah istilah untuk menggambarkan peran yang lebih banyak terletak pada siswa, guru sebagai pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar dan tercapainya indikator yang dikehendaki. Siswa adalah aktor atau subyek yang harus banyak berperan dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, tidak hanya sebagai siswa yang pasif tetapi sebagai siswa yang berperan membuat perencanaan, pelaksanaan, dan tercapainya suatu hasil (output) berdasarkan kreativitas dan partisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Skema hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Skema hubungan partisipasi antara guru dan siswa menunjukkan bahwa seorang guru harus mampu menciptakan suatu kondisi belajar yang dapat
13 merangsang peran aktif dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Proses pembelajaran harus berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut terlibat secara penuh di dalam kegiatan belajar yang dilakukan.
Merangsang peran aktif dan partisipasi
Guru
Siswa
Gambar 1. Skema Hubungan Partisipasi Antara Guru dan Siswa. Pola aktivitas dan partisipasi siswa dijelaskan lebih lanjut oleh Yamin (2007: 79) yaitu peran aktif dan partisipasi siwa dalam proses pembelajaran adalah
tercapainya suatu indikator dari
kompetensi
dasar
yang
telah
dikembangkan dari materi pokok. Pola aktivitas dan partisipasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Peran Aktif dan Partisipasi Siswa
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator
Gambar 2. Pola Aktivitas dan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran. Seorang guru diharapkan mampu menemukan kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar) yang dikembangkan dari materi pokok pembelajaran. Selanjutnya kompetensi dasar yang telah diperoleh, akan dijabarkan menjadi beberapa indikator yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Jadi aktivitas dan
14 partisipasi merupakan penekanan pembelajaran kompetensi yang menekankan tercapainya suatu tujuan (indikator) yang dikehendaki. e. Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran Biologi Biologi merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan atau sains. Biologi termasuk dalam life sciences sehingga objek kajiannya adalah makhluk hidup dan lingkungan sekitar (Sumaji, 2009: 31). Pembelajaran biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Kegiatan siswa dalam pembelajaran diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga partisipasi siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran biologi. Yamin (2007: 84-86) menyebutkan adanya beragam aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, termasuk juga dalam pembelajaran biologi. Aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran tersebut terbagi dalam delapan kategori, yaitu kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, kegiatan metrik, mental dan emosional. Kegiatan visual dalam pembelajaran biologi meliputi membaca, melihat gambar, demonstrasi, pengamatan dalam eksperimen. Sedangkan kegiatan lisan (oral) berupa kegiatan siswa dalam mengemukakan fakta, ide, gagasan, pendapat, pertanyaan dan mengajukan pertanyaan. Kegiatan mendengarkan terjadi ketika siswa mendengarkan penjelasan dari teman saat diskusi kelompok atau penyajian bahan. Penulisan laporan hasil kegiatan diskusi, membuat rangkuman dan mengerjakan
tugas
termasuk
kegiatan
menulis.
Kegiatan
siswa
ketika
menggambar, membuat grafik atau charta termasuk kegiatan menggambar, sedangkan kegiatan metrik mengacu pada kegiatan fisik siswa saaat melakukan percobaan, memilih alat-alat dan berkebun. Kegiatan mental emosional merupakan kegiatan yang melibatkan psikis siswa. Kegiatan mental meliputi kegiatan siswa dalam memecahkan masalah, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan, sedangkan kegiatan emosional berkaitan dengan perasaan pada diri siswa seperti minat, sikap berani atau tenang.
15 2. Pembelajaran Laboratorium dan Lingkungan Alam a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar sehingga pengertian pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari pengertian belajar itu sendiri. Hamalik (2003: 37) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat interaksi antara individu dengan lingkungan. Manusia belajar untuk merubah perilaku menjadi lebih baik. Winkel (2005: 36) mengartikan belajar sebagai suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Suparno (2001: 2) menyatakan bahwa dalam pengertian yang umum, belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan. Perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan (fatigue), kematangan, ataupun karena mengkonsumsi obat tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar maka dapat diketahui bahwa terdapat 4 unsur pokok dalam belajar yaitu belajar adalah aktivitas diri dan merupakan suatu proses pengalaman, perolehan pengetahuan dan keterampilan, serta perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen. Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar, maka dapat dirumuskan pengertian dari pembelajaran, yaitu usaha agar peserta didik dapat melakukan perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi dan perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil latihan dan pengalaman. Pembelajaran berlangsung sebagai suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dipahami peserta didik. Nilai tersebut tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber yang disebut sumber belajar. Djamarah dan Zain (2006: 139) menyatakan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat memperoleh pengajaran atau asal untuk belajar seseorang. Sumber belajar berupa materi atau bahan untuk mendapatkan pengetahuan baru bagi pembelajar. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 139) ada 5 kategori sumber belajar, yaitu manusia, buku atau perpustakaan, media massa,
16 alam lingkungan dan media pendidikan. Berbagai macam sumber belajar tersebut membuat kegiatan pembelajaran bisa dilakukan di mana saja, baik di dalam maupun di luar kelas bahkan di luar sekolah. Pembelajaran di luar kelas dapat dilaksanakan di laboratorium dan lingkungan sekitar. b. Pembelajaran Laboratorium Menurut Darma (2008: 33) laboratorium adalah tempat siswa berpraktek, baik untuk menguji suatu konsep, untuk mencari dan menemukan, maupun memahami suatu proses atau prosedur tertentu. Laboratorium merupakan suatu tempat yang sengaja didesain untuk terjadinya proses pembelajaran. Berdasarkan pernyataan tersebut maka pembelajaran laboratorium dapat diartikan sebagai proses membelajarkan peserta didik dengan memanfaatkan laboratorium sebagai sarana penunjang. Pada pembelajaran laboratorium siswa dituntut untuk menguji, memverifikasi atau membuktikan teori atau prinsip ilmiah yang sudah dipelajari. Ada juga percobaan yang dirancang oleh guru sehingga siswa melakukan percobaan dengan prosedur yang sudah terstruktur sehingga mampu menghasilkan data empiris yang akhirnya membawa siswa kepada prinsip atau teori yang tidak diketahui sebelumnya. Menurut Darma (2008: 34-35) terdapat 3 prinsip umum dalam pembelajaran laboratorium, yaitu prinsip belajar untuk berbuat, keingintahuan dan berpikir ilmiah. Laboratorium bukanlah tempat untuk mempelajari data atau fakta yang diarahkan untuk menguasai materi yang bersifat hafalan sehingga guru harus memberi kesempatan siswa untuk bekerja secara mandiri sesuai pemahamannya. Tugas guru sebatas membantu ketika siswa mengalami kesulitan. Keingintahuan sangat diperlukan dalam pembelajaran laboratorium karena akan membangkitkan motivasi siswa untuk belajar di laboratorium sehingga sebelum pembelajaran dimulai, guru perlu mengembangkan rasa penasaran siswa. Pembelajaran laboratorium digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, yaitu proses berpikir secara sistematis, empiris dan terkontrol. Bertolak dari prinsip belajar untuk berbuat maka kegiatan pembelajaran laboratorium harus mencerminkan aspek belajar siswa psikomotorik. Berbagai
17 kegiatan yang dapat dilakukan untuk melibatkan siswa dalam laboratorium, diantaranya adalah merakit peralatan, melakukan pengamatan terhadap gejala alamiah, melakukan pengamatan terhadap proses dalam laboratorium tertutup, memberikan penjelasan tentang percobaan yang dilakukan (Sumaji, 2009: 43). c. Pembelajaran Lingkungan Alam Siahaan (2004: 4) berpendapat bahwa lingkungan adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat di sekeliling manusia dan dapat mempengaruhi kehidupan dari manusia tersebut. Pendapat ini didukung oleh Aristorahadi (2008:1) yang menyatakan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu baik yang berupa benda hidup maupun benda mati yang terdapat di sekitar manusia (di sekitar tempat tinggal maupun sekolah). Antara manusia dan lingkungan terjadi interaksi atau pengaruh timbal balik yang berlangsung terus menerus dan saling ketergantungan satu sama lain. Pembelajaran pun tidak bisa dipisahkan dengan lingkungan karena pada hakikatnya belajar berlangsung dalam interaksi aktif antara individu dan lingkungan. Mulyasa (2006: 101) menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan lingkungan adalah suatu pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik dengan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Asumsi dari pendekatan ini adalah kenyataan bahwa pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik jika yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan bermanfaat bagi lingkungan. Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta didik mendapatkan pemahaman dan pengetahuan dengan cara mengamati segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Ramadhan (2008: 1) mengemukakan bahwa berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan. Selain itu, konsep-konsep sains dan lingkungan dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi konkret. Pendekatan lingkungan membuat pembelajaran menjadi bermakna karena sikap
18 verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatan. Tujuan
utama
pembelajaran
lingkungan
alam
adalah
untuk
menghubungkan kembali peserta didik dengan lingkungan alam sekitar. Pada pembelajaran lingkungan guru berhak dan berkuasa penuh menentukan suasana atau lingkungan belajar yang akan dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Barker (2007: 148) terdapat beberapa cara untuk menghubungkan kembali peserta didik dengan lingkungan, diantaranya adalah memanfaatkan makhluk hidup sebagai sumber belajar secara nyata. Sumber belajar tersebut dapat berupa sumber asli (narasumber) atau sumber tiruan (model, gambar). Cara lain yang dapat dilakukan adalah pelaksanaan pembelajaran di luar ruangan sehingga siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan. Prinsip pembelajaran lingkungan alam sama dengan pembelajaran laboratorium, bahwa belajar itu bukan hanya mencatat dan menghafal, tetapi suatu proses berbuat yang didorong oleh rasa ingin tahu dari siswa. Prinsip pembelajaran berbasis lingkungan dijelaskan secara lebih rinci oleh Herawati (2008: 1) bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan lingkungan alam tidak perlu mengubah sistem kurikulum yang berlaku. Pembelajaran juga mudah dilaksanakan karena menggunakan potensi wilayah sebagai sumber belajar dan adanya motto sederhana dalam sarana, tapi kaya tujuan. Saat pembelajaran berlangsung peranserta siswa sangatlah penting karena paradigma school to work menjadi dasar dari semua kegiatan pendidikan. d. Metode dalam Penerapan Perpaduan Pembelajaran Laboratorium dan Lingkungan Alam Penerapan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam menggunakan beberapa metode, diantaranya sebagai berikut: 1) Metode Eksperimen Djamarah dan Zain (2006: 95) menyatakan bahwa metode eksperimen adalah cara pelaksanaan pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Metode
19 eksperimen menyajikan bahan ajar melalui peragaan yang didukung peralatan yang memadai. Eksperimen dilakukan secara berkelompok. Guru mengajukan suatu permasalahan untuk memancing rasa keingintahuan siswa. Siswa melaksanakan percobaan di laboratorium dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan alam. Pemecahan masalah selanjutnya berlangsung tahap demi tahap sesuai dengan pemahaman siswa dari percobaan yang telah dilakukan. Kegiatan eksperimen memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami atau melakukan sendiri, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang objek, keadaan atau proses tertentu. 2) Metode Diskusi Roestiyah (2002: 5) menyatakan bahwa diskusi adalah proses interaksi antara dua individu atau lebih yang terlibat, tukar menukar pengalaman dan informasi untuk memecahkan masalah. Diskusi dapat terjadi jika semua peserta aktif, tidak ada yang jadi pendengar saja. Metode diskusi mampu mempertinggi partisipasi siswa secara individual kareana adanya kemungkinan untuk mengungkapkan pendapat masing-masing peserta diskusi. Jenis diskusi yang dipakai adalah diskusi buzz-group yaitu satu kelompok besar (kelas) dibagi menjadi 2 sampai 8 kelompok kecil, kelompok kecil ini diminta melaporkan hasil diskusi pada kelompok besar. 3) Metode Tanya Jawab Menurut Djamarah dan Zain (2006: 107) metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran secara interaktif dari guru ke siswa atau dari siswa ke guru dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab. Tanya jawab dapat menumbuhkan perhatian siswa dalam pelajaran dan mengembangkan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya sehingga pengetahuan tersebut dapat lebih fungsional. Jawaban siswa pada saat kegiatan diskusi mencerminkan penguasaan siswa terhadap materi yang sedang dipelajari.
20 B. KERANGKA BERPIKIR Sains bukan sekedar kumpulan pengetahuan belaka, tetapi juga merupakan suatu proses penelusuran sehingga pembelajaran sains termasuk biologi menuntut partisipasi siswa secara aktif di dalamnya. Peran guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai fasilitator, yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan berbagai objek yang dipelajari. Siswa tidak hanya diarahkan untuk menguasai dan memahami materi, tetapi diposisikan sebagai subjek belajar yang yang mampu menemukan dan mengkontruksi sendiri pengetahuan
dengan
memanfaatkan
berbagai
sumber
belajar,
termasuk
laboratorium dan lingkungan alami. Kegiatan pembelajaran siswa juga diarahkan untuk memecahkan masalah yang terjadi lingkungan atau kehidupan nyata sesuai dengan konsep yang dipelajari. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas, didapatkan kenyataan bahwa masih terjadi permasalahan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran senantiasa dilakukan di kelas dengan guru sebagai sumber belajar yang utama. Siswa kurang berinteraksi dengan sumber belajar yang lain. Kegiatan siswa dalam pembelajaran terbatas pada mendengar, mencatat penjelasan dari guru dan mengerjakan soal sehingga walaupun mereka memiliki perhatian yang cukup tinggi namun partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah. Berdasarkan keadaan tersebut maka perlu adanya usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Salah satu cara yang ditempuh adalah melaksanakan perpaduan antara pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Melalui perpaduan pembelajaran tersebut siswa diharapkan dapat memanfaatkan laboratorium dan lingkungan alam sebagai sumber belajar. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di laboratorium dengan menggunakan alat dan bahan yang terdapat di laboratorium dan lingkungan alami di sekitar sekolah. Kegiatan tersebut akan membuat siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran karena siswa terlibat secara aktif membangun sendiri pengetahuan dari fakta-fakta yang dialami ketika pembelajaran berlangsung. Keberhasilan pembelajaran terlihat ketika siswa mampu membangun sendiri pengetahuan berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan dan mampu memecahkan
21 permasalahan yang terjadi. Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dibuat, maka dapat digambarkan alur pemikiran dalam penelitian seperti pada Gambar 3.
22 PENYEBAB · Guru sebagai sumber belajar utama · Kegiatan siswa saat pembelajaran terbatas pada mendengar dan mencatat
AKIBAT · Pembelajaran terpusat pada guru sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah
·
MASALAH Partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah
SOLUSI
PERPADUAN PEMBELAJARAN LABORATORIUM DAN LINGKUNGAN ALAM
MANFAAT 1. Siswa dapat memanfaatkan laboratorium dan lingkungan alam sebagai sumber belajar. 2. Siswa terlibat dalam pembelajaran secara fisik dan mental. 3. Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
TARGET Partisipasi siswa dalam pembelajaran Biologi meningkat. Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini direncanakan di SMP Negeri 1 Gondangrejo kelas VII A Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa sebanyak 40 anak. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan secara bertahap mulai Bulan Maret sampai Desember 2009. Urutan pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian. Tahap persiapan meliputi observasi, pengajuan judul, penyusunan proposal, perijinan dan pembuatan instrumen penelitian. Observasi terhadap kegiatan pembelajaran dilakukan pada tanggal 10 Maret 2009. Penyusunan proposal, perijinan dan pembuatan instrumen penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2009 sampai Mei 2009. Tahap pelaksanaan tindakan meliputi pengumpulan data dan analisis data dilakukan selama bulan Mei 2009 sampai Juni 2009. Penelitian dilaksanakan sebanyak 7 kali tatap muka dengan waktu 10 x 40 menit. Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan (5 x 40 menit) sedangkan siklus II dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan (5 x 40 menit). Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan hasil penelitian sesuai tujuan yang ingin dicapai. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009 sampai Desember 2009.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom action research). Berdasarkan tujuan penelitian maka penelitian ini tidak menguji hipotesis secara kuantitatif, akan tetapi mendekripsikan dan menginterpretasikan data, fakta dan keadaan yang ada, serta melakukan analisis tentang bagaimana
1
2 perpaduan antara pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Penelitian tindakan terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan berurutan yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan yang terjadi di lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam.
C. Sumber Data Penelitian Ada 3 sumber data penting yang dijadikan sebagai sasaran penggalian dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut meliputi : 1. Tempat dan peristiwa yang terkait pada pokok kajian dan objek pengamatan lain yang ikut berperan dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini. 2. Informan dalam penelitian ini adalah guru biologi yang bersangkutan dan siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo. 3. Dokumentasi atau arsip, yang berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan buku pelajaran biologi kelas VII.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi observasi, wawancara, angket, tes, dan kajian dokumen yang masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut: 1. Observasi Observasi yang dilaksanakan adalah pengamat berperan serta secara pasif. Observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang
3 dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan. Observasi dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan lembar observasi yang dilengkapi aspek-aspek yang akan diteliti sebagai instrumen pengamatan proses pembelajaran. Fokus dalam observasi adalah partisipasi siswa dalam pembelajaran yang meliputi 3 aspek, yaitu keterlibatan siswa, dorongan untuk memberikan sumbangan dan tanggung jawab siswa. 2. Wawancara Wawancara atau diskusi erat kaitannya dengan proses observasi. Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa yang bertujuan untuk mendapatkan informasi balikan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara secara mendalam (in-dept interview) dan dilakukan secara informal kepada guru dan siswa. Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan secara mendetail tetapi digunakan pada saat yang dianggap tepat. Wawancara digunakan untuk mengetahui partisipasi siswa dalam pembelajaran sesudah diterapkannya pembelajaran berbasis lingkungan. 3. Angket Angket diberikan kepada untuk mengukur partisipasi siswa pada pembelajaran biologi dari sudut pandang siswa sendiri. Angket tersebut dianalisis sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan partisipasi siswa selama pelaksaan tindakan. Angket bersifat tertutup. Penyusunan
angket
menggunakan
skala
Likert
yaitu
dengan
menggunakan rentang mulai dari pernyataan sangat positif sampai pernyataan sangat negatif. Alternatif pilihan jawaban adalah sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Validitas angket diuji dengan mengadakan try out yang diadakan di kelas yang diteliti. Teknik penilaian atau pemberian skor angket mengacu pada Sudjana (2009: 81) yang disajikan dalam Tabel 1. Arikunto (2002: 245) mengemukakan bahwa terdapat beberapa skala dalam mengolah nilai, diantaranya skala bebas, skala 1-10, skala 1-100, dan skala
4 huruf. Konversi skor dalam mengolah nilai menurut Arikunto (2002) seperti pada Tabel 2. Tabel 1. Teknik Penilaian Angket Pernyataan Pernyataan positif Pernyataan negatif
Sangat setuju 5 1
Setuju 4 2
Kurang setuju 3 3
Tidak setuju 2 4
Sangat tidak setuju 1 5
Tabel 2. Konversi Skor dalam Pengolahan Nilai Angka 100 80 – 100 66 – 79 56 – 65 40 – 55 30 - 39
Angka 10 8.0 – 10 6.6 – 7.9 5.6 – 6.5 4.0 – 5.5 3.0 – 3.9
Huruf A B C D E
Keterangan Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal
Berdasarkan Tabel 2, maka rentang skor dalam mengolah nilai juga dapat disajikan dalam bentuk persentase seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Konversi Skor dalam Pengolahan Nilai (%) Skor (%) 80 – 100 66 – 79 56 – 65 40 – 55 30 - 39
Keterangan Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal
E. Validitas Data Untuk menjaga validitas data digunakan dengan teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu. Triangulasi
yang digunakan dalam penelitian adalah triangulasi metode.
Triangulasi metode adalah penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk
menguji
kemantapan
informasinya
(Sutopo,
2002:
81).
Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui observasi
5 angket dan wawancara. Skema triangulasi dalam penelitian seperti pada Gambar 4. Angket
Data
Wawancara
Sumber data
Observasi
Gambar 4. Skema Triangulasi F. Analisis Data Analisis data dilakukan sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan data. Analisis yang dilakukan berupa penilaian terhadap semua data kegiatan penelitian yang telah dilakukan di lapangan. Analisis data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Teknik analisis ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992: 16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen yaitu: 1. Reduksi data yaitu meliputi penyeleksian data melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas. 2. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus. 3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara sistematis dan bermakna.
6 G. Prosedur Penelitian Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dalam Aqib (2006: 22-23) yang berupa model spiral yaitu menggunakan 4 komponen penelitian tindakan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan tindak lanjut sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan a. Permohonan ijin pada kepala sekolah dan guru Biologi
SMP Negeri 1
Gondangrejo. b. Melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi dilaksanakan dengan mengikuti pembelajaran biologi yang diadakan di kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo. c. Identifikasi masalah pembelajaran biologi di kelas VII A. Identifikasi permasalahan
dilakukan
bersama-sama
dengan
guru
biologi
yang
bersangkutan. 2. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil observasi dan identifikasi masalah, maka diajukan alternatif pemecahan masalah berupa penerapan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tahap perencanaan ini adalah: a. Menentukan materi pembelajaran yakni pokok bahasan Pengelolaan Lingkungan, sekaligus menyusun perangkat mengajar yang berupa silabus (Lampiran 1a) dan rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 1b). b. Menyusun instrumen penelitian berupa: 1) Lembar observasi partisipasi siswa dalam pembelajaran 2) Angket partisipasi siswa dalam pembelajaran 3) Pedoman wawancara tentang partispasi siswa dalam pembelajaran 4) Persiapan alat dan bahan pembelajaran yang sesuai
7 3. Tahap Pelaksanaan Tahap pembelajaran
pelaksanaan laboratorium
merupakan dan
implementasi
lingkungan
alam.
dari
Pelaksanaan
perpaduan kegiatan
pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran I dan II (Lampiran 1b dan 1c). Pembelajaran diawali guru dengan memberikan suatu masalah untuk dipecahkan siswa. Setelah itu siswa bekerja secara kelompok melaksanakan eksperimen di laboratorium dengan mengambil alat dan bahan yang diperlukan dari lingkungan sekitar sekolah. Eksperimen diarahkan untuk menemukan pemecahan dari masalah tersebut. Hasil temuan siswa didiskusikan dalam kelompok masing-masing dan kemudian dilanjutkan dengan pelaporan hasil temuan di depan kelas. Kegiatan presentasi dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab yang dibimbing langsung oleh guru. Seiring dengan kegiatan presentasi dan tanya jawab, guru mengevaluasi hasil temuan siswa dan memberikan poin-poin penting terkait materi pelajaran. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan penarikan kesimpulan dari temuan-temuan yang diperoleh siswa. 4. Tahap Observasi Observasi dilakukan selama berlangsungnya proses. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan serta pendokumentasian seluruh kegiatan siswa selama pelaksanaan pembelajaran. Sebagai data pendukung observasi adalah hasil wawancara terhadap guru dan siswa, angket partisipasi siswa dalam pembelajaran, serta kajian dokumen yang ada. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan. 5. Tahap Refleksi Tahap ini berupa analisis proses dan dampak dari pelaksanaan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk menarik kesimpulan dari pelaksanaan tindakan pertama (siklus I) yang telah dilaksanakan. Hasil analisis berupa kelebihan, kelemahan, ataupun hambatan dalam pelaksanaan tindakan dijadikan penentu keberhasilan tindakan dan langkah yang akan diambil selanjutnya (siklus II). Setelah dilakukan proses analisis maka langkah selanjutnya adalah perbaikan pada pelaksanaan
8 siklus II sehingga pelaksanaan pembelajaran pada siklus II memberikan hasil yang optimal dan dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Keberhasilan pembelajaran mengacu pada Mulyasa (2005: 131) yang menjelaskan bahwa jika ditinjau dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif. Untuk mengukur keberhasilan tindakan maka dirumuskan
indikator-indikator
ketercapaian
dalam
bentuk
persentase.
Berdasarkan hasil observasi awal maka indikator keberhasilan penelitian ini dirumuskan pada Tabel 4. Tabel 4. Daftar Persentase Target Capaian Setiap Indikator dari MasingMasing Variabel yang akan Diukur. No Instrumen 1. Lembar observasi Partisipasi siswa
2.
Angket Partisipasi siswa
Indikator a. Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu. b. Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas. c. Kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran. a. Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu. b. Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas. c. Kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran.
Base Line Rata-Rata indikator 50,21%
Target Rata-Rata indikator 75%
Rata-Rata indikator 71,94%
Rata-Rata indikator 75%
Apabila dalam setiap variabel yang diukur untuk tiap-tiap indikatornya sudah dapat mencapai target yang ditentukan, maka penelitian dapat dikatakan berhasil dan tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. Sebaliknya, jika masih ada beberapa indikator dari masing-masing variabel yang diukur belum memenuhi
9 target capaian maka dilakukan tindakan berikutnya untuk mencapai target yang telah ditetapkan. 6. Tindak Lanjut Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan tindak lanjut adalah merenungkan kembali kelebihan dan kelemahan dari pelaksanaan tindakan serta kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi. Setelah kegiatan penelitian ini diharapkan ada tindak lanjut dari guru bidang studi biologi untuk melakukan perbaikan pembelajaran secara terus menerus serta mengembangkan strategi pembelajaran agar kompetensi pembelajaran dapat tercapai. Secara
rinci urutan masing-masing tahap dalam penelitian dapat
dilihat pada Gambar 5.
10 Identifikasi Masalah Mengungkap permasalahan pada proses pembelajaran
Refleksi Tindakan Analisis terhadap hasil observasi dan evaluasi tindakan
Observasi Tindakan Pengamatan pelaksanaan tindakan
Perencanaan Tindakan Penyusunan instrumen pembelajaran
SIKLUS I
Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam Refleksi Tindakan Analisis terhadap hasil observasi dan evaluasi tindakan
Observasi Tindakan Pengamatan pelaksanaan tindakan
SIKLUS II
Perencanaan Tindakan Rancangan perbaikan berdasarkan refleksi siklus I
Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam
Tindak Lanjut Langkah-langkah penyempurnaan untuk pembelajaran selanjutnya Gambar 5. Skema Prosedur Penelitian
11 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalahmasalah pembelajaran yang dihadapi dan juga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII A SMP N 1 Gondangrejo dalam 2 siklus dengan 7 kali pertemuan (10 jam pelajaran). Setiap siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi melalui stimulasi kecerdasan naturalis dengan pembelajaran berbasis lingkungan.
A. DESKRIPSI KONDISI AWAL (PRA SIKLUS) Kegiatan penelitian diawali dengan melakukan observasi di kelas VII A SMP N 1 Gondangrejo untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas tersebut. Hasil observasi menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi rendah. Kegiatan siswa dalam pembelajaran terbatas pada kegiatan mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Rendahnya keterlibatan siswa juga ditandai dengan hanya 30% (12 siswa) yang berani menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan hanya 5% (2 siswa) yang berani mengajukan pertanyaan. Tanggung jawab siswa terhadap proses pembelajaran yang berupa perhatian akan penjelasan guru sebenarnya memiliki persentase yang cukup tinggi, yaitu sebesar 65% (26 siswa). Namun perhatian ini tidak didukung oleh usaha dari siswa untuk ikut berkontribusi dalam pembelajaran. Hal ini jelas terlihat ketika siswa diberi sejumlah soal untuk didiskusikan dan dikerjakan, hanya 40% (16 siswa) yang bersedia mengerjakan. Pembelajaran biologi senantiasa dilaksanakan di kelas sehingga siswa kurang berinteraksi dengan sumber belajar yang lain. Guru sebagai sumber belajar yang utama dan siswa menerima begitu saja materi biologi dari guru tanpa tahu darimana asalnya. Hasil observasi terhadap partisipasi siswa dapat dilihat pada Tabel 5.
12 Berdasarkan Tabel 5 mengenai jumlah skor setiap indikator pada lembar observasi partisipasi dapat diketahui bahwa persentase tiap indikator partisipasi siswa dalam pembelajaran sebesar 40%-65% dengan nilai rerata kelas sebesar 50,21%. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih rendah, yaitu hanya sebesar 45,63%. Sementara itu siswa yang mau memberikan sumbangan pemikiran dalam pembelajaran juga sangat rendah yaitu hanya 40%. Rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran terkait dengan metode ceramah dan penugasan yang digunakan guru yang membuat kegiatan siswa dalam pembelajaran terbatas pada mendengar dan mencatat. Namun di sisi lain, kedua metode tersebut membuat aspek tanggung jawab siswa menjadi cukup tinggi yaitu sebesar 65% karena siswa harus senantiasa memperhatikan instruksi dari guru. Tabel 5. Persentase Setiap indikator pada Observasi Partisipasi Siswa Pra Siklus Aspek Indikator Capaian (%) Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut Keterlibatan 45.63 serta mempraktekkan sesuatu. Dorongan Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan memberikan gagasan dalam diskusi kelompok dan 40 sumbangan presentasi kelas. Kesediaan siswa memperhatikan selama 65 Tanggung jawab proses pembelajaran. Jumlah 150.63 Rata-Rata 50.21 Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran juga dapat dilihat berdasarkan angket partisipasi yang diisi oleh siswa. Berdasarkan hasil penilaian melalui angket partisipasi siswa diperoleh persentase seperti terlihat pada Tabel 6. Angket tersebut menunjukkan bahwa siswa merasakan bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran relatif rendah, yaitu hanya 67,2%. Aspek dorongan memberikan sumbangan mempunyai persentase sebesar 76,6% sedangkan tanggung jawab siswa sebesar 72%, keduanya termasuk kategori baik. Hasil angket partisipasi siswa mempunyai nilai rata-rata sebesar 71,94%. Hasil angket ini mempunyai selisih sebesar 21,73% dengan hasil observasi. Perbedaan hasil yang terdapat pada hasil observasi dan angket terjadi karena adanya perbedaan sudut pandang dalam menilai partisipasi siswa. Observasi
13 dilakukan oleh peneliti untuk menilai partisipasi siswa secara objektif, sedangkan angket diberikan untuk menilai partisipasi siswa secara subjektif menurut sudut pandang masing-masing siswa. Tabel 6. Persentase Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Pra Siklus Aspek Indikator Capaian (%) Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta Keterlibatan 67.2 mempraktekkan sesuatu. Dorongan Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan memberikan gagasan dalam diskusi kelompok dan 76.6 sumbangan presentasi kelas. Tanggung Kesediaan siswa memperhatikan selama proses 72 jawab pembelajaran. Jumlah 215.83 Rata-Rata 71.94 Berdasarkan hasil observasi dan angket partisipasi siswa, maka perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Tindakan yang akan dilaksanakan adalah penerapan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Pembelajaran
lingkungan
alam
adalah
pembelajaran
yang
mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar, pembelajaran ini dipilih karena materi pelajaran biologi senantiasa berhubungan dengan lingkungan sehingga diharapkan siswa dapat belajar membangun pengetahuan sendiri dengan menggunakan lingkungan sekitar sekolah. Pelajaran biologi sendiri merupakan bagian dari sains sehingga tidak dapat dilepaskan dari kegiatan laboratorium. Kedua
pendekatan
pembelajaran
tersebut
dipadukan
melalui
kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan di laboratorium dengan segala sarana penunjangnya, tetapi bahan yang menjadi objek pengamatan diambil dari lingkungan alam di sekitar sekolah. Pemilihan pendekatan pembelajaran ini didukung oleh kondisi SMP Negeri 1 Gondangrejo yang memiliki halaman dan kebun sekolah yang luas yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar siswa. Variasi metode yang digunakan dalam pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
14 B. HASIL PENELITIAN 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan pada Siklus I Tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Instrumen penelitian terdiri dari silabus mata pelajaran biologi sesuai kurikulum sekolah yaitu KTSP, pengembangan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi partisipasi siswa, angket partisipasi siswa dan pedoman wawancara. Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dilakukan melalui metode eksperimen, diskusi kelompok dan tanya jawab. Pada saat pembelajaran dilakukan pembuatan model peraga berupa tiruan dari hutan untuk menunjukkan fungsi dari hutan dan akibat dari kerusakan hutan. b. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I Pada pelaksanaan tindakan I, guru menerapkan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Pembelajaran dikondisikan agar siswa mampu mengkontruksi konsep-konsep biologi dengan memanfaatkan lingkungan di sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Selama pembelajaran berlangsung peran guru sebagai pemberi informasi dikurangi dan hanya berfungsi sebagai fasilitator, sedangkan siswa sebagai subjek yang belajar secara aktif dalam menemukan atau membangun suatu konsep. Lembar kerja siswa digunakan untuk membantu siswa memahami tugas yang akan dilaksanakan. Pelaksanaan siklus 1 terdiri dari 3 kali tatap muka (5 x 40 menit). Pembelajaran berlangsung di laboratorium biologi. Siswa membuat hutan tiruan dengan bahan yang diperoleh di lingkungan kemudian melaksanakan eksperimen untuk mengetahui akibat dari kerusakan hutan. Siswa dalam kelompok masingmasing diharapkan mampu menemukan fungsi hutan dan akibat dari kerusakan hutan bagi lingkungan sekaligus merumuskan upaya untuk mencegah dan mengatasi kerusakan hutan. Setelah itu dilaksanakan diskusi untuk menyatukan pendapat dari masing-masing anggota kelompok. Hasil diskusi dituangkan dalam lembar diskusi.
15 Pada pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran berupa penyajian hasil temuan kepada audiens berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan. Presentasi ini merupakan presentasi pertama yang dilakukan siswa sehingga guru terlebih dulu memberikan pengarahan jalannya presentasi. Semua anggota kelompok ikut tampil dalam presentasi, namun hanya satu orang yang menjadi juru bicara. Guru membimbing jalannya presentasi agar siswa lain ikut berperan serta dalam presentasi. Setelah selesai presentasi dilakukan tanya jawab dan diskusi kelas. Setiap siswa boleh bertanya mengenai materi yang belum jelas dan siswa di kelompok pesentator bertugas untuk menjawab. Pada akhir pembelajaran guru mengulas hasil dari presentasi sekaligus membenarkan konsep yang masih salah. Pada pertemuan ketiga, guru melanjutkan presentasi dari kelompok yang belum tampil. Setelah presentasi selesai guru dan siswa menyimpulkan hasil presentasi. Kegiatan siswa selanjutnya adalah mengisi angket partisipasi. c. Observasi Tindakan pada Siklus I Observasi yang dilaksanakan pada saat pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Observasi dan evaluasi pada siklus I dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi dan angket partisipasi siswa, Hasil pengamatan selama proses pembelajaran memperlihatkan bahwa partisipasi siswa mulai terlihat karena aktivitas belajar siswa tidak lagi sekedar mendengar dan mencatat tetapi melakukan kerja nyata. Pada saat pelaksanaan eksperimen, siswa sedikit bingung dan kurang memahami apa yang harus dilakukan selama pembelajaran. Namun, siswa terlihat sangat antusias ketika belajar di luar ruang kelas. Kebingungan siswa justru menimbulkan dampak yang baik yaitu munculnya keberanian untuk bertanya kepada guru. Pada saat diskusi siswa mengeluarkan gagasan yang ada di pikiran berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilaksanakan. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan juga teman yang presentasi dengan baik. Pembelajaran menjadi terasa bermakna karena siswa mencari dan membangun sendiri pengetahuan dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
16 1) Hasil Observasi Partisipasi Siswa Hasil observasi tiap indikator partisipasi siswa pada pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Persentase Setiap indikator pada Observasi Partisipasi Siswa Siklus I Aspek Indikator Capaian (%) Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta Keterlibatan 60 mempraktekkan sesuatu. Dorongan Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan memberikan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi 48,75 sumbangan kelas. Tanggung Kesediaan siswa memperhatikan selama proses 77,5 jawab pembelajaran. Jumlah 186,25 Rata-Rata 62,08 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa masing-masing indikator partisipasi siswa memiliki persentase sebesar 60%, 48,75% dan 77,5% dengan rerata kelas sebesar 62,08%. Partisipasi siswa di siklus I menunjukkan hasil yang lebih baik daripada partisipasi siswa sebelum pelaksanaan tindakan. Indikator pertama yaitu tentang keterlibatan siswa dalam pembelajaran mengalam peningkatan sebesar 14,37% dari hasil observasi partisipasi siswa pra siklus sebesar 45,63% menjadi 60% pada siklus I. Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam membuat siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Siswa bekerja secara kelompok untuk membuat model tiruan hutan dengan menggunakan bahan yang terdapat di lingkungan sekitar. Selanjutnya siswa melakukan percobaan untuk mengetahui fungsi dari hutan terhadap lingkungan. Pada awalnya siswa merasa kesulitan mengikuti pembelajaran, namun hal ini justru membuat siswa berani bertanya kepada guru. Siswa lebih aktif bertanya agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan eksperimen. Keinginan siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru juga relatif tinggi, cara menjawab pun lebih baik. Siswa tidak lagi berebut dan menjawab pertanyaan guru secara serempak melainkan mengacungkan jari terlebih dahulu. Persentase indikator kedua mengalam kenaikan 8,75% dari 40% pada pra tindakan menjadi 48,75% di siklus I. Peningkatan yang relatif kecil ini terjadi
17 karena pada saat diskusi siswa masih enggan menyampaikan gagasan. Siswa kurang yakin akan hasil temuan yang didapat saat eksperimen dan malu kalau pendapatnya tidak diterima. Nilai persentase tertinggi ditempati oleh indikator ketiga yaitu kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran yang mencapai 77,5%. Nilai indikator ketiga ini mengalam kenaikan sebesar 12,5% dari persentase pra tindakan yang hanya sebesar 65%. Siswa senantiasa memperhatikan selama pembelajaran berlangsung karena pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam merupakan hal baru bagi mereka. Namun perhatian siswa semakin menurun terutama pada saat presentasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa persentase partisipasi siswa naik sebesar 11,87% dari 50,21% pada pra siklus menjadi 62,08% pada siklus I. Partisipasi siswa meningkat karena kegiatan belajar siswa yang semula hanya menerima materi pelajaran berubah menjadi subjek belajar yang aktif mengkontruksi sendiri pengetahuannya. 2) Hasil Angket Partisipasi Siswa Angket partisipasi siswa pada siklus I digunakan untuk mengetahui partisipasi siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Gondangrejo setelah pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Hasil angket partisipasi siswa untuk setiap indikator seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Persentase setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Siklus 1 Aspek
Indikator Capaian (%) Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta Keterlibatan 67,6 mempraktekkan sesuatu. Dorongan Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan memberikan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi 74,5 sumbangan kelas. Tanggung Kesediaan siswa memperhatikan selama proses 82 jawab pembelajaran. Jumlah 224,1 Rata-Rata 74,7 Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa persentase setiap indikator partisipasi yang didapat dari angket mempunyai rentang antara 67,6%-82% dengan rerata kelas sebesar 74,7%, Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi siswa
18 dalam pembelajaran siklus I lebih baik daripada pra siklus. Indikator yang memperoleh nilai tertinggi adalah indikator ketiga yaitu kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran yang mencapai 82%. Persentase tertinggi kedua ditempati indikator kedua dengan nilai 74,5%. Persentase terendah adalah indikator pertama, yaitu hanya 67,6%. Pendekatan pembelajaran yang baru mempengaruhi siswa untuk mau mengikuti dan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan baik. Hasil angket ini memperkuat hasil observasi dari observer yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran. d. Refleksi Tindakan pada Siklus I Tindakan yang berupa perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dilakukan unruk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Hasil observasi yang didukung dengan hasil angket menunjukkan bahwa partisipasi siswa pada siklus I mengalam peningkatan jika dibandingkan dengan pembelajaran pra siklus. Berpijak dari hasil analisis tindakan, dapat ditemukan beberapa kelebihan dan kekurangan pada siklus I. Temuan yang menunjukkan kelebihan pada pembelajaran siklus I antara lain: 1. Partisipasi siswa dalam pembelajaran mulai terlihat karena aktivitas belajar siswa yang beragam. 2. Semakin banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Cara menjawab siswa juga lebih baik. Kekurangan pada siklus I berdasarkan hasil pembahasan dengan guru adalah sebagai berikut : 1. Siswa masih kesulitan memahami tugas yang diberikan oleh guru sehingga tugas observasi lingkungan yang harusnya dikerjakan setiap kelompok untuk kemudian dibahas dalam diskusi tidak dilaksanakan dengan baik. 2. Peran serta siswa dalam kegiatan diskusi presentasi masih rendah, siswa masih nervous dan kurang percaya diri dalam menyampaikan hasil temuannya.
19 3. Perhatian siswa terhadap teman yang melaksanakan presentasi makin lama makin berkurang karena materi yang dibahas sama dan penyajian presentasi dari tiap kelompok juga kurang menarik dan kurang jelas. Berdasarkan hasil refleksi, diketahui bahwa masih terdapat beberapa kekurangan pada siklus I, selain itu peningkatan partisipasi siswa yang terjadi pada siklus I ini belum mencapai target sebesar 75% sehingga pembelajaran harus dilanjutkan ke siklus II. Beberapa perbaikan juga harus dilakukan pada siklus II agar partisipasi siswa dapat meningkat sesuai target.
2. SIKLUS II a. Perencanaan Tindakan pada Siklus II Pelaksanaan pembelajaran di siklus II masih menggunakan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Materi yang dipelajari adalah tentang Pencemaran lingkungan. Kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan (5 jam pelajaran). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II menggunakan instrumen penelitian yang sama dengan instrumen penelitian yang digunakan pada siklus I. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa peran serta siswa dalam pembelajaran mulai meningkat, namun beberapa aspek di dalamnya belum mencapai target. Pada perencanaan tindakan siklus II beberapa perbaikan akan dilakukan agar proses pembelajaran lebih optimal, siswa lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran dan lebih memaksimalkan perannya dalam eksperimen, diskusi serta dapat menampilkan suatu presentasi yang menarik sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran dapat meningkat sesuai target. Perbaikanperbaikan yang akan dilakukan pada siklus II antara lain: 1. Guru memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan di pelajari pada pembelajaran selanjutnya. Pada awal pembelajaran guru memberi penjelasan secara lebih rinci kepada setiap kelompok sehingga siswa dapat melaksanakan observasi dengan benar. 2. Guru memberi penguatan-penguatan pada siswa agar siswa lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapat saat diskusi dan presentasi.
20 3. Topik pengamatan untuk tiap kelompok dibuat berbeda sehingga diharapkan temuan yang didapat makin bervariasi dan pada saat disajikan di depan kelas tidak membuat bosan. Pada saat presentasi setiap kelompok diperbolehkan menggunakan gambar atau charta. Penggunaan gambar atau charta selain dapat menarik perhatian siswa lain juga dapat mempermudah penyampaian hasil temuan. Perbaikan pada siklus II tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II Pembelajaran pada siklus II merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi kegiatan pembelajaran pada siklus I sehingga pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan tindakan pada siklus I. Pembelajaran pada pertemuan pertama dimulai dengan membagi siswa menjadi 8 kelompok, tiap 3 kelompok mendapat sub topik yang sama tetapi area yang akan diamati harus berbeda. Perbedaan sub topik ini untuk memberikan tantangan kepada siswa sekaligus menghindari ketergantungan pada kelompok lain. Guru menjelaskan tugas masing-masing kelompok secara mendetail agar siswa benar-benar paham akan tugas yang akan dilaksanakan. Selanjutnya dilakukan pengamatan di lingkungan sekitar sekolah dan pengambilan sampel air dan tanah. Sampel yang diambil selanjutnya diteliti di laboratorium untuk membedakan lingkungan yang belum dan yang sudah tercemar. Siswa melaksanakan diskusi pada pertemuan kedua peran guru sebagai pembimbing. Siswa diharapkan mampu menjelaskan hasil pengamatan di lapangan dan laboratorium secara lebih teratur dan terperinci. Pembelajaran dilanjukan dengan presentasi di bawah bimbingan guru. Sub topik yang dibahas berurutan antara pencemaran air, udara dan tanah. Pada pertemuan ketiga, pembelajaran dilakukan dengan melanjutkan presentasi pertemuan sebelumnya. Setelah semua kelompok selesai melaksanakan presentasi, guru kemudian mengajak siswa menyimpulkan hasil dari temuantemuan yang didapat dari proses pembelajaran.
21 Pada pertemuan kempat masih dilaksanakan presentasi untuk kelompok yang belum tampil. Selanjutnya guru membimbing siswa menyimpulkan hasil presentasi sebagai review dari seluruh materi pengelolaan lingkungan. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar siswa tidak mengalam kebingungan karena banyaknya hasil temuan. Pertemuan keempat diakhiri dengan pengisian angket. c. Observasi Tindakan pada Siklus II 1) Hasil Observasi Partisipasi Siswa Persentase tiap indikator observasi partisipasi siswa pada siklus II disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Persentase Setiap indikator pada Observasi Partisipasi Siswa Siklus II Aspek Indikator Capaian (%) Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta Keterlibatan 76,67 mempraktekkan sesuatu. Dorongan Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan memberikan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi 75 sumbangan kelas. Tanggung Kesediaan siswa memperhatikan selama proses 87,5 jawab pembelajaran Jumlah 238,92 Rata-Rata 79,64 Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa partisipasi siswa pada siklus II sebesar 79,64%. Indikator pertama mengalam kenaikan sebesar 16,67%, yaitu dari nilai 60% di siklus I menjadi 76,67% di siklus II. Indikator kedua mengalam kenaikan yang signifikan, yaitu sebesar 26,25% dari nilai 48,75% di siklus I menjadi 75% di siklus II. Indikator ketiga memiliki nilai terbesar yaitu 87,5%, indikator ketiga ini justru mengalam kenaikan paling sedikit, yaitu hanya sebesar 9,75% dari nilai 77,5% di siklus I. Hasil pengamatan selama proses pembelajaran memperlihatkan bahwa partisipasi siswa pada siklus II mengalam peningkatan sebesar 17,56% dibanding pada siklus I. Sub topik yang berbeda-beda membuat siswa mau melaksanakan pengamatan dengan sungguh-sungguh karena siswa tidak bisa lagi mengandalkan bantuan kelompok lain. Pembagian kerja juga dilakukan agar pelaksanaan kegiatan laboratorium dan pengamatan lingkungan menjadi lebih efektif. Pencemaran lingkungan sering terjadi di kehidupan nyata sehingga siswa tidak
22 kesulitan dalam melaksanakan pengamatan dan penelitian. Siswa juga mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru dengan baik. Cara menjawab siswa lebih baik karena tidak lagi menjawab secara berebutan tetapi menjawab secara individual. Siswa juga tidak sungkan untuk bertanya langsung kepada guru saat mengalam kesulitan. Sub topik yang harus diselesaikan memang berbeda dengan kelompok lain sehingga siswa tidak bisa bertanya ataupun meniru pekerjaan kelompok lain. Pada kegiatan diskusi siswa menjadi semakin percaya diri dalam mengungkapkan pendapat karena yakin akan hasil temuan dari kegiatan pengamatan. Perhatian siswa terutama saat presentasi semakin terjaga karena sub topik yang berbeda menghasilkan temuan yang beragam. Siswa harus senantiasa memperhatikan karena pada saat presentasi itulah guru memberikan evaluasi terhadap hasil temuan siswa sekaligus memberikan penekanan pada poin-poin yang penting. 2) Hasil Angket Partisipasi Siswa Hasil angket partisipasi siswa untuk setiap indikator pada siklus II seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Persentase Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa SiklusII Aspek Indikator Capaian (%) Keterlibatan siswa merupakan kegiatan dimana Keterlibatan subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan 75.7 sesuatu. Dorongan Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan memberikan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi 78.13 sumbangan kelas. Tanggung Kesediaan siswa memperhatikan selama proses 82.75 jawab pembelajaran. Jumlah 236.58 Rata-Rata 78.86 Berdasarkan pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran siklus II berkisar antara 75,7% - 82,75%, dengan nilai ratarata kelas sebesar 78,86%. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase indikator partisipasi siswa mengalam peningkatan sebesar 4,46% dari nilai 74,7% di siklus I. Hasil angket ini menunjukkan bahwa siswa juga merasakan adanya peningkatan partisipasi yang dialam oleh siswa. Hasil angket ini sesuai dengan
23 hasil observasi yang menunjukkan adanya peningkatan partisipasi siswa setelah dilaksanakan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. d. Refleksi Tindakan pada Siklus II Hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Siswa berpartisipasi aktif selama pembelajaran berlangsung melalui kegiatan eksperimen, diskusi dan presentasi. Kegiatan eksperimen membuat siswa mengalam dan merangkai sendiri pengetahuan dari percobaan yang telah dilaksanakan. Kegiatan diskusi membuat siswa berkontribusi dalam pembelajaran dengan mengeluarkan gagasan-gagasan yang diperoleh dari kegiatan eksperimen. Kegiatan presentasi dan diskusi kelas membuat siswa percaya diri tampil di depan kelas. Di sisi lain perhatian siswa terhadap jalannya pembelajaran juga tinggi karena dari kegiatan presentasi materi disampaikan. Siswa tidak lagi sekedar menerima begitu saja materi pelajaran dari guru tetapi mengkontruksi sendiri pengetahuannya dengan memanfaatkan laboratorium dan lingkungan alam di sekitar. Partisipasi siswa dalam pembelajaran telah mencapai target yang diinginkan, yaitu sebesar 75%. Hasil penelitian yang menggambarkan peningkatan masing-masing indikator partisipasi siswa setiap siklus berdasarkan observasi divisualisasikan dalam Gambar 6, sedangkan peningkatan setiap indikator partisipasi siswa berdasarkan angket divisualisasikan dalam Gambar 7.
24
persentase capaian (%)
100 80 60
87.25 77.5
76.67 60 45.63
75
65
48.75 40
40 20 0 indikator 1 pra siklus
indikator 2 siklus 1
indikator 3
siklus 2
Keterangan: Indikator 1= subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu. Indikator 2= keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas. Indikator 3= kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran.
Gambar 6. Diagram persentase untuk Setiap Indikator pada Observasi Partisipasi Siswa Setiap Siklus
persentase capaian (%)
100 80
67.6 75.7 67.2
76.6 78.13 74.5
82 82.75 72
60 40 20 0 indikator 1 pra siklus
indikator 2 siklus 1
indikator 3 siklus 2
Keterangan: Indikator 1= subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu. Indikator 2= keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas. Indikator 3= kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran.
Gambar 7. Diagram persentase untuk tiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Setiap Siklus Proses pembelajaran secara keseluruhan telah memenuhi suatu pembelajaran yang berhasil dan berkualitas dari segi proses sehingga pemberian tindakan dapat dihentikan. Tindak lanjut berupa perbaikan pembelajaran dapat dilakukan oleh guru biologi setelah penelitian sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang lebih baik lagi.
25 C. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat diketahui bahwa perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi ditunjukkan oleh hasil observasi selama pembelajaran berlangsung, angket dan wawancara dengan siswa. Hasil observasi sebelum pemberian tindakan menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah. Tidak semua siswa memiliki buku pelajaran sehingga guru menjadi sumber belajar yang utama. Pembelajaran yang berpusat pada guru tersebut menyebabkan kegiatan siswa dalam pembelajaran terbatas pada mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat rendah karena siswa hanya tinggal menerima materi yang diberikan guru. Siswa seakan-akan tidak dilibatkan dalam perolehan pengetahuan sehingga siswa menjadi pasif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada guru memberikan dampak yang baik pada tanggung jawab. Guru mengelola pembelajaran secara klasikal dengan baik sehingga mampu membuat siswa memperhatikan penjelasan guru. Namun tanggung jawab ini ternyata tidak diimbangi dengan keinginan siswa untuk memberikan sumbangan atau kontribusi dalam pembelajaran. Hal ini terlihat jelas ketika siswa diberi sejumlah soal untuk dikerjakan, hanya 40% siswa yang bersedia berdiskusi dan mengerjakan, sisanya lebih memilih untuk bermain-main dan akhirnya mencontoh pekerjaan teman.Selain kondisi tersebut, siswa juga senantiasa belajar di dalam kelas sehingga interaksi siswa dengan sumber belajar lain selain guru sangat kurang. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Tindakan berupa perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam membuat peserta didik yang semula pasif diajak untuk bekerjasama dalam kelompok menemukan sendiri konsep-konsep biologi dengan menggunakan laboratorium dan lingkungan sekitar sebagai sumber
26 belajar. Guru dan siswa berinteraksi satu sama lain melalui observasi lapangan, diskusi, tanya jawab, memecahkan masalah, presentasi dan penarikan kesimpulan. Kegiatan observasi pada siklus I menunjukkan bahwa pada kegiatan pembelajaran guru dan siswa masih melakukan penyesuaian terhadap model pembelajaran yang baru yaitu perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Guru masih harus menjelaskan secara mendetail langkahlangkah pengamatan yang akan dilakukan oleh siswa agar siswa tidak mengalam kebingungan. Siswa masih merasa malu untuk bertanya atau mengemukakan pendapat karena takut dan malu jika ternyata pendapat yang dikemukakan salah. Saat guru memberikan pertanyaan, siswa masih malu-malu karena harus menjawab secara personal. Siswa tidak diperbolehkan lagi menjawab secara serempak melainkan harus mengacungkan jari terlebih dahulu. Kegiatan presentasi juga cenderung membosankan karena materi presentasi sama dan penyajian kurang menarik. Kegiatan yang berjalan baik adalah tanya jawab dan diskusi kelas karena langsung dipimpin oleh guru. Peningkatan partisipasi yang terjadi pada siklus I ini berupa perubahan kegiatan belajar siswa yang semula hanya mendengar dan mencatat menjadi kegiatan eksperimen, diskusi dan presentasi. Hasil observasi menunjukkan terjadi peningkatan partisipasi siswa yang sebesar 11,87%, yaitu dari pra siklus sebesar 50,21% naik menjadi 62,08% pada siklus I. Hasil observasi didukung hasil angket yang menunjukkan bahwa partisipasi siswa pra siklus ke siklus I mengalam peningkatan sebesar 2,37%. Hasil refleksi siklus I menunjukkan bahwa walaupun kegiatan siswa dalam pembelajaran menjadi beraneka macam, namun partisipasi siswa dalam kegiatan tersebut belum mencapai target yang ditetapkan. Masih terdapat beberapa kekurangan pada pelaksanaan tindakan di siklus I sehingga perlu dilaksanakan beberapa revisi untuk memperbaiki kekurangan tersebut dan menciptakan kegiatan pembelajaran yang lebih aktif sehingga partisipasi siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya dapat lebih meningkat. Pada siklus II siswa diberikan sub topik-sub topik yang lebih beragam agar hasil temuan yang didapat lebih bervariasi. Penyajian presentasi dibuat
27 semenarik mungkin sehingga terkesan tidak membosankan. Guru juga senantiasa memberikan motivasi kepada siswa agar siswa percaya diri dalam menyampaikan hasil temuan-temuan dari kegiatan pengamatan. Hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan partisipasi siswa sebesar 17,56% menjadi 79,64%. Hasil observasi ini diperkuat dengan hasil angket partisipasi siswa pada siklus II yang memiliki rata-rata indikator sebesar 78,86%. Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam memberikan dampak yang baik bagi siswa. Siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar dan dari interaksi tersebut siswa dapat merangkai pengetahuan sendiri. Kegiatan eksperimen dilaksanakan dengan lebih teratur karena ada pembagian tugas dalam persiapan alat dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan eksperimen. Siswa berpartisipasi aktif melakukan penelitian dan pengamatan kemudian mendiskusikan hasil yang diperoleh. Kegiatan diskusi menjadi lebih hidup karena masing-masing anggota kelompok menyumbangkan gagasan. Rasa malu yang besar dalam diri siswa untuk mengungkapkan pendapat berubah menjadi percaya diri karena siswa yakin akan hasil temuan dari kegiatan eksperimen. Pada saat pelaporan hasil diskusi di depan kelas, siswa mampu menyajikan presentasi yang baik. Siswa tidak lagi canggung berbicara dan menyampaikan hasil temuan. Perhatian akan kelompok yang presentasi juga lebih tinggi karena sub topik-sub topik yang beragam memberikan hasil yang beraneka macam pula. Pada bagian inilah guru memegang peranan, yaitu memberikan poinpoin penting dari materi yang dipresentasikan sekaligus membenarkan hasil temuan siswa yang tidak sesuai dengan konsep yang benar. Wawancara yang dilakukan terhadap siswa untuk menggali informasi secara lebih mendalam juga memberikan hasil yang positif, 80% siswa merasa telah berpartisipasi dalam pembelajaran. Kegiatan eksperimen yang dilaksanakan dengan baik membuat 87,5% siswa aktif menyumbangkan gagasan pada saat diskusi. Siswa merasa lebih percaya diri dalam menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat karena yakin jawaban mereka benar. Kesediaan siswa
28 untuk memperhatikan selama kegiatan pembelajaran juga sangat tinggi yaitu mencapai 90%. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaan biologi. Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam membuat siswa belajar secara mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar selain guru dan buku. Siswa berinteraksi langsung dengan laboratorium dan lingkungan
alam
melalui
kegiatan
eksperimen.
Aktivitas
siswa
dalam
pembelajaran biologi tidak lagi hanya mendengar dan mencatat tetapi berupa perbuatan nyata untuk mengkontruksi pengetahuan dari percobaan dan pengamatan yang dilaksanakan. Selain itu siswa juga memiliki keberanian untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini sejalan dengan Rahmawati (2009: 1) yang mengemukakan bahwa penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa mengalami dan membangun sendiri pengetahuannya sehingga timbul rasa percaya diri yang tinggi untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap kegiatan pembelajaran, terutama saat diskusi. Siswa memiliki keyakinan untuk mengungkapkan gagasan pada saat diskusi karena lebih yakin akan kebenaran gagasan tersebut. Pengaruh perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam terhadap diskusi sesuai dengan pendapat Roestiyah (2002: 6) yang mengemukakan bahwa pada saat diskusi siswa didorong untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk memecahkan masalah secara mandiri. Tanggung jawab siswa dalam pembelajaran juga tinggi, terbukti dari perhatian siswa yang sangat tinggi terhadap proses pembelajaran. Antusiasme siswa juga muncul karena siswa ingin mengetahui temuan dari kelompok lain dan kebenaran akan jawaban siswa sendiri. Hasil penelitian tentang partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi tersebut didukung oleh penelitian Tanrere (2008: 47) yaitu pembelajaran berbasis problem solving dengan pendekatan lingkungan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan aktivitas, kreativitas dan respon siswa.
29 Pembelajaran yang membuat siswa aktif
melalui kegiatan seperti diskusi
partisipasif, bercerita, presentasi, simulasi dan melakukan tindakan yang nyata membuat siswa mampu memahami materi yang dipelajari lebih baik. Pemahaman yang baik tersebut pula yang membuat siswa mampu mengikuti dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Data yang diperoleh dari lembar observasi, angket dan wawancara tentang partisipasi siswa menunjukkan adanya kesesuaian hasil sehingga hasil penelitian tentang peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran dapat dikatakan valid. Hasil penelitian yang valid tersebut mengantarkan pada suatu kesimpulan yaitu perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaan biologi.
30 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan partisipasi siswa melalui perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alami pada proses pembelajaran siklus I dan siklus II maka dapat disimpulkan bahwa perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alami dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo.
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan penelitian tindakan kelas lebih lanjut di SMP Negeri 1 Gondangrejo dalam rangka meningkatkan partisipasi siswa. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses pembelajaran biologi materi pengelolaan lingkungan di SMP Negeri 1 Gondangrejo dalam rangka meningkatkan partisipasi siswa serta memberikan alternatif pilihan dalam memilih pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan partisipasi siswa. C. Saran 1. Kepada Guru a. Guru
hendaknya
mempersiapkan
diri
sebaik-baiknya
sebelum
melaksanakan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alami sehingga ketika terjadi perpindahan fase pembelajaran dapat berjalan lancar. b. Guru hendaknya dapat lebih memanfaatkan laboratorium dan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. c. Guru hendaknya senantiasa meningkatkan pengetahuan dan wawasannya agar dapat mengikuti perkembangan dinamika dunia pendidikan.
31 2. Kepada Siswa a. Siswa hendaknya lebih berpartisipasi dalam pembelajaran agar dapat mencapai hasil yang optimal. b. Siswa hendaknya dapat belajar secara mandiri dengan mendayagunakan sumber-sumber belajar yang ada di sekitar.
3. Kepada Calon Peneliti a. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis hendaknya mempersiapkan perangkat pembelajaran penelitian dengan baik dan menyesuaikannya dengan alokasi waktu, fasilitas pendukung, karakteristik siswa dan sekolah tempat penelitian. b. Penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya dengan mengaitkan aspek-aspek yang belum diungkap dengan aspek-aspek dalam penelitian ini.
32 DAFTAR PUSTAKA
Aristorahadi. 2008. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. (online) (http://aristorahadi.wordpress.com/2008/05/17/ Pemanfaatan-Lingkungan-Sebagai-Sumber-Belajar-Anakusiadini, diakses 2 Mei 2009). Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Aqib, Z. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Yrama Widya. Barker, S. 2007. Reconnecting with Nature, Learning from Media. Journal of Biology Education. 41 (4) 147-149. Darma, S. 2008. Proses Pembelajaran di Kelas, Laboratorium dan Lapangan. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, S.B. & Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Herawati. 2008. Pemberdayaan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar di Tk Kemala Bhayangkari Metro. (online) (http://widjajaedu.wordpress.com/2008/08/31/ pemberdayaan-lingkungan-sekolah-sebagai-sumber-belajar-di-tk-kemalabhayangkari-metro-herawati-metro/, diakses 26 Februari 2009). Miles, M.B. & Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. (alih bahasa: Rohidi, TR). Jakarta: Universitas Indonesia Press. Mulyasa, E. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya. --------------. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya. Rahmawati, N. 2009. Penerapan Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. (online) http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/penerapan-metode-eksperimenberbasis-lingkungan-untuk-meningkatkan-aktivitas-dan-hasil-belajar-siswaptk-pada-siswa-kelas-xe-ma-negei-2-metro/, diakses 10 Februari 2010. Rahmawaty. 2006.Bentuk Partisipasi Masyarakat Dusun III Tongkoh, Desa Dolat Raya, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo Provinsi Sumatra Utara terhadap Upaya Konservasi di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. (online) http://library.usu.ac.id/download/fp/06008762.pdf, diakses 27 April 2009.
33
Ramadhan, T. 2008. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan.(online) (http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran-aktif-inovatifkreatif-efektif-dan-menyenangkan/, diakses 26 Februari 2008). Roestiyah N.K. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rohandi, R. 2009. Memberdayakan Anak melalui Pendidikan Sains di dalam Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta: Kanisius. Siahaan, N.H.T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta: Erlangga. Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya. Sumaji. 2009. Dimensi Pengembangan IPA dan Pengembangannya sebagai Disiplin Ilmu di dalam Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta: Kanisius. Suparno, S. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Depdiknas. Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Suyitno dan Sukirman. 2007. Yudhistira.
Eksplorasi Biologi SMP Kelas VII. Jakarta:
Tanrere. 2008. Environmental Problem Solving in Learning Chemistry for High School Students. Journal of Applied Sciences in Environmental Sanitation. 3(1), 47-50. Winkel. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Yamin, M. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. Zuriah, N. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.
34