PENATALAKSANAAN MOTOR RELEARNING PROGRAME PADA PASIEN PASCA STROKE NON HAEMORRAGE SINISTRA STADIUM RECOVERY RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Disusun oleh : ARIS ALFALDIEKA CAHYANA J 100 090 029
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN Jl. A. Yani Tromol Pos 1 – Pabelan, Kartasura Telp (0271) 717417 Fax: 715448 Surakarta 57102
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir: Nama
: Agus Widodo, SSt.FT, M.Fis
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama
: Aris Alfaldieka Cahyana
NIM
: J 100 090 029
Progdi Studi
: D III Fisioterapi
Judul Skripsi
:“PENATALAKSANAAN PROGRAME
PADA
MOTOR
PASIEN
PASCA
RELEARNING STROKE
NON
HAEMORRAGE SINISTRA STADIUM RECOVERY RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA” Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujui ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, 16 Maret 2013 Pembimbing
Agus Widodo, SSt.FT, M.Fis
ABSTRAK PENATALAKSANAAN MOTOR RELEARNING PROGRAMME PADA PASIEN PASCA STROKE NON HAEMORAGIK STADIUM RECOVERYRSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA (Aris Alfaldieka Cahyana, 2013, 65 halaman) Latar Belakang : Stroke non haemorrage adalah gangguan vaskuler akibat aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak Tujuan : Untuk memahami apakah metode MRP dapat memperbaiki fungsi motorik ekstremitas atas dan kemampuan berjalan pada pasien pasca stroke,meningkatkan keseimbangan berdiri pada pasien pasca stroke,meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien pasca stroke. Hasil : Setelah dilakukan terapi dan di ukur menggunakan alat ukur MMAS di dapatkan hasil duduk ke berdiri T1=5 menjadi T6=6, Berjalan T1=4 Menjadi T6=5, pergerakan tangan T1=5 menjadi T6=5,selanjutnya keseimbangan menggunakan FRT TUG,Keseimbangan berdiri T1=22cm menjadi T6=25cm,Keseimbangan berjalan T1=14,97’’ menjadi T6=9,86’’,dan pemeriksaan koordinasi di dapatkan hasil,Berdiri denga postur normal T1=4 menjadi T6=4, berdiri dengan postur normal mata tertutup T1=2 menjadi T6=3,berdiri dengan kaki rapat T1=3 menjadi T6=4,Berdiri pada satu kaki T1=Ki:2dtk menjadi T6=Ki:3dtk, T1=ka:3dtk menjadi T6=Ka:3dtk,Berdiri flexi trunk dan kembali ke posisi semula T1=4 menjadi T6=4,lateral flexi trunk T1=4 menjadi T6=4,Berjalan,tempatkan tumit salah satu kakididepan salah satu jari yg lain T1=2 menjadi T6=3,Berjalan sepanjang jalan lurus T1=2 menjadi T6=3,Berjalan mengikuti tanda gambar di lantai T1=3 menjadi T6=4,Berjalan menyamping T1=4 menjadi T6=4,Berjalan mundur T1=4 Menjadi T6=4,Berjalan mengikuti lingkaran T1=3 menjadi T6=4,Berjalan pada tumit T1=4 menjadi T6=4,Berjalan dengan ujung kaki T1=4 menjadi T6=4,Indeks barthel Kemampuan fungsional T1=88 menjadi T6=95
Kata kunci : Stroke non haemorrage,Mrp,MMAS,FRT TUG,Koordinasi,Indeks Barthel
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke non haemorrage adalah gangguan vaskuler akibat aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak(Misbach dan Kalim, 2007).
Tujuan
fisioterapi
pada
penderita
pasca
stroke
adalah
untuk
meningkatkan kualitas hidup, dapat bekerja kembali sesuai dengan pola gerak yang normal atau mendekati normal serta menurunkan tingkat kecacatan (Sudomo, 2006). Salah satu metode yang cocok digunakan dalam penanganan gangguan fungsi motorik, gangguan koordinasi dan keseimbangan dalam melakukan aktifitas fungsional adalah Motor Relearning Programme. Motor Relearning Programme merupakan program yang melatih kembali kontrol motorik yang berdasarkan pemahaman kinematik dan kinetik gerakan normal, kontrol dan latihan motorik. Latihan ini harus diberikan sedini mungkin sebab pelatihan motorik sedini mungkin akan meningkatkan kapasitas pembelajaran adaptasi otak (Carr dan Shepherd, 1987).
B. Rumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang muncul adalah apakah ada pengaruhnya metode MRP dalam memperbaiki fungsi motorik ekstremitas atas dan kemampuan berjalan pada pasien pasca stroke?
C. Tujuan Laporan Kasus Tujuan laporan kasus ini adalah mengetahui pengaruh metode MRP dalam memperbaiki fungsi motorik ekstremitas atas dan kemampuan berjalan pada pasien pasca stroke.
D. Kerangka Teori Teknologi Intervensi Fisioterapi Langkah-langkah dalam Motor relearning programme ada 4 yaitu: 1. Analisa aktifitas Pada tahap ini terapis melakukan observasi terhadap aktifitas pasien yang saat itu mampu dilakukan. Pada hasil observasi ini akan didapatkan gambaran mengenai ketidaknormalan dari gerakan yang dilakukan pasien oleh karena adanya komponen gerakan yang hilang. Kemudian terapis membandingkan gerakan yang tidak normal tersebut dengan gerakan yang
seharusnya terjadi. Lalu terapis mencatat gerakan komponen apa saja yang tidak ada. 2. Latihan komponen yang hilang Setelah memperoleh hasil data mengenai komponen – komponen apa saja yang hilang dalam suatu gerakan, terapis kemudian melatih pasien untuk melakukan gerakan dari komponen yang hilang tadi. Langkah ini dimulai dengan memberikan penjelasan kepada pasien tentang tujuan dari latihan yang akan diberikan. Dalam memberikan latihan, instruksi dan aba – aba disampaikan dengan jelas sesuai dengan tingkat kepahaman pasien. Latihan diberikan dengan cara mengarahkan gerakan pegangan terapis sambil pasien memberikan feed back secara verbal dan visual. 3. Latihan keseluruhan aktifitas Setelah masing – masing komponen gerak yang dilatihkan mampu dilakukan pasien, selanjutnya dilatih untuk melakukan keseluruhan gerak. Langkah ini juga dimulai dengan memberikan penjelasan, instruksi yang jelas, mengarahkan gerak sambil pasien memberikan feed back, ditambah dengan langkah evaluasi dan diakhiri dengan pemberian rangsangan untuk fleksibilitas. 4. Mentransfer latihan ke aktifitas nyata Setelah pasien mampu melakukan keseluruhan gerak fungsional yang diberikan sebelumnya, kemudian pasien diberikan kesempatan untuk melakukan gerak fungsional terhadap ke dalam lingkungan aktifitas yang nyata. Latihan ini harus dilakukan secara konsisten agar pasien mampu mengorganisasikan Keterlibatan
latihannya
untuk
memonitor
dirinya
sendiri.
keluarga serta teman dari pasien sangat diperlukan untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
E. PROSES FISIOTERAPI Pengkajian Fisioterapi 1. Anamnesis Anamnesis dapat dikelompokkan menjadi (1) autoanamnesis, yaitu tanya jawab secara langsung dengan pasien itu sendiri, (2) heteroanamnesis, yaitu tanya jawab pada orang-orang sekitar yang mengetahui keadaan pasien. Anamnesis disini dilakukan secara autoanamnesis. Anamnesis dibagi menjadi : a. Anamnesis umum Anamnesis umum mencakup data-data pribadi pasien. Hasil yang diperoleh dalam pemeriksaan ini, nama Ny. WG, umur 70 tahun, jenis kelamin wanita, agama islam, pekerjaan buruh, alamat Karangmalang Blok B 20 A Yogyakarta, nomor RM 0443017. b. Anamnesis khusus Hasil dari pemeriksaan ini meliputi: 1) Keluhan utama 2) Riwayat penyakit sekarang 3) Riwayat penyakit dahulu 4) Riwayat pribadi 5) Riwayat keluarga 6) Anamnesis sistem 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik adalah semua pengkajian data yang dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan langsung pada pasien. Meliputi : a. Pemeriksaan tanda vital Pemeriksaan tanda vital meliputi (1) tekanan darah, pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah latihan. b. Inspeksi Inspeksi bertujuan untuk mengetahui gambaran umum kondisi pasien. Inspeksi ini dilakukan dalam 2 cara
(1) inspeksi statis,
inspeksi ini melihat pasien saat tidak melakukan aktifitas.
c. Palpasi Palpasi bertujuan untuk mengetahui kualitas tonus otot, ada atau tidaknya spasme, apakah terasa nyeri saat ditekan dan adakah oedema. 3. Pemeriksaan gerak Pemeriksaan gerak ini meliputi pemeriksaan gerak pasif dan aktif. a. Pemeriksaan gerak pasif b. Pemeriksaan gerak aktif 4. Pemeriksaan kognitif, intrapersonal dan interpersonal Batasan fungsi kognitif meliputi komponen atensi, konsentrasi, memori, pemecahan masalah, pengambilan sikap, integrasi belajar, dan proses komprehensif. Intrapersonal adalah kemampuan pasien dalam memahami keadaan dirinya, motivasi dirinya. Sedangkan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya baik sebagai individu, kelompok ataupun masyarakat.
5. Pemeriksaan kemampuan fungsional dan lingkungan aktifitas Pemeriksaan kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas adalah suatu proses pemeriksaan untuk mengetahui kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas spesifik dalam hubungan dengan rutinitas kehidupan sehari-hari. Pemeriksaan ini meliputi : a. Fungsional dasar Dari pemeriksaan ini hasil yang diperoleh adalah Pasien mampu berguling ke kiri dan kanan, bangun tidur, duduk ke berdiri, berjalan secara mandiri. b. Aktivitas fungsional Dari pemeriksaan ini didapatkan hasil pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri, yang meliputi makan, mandi, berpakaian, toileting dan kebersihan diri.
c. Lingkungan aktifitas Dari pemeriksan ini didapatkan hasil lingkungan aktivitas rumah terdapat tangga, rumah pasien cukup luas, jalan di sekitar rumah datar dan tidak ada tanjakan, WC duduk, lantai keramik. 6. Pemeriksaan khusus Pemeriksaan khusus dalam kasus ini disesuaikan dengan rumusan masalah yang dikemukakan penulis. Maka dari itu, pemeriksaan khusus yang dilakukan adalah memeriksa fungsi motorik, koordinasi dan keseimbangan dan kemampuan fungsional. a. Pemeriksaan motorik b. Pemeriksaan koordinasi c.
Pemeriksaan keseimbangan
d.
Pemeriksaan fungsional
7. Diagnosa Fisioterapi a. Impairment b. Functional limitation c. Disabilitry 8. Program / Rencana Fisioterapi a. Tujuan jangka pendek Mengembalikan fungsi motorik anggota gerak bagian kiri yang lemah, mengurangi spastisitas, melatih koordinasi, melatih keseimbangan, mengurangi kontraktur, dan meningkatkan LGS b. Tujuan jangka panjang Mengembangkan kemampuan gerak dan meningkatkan aktifitas fungsional pasien
F. HASIL PEMBAHASAN 1. HASIL Setelah dilakukan 6 kali terapi didapatkan hasil yaitu terdapat peningkatan fungsi motorik pada aktivitas duduk ke berdiri dan berjalan, adanya
peningkatan
keseimbangan
statis
pada
posisi
berdiri
dan
keseimbangan dinamis saat berjalan. Sedang untuk fungsi koordinasi ekuilibrium dan aktivitas fungsional ada peningkatan dan mendekati normal.
1. EVALUASI FUNGSI MOTORIK DENGAN MMAS FUNGSI MOTORIK ITEM DUDUK KE BERDIRI 6 5
nilai
4 3 2 1 0 0
1
2
3
4
5
6
te rapi
2. EVALUASI FUNGSI KESEIMBANGAN
KESEIMBANGAN BERDIRI FUNCTIONAL REACH TEST (FRT) 26
niali (cm)
25 24 23 22 21 0
1
2
3
4
5
6
terapi
3. EVALUASI FUNGSI KOORDINASI BERDIRI DENGAN POSTUR NORMAL 4
nilai
3
2
1
0 0
1
2
3 te rapi
4
5
6
Koordinasi merupakan semua aspek dari gerak termasuk keseimbangan, yang memungkinkan gerakan yang terjadi dengan bebas, bertujuan, akurat dengan kecepatan, irama dan ketegangan otot yang terarah. Pada pasien ini untuk fungsi koordinasi ekuilibrium saat di test pertama kali menunjukkan hasil yang cukup baik, dan setelah dilakukan 6 kali terapi diperoleh hasil yang mendekati maksimal.
4. EVALUASI AKTIVITAS FUNGSIONAL DENGAN INDEKS BARTHEL INDEKS BARTHEL 96 95 94
nilai
93 92 91 90 89 88 87 0
1
2
3
4
5
6
terapi
Setelah dilakukan 6 kali terapi latihan, maka fuingsi motorik, keseimbangan dan koordinasi mengal;ami peningkatan, sehingga akan berpengaruh terhadap pola jalan pasien yang mengalami perbaikan yang signifikan. Hal ini dikarenakan saat jalan harus didukung dengan kemampuan pasien untuk bisa berjalan yaitu keseimbangan, postur, tonus, daya tahan, kekuatan otot, fleksibilitas dan koordinasi (Parjoto, 2003) sehingga apabila pola jalan mengalami peningkatan maka akan berdampak pada peningkatan aktivitas fungsional. Pada pasien ini aktivitas fungsional menurut indeks Barthel mengalami peningkatan walaupun tidak mencapai nilai maksimal.
G. PEMBAHASAN 1.Kemampuan motorik Kemampuan fungsi motorik pasien dievaluasi dengan menggunakan Modified Motor Assessment Scale (MMAS), yang dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu sesaat sebelum terapi pertama kali (6 Pebruari 2012), selesai terapi ke empat (13 Pebruari 2012), dan selesai terapi ke enam (23 Pebruari 2012). Peningkatkan kemampuan motorik fungsional yang diperoleh pasien dipengaruhi oleh banyak hal. Disamping pemberian latihan sesegera mungkin setelah kondisi pasien stabil, adanya kesinambungan dari latihan yang diberikan, dan program yang tepat. Carr and Sepherd (1987) mengatakan bahwa motivasi dan stimulus mental yang baik akan sangat menentukan keberhasilan terapi. Pada kasus ini pasien memiliki motivasi yang tinggi untuk segera pulih, disamping kemampuan kognitifnya yang cukup baik. Faktor ini menjadi penting karena merupakan komponen yang sangat berperan dalam pelaksanaan metode MRP. 1.
Keseimbangan Berdiri Peningkatkan keseimbangan berdiri yang diperoleh pasien dipengaruhi oleh beberapa hal. Disamping pemberian latihan dan motivasi yang terus menerus yang berupa pengarahan-pengarahan kepada pasien juga adanya latihan aktif yang ritmis dapat melatih koordinasi dan keseimbangan untuk membantu pengembalian menuju fungsi normal (Pudjiastuti, 1995).
2.
Kemampuan Fungsional Meskipun tidak ada pemberian latihan khusus sesuai item yang ada pada indeks barthel, namun peningkatan kemampuan fungsional terjadi karena pemberian latihan dengan metode motor relearning programme (MRP) juga menekankan pada aplikasi hasil latihan dalam aktifitas keseharian sebagaimana yang disebutkan pada langkah ke empat pada metode MRP.
H. PENUTUP
Kesimpulan Stroke non haemorragik adalah gangguan vaskuler akibat aliran darah yang menuju ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak yang mengakibatkan kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat. Manifestasi yang muncul paling dominan adalah terganggunya fungsi motorik dan penurunan kemampuan fungsional. Metode Motor Relearning Proggramme yang digunakan dalam kasus ini cukup tepat mengingat kondisi pasien yang telah stabil dalam waktu singkat, tidak terdapat dangguan fungsi kognitif, motivasi yang tinggi untuk segera pulih, serta besarnya minat dan semangat pasien dalam mengikuti latihan. Pelaksanaan latihan dilakukan di ruang RSUP Dr. Sardjito Jogyakarta sebanyak 6 kali latihan. Saran Setelah mendapatkan peningkatan hasil yang lebih baik, disarankan kepada pasien untuk menghindari faktor-faktor yang memungkinkan berulangnya serangan stroke, sehingga akan mengakibatkan kondisi yang lebih berat. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah dengan tidak mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan kolestrol yang tinggi dan menghindarkan faktor pemicu stress, serta tetap berolahraga dengan teratur. Pasien disarankan untuk melanjutkan latihan di rumah dengan bimbingan terapis dan dukungan segenap anggota keluarga agar kemampuannya dapat kembali seperti semula. Kesabaran dan motivasi baik bagi pasien maupun terapis sangat diperlukan dalam proses terapi karena kesabaran dan motivasi merupakan faktor penunjang keberhasilan proses terapi meskipun tidak berhubungan langsung dengan kesembuhan pasien.
I. Daftar Pustaka Carr, J. H. dan Shepherd, R. B.,1987;A Motor Relearning Programme for Stroke; edisi dua, Butterworth Heinemann, Oxford. Carr, J. H. dan Shepherd, R. B.,1998;Neurological Rehabilitation Optimizing Motor Performance; Butterworth Heinemann, Oxford.. Departemen Kesehatan RI, 1992; Indonesia Sehat 2010 Visi Misi Kebijaksanaan dan Strategi Pembangunan Kesehatan; Jakarta. Mardjono, M. dan Sidharta, P., 1989; Neurologi Klinis Dasar; Edisi Lima; Dian Rakyat, Jakarta. Misbach, Y. dan Kalim, H., 2007; Stroke Mengancam Usia Produktif; Diakses tanggal 7/08/ 2012, dari http://www.medicastore.com/stroke/ Pudjiastuti, S. dan Utomo, B.,2003; Fisioterapi pada Lansia; EGC, Jakarta. Setiawan, 2007; Motor Relearning Programme (MRP) pada Stroke; dikutip Pelatihan Nasional Dimensi Baru, 2007, Surakarta. Sujono, A., 1992; Gangguan Senso-Motorik pada Penderita Stroke, disampaikan Workshop Fisioterapi pada Stroke, IKAFI, Jakarta. Sullivan, 1986; Phisycal Rehabilitation: Evaluation and Treatment Procedures, Davis Company, Philadelphia. WCPT, 1999; Kebutuhan Standar Kompetensi Fisioterapi Kesehatan Masyarakat, Fisioterapi, Vol 1.