Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan…
98
.
PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PERSPEKTIF PENGGUNAAN WEWENANG OLEH PEJABAT PUBLIK Oleh : Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar Abstract Corruption is a latent danger of the implementation of the life of the nation and the State. Increasing number of corrupt behavior indicates that the country suffered a setback. Corrupt behavior arise as a result of violation of ethics (moral) and a violation of law public officials. Public officials can be guilty of corruption because they have high power and authority in determining an important decision in the society so, the authority that causes them to provide benefits for those who have a particular interest. Therefore, the legal system formed during a system that form the characteristic bad because both in terms of structure, substance and culture of law contained in the legal system impacts corrupt behavior as in terms of recruitment and appointment of public officials who are not fair, then legal substances that do not provide a deterrent effect for the perpetrators of corruption and negative about the legal culture habits as if legalized bribery and gratuities. Thus, forming the characteristics of public officials culpable and justifies any means to enrich themselves for the onset of legal awareness of all the elements of the State. Keywords: Corruption, public officials and authorities Abstrak Korupsi merupakan bahaya laten dari pelaksanaan kehidupan bangsa dan Negara. Semakin banyaknya perilaku koruptif menandakan bahwa Negara tersebut mengalami suatu kemunduran. Perilaku koruptif muncul sebagai akibat pelanggaran etika (moral) dan pelanggaran hukum pejabat publik. Pejabat publik dapat melakukan tindak pidana korupsi karena mereka memiliki kewenangan dan otoritas yang tinggi dalam menentukan suatu keputusan yang penting dalam masyarakat sehingga, kewenangan itu menyebabkan mereka dapat memberikan keuntungan bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu. Oleh sebab itu, sistem hukum yang terbentuk selama ini merupakan sistem yang membentuk karakteristik yang buruk karena baik dari segi struktur, substansi maupun budaya hukum yang terkandung dalam sistem hukum tersebut membawa dampak perilaku koruptif seperti dalam hal rekrutmen dan pengangkatan pejabat publik yang tidak fair, kemudian substansi hukum yang tidak memberikan efek jera bagi pelaku korupsi maupun budaya hukum negatif tentang kebiasaan yang seolah-olah melegalkan pemberian suap dan gratifikasi. Sehingga, terbentuklah karakteristik pejabat publik yang tercela dan menghalalkan segala cara untuk memperkaya diri sendiri karena tidak timbulnya kesadaran hukum dari segala elemen Negara. Kata kunci : Korupsi, pejabat publik dan kewenangan
99
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan… .
A.
PENDAHULUAN
mencari manusia yang bermoral, mencari
1.
Latar Belakang Masalah
manusia pintar mudah akan tetapi mencari
Korupsi merupakan bahaya laten
manusia jujur sangatlah sulit.
yang telah banyak merusak
tatanan
Permasalahan
tentang
korupsi
kehidupan bangsa. Telah banyak tindak
menjadi sangat terbatas ketika berbicara
pidana
mengakibatkan
tentang tindak pidana korupsi adalah
kerugian Negara baik secara material
karena seringkali hanya berpikir tentang
maupun secara moral. Kerugian material
penggunaan keuangan Negara saja hal
tentu
terpenting dari suatu perilaku korupsi
korupsi
saja
yang
berhubungan
penggunaan
uang
dengan
Negara
untuk
adalah
ketika
terjadi
penggunaan
kepentingan pribadi maupun kelompok
wewenang untuk kepentingan yang bukan
tertentu saja sedangkan kerugian moral
kepentingan umum. Terkadang sering
berkenaan dengan pelaku koruptif seperti
terlupakan
telah
menggunakan
menjadi
dasar
perilaku
yang
bahwa uang
seseorang
dapat
Negara
karena
mengakar dan banyak merusak moralitas
memiliki wewenang untuk mengeluarkan
anak bangsa karena perilaku koruptif itu
uang Negara tersebut dari kas Negara.
seakan merupakan perilaku biasa dan
Korupsi juga tidak selalu mengeluarkan
telah
uang
menjadi
budaya
hukum
yang
Negara,
perilaku
gratifikasi
tidak berhubungan dengan penggunaan
karena
uang Negara saja akan tetapi dari hal
gratifikasi tersebut pemilik kewenangan
terkecil seperti korupsi waktu maupun
dapat memberikan keuntungan tertentu
menggunakan
untuk
kepada seseorang dengan menyetujui
kepentingan diri sendiri juga sebenarnya
permohonan dibidang perizinan, lesensi,
termasuk dalam ranah perilaku korupsi.
tender dan keuntungan lainnya yang dapat
Korupsi sebenarnya berhubungan dengan
membuat
masalah moralitas dan etika perilaku
keuntungan
seseorang
dalam
mengalami kerugian karena dari tindakan
kemampuan
dan
kompetensi
yang
pelanggaran tersebut telah bersifat cacat
dimilikinya
untuk
kepentingan
yang
yuridis.
memperkaya keluarganya.
diri
menggunakan
sendiri
maupun
Seakan-akan
timbul
adagium di dunia sekarang sangat sulit
dengan
orang
perilaku
dan
negatif. Tindak pidana korupsi sebenarnya
wewenang
termasuk
suap,
menerima
suap
tersebut
banyak
korupsi dan
mendapat
namun
Negara
Pelaku tindak pidana korupsi juga tidak
mendapat
sanksi
yang
berat.
Seringkali seorang pejabat yang telah
100
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan… .
menjalani masa hukumannya kembali
kolusi antara penguasa (public)
menduduki
dengan pengusaha(private)”
jabatan
sehingga
akan
menimbulkan kesan bahwa tindak pidana korupsi
itu
menakutkan
bukan padahal
ditimbulkannya seperti
kejahatan akibat
menyebabkan
Singapura
segera
Korupsi
yang
dilakukan
1
oleh
yang
pejabat public lebih berbahaya karena
yang
mengandung
Negara
(kekuasaan)
unsur yang
kewenangan
mendasari
secara
membenahi
legitimasi seorang pejabat publik dapat
birokrasinya agar tidak terdapat perilaku
menggunakan kewenangannya tersebut
korupsi di negaranya. Sanksi tegas di
untuk
bidang administratif wajib diterapkan bagi
menguntungkan seseorang dan pejabat itu
pelaku tindak pidana korupsi seperti tidak
sendiri karena keputusan yang dibuatnya
diperbolehkan menjabat kembali dibidang
mengandung unsur cacat yuridis dan cacat
manapun termasuk tidak boleh menjadi
wewenang.
bagian PNS.
2.
Seperti diungkapkan oleh Denny Indrayana bahwa
memutuskan
sesuatu
yang
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas
maka dapat ditemukan permasalahan
“ yang paling berbahaya adalah
berkaitan
korupsi di sector public, atau yang
penanggulangan tindak pidana korupsi
dilakukan pejabat Negara, baik
dalam perspektif penggunaan wewenang
eksekutif,
oleh pejabat publik.
legislative
yudikatif. berarti
Hal
maupun
tersebut
bahwa
korupsi
dengan
bagaimanakah
bukan oleh
B.
PEMBAHASAN
sekelompok pengusaha menjadi
1.
Pengertian Korupsi
tidak berbahaya. Tetapi, dalam praktiknya,
korupsi
public
Korupsi sebagai upaya sistematis dalam merusak tatanan ketatanegaraan
mempunyai daya rusak yang lebih
dimaknai
tinggi
pengertian
karena
pelakunya
dengan namun
memiliki
satu
kesepahaman
pemerintahan,
korupsi tersebut. Seperti diungkapkan
dan
pengadilan. Korupsi private yang berbahaya
karenanya
oleh
hal
macam
mempunyai kekuasan resmi di parlemen
dalam
berbagai
karateristik
Robert Klitgaard korupsi adalah
adalah
korupsi yang berkarakter relasi
1
Denny Indrayana, 2008, Negara Antara Ada Dan Tiada Reformasi Hukum Ketatanegaraan, Cetakan Pertama, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, h. 34-35.
101
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan… .
suatu tingkah laku yang menyimpang dari
orang lain atau suatu korporasi,
tugas-tugas
menyalahgunakan
resmi
jabatannya
dalam
kewenangan,
Negara , dimana untuk memperoleh
kesempatan atau sarana yang ada
keuntungan
padanya
status
menyangkut
atau diri
(perorangan,keluarga sendiri),
uang
atau
yang pribadi
dekat,
jabatan
atau
kedudukan yang dapat merugikan
kelompok
melanggar
karena
keuangan
aturan
Negara
atau
perekonomian Negara.
pelaksanaan yang menyangkut tingkah
Dasar perilaku koruptif seseorang
laku pribadi.2 Keberadaan tindak pidana
adalah
korupsi sebagai bagian dari system yang
jabatannya dapat memperkaya diri sendiri,
buruk dari ketatanegaraan di Indonesia
orang
berakibat timbunya budaya koruptif yang
memberikan
telah mengakar di segala aspek kehidupan
merugikan
bangsa.
korupsi yang disebutkan dalam UU 31
Pasal 2 Ayat (1) UU Nomor 31
ketika
lain
dengan
atau
menggunakan
korporasi
keuntungan Negara.
pribadi
Dari
Tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi dapat
Korupsi menyebutkan bahwa
korupsi dapat dibagi menjadi :
diidentifikasikan
Tindak pidana korupsi adalah
1. Melawan hukum;
setiap orang yang melawan hukum
2. Memperkaya diri
perbuatan
memperkaya
yang
diri sendiri atau
3. Dapat Negara
yang dapat merugikan keuangan
Negara;
atau
perekonomian
Negara.
unsur-unsur
sendiri atau
orang lain, atau korporasi;
orang lain atau suatu korporasi
Negara
dan
pengertian
Tahun 1999 tentang Tindak Pidana
melakukan
yang
4. Bertujuan
merugikan atau
keuangan
perekonomian
menguntungkan
diri
sendiri, orang lain atau suatu korporasi;
Sedangkan Pasal 3 UU Nomor 31 tahun
1999
tentang
Tindak
Pidana
Korupsi menyebutkan bahwa Setiap
orang
dengan
tujuan
www. Pengertianpakar.com diunggah tanggal 24 Februari 2015 diunduh tanggal 1 Mei 2016
kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya
menguntungkan diri sendiri atau 2
5. Menyalahgunakan
karena
jabatan
atau
kedudukannya. Point kelima sebenarnya indikasi yang kuat terjadinya korupsi oleh pejabat publik karena, korupsi private tanpa
102
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan…
adanya
campurtangan
maka
korupsi
pejabat
tersebut
publik
.
melibatkan
elemen
sulit
kewajiban dan keuntungan timbal
terlaksana. DeCoste yang pendapatnya
balik. Kewajiban dan keuntungan
dikutip
Indrayana
itu tidaklah selalu berbentuk uang;
menyebutkan korupsi oleh pejabat publik
4. Usaha untuk berlindung di balik
oleh
sebagai
akan
3. Korupsi
Denny
political
corruption
yang
diartikannya sebagai the debasement of
pembenaran hukum; 5. Mereka
yang
terlibat
korupsi
the foundations or origins of a political
adalah mereka yang memiliki
community. Lebih jauh disebutkan bahwa
kekuasaan atau wewenang dan
korupsi private hanya menyentuh personal
mempengaruhi
morality,
keputusan itu;
sedangkan
korupsi
publik
menyangkut political morality.3 Korupsi
6. Setiap
keputusan-
tindakan
korupsi
yang terjadi sebenarnya berasal dari
mengandung penipuan, biasanya
kewenangan seseorang ketika memiliki
pada
jabatan sehingga berkompetensi untuk
masyarakat umum;
membuat
keputusan
yang
badan
publik
atau
dapat
7. Setiap bentuk korupsi melibatkan
memberikan keuntungan bagi seseorang
fungsi ganda yang kontradiktif
atau suatu korporasi.
dari
Lebih lanjut lagi, Syed Hussein Alatas
menjelaskan
bahwa
koruptif mempunyai ciri-ciri
Perilaku sebagai
berikut : 1. Korupsi
mereka
melibatkan
melakukan
tindakan itu; 8. Korupsi
didasarkan
atas
niat
kesengajaan untuk menempatkan kepentingan
senantiasa
yang
umum
di
bawah
kepentingan pribadi.4
lebih dari satu orang, inilah yang membedakan dengan pencurian atau penggelapan; 2. Korupsi
umumnya
Ciri-ciri korupsi memperlihatkan bahwa hubungan yang terjalin antara
melibatkan
penguasa
dan
pihak-pihak
tertentu
kerahasiaan, ketertutupan terutama
sehingga menghasilkan perilaku yang
motif
negative dan senantiasa menguntungkan
yang
melatarbelakangi
dilakukannya korupsi itu sendiri;
pihak-pihak
tertentu
dan
merugikan
masyarakat serta Negara. Keterlibatan 4
3
DeCoste yang dikutip Denny Indrayana, 2008, Loc.Cit.
Abdul-rossi.blogspot.com. diunggah tanggal 11 Maret 2011 , diunduh tanggal 1 mei 2016
103
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan…
wewenang
dalam
lingkup
senantiasa
menghasilkan
.
korupsi
korupsi dan mengalahkan sifat
keputusan-
baik seseorang. Lingkungan
keputusan yang tidak adil atau mampu
dalam
mempengaruhi setiap keputusan yang
memberikan
dikeluarkan oleh pejabat publik untuk
bukan memberikan hukuman
kepentingan-kepentingan perorangan atau
pada
korporasi tertentu.
menyalahgunakan
Tindak
pidana
korupsi
pada
hal
ini
malah
dorongan
orang
dan
ketika
kekuasaanya.
dasarnya bukanlah peristiwa yang berdiri
2. Faktor eksternal, yaitu pemicu
sendiri. Perilaku korupsi menyangkut
perilaku korup yang disebabkan
berbagai hal yang bersifat kompleks.
oleh faktor di luar diri pelaku.
Faktor penyebabnya bisa dari internal
a. Aspek
sikap
masyarakat
pelaku-pelaku korupsi (internal), tetapi
terhadap
bisa juga berasal dari situasi lingkungan
masyarakat
yang kondusif bagi seseorang untuk
menyuburkan tindak pidana
melakukan korupsi(eksternal).
korupsi karena nilai-nilai di
Faktor
korupsi.
Sikap
berpotensi
penyebab korupsi dapat dikelompokkan
masyarakat
kondusif
menjadi 2 yaitu :
terjadinya
korupsi
1. Faktor internal, yaitu merupakan
untuk karena
korupsi
bisa
ditimbulkan
pendorong korupsi dari dalam diri,
karena
budaya
masyarakat.
yang terdiri dari:
Masyarakat kurang menyadari
a. Aspek
perilaku
terbentuk
individu
karena
sifat
tamak/rakus manusia, moral
bahwa korban utama korupsi adalah masyarakat sendiri. b. Aspek ekonomi, hal tersebut
yang kurang kuat serta gaya
karena
hidup yang komsumtif.
mencukupi kebutuhan.
b. Aspek sosial, dimana perilaku
pendapatan
tidak
c. Aspek politis , akibat dari
korupsi
terjadi
karena
upaya
dorongan
keluarga.
Kaum
kekuasaan
berpotensi
behavioris mengatakan bahwa
menyebabkan
timbulnya
lingkungan keluargalah yang
perilaku korupsi
secara
kuat
memberikan
dorongan bagi orang untuk
mempertahankan
d. Aspek organisasi, hal tersebut disebabkan
karena
tidak
104
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan…
adanya
sikap
.
keteladanan
wujud manisfestasi hukum kodrat sebagai
pimpinan, tidak adanya kultur
konsep pengaturan alam semesta di dalam
organisasi yang benar, kurang
kodrat rasional manusia menjadi criteria
memadainya
system
pertama keberlakuan hukum.6 Sebenarnya
akuntabilitas,
kelemahan
manusia adalah makhluk yang paling
pengendalian
sempurna mampu membedakan perilaku
system manajemen
serta
lemahnya
5
pengawasan. Penyebab
baik dan perilaku buruk, sehingga dengan kemampuan rasionalnya tersebut manusia
terberat
timbulnya
mampu
membentuk
hukum
perilaku korupsi adalah faktor internal.
menjalankan
Sikap moral dan dukungan keluarga yang
sebaik-baiknya.
bukannya memberikan hukuman atas
perilaku korupsi, banyak aturan dibuat
perilaku korupsi tersebut menyebabkan
sampai
perilaku korupsi tumbuh subur karena
pemberantasan korupsi namun, Indonesia
telah tertanam dari sejak usia kecil.
masih dibebani oleh perilaku koruptif
Perilaku koruptif yang sederhana telah
sebagian orang yang berdiam sebagai
biasa tidak mendapatkan teguran dan
warganegara di wilayah Indonesia. Sikap
hukuman menyebabkan perilaku negative
dan perilaku menggunakan kompetensi
tersebut membentuk mentalitas manusia
yang dimiliki untuk menguntungkan diri
menuju kea rah perilaku koruptif yang
sendiri
lebih
terselubung dari sifat individualistis dari
besar
mendatangnya
lagi apalagi
di jika
kehidupan manusia
hukum
tersebut
dan
Termasuk
dibentuk
manusia
itu
hal
lembaga
bahaya
sendiri.
yang
Wewenanglah
tersebut memiliki wewenang yang tinggi
sebenarnya
untuk menentukan keputusan yang dapat
perilaku korupsi. Jika seseorang tidak
menguntungkan diri sendiri, keluarga
memiliki wewenang, maka dia tidak dapat
maupun korporasinya.
memberikan
pengaruh
menguntungkan
bagi
Pada umumnya, manusia adalah
dasar
dalam
suatu
merupakan
dengan
dapat
terwujudnya
yang
perkembangan
makhluk yang dapat membedakan antara
korupsi tersebut. Wewenang seharusnya
baik dan buruk karena manusia telah
diberikan
berbekal akal budi. Akal budi merupakan
memiliki mentalitas yang baik agar dapat
5
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan RI Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2011, Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi, Cetakan Pertama, Jakarta, h. 47-49.
kepada
seseorang
yang
menguasai dirinya untuk tidak berperilaku 6
E. Sumaryono, 2006, Etika Hukum Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas, cetakan kelima, Kanisius, Yogyakarta, h. 288.
105
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan…
koruptif.
Jika
wewenang
tersebut
.
kekuasaan legislatif maupun kekuasaan
digunakan untuk kepentingan yang tidak
pemerintah.
sepantasnya, pada saat itulah telah terjadi
(competence,
penyalahgunaan wewenang.
mengenai sesuatu onderdil tertentu atau
2.
Konsep wewenang
bidang tertentu saja. Jadi kewenangan
Seperti diuraikan di atas, korupsi
merupakan kumpulan dari wewenang-
yang
timbul
dari
pejabat
publik
Sedangkan
wewenang
bevoegdheid)
wewenang.
hanya
Wewenang
merupakan korupsi yang lebih berbahaya
kemampuan
dari korupsi private, karena seorang
tindakan hukum publik atau secara yuridis
pejabat publik dengan kewenangannya
wewenang adalah kemampuan bertindak
dapat berbuat sesuatu yang mengarah
yang diberikan oleh undang-undang yang
pada
berlaku
perilaku
negative.
baik
Perilaku
positif
maupun
positif
berarti
untuk
adalah
untuk
melakukan
melakukan
hubungan hukum. Pada dasarnya setiap wewenang
dibuat oleh pejabat tersebut berlaku untuk
berlaku
kepentingan bersama dan tidak melanggar
dasarnya
aturan yang berlaku. Sedangkan perilaku
diperolehnya
negative
bersumber dari aturan.
pada penggunaan
wewenang yang dimilikinya berlebihan atau melanggar aturan.
yang
secara
dimiliki yuridis
setiap
awalnya
selalu
pada
Menurut Henc van Maarseveen
menyebutkan, di dalam hukum publik
Kekuasaan
dari 3 komponen, yaitu :
macht,
adalah
pouvoir)
kemampuan
untuk mempengaruhi pihak lain agar mengikuti
kehendak
pemegang
kekuasaan, baik secara sukarela maupun dengan terpaksa. Kewenangan (authority, gezag)
adalah
pada yang
wewenang
sosiologis
karena
wewenang
kekuasaan, kewenangan dan wewenang.
secara
seseorang
yang dikutip oleh Philipus M. Hadjon dkk
S.F. Marbun membedakan antara
(power,
hubungan-
7
mengarah pada keputusan-keputusan yang
mengarah
suatu
kekuasaan
yang
sekurang-kurangnya
terdiri
1. Komponen pengaruh, ialah bahwa penggunaan dimaksudkan
wewenang untuk
mengendalikan perilaku subyek hukum;
diformalkan baik terhadap segolongan orang
tertentu,
maupun
kekuasaan
terhadap sesuatu bidang pemerintahan tertentu secara bulat yang berasal dari
7
S.F.Marbun, 1997, Peradilan Administrasi Negara Dan Upaya Administrasi Di Indonesia, Cetakan Pertama, Liberty, Yogyakarta, h.153-154.
106
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan…
2. Komponen dasar hukum, bahwa
tidak
melanggar
.
aturan
maka
akan
wewenang itu selalu harus dapat
menghasilkan suatu pelayanan birokrasi
ditunjuk dasar hukumnya;
yang terbaik.
3. Komponen konformitas hukum, mengandung
makna
adanya
Dalam Pasal 1 Angka (4) Peraturan Pemerintah
Nomor
61
Tahun
2010
standard wewenang, baik standard
tentang Pelaksanaan UU Nomor 14 Tahun
umum (semua jenis wewenang)
2008
maupun standard khusus (untuk
Publik disebutkan bahwa
tentang
Keterbukaan
Informasi
jenis wewenang tertentu).8
Pejabat Publik adalah orang yang
Ketika seseorang memperoleh wewenang
ditunjuk dan diberi tugas untuk
seharusnya berpedoman pada 3 komponen
menduduki posisi atau jabatan
tersebut, sehingga setiap menjalankan
tertentu pada Badan Publik.
wewenangnya tidak menimbulkan cacat
Sedangkan dalam Pasal 1 angka (2)
kewenangan karena melanggar ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
yang mendasar dari wewenang yang
2010 tentang Pelaksanaan UU Nomor 14
diperolehnya.
Tahun
3.
Pejabat
Publik
Dan
Keterbukaan
Informasi Publik disebutkan bahwa
pemerintahan,
eksekutif, legislatif, yudikatif, dan
pejabat publik memegang peranan yang
badan lain yang fungsi dan tugas
sangat penting dalam perkembangan arah
pokoknya
pemerintahan
penyelenggaraan
merupakan
lingkup
tentang
Badan Publik adalah lembaga
Kewenangannya Dalam
2008
sehingga tombak
keberadaannya utama
sebuah
berkaitan
dengan
negara,
yang
sebagian atau seluruh dananya
pelayanan publik yang baik. Pejabat
bersumber
publik merupakan gambaran pimpinan
Pendapatan dan Belanja Negara
dalam suatu organisasi birokrasi yang
dan/atau
akan
dan
membawa
tergantung
pelayanan
birokrasi
pada karakter dari pejabat
dari
Anggaran
Belanja
organisasi
Anggaran
Pendapatan
Daerah,
atau
nonpemerintah
publik itu sendiri. Oleh karena itu, pejabat
sepanjang sebagian atau seluruh
publik yang mampu bekerja terintegrasi
dananya bersumber dari Anggaran
dalam tugas dan fungsinya yang tepat dan
Pendapatan dan Belanja Negara
8
Philipus M. Hadjon, et all, 2011, Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, h. 10.
dan/atau
Anggaran
Pendapatan
107
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan…
dan Belanja Daerah, sumbangan
Persaingan
masyarakat, dan/atau luar negeri.
hingga
Sehingga dapat disebutkan jabatan dalam
suatu
menggunakan
badan uang
publik Negara
Regulator
sebagai
oleh
Bambang
Giyanto
menyebutkan bahwa pejabat publik dapat dibagi menjadi 2 yaitu : a.
DPR,
DPD,dan
DPRD;
b.
Pejabat administratif, yaitu: 1) Pejabat struktural pusat (Eselon I dan II);
3) Pejabat
struktural
kabupaten/kotamadya
daerah (Eselon
II
dan III);
2) Pejabat yudikatif, yaitu pimpinan Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial. 3) Pejabat Eksekutif, yaitu : a) Presiden dan Wakil Presiden; b) Menteri dan pejabat pemerintah setingkat Menteri; c) Gubernur dan Wakil Gubernur; d) Duta Besar; e) Bupati/Wakil Bupati dan Wali Kota/Wakil Wali Kota. 4) Pejabat akuntatif, yaitu pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan; 5) Pejabat lembaga publik seminegara, termasuk di antaranya ; lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
Air Minum PAM Jakarta.
(Eselon I dan II);
1) Pejabat legislatif, yaitu ketua dan MPR,
Telekomunikasi
2) Pejabat struktural daerah propinsi
Pejabat Negara, yaitu :
anggota
regulator
Indonesia dan Badan Regulator
anggarannya maka dapat disebut sebagai
dikutip
badan-badan
(KPPU)
inrastruktur publik, seperti Badan
yang
pejabat publik. Menurut Nugroho yang
.
Usaha
Komisi
Perlindungan
4) Para pejabat hubungan masyarakat pemerintah; 5) Pejabat
pimpinan
tingkat
bawah
desa/lurah).
pelaksana (camat,
di
kepala
9
Kedudukan pejabat publik dalam birokrasi mempunyai peranan yang sangat penting karena sebagai seorang pejabat mereka memiliki kewenangan yang cukup besar dalam pelayanan publik terhadap masyarakat. Seorang pejabat publik dapat mempengaruhi
system
pelayanan
di
masyarakat yang terkadang membawa dampak adanya korupsi, kolusi dan nepotisme. 9
Persoalan
inilah
yang
Nugroho dalam Bambang Giyanto, 2009, “Kewenangan Pejabat Publik Pengganti Dalam Pengambilan Keputusan Kebijakan Publik” Jurnal Administrator, Volume 5 Nomor 1 h. 4-5.
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan…
108
.
terkadang menghasilkan dampak buruk
unsur-unsur
tentang pelayanan publik di masyarakat.
satu sama lain dan bekerja sama untuk
Adanya pandangan luas dari masyarakat
mencapai
bahwa
Sedangkan
berhadapan
dengan
birokrasi
yang mempunyai interaksi
tujuan
kesatuan
tersebut.10
menurut Bellefroid seperti
pemerintah harus memiliki koneksi (orang
dikutip oleh Riduan Syahrani disebutkan
dalam) di lingkungan birokrasi tersebut
bahwa sistem hukum sebagai suatu
atau harus mampu memberikan suap atau
rangkaian kesatuan peraturan-peraturan
gratifikasi untuk memudahkan setiap
hukum yang disusun secara tertib menurut
langkah administrasi pemerintahan. Hal
asas-asasnya.11 Sehingga jika diperhatikan
itu
yang
maka, sistem hukum berkenaan dengan
menakutkan bagi masyarakat sehingga
hubungan yang saling mendukung antar
mereka
unsur-unsur
telah
menjadi
lebih
momok
senang
berurusan
administrasi pemerintahan melalui calo untuk
mempermudah
segala
merupakan pelanggaran moral dan etika bagi
setiap
publik
Friedman
yang
melakukan pelanggaran hukum tersebut.
2. Subtansi;
Ada
3. Budaya hukum.12
penulis
berkenaan dengan faktor-faktor timbulnya perilaku korup dari pejabat publik yaitu :
mengemukakan
sistem hukum terdiri dari : 1. Struktur ;
pengamatan
dapat
komponen-komponen yang membentuk
yang
beberapa
pejabat
akan
Lain pula dipaparkan oleh Lawrence M
Perbuatan korupsi tersebut juga
tidak
terlepas satu dengan yang lainnya.
bentuk
administrasi pemerintahan.
yang
Struktur merupakan bagian yang tidak lepas dari keberadaan sumber daya
1. Sistem hukum
manusia yang berada dalam suatu sistem
2. Karakterisitik pejabat publik
hukum. Sumber daya manusia yang baik
3. Kesadaran hukum
maka akan membentuk sistem hukum
Berbicara sistem hukum maka akan dikenal
tentang susunan yang saling
yang efektif, efisien dan berdayaguna. Seringkali terbentuknya struktur
yang
berkaitan satu dengan yang lainnya dan tidak dapat dihilangkan peranan masingmasing dari susunan tersebut. Seperti diungkapkan
pula
oleh
Mertokusumo
bahwa
sistem
Sudikno hukum
adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
10
Sudikno Mertokusumo, 2007, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, cetakan Kelima,Liberty, Yogyakarta, h.18. 11 Riduan Syahrani, 2004, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Cetakan ketiga, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.159. 12 Lawrence M. Friedman, 2009, Sistem Hukum : Perspektif Ilmu Sosial, Cetakan Kedua, Nusa Media, Bandung,h. 15-16.
109
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan…
baik
dalam
suatu
sistem
.
hukum
tidak dibenarkan baik dari segi agama
menggerakkan organisasi yang bersih dan
maupun hukum karena menggunakan
berwibawa. Hal inilah yang menjadi
segala cara yang tidak halal atau tidak
kendala yang sangat mengganggu kerja
baik
suatu sistem hukum dalam suatu birokrasi
diinginkan merupakan perbuatan yang
pemerintahan, karena perekrutan pegawai
melanggar etika (moral) dan hukum.
negeri sipil (PNS) maupun Aparatur Sipil Negara
(ASN)
mencapai
tujuan
yang
Substansi sebagai komponen isi dari
dengan
sistem hukum, hal itu berkenaan dengan
pengangkatan pejabat publik sangat kental
peraturan-peraturan yang terbentuk di
dengan korupsi,kolusi dan nepotisme
masyarakat yang dijadikan pedoman bagi
(KKN),
memunculkan
seluruh
lapisan
kepentingan-kepentingan yang mengarah
pejabat
publik
pada suap, gratifikasi dan hubungan
berperilaku. Substansi hukum tentang
kedekatan dengan pejabat pemerintahan
hukuman bagi pelaku korup tidaklah
menjadi hal yang wajar pada zaman
memberikan efek jera karena sanksi
sekarang. Padahal hal itu menyebabkan
pidana yang diterapkan sangatlah ringan
rekrutmen
pejabat
sehingga tidak membuat pelaku jera.
pemerintahan
Sedangkan hal terakhir dalam komponen
menjadi tidak fair dan menimbulkan
sistem hukum adalah budaya hukum. Ini
persaingan tidak sehat. Selain itu, dengan
merupakan faktor yang paling sulit untuk
praktek
dirubah
publik
sampai
untuk
sehingga
dan
di
pengangkatan
lingkungan
KKN
perubahan
itu
mengakibatkan
karakterisitik
manusia
itu
karena
masyarakat itu
termasuk
sendiri
berhubungan
dalam
dengan
kebiasaan yang terjadi dalam masyarakat.
sendiri menjadi manusia yang tidak
Budaya
memiliki etika karena bagi mereka semua
menyuburkan praktik korupsi di segala
kepentingan
dapat
biadang kehidupan masyarakat. Adanya
diwujudkan dengan melakukan politik
prinsip saling membutuhkan serta suatu
uang yaitu
menggunakan uang untuk
proses birokrasi yang sangat rumit dan
memengaruhi keputusan tertentu, dalam
berbelit-belit menyebabkan masyarakat
hal
untuk
seringkali mencari jalan pintas untuk
dalam
mendapatkan
ini
yang
uang
mempengaruhi
diinginkan
dijadikan
alat
seseorang 13
menentukan keputusan.
hukum
negatif
pelayanan
seringkali
terbaik
dari
Hal itu sangat
pejabat publik. Pemberian suap dan
Hepi Rita Zen, 2015, “Politik Uang Dalam Pandangan Hukum Positif dan Syariah”,
Jurnal Al-Adalah, Volume XII, No 3, Juni 2015, h. 527.
13
110
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan… .
gratifikasi seolah-olah merupakan hal
kewenangan yang dimilikinya itu, pejabat
yang wajar diberikan sebagai bentuk
publik seringkali bertindak sewenang-
ucapan
wenang
terimakasih
pegawai
dan
padahal
pejabat
peranan
publik
adalah
maupun
penyalahgunaan
melakukan
wewenang
yang
melayani masyarakat. Selain itu, perilaku
berdampak pada terbentuknya perilaku
pegawai pemerintahan termasuk pejabat
koruptif.
publiknya
menerapkan
pungutan
Semua
kriteria
yang
mendasari
liar(pungli) yaitu dengan memungut biaya
terbentuknya karakter dan budaya hukum
di luar ketentuan peraturan perundang-
yang negatif inilah yang perlu dilakukan
undangan sehingga
perubahan yang mendasar mulai dari
proses pelayanan
publik yang seharusnya dengan biaya
rekrutmen
murah menjadi terkesan sangat malah
kebiasaan yang menjadi budaya hukum di
karena adanya biaya tambahan di luar
masyarakat agar timbul suatu kesadaran
pungutan
hukum baik dari struktur organisasi
yang
diwajibkan
dalam
peraturan perundang-undangan.
yang
merubah
perilaku korup telah mengakar dan sangat
terbentuknya karakterisitik yang buruk
sulit untuk melepas konsep berpikir
pula
bahwa segala hal itu harus didapat dengan
pejabat
berakibat
sendiri. Hal itu tidaklah mudah, karena
pada
dari
buruk
dengan
pemerintahan sampai pada masyarakat itu
Perilaku yang terbentuk dari sistem hukum
sampai
publik.
Filosofi
keberadaan birokrasi pemerintahan adalah
segala cara
memberikan pelayanan
Program perubahan karakteristik sistem
yang optimal
kepada masyarakat hanya saja filosofi
dan
tersebut
dicanangkan
berubah
menjadi
kedudukan
dalam diri masyarakat.
sumber
daya oleh
manusia
yang
Pemerintah
yaitu
birokrasi pemerintah termasuk pejabat
revolusi mental harus segera ditindak
publik harus dilayani oleh masyarakat,
lanjuti
sehingga menjadi hal
menjadi
masyarakat
laten
korupsi bagi
telah bangsa
Indonesia selain merusak sistem hukum,
administrasi harus mengeluarkan biaya
juga dapat merusak cara berpikir manusia
tambahan diluar peraturan yang ada.
Indonesia sehingga tidak ada keinginan
Selain
memiliki
untuk berusaha dan bekerja keras karena
kewenangan yang seharusnya diguanakan
politik uang dapat mempermudah segala
untuk
keinginan
pejabat
memberikan
segala
bahaya
bahaya
bentuk
itu,
mengurus
yang wajar jika
karena
publik
pelayanan
yang
terbaik bagi masyarakat, namun dengan
diwujudkan.
dan
kepentingan
untuk
111
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan… .
C.
PENUTUP
masyarakat. Termasuk melakukan
1.
Simpulan
perubahan
Penanggulangan terhadap perilaku
penganggkatan pejabat publik.
korup dari pejabat publik memang tidak
b.
dari
rekrutmen
dan
Bagi pejabat publik, diwajibkan
mudah, karena perilaku tersebut telah
menanamkan
tersistematis dan menjadi karakteristik
terbaik bagi masyarakat karena
yang
sebenarnya pejabat publik adalah
mengakar dari setiap perilaku
pejabat
publik.
Selain
itu,
budaya
memberikan suap dan gratifikasi yang telah
menjadi
masyarakat
kebiasaan
konsep
pelayanan
pelayan masyarakat. c.
Bagi masyarakat diharapkan ikuti
dalam
prosedur administrasi yang benar
mempermudah
karena sebenarnya perilaku dan
berkembangnya perilaku korup tersebut.
kebiasaan
mencari
segalanya
Kesadaran hukum yang kurang dipahami
dengan mudah tanpa mau berusaha
oleh segala laipsan masyarakat termasuk
menyebabkan
pejabat publik bahwa setiap perilaku
perilaku korupsi itu sendiri.
berkembangnya
diatur dalam peraturan hanya saja jika memperhatikan substansi hukum dalam
DAFTAR PUSTAKA
peraturan korupsi tidak memberikan efek
BUKU :
jera bagi pelaku, kenyataan di lapangan,
Denny Indrayana, 2008, Negara Antara Ada Dan Tiada Reformasi Hukum Ketatanegaraan, Cetakan Pertama, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta
penegakan hukum bagi koruptor jauh dari kata adil dan sangatlah ringan sehingga tidak memberikan efek jera maupun pelajaran yang berharga bagi calon pelaku yang ingin melakukan perbuatan korupsi lainnya. 2. a.
Saran Bagi pemerintah terapkan program revolusi mental dengan sungguhsungguh, baik dengan melakukan perubahan
sistem
karakterisitik
pejabat
hukum, publik
maupun menimbulkan kesadaran hukum
bagi
setiap
lapisan
Friedman, Lawrence M,2009, Sistem Hukum : Perspektif Ilmu Sosial, Cetakan Kedua, Nusa Media, Bandung. Hadjon, Philipus M., et all, 2011, Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan RI Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2011, Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi, Cetakan Pertama, Jakarta.
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H. Penanggulangan…
Marbun,S.F., 1997, Peradilan Administrasi Negara Dan Upaya Administrasi Di Indonesia, Cetakan Pertama, Liberty, Yogyakarta Mertokusumo, Sudikno, 2007, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, cetakan Kelima,Liberty, Yogyakarta. Sumaryono, E, 2006, Etika Hukum Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas, cetakan kelima, Kanisius, Yogyakarta. Syahrani, Riduan, 2004, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Cetakan ketiga, Citra Aditya Bakti, Bandung.
JURNAL :
112
.
Bambang Giyanto, 2009, “Kewenangan Pejabat Publik Pengganti Dalam Pengambilan Keputusan Kebijakan Publik” Jurnal Administrator, Volume 5 Nomor 1. Zen, Hepi Rita, 2015, “Politik Uang Dalam Pandangan Hukum Positif dan Syariah”, Jurnal Al-Adalah, Volume XII, No 3, Juni 2015.
INTERNET : Anonim, www. Pengertianpakar.com Abdul-rossi.blogspot.com. diakses pada tanggal 1 mei 2016