SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
HALAMAN: 1 --153
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
PENANGANAN MASALAH PEKERJA ANAK MELALUI PEMBERDAYAAN ORGANISASI LOKAL “FORUM PEDULI ANAK” DI KELURAHAN CIBEUREUM KOTA CIMAHI Oleh:
Nada Kusuma1; Santoso Tri Raharjo2 1. Mahasiswa Program Magister Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran 2. Staf Pengajar pada Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran Email :
[email protected];
[email protected]
ABSTRACT This study aims to understand the process of empowerment of the FPA agencies in addressing the issue of child labor in Sub Cibeureum. The method used is a qualitative research method through descriptive research. Sources of primary data in this study are participants comprising officials FPA and child labor. while secondary data sources consist of documents FPA activity, some community leaders and some parents of child labor. Data collected through documentary studies, in-depth interviews, focus groups and participant observation. Collected data checked for validity through the extension of participation, persistence observation, trianguasi, checking the adequacy of their colleagues and references. Data which has proven its validity and then tested kualitatif.Hasil showed that the cause of child labor in Sub Cibeureum caused, among other things: poverty experienced by parents, their culture and tradition that sees the child to do the work as a form of devotion to the parents, and the availability of easy job accessible without the need for specific requirements. Child labor underpinning the establishment of the institution FPA by the community leaders. FPA institutions intended to address problems faced by child labor. In the implementation of the FPA agencies remains a bottleneck, caused by the lack of competence of the management in conducting the study groups and the lack of ability to access resources. These conditions give rise to the need to empower these institutions. Empowerment of FPA agencies conducted through reorganization and restructuring management. FPA successful empowerment activities to improve the ability of these institutions, so aim to conduct the study groups for working children can be reached. Keywords: Child Labour, Empowerment, Child Care Forum
Kajian ini bertujuan untuk memahami proses pemberdayaan terhadap lembaga FPA dalam menangani masalah pekerja anak di Kelurahan Cibeureum. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif melalui jenis penelitian deskriptif. Sumber data primer dalam penelitian ini merupakan partisipan yang terdiri dari para pengurus FPA dan pekerja anak. sedangkan sumber data sekunder terdiri dari dokumen kegiatan FPA, beberapa tokoh masyarakat dan beberapa orang tua dari pekerja anak. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi, wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus dan observasi partisipatif. Data yang terkumpul selanjutnya dicek keabsahannya melalui perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianguasi, pengecekan sejawat dan kecukupan referensi. Data yang telah teruji keabsahannya kemudian diuji secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab pekerja anak di Kelurahan Cibeureum disebabkan antara lain : kemiskinan yang dialami orangtua, adanya budaya dan tradisi yang memandang anak wajib melakukan pekerjaan sebagai bentuk pengabdian kepada orangtua, dan 9
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
tersedianya pekerjaan yang mudah diakses tanpa membutuhkan persyaratan tertentu. Adanya pekerja anak ini mendasari dibentuknya lembaga FPA oleh para tokoh masyarakat. Lembaga FPA dimaksudkan untuk menangani masalah yang dihadapi pekerja anak. Dalam pelaksanaannya lembaga FPA masih mengalami hambatan, yang disebabkan oleh kurangnya kompetensi pengurus dalam menyelenggarakan kegiatan kelompok belajar dan kurangnya kemampuan dalam mengakses sumber. Kondisi ini menimbulkan adanya kebutuhan untuk memberdayakan lembaga tersebut. Pemberdayaan terhadap lembaga FPA dilakukan melalui reorganisasi dan restrukturisasi kepengurusan. Kegiatan pemberdayaan terhadap FPA berhasil meningkatkan kemampuan lembaga tersebut, sehingga tujuannya untuk melaksanakan kegiatan kelompok belajar bagi pekerja anak dapat tercapai. Kata Kunci : Pekerja Anak, Pemberdayaan, Forum Peduli Anak
(Pasal 6). Hak hidup yang melekat pada diri
PENDAHULUAN Esensi
community
based
setiap anak harus diakui atas kelangsungan
development
hidup dan perkembangannya harus dijamin.
memposisikan masyarakat sebagai subyek pembangunan,
sehingga
bertanggungjawab
mereka
untuk
Penghargaan terhadap pendapat anak (Pasal
lebih
12). Pendapat anak terutama yang menyangkut
mendukung,
hal-hal
memelihara, dan meningkatkan hasil–hasil
Konvensi Hak Anak tersebut diratifikasi oleh
Sebagai bagian dari masyarakat bangsa, anak
pemerintah Indonesia dalam Keppres No. 36
juga memiliki hak yang berguna dalam
tahun
dan
pekerja anak, dan hak untuk memperoleh
yang dianut dalam Konvensi Hak Anak adalah
pendidikan. Keppres ini kemudian menjadi
: Non Diskriminasi (Pasal 2). Semua hak anak
salah satu dasar dari Undang-undang Nomor
yang diakui dan terkandung dalam KHA harus
pembedaan
apapun.
Kepentingan
tersebut
berperan serta, hak untuk menolak menjadi
konvensi pada tahun 1989. Prinsip-prinsip
anak
Keppres
berkembang, hak untuk dilindungi, hak untuk
Perserikatan Bangsa-bangsa melalui suatu
setiap
Dalam
antara lain: hak untuk hidup layak, hak untuk
anak secara internasional dilakukan oleh
kepada
1990.
dinyatakan bahwa anak memiliki hak-hak
perkembangannya. Pengakuan terhadap hak
diberlakukan
mempengaruhi
pengambilan keputusan.
kemaslahatan mereka bersama.
pertumbuhan
dapat
kehidupannya, perlu diperhatikan dalam setiap
pembangunan secara berkesinambungan untuk
menjamin
yang
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
tanpa
seperti dijabarkan mulai dari pasa 4 sampai
terbaik
dengan pasal 18.
untuk anak (Pasal 3). Semua tindakan yang menyangkut anak, pertimbangan utamanya
Dubowitz (2000:11) menyebutkan bahwa
adalah
anak.
kebutuhan dasar anak meliputi : makanan yang
Kelangsungan hidup dan perkembangan anak
memadai, pakaian, perumahan, perawatan
apa
yang
terbaik
untuk
10
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
kesehatan,
VOLUME: 6
pendidikan,
NOMOR: 1
pengawasan,
HALAMAN: 1 --153
bagi
masa
depan
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
anak.
Dengan
tidak
perlindungan dari lingkungan yang berbahaya,
bermaksud untuk masuk dalam perdebatan
perawat asuhan, kasih sayang, dukungan, dan
tersebut, tinjauan konseptual dan teoritis ini
cinta.
akan menyoroti penyebab dan akibat dari
Sedangkan
menyampaikan
Hurlock
kebutuhan
(1993:107), pada
pekerja anak, keterkaitan beberapa teori dalam
umumnya sebagai berikut : Kebutuhan fisik,
memahami penyebab pekerja anak, dan
Kebutuhan Emosional, Kebutuhan Intelektual
akhirnya
Dengan melibatkan masyarakat dalam proses
pekerja anak.
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
Permasalahan yang dihadapi oleh para pekerja
dapat
yang
anak di Kelurahan Cibeureum bukan hanya
dibutuhkan demi akselerasi program -program
rendahnya tingkat pendidikan yang disebabkan
pembangunan (Bryant C. & White, L. G.,
oleh putus sekolah, tetapi juga beberapa
1987).
masalah lain yang dapat berdampak pada
Pemberdayaan pada lembaga Forum Peduli
proses tumbuh kembang anak. Para pekerja
Anak (FPA) dilakukan untuk meningkatkan
anak ini juga rentan mengalami eksploitasi
keberdayaan pada dimensi interpersonal dan
secara ekonomi dari keluarga mereka, dan
politik. Hal ini disebabkan pada kedua dimensi
beberapa bentuk perlakuan kasar di tempat
itu lembaga Forum Peduli Anak (FPA) kurang
mereka bekerja. Perlakuan kasar tersebut
berdaya, sehingga tujuannya belum dapat
biasanya mereka terima dari rekan kerja yang
dicapai. Peningkatan keberdayaan dimensi
lebih dewasa, sebagai bentuk dari adanya
interpersonal dan politik dari lembaga FPA
persaingan dalam melakukan pekerjaannya.
setelah melalui proses pemberdayaan, dapat
Kebijakan internasional dalam penanganan
membantu lembaga tersebut untuk mencapai
pekerja anak adalah dengan memberikan
tujuannya yaitu menyelenggarakan kegiatan
batasan
kelompok belajar bagi pekerja anak.
mengerjakan jenis pekerjaan tertentu. Selain
Pekerja anak merupakan salah satu fenomena
itu juga melarang anak-anak untuk bekerja
permasalahan sosial yang dialami oleh anak.
pada sektor-sektor yang berbahaya atau jenis
Fenomena ini awalnya kurang dianggap
pekerjaan yang terburuk bagi anak. Sebagai
sebagai suatu permasalahan sosial karena
jalan
terkait dengan budaya di beberapa tempat
meratifikasi aturan tersebut diwajibkan untuk
tertentu
menjamin
meningkatkan
bahwa
anak
self-reliance
melibatkan
anak
dalam
mengulas
usia
pada
keluarnya,
setiap
penanganan
anak
setiap
anak
untuk
negara
masalah
boleh
yang
memperoleh
pekerjaan merupakan pembelajaran untuk
kebutuhannya. Berbagai program pemerintah
memberikan bekal ketrampilan yang berguna
untuk menjamin agar setiap anak dapat tetap bersekolah dan tidak menjadi pekerja anak, 11
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
tidak serta merta dapat membuat para pekerja
Peduli Anak (FPA), yang beranggotakan para
anak di Kelurahan Cibeureum untuk kembali
tokoh masyarakat yang memiliki kepedulian
bersekolah. Anak-anak ini menyatakan bahwa
terhadap nasib dan masa depan anak di
mereka dan orangtuanya tetap tidak mampu
Kelurahan Cibeureum. Tujuan dibentuknya
membayar biaya sekolah yang masih mahal.
organisasi lokal ini adalah untuk menjamin
Mereka masih memilih untuk tetap bekerja
terpenuhinya
karena dapat menghasilkan uang. Anak-anak
kebutuhan pendidikan, pemanfaatan waktu
ini bekerja pada lingkungan kerja yang tidak
luang
sehat karena penuh dengan polusi, dan
perkembangannya, dan melindungi anak dari
cenderung berbahaya karena resiko kecelakaan
perlakuan salah dan diskriminatif.
lalu-lintas yang cukup tinggi. Selain resiko
Kondisi ini menunjukkan adanya dukungan
fisik yang mungkin dialami oleh anak, mereka
dari masyarakat terhadap rencana kegiatan.
juga
resiko
Hal ini setidaknya dapat dilihat dengan adanya
terbatasnya
antusiasme anak untuk mengikuti kegiatan
keterampilan sebagai akibat dari rendahnya
kelompok belajar. Namun demikian tergambar
tingkat pendidikan.
juga adanya kendala yang dihadapi oleh Forum
Istilah pekerja anak merupakan suatu istilah
Peduli Anak dalam pelaksanaan kegiatannya.
yang seringkali menimbulkan perdebatan,
Kendala tersebut apabila tidak segera diatasi
meskipun
untuk
akan berdampak kontra produktif terhadap
menggantikan istilah buruh anak. Departemen
pencapaian tujuan forum itu sendiri. Hal inilah
Tenaga Kerja dan Transmigrasi menggunakan
yang kemudian menarik perhatian peneliti
istilah anak-anak yang terpaksa bekerja. Biro
untuk memahami secara lebih mendalam
Pusat Statistik menggunakan istilah anak-anak
tentang kegiatan Organisasi Lokal Forum
yang aktif secara ekonomi. Namun demikian
Peduli
definisi Pekerja Anak yang dapat diterima
menggambarkan penanganan pekerja anak
secara umum adalah definisi yang disampaikan
melalui organisasi lokal Forum Peduli Anak di
oleh ILO / IPEC. Menurut ILO / IPEC pekerja
Kelurahan Cibeureum Kecamatan Cimahi
anak adalah anak yang bekerja pada semua
Selatan Kota Cimahi
masih
rendahnya
harus
menanggung
pengetahuan
sama-sama
dan
digunakan
yang
kebutuhan
positif
Anak.
anak
untuk
Tujuan
terutama
menunjang
penelitian
ini
jenis pekerjaan yang membahayakan atau mengganggu fisik, mental, intelektual dan TINJAUAN PUSTAKA
moral.
Pengertian Anak
Kondisi yang dialami oleh pekerja anak ini menarik perhatian para tokoh masyarakat
Anak
setempat. Kondisi organisasi lokal Forum
kehidupan manusia yang berbeda dengan masa 12
merupakan
bagian
dari
rentang
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
dewasa.
Penetapan
VOLUME: 6
tentang
usia
NOMOR: 1
anak
HALAMAN: 1 --153
b.
Kepentingan terbaik untuk anak (Pasal 3). Semua tindakan yang menyangkut anak, pertimbangan utamanya adalah apa yang terbaik untuk anak.
c.
Kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Pasal 6). Hak hidup yang melekat pada diri setiap anak harus diakui atas kelangsungan hidup dan perkembangannya harus dijamin.
d.
Penghargaan terhadap pendapat anak (Pasal 12). Pendapat anak terutama yang menyangkut hal-hal yang dapat mempengaruhi kehidupannya, perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan keputusan.
disesuaikan dengan kepentingan masingmasing pihak yang mendefinisikannya. Pembatasan
usia
anak
yang
jelas
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
membedakannya dengan usia dewasa seperti disampaikan dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-undang tersebut merupakan ratifikasi dari Konvensi Hak Anak, yang menyatakan bahwa : “Anak adalah setiap orang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Batasan usia anak menurut UU No. 23/2002 ini
Konvensi Hak Anak tersebut diratifikasi oleh
merupakan penyempurnaan dari batasan yang
pemerintah Indonesia dalam Keppres No. 36
diatur dalam UU No. 4 tahun 1979 tentang
tahun
Kesejahteraan Anak. Undang-undang tersebut
1990.
Dalam
Keppres
tersebut
dinyatakan bahwa anak memiliki hak-hak
mendefinisikan anak sebagai seseorang yang
antara lain: hak untuk hidup layak, hak untuk
belum berusia 21 tahun dan belum menikah.
berkembang, hak untuk dilindungi, hak untuk berperan serta, hak untuk menolak menjadi Hak dan Kewajiban Anak
pekerja anak, dan hak untuk memperoleh
Sebagai bagian dari masyarakat bangsa, anak
pendidikan. Keppres ini kemudian menjadi
juga memiliki hak yang berguna dalam
salah satu dasar dari Undang-undang Nomor
menjamin
dan
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
perkembangannya. Pengakuan terhadap hak
seperti dijabarkan mulai dari pasa 4 sampai
anak secara internasional dilakukan oleh
dengan pasal 18.
Perserikatan Bangsa-bangsa melalui suatu
Selain itu menurut UU No. 23/2002 pasal 19, setiap anak memiliki kewajiban untuk :
pertumbuhan
konvensi pada tahun 1989. Prinsip-prinsip yang dianut dalam Konvensi Hak Anak adalah
menghormati orangtua, wali dan guru, mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi teman, mencintai tanah air, bangsa dan negara, menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya, dan melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.
: a.
Non Diskriminasi (Pasal 2). Semua hak anak yang diakui dan terkandung dalam KHA harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun.
13
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung; belajar mengembangkan konsep sehari-hari; mengembangkan kata hati; belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi; mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga. (Yusuf, 2004: 69-71)
Tugas Perkembangan Anak Tugas
perkembangan
pada
dasarnya
merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan
dalam
menuntaskan
tugas
c.
berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya (Havighurst, 1961; dalam Yusuf, 2004:65) Berdasarkan pandangan tersebut, maka tugas perkembangan anak dapat dikelompokkan sebagai berikut : a.
b.
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
Tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak (0-6 tahun), meliputi : belajar berjalan; belajar memakan makanan padat; belajar berbicara; belajar buang air kecil dan air besar; belajar mengenal perbedaan jenis kelamin; mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis; membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam; belajar mengadakan hubungan emosional dengan orangtua, saudara dan orang lain; belajar mengadakan hubungan baik dan buruk. (Yusuf, 2004: 66-68)
Tugas perkembangan pada masa remaja menurut William Kay meliputi: menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya; mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas; mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok; menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya; menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri; memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup (weltanschauung); mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan. (Yusuf, 2004: 72-73).
Menurut Havighurst (1961) dalam Yusuf (2004: 74-93) tugas perkembangan pada masa remaja meliputi : mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya; mencapai peran sosial sebagai
Tugas perkembagan pada masa sekolah (6-12 tahun) meliputi : belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan; belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis; belajar bergaul dengan teman-teman sebaya; belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya; belajar
pria atau wanita;
menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara
efektif;
mencapai
kemandirian
emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya;
mencapai
jaminan
kemandirian
ekonomi; memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan); mempersiapkan pernikahan dan 14
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
hidup
VOLUME: 6
berkeluarga;
NOMOR: 1
mengembangkan
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
Kebutuhan fisik
keterampilan intelektual dan konsep-konsep
Dalam hal ini seorang anak memerlukan
yang diperlukan bagi warga negara; mencapai
perawatan untuk kesehatan, kebutuhan akan
tingkah laku yang bertanggung jawab secara
pakaian, pangan, perumahan dan lain-lain.
sosial; memperoleh seperangkat nilai dan Kebutuhan emosional
sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku; beriman dan bertaqwa
Anak memerlukan kasih sayang yang cukup
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
untuk
mendukung
perkembangan
kestabilan
emosi,
kepribadiannya
serta
merangsang kreatifitas anak. Kebutuhan Anak Kebutuhan intelektual Setiap manusia dalam menjalani kehidupannya Anak
tidak terlepas dari beragam kebutuhan baik
membutuhkan
mengembangkan
fisik, mental, emosional yang semuanya itu
pengetahuan pengetahuan
untuk dan
intelektualnya, maka pengetahuan tentang cara
merupakan alat dan sarana untuk mencapai
bergaul dengan orang lain akan mudah
keberfungsiannya secara utuh. Prasyarat utama
dipahami anak.
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal adalah terpenuhinya kebutuhan
Kebutuhan anak pada dasarnya tidak dapat
dasar
kebutuhan
disama ratakan, karena mengikuti pada tahap
pendidikan,
perkembangan anak. Pemenuhan kebutuhan
perlindungan
anak akan berdampak pada pertumbuhan fisik,
terhadap segala diskriminasi dan perlakuan
perkembangan intelektual, mental dan sosial.
salah, serta kesempatan untuk menyuarakan
Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan anak
pendapatnya dalam berbagai keputusan yang
akan membawa dampak yang negatif pada diri
menyangkut nasib dirinya.
anak pada fase perkembangan selanjutnya.
anak
psikologis,
yang kasih
pemeliharaan
meliputi sayang,
kesehatan,
Anak
Dubowitz (2000:11) menyebutkan bahwa
yang
pemenuhan
kebutuhan dasar anak meliputi : makanan yang
menemui
kegagalan
kebutuhannya
akan
dalam mudah
mengalami kegagalan dalam penyesuaian diri.
memadai, pakaian, perumahan, perawatan pengawasan,
Kebutuhan anak secara spesifik akan berbeda-
perlindungan dari lingkungan yang berbahaya,
beda sesuai dengan tahapan perkembangan
perawat asuhan, kasih sayang, dukungan, dan
anak. Papalia (2001: 14-16) membagi tahapan
cinta.
perkembangan dalam delapan tahapan, yang
kesehatan,
pendidikan,
Sedangkan
menyampaikan
Hurlock
kebutuhan
(1993:107), anak
secara umum diterima oleh masyarakat
pada
industri barat. Delapan tahapan tersebut
umumnya sebagai berikut : 15
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
meliputi : masa konsepsi (masa pembuahan
interaksi antara anak dengan orang yang lebih
sampai dilahirkan sebagai bayi), masa bayi,
dewasa dalam lingkungan sosialnya (Hill dan
kanak-kanak awal, kanak-kanak akhir, remaja,
Tisdall:
dewasa awal, dewasa pertengahan, dan dewasa
dihadapi oleh anak dapat dikelompokkan
akhir atau lanjut usia.
dalam dua kelompok besar yaitu child neglect
Pada masa bayi, kebutuhan anak lebih
dan child abuse, kedua permasalahan tersebut
ditekankan pada pemenuhan kebutuhan dasar
dapat dikatakan sebagai child maltreatment
seperti makanan, pakaian, tempat tinggal,
(perlakuan salah terhadap anak). Perlakuan
perhatian dan kasih sayang terutama dari
salah terhadap anak dapat dikategorikan dalam
orangtua atau pengasuhnya. Pada masa kanak-
empat jenis yaitu, perlakuan salah secara fisik
kanak awal, anak lebih banyak membutuhkan
(physical abuse), perlakuan salah secara
perhatian sehingga mampu mengembangkan
emosional (emotional abuse / psychological
kontrol dirinya. Pada masa kanak-kanak akhir,
maltreatment),
seorang anak lebih banyak membutuhkan
neglect), dan perlakuan salah secara seksual
bergaul dengan teman sebayanya. Dengan
(sexual abuse) (Dubois, 2005:373).
demikian anak dapat mulai mempelajari
Physical abuse didefinisikan sebagai sebuah
perilaku yang sesuai dengan lingkungannya.
tindakan yang berakibat pada luka-luka secara
Pada
mulai
fisik atau yang bersiko dapat menyebabkan
mengembangkan kosep dirinya untuk mencari
luka (Dubowitz, 2000:15). Sedangkan Zastrow
identitas diri. Dalam masa ini anak tidak hanya
(2004) dan Dubois (2005) mendefinisikannya
membutuhkan pendidikan yang memadai,
sebagai luka-luka yang bukan berasal dari
tetapi juga kasih sayang dan perhatian dari
kecelakaan melainkan sebagai suatu akibat
orangtua agar anak
tidak salah dalam
dari tindakan membahayakan yang biasanya
mengembangkan konsep dirinya. Disamping
dilakukan oleh orang yang lebih dewasa
itu dukungan emosional dari peer group juga
(orangtua,
sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh
pengasuh, saudara). Tindakan tersebut dapat
adanya kecenderungan kedekatan remaja
berupa pukulan, tendangan, dibakar, atau
dengan peer group-nya dari pada dengan
gigitan.
orangtuanya sendiri.
Emotional abuse adalah perilaku orangtua atau
masa
remaja,
anak
pengasuh
1997:16).
penelantaran
teman
yang
Permasalahan
yang
secara
anak
lebih
sadar
yang
(child
dewasa,
dilakukan
sehingga merugikan anak secara emosional. Permasalahan Anak Berbagai
permasalahan
Zastrow (2004:175) menyebutkan bahwa yang
seringkali
emotional abuse and
dihadapi anak, biasanya muncul sebagai hasil
emotional neglect
merupakan dua tindakan yang termasuk dalam 16
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
emotional maltreatment. Perilaku yang dapat
Anak yang
dikategorikan sebagai emotional maltreatment
neglect) dan eksploitasi (child exploitation),
meliput: penolakan, pengisolasian, teror atau
Anak yang berada dalam kondisi darurat, Anak
tindakan
yang diperdagangkan (child traficking), Anak
yang
menimbulkan
kengerian,
pengabaian, dan penyalahgunaan.
mengalami pengabaian (child
yang terlibat kriminalitas atau berkonflik tindakan
dengan hukum , Anak yang terlibat dalam
penelantaran yang dilakukan dalam bentuk
produksi dan perdagangan obat terlarang,
tidak memenuhi kebutuhan dasar anak untuk
termasuk
mencapai kesehatan dan keselamatan. Lebih
NAPZA, Anak korban HIV/AIDS, Anak
lanjut Dubois (2005:373) menjelaskan bahwa
korban diskriminasi sosial.
yang termasuk dalam penelantaran anak
Sejalan dengan beberapa pengertian tersebut,
meliputi penelantaran secara fisik (pengabaian
akhir-akhir ini mulai banyak dijumpai adanya
terhadap pelayanan kesehatan), penelantaran
fenomena
pendidikan
Child
neglect
merupakan
korban
anak-anak
penyalahgunaan
yang bekerja atau
terhadap
anak
terpaksa bekerja. Anak-anak yang bekerja
bersekolah),
dan
dipandang sebagai media pembelajaran kepada
penelantaran secara emosional (pengabaian
anak untuk mempersiapkan masa depanya.
terhadap pemenuhan kebutuhan kasih sayang).
Dalam batasan ini bukanlah merupakan suatu
Sexual abuse seringkali berupa tindakan
masalah karena kebutuhan anak masih dapat
seksual terhadap seorang anak dimana anak
terpenuhi. Anak masih dapat memperoleh
tersebut tidak menghendakinya, biasanya
pendidikan,
dilakukan
bersosialisasi dengan teman sebayanya.
sehingga
(pengabaian
anak
tidak
dapat
dengan
melalui
paksaan
kesempatan
bermain
dan
menggunakan kekuatan, ancaman dengan
Adapun anak yang terpaksa bekerja atau
tindakan kekerasan. Sexual abuse dapat berupa
bahkan mungkin dipekerjakan, merupakan
sodomi, porngrafi anak, berbagai bentuk
bentuk eksploitasi terhadap anak. Dalam hal
kegiatan seksual yang pada dasarnya belum
ini anak tidak dapat terpenuhi beberapa
dipahami oleh anak, merayu, dan persetubuhan
kebutuhannya
baik dengan orang lain maupun dengan
kesempatan bermain, bersosialisasi dengan
saudara
sekandung
(Zastrow
2004:177,
teman
Dubois
2005:373).
Menurut
Suharto
memperoleh pendidikan. Dengan demikian
(2005:161) beberapa permasalahan anak yang
anak tidak hanya menjadi korban eksploitasi
termasuk dalam kategoti perlakuan salah
tetapi juga mengalami penelantaran.
terhadap anak meliputi:
17
sebaya
antara
dan
lain
kebutuhan
kebutuhan
untuk
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
menggunakan
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
Pekerja
pendekatan
anak
yang
ada
di
Kelurahan
penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
Cibeureum bekerja sebagai kusir delman
kualitatif merupakan penelitian yang dilandasi
(keretek) dan pedagang keliling.
oleh
merupakan
paradigma
dilakukan mengenai
untuk
post-positifistik memperoleh
penyebab
yang
satu
alat
transportasi
tradisional yang masih banyak digunakan oleh
penjelasan
munculnya
salah
Delman
warga
suatu
Kelurahan ini
Cibeureum. sempat
Meskipun
fenomena dengan mengumpulkan data berupa
belakangan
kata-kata. Lokasi Penelitian Penelitian ini
berkaitan dengan polusi dari kotoran kuda
dilakukan di Kelurahan Cibeureum Kecamatan
yang dihasilkan, bekerja sebagai kusir delman
Cimahi Selatan Kota Cimahi. Pemilihan lokasi
masih
ini didasarkan pada pertimbangan bahwa di
menjanjikan
wilayah tersebut ditemukan adanya pekerja
Delman
anak. Mereka bekerja sebagai kusir delman
Kelurahan Cibeureum pada dekade 1970-
(dalam bahasa setempat disebut keretek), dan
1980an. Pemanfaatan delman sebagai alat
menjadi pedagang keliling.
transportasi mencapai puncaknya pada tahun
menjadi
pilihan
bagi
mulai
terjadi
sebagian beroperasi
yang
polemik
cukup
masyarakat. di
wilayah
1990an. Pada tahun tersebut anak-anak mulai Pengumpulan data dalam penelitian ini
ikut-ikutan menjadi ‘kenek’ dari kusir delman.
dilakukan melalui penggunaan teknik-teknik
Kegiatan inilah yang mengawali keterlibatan
pengumpulan data sebagai berikut : Studi
anak dalam aktifitas sebagai kusir delman.
dokumentasi, dilakukan terhadap sumber data informasi
Gambaran mengenai karakteristik anak yang
pelengkap mengenai permasalahan penelitian.
bekerja sebagai kusir delman di Kelurahan
Dokumen yang digunakan berasal dari laporan
Cibeureum dapat diketahui dari beberapa
kegiatan dan dokumen-dokumen pendataan
aspek berikut ini: Usia Berdasarkan hasil
terhadap pekerja anak. Wawancara mendalam
observasi
kepada informan.
mendalam dengan pekerja anak di tempat
sekunder
untuk
mendapatkan
pangkalan
partisipatif
delman,
dan
peneliti
wawancara
menemukan
adanya 22 anak yang bekerja sebagai kusir. HASIL DAN PEMBAHASAN
Mereka berusia antara 11 tahun sampai 17
Profil Pekerja Anak
tahun, dengan usia terbanyak adalah 14 tahun (8 orang anak). Mereka mulai menjadi kusir
Fenomena pekerja anak akhir-akhir ini ramai
antara usia 7 tahun sampai 13 tahun, dengan
menjadi bahan pembicaraan di masyarakat,
usia terbanyak adalah 10 tahun (9 orang anak).
karena kesadaran akan pentingnya posisi anak
Usia dimana seorang anak mulai melakukan 18
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
aktifitas sebagai kusir cenderung berpengaruh
Dari 22 orang anak yang menjadi kusir, 7
terhadap tingkatan sekolah yang mereka
orang diantaranya memiliki 3 orang saudara
tempuh.
memulai
dalam keluarga. Berdasarkan kedudukannya
kegiatannya sebagai kusir pada usia 8 tahun,
dalam keluarga, 8 dari 22 orang anak yang
memiliki kecenderungan untuk lebih cepat
menjadi kusir adalah anak pertama dengan
putus
jenis kelamin laki-laki.
Anak-anak
sekolah.
Biasanya
yang
anak-anak
ini
pendidikan tertingginya hanyalah tamat SD.
Informasi diatas menjelaskan bahwa pada anak
Pada anak yang memulai kegiatannya sebagai
pertama dan berjenis kelamin laki-laki, turut
kusir pada usia diatas 8 tahun atau mendekati
memegang
10 tahun, kecenderungan putus sekolahnya
perekonomian
agak
mencapai
memperoleh uang bagi mereka menjadi hal
pendidikan tertingginya sampai dengan tamat
yang lebih penting, dari pada bersekolah yang
SMP. Status pendidikan kusir anak terdiri dari
justru membutuhkan biaya besar. Bekerja bagi
masih sekolah dan putus sekolah. Mereka yang
anak-anak ini tidak sekedar untuk mencari
masih sekolah berjumlah 6 orang, dengan
kesenangan,
rincian 4 orang bersekolah di SD, 2 orang di
pengabdian mereka pada orangtua. Informasi
lambat.
Mereka
bisa
SMP (kelas 2 dan 3). Mereka yang putus
peranan
penting
keluarga.
tetapi
juga
dalam
Bekerja
sebagai
dan
bentuk
ini peneliti peroleh pada saat menyaksikan
sekolah berjumlah 16 orang, dengan rincian 1
seorang
orang putus sekolah SMA, 1 orang putus
penghasilannya kepada orangtua mereka.
kusir
anak
yang
menyerahkan
sekolah SMP, 9 orang lulus SD dan 5 orang tidak tamat SD. Tingkat pendidikan tertinggi Pandangan Terhadap Pekerjaan Yang
dari para kusir anak ini hanyalah lulus SMP.
Dilakukan
Meskipun ada yang berhasil melanjutkan ke jenjang SMA, namun akhirnya harus berhenti
Anak-anak yang menjadi kusir memandang
juga setelah memasuki semester kedua.
pekerjaan yang mereka lakukan sebagai
Sedangkan rata-rata pendidikan kusir anak
aktifitas bermain yang mendatangkan uang.
yang lainnya adalah tidak tamat SD dan tidak
Hal ini memicu munculnya rasa senang pada
tamat SMP. Tingkat pendidikan para kusir
anak terhadap aktifitasnya tersebut. Pandangan
anak selengkapnya dapat dilihat pada tabel 8
ini terutama dimiliki oleh anak-anak warga
tentang karakteristik kusir anak. Status Dalam
setempat. Berbeda dengan anak dari warga
Keluarga Jumlah anggota keluarga yang
setempat, anak warga pendatang memandang
dimiliki oleh para pekerja anak sangat
pekerjaan yang mereka lakukan sebagai bentuk
bervariasi, mulai dari 2 bersaudara sampai
pengabdian
dengan 10 bersaudara dalam satu keluarga.
Pengabdian ini akan sangat terasa terutama 19
anak
terhadap
orangtua.
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
pada anak pertama dengan kondisi orangtua
Biasanya mereka disediakan tempat tinggal
yang sudah tidak mampu lagi bekerja, atau
khusus yang letaknya berdekatan dengan
kondisi
kandang kuda (dalam istilah lokal tempat
pekerjaan
orangtua
dengan
penghasilan yang sangat kecil.
tinggal ini disebut kampus).
Perbedaan pandangan terhadap pekerjaan yang
Jalur yang menjadi trayek delman ini meliputi
dilakukan ini mempengaruhi perilaku anak
jalan raya dengan kondisi jalan sebagian besar
sehari-hari. Anak yang menganggap bekerja
rusak, dengan panjang jalan maksimal kurang
sebagai
cenderung
lebih 7 Km. Jalur ini melintasi kawasan
melakukan aktifitasnya dengan sangat serius
industri dan beberapa kawasan pemukiman
dan mengatur penggunaan penghasilan dengan
yang merupakan wilayah RW 15, 16, 17, 18,
sangat
yang
27, 30 dan RW 08 Kelurahan Cigugur tengah.
menganggap bekerja sebagai aktifitas bermain,
Kepemilikan delman paling banyak berasal
menunjukkan kecenderungan yang sebaliknya.
dari warga RW. 16. Di wilayah ini pula paling
Delman yang digunakan oleh para pekerja
mudah ditemukan anak-anak yang menjadi
anak
kusir, meskipun mereka tidak semuanya
bentuk
baik.
ini
pengabdian,
Sedangkan
status
anak
kepemilikannya
sangat
bervariasi. Dari 22 anak yang menjadi kusir, 8
merupakan warga setempat.
orang
yang
Penggunaan waktu bekerja bagi para kusir
merupakan milik orangtua, yang kemudian
delman anak tidak sama antara mereka yang
dikelola oleh anak-anak mereka sebagai usaha
masih
menambah pendapatan keluarga. Ada pula
bersekolah. Pekerja anak yang masih sekolah
delman yang disewa dari para juragan dengan
menggunakan waktu bekerja setelah pulang
sistim setoran. Mereka juga berjumlah 8 orang.
sekolah. Biasanya mulai dari jam 2 siang
Selain itu ada 6 orang anak yang merupakan
sampai jam 7 malam (5 jam dalam sehari).
“kusir
Anak-anak yang sudah tidak bersekolah
mengoperasikan
tembak”
delman
dengan
pembagian
sekolah
dan
yang
sudah
tidak
penghasilan berdasarkan sistim bagi hasi.
menggunakan waktu bekerja relatif lebih
Para kusir anak yang bekerja di Kelurahan
panjang, mereka mulai bekerja dari jam 8 pagi
Cibeureum tidak hanya anak dari warga
sampai jam 8 malam (12 jam dalam sehari).
setempat, tetapi juga warga pendatang yang
Permasalahan yang dihadapi oleh kusir delman
berasal dari Kelurahan Cigugur Tengah,
adalah putus sekolah dan eksploitasi secara
Melong, Utama, Kabupaten Bandung, Garut
ekonomi. Adanya masalah putus sekolah
dan Tasikmalaya. Tempat tinggal para kusir
yang dialami oleh para kusir anak disebabkan
pendatang ini mengikuti para juragan yang
oleh beberapa faktor antara lain: ekonomi dan
memiliki
pengaruh lingkungan setempat yang kurang
delman,
dengan
sistem
sewa. 20
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
memberikan
VOLUME: 6
respon
NOMOR: 1
positif
terhadap
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
pekerjaan
yang
dilakukan
oleh
anak
pendidikan bagi anak. Para pekerja anak ini
merupakan kegiatan mengisi waktu luang dan
sebenarnya
mencari uang untuk keperluannya sendiri.
masih
memiliki
minat
atau
keinginan untuk bersekolah, meskipun minat
Sementara
tersebut sangat kecil dan tidak sebesar
ekonominya pas-pasan dan anak yang bekerja
motivasi mereka untuk mendapatkan uang
sebagai tulang punggung keluarga, maka hal
dengan bekerja sebagai kusir. Pada hari dan
itu merupakan bentuk tanggung jawab anak
jam sekolah anak-anak ini lebih banyak berada
terhadap keluarganya.
di pangkalan delman dari pada mengikuti
Lingkungan tempat dimana anak melakukan
kegiatan belajar di sekolah.
aktivitas pekerjaannya, menganggap kusir
Masalah lain yang dirasakan oleh mereka
anak
adalah
anak
Anggapan ini berakibat pada munculnya
mengalami eksploitasi secara ekonomi.
beberapa permasalahan yang dihadapi oleh
Penghasilan yang mereka peroleh dari bekerja
kusir anak di tempat mereka bekerja. Kadang-
sepanjang hari hasilnya semua harus disetor
kadang para
kepada orang tuanya. Aktivitas bekerja yang
perlakuan kasar pada saat bersaing mencari
dilakukan sangat menyita waktu (lihat tabel 6
penumpang.
adanya
kecenderungan
pada
merupakan
keluarga
saingan
kusir
anak
yang
bagi
ini
kondisi
mereka.
menerima
dan 7 tentang pola pemanfaatan waktu), sehingga mereka kurang memiliki waktu untuk belajar dan bermain. Hal ini akan berdampak
Pemanfaatan pelayanan Lembaga FPA
pada kurangnya minat untuk sekolah dan minat
Lembaga
belajar. Kondisi kusir anak yang berada pada
kelompok yang terbentuk dari adanya aspirasi
tahap perkembangan dimana anak seharusnya
masyarakat untuk memberikan pelayanan
masih dalam tahap belajar dan bermain, tetapi
terhadap pekerja anak dan anak putus sekolah
waktu yang dimiliki harus digunakan untuk
di Kelurahan Cibeureum. Para kusir anak
bekerja. Dengan banyaknya waktu yang
memperoleh
digunakan
membuat
lembaga FPA dari pamflet yang dipasang di
ketertarikan anak ke sekolah mulai berkurang.
tempat-tempat umum, dan adanya kegiatan
Anak mulai malas untuk pergi bersekolah dan
sosialisasi dan motivasi yang dilakukan oleh
lebih memilih bekerja menjadi kusir.
peneliti.
Perlakuan
Pelayanan yang diberikan oleh lembaga FPA
untuk
dan
bekerja,
penerimaan
lingkungan
“Forum Peduli
informasi
Anak” adalah
mengenai
adanya
keluarga terhadap aktivitas pekerja anak tidak
berupa
sama.
formal dalam bentuk kegiatan kelompok
Pada
keluarga
yang
masih
menginginkan anaknya sekolah menganggap 21
penyelenggaraan
pendidikan
non
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
belajar. Sasaran utama kegiatan ini adalah
berbakti bagi anak yang membantu keluarga
pekerja anak, namun demikian dapat juga
mencari nafkah, dan kurangnya motivasi anak
dimanfaatkan
sekolah.
untuk belajar, merupakan beberapa penyebab
Kegiatan kelompok belajar dimulai dengan
adanya pekerja anak di wilayah tersebut.
melakukan
Situasi tersebut menyebabkan tidak dapat
oleh
anak
putus
sosialisasi
kepada
sasaran
kegiatan. Pelayanan
terpenuhinya kebutuhan pendidikan bagi anak. lembaga
belum
dapat
Penanganan masalah pekerja anak oleh
pekerja
anak.
lembaga FPA diutamakan untuk memenuhi
Lembaga tersebut baru dapat melakukan
kebutuhan pendidikan bagi anak. Rencana ini
sosialisasi kegiatan kepada 22 orang kusir
disesuaikan
anak. Sedangkan kegiatan kelompok belajar
penanganan
belum dapat dimanfaatkan karena kegiatannya
mengembalikan para pekerja anak ke dunia
belum berjalan.
pendidikan.
Selain
Sosialisasi terhadap kusir anak dilakukan
didasarkan
pada
untuk memberikan informasi tentang rencana
pendidikan merupakan salah satu bekal hidup
kegiatan kelompok belajar. Rencana tersebut
terbaik
disambut gembira oleh anak dan mereka
memahami penanganan masalah pekerja anak
menyatakan kesediaannya untuk mengikuti
yang sudah dilakukan oleh lembaga FPA,
kegiatan. Anak-anak tersebut mengharapkan
peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan
kegiatan kelompok belajar yang dilakukan
yang
tidak mengganggu aktifitas mereka dalam
Penanganan masalah pekerja anak yang sudah
bekerja.
dilakukan oleh lembaga FPA meliputi :
dimanfaatkan
oleh
FPA para
dengan
kebijakan
utama
anak,
yaitu
pekerja
bagi
mereka
masa
itu
pilihan
rencana
pertimbangan
bahwa
depan
lakukan,
anak.
sebagai
Untuk
berikut:
Sasaran penyuluhan adalah para orangtua yang memiliki pekerja anak dan anak putus sekolah, Penanganan Masalah Pekerja Anak oleh
para juragan delman dan tokoh masyarakat.
Lembaga “Forum Peduli Anak”
Penyuluhan ini bertujuan untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat tentang pentingnya
Fenomena
pekerja
anak
di
Kelurahan
pendidikan bagi masa depan anak. Kegiatan
Cibeureum merupakan permasalahan sosial yang
muncul
karena
beberapa
penyuluhan dilakukan melalui tatap muka dan
faktor.
penyebarluasan pamflet. Penyuluhan melalui
Rendahnya dukungan keluarga kepada anak untuk
bersekolah,
mudahnya
tatap muka dilakukan sebanyak 2 kali, dengan
anak
mengangkat materi tentang pekerja anak dan
memperoleh uang dengan menjadi kusir,
hak-hak anak. Metode yang digunakan adalah
pemberian penghargaan sebagai anak yang
22
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
HALAMAN: 1 --153
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
ceramah dan diskusi dengan membagikan
Kegiatan penyebarluasan pamflet ke wilayah-
makalah kepada peserta sebagai bahan diskusi.
wilayah kantong pekerja anak dan anak putus
Penyuluhan tentang hak-hak anak dan dampak bekerja bagi anak berhasil mempengaruhi pola pikir peserta tentang pekerja anak. Setelah mengikuti penyuluhan mereka memahami pentingnya pemenuhan hak-hak anak dan resiko yang akan ditanggung oleh pekerja anak pada masa dewasanya.
sekolah mendapat reaksi positif. Para pekerja
Akan tetapi kegiatan ini belum diikuti oleh
tidak memerlukan biaya yang cukup besar.
para juragan delman dan seluruh orangtua
Kegiatan sosialisasi dan motivasi kepada para
yang
sehingga
pekerja anak dilakukan melalui suatu acara
pemahaman tersebut hanya dimiliki oleh
“ngaliwet” (istilah lokal yang menunjukkan
sebagian orang. Kondisi ini mendorong
kegiatan masak dan makan bersama) pada
dilaksanakannya suatu bentuk penyuluhan
malam hari. Pemilihan waktu ini dengan
yang lebih mudah menjangkau semua lapisan
pertimbangan mereka sudah beristirahat dari
masyarakat, sehingga mereka memahami
aktifitas kerja. Pada kegiatan “ngaliwet” ini
pentingnya pemenuhan hak anak dan resiko
peneliti menyampaikan informasi tentang
yang akan dialami pekerja anak pada masa
rencana dilakukannya kegiatan kelompok
dewasanya.
belajar, dan meminta tanggapan mereka
memiliki
pekerja
anak,
anak dan anak putus sekolah merespon adanya pamflet tersebut dengan menghubungi Ketua RT setempat, dan menyatakan keinginannya untuk kembali bersekolah. Mereka bersedia mengikuti kegiatan kelompok belajar asalkan
tentang rencana tersebut. Disamping itu peneliti juga memotivasi mereka dengan Penyebarluasan pamflet yang berisi tentang
menyampaikan kondisi mereka saat ini bila
pekerja anak dan hak anak, dilakukan sebagai upaya
penyebarluasan
informasi
dikaitkan dengan harapan atau cita-cita masa
untuk
depan mereka.
mempengaruhi opini masyarakat. Kegiatan ini Sosialisasi
merupakan pelengkap dari penyuluhan, karena
pekerja
anak
informasi tentang rencana kegiatan kelompok
Pemasangan pamflet dilakukan secara merata
belajar, juga bertujuan untuk mengetahui
di beberapa RW dengan prioritas wilayah yang
minat mereka terhadap pendidikan. Dengan
menjadi kantong pekerja anak dan anak putus Pelaksanaan
para
disamping bertujuan untuk menyampaikan
lebih mudah menjangkau banyak pihak.
sekolah.
kepada
demikian dapat diperoleh umpan balik bagi
kegiatannya
FPA untuk merancang bentuk kegiatan belajar
berkoordinasi dengan para Ketua RW dan RT.
yang menarik bagi para calon warga belajar.
Hal ini dilakukan untuk menjamin ketepatan
Informasi tersebut juga peneliti manfaatkan
sasaran.
untuk 23
menentukan
titik
masuk
dalam
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
memotivasi mereka untuk bersedia kembali
Kelemahan yang dialami oleh pengurus FPA
belajar ke bangku sekolah.
disebabkan
Kegiatan ini berhasil memperoleh informasi
mereka dalam menyelenggarakan kegiatan
tentang minat anak untuk kembali bersekolah
kelompok belajar. Selain itu mereka juga
dan model pendidikan yang mereka inginkan.
mengalami
Meskipun tidak semua pekerja anak yang
sumber.
mengikuti
terbatasnya
kegiatan menyatakan bersedia
oleh
kurangnya
kesulitan Kesulitan
dalam
kompetensi
mengakses
ini
terjadi
karena
pengetahuan
mereka
tentang
kembali sekolah, namun hampir semua dari
sumber yang dapat diakses, dan kurangnya
mereka
keterampilan
menyatakan
bersedia
mengikuti
mereka
dalam
mengakses
kegiatan kelompok belajar asalkan tidak
sumber-sumber yang dibutuhkan. Kelemahan
menghalangi pekerjaan mereka. Persyaratan
inilah
tersebut disampaikan karena bekerja bagi
perlunya pemberdayaan terhadap lembaga
mereka sangat penting. Kondisi keluarga yang
FPA.
kurang mampu yang menyebabkan keluarga
Pemberdayaan FPA dilakukan dalam bentuk
tersebut tidak dapat memenuhi beberapa
mengganti kepengurusan dengan melibatkan
kebutuhan dasar anak, menjadi alasan utama
anggota masyarakat yang memiliki potensi
mereka
dalam
menjadi
pekerja
anak.
Dengan
yang
kemudian
kegiatan
melatarbelakangi
pendidikan.
Penempatan
demikian pelaksanaan kegiatan belajar yang
orang-orang yang memiliki kompetensi dalam
mereka inginkan adalah pada saat mereka
pelaksanaan kegiatan kelompok belajar ini
selesai bekerja.
tidak hanya memicu dukungan dari masyarakat
Kegiatan yang sudah dilaksanakan tersebut
setempat, tetapi juga mendorong adanya
kemudian
dalam
dukungan dari dunia usaha dalam pelaksanaan
mencapai tujuan. Selain itu juga dilihat
kegiatan. Hal ini berdampak pada kemampuan
partisipasi mereka dalam setiap kegiatan yang
FPA untuk menjalankan fungsinya sehingga
dilakukan. Berdasarkan penilaian tersebut
kegiatan kelompok belajar dapat dilaksanakan.
diketahui bahwa kegiatan yang dilakukan
Keberhasilan pemberdayaan lembaga FPA
dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Akan
tidak serta merta berdampak pada menurunnya
tetapi dari aspek partisipasi para pengurus
jumlah pekerja anak. Namun demikian,
mengakui bahwa partisipasi mereka masih
setidaknya FPA sudah berhasil memulai
kurang. Mereka masih sangat tergantung pada
kegiatan
peneliti
kegiatan
pendidikan bagi pekerja anak. Keberhasilan
penyuluhan, demikian pula dengan pembuatan
FPA menjalankan kegiatannya menunjukkan
pamflet. Kondisi ini diakui oleh para pengurus
adanya kemampuan masyarakat Kelurahan
sebagai suatu kelemahan yang mereka alami.
Cibeureum untuk menangani masalah pekerja
dinilai
untuk
keberhasilannya
pelaksanaan
24
untuk
memenuhi
kebutuhan
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
HALAMAN: 1 --153
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
anak di wilayahnya. Kegiatan ini perlu
Dari kedua pengertian tersebut dapat diketahui
mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kota
bahwa dalam konsep pemberdayaan tidak
Cimahi
kegiatan,
hanya berkaitan dengan pemberian daya atau
sehingga tujuan mengembalikan pekerja anak
kekuasaan, melainkan juga menyediakan
ke dunia pendidikan akan dapat tercapai.
sumber-sumber yang dapat diakses oleh klien
untuk
kesinambungan
dalam rangka menentukan masa depannya sendiri. Agar klien dapat menentukan masa Pemberdayaaan Bagi Pekerja Anak Pembahasan
mengenai
depannya sendiri maka diperlukan upaya
pemberdayaan
penumbuhan kesadaran dari mereka yang tidak
mencakup dua hal utama yaitu adanya
berdaya. Penumbuhan kesadaran ini ditujukan
kelompok yang berdaya dan yang tidak
agar mereka yang tidak berdaya sadar bahwa
berdaya.
merekapun
Pengertian
pemberdayaan
mempunyai
kekuatan
untuk
disampaikan oleh Paul (1987) dalam Prijono
menentukan keputusan dan tindakan yang akan
(1996:63)
mereka lakukan untuk masa depan yang
menyebutkan
bahwa:
“Pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan
mereka inginkan.
yang adil sehingga meningkatkan kesadaran
Hal ini sesuai dengan pendefinisian pemberdayaan yang disampaikan oleh Gutiérrez dalam DuBois (2005:25) yang menyatakan bahwa : “Empowerment is the process of increasing personal, interpersonal, or political power so that individuals, families, and communities can take action to improve their situations”. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pemberdayaan pada dasarnya merupakan proses peningkatan kekuatan personal, interpersonal dan politik sehingga individu, keluarga dan komunitas dapat bertindak untuk memperbaiki situasinya.
politis dan kekuasan kelompok yang lemah serta memperbesar pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan”. Hassenfeld
dalam
(1992:227) pemberdayaan
Dubois
dan
memberikan sebagai
Milley batasan
berikut
:
“Empowerment is process through which clien obtain resources -personal, organizational, community- that enable them to gain greater control over their environmental and to attain
Pemberdayaan pada lembaga FPA dilakukan
their aspirations”. (Pemberdayaan merupakan suatu
proses
sumber-sumber,
dimana
untuk
klien memperoleh
baik
secara
mereka
untuk
keberdayaan
pada
dimensi interpersonal dan politik. Hal ini
personal,
disebabkan pada kedua dimensi itu lembaga
organisasi, maupun kemasyarakatan, yang memungkinkan
meningkatkan
FPA kurang berdaya, sehingga tujuannya
dapat
belum dapat dicapai. Peningkatan keberdayaan
melakukan kontrol yang lebih besar terhadap
dimensi interpersonal dan politik dari lembaga
lingkungan dan menyampaikan aspirasinya).
FPA setelah melalui proses pemberdayaan, dapat membantu lembaga tersebut untuk 25
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
mencapai tujuannya yaitu menyelenggarakan
lingkungan fisik dan sosialnya terjadi secara
kegiatan kelompok belajar bagi pekerja anak.
terus menerus dan timbal balik. Permasalahan sosial dalam pandangan ekologi
Perspektif yang Melandasi Penanganan Kesejahteraan Sosial Anak dalam Hal Pekerja Anak
terjadi karena tiga hal yaitu : perubahan dalam
Perspektif Ekologi
praktek pekerjaan sosial bertujuan untuk
kehidupan, tekanan lingkungan dan proses interpersonal. Berdasarkan perspektif ekologi
yang
mengoptimalkan kapasitas orang-orang dalam
dipinjam dari ilmu biologi. Istilah tersebut
beradaptasi dengan lingkungannya. Tujuan
menunjukkan
antara
tersebut dicapai melalui mengembangkan
organisme dengan lingkungan fisik maupun
keterampilan pekerja anak untuk menjalankan
biologis. Dalam konteks pekerjaan sosial
fungsinya secara lebih efektif.
Istilah
istilah
ekologi
merupakan
adanya
ekologi
istilah
hubungan
menggambarkan
adanya
hubungan antara manusia dengan lingkungan
Strengths Perspektif
sosialnya. Hubungan tersebut berpengaruh
Sheafor dan Horesjsi (2003) menjelaskan
terhadap kemampuan manusia untuk berfungsi
bahwa
sosial (Hilahan, Wilcox, Spearly,& Campbell
perspektif
kekuatan
(strengths
perspective) merupakan perspektif dalam
dalam DuBois, 2005).
pekerjaan
sosial
yang
bertujuan
untuk
pekerja
sosial
Perspektif ekologi mendasari munculnya life
menjamin
model
yang
memperhatikan kekuatan-kekuatan pekerja
Germain&Gitterman
anak. Perspektif ini menekankan bahwa untuk
dalam
disampaikan
pekerjaan oleh
sosial
bahwa
(DuBois, 2005). DuBois menyatakan bahwa :
menolong
“...the transactions between people and their
masalahnya,
environments is the source of human needs and
membangun kekuatan yang dimiliki oleh
social problems. Human affect and are
pekerja anak daripada mengurangi masalah
affected
social
yang dialaminya. Kekuatan dalam hal ini
environments through a process of continuous,
merupakan segala sesuatu yang penting yang
reciprocal adaptations”. Pernyataan tersebut
dilakukan,
menjelaskan bahwa transaksi antara orang
dilakukan oleh pekerja anak.
by
their
physical
and
dengan lingkungannya merupakan penyebab
Intervensi
masalah sosial sekaligus sebagai sumber untuk
antara
manusia
anak
dapat
dapat
dalam
memecahkan
dilakukan
dilakukan
dengan
atau
perspektif
ingin
kekuatan
mengutamakan pada pengubahan lingkungan
memenuhi kebutuhan manusia. Proses saling mempengaruhi
pekerja
pekerja
dengan
anak
terlebih
dahulu,
daripada
melakukan perubahan pada pekerja anak itu 26
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
sendiri.
VOLUME: 6
Prosesnya
NOMOR: 1
dilakukan
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 --153
melalui
Penghapusan pekerja anak di Indonesia
mobilisasi lingkungan dan sumber-sumber
diwujudkan melalui Keppres Nomor 12 tahun
yang
yang
2001 tentang pembentukan Komite Aksi
erat
Nasional. Komite ini bertugas menyusun
dimilikinya.
berlandaskan
Intervensi
perspektif
kekuatan
hubungannya dengan pemberdayaan.
Rencana Aksi Nasional untuk melakukan penghapusan segera terhadap pekerja anak. Penghapusan
pekerja
anak
dalam
SIMPULAN
pelaksanaannya melibatkan Pemerintah, dunia
Pekerja anak merupakan permasalahan sosial
usaha,
yang dapat berdampak pada terganggunya
masyarakat.
proses tumbuh kembang anak. Pada masa anak
Fenomena
idealnya
Cibeureum merupakan permasalahan sosial
seorang
kebutuhannya
anak
untuk
dapat
dapat
terpenuhi
pekerja
Tinggi,
anak
LSM
di
dan
Kelurahan
dan
yang hampir terabaikan. Mereka dapat dengan
berkembang secara optimal. Anak-anak yang
mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-
menjadi pekerja anak cenderung mengalami
hari, namun tidak terdaftar dalam data
hambatan dalam pemenuhan kebutuhannya,
penyandang masalah kesejahteraan sosial.
sehingga mereka tidak dapat tumbuh dan
Tidak
berkembang
menyebabkan permasalahan sosial ini belum
sesuai
tumbuh
Perguruan
dengan
tahapan
tersedianya
data
yang
memadai
perkembangannya.
ditangani secara memadai. Kondisi tersebut
Pekerja anak merupakan masalah sosial yang
menunjukkan bahwa keberadaan pekerja anak
cukup menjadi perhatian dunia. Bentuk
belum dianggap sebagai permasalahan sosial
perhatian
yang serius.
dunia
tersebut
antara
lain
diwujudkan melalui Konvensi Nomor 182
Sejalan dengan paradigma pembangunan
tentang Pelarangan dan Penghapusan dengan
partisipatif, maka penanganan permasalahan
segera Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk
sosial yang ada di masyarakat dilakukan
Anak.
ini
dengan mengoptimalkan potensi dan sumber
mengharuskan setiap negara yang meratifikasi
yang ada di masyarakat. Potensi masyarakat
konvensi tersebut, untuk melakukan tindakan
dapat dimanfaatkan untuk menangani masalah
segera dalam penghapusan pekerja anak. Salah
pekerja anak antara lain : adanya lembaga
satu upaya yang disarankan untuk melakukan
pendidikan non formal, adanya anggota
penghapusan pekerja anak adalah dengan
masyarakat yang memiliki latar belakang
mengembalikan
pendidikan keguruan, adanya dunia usaha
Protokol
internasional
pekerja
anak
ke
dunia
pendidikan.
yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak 27
dan
kepedulian
masyarakat
untuk
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
HALAMAN: 1 --153
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
Moleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
memenuhi kebutuhan pendidikan bagi pekerja anak.
Netting, F. Ellen. (1993). Social Work Macro Practice. New York: Longman
Pemberdayaan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menangani masalah pekerja anak yang ada di
................. , (2004). Social Work Macro Practice. New York : Longman.
wilyahnya. Pemberdayaan dilakukan dengan
Papalia,
pertimbangan adanya potensi yang dimiliki masyarakat, pengetahuan
namun dan
karena
kurangnya
keterampilan
mengoptimalkannya
sehingga
mengalami
dalam
kesulitan
Diane E.et.al. (2001). Human Development (8th ed). New York: McGraw-Hill Companies
Prijono, Onny S. dan A.M.W. Pranarka. (1996). Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta : CSIS
dalam mereka
menangani
Queralt,
masalah pekerja anak.
Magally. (1996). The Social Environment And Human Behavior: A Diversity Perspective. USA: Allyn & Bacon
Sheafor, Bradford W., Charles R. Horesjsi. (2003). Techniques and Guidelines for Social Work Practice. United States: Pearson Education, Inc.
DAFTAR PUSTAKA Bryant, C. dan White, G.,1987. M anajemen Pembangunan untuk Negara Berkembang , LP3ES, Jakarta
Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar (Edisi Keempat). Jakarta: RajaGrafindo Persada
Dubois, Brenda and Milley. (1992). Social Work: an Empowering Profession. USA: Allyn and Bacon.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Gutiérrez, Lorraine M., Ruth Parsons and Enid Opal Cox. (1998). Empowerment in Social Work Practice : a Sourcebook. USA : F.E Peacock Publishers, Inc.
Suharto,
Hill, Malcolm and Kay Tisdall. (1997). Children and Society. London: Longman
Edi. (1997). Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Spektrum Pemikiran. Bandung: LSP-STKS.
.............., (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekrjaan Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
Huraerah, Abu. (2006). Kekerasan Terhadap Anak. Bandung : Penerbit Nuansa Hurlock, Elizabeth B. (1993). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi ke 5) .Jakarta: Erlangga
Wadsworth, Yoland. (1993). Everyday Evaluation on the Run. Melbourne: Teh Action Research Issues Association (Incorporated).
Ife, Jim. (2002). Community Development : community-based alternatives in an age of globalisation. Australia : Longman
Yusuf,
28
Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosda Karya
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
Agustiar, Dwi Riyanto. (2007). Jumlah Pekerja Anak di Indonesia Masih Tinggi. http://www.tempointeraktif.com/hg/n asional/2007/04/30/brk.2007043099130.id.html
HALAMAN: 1 --153
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak. Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
ILO-IPEC, APEC, (2002), Buku I Pekerja Anak, Hak-hak Anak, Dan Pendidikan : Jakarta
Keppres RI Nomor 12 tahun 2001 tentang Pembentukan Komite Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak.
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
Keppres RI Nomor 59 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak.
Undang-undang Nomor 1 tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan
29