H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PERWUJUDAN MAHASISWA YANG BERKARAKTER AGAMIS DAN NASIONALIS Oleh : H. Firman Yudhanegara Abstrak
Pancasila sebagai landasan ideologi bagi negara Indonesia memuat dasar-dasar aturan yang mencakup bagaimana seorang manusia bersikap, bertindak serta bertingkah laku baik dalam konteks sebagai hubungan antar manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam sekitarnya. Berdasarkan pemikiran tersebut diatas selayaknya Pancasila bukan saja tercermin dalam kehidupan bangsa Indoensia, tetapi juga sudah menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia. Mahasiswa sebagai bahan baku produktif yang sering dikatakan sebagai agent of change dimasa yang akan datang diharapakan dapat memaknai, mencermati serta melaksanakan makna, isi dan arti yang ada didalam Pancasila didalam kehidupan sehariharinya yang terwujud kedalam karakter yang yang agamis serta nasionalis. Agamis dan nasionalis dalam artian bahwa karakter-karakter yang terbentuk didalam jiwa dan raga mahasiswa hendaknya senantiasa menghargai proses penciptaan Pancasila, melaksanakan setiap aturan-aturan yang ada di negara Indonesia serta melaksanakan perintah agama dan menjauhi larangan yang dicantumkan didalam aturan agamanya. Kata Kunci : Pendidikan Pancasila, Karakter Agamis, Karakter Nasionalis
PENDAHULUAN Pancasila sebagai dasar negara Indonesia disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus tahun 1945, tepatnya sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Pancasila tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan diundangkan dalam Berita Republik
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
116
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
Indonesia tahun 11 no. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UndangUndang Dasar 1945. Bunyi pancasila pada berita tersebut adalah: ‘…Ketoehanan Jang Maha Esa, kemanoesiaan jang adil dan beradab, persatoean Indonesia, dan kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksanaan
dalam
permoesyawaratan/perwakilan,
serta
dengan
mewoejoedkan soeatoe keadilan sosial bagi seloeroeh rakjat Indonesia…’ (Suwarno, 1993:11). Pendidikan pada hakekatnya berlangsung dalam suatu proses. Proses itu berupa transformasi nilai-nilai pengetahuan, teknologi dan keterampilan. Penerima proses adalah Mahasiswa atau peserta didik yang sedang tumbuh dan berkembang menuju ke arah pendewasaan kepribadian dan penguasaan pengetahuan. Alhasil, esensi pendidikan merupakan proses menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan sebanyak mungkin subjek didik, memperluas dan memperdalam makna-makna esensial untuk mencapai kehidupan manusiawi. Sehingga sangat diperlukan adanya kesengajaan atau kesadaran (niat) untuk mengundangnya melakukan tindak belajar. Menurut Muhamad Nur Shokib (1998:3) “Secara umum belajar dikatakan sebagai proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta konsep ataupun teori”. Oleh karena
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
117
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
itu belajar juga dapat berarti suatu kegiatan yang berproses dan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya. Oleh karena itu diperlukan suatu pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya secara mutlak. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan
mengakibatkan
kurang bermutunya hasil
pembelajaran yang dicapai anak. Telah diketahui, kelahiran Pancasila sampai keberlakuannya hingga saat ini melalui perjalanan sejarah yang sangat panjang. Hal ini terjadi karena sebagai dasar sekaligus ideologi bangsa Indonesia Pancasila tidak dapat dilepaskan dari perjuangan bangsanya yang tidak sebentar itu, tentunya juga tidak mudah. Berdasarkan sejarahnya tidak sedikit bangsa Indonesia yang saat ini dikenang sebagai pejuang bangsa tumbang ditangan para penjajah, dan semua itu hanya semata-mata untuk merebut kembali kemerdekaan yang semula telah dimiliki, yang dinyatakan dengan kelahiran dan keberlakuan Pancasila tersebut.
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
118
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
Kemudian disamping sebagai tanda kemerdekaan bangsa, dasar Negara bangsa, dan ideologi bangsa, Pancasila pada hakikatnya adalah kehidupan bangsa Indonesia itu sendiri. Bagaimana tidak, setiap nilai yang terkandung di dalamnya berasal dari bangsanya sendiri. Artinya jauh-jauh hari sebelum Pancasila itu ada, bahkan jauh-jauh hari sebelum berdatangannya para penjajah ke Nusantara Pancasila (nilai-nilainya) telah ada dalam diri bangsa Indonesia. Hanya saja memang belum memiliki wujud yang jelas karena tidak ada istilah pengesahan yang berarti. Pernyataan ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Setijo (2006:10), yaitu asal mula (bahan) terbentuknya pancasila adalah berasal dari kehidupan bangsa Indonesia itu sendiri yang meliputi kebiasaan, kehidupan sosial budaya, dan keagamaan. Atau dengan kata lain Indonesia sebagai causa materialis Pancasila. Berdasarkan kedua pemikiran diatas selayaknya Pancasila bukan saja tercermin dalam kehidupan bangsa Indonesia, tetapi juga sudah menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia. Namun ternyata kenyataan saat ini berkata lain. Tidak jarang ditemukan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh warga masyarakat Indonesia terhadap nilai-nilai Pancasila. Sebagai
contoh
perampokan,
terorisme,
pemerkosaan,
penyiksaan,
penindasan, dan bahkan pembunuhan dalam berbagai modus banyak terjadi dikalangan masyarakat dewasa ini. Ironisnya semua itu telah merebah
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
119
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
keberbagai lapisan kehidupan masyarakat. Malahan pada kalangan orang berpendidikan dan para pejabat tinggipun yang notabenenya adalah pionir bangsa ikut menambah angka penyimpangan tersebut. Betapa kenyataan yang tidak diharapakan. Padahal apabila menengok kebelakang, dengan memperlakukan nilai-nilai Pancasila secara benarpun belum tentu dapat membayar semua kerugian atas pengorbanan yang telah dilakukan oleh para pendahulu (pejuang). Akan tetapi sedikitnya memang perlu dimaklumi karena untuk merealisasikan Pancasila secara benar bukan pekerjaan yang mudah. Selain kerja sama dari berbagai pihak kesadaran diri juga menjadi sesuatu yang sangat penting harus ditumbuh kembangkan dengan harapan agar mampu memberikan konstrubusi positif dan akhirnya timbul kesadaran untuk senantiasa menjaga dan mengamalkan Pancasila sebaik mungkin.
PEMBAHASAN Berbicara Pancasila tentu tidak akan lepas dari pemikiran/konsep lima sila, yaitu: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia.
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
120
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
4. Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima sila tersebut merupakan asas atau mabda dalam bahasa Arab dan dasar dalam bahasa Indonesia. Ini memberikan stimulus atau rangsangan pada kita sebagai manusia untuk berprilaku sesuai dengan tuntutan agama dan titah Allah Swt Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu kelima sila tersebut mempunyai nilai dan makna sebagai berikut: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa Memberikan kebebasan kepada setiap warga negaranya untuk memeluk agama serta untuk melaksanakan ibadah sesuai agama dan keyakinannya, menciptakan kerukunan umat beragama, saling menghormati antar pemeluk agama dan menyadari bahwa kedudukan dan martabat manusia sebagai makhluk tuhan adalah sama. Perilaku yang diharapkan muncul sebagai implikasi dari Sila pertama ini adalah sebagai berikut : A. Melaksanakan ibadah agama tepat waktu B. Memperdalam ajaran agama melalui ceramah keagamaan, pendidikan agama C. Selalu
berdoa
setiap
memulai
dan
mengakhiri
suatu
pekerjaan/kegiatan
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
121
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
D. Menghormati pemeluk agama lain E. Memelihara kebersihan dan kemakmuran sarana peribadatan.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Sila ke 2 ini mengandung makna bahwa manusia Indonesia harus selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilainilai keadilan, serta menyatakan bahwa bangsa Indonesia menghendaki adanya pergaulan antar umat manusia yang tidak membeda-bedakan SARA baik dilingkungan sekolah, rumah, masyarakat maupun dalam konteks berbangsa dan bernegara. Perilaku yang diharapkan muncul sebagai implikasi dari Sila kedua ini adalah sebagai berikut : A. Saling mencintai dan menghargai antar sesama manusia B. Saling tolong menolong antar sesama manusia C. Menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain D. Menjunjung tinggi dan mentaati peraturan/norma yang berlaku E. Gemar
melakukan
kegiatan-kegiatan
sosial,menyantuni
fakir
miskin/anak yatim
3. Persatuan Indonesia Sila ke 3 ini memiliki arti bahwa kita sebagai bangsa Indonesia wajib mencintai tanah air Indonesia, artinya kita harus mampu menganggap bahwa
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
122
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
semua bangsa di dunia memiliki harkat dan martabat yang sama. Oleh karena itu maka kita wajib menghargai dan menghormati bangsa-bangsa lain di dunia. Perilaku yang diharapkan muncul sebagai implikasi dari Sila ketiga ini adalah sebagai berikut : A. Selalu
mendahulukan
kepentingan
umum
diatas
kepentingan
pribadi/golongan B. Turut
menjaga
rasa
kekeluargaan
dan
keharmonisan
keluarga,lingkungan masyarakat,sekolah C. Menghormati lambang-lambang identitas nasional seperti lambang negara,lagu kebangsaan,bendera nasional, mata uang dll D. Menggunakan produk dalam negeri E. Mau bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan SARA
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan Sila ke 4 ini mengandung makna bahwa dalam menyelesaikan masalah sebaiknya dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat, musyawarah dilaksanakan dengan tertib dan setiap peserta diberikan kesempatan yang sama untuk dapat menyampaikan pendapatnya sehingga hasil keputusannya memperhatikan kepentingan orang banyak. Dalam musyawarah hendaknya
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
123
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
dilandasi dengan akal sehat, beritikad baik serta dilandasi oleh hati nurani yang luhur sehingga keputusan musyawarah dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada TuhanYang Maha Esa dan kepada semua orang. Perilaku yang diharapkan muncul sebagai implikasi dari Sila keempat ini adalah sebagai berikut : A. Mengutamakan
musyawarah/diskusi
dalam
setiap
mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama B. Tidak memaksakan kehendak dalam kepentingan bersama C. Turut serta melaksanakan dan mensukseskan pemilihan pemimpin organisasi,pengurus kelas,pengurus OSIS ,RT,RW,Lurah/Kepala Desa,Kepala Daerah,Presiden dll dengan jujur dan bertanggung jawab.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Sila ke 5 ini mengandung arti menghendaki agar manusia Indonesia bersikap dan berbuat seperti anggota keluarga besar yang bertanggung-jawab, setiap warga negara Indonesia harus mampu bersikap dan berbuat untuk memberikan sumbangan nyata dalam upaya meningkatkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Perilaku yang diharapkan muncul sebagai implikasi dari Sila ke lima ini adalah sebagai berikut :
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
124
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
A. Selalu berhemat dalam setiap penggunaan kebutuhan hidup B. Berupaya bekerja keras dalam setiap penyelesaian tugas/pekerjaan C. Gemar menabung untuk kebutuhan hidup dimasa depan D. Bertutur kata, berpenampilan dan berprilaku yang sederhana dan wajar E. Mengembangkan semangat gotong royang dan kekeluargaan.
Kelima poin di atas merupakan isi dari Pancasila, sedangkan Pancasila adalah dasar hidup bangsa dan Negara Indonesia. Jadi pantas saja apabila keduanya bisa muncul dalam waktu yang bersamaan. Lebih penting dari itu Pancasila adalah karya terbesar yang dicipta-rasa oleh bangsa Indonesia yang setara dengan isme-isme di dunia. Pada catatan sejaranya Pancasila mengalami perjalanan yang tidak sebentar dan juga pengorban yang tidak sedikit. Pancasila menempuh perjalanan yang sangat panjang sesuai dengan lamanya perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kembali kemerdekaan dari para penjajah. Berbagai pengorbanan dikeluarkan semata-mata untuk mencapai kemerdekaan. Bukan saja harta dan tenaga, nyawapun rela diberikan demi kemerdekaan yang dimaksud. Akhirnya tidak sedikit bangsa Indonesia tumbang ditangan para penjajah karenanya.
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
125
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
Sebagai dasar hidup bangsa tentu Pancasila adalah sesuatu yang dijadikan landasan kehidupan warga yang ada didalamnya, yakni warga Indonesia. Ini menandakan bahwa Pancasila menempati posisi yang cukup tinggi untuk senantiasa dijaga, dipelihara, dihormati, dijunjung tinggi, dan yang jelas untuk diamalkan. Namun apabila melihat kenyataan saat ini hal tersebut belum sepenuhnya dapat tercapai dengan baik. Dapat dilihat dalam kehidupaan sehari-hari dimana tidak sedikit perilaku bangsa Indonesia yang justru menyimpang dari apa yang sudah ditetapkan dalam Pancasila. Berbagai kemungkinan bisa saja datang sehingga menyebabkan peristiwa di atas terjadi. Salah satunya adalah mungkin karena kurang memahaminya bangsa Indonesia dizaman modern tentang makna Pancasila dan sejarah terbentuknya Pancasila yang tidak bisa dibeli dengan apapun. Maka dari itu, pendalaman materi tentang sejarah terbentuknya Pancasila dapat dikatakan masih penting digalakan. Namun sebelumnya akan disampaikan terlebih dahulu pandangan tentang Pancasila dilihat dari beberapa segi, antara lain Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, dan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Adapun pembahasan mengenai sejarah terbentuknya Pancasila akan disampaikan secara terpecah pada sub-bab ini.
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
126
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia artinya Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari dan juga merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisah antara satu dengan yang lain. Bangsa Indonesia dalam hidup berbangsa telah memiliki suatu pandangan hidup bersama
yang
bersumber
pada
akar
budayanya
dan
nilai-nilai
religiusnya,maka pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi oleh warganya karena pandangan hidup pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat. Dengan demikian pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika tersebut harus merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh mematikan keanekaragaman.
2. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar Falsafah Negara (Philosofische Gronslag) dari Negara, Ideologi Negara atau (staatside). Dalam pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan Negara atau dengan lain
perkataan
penyelenggaraan
Pancasila Negara.
merupakan
suatu
Konsekuensinya
dasar
untuk
seluruh
mengatur pelaksaan
penyelenggaraan Negara terutama segala peraturan perundang- undangan
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
127
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
termasuk proses repormasi dalam segala bidang dewasa ini, dijabarkan dan diderivasikan dari nilai-nilai pancasila. Maka pancasila merupakan Sumber dari segala sumber hukum, Pancasila merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur Negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah, serta pemerintahan Negara. Berdasarkan uraian diatas, maka fungsi pokok dari Pancasila adalah sebagai Dasar Negara. Yang pada hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum dalam kehidupan bernegara Indonesia. Pengertian tersebut
merupakan
pengertian
Pancasila
yang
bersifat
Yuridis
Ketatanegaraan.
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia Sebagai suatu ideologi Bangsa dan Negara Indonesia, maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi- ideologi lain didunia, namun Pancasila diangkat dari nilai- nilai adat istiadat, nilainilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara, dengan lain perkataan unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
128
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal bahan) Pancasila. Unsur- unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri Negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar Negara dan ideologi bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa, dan bukannya mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain. Oleh karena ciri khas Pancasila itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia. Mahasiswa sebagai user dari pendidikan hendaknya lebih diberikan pemahaman tentang arti dan makna yang terkandung dalam Pancasila sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, harapannya adalah dapat membekali mahasiswa pada saat terjun dan terlibat didalam kehidupan di masyarakat dapat mengimplementasikan nilai-nilai positif yang terdapat didalam Pancasila. Pendidikan Nilai-nilai Pancasila yang diberikan kepada mahasiswa tersebut meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain :
1. Hubungan manusia dengan Allah Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah. Yang tidak lepas dari tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Manusia sebagai
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
129
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
hamba Allah SWT harus benar-benar menampakkan sifat kehambaannya kepada kholiknya, sifat-sifat kehambaan itu dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan manusia dengan Allah tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak dilatih sejak dini serta harus ditanamkan dalam jiwanya melaksanakan hubungan dengan Allah SWT. Usia mahasiswa merupakan usia yang sangat potensial dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan terutama dalam hal keimanan kepada Allah SWT.
2. Hubungan manusia dengan sesama manusia Hubungan manusia sesama manusia merupakan implementasi dari nilainilai sosial yang terdapat dalam ajaran islam. Agama islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, membawa ajaran yang komfrehensif yang di dalamnya diatur tata cara hubungan dengan manusia, interaksi sosial tersebut tidak akan berjalan dengan baik jika tidak diatur oleh konsep-konsep yang bermuara pada manhaj robbani. Sejak manusia dilahirkan ia sudah merupakan sosok makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri. Interaksi sosial dalam islam ditanamkan pada pemeluknya sejak masih dalam usia anak-anak. Pada tingkatan lanjut yaitu bagi mahasiswa diberikan suatu sistem robbani yang mengatur interaksinya
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
130
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
dengan makhluk lain. Disamping mereka mengerti secara teoritis, mereka juga didorong untuk mempraktekkan teori-teori tersebut dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga tercipta keserasian, keselarasan, dan keseimbangan interaksi antara sesamanya. Islam memerintahkan kepada pemeluknya untuk tolong menolong dengan sesamanya dalam hal kebajikan dan melarang pemeluknya tolong menolong dalam hal kejahatan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2 :
…
Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Q.S Al-Maidah: 2)
Ayat tersebut diatas merupakan batasan dan sekaligus landasan pokok yang mengatur interaksi sosial manusia. 3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
131
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
Hubungan manusia dengan dirinya akan terjalin dengan baik, apabila manusia itu sendiri telah mengetahui siapa dirinya itu, dari mana hendak kemana dan dimana sekarang ini. Jika pengetahuan dirinya itu sudah tergali, maka ia tidak akan membiarkan dirinya jatuh dalam kehinaan dan kerusakan. Agama Islam melarang mejatuhkan diri dalam kerusakan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 195 :
Artinya : “Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah, dan janganlah
kamu
menjatuhkan
dirimu
sendiri
ke
dalam
kebinasaan dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang
yang
berbuat
baik”.
(Q.S
Al-
Baqarah:195)
4. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya Salah satu akhlak tepuji ialah menyayangi makhluk lain termasuk di dalamnya peduli terhadap lingkungannya. Sikap peduli terhadap makhluk lain tidak akan terwujud jika tidak melalui proses pendidikan. Jika sikap ini sudah dimiliki manusia, maka hubungannya dengan makhluk lain juga
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
132
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
lingkungannya akan serasi dan seimbang. Keempat hubungan ini merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Pendidikan Pancasila diarahkan agar mahasiswa mampu menjaga keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dari empat hubungan tersebut yang kesemuanya itu disebut oleh penulis dengan perilaku keagamaan yang nasionalis.
PENUTUP Pancasila merupakan dasar sekaligus pandangan hidup bangsa Indonesia sehingga keberadaannya bukan saja untuk dijaga, dipelihara, dan dikembangkan, tetapi yang paling penting adalah untuk diamalkan. Hal ini terjadi karena Pancasila mampu menjadi identitas utama bangsa Indonesia yang sekaligus menunjukan arah kepada para warganya untuk mencapai tujuan hidup yang aman, damai, dan sejahtera. Pancasila juga merupakan karya terbesar bangsa Indonesia yang tidak kalah baik dari isme-isme lain yang ada di dunia. Berdasarkan sejarahnya Pancasila sebagai karya bangsa Indonesia ini mengalami perjalanan yang sangat panjang. Mulai dari zaman kerajaan-kerajaan, penjajahan, hingga sampai pada waktunya Indonesia merdeka sampai sekarang. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban setiap warganya untuk menjaga keutuhan Pancasila
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
133
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
agar tidak ternoda oleh hal-hal lain. Terlebih lagi ketika mengingat bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia itu sendiri. Betapa besar pengorbanan yang dikeluarkan oleh bangsa ini untuk membentuk suatu susunan dasar negara yang sebagaimana tercermin dalam nilai-nilai Pancasila. Maka dari itu sudah sepantasnya kita selaku warga negara yang baik menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila tersebut. salah satu caranya adalah dengan menempatkan Pancasila sebagaimana mestinya, apakah Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, maupun Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia. Penanaman nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila melalui proses pendidikan di bangku perkuliahan diharapkan dapat berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan karakter mahasiswa yang agamis dan nasionalis, Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila pada kehidupannya sehari-hari sehingga terbentuk karakter-karakter mahasiswa yang agamis dan nasionalis.
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
134
H. Firman Yudhanegara : Penanaman Nilai.....
DAFTAR PUSTAKA DEPAG RI, 2001 Al-Qur an dan Terjemahnya, Semarang : Toha Putra Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1997 Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. RinekaCipta Yudahnegara, Firman 2014Modul Pendidikan Pancasila,Pancasila dalam Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa : Universitas Majalengka Setijo, Pandji, 2006. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: PT Grasindo _____________, 2006. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: Cikal Sakti. Sardiman. 2008. Sejarah II (SMA Kelas XI Program Ilmu Sosial). Bogor: Quadra. Republik Indonesia, 2003 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas Republik Indonesia Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesa; Berita Republik Indonesia tahun 11 no. 7
Al-Akhbar : Vol.7 No.3 April 2014
135