29 PENAMBAHAN LATIHAN HEAD CONTROL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR PADA CEREBRAL PALSY DENGAN PENDEKATAN KONSEP BOBATH DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT( YPAC ) JAKARTA Jeri Novaro Sumual* Abstract Latar Belakang:Permasalahan pada cerebral palsy post natal sangat beragam dan berpengaruh pada keadaan atau kondisi pasien secara perorangan diantaranya penurunan kemampuan headkontrol dapat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan motorik kasar. Penambahan latihan head control dengan metode bobath pada pasien cerebral palsy dipilih karena merupakan bagian yang terpenting dari tubuh dan memiliki fungsi sebagai stabilitas untuk melihat, bernafas, makan, berbicara dan fungsi pendengaran, control postural, inisiatif dari semua gerakan, aligment (reaksi righting dan equilibrium reaksi).Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan fungsi motorik kasar pasien cerebral palsy yang diukur dengan menggunakan Gross Motor Functional Measurement (GMFM) 88.Metode:Sampel yang berjumlah 20 orang didapatkan berdasarkan pemeriksaan dan pengukuran functional mobility scale pada pasien cerebral palsy yang menjalani fisioterapi dan bersekolah di YPAC Jakarta. Jumlah sampel pada kelompok I adalah 10 orang, dan kelompok II 10 orang. Kelompok 1 diberikan pelatihan Head Control dengan metode Bobath dan kelompok 2 diberikan pelatihan konvensional. Data head control dengan metode bobath diambil sebelum dan sesudah perlakuan. Perubahan nilai pelatihan head control dengan metode bobath diukur dengan uji t.Hasil:Rata-rata nilai GMFM 88 pada pelatihan Head Control dengan metode bobath sebelum perlakuan 0,963±0,817, dan sesudah perlakuan 0,963±0,817, sedangkan pada pelatihan konvensional sebelum perlakuan 0,889±0,163, dan setelah perlakuan 0,917±0,335. Kedua perlakuan terlihat bahwa sama efektifnya untuk meningkatkan fungsi motorik kasar pada pasien cerebral palsy. dengan p > 0,05. Perbandingan pelatihan head control dengan metode bobath dan pelatihan konvensional sama efektifnya dengan makna yaitu p > 0,05, ini berarti bahwa data selisih memiliki sifat yang homogen.Kesimpulan:Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan head Control dengan metode Bobath lebih meningkat dibandingkan pelatihan konvensional tetapi peningkatannya tidak signifikan, karena kedua pelatihan sama efektif untuk meningkatkan fungsi motorik kasar pada pasien cerebral palsy. Peneliti menilai diperlukannya penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang untuk membandingkan antara pelatihan Head Control dengan metode Bobath dan pelatihan konvensional. Kata Kunci: latihan Head Control dengan metode Bobath, latihan konvensional Abstract Background:Problems on postnatal cerebral palsy is very diverse and influential on the state or condition of individual patients include decreased ability headkontrol can affect the increase in gross motor skills. Increased exercise head control method bobath in cerebral palsy patients chosen because it is the most important part of the body and has a function as stability to seeing, breathing, eating, speaking and hearing, control postural, the initiative of all movements, alignment (reaction righting and equilibrium reaction).Objective:This study aimed to determine the gross motor function improvement of cerebral palsy patients were measured using Gross Motor Functional Measurement (GMFM) 88.Methods:The sample of 20 people is obtained based on the examination and measurement of functional mobility scale in cerebral palsy patients who underwent physiotherapy and YPAC school in Jakarta. The number of samples in group I was 10, and the second group of 10 people. Group 1 was given training Head Control with Bobath method and group 2 was given conventional training. Data bobath head control method taken before and after treatment. Changes in the value of training bobath head control method is measured by t test.Results: The average value of 88 on a training GMFM Head Control methods bobath before treatment 0.963 ± 0.817 and 0.963 ± 0.817 after treatment, whereas in conventional training before treatment 0.889 ± 0.163 and 0.917 ± 0.335 after treatment. The second shows that the treatment is as effective to improve gross motor function in patients with cerebral palsy. with p> 0.05. Comparison of head control training with conventional training methods bobath and as effective as meaning that p> 0.05, this means that the data difference has homogeneous properties. Conclusion: Thus, the results showed that the training head Control with Bobath method increases more than conventional training but the increase is not significant, because both equally effective training to improve gross motor function in patients with cerebral palsy. Researchers assess the need for further research in the future to compare between training Head Control with Bobath and conventional training methods. Keywords: head control exercises with bobath method, conventional exercises. Jurnal Insan Cendekia. Volume 2 No 1 Mei 2015
30 PENDAHULUAN Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang permanen dan tidak progresif, yang terjadi pada otak yang belum matur (sampai umur 5 tahun) yang menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan dan disertai kelainan neuroligis berupa kelumpuhan, gangguan ganglia basalis dan cerebellum serta kelainan mental. Adapun pelayanan fisioterapi menurut kepmenkes 1363 tahun 2001 adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, eletroterapis, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Dari pengertian fisioterapi tersebut bahwa fisioterapi berperan penting untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh pada anak Cerebral Palsy. Permasalahan pada cerebral palsy post natal sangat beragam dan berpengaruh pada keadaan atau kondisi pasien secara perorangan diantaranya penurunan kemampuan headkontrol dapat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan motorik kasar. Tujuan Penulis membuat tesis ini dengan judul “ penambahan latihan head control meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak cerebral palsy post natal dengan pendekatan konsep bobath”
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) JakartaJl. Hang Lekiu III, No. 19 Kelurahan Gunung Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120. Populasi dan Sample Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa YPAC Jakarta dan Pasien Rawat Jalan YPAC. Sample dalam penelitian ini adalah pasien gangguan motorik kasar yang telah masuk criteria inklusi, eksklusi, dan criteria drop out. Teknik pengambilan sample dilakukan dengan teknik acak sederhana. Subjek penelitian berjumlah 20 orang, dibagi menjadi 2 kelompok, yang masing masing pada kelompok kotrol 10 subjek, dan kelompok perlakukan 10 subjek
Kelompok Perlakuan I Pada kelompok kontrol diberikan latihan konvensional yang diberikan oleh seorang fisioterapis selama 10 minggu dengan frekuensi 3 kali per minggu sehingga total treatment sebanyak 30 kali perlakuan. Kelompok Perlakuan II Pada kelompok eksperimen diberikan latihan kontrol kepala (Head Control) diberikan oleh seorang fisioterapis selama 10 minggu dengan frekuensi 3 kali per minggu sehingga total treatment sebanyak 30 kali perlakuan. Cara Pengumpulan Data Setelah program latihan selesai, dilakukan evaluasi dengan melihat hasil pengukuran kemampuan motorik kasar. Dilakukan tabulasi data dan analisis statistik dengan menggunakan software SPSS versi 16.0. Dari hasil analisis data dibuat kesimpulan hasil dan dilanjutkan dengan penyusunan tesis. Analisis data Data yang diperoleh diolah menggunakan software SPSS dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1. Variable karakteristik sampel dipaparkan secara deskriptif menggunakan tabel, untuk menganalisis umur, jenis kelamin, berat badan, proses persalinan, riwayat kehamilan, kondisi operasi ekstermitas, visual problem, motivasi. 2. Uji normalitas denganOne simple Kolmogorov Smirnov ( One simple K – S), bertujuan untuk mengetahui distribusi data masing – masing kelompok perlakuan. 3. Uji homogenitas data dengan Levene’s Test, bertujuan untuk mengetahui homogenitas varian data 4. Uji komparasi dependent sebelum dan setelah perlakuan pada masing – masing kelompok perlakuan dengan menggunakan t-test of relateduntuk data sampel berdistribusi normal 5. Uji komparasi independen, untuk mengetahui perbedaan kemampuan motorik kasa rantar kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dengan menggunakan t-test independent untuk data sampel berdistribusi normal. PEMBAHASAN Sampel penelitian ini mewakili kelompok usia kategori anak-anak. Sampel penelitian pada kelompok 1 jenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang dan perempuan sebanyak 4 orang, sedangkan pada kelompok 2 jenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang dan perempuan sebanyak 6orang. Pada Kelompok Perlakuan persalinan normal sebanyak 3 orang dan Jurnal Insan Cendekia. Volume 2 No 1 Mei 2015
31 operasi sebanyak 7orang sedangkan pada Kelompok Kontrol persalinan normal sebanyak 3 orang dan operasi sebanyak 7 orang. Sampel penelitian pada Kelompok Perlakuan kecukupan usia kehamilan full sebanyak 5 (50,00%) orang dan pre sebanyak 5 (50,00 %) orang sedangkan pada Kelompok Kontrol kecukupan usia kehamilan full sebanyak 6 (60,00%) orang dan kecukupan usia kehamilan pre sebanyak 4 (40,00%) orang. Kelompok Perlakuan memiliki rerata umur (30,80 ± 8,351) pada kelompok Kontrol (31,80 ± 9,378), hal tersebut memberikan gambaran bahwa sampel penelitian ini kedua kelompok pada berat badan yang relatif sama. Sample penelitian pada Kelompok Perlakuan kondisi operasi ekstremitas sebanyak 3 (30,00%) orang dan tanpa operasi sebanyak 7 (70,00 %) orang sedangkan pada Kelompok Kontrol kondisi operasi ekstremitas sebanyak 2 (20,00%) orang dan kondisi tanpa operasi ekstremitas sebanyak 8 (80,00%) orang. Sampel penelitian pada Kelompok Perlakuan Visual Problem sebanyak 5 (50,00%) orang dan tanpa Visual Problem sebanyak 5 (50,00 %) orang sedangkan pada Kelompok Kontrol kondisi Visual Problem sebanyak 7 (70,00%) orang dan kondisi tanpa Visual Problem sebanyak 3 (30,00%) orang. Sampel penelitian pada Kelompok Perlakuan tingkat motivasi tinggi sebanyak 4 (40,00%) orang dan motivasi rendah sebanyak 6 (60,00 %) orang sedangkan pada Kelompok Kontrol motivasi tinggi sebanyak 3 (30,00%) orang dan kondisi motivasi rendahsebanyak 7 (70,00%) orang. Untuk menentukan pilihan penggunaan statistika dalam pengujian hipotesis, maka pada penelitian ini dilakukan uji persyaratan analisis yaitu pengujian distribusi normal dan pengujian homogenitas varian. Adapun uji statistik yang digunakan antara lain adalah Shapiro-wilks test untuk uji distribusi normal dan Levene’s test untuk homogenitas varian. Tabel 1 Uji Normalitas Distribusi Dan Uji Homogenitas Varian
Dari Tabel 1 tersebut diatas menunjukkan bahwa untuk uji normalitas distribusi dengan menggunakan Shapiro-Wliks Test didapatkan nilai probabilitas untuk kelompok data sebelum intervensi pada Kelompok Perlakuan, nilai p>0,05, yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Pada kelompok II, nilai p>0,05, yang juga berarti bahwa data berdistribusi normal. Untuk kelompok data sesudah intervensi pada Kelompok Perlakuan, nilai p>0,05, yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Demikian pula dengan hasil analisis pada kelompok kontrol, nilai p>0,05, yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Untuk kelompok data nilai selisih pada Kelompok sampel perlakuan didapatkan nilai p>0,05, yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Demikian halnya dengan kelompok kontrol, nilai p>0,05 yang berarti data berdistribusi normal. Pada uji Homogenitas varian dilakukan dangan menggunakan Levene’s test didapatkan nilai p>0,05 untuk kelompok data sebelum intervensi yang berarti bahwa data bersifat homogen. Pada kelompok data sesudah intervensi didapatkan nilai p>0,05 yang berarti bahwa data bersifat homogen. Pada uji Kompatibilitas dengan menggunakan independent sample t-test Testdi dapatkan nilai p>0,294. Dengan melihat hasil uji persyaratan analisis, maka peneliti memutuskan untuk memanfaatkan data sesudah pelatihan sebagai pilihan pengujian hipotesis III. Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, maka peneliti menetapkan tiga hipotesis penelitian yang dilakukan pengujian pada masingmasing hipotesis berdasarkan data yang telah dikumpulkan dengan hasil uji sebagai berikut : Hipotesis I
Normalitas dengan Shapiro-wilks test Kelom pok Data
Kelompok Perlakuan
Kontrol Statisti k
Sebelu m Sesuda h
Kelompok
P
Statisti k
P
0,963
0,817
0,889
0,163
0,963
0,817
0,917
0,335
Nilai p Uji Homogen itas
Dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan instrument penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini, maka didapatkan nilai sebagai berikut: Tabel 2 Distribusi Nilai GMFM Sebelum Dan Sesudah Pelatihan Pada Kelompok Perlakuan
0,384
Variabel
Df
T
P
SebelumSesudah
9
-3,311
0,009
Jurnal Insan Cendekia. Volume 2 No 1 Mei 2015
32 Berdasarkan Tabel 2 dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu paired sample t-test didapatkan nilai p<0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata nilai GMFM sebelum dan sesudah pelatihan head control metode Bobath. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan pada Kelompok Perlakuan memberikan perbaikan yang bermakna terhadap motorik kasar pasien Cerebral Palsy
sama efektif dibandingkan pelatihan konvensional terhadap fungsi motorik kasar pasien Cerebral Palsy. Dari ketiga pengujian hipotesis tersebut dapat ditetapkan hasil pengujian sebagai berikut : 1.
2.
Hipotesis II Dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini, maka didapatkan nilai sebagai berikut : Tabel 3 Distribusi Nilai GMFM Sebelum Dan Sesudah Pelatihan Pada Kelompok Kontrol Variabel
Df
T
P
SebelumSesudah
9
-2,647
0,027
Berdasarkan Tabel 3 dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu paired sample t-test didapatkan nilai p<0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata nilai GMFM sebelum dan sesudah pelatihan metode konvensional. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan pada kelompok kontrol memberikan perbaikan yang bermakna terhadap motorik kasar pasien Cerebral Palsy. Hipotesis III Dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini, maka didapatkan nilai sebagai berikut : Tabel 4 Distribusi Nilai GMFM Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Variabel
df
T
p
Kelompok Perlakuan
18
1,295
0,212
Kelompok Kontrol
Berdasarkan Tabel 4 dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu Independent sample t-test didapatkan nilai p>0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata nilai GMFM pelatihan head control metode Bobath. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan head control dengan metode bobath
3.
Pelatihan head control metode Bobath memberikan perbaikan yang bermakna terhadap fungsi motorik kasar pasien Cerebral Palsy. Pelatihan konvensional memberikan perbaikan yang bermakna terhadap fungsi motorik kasar pasien Cerebral Palsy. Pelatihan head controldengan metode bobath sama efektif dibandingkan pelatihan konvensional terhadap fungsi motorik kasar pasien Cerebral Palsy.
Efek Pelatihan Head Control Metode Bobath Pada Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol Terhadap Peningkatan Motorik Kasar Sebagai hasil pelatihan head control metode bobath berdasarkan hasil analisis dan sintesis, maka peneliti menetapkan tiga hipotesis penelitian yang dilakukan pengujian pada masing-masing hipotesis berdasarkan data yang telah dikumpulkan dengan hasil uji dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu paired sample t-test didapatkan nilai p<0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata nilai GMFM sebelum dan sesudah pelatihan head kontrol metode Bobath. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan pada kelompok perlakuan memberikan perbaikan yang bermakna terhadap motorik kasar pasien Cerebral Palsy. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu paired sample t-test didapatkan nilai p<0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata nilai GMFM sebelum dan sesudah pelatihan metode konvensional. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan pada kelompok kontrol memberikan perbaikan yang bermakna terhadap motorik kasar pasien Cerebral Palsy. Efek Pelatihan Head Control Metode Bobath dibandingkan Pelatihan Konvensional Terhadap Peningkatan Motorik Kasar Untuk mengetahui perbedaan dari efek kedua penelitian dapat dilihat melalui uji beda beda dua rata-rata yaitu Independent sample t-test didapatkan nilai p>0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata nilai GMFM pelatihan head control metode Bobath. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan head control tidak lebih efektif dibandingkan pelatihan konvensional terhadap motorik kasar pasien Cerebral Palsy. Jurnal Insan Cendekia. Volume 2 No 1 Mei 2015
33 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Pelatihan head control sama efektif dibandingkan pelatihan konvensional terhadap perbaikan fungsi motorik kasar pasien Cerebral Palsy.
KEPUSTAKAAN Anonim. 1995. Cerebral Palsy, a Consensus Summary. Medical Journal ofAustralia 1995; 162 : 85 – 90. Anonim. 2002. Cerebral Palsy dalam Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Editor: Rusepno Hasan dan Husein Alatas. Bagian Ilmu Kesehatan Anak EBTA (European Bobath Tutor Association)Berlin Workshop 2004. Gilroy, 1992. Cerebral Palsy in Basic Neurology. 2 nd ed International: 64 – 66. Gilroy, Meyer JS; 1979. PediatricNeurology in Medical. Third Edition. New York : Macmillan Publishing Co.Inc. pp : 118 – 123. Grady, M., Gilfoyle, E; Moore, J.C. 1981. Children Adapt. Thorofare, N.J : Charles B. Slack. Hartono, 2004. Perbedaan Faktor Risiko dan Berbagai Fungsi Dasarantara Cerebral Palsy tipe Hemiplegik dengan Tipe Diplegia Spastika.Media Medika Indonesia Vol.39 No.1:5 – 9. IBITA (International Bobath Instructor and Tutor Association) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1363 Tahun 2001 Tentang Registrasi Dan Izin Praktik FisioterapisMenteri Kesehatan Republik Indonesia. Leonard, C.T. 1998. The Human Neuroscience of Human Movement. Mosby : St. Louis. Liu, Zhu, Li Qing. 2000. Cerebral Palsy and multiple birth in China.Int J. Epid ; 29 : 292 – 299. Livinec, F. 2005. Prenatal Risk Factors for Cerebral Palsy in Very PretermSingletons and Twins. Obstet Gynecol; 105 (6):1341-7. 3 Juni 2005. Markam; Adre, Irawati; Nawangsari; Herry. 2003. Deteksi Dini Acuan Kemampuan Dasar dan Stimulasi Otak pada Anak Dini Usia, Makalah Seminar. Mayston, M.J. 1997. Course Notes : Normal Postural Control Mechanism. London : The Bobath Centre.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi /Rustam Mochtar; editor, Delfi Lutan, Ed.2. Jakarta : EGC. Hal : 195 – 259,339 – 384, 427 – 430, 448 – 452. Nelson, KB; Ellenberg, JH. 1986. Antecedents of cerebral palsy. MultivariateAnalysis of Risk. New England Journal of Medicine, 315 : 81 – 86. Nelson, KB; James, M; Dambrosia; Tricia, Y. Ting and Judith K. Grether. 1996.Uncertain Value of Electronic Fetal Monitoring in Predicting Cerebral Palsy.NEJM;334:613 – 8.138. Nelson, KB; Swaiman, KF; Russman, BS. 1994. Cerebral Palsy. In Swaiman KF.Ed. Pediatric Neurology : Principles and Practice. St Louis : Mosby. pp :312– 5. Rusman, BS. 1985. Disorder of Motor Execution Cerebral Palsy in David RB,Pediatric Neurology for The Children : 467 – 79. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak oleh Soetjiningsih;Editor IG.N. Gde Ranuh. Jakarta : ECG, 223 – 35. http://www.cerebral-palsy-injury.com/CerebralPalsy-new-definition.html, diunduh tanggal 5 Mei 2012 http://www.universe-review.com, diunduh tanggal 5 Mei 2012
Jurnal Insan Cendekia. Volume 2 No 1 Mei 2015