PEMODELAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH DENGAN METODE SYSTEM DYNAMICS
Diajukan Oleh :
SAHRIA 106084003589
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ABSTRACT
This study aims to make modeling System Dynamics in simulation Certificate Bank Indonesia Sharia, make predictions in the future and determine policy analysis of Certificate Bank Indonesia Sharia development. This study uses time series data from January 2006 to December 2009 period. The method used in the study is System Dynamics. The results obtained by simulation Certificate Bank Indonesia Sharia indicate a valid model, so it can be used to make future predictions of Certificate Bank Indonesia Sharia development. Based on the simulation scenarios used with low inflation and high Islamic banking financing shows the value of Certificate Bank Indonesia Sharia in December 2014 will increase become Rp 35.900 billion. While the policy scenario under normal condition the value of Certificate Bank Indonesia Sharia was Rp 19,101 billion, the government policies for the development of Certificates Bank Indonesia Sharia must consider the rate of inflation and the Islamic banking financing. Key words: Certificate Bank Indonesia Sharia, Inflation, Product of Domestic Bruto, Islamic banking financing and Financial Market Inter Syariah Banking System.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuat pemodelan System Dynamics dalam simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah, membuat prediksi ke depan dan menentukan analisis kebijakan pengembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Penelitian ini menggunakan data time series periode Januari 2006 sampai Desember 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah System Dynamics. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah menunjukkan model yang valid, sehingga dapat digunakan untuk membuat prediksi kedepan dari perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Berdasarkan simulasi yang digunakan dengan skenario laju inflasi rendah dan pembiayaan perbankan syariah tinggi menunjukkan nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada Desember 2014 akan meningkat menjadi Rp 35.900 milyar. Sedangkan pada skenario kebijakan kondisi normal nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah sebesar Rp 19.101 milyar, maka kebijakan pemerintah untuk pengembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah harus memperhatikan laju inflasi dan pembiayaan perbankan syariah. Kata Kunci: Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Pembiayaan Perbankan Syariah, dan Pasar Uang Antarbank Syariah.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin, sembah sujud dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PEMODELAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH DENGAN METODE SYSTEM DYNAMICS”, Serta shalawat dan salam semoga Allah SWT, melimpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia, menegakkan kalimat laa Ilaaha Illallah di muka bumi dan dapat memberikan syafaat dihari kiamat nanti, juga kepada keluarga dan sahabatnya yang telah berjuang untuk mewariskan nilai Islam kepada kita semua. Skripsi ini merupakan salah satu kebahagian terbesar bagi penulis. Sebuah tugas yang menghantarkan penulis menjadi seorang sarjana. Satu tahap perjalanan akademis yang penulis lakukan merupakan satu perjalanan kecil dari bagian kehidupan yang begitu panjang dan berliku. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun susunan bahasanya. Hal ini karena keterbatasan penulis baik dari segi waktu, tenaga maupun ilmu pengetahuan. Oleh karena itu penulis sangat membutuhkan saran dan masukan atas skripsi yang telah dibuat ini, dengan harapan agar skripsi ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membuka lembaran ini. Perjuangan ini senantiasa diiringi cahaya doa-doa orang yang tulus, bimbingan orang-orang yang tak mengenal balasan, serta bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada: 1.
Ibunda tercinta yang senantiasa dengan ketulusan dan keikhlasan hati membesarkan, mendidik, menyayangi dan memberikan dukungan serta doa yang tak putus-putusnya untuk kesuksesan anak-anaknya.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembantu dekan bidang akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM, selaku Dosen Pembimbing I, juga Dosen Pengampu mata kuliah Pasar Modal Syariah dan Moneter Syariah, serta penemu Number Of Everything (NOE) 319913616 dan Symbol Of Everything (SOE) sinlammim
, yang dengan sabar
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dukungan yang tak hentihentinya, serta selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis hingga terselesaikan skripsi ini. 5.
Bapak Drs. Lukman, M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan sekaligus selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan, dan meluangkan waktunya untuk membaca dan
mengoreksi skripsi yang penulis ajukan serta dukungan dalam memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7.
Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu dan memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar dibangku kuliah.
8.
Kakak-kakakku yang tercinta Dr. Abraham Padlan Patarai, Mkes, Dra. Lena Maryana Mukti dan Sahraeni, SE yang selalu memberikan dukungan baik materiel maupun spiritual.
9.
Ponakanku yang tercinta Raihan, Gibran dan Adinda yang selalu memberikan keceriaan dan menghibur dikala penulis sedang suntuk.
10.
Keluarga Bapak H. Yayat Hidayat yang menghiasi kehidupan penulis dengan canda tawa serta dukungan moral yang diberikan.
11.
Sahabat-sahabat terbaikku seperjuangan Yeni, Yunita, Saras, Lia, Winda, Yanti, Iwas, Laras, Oliet, Friska dan Ovi yang selama ini menemani dan mewarnai dengan suka dan duka, dan mendoakan penulis. Thank’s ya say semoga persahabatan kita tetap terjaga.
12.
Teman-teman IESP angkatan 2006 konsentrasi Ekonomi Islam dan konsentrasi Ekonomi Pembangunan, Andra, Bakar, Beny, Dafi, Fadli, Ipin, Safitri, ifad dan yang tidak disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa persaudaraan penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila penulis melakukan kesalahan dan kekurangan. Semoga sukses selalu.
13.
Pihak-pihak lain yang tidak disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa terima kasih yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya dengan keikhlasan dan ketulusan hati, penulis memanjatkan doa untuk semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis. “ Ya Allah limpahkanlah rahmat dan ampunan kepada mereka, kekayaan ilmu yang tiada terhitung, rezeki yang berkah, dan keimanan yang sempurna, Amin”. Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah setitik khazanah ilmu pengetahuan. Jazakumullah Khoiron Katsiro.
Jakarta, 10 Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRACT ................................................................................................... ABSTRAK ..................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GRAFIK......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... BAB I
i ii iii vii xi xii xiii xiv
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Rumusan Permasalahan ............................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9 D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Filosofi Ekonomi Islam ............................................................... 11 B. Investasi Dalam Perspektif Syariah .............................................. 20 1. Landasan Investasi Syariah .................................................... 23 2. Proses Investasi Syariah ......................................................... 25 3. Prinsip-Prinsip Umum Investasi syariah ................................. 27 4. Norma Dalam Berinvestasi Syariah ........................................ 29 5. Risiko Dalam Investasi Syariah.............................................. 30 C. Fungsi Investasi Dalam Perekonomian Islam ............................... 33 D. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .................................... 36 1. Imbalan SBIS......................................................................... 38
2. Lelang SBIS .......................................................................... 38 3. Repo SBIS ............................................................................ 39 4. Penatausahaan SBIS............................................................... 39 5. Sanksi SBIS ........................................................................... 40 E. Inflasi .......................................................................................... 41 F. Produk Domestik Bruto (PDB) .................................................... 46 G. Pembiayaan Perbankan Syariah ................................................... 51 1. Pembiayaan Produktif ........................................................... 51 2. Pembiayaan Konsumtif .......................................................... 53 H. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)...................................... 57 1. Pasar Uang Antar Bank Syariah dan Landasannya ................. 57 2. Transaksi Pasar Uang Antar Bank Syari’ah ............................ 58 3. Mekanisme Operasi Pasar Uang Antar Bank Syariah ............. 61 I. Penelitian Terdahulu .................................................................... 62 J. Kerangka Pemikiran ................................................................... 69
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 70 B. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 72 C. Variabel Penelitian ...................................................................... 71 1. Variabel Independen (X) ........................................................ 71 2. Variabel Dependen (Y) .......................................................... 71
D. Metode Analisis Data .................................................................. 71 1. Pemodelan ............................................................................. 72 a. Definisi ........................................................................... 72 b. Tahapan Pemodelan ........................................................ 74 2. System Dynamics .................................................................. 79 a. Sejarah System Dynamics ................................................ 79 b. Definisi System Dynamics ............................................... 81 3. Metodologi System Dynamics ............................................... 82 4. Uji Statistik ............................................................................ 87 a. Pengujian Absolute Error ................................................. 87 b. Pengujian Root Means Square Error ................................ 87 c. Proses Uji Statistik ........................................................... 89 E. Definisi Variabel Penelitian ......................................................... 90
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 91 1.
Sejarah Bank Indonesia (BI) ................................................. 91
2.
Sejarah Kelembagaan Bank Indonesia (BI) .......................... 92
3.
Kedudukan Bank Indonesia (BI) sebagai Lembaga Negara ... 93
B. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah ....................... 94 C. Penemuan Dan Pembahasan ........................................................ 96 1. Tahapan Pemodelan ............................................................... 96 a. Tahap Seleksi Konsep ...................................................... 96 b. Tahap Rekayasa Model .................................................... 97
c. Tahap Implementasi Komputer ........................................ 99 d. Tahap Validasi ................................................................. 103 e. Analisis Kebijakan ........................................................... 105
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ................................................................................ 116 B. Implikasi .................................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 119 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 123
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah ........................................ 6 Tabel 1.2 Pembiayaan Perbankan Syariah ..................................................... 6 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 67 Tabel 4.1 Simulasi Model SBIS..................................................................... 102 Tabel 4.7 Validasi AVE, AME, dan RMSE ................................................... 104
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1
Simulasi Model SBIS .............................................................. 102
Grafik 4.2
Analisis Skenario A Sertifikat Bank Indonesia Syariah Pada saat Normal .................................................................... 105
Grafik 4.3
Analisis Skenario B pada saat laju inflasi rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah rendah ................................... 107
Grafik 4.4
Analisis Skenario C pada saat laju inflasi rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah tinggi ..................................... 109
Grafik 4.5
Analisis Skenario D pada saat laju inflasi tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah rendah ................................... 110
Grafik 4.6
Analisis Skenario E pada saat laju inflasi tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah tinggi ..................................... 112
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Inflasi Biaya Produksi (cost push inflation) ............................ 44
Gambar 2.2
Inflasi Tekanan Permintaan (demand pull inflation) ............... 45
Gambar 2.3
Stagflasi ................................................................................ 46
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran ......................................................... ... . 69
Gambar 3.1
Simbol Forester yang digunakan dalam diagram alir model ... 73
Gambar 4.1
Model Mental Sertifikat Bank Indonesia Syariah .............. ... . 97
Gambar 4.2
CLD Sertifikat Bank Indonesia Syariah ............................. .. 98
Gambar 4.3
Stock Flow Diagram Sertifikat Bank Indonesia Syariah .... . 101
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Data Indikator Ekonomi Makro dan Perbankan Syariah ......... 124 Lampiran 2 : Data PDB dan SBIS ............................................................... 128 Lampiran 3 : Stock Flow Diagram Sertifikat Bank Indonesia Syariah ......... 130 Lampiran 4 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada SBIS .......................... 131 Lampiran 5 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada Inflasi ........................ 132 Lampiran 6 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada PDB .......................... 133 Lampiran 7 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada Pembiayaan Perbankan Syariah ..................................... 134 Lampiran 8 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada PUAS ........................ 135 Lampiran 9 : Analisis Skenario A Sertifikat Bank Indonesia Syariah Pada Saat Normal…………………………………………...... 136 Lampiran10 : Analisis Skenario B Pada Saat Laju Inflasi Rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah Rendah............. 137 Lampiran 11 : Analisis Skenario C Pada Saat Laju Inflasi Rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah Tinggi .............. 138 Lampiran 12 : Analisis Skenario D Pada Saat laju Inflasi Tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah Rendah ................................. 139 Lampiran 13 : Analisis Skenario E Pada Saat Laju Inflasi Tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah Tinggi................. 140 Lampiran 14: Aplikasi Model Komputer Powersim ..................................... 141 Lampiran 15 : Sertifikat Bank Indonesia Syariah Dalam Kondisi Normal ..... 142 Lampiran 16 : Equations Skenario Semua Variabel ..................................... 143
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Sistem ekonomi Islam awal kehadirannya di Indonesia hanya dijadikan
sebagai alternatif solusi krisis moneter, namun saat ini ekonomi syariah tidak lagi hanya sekedar menjadi alternatif, tetapi ekonomi syariah menjadi solusi dalam berbagai persoalan umat manusia. Sistem ekonomi konvensional yang selama ini diterapkan banyak negara di dunia tidak hanya merugikan tetapi juga membahayakan umat manusia. Sebaliknya ekonomi syariah justru membawa perbaikan dan kesejahteraan bagi umat manusia. Ekonomi syariah mengajarkan tegaknya nilai-nilai keadilan, kejujuran, transparansi, antikorupsi dan eksploitasi, artinya misi utamanya menegakkan nilai-nilai akhlak dalam aktifitas bisnis, baik individu, perusahaan, ataupun negara. Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, maka dapat dipastikan bahwa instrumen-instrumen syariah akan laris. Perekonomian syariah mempunyai komitmen untuk menjadi sebab kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia. (Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, 2008). Islam memerintahkan umatnya untuk meraih kesuksesan dan berupaya meningkatkan
hasil investasi
serta meninggalkan
investasi
yang tidak
menguntungkan sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “ Jadilah orang yang pertama jangan menjadi yang kedua apalagi yang ketiga. Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka ia termasuk golongan yang beruntung.
Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka ia termasuk golongan yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka ia termasuk golongan yang celaka”. (HR. Thabrani). (Muhamad Nafik, 2009). Islam menghendaki aktifitas perekonomian yang didasarkan atas prinsip saling menguntungkan. Dalam investasi risiko kegagalan sangat mungkin terjadi. Setiap pihak yang terlibat dalam investasi harus menanggung bersama setiap risiko yang terjadi. Berdasarkan inilah Islam mengharamkan sistem bunga (riba). Investasi yang adil adalah investasi dengan sistem profit dan loss sharing. Kedua pihak yang terlibat dalam investasi sama-sama menanggung keuntungan atau kerugian sesuai dengan perjanjian pembagian hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Segala kegiatan ekonomi di Indonesia khususnya dalam hal ini berinvestasi diatur oleh hukum dan norma-norma yang berlaku agar dapat berjalan dengan baik. Hubungan hukum dengan ekonomi bukan hubungan satu arah, tetapi hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Kegiatan ekonomi yang tidak didukung oleh hukum akan mengakibatkan terjadi kekacauan, sebab apabila para pelaku ekonomi dalam mengejar keuntungan tidak dilandasi dengan norma hukum maka akan menimbulkan kerugian salah satu pihak dalam melakukan kegiatan ekonomi. Ahli hukum mengatakan bahwa hukum selalu berada dibelakang kegiatan ekonomi, setiap kegiatan ekonomi dilakukan oleh seseorang pasti kegiatan itu diikuti oleh norma hukum yang menjadi rambu pelaksanaannya. Hukum yang mengikuti kegiatan ekonomi ini merupakan seperangkat norma yang
mengatur hubungan kegiatan ekonomi dan ini selalu dipengaruhi oleh sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara. (Salim dan Budi Sutrisno, 2007). Investasi ibarat menebar benih bukan saja tergantung pada beberapa butir yang ditabur diatas lahan akan tetapi yang mungkin lebih penting adalah penyebaran pada lahan-lahan yang tepat. Lahan yang dapat digunakan investor dalam menanamkan uangnya termasuk baik buruknya lahan-lahan tersebut. Ketepatan memilih lahan sebenarnya bukan cuma masalah pengembangbiakan modal dan akumulasi keuntungan akan tetapi juga masalah pengamanan asset. Banyak faktor-faktor yang sebagian besar saling terkait satu sama lain dengan pola yang sangat kompleks sehingga berdampak pada peningkatan investasi syariah dalam perbankan syariah di Indonesia, baik dilihat dari segi makro maupun dari segi mikro. Investasi syariah dapat mengembangkan kegiatan perekonomian di berbagai bidang.
Berkembang
pesatnya
kegiatan
ekonomi
diikuti
pula
dengan
berkembangnya lembaga keuangan (bank) baik yang konvensional maupun yang menggunakan prinsip syariah, dan dalam dunia perbankan sering kali menggunakan fasilitas pasar uang dalam kegiatan operasionalnya, karena dalam keadaan tertentu terkadang bank dapat mengalami kelebihan ataupun kekurangan likuiditas dalam jangka pendek yaitu kurang dari satu tahun. Bila terjadi kelebihan maka bank melakukan penempatan kelebihan likuiditas, sehingga bank memperoleh keuntungan. Dan sebaliknya bila bank mengalami kekurangan likuiditas maka bank memerlukan sarana untuk menutupi kekurangan likuiditas
dalam rangka pembiayaan sehingga kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan baik. Bank Islam merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai Syariah yang bersifat makro maupun mikro. Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil), dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sementara itu, nilai-nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Sistem perbankan merupakan institusi pemerintah yang otonom yang bertanggung
jawab
untuk
merealisasikan
sasaran-sasaran
sosio-ekonomi
perekonomian Islam dalam,dan melalui medan perbankan. Perkembangan dunia perbankan telah terlihat kompleks dengan berbagai macam jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif. Suatu perkembangan yang boleh dikatakan sangat menggembirakan, khususnya bagi umat Islam yang selama ini menginginkan investasi dan pendanaan tanpa unsur riba. Perkembangan perbankan syariah diantaranya dengan penerbitan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) yang merupakan instrumen moneter berbasis syariah dan berfungsi sebagai wadah atau instrumen alternatif sementara alternatif investasi disaat bank mengalami kelebihan likuiditas. Pesatnya pertumbuhan perbankan syariah diimbangi dengan tetap dipertahankannya prinsip kehati-hatian dalam mengelola usahanya. (M. Luthfi Hamidi, 2003). Kehadiran Sertifikat Bank Indonesia syariah setidaknya merupakan langkah awal dan sinyal untuk memantapkan dan meningkatkan pertumbuhan perbankan syariah dari berbagai masalah. Instrumen khusus untuk perbankan syariah ini menggantikan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang selama ini berlaku sebagaimana Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang krusial yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah, DPR, dan BI. Selama ini instrumen yang digunakan adalah SWBI, Namun bagi bank-bank syariah instrumen ini tidak menguntungkan karena bonusnya kecil sekitar 3-4 persen, sedangkan bank konvensional mendapat bunga SBI sebesar 8 persen. Hal ini tentu tidak kondusif bagi bank syariah ketika terjadi kelebihan likuiditas, karena itulah Bank Indonesia merubah skimnya menjadi ju’alah dengan nama Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Terlebih SBIS dengan tingkat return yang setara atau mendekati bunga Sertifikat Bank Indonesia konvesional akan menjadi pilihan instrumen investasi yang menarik disaat perbankan mengalami kelebihan likuiditas. Perkembangan perbankan syariah yang menggembirakan juga dapat dilihat dari total asetnya yang menunjukkan
peningkatan secara signifikan melalui
indikator Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) hal ini dapat
terlihat pada tabel 1.1 demikian halnya dengan pembiayaan yang dilakukan dalam perbankan syariah dapat terlihat pada tabel 1.2. Tabel 1.1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah (Dalam Milyar Rupiah)
Indikator Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah
2006 21,151 5,571
Tahun 2007 2008 27,286 34,036 9,252 15,519
2009 48,041 18,076
Sumber: Statistik Perbankan Syariah
Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan asset perbankan syariah pada kurun waktu 2006-2009 mempunyai kecenderungan yang terus meningkat. Asset Perbankan Syariah melalui indikator Bank Umum Syariah tahun 2006 sebesar Rp 21,151 Milyar hingga tahun 2009 sudah mencapai Rp 48,041 Milyar dan melalui indikator Unit Usaha Syariah tahun 2006 sebesar Rp 5,571 Milyar hingga tahun 2009 sudah mencapai Rp 18,076 Milyar. Maraknya BUS dan UUS akan semakin menarik investor baru dan mendorong inovasi produk. Tabel 1.2 Pembiayaan Perbankan Syariah (Dalam Milyar Rupiah)
Indikator Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Mudharabah Piutang Murabahah Piutang Istishna' Lainnya Total
2006 2,335 4,062 12,624 337 1,087 20,445
Tahun 2007 2008 4,406 7,411 5,578 6,205 16,553 22,486 351 369 1,056 1,724 27,944 38,195
2009 10,412 6,597 26,321 423 3,134 46,886
Sumber: Statistik Perbankan Syariah
Tabel 1.2 Menunjukkan pembiayaan perbankan syariah yang jika dilihat secara nominalnya dari tahun 2006-2009 mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 total pembiayaan perbankan syariah sebesar Rp 20,445 Milyar hingga tahun
2009 sudah mencapai Rp 46,886 Milyar. Pada sisi pembiayaan tahun 2006-2009 dapat dilihat bahwa pembiayaan didominasi oleh pembiayaan berprinsip jual beli yaitu pembiayaan yang cenderung digunakan oleh nasabah peminjam untuk tujuan konsumtif, walaupun tidak menutup kemungkinan ada juga yang dimanfaatkan untuk tujuan usaha produktif. Berdasarkan prospek kondisi makro ekonomi, maka dapat diprediksikan pertumbuhan industri perbankan syariah pada tahun berikutnya masih akan menikmati high-growth dibandingkan pertumbuhan perbankan secara nasional. Kondisi pertumbuhan ekonomi secara umum akan mempengaruhi pendapatan masyarakat dan kemampuannya dalam melakukan konsumsi dan saving (tabungan). Pada saat yang sama kapasitas perbankan untuk melakukan pembiayaan sektor riil banyak dipengaruhi oleh besarnya dana masyarakat yang mampu diserap dalam bentuk tabungan. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi diperlukan suatu usaha yang sungguh-sungguh dan terbatas dari kemaksiatan. Dalam Islam pertumbuhan ekonomi tidak dapat hanya dinilai dengan materi saja tetapi juga diimbangi dengan nilai-nilai moral dan rukhiyah. Oleh karena itu dalam berinvestasi juga harus mempersiapkan generasi yang kuat, baik dalam aspek intelektualitas, fisik, maupun aspek keimanan sehingga terbentuklah sebuah kepribadian yang utuh, disamping itu berinvestasi hanya dapat dilakukan pada asset atau kegiatan usaha yang halal, spesifik, dan bermanfaat. Dalam berinvestasi tidak dapat dipungkiri akan selalu ada gangguangangguan besar untuk investor seperti peristiwa-peristiwa makro penting yang
tidak pernah berkesudahan, yang berkaitan dengan geopolitik dan perubahan perekonomian. Sebagai investor yang andal harus mengabaikan gangguangangguan ini dan berfokus pada fundamental bisnis yang Islami. Dewasa ini kesempatan berinvestasi semakin terbuka, keterbukaan ini sejalan dengan era perdagangan bebas yang akan dihadapi. Pada tahun 2020 jumlah total populasi muslim di dunia diperkirakan akan mencapai 2,5 milyar dari posisi 1,5 milyar saat ini. Sebesar 40-50% dana yang dimiliki oleh penduduk muslim diseluruh dunia tersebut akan memanfaatkan layanan jasa investasi syariah. Walaupun investasi syariah memberikan return duniawi yang sedikit saja dibawah konvensional, namun nilai falah atau kemenangan dunia akhiratnya jauh melebih return duniawinya, maka nilai falah ini menjadi daya jual yang tinggi untuk diserap pasar yang terdiri dari orang-orang muslim. Iklim investasi syariah yang sangat komplek sehingga kebijakan investasi yang diambil pemerintah tidak dapat berdiri sendiri akan tergantung pada banyak faktor lain diluar wilayah kebijakan investasi karena faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan investasi. Investasi syariah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Dengan melihat latar belakang diatas maka penulis akan mengambil judul “Pemodelan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Dengan Metode System Dynamics”.
B.
Rumusan Permasalahan Dari latar
belakang
yang
dikemukakan
sebelumnya,
muncul
permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1.
Bagaimana membuat pemodelan pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah?
2.
Bagaimana membuat prediksi ke depan dengan beberapa perubahan laju variabel independen?
3.
Bagaimana membuat analisis kebijakan pengembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah?
C.
Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh penjelasan yang komprehensif mengenai Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang sejalan dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk: 1.
Membuat pemodelan dengan metode System Dynamics dalam simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah dari data aktual Januari 2006 sampai Desember 2009.
2.
Membuat prediksi ke depan dengan beberapa analisis skenario perubahan laju variabel independen.
3.
Menentukan analisis kebijakan pengembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah hingga tahun 2014.
D.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu: 1.
Untuk memperkaya khasanah dunia ilmu pengetahuan sebagai bahan referensi
bagi pakar ekonomi maupun pengamat ekonomi yang
tertarik dengan instrumen keuangan Sertifikat bank Indonesia Syariah. 2.
Penelitian ini merupakan media dan wahana bagi peneliti untuk belajar dan
mengembangkan
ilmu
memecah
masalah
secara
ilmiah
berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dan penerapannya di lapangan yang dilandasi prinsip ekonomi Islam. 3.
Sebagai sumbangan pemikiran bagi para pengambil kebijakan perekonomian, agar dalam mengambil kebijakan perekonomian terutama mengenai kebijakan investasi lebih mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi syariah.
4.
Menjadi bahan kajian bagi otoritas perbankan syariah, Badan Usaha Syariah, Unit Usaha Syariah, dan lembaga keuangan lainnya dalam mengembangkan Sertifikat Banki Indonesia Syariah di Indonesia.
5.
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi bagi para pelaku pasar maupun investor dalam mengambil keputusan investasi di industri perbankan, bursa surat berharga, serta lembaga keuangan lainnya yang menginginkan transaksi yang berbasiskan ekonomi Islam.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Filosofi Ekonomi Islam Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu
“oikos” yang berarti keluarga, rumah tangga dan “nomos” yang berarti peraturan, hukum kemudian bila digabung bermakna aturan rumah tangga. Sedangkan kata Islam berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari 3 akar kata yaitu “sin” berarti alam, “lam”
yang berarti Allah, dan “mim”
kemudian bila digabung menjadi “sinlammim”
yang
yang berarti ibadah, bermakna alam dicipta
Allah untuk ibadah. QS Adz-Dzariat [51]: 56
Artinya: “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. Kata Islam dapat ditemukan dalam beberapa surat di Al-Qur’an antara lain: 1. QS. Ali Imran [3]: 19.
Artinya: “Sesungguhnya Din di sisi Allah adalah Islam”. 2. QS. Ali Imran [3]: 85.
Artinya: “Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan diakhirat dia termasuk orang yang merugi”.
3. QS. Al-Shaf [61]: 7.
Artinya: “Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah padahal dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.
Sedangkan berdasarkan kata jadian “salama” bermakna keselamatan, kedamaian. Sehingga jika digabungkan maka kata “Ekonomi Islam” secara harfiah berarti aturan rumah tangga untuk keselamatan. Di dalam filosofinya Ekonomi Islam terkandung tiga hal yaitu Ontologi Ekonomi Islam, Epistemologi Ekonomi Islam, dan Aksologi Ekonomi Islam (Mochamad Aziz, 2009). Latar belakang keilmuan Ekonomi Islam disebut sebagai Ontologi Ekonomi Islam yaitu berupa alasan mendasar adanya Ekonomi Islam. Sesuai dengan sistem kehidupan yang ada pada diri manusia, keluarga, lingkungan, dan alam semesta maka elemen dasar penciptaan terdiri dari 3 unsur yaitu manusia, Allah, dan ibadah. Kemudian perpaduan 3 hal ini membentuk alasan besar penciptaan yaitu Islam, sehingga ontology dari Ekonomi Islam adalah Islam. QS. Ali-Imran [3]: 19.
Artinya: ”Sesungguhnya Din (sistem) di sisi Allah adalah Islam”. Sesuai dengan firman Allah tersebut bahwa sistem atau Din yang diciptakan Allah itu hanya Islam. Sehingga sistem ekonomi yang ada seharusnya juga mengikuti aturan dalam sistem Islam. (Mochamad Aziz, 2009).
Islam dalam Ekonomi Islam merupakan konsep besar sebagai suatu sistem yang menyeluruh. Kemudian Islam yang menyeluruh inilah yang menjadi epistemology dari keilmuan Ekonomi Islam yang sedang berkembang yaitu kaffah. Ekonomi Islam yang kaffah muncul sebagai konsep dasar ekonomi dengan batasan Islam sebagai suatu sistem. QS. Al-Baqarah [2]: 208.
Artinya: “Wahai orang-orang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara kafah”. Konsep Ekonomi Islam yang kaffah didukung oleh Al-Qur’an Surat AlBaqarah [2] ayat 208 bahwa tujuan dari Ekonomi Islam dapat dijalankan oleh orang-orang yang beriman dan dilakukan secara sistematis dan menyeluruh atau kaffah yang berarti dimulai dari Islam sebagai kerangka dasar kehidupan yang di dalamnya mengandung makna bahwa manusia diciptakan Allah untuk ibadah. Kemudian dikembangkan ke berbagai aspek termasuk ekonomi (Mochamad Aziz, 2010). Kerangka dasar Islam dari konsep yang menyeluruh berupa kaffah ini perlu diterjemahkan ke dalam penerapan berekonomi secara makro dan mikro ekonomi. Implementasi dari kedua hal tersebut dijabarkan dalam bentuk aksiologi yaitu keseimbangan sistem ekonomi yang terdiri dari 2 hal misalnya antara penawaran dan permintaan. Secara analogis, gambaran tentang keseimbangan antara 2 hal dalam Al-Quran disebutkan sebagai hubungan antara hal yang baik dan hal yang buruk (Mochamada Aziz, 2010).
QS. Saba [34]: 28.
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Pengembangan epistemologi Ekonomi Islam secara Kaffah untuk ibadah dalam tiga dimensi menghadirkan terminologi baru seperti metode Sinlammim. Hal ini sesuai dengan isi Al-Qur’an yang berbunyi ‘silmi kaffah’, dengan penjelasan bahwa kata ‘silmi’ merupakan derivasi dari huruf sin lam mim . Metode
System
Dynamics
mampu
menjadi
konsep
baru
untuk
menyempurnakan teori-teori yang sudah ada. Dalam bentuk piramida yang dibagi secara horizontal yang terdiri dari 3 bagian (puncak, tengah, dan dasar), maka bagian pertamanya yaitu puncak piramida merupakan konsep System Thinking. Kemudian dibagian kedua yaitu di tengah adalah metode System Dynamics. Sedangkan di bagian ketiga yaitu di dasar adalah software Powersim. Untuk piramida yang sama dengan pendekatan Islam, bagian 1 puncak adalah konsep Islam dalam Kaffah Thinking, bagian 2 tengah adalah metode Sinlammim, dan bagian 3 dasar adalah Number Of Everything (NOE). Diagram konsep Berpikir Konsep Berpikir
Kâffah iThinking Sinlammim Number Of Everything
System thinking System Dynamics Powersim
Sumber: Mochamad Aziz, 2010
Selain surat al-Baqarah [2]: ayat 208, kata Kaffah juga terdapat dalam surat Saba [34] ayat 28 yang menyatakan 2 hal yaitu “pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan”. Jika dalam System Thinking terdapat causal loop, maka Kaffah Thinking terdapat keseimbangan yang merupakan resultant dari causal loop positif/hal yang baik dan causal loop negative/hal yang buruk. Sehingga System Thinking dapat disandingkan dengan Kaffah Thinking. Jadi, kalau pendekatan barat adalah System Thinking, maka pendekatan Islam adalah Kaffah Thinking. Pemaparan Kaffah Thinking dalam Ekonomi Kaffah atau Ekonomi Tiga Dimensi atau Ekonomi Dinamis dapat mengambil analogi dari System Thinking. Fungsi Ekonomi Dinamis di sini, untuk menjadi pilihan konsep bila ternyata Ekonomi Kapitalis sudah terbukti tidak mampu mengatasi masalah yang kompleks akhir-akhir ini. Sebagian ekonom barat mulai memperbaiki sistem ekonomi kapitalis dengan pendekatan system thinking. Dalam hal ini, Ekonomi Dinamis merupakan salah satu solusi yang merupakan paradigma baru dari pertumbuhan pesat Ekonomi Islam. Kehadiran Ekonomi Kaffah menjadi entitas yang berdiri sendiri, memiliki diferensiasi, dan dasar yang kuar dari al-Quran (QS. AL-Baqarah [2]: 208), tetapi dalam menjembatani pengembangan Ekonomi Kaffah dianalogikan bersama System Thinking. Peradaban barat yang memiliki referensi yang terstruktur, metodologi yang mendasar, dan yang paling penting sudah merasuki setiap lembar pemikiran kaum intelektual dunia. Sehingga dirasakan akan lebih sederhana dan logis bila Ekonomi Kaffah muncul bersama konsep System Thinking.
Kekhususan yang dimiliki oleh Ekonomi Kaffah adalah penjabaran dari metode Sinlammim. Hal ini sesuai dengan isi Al-Qur’an yang berbunyi ‘silmi kaffah’, dengan penjelasan bahwa kata ‘silmi’ merupakan derivasi dari huruf sin lam mim. Metode Sinlammim dalam Ekonomi Kaffah, juga menjadi metode yang baru bagi pengembangan epistemologi system ekonomi Islam secara keseluruhan. Untuk memudahkan pengertiannya maka metode Sinlammim dipersamakan dengan metode System Dynamics yang sudah lebih dulu exist sejak dekade terakhir. Metode Sinlammim secara umum merupakan salah satu solusi untuk menembus kebuntuan kehidupan dalam rangka memecahkan permasalahan yang mendasar. Hal ini dirasakan perlunya suatu metode yang lebih baik untuk menjadi perimbangan dalam pendekatan metafisika. Hal ini sejalan dengan perkembangan metodologi terakhir yang menyatakan bahwa dirasakan perlu untuk mencari jalan tengah dari permasalahan ekonomi yang ada dengan beralih ke hal-hal yang berkaitan dengan spiritual. Salah satu contoh dari bukti metodologi metode Sinlammim adalah pencarian jati diri dari tangan manusia yang semula manusia beranggapan bahwa tangan ini atau jari-jari ini adalah giffen dari Tuhan, maka dengan semakin kritisnya manusia mulai mencari tahu adakah pola tertentu yang menjadi standar dari penciptaan jari-jari manusia. Pendekatan yang ada selama ini kurang mampu mengintegrasikan sistem secara lebih diagonal atau transendental. Pendekatan dapat dilakukan dengan
berbagai cara salah satunya adalah dengan metode sinlammim. Dengan pendekatan ini secara metodologis dapat sedikit membuka tabir konsep bentuk jari-jari manusia yang terkait erat dengan nilai spiritual yang ada dalam kitab suci. Dengan metode sinlammim ini, manusia mencoba membuktikan bahwa model sinlammim ini mampu atau tidak menjadi benchmark bagi setiap penciptaan yang ada di alam semesta ini. Jika dianggap bahwa dengan pendekatan ini dapat dibuat uraian tentang penciptaan jari-jari manusia, maka selanjutnya dapat dilakukan analogy dalam sistem ekonomi. Gambar Metode Sinlammim Dalam Tangan Manusia
Sumber: Mochamad Aziz, Lukisan, 2006. Pembuktian valid/sahih dan tidaknya Sinlammim sebagai salah satu metode pendekatan dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, trial and error, pengamatan dan penelitian yang dilakukan selayaknya oleh umat muslim sebagai pemilik dari model sinlammim ini. Kajian yang dilakukan sebenarnya tidak membatasi sistem tetapi sekiranya metode ini mampu menghadirkan buah karya dari umat Islam sendiri. Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta
(HabluminAllah) maupun dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas). Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang untuk mensejahterahkan dirinya, tidak boleh dilakukan dengan mengabaikan dan mengorbankan kepentingan orang lain dan masyarakat secara umum ( Mustafa Edwin Nasution, 2007). Hal ini merupakan bagian dari muamalah dan harus didasarkan atas akidah yang benar sehingga menghasilkan kegiatan ekonomi yang berakhlak atau bermoral. Ekonomi Islam bukan hanya merupakan praktik kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu dan komunitas muslim yang ada, namun juga merupakan perwujudan perilaku ekonomi didasarkan pada ajaran Islam tidak sekedar berorientasi untuk pembangunan fisik material dari individu, masyarakat dan negara saja, tetapi juga memerhatikan pembangunan aspek-aspek lain yang juga merupakan elemen penting bagi kehidupan yang sejahtera dan bahagia mencakup cara memandang permasalahan ekonomi, menganalisis, dan mengajukan alternatif solusi atas berbagai permasalahan ekonomi. Islam memandang aktivitas ekonomi secara positif. Semakin banyak manusia terlibat dalam aktivitas ekonomi maka semakin baik sepanjang tujuan dari prosesnya sesuai dengan ajaran Islam. Ketakwaan kepada Tuhan tidak berimplikasi pada penurunan produktivitas ekonomi, sebaliknya justru membawa seseorang untuk lebih produktif. Kekayaan dapat mendekatkan kepada Tuhan selama diperoleh dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai Islam (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam,2008).
Dari kesepakatan para ulama menyebutkan ada tiga pilar pokok dalam Islam antara lain: 1.
Aqidah yaitu komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas keberadaan dan kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim manakala melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah yang mendapat amanah dari Allah.
2.
Syariah yaitu komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah (hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya. Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliyah.
3.
Akhlaq yaitu landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi yang menyatakan "Tidaklah sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah". Sistem ekonomi Islam memastikan bahwa tidak ada transaksi ekonomi yang
bertentangan dengan syariah. Tetapi kinerja bisnis tergantung pada man behind the gun-nya. Karena itu pelaku ekonomi dalam kerangka ini dapat saja dipegang oleh umat non muslim. Perekonomian umat Islam baru dapat maju bila pola pikir dan pola laku muslimin dan muslimat sudah itqan (tekun) dan ihsan (profesional).
Ini mungkin salah satu rahasia sabda Nabi SAW: ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq”. Karena akhlaq (perilaku) menjadi indikator baik buruknya manusia. Baik buruknya perilaku bisnis para pengusaha menentukan sukses-gagalnya bisnis yang dijalankan. Akhlak inilah yang menjadi panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya. Prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi Islam tidak hanya berhenti pada tataran konsep saja tetapi banyak contoh-contoh kongkrit yang diajarkan oleh Rasul Allah, yang untuk penyesuaiannya dengan kebutuhan saat sekarang cukup banyak ijtima' yang dilakukan oleh para ahli fikih disamping pengembangan praktek operasional oleh para ekonom dan praktisi lembaga keuangan Islam. Sesuai sifatnya yang universal maka tuntunan Islam diyakini akan selalu relevan dengan kebutuhan zaman. B.
Investasi Dalam Perspektif Syariah Para ekonom mengemukakan pengertian yang berbeda-beda tentang
investasi. Meskipun demikian ada beberapa kesamaan dalam pengertian mereka. Alexander dan Sharpe (1997:1) mengemukakan bahwa investasi adalah pengorbanan nilai tertentu yang berlaku saat ini untuk mendapatkan nilai di masa datang
yang
belum
dapat
dipastikan
besarnya.
Yogiyanto
(1998:5)
mengemukakan bahwa investasi adalah penundaan konsumsi saat ini untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode tertentu. Tandelilin (2001:4) mendefinisikan investasi sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang.
Berbagai definisi itu mengandung definisi yang sama. (1) Pengeluaran atau pengorbanan sesuatu (sumber daya) pada saat sekarang yang bersifat pasti, (2) Ketidakpastian mengenai hasil (resiko), dan (3) Ketidakpastian hasil atau pengembalian di masa datang. Pengeluaran atau pengorbanan dalam investasi diartikan sebagai pengorbanan sumber daya yang bersifat tangible assets misalnya dana dan properti maupun intangible assets seperti tenaga dan pikiran. Investasi syariah tidak membicarakan persoalan duniawi saja sebagaimana yang dikemukakan para ekonom sekuler. Ada unsur lain yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu investasi dimasa depan, yaitu ketentuan dan kehendak Allah. Islam memadukan antara dimensi dunia dan akhirat. Setelah kehidupan dunia yang fana ada kehidupan akhirat yang abadi. Setiap muslim harus berupaya meraih kebahagian di dunia dan akhirat. Kehidupan dunia hanyalah sarana dan masa yang harus dilewati untuk mencapai kehidupan yang kekal di akhirat. Islam sebagai din yang komprehensif dalam ajaran dan norma mengatur seluruh akifitas manusia di segala bidang. Investasi sebagai salah satu bagian dari aktifitas perekonomian tidak dapat mengabaikan aspek postulat, konsep, serta diskursus yang menjadi background dalam pembentukan sebuah pengetahuan yang memiliki multidimensi yang mendasar dan mendalam. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan yang memiliki gradasi (tadrij), dari tahapan diskursus (‘ilmu al yaqin), implementasi
(‘ain al yaqin), serta hakikat akan
sebuah ilmu (haqq al yaqin). Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep islam yang memenuhi proses tadrij dan trichotomy pengetahuan terdiri dari 3 jenis pengetahuan yaitu
pengetahuan instrumental, pengetahuan intelektual, dan pengetahuan spiritual. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Demikian Allah SWT memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya yang beriman untuk melakukan investasi akhirat dengan melakukan amal saleh sejak dini sebagai bekal untuk menghadapi hari perhitungan. Dalam Al-Qur’an surat Lukman ayat 34 secara tegas Allah SWT menyatakan bahwa tidak ada seorang pun di alam semesta ini yang dpat mengetahui apa yang akan diperbuat, diusahakan, serta kejadian apa yang akan terjadi pada hari esok. Sehingga dengan ajaran tersebut seluruh manusia diperintahkan untuk melakukan investasi sebagai bekal dunia dan akhirat. Artinya: “ Sesungguhnya Allah, Hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal “. ( QS. Luqman:34 ) Konsep investasi dalam ajaran islam diwujudkan dalam bentuk nonfinansial yang berimplikasi terhadap kehidupan ekonomi yang kuat. Semua bentuk investasi berpijak pada prinsip-prinsip syariah secara kaffah (menyeluruh) dan dilakukan dalam rangka ibadah kepada Allah SWT untuk mencapai kebahagian lahir bathin di dunia dan akhirat baik bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. 1. Landasan Investasi Syariah Islam mengatur hubungan yang kuat antara akhlak, akidah, ibadah, dan muamalah (Qardhawi, 1995:3-4). Aspek muamalah merupakan aturan main bagi manusia dalam menjalankan kehidupan sosial sekaligus merupakan dasar untuk membangun system perekonomian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ajaran muamalah akan menahan manusia dari menghalalkan segala cara untuk mencari rejeki. Muamalah mengajarkan manusia untuk memperoleh rejeki dengan cara yang halal dan baik. Nabi SAW bersabda “Akan datang kepada manusia suatu masa ketika seseorang tidak peduli dari mana ia mendapatkan hartanya, apakah dari sumber dan cara yang halal atau sumber dan cara yang haram.” (HR. Bukhari). Ada dua hal yang menjadi landasan dalam ekonomi Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Hukum-hukum yang diambil dari kedua sumber tersebut secara konseptual dan prinsip adalah hukum yang tidak dapat
diubah-ubah. Setidaknya ada empat landasan normatif alam etika Islam, yang dapat dipresentasikan dalam aksioma etika yaitu: (Ahmad Rodoni, 2009:28-29) a. Landasan Tauhid
Landasan tauhid merupakan landasan filosofis yang dijadikan sebagai pondasi bagi setiap muslim dalam melangkah menjalankan fungsi hidupnya, diantaranya adalah menjalankan fungsi aktifitas ekonomi. Makna tauhid dalam konteks etika Islam adalah kepercayaan penuh dan murni terhadap ke-Esaan Tuhan yang secara khusus menunjukkan dimensi vertikal Islam. b. Landasan Keadilan dan Kesejajaran Adil merupakan salah satu nilai-nilai ekonomi yang ditetapkan dalam Islam. Landasan keadilan dalam ekonomi berkaitan dengan pembagian manfaat kepada semua komponen dan pihak yang terlibat dalam usaha ekonomi. Landasan kesejajaran berkaitan dengan kewajiban terjadinya sirkulasi kekayaan pada semua anggota masyarakat dan mencegah terjadinya konsentrasi ekonomi hanya pada segelintir orang. c. Landasan Kehendak Bebas Dalam pandangan Islam, manusia secara sunnatullah terlahir dengan memiliki kehendak bebas, yaitu potensi menentukan pilihan yang beragam. Oleh karena kebebasan manusia tidak dibatasi, maka manusia memiliki kebebasan pula untuk menentukan pilihan yang salah ataupun yang benar.
d. Landasan Pertanggungjawaban Aksioma tanggung jawab ini erat kaitannya dengan aksioma kebebasan, karena kedua aksioma tersebut merupakan pasangan ilmiah. Dalam hal ini pemberian segala kebebasan usaha yang dilakukan manusia tidak terlepas dari pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukanya. Keempat landasan etika Islam tersebut diatas dikaitkan dengan permasalahan ekonomi, khususnya dalam bidang investasi, maka jelas etika ini memiliki akar dari syariah yang menjadi panduan dalam bertindak. Suatu hal yang dapat menimbulkan dampak serius pada kesejahteraan adalah pemahaman bahwa memanfaatkan sumber daya ekonomi merupakan bentuk dari amanah Allah SWT. 2. Proses Investasi Syariah Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi pada sekuritas yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa besar investasi tersebut, dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan tujuan investasi Ada tiga hal yang dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu tingkat pengendalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat resiko (rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan.
b. Melakukan Analisis Sekuritas Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu ada dua pendekatan yang dapat digunakan yaitu:
Pendekatan Fundamental Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek.
Pendekatan Teknikal Pendekatan ini didasarkan pada data/perubahan harga saham dimasa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham dimasa mendatang.
c. Pembentukan Portofolio Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing sekuritas tersebut. d. Melakukan Revisi Portofolio Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud jika merasa bahwa portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal,
maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. e. Evaluasi Kinerja Portofolio Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. 3. Prinsip-Prinsip Umum Investasi syariah a. Prinsip Halal dan Thayyib Allah SWT berfirman dalam (QS. Al-Baqarah:186) yang artinya: ”Hai sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. Dengan dasar ayat diatas maka pembiayaan dan investasi hanya dapat dilakukan pada aset atau kegiatan usaha yang halal, tahir, spesifik tidak membahayakan, bermanfaat dan merupakan kegiatan usaha yang spesifik dan dapat dilakukan bagi hasil dari manfaat yang timbul. b. Prinsip transparansi guna menghindari kondisi yang gharar (sesuatu yang tidak diketahui pasti kebenarannya) dan berbau maysir. Praktek
gharar
dan
spekulatif
dalam
berinvestasi
akan
menimbulkan kondisi keraguan yang dapat menyebabkan kerugian, karena tidak dapat memperlihatkan secara transparan mengenai proses dan keuntungan (laba) yang diperoleh. Dengan demikian pemilik harta
atau investor dan pemilik usaha atau emiten tidak boleh mengambil resiko yang melebihi kemampuan yang dapat menimbulkan kerugian yang sebenarnya dapat dihindari. c. Prinsip Keadilan dan Persamaan Masalah keuntungan dalam kegiatan bisnis merupakan suatu keuntungannya agar senantiasa diarahkan pada suatu kegiatan bisnis yang berorientasi pada pendekatan proses dan cara yang benar dalam memperoleh
keuntungan
dan
bukan
pendekatan
yang
semata
mengedepankan besaran nominal hasil keuntungan yang akan diperoleh. Oleh karenanya Islam melarang segala macam jenis usaha yang berbasis pada praktek riba karena riba merupakan instrumen transaksi bisnis yang bersifat tidak adil, diskriminatif, dan eksploitatif. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam (QS. Al-A’raf:29) artinya: ”Katakanlah Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan dan katakanlah luruskan muka (dirimu) disetiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)”. d. Dari segi penawaran dan permintaan, pemilik harta (investor) dan pemilik usaha (emiten)maupun bursa dan self regulating organization lainnya tidak boleh melakukan hal-hal yang menyebabkan gangguan yang disengaja atas mekanisme pasar.
4. Norma Dalam Investasi Syariah Prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam investasi keuangan yang ditawarkan sebagai berikut: a.
Uang sebagai alat pertukaran bukan komuditas perdagangan, dimana fungsi uang adalah sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan daya beli suatu barang atau harta, sedangkan manfaat atau keuntungan yang ditimbulkannya berdasarkan atas pemakaian barang atau harta yang dibeli dengan uang tersebut.
b. Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan menghindari setiap transaksi yang zalim. Setiap transaksi yang memberikan manfaat akan dilakukan bagi hasil. c.
Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau unsur penipuan disalah satu pihak baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
d. Resiko yang mungkin timbul harus dikelolah agar tidak menimbulkan resiko yang besar atau melebihi kemampuan menanggung resiko. e. Dalam Islam setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia menanggung resiko. f. Manajemen yang diterapkan adalah manajemen Islami yang tidak mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia serta menjaga lestariya lingkungan hidup. Islam sebagai aturan hidup (nidham al hayat) yang mengatur seluruh sisi kehidupan umat manusia, menawarkan berbagai cara dan kiat
untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan norma dan aturan Allah SWT. Dalam berinvestasi pun Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan petunjuk dan rambu-rambu pokok yang harus diikuti oleh setiap muslim yang beriman yaitu dalam berinvestasi terbebas dari unsur riba, terhindar dari unsur gharar, terhindar dari unsur judi (maysir), terhindar dari unsur haram, dan terhindar dari unsur syubhat. 5. Risiko Dalam Investasi Syariah Pengumpulan keputusan investasi ibarat berjalan diantara banyak ranjau. Sebagai bagian dari kehidupan investasi tentu saja tidak bersih dari risiko dan ketidakpastian. Kehidupan itu sendiri sebetulnya juga sarat dengan risiko dan ketidakpastian. Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal yaitu risiko dan return. Risiko mempunyai hubungan positif dan linear dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, sehingga semakin besar return yang diharapkan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh seorang investor. Jorion (2000), mengatakan risiko sebagai volatility dari suatu hasil yang tidak diekspektasi, secara general nilai dari aset atau kewajiban dari bunga. Gup (1998), mengemukakan bahwa risiko adalah penyimpangan dari return yang diharapkan (expected return), sedangkan menurut Jones (1996), risiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Brigham dan Gapenski (1999), berpendapat bahwa risiko
merupakan kemungkinan keuntungan yang diterima lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan. Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan. Karenanya risiko mempunyai dua dimensi yaitu menyimpang lebih besar atau lebih kecil dari return yang diharapkan. Menurut Tandelilin (2001), dalam analisis tradisional risiko total dari berbagai aset keuangan bersumber dari: a. Interest Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return akibat perubahan tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga ini berpengaruh negatif terhadap harga sekuritas. b. Market Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekuritas. c. Inflation Risk. Suatu faktor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah purchasing power risk. Jika suku bunga naik, maka inflasi juga meningkat karena lenders membutuhkan tambahan premium inflasi untuk mengganti kerugian purchasing power. d. Business Risk. Risiko yang ada karena melakukan bisnis pada industri tertentu. e. Financial Risk. Risiko yang timbul karena penggunaan leverage finansial oleh perusahaan. f. Liquidity Risk. Risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu dimana sekuritas diperdagangkan. Suatu investasi jika dapat dibeli dan
dijual dengan cepat tanpa perubahan harga yang signifikan, maka investasi tersebut dikatakan likuid, demikian sebaliknya. g. Exchange Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return sekuritas karena fluktuasi kurs currency. h. Country Risk. Risiko ini menyangkut politik suatu negara sehingga mengarah pada political risk. Berbeda dengan analisis tradisional, analisis investasi modern membagi risiko total menjadi dua bagian yaitu resiko sistematis dan risiko tidak sistematis (Husnan,1998). Risiko sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor makro yang mempengaruhi semua sekuritas sehingga tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi sedangkan risiko tidak sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor unik pada suatu sekuritas dan dapat dihilangkan dengan melakukan diverdsifikasi. Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Oleh karena itu para investor lebih memilih melakukan diversifikasi dalam portofolio investasinya guna mengurangi sebagian risiko yang harus ditanggungnya. Karena risiko tidak sistematis dapat dihilangkan dengan diversifikasi, maka risiko sistematis menjadi lebih relevan bagi investor. Dalam investasi ada 3 (tiga) tipe investor yaitu: (Ahmad Rodoni, 2009:50) a. Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker). Merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan
risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih besar. Investor dengan karakter tersebut lebih cenderung bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi. b. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality). Merupakan tipikal investor yang meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor dengan karakter tersebut lebih cenderung bersikap hati-hati dan fleksibel dalam mengambil keputusan investasi. c. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter). Merupakan tipikal investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia lebih cenderung mengambil investasi dengan risiko yang lebih kecil. C.
Fungsi Investasi Dalam Perekonomian Islam Secara lebih spesifik, M.M Metwally (1993) mengembangkan suatu fungsi
investasi dalam perekonomian Islami akan sangat berbeda dari perekonomian yang non-Islami (konvensional). Model yang dikembangkan mengasumsikan tingkat suku bunga nol. Ia mengganti variabel suku bunga dengan variabel expected rate of profit. Penggantian variabel ini membawa perubahan mendasar karena tingkat suku bunga ditentukan oleh pasar kredit (credit market), dan bukan ditentukan oleh tingkat profitabilitas bisnis pengusaha. Sedangkan variabel expected rate of profit ditentukan oleh karakteristik bisnis pengusaha. Asumsi lain
yang digunakan antara lain terdapat denda untuk penimbunan asset-aset yang tidak termanfaatkan (idle assets), dilarangnya segala bentuk spekulasi dan tindakan perjudian, serta tingkat suku bunga pada semua jenis dana pinjaman adalah nol. Jadi, para investor atau penabung muslim dapat memilih diantara tiga alternatif untuk memanfaatkan dananya (a) memegang dananya dalam bentuk tunai (b) memegang dananya dalam bentuk aset-aset yang tidak menghasilkan pendapatan (contoh: deposito bank, pinjaman, property, perhiasan) atau (c) menginvestasikan dananya (menjadi investor dalam proyek yang dapat menambah persediaan modal negara). Dua alternatif pertama tidak disarankan dalam perekonomian Islami karena seperti kita lihat, Islam mengikutsertakan biaya dalam bentuk zakat pada danadana yang tidak termanfaatkan (idle assets). Zakat diaplikasikan pada semua bentuk aset-aset yang tidak termanfaatkan (uang tunai, perhiasan, pinjaman, deposito bank) yang telah memenuhi nisab dan kebutuhan hidup. Menurut beberapa pandangan
kontemporer,
seorang muslim
yang
menginvestasikan dana atau tabungannya tidak akan dikenakan pajak pada jumlah yang telah diinvestasikannya, tetapi dikenakan pajak pada keuntungan yang dihasilkan dari investasinya, karena dalam perekonomian Islami semua aset-aset yang tidak termanfaatkan dikenakan pajak, investor muslim akan lebih baik memanfaatkan dananya untuk investasi daripada mempertahankan dananya dalam bentuk yang tidak termanfaatkan.
Faktor utama lain yang ikut mempengaruhi tingkah laku investasi dalam perekonomian Islami adalah ketidakberadaan dari suku bunga. Islam melarang pembayaran bunga pada semua jenis pinjaman (pribadi, komersial, pertanian, industri, dan lainnya) walaupun pinjaman-pinjaman ini dilakukan untuk teman, perusahaan swasta maupun publik, pemerintah, atau entitas lainnya. Analisis di atas mengindikasikan bahwa dalam perekonomian Islami, tingkat bunga tidak masuk dalam perhitungan investasi, maka biaya kesempatan (opportunity cost) dari meminjamkan dana yang digunakan untuk kepentingan investasi adalah zakat yang dibayarkan pada dana-dana ini. Dengan kata lain, dana atau tabungan yang tidak dimanfaatkan pada investasi riil akan dikenakan zakat pada tingkat tertentu. Jelaslah bahwa investasi di dalam perekonomian Islami adalah fungsi dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Tingkat keuntungan yang diharapkan juga bergantung pada bagian relatif dari keuntungan yang dialokasikan antara investor dan mereka yang menyediakan dana-dananya pada bentuk kerja sama atau pinjaman. Permintaan investasi dalam perekonomian Islami akan meningkat jika tingkat harapan akan tingkat keuntungan meningkat, dan tingkat/besar iuran pada aset-aset yang tidak termanfaatkan meningkat. Karena tingkat harapan keuntungan bukan merupakan variabel yang dapat dikendalikan, satu-satunya instrumen yang tersedia untuk penguasa muslim mendorong investasi adalah tingkat iuran pada aset-aset yang tidak termanfaatkan. Ini merupakan alternatif dari bunga dalam perekonomian bebas non-Islami.
D.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sertifikat Bank Indonesia Syariah diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai
salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan akad ju’alah. Akad ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (’iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Sertifikat Bank Indonesia Syariah memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00 ( satu juta rupiah ); b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas)
bulan; c.
Diterbitkan tanpa warkat (scripless);
d. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan e. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan instrumen moneter berbasis syariah Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang menjadi alternatif tambahan bank syariah, Badan Usaha Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) dalam pengelolaan dana investasinya. Dengan adanya instrumen tersebut, bank syariah tidak perlu takut menerima dana pihak ketiga dari individu atau korporat dalam jumlah besar. Saat ini banyak bank umum ataupun unit usaha syariah yang tidak mau menerima dana masyarakat yang bernilai besar karena ragu tidak mampu menyalurkannya. Bila
hal tersebut dipaksakan, akibatnya bagi hasil yang diterima pemilik dana justru akan mengecil dan tingkat pembiayaan bermasalah pun akan meningkat. Kehadiran SBIS yang semoga diikuti UU Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan pemberlakuan UU Perbankan Syariah, maka akan mendorong optimalisasi pengembangan bisnis treasury lembaga keuangan dan perbankan syariah. Penerbitan SBIS tidak akan mengganggu perekonomian akibat perbankan lebih senang menempatkan dananya di SBIS dibanding menyalurkannya. Di sisi lain, kehadiran instrumen SBI syariah tidak akan membuat bank malas menyalurkan pembiayaan ke sektor riil. Beberapa aturan telah ditetapkan dalam implementasinya, bank syariah yang bisa membeli SBI syariah hanya yang memiliki rasio penyaluran pembiayaan atau financing to deposit ratio (FDR) sebesar 80 persen. Sehingga fungsi intermediasi bank memainkan peranannya dan tetap melakukan pembiayaan ke sektor riil. Juga, penerbitan SBI Syariah tidak akan mengganggu perekonomian akibat perbankan lebih senang menempatkan dananya di SBI syariah dibanding menyalurkannya. SBI Syariah hanya sebagai wadah atau instrumen alternatif sementara alternatif investasi disaat bank mengalamai kelebihan likuiditas. Meski demikian, menyimak kondisi sekarang dengan share bank syariah masih relatif kecil dibandingkan bank konvensional, tentunya peran ideal bank dan lembaga keuangan syariah untuk mengatasi kelebihan likuiditas belum akan begitu terasa. Dalam kondisi seperti ini, salah satu elemen pokok dalam sistem ekonomi Islam, yaitu pemerintah (regulator), perlu mengambil alih dan
memegang peranan kunci perekonomian dengan didukung oleh kalangan lembaga keuangan syariah itu sendiri. 1. Imbalan SBIS a. Bank Indonesia membayar imbalan atas SBIS milik BUS atau UUS pada
saat SBIS jatuh waktu. a.
Tingkat imbalan yang diberikan mengacu kepada tingkat diskonto hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu sama yang diterbitkan bersamaan dengan penerbitan SBIS.
b. Dalam hal pada saat yang bersamaan tidak terdapat lelang SBI, tingkat imbalan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada angka dua mengacu kepada data terkini antara tingkat imbalan SBIS atau tingkat diskonto SBI berjangka waktu sama. c.
Perhitungan imbalan SBIS dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: Nilai Imbalan SBIS = Nilai Nominal SBIS × ( Jangka Waktu SBIS/360 ) × Tingkat Imbalan SBIS. Dengan begitu bagi hasil yang diterima Perbankan Syariah dari
SBIS menjadi setara dengan bunga yang diterima Perbankan Konvesional dari SBI. 2. Lelang SBIS Bank Indonesia menerbitkan SBIS melalui mekanisme lelang. Penerbitan SBIS menggunakan BI-SSSS. BI-SSSS adalah Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System yang merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat
berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement. 3. Repo SBIS BUS atau UUS dapat mengajukan repo SBIS kepada Bank Indonesia. Repo SBIS berdasarkan prinsip qard yang diikuti dengan rahn. BUS atau UUS yang mengajukan Repo SBIS, harus menandatangani perjanjian
pengagungan
SBIS
dalam
rangka
Repo
SBIS
serta
menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan kepada Bank Indonesia. Bank Indonesia menetapkan dan mengenakan biaya atas Repo SBIS. 4. Penatausahaan SBIS Bank Indonesia menatausahakan SBIS dalam suatu sistem penatausahaan secara elektronis dalam BI-SSSS. Sistem penatausahaan yang dikelola Bank Indonesia mencakup sistem penyelesaian transaksi SBIS dan pencatatan kepemilikan SBIS. Sistem pencatatan kepemilikan SBIS dilakukan tanpa warkat. BUS atau UUS yang melakukan transaksi SBIS wajib memiliki rekening giro dan rekening surat berharga untuk penyelesaian transaksi SBIS. BUS atau UUS yang melakukan pembelian SBIS wajib memiliki saldo rekening giro yang cukup untuk memenuhi kewajiban penyelesaian transaksi pembelian SBIS. BUS atau UUS yang mengajukan Repo SBIS wajib memiliki saldo rekening giro dan rekening surat berharga yang cukup memenuhi kewajiban penyelesaian Repo SBIS.
Dalam rangka penyelesaian transaksi SBIS Bank Indonesia berwenang untuk mendebet rekening giro atas pembelian SBIS oleh BUS atau UUS , mendebet rekening surat berharga dan rekening giro atas Repo SBIS termasuk pemindahan pencatatan SBIS dalam rangka pengagungan. Bank Indonesia melunasi SBIS pada saat jatuh waktu sebesar nilai nominal. Bank Indonesia membayar imbalan saat jatuh waktu dan sebelum jatuh waktu, dalam hal BUS atau UUS tidak dapat memenuhi kewajiban Repo SBIS. 5. Sanksi SBIS Transaksi SBIS dinyatakan batal jika BUS atau UUS tidak memenuhi kewajiban. Bank indonesia mengenakan sanksi kepada BUS atau UUS atas transaksi SBIS yang dinyatakan batal berupa teguran tertulis, dan kewajiban membayar sebesar satu per seribu dari nilai transaksi SBIS yang dinyatakan batal atau paling banyak sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap transaksi SBIS yang dinyatakan batal. Dengan tidak mengurangi sanksi tersebut, dalam hal BUS atau UUS melakukan transaksi SBIS yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 bulan BUS atau UUS dikenakan sanksi berupa pemberhentian sementara mengikuti lelang SBIS minggu berikutnya dan larangan mengajukan Repo SBIS selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut terhitung sejak BUS atau UUS dikenakan teguran tertulis.
E.
Inflasi Ekonomi Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M – 1441M), yang
merupakan salah satu murid Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu natural inflation dan human error inflation (Adiwarman Karim, 2007). a. Natural Inflation Sesuai dengan namanya natural inflation, Inflasi ini disebabkan oleh sebab alamiah yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran agregat (AS) atau naiknya Permintaan agregat (AD), orang tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegahnya). MV = PT = Y Dimana :
M = Jumlah uang beredar V = kecepatan peredaran uang P = tingkat harga T = jumlah barang dan jasa (Q) Y = tingkat pendapatan nasional (GDP)
Maka natural inflation dapat diartikan sebagai gangguan terhadap jumlah barang dan jasa (T) yang diproduksi dalam suatu perekonomian. Misal T turun, sedangkan M dan V tetap, maka konsekuensinya P akan naik. Naiknya daya beli masyarakat secara riil, misalnya nilai ekspor lebih besar dari nilai impor sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M naik, sehingga jika V dan T tetap, maka P akan naik.Keseimbangan permintaan dan penawaran juga pernah terjadi dizaman Rasulullah SAW. Dalam hal ini
Rasulullah SAW tidak mau menghentikan atau mempengaruhi pergerakan harga ini sesuai Hadist: Anas meriwayatkan, ia berkata: Orang-orang berkata kepada Rasulullah SAW, ” Wahai Rasululluah, harga-harga barang naik (mahal),
tetapkanlah
harga
untuk
kami”.
Rasulullah
SAW
lalu
menjawab,”Allah-lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan Pemberi riszki. Aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedhaliman dalam urusan darah dan harta.” b. Human Error Inflation. Human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahankesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri (QS Ar-Rum ayat 41). Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Adapun beberapa penyebabnya di antaranya : 1.
Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad administration).
2. Pajak yang berlebihan (excessive tax) yang dapat mengakibatkan terjadinya efficency loss atau dead weight loss. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (excessive seignorage). 3. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (Escessive Seignorage).
Ekonom Islam, Al-Maqrizi berpendapat bahwa pencetakan uang yang berlebihan jelas akan mengakibatkan naiknya tingkat harga umum (inflasi). Kenaikan harga komoditi tersebut adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang (fulus) atau nominal, sedangkan jika diukur dalam emas (dinar emas) maka harga komoditi tersebut jarang sekali mengalami kenaikan. Pentingnya persoalan inflasi diselesaikan menurut Islam dapat dimulai dari pandangan politik ekonomi Islam yang disampaikan oleh Taqiyuddin an Nabhani. Beliau mengatakan, Politik ekonomi Islam adalah menjamin terealisasinya pemenuhan semua kebutuhan primer (basic needs) setiap orang secara menyeluruh, berikut kemungkinan dirinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekunder dan tersiernya, sesuai dengan kadar kesanggupannya sabagai individu yang hidup dalam sebuah masyarakat yang memiliki gaya hidup tertentu (Islam). Oleh karenanya, agar semua basic needs beserta sekunder dan tersiernya dapat terpenuhi, maka pemerintah (Khalifah) memiliki tanggung jawab untuk senantiasa menjaga tingkat harga barang dan jasa yang beredar sehingga berada dalam jangkauan masyarakat untuk membelinya.Dalam kerangka menjaga tingkat harga inilah kemudian dibutuhkan sebuah pengamatan terhadap barang dan jasa yang beredar sehingga dapat diketahui. Inflasi dapat didefinisikan sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Inflasi dapat
dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Sementara itu para ekonom modern mendefinisikannya sebagai kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit penghitungan moneter) terhadap barangbarang/komoditas. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi, yaitu kecenderungan terjadinya penurunan harga umum dan terus menerus. Untuk dapat mengerti apa dan bagaimana inflasi, perlu dipahami bahwa uang mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut dalam perekonomian, media pertukaran, pengukur nilai, unit perhitungan dan akuntansi, penyimpan nilai, dan instrumen terms of payment. Adapun inflasi berdasarkan faktor penyebabnya yaitu: (Prathama dan Mandala, 2004) a. Inflasi Biaya Produksi (cost push inflation) P AS1 AS0
P1 P0
0
Y1
Y
AD
Y
Gambar 2.1. Inflasi Biaya Produksi (cost push inflation) Inflasi Biaya Produksi (cost push inflation) terjadi karena kenaikan biaya produksi, biasanya menyebabkan penawaran agregat berkurang (dalam gambar 2.1 ditunjukkan dengan bergesernya kurva AS0 ke AS1). Naiknya biaya produksi disebabkan naiknya harga input pokok. Misalnya, kenaikan
upah minimum propinsi dan bahan baker minyak akan menyebabkan biaya produksi barang-barang sektor industri menjadi lebih mahal, yang mengurangi penawaran agregat. Jika yang berkurang adalah penawaran agregat, inflasi akan disertai kontraksi ekonomi, sehingga jumlah output menjadi lebih kecil (Y1 < Y0). b. Inflasi Tekanan Permintaan (demand pull inflation)
P AS P1 P0 AD1 AD0 0
Y0 Y1
Y
Gambar 2.2. Inflasi Tekanan Permintaan (demand pull inflation)
Inflasi tekanan permintaan (demand pull inflation) adalah inflasi yang terjadi karena dominannya tekanan permintaan agregat. Pada gambar 2.2 tekanan permintaan digambarkan dengan bergesernya kurva AD0 ke AD1. Tekanan permintaan menyebabkan output perekonomian bertambah, tetapi disertai inflasi dilihat dari makin tingginya tingkat harga umum. Dalam inflasi tekanan permintaan tidak selalu berarti penawaran agregat (AS) tidak bertambah. Yang pasti kalaupun terjadi pertambahan penawaran agregat, jumlahnya lebih kecil dibanding peningkatan permintaan agregat.
c. Staglasi
P AS1 AS0
P1 P0
0
Y0
AD0
AD1 Y
Gambar 2.3. Stagflasi Stagflasi menerangkan kombinasi dari dua keadaan buruk yaitu stagnasi dan inflasi. Stagflasi adalah kondisi dimana tingkat pertumbuhan ekonomi sekitar nol persen per tahun. Jumlah output relatif tidak bertambah, akan tetapi kondisi ini disertai inflasi. Secara grafis dalam gambar terlihat stagflasi akan terjadi jika permintaan agregat (AD) bertambah, sedangkan penawaran agregat (AS) berkurang. F.
Produk Domestik Bruto (PDB) Salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari PDB yaitu
produk barang dan jasa total yang dihasilkan dalam perekonomian suatu negara di dalam masa satu tahun. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahun, sedang PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
Untuk menghitung angka PDB digunakan metode penghitungan dengan tiga pendekatan yaitu: (Prathama dan Mandala, 2004) a. Metode Output (Output Approach) atau metode produksi Menurut metode ini, PDB adalah total output atau produksi yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Car penghitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain atau bisa juga merupakan input bagi sector ekonomi yang lain lagi. Dengan kata lain jika tidak berhati-hati akan terjadi penghitungan ganda (double counting) atau bahkan multiple counting. Akibatnya angka PDB bisa menggelembung beberapa kali lipat dari angka sebenarnya. Untuk menghindarkan hal diatas, maka dalam perhitungan PDB dengan metode produksi, yang dijumlahkan adalah nilai tambah (value added) masing-masing sektor. Yang dimaksud nilai tambah adalah selisih antara output dengan nilai input antara. NT = NO-NI………………………………………………………………(2.1) Dimana: NT = nilai tambah NO = nilai output NI = nilai input antara
……………………………….......................................(2.2)
Dimana: i = sector produksi ke 1,2,3,..,n.
b. Metode Pendapatan (Income Approach) Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Hubungan antara tingkat output dengan faktor-faktor produksi yang digunakan digambarkan dalam fungsi produksi sederhana di bawah ini: Q = f (L,K,U,E)…………………………………………………...............(2.3) Dimana:
Q = output L = tenaga kerja K = barang modal U = uang/finansial E = kemampuan entrepreneur atau kewirausahaan.
Persamaan (2.3) menunjukkan bahwa untuk memproduksi output dibutuhkan input berupa tenaga kerja, barang modal dan uang/finansial. Jumlah tenaga kerja, barang modal dan uang/finansial yang banyak tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak ada kemampuan entrepreneur. kemampuan entrepreneur ini adalah kemampuan dan keberanian mengombinasikan tenaga kerja, barang modal dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari mereka yang memiliki kemampuan entrepreneur ini dikenal sebagai pengusaha. Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang dan modal adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).
PN = w + i + r + π......................................................................................(2.4) Dimana:
w = upah/gaji i = pendapatan bunga r = pendapatan sewa π = keuntungan
Di Indonesia, perhitungan Pendapatan Nasional seperti yang dimaksud dalam teori, jarang dipublikasikan. c. Metode Pengeluaran (Expenditure Approach) Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa metode pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian yaitu: 1. Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption) Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang habis pakai dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun barang yang dapat dipakai lebih dari setahun (non- durable goods). 2. Konsumsi Pemerintah (Government Consumption) Yang masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir, sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah. Itulah sebabnya dalam data statistik PDB, pengeluaran konsumsi
pemerintah nilainya lebih kecil dari pengeluaran yang tertera
dalam
anggaran pemerintah (sisi pengeluaran anggaran negara). 3. Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan pengeluaran sektor dunia usaha. Pengeluaran ini dilakukan untuk memelihara dan memperbaiki kemampuan menciptakan/meningkatkan nilai tambah. Termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik berupa barang jadi maupun barang setengah jadi. Untuk mengetahui berapa potensi produksi, akan lebih akurat bila yang dihitung adalah investo neto (net investment), yaitu investasi bruto dikurangi penyusutan. Penghitungan PMTDB ini menunjukkan bahwa pendekatan pengeluaran, lebih mempertimbangkan barang-barang modal yang baru (newly capital goods). Barang-barang modal tersebut merupakan output baru, karena itu harus dimasukkan dalam perhitungan PDB. 4. Ekspor Neto (Net Export) Ekspor neto adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor. Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar dari pada impor dan sebaliknya ekspor neto yang negatif menunjukkan bahwa ekspor lebih kecil dari pada impor. Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan perekonomian lain (dunia). Nilai PDB berdasarkan metode pengeluaran adalah nilai total lima jenis pengeluaran tersebut yaitu: PDB = C + G + I + (X-M).....................................................................(2.5)
Dimana: C = konsumsi rumah tangga G = konsumsi pemerintah I = PMTDB X = ekspor M = impor. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data PDB berdasarkan harga konstan (riil) yang digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun menggunakan
komponen
pengeluaran
konsumsi
rumah
tangga,
pengeluaran konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) atau dengan perolehan perhitungan sebagai berikut: PDB=(C+G+I+(X-M)). G.
Pembiayaan Perbankan Syariah Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya pembiayaan dapat dibagi menjadi 2 (dua) hal berikut: 1. Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi 2 hal berikut: a). Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan:
Peningkatan produksi baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi;
Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
b). Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk:
Pendirian
proyek
baru
yaitu
pendirian
atau
pembangunan
proyek/pabrik dalam rangka usaha baru;
Rehabilitasi yaitu penggantian mesin/peralatan lama yang sudah rusak dengan mesin/peralatan baru yang lebih baik;
Modernisasi yaitu penggantian menyeluruh mesin/peralatan lama dengan mesin/peralatan baru yang tingkat tekhnologinya lebih baik/tinggi;
Ekspansi yaitu penambahan mesin/peralatan yang telah ada dengan mesin/peralatan baru dengan tekhnologi sama atau lebih baik/tinggi;
Relokasi
Proyek
yang
sudah
ada
yaitu
pemindahan
lokasi
proyek/pabrik secara keseluruhan (termasuk sarana penunjang kegiatan pabrik seperti laboratorium dan gudang) dari suatu tempat ke tempat lain yang lokasinya lebih tepat/baik.
2. Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut.kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal maupun berupa jasa, seperti pendidikan dasar dan pengobatan. Adapun kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan yang secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer baik berupa barang seperti makanan dan minuman, pakaian/perhiasan, bangunan rumah, kendaraan dan sebagainya, maupun berupa jasa seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan, dan sebagainya. Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan barang konsumsi sebagai berikut : 1. Al-Bai’bitsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual beli dengan angsuran. 2. Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik atau sewa beli. 3. Al-Musyawarakah mutanaqhishah atau decreasing participation, dimana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya. 4. Ar-Rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.
Dalam penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari nasabah atau masyarakat bank syariah menawarkan beberapa produk perbankan sebagai berikut: 1. Pembiayaan Mudharabah adalah bank menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja secara penuh (trusty financing),sedangkan nasabah menyediakan proyek atau usaha lengkap dengan manajemennya.Hasil keuntungan dan kerugian yang dialami nasabah dibagikan atau ditanggung bersama antara bank dan nasabah dengan ketentuan sesuai kesepakatan bersama. Prinsipmudharabah dalam perbankan digunakan untuk menerima simpanan dari nasabah, baik dalam bentuk tabungan atau deposito dan juga untuk melakukan pembiayaan. Rukun mudharabah antara lain ada shahibul maal (modal/nasabah), adanya mudharib (pengusaha/bank), adanya amal (usaha/pekerjaan), adanya hasil (bagi hasil/keuntungan), dan adanya aqad (ijab-qabul). 2. Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan sebagian dari modal usaha,yang mana pihak bank dapat dilibatkan dalam proses manajemennya.modal yang disetor dapat berupa uang, barang perdagangan (trading asset), property, equipment atau intang ible asset (seperti hak paten dan goodwiil) dan barangbarang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. 3. Pembiayaan Murabahah dalam istilah fiqh ialah akad jual beli atas barang tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut, penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan termaksud harga pembelian dan keuntungan yang diambil. Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara
bank selaku penyedia bank dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Rukun murabahah antara lain penjual, pembeli, barang yang diperjualbelikan, harga dan Ijab-qabul. 4. Pembiayaan Al Bai’Bithaman Ajil adalah pembiayaan untuk membeli barang dengan cicilan.syarat-syarat dasar dari produk ini hampir sama dengan pembiayaanmurabahah. Perbedaan diantara keduanya terletak pada cara pembayaran, dimana pada pembiayaan murabahah pembayaran ditunaikan setelah berlangsungnya akad kredit, sedangkan pada pembiayaan Al Bai’Bithaman Ajil cicilan baru dilakukan setelah nasabah penerima barang mampu memperlihatkan hasil usahanya. 5. Pembiayaan Salam diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan jangka pendek untuk produksi agrobisnis atau industri jenis lainnya. 6. Pembiayaan Isthina’ diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan manufaktur, industri, kecil-menengah, dan konstruksi.dalam pelaksanaannya pembiayaan isthina dapat dilakukan dengan dua cara,yakni pihak produsen ditentukan oleh bank atau pihak produsen ditentukan oleh nasabah.pelaksanaan salah satu dari kedua cara tersebut harus ditentukan dimuka dalam akad berdasarkan kedua belah pihak. 7. Pembiayaan sewa beli (ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiyyah bi tamlik) adalah akad sewa suatu barang antara bank dengan nasabah, dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad atau dalam dunia usaha dikenal dengan finance lease Harga sewa dan harga beli ditetapkan bersama diawal perjanjian. Dalam pembiayaan ini yang menjadi
obyek sewa diisyaratkan harus barang yang bermanfaat dan dibenarkan oleh syariat dan nilai dari manfaat dapat diperhitungkan atau diukur.pembiayaan sewa beli ini dapat dilakukan dengan cara: pertama lembaga pembiayaan atau perusahaan leasing yang berdasarkan syariah Islam membeli aset yang akan dibeli oleh nasabah, setelah terbeli maka, lembaga tersebut menyewakan aset itu dalam jangka waktu dan harga yang ditentukan dalam perjanjian kedua belah pihak. 8. Hiwalah adalah produk perbankan syari’ah yang disediakan untuk membantu supplier dan mendapatkan modal tunai agar melanjutkan produksinya. dalam hal ini Bank akan mendapatkan imbalan (fee) atas jasa pemindahan piutang. Besarnya imbalan yang akan diterima Bank ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan antar Bank dengan nasabah. 9. Rahn produk perbankan ini disediakan untuk membantu nasabah dalam pembiyaan kegiatan multiguna.Rahn sebagai produk pinjaman berarti Bank hanya memperoleh imbalan atas penyimpanan, pemeliharaan, asuransi dan administrasi barang yang digadaikan. berkenaan dengan hal tersbut maka, produk Rahn hanya digunakan bagi keperluan Sosial seperti pendidikan dan kesehatan. Dari produk-produk tersebut bank syariah dapat meningkatkan investasinya terutama dalam bentuk pembiayaan atas kegiatan usaha produksi, distribusi, jual beli dan konsumsi dari produk atau jasanya kepada nasabah debiturnya secara baik dan signifikan. Pembiayaan yang diberikannya juga dilakukan atas dasar manfaat yang dapat mendorong terciptanya sistem ekonomi dan kegiatan usaha
yang berkeadilan dengan menerapkan kaidah moral dan tata nilai yang mengarahkan terciptanya kemaslahatan orang banyak. H.
Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) 1. Pasar Uang Antar Bank Syariah dan Landasannya Dengan adanya fasilitas pasar uang antar bank, maka bank-bank syariah, akan mendapatkan kemudahan-kemudahan, untuk memanfaatkan dana yang sementara idle, bank dapat melakukan investasi jangka pendek di Pasar Uang, dan begitu sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek, bank juga dapat memperolehnya dari Pasar Uang. Namun, karena surat-surat berharga yang beredar di pasar uang konvensional merupakan surat-surat berharga yang berbasis bunga, maka bank-bank syariah tidak dapat memanfaatkan pasar uang yang ada, karena perbankan syariah tidak diperbolehkan menjadi bagian dari aktiva maupun pasiva yang berbasis bunga, dan hal ini merupakan kendala bagi kalangan perbankan syariah dalam melakukan pengelolaan likuiditas. Oleh karena itu untuk mendukung kelancaran perbankan syariah dalam mengelola likuiditasnya, maka perlu adanya instrumen-instrumen pasar uang yang berbasis syari’ah, sehingga perbankan syariah dapat melakukan fungsinya secara penuh, tidak saja dalam memfasilitasi kegiatan perdagangan jangka pendek akan tetapi juga berperan dalam mendukung Investasi jangka panjang. Adapun
landasan
atau
dalil
yang
dijadikan
dasar
atas
diperbolehkannya pelaksanaan pasar uang antar bank dengan prinsip syariah yaitu firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 275 yang berbunyi :
Artinya : ”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahul (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. Kaidah ini dapat dijadikan sebagai rujukan bahwa penyelenggaraan pasar uang antar bank tidak dilarang sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, artinya sepanjang jual beli aset yang terjadi di pasar uang tersebut tidak mengandung unsur riba, maka dibolehkan dalam Islam. 2. Transaksi Pasar Uang Antar Bank Syari’ah Piranti yang digunakan transaksi dalam pasar Uang Antar Syari’ah (PUAS) adalah Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA). Sertifikat ini merupakan sertifikat yang digunakan sebagai sarana Investasi bagi Bank yang kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan, dan di pihak lain Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) juga sebagai sarana bagi Bank Syari’ah yang mengalami kekurangan dana untuk mendapatkan dana jangka pendek dengan prinsip mudharabah. Di Indonesia
masalah ini telah diatur oleh Bank Indonesia dengan PBI No.2/8/PBI/2000. dan Fatwa DSN Nomor: 38/DSNMUI/ X.2002. Untuk penerbitan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) harus memenuhi empat (4) persyaratan sebagai berikut: a. Mencantumkan hal-hak antara lain : kata-kata ”Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank”, tempat dan tanggal penerbitan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA), nomor Seri Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA), nilai nominal investasi, nisbah bagi hasil, jangka waktu investasi, tingkat indikasi imbalan, tanggal pembayaran nominal dan imbalan, tempat pembayaran, nama bank penanam dana, nama Bank Penerbit dan tanda tangan pejabat yang berwenang. b. Berjangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari. c. Diterbitkan oleh kantor pusat bank Syari’ah atau Unit Usaha Syari’ah. d. Format Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) hendaknya mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bagi bank Syariah yang telah menerbitkan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) wajib melaporkan kepada Bank Indonesia pada hari penerbitan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) tersebut mengenai nilai nominal investasi, nisbah bagi hasil, jangka waktu Investasi dan tingkat indikasi imbalan sertifikat IMA.
Adapun
mekanisme
dan
penyelesaian
transaksi
Investasi
Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) dalam pasar uang adalah sebagai berikut: a. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) yang diterbitkan oleh Bank Pengelola dana dalam rangkap tiga, lembar pertama dan kedua tersebut wajib diserahkan kepada bank penanam dana sebagai bukti penanaman dana, sedangkan lembar ketiga digunakan sebagai arsip bagai bank penerbit dana. b. Bank penanam dana pada Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) melakukan pembayaran kepada bank penerbit sertifikat IMA dengan mengunakan nota kredit melalui kliring, atau Bilyet Giro Bank Indonesia dengan melampiri lembar kedua Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) atau dengan transfer dana elektronik yang disertai dengan penyampaian lembar kedua Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) kepada Bank Indonesia. c. Pemindahtanganan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) hanya dapat dilakukan oleh pihak bank penanam dana pertama, sedangkan bank penanam dana kedua tidak diperkenankan untuk memindah tangankan kepada bank lain sampai berahirnya jangka waktu, artinya sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) hanya sekali dapat dipindahtangankan. Hal ini dimaksudkan agar Bank Penerbit sertifikat IMA dapat melakukan pembayaran kepada bank yang
berhak, oleh karena itu bank pemegang sertifikat terakhir wajib memberitahukan kepemilikan sertifikat tersebut kepada bank penerbit Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) IMA. d. Kemudian pada saat sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) jatuh tempo, penyelesaian transaksi dilakukan oleh bank Penerbit Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) dengan melakukan pembayaran kepada pemegang sertifikat terakhir sebesar nilai nominal Investasi (face Value) dengan menggunakan nota kredit melalui kliring,menggunakan Bilyet Giro BI atau menggunakan transfer dana secara elektronik. Sedangkan imbalan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) akan dibayar pada hari kerja pertama bulan berikutnya. Selanjutnya penghitungan imbalan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) dihitung berdasarkan tingkat realisasi imbalan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) mangacu pada tingkat imbalan Deposito Investasi Mudharabah pada bank penerbit sesuai dengan jagka waktu penanaman. 3. Mekanisme Operasi Pasar Uang Antar Bank Syariah Pembayaran Sertifikat IMA oleh bank penanam dana dapat dilakukan dengan menggunakan nota kredit melalui kliring atau bilyet giro Bank Indonesia dengan melampiri lembar kedua Sertifikat IMA, atau transfer dana secara elektronis. Dalam hal pembayaran Sertifikat IMA dilakukan dengan menggunakan transfer dana secara elektronis, bank
penanam dana wajib menyampaikan lembar kedua Sertifikat IMA kepada Bank Indonesia. Pada saat Sertifikat IMA jatuh waktu, bank penerbit membayar kepada bank\ pemegang Sertifikat IMA sebesar nilai nominal investasi. Tingkat realisasi imbalan Sertifikat IMA mengacu pada tingkat imbalan deposito investasi Mudharabah bank penerbit sesuai dengan jangka waktu penanaman. Besarnya imbalan Sertifikat IMA dihitung berdasarkan jumlah nominal investasi, tingkat imbalan deposito investasi Mudharabah sesuai dengan jangka waktu penanaman dana dan nisbah bagi hasil yang disepakati. I.
Penelitian Terdahulu Maria Ulfah (2008), yang melakukan penelitian dengan judul ”Analisa
Perkembangan Asset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Pembiayaan Perbankan Syariah Di Indonesia”. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi dan menganalisa tingkat pertumbuhan perbankan syariah pada tahun 2003– 2008 dan memprediksi pertumbuhan perbankan syariah pada tahun 2009.III – 2010.IV dengan menggunakan indikator-indikator asset, dana pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan perbankan syariah sebagai variabel bebas dan perkembangan perbankan syariah
sebagai
variabel tidak
bebas.
Menganalisis
dengan
menggunakan Autoreggresive Integrated Moving Average (ARIMA) kemudian diperoleh hasil bahwa pada periode 2009.III-2010.IV jumlah asset, dana pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan perbankan syariah tidak mengalami peningkatan yang berarti dan cenderung stabil. Sementara itu, tingkat pertumbuhan asset, DPK, dan pembiayaan pada periode tersebut mengalami penurunan.
Dadang Firmansyah (2008), yang melakukan penelitian dengan judul ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi Swasta Di Indonesia”. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah tenaga kerja yang bekerja, Infrastuktur ( jumlah panjang jalan), variabel dummy ( krisis ekonomi) dengan Penanaman Modal Dalam Negeri. Variabel bebasnya yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), tenaga kerja adalah jumlah penduduk yang bekerja, infrastruktur adalah panjang jalan, variabel dummy dan variabel tidak bebasnya yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Produk domestik bruto (PDB), Jumlah Tenaga Kerja, Infrastruktur dan variable dummy secara serempak mempunyai pengaruh terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri. Roikhan Mochamad Aziz (2008), yang melakukan penelitian dengan judul ” Pemodelan Obligasi Syariah Indonesia dan Malaysia Dengan Metode System Dynamics”. Penelitian ini menggunakan metode System Dynamics yang bertujuan untuk menjelaskan perkembangan Obligasi Syariah Indonesia dan Malaysia, melakukan analisis pemodelan Obligasi Syariah Korporat Indonesia dan Malaysia dengan metode System Dynamics, membuat kebijakan yang perlu dilakukan bagi Negara Indonesia untuk meningkatkan kemajuan Obligasi Syariah Korporat, dan melihat prospek perkembangan Obligasi Syariah Korporat di Indonesia yang akan terjadi di masa mendatang. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu inflasi Indonesia dan Malaysia, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Indonesia Rupiah (IDR), Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), Obligasi Syariah, Tbills malaysia, Malaysia Ringgit (MYR), Indeks Kuala Lumpur Composite Index (KCLI), dan Obligasi Malaysia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indeks Obligasi Syariah Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan Obligasi Syariah Malaysia, perkembangan Obligasi Syariah Indonesia sampai tahun 2015 dipengaruhi oleh variabel ekonomi makro sehingga diperlukan skenario sensitivitas terhadap SBI dan market share untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi dan nilai kapitalisasi pasar Obligasi Syariah Indonesia pada tahun 2015 di atas nilai Obligasi Syariah Malaysia dengan adanya kebijakan intervensi pajak dan SBSN. Fery Ardianus dan Amelia Niko (2006), yang melakukan penelitian dengan judul ” Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia Periode 1997:3-2005:2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Jumlah Uang Beredar, kurs, PDB dan suku Bunga terhadap Inflasi dengan menggunakan Ordinary Least Squares & PAM. Hasil menunjukkan bahwa kurs dan suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Inflasi. sedangkan JUB dan GDP tidak berpengaruh terhadap inflasi. Emilianshah Banowo dan Budi Hermana (2005), yang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Equivalent Rate Simpanan Mudharabah Dengan Sertifikat Wadiah dan Sertifikat Bank Indonesia”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan equivalent rate simpanan mudharabah dengan Sertifikat Wadiah dan Sertifikat Bank Indonesia. Variabel bebasnya yaitu Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Sertifikat Bank Indonesia
1 bulan, Sertifikat Bank
Indonesia 3 bulan dan variable tidak bebas yaitu equivalent rate simpanan
mudharabah. Menganalisis menggunakan tujuh model regresi linear tanpa jeda waktu dan tiga model regresi dengan jeda waktu (time-lag) kemudian diperoleh hasil secara umum menunjukkan bahwa nisbah simpanan mudharabah berhubungan dengan instrumen moneter Bank Indonesia, baik Sertifikat Bank Indonesia maupun SWBI. Tetapi simpanan mudharabah untuk semua jangka waktu tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan inflasi pada periode yang sama. Analisis regresi dengan jeda waktu menunjukkan ada peningkatan kecocokan model dan signifikansinya. Hasil ini diartikan bahwa tingkat suku bunga SBI atau presentase bonus SWBI bisa dijadikan instrumen moneter oleh Bank Indonesia untuk mempengaruhi equivalent rate simpanan mudharabah pada periode berikutnya. T. Rifqy Thantawi (2005), yang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kebijakan Bonus SWBI dan Penjaminan Pemerintah Terhadap Tingkat Imbalan Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah Di Indonesia”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat indikasi imbalan PUAS dengan tingkat indikasi bonus SWBI dan penetapan maksimum suku bunga penjaminan suku bunga PUAB, serta mengetahui pengaruh tingkat indikasi bonus SWBI dan penetapan maksimum suku bunga penjaminan suku bunga PUAB terhadap tingkat indikasi imbalan PUAS. Tingkat indikasi bonus SWBI, penetapan maksimum suku bunga penjaminan suku bunga simpanan, dan penetapan maksimum suku bunga penjaminan suku bunga PUAB sebagai variabel bebas dan tingkat indikasi imbalan PUAS sebagai variabel tidak bebas. Penelitian ini menggunakan analisis faktor dan regresi untuk analisis matematisnya dan
diperoleh hasil bahwa tingkat indikasi bonus SWBI dan penentuan tingkat suku bunga PUAB mempengaruhi secara signifikan dan positif terhadap tingkat pengembalian indikasi PUAS.
Khomaidi Hambali (2004), yang melakukan penelitian dengan judul “Analisis Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Sebagai Instrumen Kebijakan Moneter”. Tujuan penelitian ini untuk melihat faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan SWBI. Variabel bebasnya yaitu bonus SWBI, bunga SBI, lelang SWBI bulan sebelumnya, bonus PUAS dan variabel tidak bebasnya yaitu jumlah permintaan SWBI. Penelitian ini menggunakan metode analisis Ordinary Least Squared dengan hasil menunjukkan bahwa dalam menjalankan fungsinya sebagai otoritas moneter Bank Indonesia telah menggunakan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia untuk menangulangi kelebihan likuiditas pada perbankan syariah. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yaitu bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, lelang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia bulan lalu, bunga sertifikat Bank Indonesia, dan bonus Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS). Faktor utama penentu jumlah permintaan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia adalah tingkat suku bunga, faktor penentu selanjutnya adalah tingkat bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang lebih berpengaruh terhadap jumlah permintaan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia jika dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Muhammad Hasyim Asy’ari (2004), yang melakukan penelitian dengan judul ” Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah”. Penelitian ini menggunakan metode Regresi Linier Berganda. Variabel yang digunakan antara lain DPK, Suku Bunga, SWBI, dan JUB. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa DPK, Suku Bunga, rata-rata pinjaman mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan perbankan syariah, sedangkan faktor bonus SWBI dan JUB tidak berpengaruh secara signifikan meskipun terdapat korelasi yang signifikan. Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No. 1.
Nama Penulis Maria Ulfah (2008)
Judul Analisa Perkembangan Asset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Pembiayaan Perbankan Syariah Di Indonesia.
Metodologi Autoreggresi ve Integrated Moving Average (ARIMA).
2.
3.
Dadang Firmansyah (2008)
Roikhan Mochamad Aziz (2008)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi Swasta Di Indonesia.
Ordinary Least Square.
Pemodelan Obligasi Syariah Indonesia dan Malaysia Dengan Metode System Dynamics.
System Dynamics.
Variabel Perkembangan Asset Dana Pihak Ketiga (DPK) Pembiayaan perbankan syariah Perkembangan perbankan syariah Produk Domestik Bruto (PDB) Tenaga kerja Infrastruktur Penanaman Modal Dalam Negeri Inflasi Indonesia SBI IDR IHSG Obligasi Syariah Inflasi malaysia Tbills Malaysia Malaysia Ringgit (MYR) Indeks Kuala Lumpur Composite Index (KCLI)
4.
Fery Ardianus dan Amelia Niko (2006)
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia Periode 1997:32005:2.
5.
Emilianshah Banowo dan Budi Hermana (2005)
Hubungan Equivalent Rate Simpanan Mudharabah Dengan Sertifikat Wadiah dan Sertifikat Bank Indonesia.
6.
T. Rifqy Thantawi (2005)
Pengaruh Kebijakan Bonus SWBI dan Penjaminan Pemerintah Terhadap Tingkat Imbalan Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah Di Indonesia.
7.
Khomaidi Hambali (2004)
Analisis Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Sebagai Instrumen Kebijakan Moneter.
8.
Muhammad Hasyim Asy’ari (2004)
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah.
Obligasi Malaysia Ordinary Inflasi Least JUB Squares & GDP PAM. Kurs Suku Bunga Regresi linear Equivalent tanpa jeda rate simpanan waktu dan mudharabah model regresi Sertifikat dengan jeda Wadiah Bank waktu (timeIndonesia lag). (SWBI) SBI Analisis Tingkat faktor dan indikasi bonus regresi. SWBI Penetapan maksimum suku bunga penjaminan suku bunga simpanan Penetapan maksimum suku bunga penjaminan suku bunga PUAB Tingkat indikasi imbalan PUAS Ordinary Bonus SWBI Least Bunga SBI Squared. Bonus PUAS Jumlah permintaan SWBI Regresi DPK Linier Suku Bunga Berganda. SWBI JUB
J.
Kerangka Pemikiran PEMODELAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH DENGAN METODE SYSTEM DYNAMICS Latar Belakang: Sertifikat Bank Indonesia Syariah merupakan instrumen surat berharga Bank Indonesia Syariah. Iklim investasi syariah yang sangat komplek sehingga kebijakan investasi yang diambil pemerintah tidak dapat berdiri sendiri akan tergantung pada banyak faktor lain diluar wilayah kebijakan investasi karena faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan investasi syariah.
Perumusan masalah: Bagaimana membuat pemodelan, membuat prediksi ke depan dengan beberapa asumsi perubahan laju variabel independen dan analisis kebijakan pengembangan pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan metode System Dynamics.
Tujuan: Membuat pemodelan System Dynamics dalam simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah, membuat prediksi ke depan dengan beberapa asumsi perubahan laju variabel independen dan menentukan analisis kebijakan pengembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan metode System Dynamics.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Y)
Inflasi (X1)
PDB (X2)
Pembiayaan Perbankan Syariah (X3) System Dynamics
Pemodelan dengan System Dynamics Simulasi validasi Analisis kebijakan Kesimpulan dan Implikasi Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran
PUAS (X4)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berkaitan dengan beberapa variabel dalam hal ini variabel
tersebut antara lain Inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), Pembiayaan Perbankan Syariah, dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) keempat variabel ini sebagai variabel independen, serta Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai variabel dependen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah System Dynamics dan menggunakan data time series periode Januari 2006Desember 2009. B.
Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang diperoleh tidak secara langsung dari sumbernya. Data tersebut diperoleh dari Bank Indonesia (BI), melalui laporan statistik perbankan syariah yang juga dikeluarkan oleh situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (BPS), mendownload data-data dan jurnal-jurnal, selain itu penulis juga melakukan riset kepustakaan, dalam riset kepustakaan ini penulis membaca, meneliti, mempelajari bahan-bahan tertulis seperti majalah-majalah, buku-buku, artikel, jurnal dan informasi-informasi tertulis lainnya yang berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi ini. Melalui riset ini diperoleh konsep, teori, dan definisi-definisi yang akan penulis pergunakan sebagai landasan berpikir dan analisa dalam proses penulisan.
C.
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah objek penelitian atau hal yang menjadi titik
perhatian dalam suatu penelitian. Variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variaebel dependen (variabel tidak bebas atau terikat). 1. Variabel Independen (X) Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang tidak dipengaruhi atau tidak tergantung oleh variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah: i. X1 = Tingkat Inflasi ii. X2 = Produk Domestik Bruto iii. X3 = Pembiayaan Perbankan Syariah iv. X4 = Pasar Uang Antar Bank Syariah 2. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. i. Y = Tingkat Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). D.
Metode Analisis Data Metode analisis data adalah metode untuk mendapatkan pemahaman dan
pengertian yang tepat tentang suatu objek dengan jalan menguraikan bagianbagian, menelaah dan mencermati hubungan keterkaitan antara bagian dalam membentuk konsepsi yang integral. Tujuan dari analisis data adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan yang terkandung di dalam data tersebut, dan
menggunakan hasil analisis tersebut untuk memecahkan suatu masalah. Dalam skripsi ini menggunakan metode System Dynamics, maka akan dijelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan penerapan pemodelan dengan metode System Dynamics. Dari penjelasan tersebut akan didapat gambaran mengenai hubungan kerja antara obyek penelitian dengan System Dynamics. Pada bagian akhir akan dijabarkan uji statistik terhadap data-data yang telah dikumpulkan dan dipilih sebagai komponen-komponen bagi terbentuknya model dari sistem Investasi Syariah. 1. Pemodelan Pemodelan akan dibagi ke dalam 2 (dua) penjelasan yaitu definisi pemodelan, dan tahapan pemodelan . a. Definisi Pemodelan berasal dari akar kata model. Model itu sendiri mengandung beberapa arti antara lain model berarti pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan, model berarti orang yang digunakan sebagai contoh untuk ditulis atau digambar, model berarti orang yang memperagakan contoh pakaian baru yang akan dipasarkan, model juga berarti barang tiruan atau imitasi yang kecil menyerupai atau persis dengan aslinya. Suatu penelaahan sangat diperlukan sebagai landasan pengertian pemodelan secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem. Perlu diketahui lebih dahulu jenis dan klasifikasi model-model secara terperinci, sebelum sampai pada tahap pemodelan. Dalam bidang
ekonomi istilah modeling lebih merujuk kepada rumus matematika, yaitu pembuatan rumus matematika untuk menjabarkan hubungan-hubungan antara variabel dalam bisnis sebuah perusahaan atau dalam ekonomi sebuah negara. Sekali rumus ini terbentuk dapat memasukkan ke dalam program komputer. Kemudian rumus ini dapat diisi dengan berbagai pilihan untuk sejumlah variabel. Dari kegiatan ini secara langsung hampir dapat memperlihatkan pengaruh yang akan ditimbulkannya kepada variabel-variabel yang lainnya. Sistem perlu digambarkan dalam suatu model dalam bentuk simbol. Pada hakekatnya, simbol yang digunakan bersifat bebas namun konsistensi dengan penggunaan simbol. Simbol yang digunakan belakangan ini dalam menggambarkan diagram alir suatu model cukup beragam. Pada awal perkembangan model matematik yang melibatkan komputer simbol Forester paling banyak digunakan seperti pada gambar 3.1 (Forrester,1971).
Gambar 3.1. Simbol Forester yang digunakan dalam diagram alir model Dalam pengembangan model simbol Forester bisa dijadikan pegangan dalam mengembangkan model. Tingkat (level) dengan simbol
kotak empat persegi digunakan untuk menggambarkan peubah keadaan pada suatu waktu tertentu. Peubah sistem yang dapat digolongkan menjadi peubah keadaan adalah bagian yang tetap ada apabila sistem tersebut tiba-tiba dihentikan. Simbol laju (rate) aliran menggambarkan tingkat aliran di antara bagian (komponen). Ada juga peubah lainnya yaitu peubah pembantu (auxiliary) dengan simbol lingkaran kecil mewakili faktor yang mempengaruhi laju aliran seperti masukan dan parameter. Simulasi merupakan proses yang diperlukan untuk penanganan model untuk meniru tingkah laku sistem yang sesungguhnya meliputi diagram alir dan logika komputer serta penulisan kode dan penerapannya pada komputer. b. Tahapan Pemodelan Pola berpikir dalam suatu sistem untuk membentuk model dapat dijadikan acuan sebagai cara berpikir yang komprehensif dan teratur. Secara sistematis urutan dalam tahap pemodelan sebagai berikut: 1). Tahap Seleksi Konsep Tahap pertama dari pemodelan abstrak yaitu seleksi alternatif konsepsi dari tahap evaluasi kelayakan. Pada tahap seleksi konsep penting dilakukan interaksi dengan para pengambil keputusan serta pihak lain yang terlibat pada sistem. Seleksi ini dilakukan untuk menentukan alternatif-alternatif mana yang bermanfaat dan bernilai
cukup untuk dilakukan pemodelan abstraknya. Hal ini erat kaitannya dengan biaya dan kinerja dari sistem yang dihasilkan. 2). Tahap Rekayasa Model Tugas tahap pemodelan terpusat pada pembentukan model abstrak yang realistik. Hal ini dilakukan setelah menetapkan jenis model abstrak yang akan diterapkan yang sejalan dengan tujuan dan karakteristik sistem. Melalui berbagai teknik statistik dan matematik model diturunkan kemudian dicari yang paling cocok pada data operasional. Identifikasi model suatu sistem dilakukan dari informasi yang menggambarkan perilaku terdahulu dari sistem yang sedang berjalan (past behaviour of the existing system). Melalui pemodelan karakteristik dari komponen sistem serta kendala-kendala yang disebabkan adanya keterkaitan antar komponen, maka model keseluruhan secara berantai dibentuk. Pendekatan struktur banyak dipakai pada rancang bangun dan pengendalian sistem fisik dan nonfisik, yang dapat diterapkan pula dalam penyusunan tata ruang kawasan. Metode ini dimulai dengan mempelajari secara teliti struktur sistem dari teori-teori guna menentukan komponen basis sistem serta keterkaitannya. 3). Tahap Implementasi Komputer Tahap ini seolah-olah membentuk model dari suatu model yaitu tingkat abstraksi lain yang ditarik dari dunia nyata. Pada tahap
ini model abstrak diwujudkan pada berbagai bentuk persamaan, diagram alir, dan diagram blok. Setelah program komputer dibuat untuk model abstrak dengan format/output yang telah dirancang serta telah memadai, selanjutnya dilakukan tahap pembuktian (verifikasi) bahwa model komputer tersebut mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji. 4). Tahap Validasi Validasi model adalah usaha menyimpulkan apakah model sistem tersebut merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji dapat dihasilkan kesimpulan yang meyakinkan. Umumnya validasi dimulai dengan uji sederhana, seperti tanda aljabar, tingkat kepangkatan dari besaran, format respons, linear, eksponensial, logaritmik, dan sebagainya. Arah perubahan peubah apabila input atau parameter diganti-ganti, dan nilai batas peubah sesuai dengan nilai batas parameter sistem. Setelah uji-uji tersebut dilakukan pengamatan lanjutan sesuai dengan jenis model. Apabila model menyatakan sistem yang sedang berjalan, dipakai uji statistik untuk mengetahui kemampuan model di dalam mereproduksi perilaku terdahulu dari sistem. Uji statistik ini dapat memakai perhitungan koefisien determinasi, pembuktian hipotesis melalui analisis ragam dan sebagainya. Pada permasalahan yang kompleks dan mendesak
disarankan proses validasi partial yang tidak dilakukan pengujian keseluruhan model sistem. Hal ini mengakibatkan rekomendasi untuk pemakaian model yang terbatas dan bila perlu menyarankan untuk pemakaian model pada pengkajian selanjutnya. Model untuk perancangan keputusan dan menentukan kebijakan operasional akan mencakup sejumlah asumsi, misalnya asumsi tentang karakteristik operasional dari komponen serta sifat alamiah dari lingkungan. Asumsi-asumsi tersebut harus dimengerti betul dan dievaluasi bilamana model digunakan untuk perencanaan atau operasi. Manipulasi dari model dapat menuju pada modifikasi model untuk mengurangi kesenjangan antara model dengan dunia nyata. Proses validasi sebaiknya dilakukan kontinyu
sampai pada
kesimpulan bahwa model telah didukung dengan pembuktian yang memadai melalui pengukuran dan observasi. Suatu model mungkin telah
mencapai
status
validasi
(absah),
meskipun
masih
menghasilkan output yang kurang benar. Di sini model adalah absah karena konsistensinya, dengan hasilnya tidak bervariasi lagi. 5). Analisis Kebijakan Pengambil keputusan merupakan bagian penting dalam tahap ini dengan model dioperasikan untuk mempelajari secara mendetail kebijakan yang dipermasalahkan. Hal ini berlaku sebagai pengarah pada proses kreatif-interaktif yang mencakup pula para analis sistem
serta spesialis dari berbagai bidang keilmuan. Apabila tidak ada kriteria keputusan yang khas seperti maksimisasi atau minimisasi, proses interaktif ini dapat menuju pada suatu kajian normatif yang bertalian dengan trade-off antar peubah-peubah sistem. Lebih jauh, dapat diterapkan pula kebijakan untuk secara efisien menilai kombinasi antar beberapa output sistem. Banyak teknik optimasi yang tersedia untuk memecahkan masalah praktis dan beberapa di antaranya dapat diterapkan langsung sebagai simulasi model. Hasil dari proses pemodelan abstrak ini adalah gugus mendetail dari spesifikasi manajemen. Informasi yang timbul setelah proses ini dapat merupakan indikasi akan kebutuhan untuk pengulangan kembali proses analisis sistem dan pemodelan sistem. Perancangan kebijakan menggunakan pendekatan model system dynamics terdiri atas empat tahap utama , yaitu: (Tasrif,2006) a. Mengidentifikasi perilaku persoalan. b. Membuat suatu model komputer dari hubungan yang diyakini sebagai penyebab perilaku tersebut. c. Mengembangkan suatu pemahaman tentang hubungan antara struktur dan perilaku. d. Merancang kebijakan untuk memperbaiki perilaku yang tidak diinginkan.
2. System Dynamics Berikut ini akan dikemukakan sejarah singkat dan definisi System Dynamics yang digunakan sebagai metodologi dalam penelitian ini (Sushil, 1992:23). a. Sejarah System Dynamics Metodologi System Dynamics telah berkembang sejak tahun 1950, pertama kali dikembangkan
oleh Jay. W. Forrester sewaktu
kelompoknya melakukan riset di MIT (Massachussets Institute of Technology) Cambridge, dengan mencoba mengembangkan manajemen industri untuk mendesain dan mengendalikan sistem industri. Mencoba mengembangkan metode manajemen untuk perencanaan industri jangka panjang yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1961, berjudul Industrial Dynamics. Selanjutnya dengan menggunakan metodologi yang sama Forrester berupaya menjelaskan perkembangan kota yang dipublikasikan dalam buku Urban Dynamics (1969). Pada perkembangannya, metodologi ini telah diterapkan di dalam analisis pada sejumlah persoalan ekonomi dan sosial yang menarik dan penting. Salah satu yang paling banyak dipublikasikan adalah model yang dikembangkan oleh Dennis Meadows dan Club of Rome dalam bukunya The Limits to Growth. Berbagai model telah dikembangkan dengan System Dynamics guna mempelajari berbagai permasalahan yang beragam, seperti manajemen proyek, pasukan perdamaian PBB,
penemuan gas alam, pertumbuhan suatu bisnis, perencanaan ekonomi nasional dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pemodelan dengan System Dynamics, dikembangkan pula berbagai software sebagai alat bantu (tools), sehingga penggunaan metodologi System Dynamics sebagai salah satu cara pemodelan menjadi lebih efisien. Saat ini berkembang software-software yang bukan cuma memudahkan pemakai untuk membangun model, tetapi juga untuk melakukan simulasi dan berbagai uji sensitivitas model. Pada awalnya penggunaan System Dynamics itu mendapat tanggapan dari dunia akademis, setelah murid Forrester yaitu Dennis Meadows dengan kelompoknya Club of Rome menerbitkan buku The Limits to Growth (1972). Pro dan kontra terhadap buku itu telah membantu percepatan pemasyarakatan sistem dinamik dalam hal menganalisis berbagai masalah yang bersifat sistemik, rumit, dan berubah cepat. Kegunaan System Dynamics tidak hanya sekadar untuk memahami apa, bagaimana, dan mengapa perubahan dapat terjadi, baik di masa lampau dan kemungkinannya di masa depan. Penggunaan alatalat
analisis
sistem/skenario
yang
lain
juga
akan
mampu
mengungkapkan hal yang serupa dengan keabsahannya masing-masing. Akan tetapi, yang lebih penting dalam System Dynamics yang merupakan
keunggulannya
adalah
bagaimana
menciptakan
dan
membawa perubahan sistemik ke arah yang diinginkan dengan hukumhukum yang universal. Dengan kata lain ada tindakan/kebijakan teruji absah yang mendorong perubahan sistemik untuk menuju kepada keadaan yang lebih baik pada masa datang. Pengungkapan
kebijakan
kritis
secara
hipotesis
dapat
dikemukakan setelah menggambarkan peta masalah berbentuk diagram sebab akibat dengan menggunakan pola dasar (archetypes) tertentu. Penggunaan pola-pola dasar tersebut hanya sebagai pedoman pemodelan setelah mengetahui pola kejadian. b. Definisi System Dynamics Menurut Massachussets Institute of Technology (MIT), System Dynamics adalah suatu metodologi untuk mempelajari permasalahan di sekitar kita. Tidak seperti metodologi lain yang mengkaji permasalahan dengan memilahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, System Dynamics melihat permasalahan
secara keseluruhan. Konsep utama
System Dynamics adalah pemahaman tentang bagaimana semua objek dalam suatu sistem saling berinteraksi satu sama lain. Menurut System Dynamics Society, System Dynamics adalah suatu metodologi untuk mempelajari dan mengelola sistem umpan balik yang kompleks, seperti yang biasa ditemui dalam dunia bisnis dan sistem sosial lainnya. Menurut Radzicky, System Dynamics adalah suatu metodologi yang handal dan teknik pemodelan dengan simulasi komputer untuk
memetakan, memahami, dan membahas isu-isu dan permasalahan yang kompleks. 3. Metodologi System Dynamics Pemilihan metodologi System Dynamics ini didasari pertimbangan bahwa metodologi ini mampu mempresentasikan keterkaitan dan saling ketergantungan antar variabel yang dikaji dan mampu menggambarkan interaksi dari masing-masing bagian sistem serta menjelaskan perilaku sistem apabila dilakukan intervensi-intervensi terhadap sistem tersebut. Untuk
menguji
keakuratan
model
dilakukan
pengujian
dengan
membandingkan model dengan kondisi nyata dan data empiris. Asumsi utama dalam paradigma System Dynamics adalah bahwa tendensi-tendensi dinamik yang persisten pada setiap sistem yang kompleks bersumber dari struktur kausal yang membentuk sistem itu. Struktur fenomena proses pembuatan keputusan merupakan suatu kumpulan (assembly) dari struktur-struktur kausal yang melingkar dan tertutup (causal loop structure). Keadaan struktur itu adalah suatu konsekuensi dari adanya interaksi antara kendala-kendala fisik dan tujuan-tujuan sosial, penghargaan (pujian) dan tekanan yang menyebabkan manusia bertingkah laku dan membangkitkan secara kumulatif tendensi-tendensi dinamik yang dominan dari sistem total (secara keseluruhan). Oleh karena itulah analisis-analisis System Dynamics diklasifikasikan ke dalam model matematik kausal (theory-like). Pengungkapan hubungan kausal model System Dynamics
bentuk ekspresi matematik didasari oleh dalil hubungan-hubungan kausal yang terdapat dalam fenomena yang diteliti. Sterman mengemukakan prinsip-prinsip untuk membuat suatu analisis dinamik. Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1. Keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi harus dibedakan di dalam analisis. 2. Adanya struktur stok dan aliran dalam kehidupan nyata harus dapat direpresentasikan di dalam analisis. 3. Aliran-aliran yang berbeda secara konseptual, di dalam analisis harus dibedakan. 4. Hanya informasi yang benar-benar tersedia bagi aktor-aktor di dalam sistem yang harus digunakan dalam pemodelan keputusan-keputusannya. 5. Struktur kaidah penulusuran keputusan di dalam analisis sesuai (cocok) dalam praktek-praktek manajerial, dan analisis kausalitas dalam kondisikondisi tertentu. Metodologi System Dynamics dibangun atas dasar tiga latar belakang disiplin ilmu yaitu: 1. Manajemen tradisional. Manajemen tradisional adalah dunia nyata dari para praktisi manajerial yang mengandalkan pengalaman dan penilaian dari para manajer. Dasar utama dari manajemen tradisional adalah basis data mental dan analisis mental dengan kekuatan utama pada kekayaan atas informasi kualitatis yang didapat dari pengamatan langsung dan pengalaman.
2. Teori umpan balik atau cybernetics. Cybernetics adalah ilmu mengenal komunikasi dan kontrol yang didasari oleh teori umpan balik. Kekayaan informasi yang terkandung dalam basis data mental tidak dapat digunakan secara efektif tanpa adanya prinsip tentang pemilihan informasi yang relevan dan prinsip tentang strukturisasi informasi. Dengan adanya cybernetics maka informasi yang ada dapat difiltrasi dan dihubungkan satu sama lain untuk membentuk struktur kausal dan umpan balik dalam sistem. 3. Simulasi komputer. Simulasi komputer digunakan untuk mempelajari konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku dinamis dari suatu sistem. Perkembangan yang sangat pesat dalam dunia simulasi komputer membuat simulasi dari konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku dinamis ini dapat dilakukan dengan biaya rendah. Simulasi komputer memberikan sumbangan besar dalam perancangan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan dalam suatu sistem dengan kemampuan untuk memberikan konsekuensi yang akan ditimbulkan atas setiap kebijakan tersebut. Usaha pertama dari penyelidikan ilmiah adalah upaya untuk memahami bagaimana suatu perilaku dunia nyata muncul dari strukturnya. Karena tidak ada cara langsung yang bisa dikonstruksikan dan perilakunya kemudian diperoleh melalui logika deduktif. Struktur analisis ini didapat melalui suatu proses induksi yang didasarkan kepada pengetahuan empirik dunia nyata tersebut.
Dalam paradigma system thinking, struktur fisik maupun struktur pengambilan keputusan harus diyakini dibangun oleh unsur-unsur yang saling bergantung dan membentuk suatu lingkar tertutup (close-loop atau feedback loop). Hubungan unsur-unsur yang saling bergantung itu merupakan hubungan sebab-akibat umpan balik dan bukan hubungan sebab akibat searah. Lingkaran umpan balik ini merupakan blok pembangun (building block) model yang utama. Dan konsep ini telah melekat dalam sebagian dasar-dasar ilmu sosial dan teori system. Selanjutnya, unsur-unsur dalam lingkaran umpan balik dapat membentuk materi atau informasi dan dapat bersifat sebagai stok atau aliran. Dalam aliran ini dapat terjadi bias, distorsi, kelambanan, penguatan, atau peredaman. Hubungan yang terjadi antara unsur-unsur itu dapat linier maupun non-linier. Dengan didasari oleh filosofi kausal, tujuan dari metodologi System Dynamics adalah mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang cara kerja suatu sistem. Permasalahan dalam suatu sistem dilihat tidak disebabkan oleh pengaruh luar, namun dianggap disebabkan oleh struktur internal sistem. Secara umum terdapat enam langkah dalam menganalisis suatu masalah dengan perspektif System Dynamics, yaitu identifikasi dan pendefinisian masalah, konseptualisasi sistem, formulasi analisis, simulasi dan validasi analisis, implementasi analisis.
analisis kebijaksanaan dan perbaikan, serta
Pemahaman atas sistem melahirkan identifikasi dan definisi atas permasalahan yang terjadi dalam sistem tersebut. Konseptualisasi sistem kemudian dilakukan atas dasar permasalahan yang didefinisikan, hal ini akan menimbulkan pemahaman yang lebih mendalam atas sistem yang selanjutnya mungkin akan menimbulkan redefinisi masalah sampai konseptualisasi sistem dinyatakan diterima. Pendekatan System Dynamics menyimpan filosofi tinggi mengenai pentingnya seorang peneliti menciptakan sesuatu yang baru, karena di dalam proses System Dynamics selalu ada stock flow diagram yang baru. Hal ini berarti setiap penelitian yang dibuat dalam kerangka System Dynamics akan menciptakan suatu yag baru. Validasi perilaku model akan sangat membantu dalam menilai kesesuaian analisis, konsistensi analisis, dan utilitas serta efektivitas. Hasil validasi kemudian akan menimbulkan proses perbaikan dan memformulasi analisis. Akibatnya dilakukan analisis kebijakan pada analisis yang menimbulkan perbaikan selanjutnya diimplementasikan dan umpan balik, yang diperoleh dari sistem nyata pada akhirnya juga akan menimbulkan tambahan pemahaman atas sistem. Software yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah software Powersim versi 2007. Software ini banyak digunakan karena sifatnya yang komprehensif dan mampu merepresentasikan dari metode penelitian dengan pendekatan System Dynamics ini.
4. Uji Statistik Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Pengujian Abosolute Error Metode uji statistik abosolute error adalah uji statistik untuk melihat penyimpangan antara hasil simulasi dengan data empirik, dengan menghitung Absolute Variation Error (AVE) dan Abosolute Means Error (AME). AVE adalah melakukan pengujian dengan melihat penyimpangan nilai variasi hasil simulasi terhadap data empirik. Dengan rumus sebagai berikut: AVE =
Vs Ve x 100% Ve
....................................... (3.1)
Dimana: Vs = Varians hasil simulasi; dan Ve = Varians dari data empirik. Sedangkan AME adalah melakukan pengujian untuk melihat penyimpangan antara nilai rata-rata hasil simulasi terhadap data empirik atau data aktual. Dengan rumus sebagai berikut: AME =
X s X e Xe
x 100% ..................................... (3.2)
Dimana: Xs = Means hasil simulasi; dan Xe = Means data empirik b. Pengujian Root Means Square Error Root Means Square Error (RMSE) mengukur akar rataan kuadrat persentase perbedaan antara nilai yang disimulasikan dengan nilai yang sebenarnya. Besarnya RMSE ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
1 n
St
At
/
2
........
3 . 3
RMSE
Dimana:
RMSE = Akar rataan kuadrat persentase kesalahan
At
St = Nilai simulasi pada waktu t; At = Nilai aktual pada waktu t; dan n = Jumlah pengamatan (t =1,2,...n). Statistik ketidaksamaan Theil membagi rataan kuadrat kesalahan (Mean Square Error, MSE) ke dalam komponen yang mengukur bagian-bagian kesalahan yang disebabkan oleh bias (Inequality bias proportion), ketidaksamaan varian (Inequality variance proportion), dan ketidaksamaan kovarian (Inequality covarian proportion). Bias terjadi karena adanya perbedaan rata-rata nilai yang disimulasikan dengan nilai rata-rata aktual. Untuk mengukur besarnya bagian kesalahan karena bias digunakan hubungan berikut:
U
m
S
A
S
1 n
St
A
At
....... 3 . 4
2
Dimana: Um = Bagian MSE karena bias (inequality bias proportion; S = Rata-rata nilai simulasi; A = Rata-rata nilai aktual; St = Nilai aktual pada waktu t; dan n = Jumlah pengamatan.
c. Proses Uji Statistik Adapun proses memilih uji statistik dengan AVE, AME, dan RSME sebagai uji validasi adalah sebagai berikut: 1) AVE
merupakan
mengkuadratkan
pengujian
statistik
penyimpangan
data
yang dari
diperoleh
nilai
dari
rata-ratanya.
Selanjutnya, nilai varians dihitung dengan menjumlahkan hasil pengkuadratan selisih nilai data observasi. Hasil AVE masih agak sulit untuk diinterpretasikan karena nilainya cukup besar yaitu dari hasil pengkuadratan. Oleh karena itu, perlu dicari ukuran varians yang sama dengan data aslinya dengan cara menarik akar varians. 2) AME
digunakan
hanya
untuk
menyatakan
berapa
besar
penyimpangan rata-rata dari data yang dihasilkan berdasarkan hasil simulasi terhadap rata-rata data referensi. Hasil yang diperoleh masih dianggap terlalu kasar berdasarkan analisis statistik. 3) RMSE merupakan pengujian dalam statistik dengan ukuran varians yang dihasilkan mempunyai unit pengukuran yang sama dengan data asli.
E.
Definisi Variabel Penelitian 1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. 2. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. 3. Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. 4. Pembiayaan Perbankan Syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 5. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antar peserta pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan merupakan salah satu sarana perangkat dan piranti yang memudahkan bank syariah untuk berinteraksi dengan bank syariah lain atau unit usaha syariah Bank Konvensional.
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A.
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Bank Indonesia (BI) Jauh sebelum kedatangan bangsa barat, nusantara telah menjadi pusat perdagangan internasional. Sementara di daratan Eropa, merkantilisme telah berkembang menjadi revolusi industri dan menyebabkan pesatnya kegiatan dagang Eropa. Pada saat itulah muncul lembaga perbankan sederhana, seperti Bank van Leening di negeri Belanda. Sistem perbankan ini kemudian dibawa oleh bangsa barat yang mengekspansi nusantara pada waktu yang sama. VOC di Jawa pada 1746 mendirikan De Bank van Leening yang kemudian menjadi De Bank Courant en Bank van Leening pada 1752. Bank itu adalah bank pertama yang lahir di nusantara, cikal bakal dari dunia perbankan pada masa selanjutnya. Pada 24 Januari 1828, pemerintah Hindia Belanda mendirikan bank sirkulasi dengan nama De Javasche Bank (DJB). Selama berpuluh-puluh tahun bank tersebut beroperasi dan berkembang berdasarkan suatu oktroi dari penguasa Kerajaan Belanda, hingga akhirnya diundangkan DJB Wet 1922. Masa pendudukan Jepang telah menghentikan kegiatan DJB dan perbankan Hindia Belanda untuk sementara waktu. Kemudian masa revolusi tiba, Hindia Belanda mengalami dualisme kekuasaan, antara Republik Indonesia (RI) dan Nederlandsche Indische Civil Administrative (NICA).
Perbankan pun terbagi dua, DJB dan bank-bank Belanda di wilayah NICA sedangkan "Yayasan Pusat Bank Indonesia" dan Bank Negara Indonesia di wilayah RI. Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 mengakhiri konflik Indonesia dan Belanda, ditetapkan kemudian DJB sebagai bank sentral bagi Republik Indonesia Serikat (RIS). Status ini terus bertahan hingga masa kembalinya RI dalam negara kesatuan. Berikutnya sebagai bangsa dan negara yang berdaulat, RI menasionalisasi bank sentralnya. Maka sejak 1 Juli 1953 berubahlah DJB menjadi Bank Indonesia, bank sentral bagi Republik Indonesia. 2. Sejarah Kelembagaan Bank Indonesia (BI) Sejarah kelembagaan Bank Indonesia dimulai sejak berlakunya Undang-Undang (UU) No. 11/1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953. Dalam melakukan tugasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Moneter, Direksi, dan Dewan Penasehat. Di tangan Dewan Moneter inilah, kebijakan moneter ditetapkan, meski tanggung jawabnya berada pada pemerintah. Setelah sempat dilebur ke dalam bank tunggal, pada masa awal orde baru, landasan Bank Indonesia berubah melalui UU No. 13/1968 tentang Bank Sentral. Sejak saat itu, Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral dan sekaligus membantu pemerintah dalam pembangunan dengan menjalankan kebijakan yang ditetapkan pemerintah dengan bantuan Dewan Moneter. Dengan demikian, Bank Indonesia tidak lagi dipimpin oleh Dewan Moneter. Setelah orde baru berlalu, Bank Indonesia dapat mencapai independensinya
melalui UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia yang kemudian diubah dengan UU No. 3/2004. Sejak saat itu, Bank Indonesia memiliki kedudukan khusus dalam struktur kenegaraan sebagai lembaga negara yang independen dan bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak-pihak lain. Namun, dalam melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, dan transparan, Bank Indonesia harus mempertimbangkan pula kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian. 3. Kedudukan Bank Indonesia (BI) Sebagai Lembaga Negara Dilhat dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan BI sebagai lembaga negara yang independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung. Kedudukan BI juga tidak sama dengan Departemen karena kedudukan BI berada di luar pemerintahan. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar BI dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai Otoritas Moneter secara lebih efektif dan efisien. Meskipun BI berkedudukan sebagai lembaga negara independen, dalam melaksanakan tugasnya, BI mempunyai hubungan kerja dan koordinasi yang baik dengan DPR, BPK, Pemerintah dan pihak lainnya. Dalam hal hubungan keuangan dengan Pemerintah, Bank Indonesia membantu menerbitkan dan menempatkan surat-surat hutang negara guna membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tanpa diperbolehkan membeli sendiri surat-surat hutang negara tersebut. Meskipun Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen,
tetap diperlukan koordinasi yang bersifat konsultatif dengan Pemerintah, sebab tugas-tugas Bank Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan-kebijakan ekonomi nasional secara keseluruhan. Koordinasi di antara Bank Indonesia dan Pemerintah diperlukan pada sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas-tugas Bank Indonesia. Menyadari pentingnya dukungan dari berbagai pihak bagi keberhasilan tugasnya, BI senantiasa bekerja sama dan berkoordinasi dengan berbagai lembaga negara dan unsur masyarakat lainnya. Beberapa kerjasama ini dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU), keputusan bersama (SKB), serta perjanjian-perjanjian, yang ditujukan untuk menciptakan sinergi dan kejelasan pembagian tugas antar lembaga serta mendorong penegakan hukum yang lebih efektif. B.
Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Berlakunya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah akan
mendorong derivasi regulasi, derivasi antara lain Peraturan Pemerintah, keputusan Direksi Bank Indonesia dan Peraturan Bank Indonesia. Untuk menunjang kegiatan bank syariah sebelum diterbitkan UU Perbankan syariah, BI telah mengeluarkan beberapa peraturan teknis misalnya giro wajib minimum dalam rupiah dan valuta asing bagi bank umum yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah, serta sertifikat wadiah bank Indonesia (SWBI). SWBI digunakan untuk titipan dana bank syariah yang overlikuid dan bersifat sementara. Setelah UU perbankan syariah diberlakukan, BI
menindaklanjuti dengan menerbitkan instrument SBI syariah. SBI syariah merupakan pelengkap SWBI. Kondisi pasar finansial saat ini yang masih merasakan dampak krisis lanjutan akibat krisis subprime mortgage tahun 2007 lalu sehingga sejumlah bank konvensional menaikkan tingkat suku bunga karena suku bunga SBI naik. Oleh karena itu dengan sertifikat bank indonesia syariah, bank syariah dapat menitipkan dan menginvestasikan dananya ke instrumen surat berharga BI tersebut. Dengan demikian meskipun overlikuditas dana bank syariah tetap produktif. Pada kwarta II tahun 2008, Bank Indonesia (BI) untuk pertama kalinya telah melakukan lelang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Bank Indonesia melaporkan, posisi SBIS pada akhir 2009 tumbuh 54% dibanding akhir 2008 (SBI tumbuh 44%). Sementara berdasarkan posisi rata-rata, SBIS naik signifikan menjadi Rp3,18 triliun (tahun 2008 Rp1,45 triliun). Seperti halnya SBI, kenaikan penempatan dana perbankan syariah pada SBIS mulai terjadi sejak akhir Desember 2008 yang antara lain disebabkan oleh peningkatan belanja pemerintah pada akhir tahun. Berdasarkan data Bank Indonesia per Desember 2008 penempatan dana bank syariah pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) meningkat menjadi Rp2,55 triliun, meskipun lebih kecil dari posisi periode yang sama tahun lalu sekitar Rp2,36 triliun. Pola yang sama kembali terjadi pada akhir 2009. Pengeluaran pemerintah net selama Desember 2009 mencapai Rp 68,72 triliun sehingga berdampak pada likuidnya kondisi perbankan. Hingga kini tren kenaikan likuiditas di perbankan syariah semakin terasa dengan meningkatnya penempatan dana pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
C.
Penemuan dan Pembahasan 1. Tahapan Pemodelan Dalam sub bab berikut akan dilakukan analisis dengan beberapa tahapan sampai dengan analisis kebijakan. a. Tahap Seleksi Konsep Sesuai
dengan
konsep
perkembangan
Sertifikat
Bank
Indonesia Syariah dengan adanya perkembangan ekonomi makro di Indonesia, perkembangan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah di
Indonesia, serta adanya peluang ekonomi. Dari konsep ini maka dibuat suatu model sederhana yang sedapat mungkin mendekati kenyataan yang terjadi seperti ditunjukkan pada gambar 4.1. Perkembangan ekonomi makro di Indonesia dipengaruhi oleh perkembangan dari indikator-indikator ekonomi yang ada. Dari laju ekonomi makro ini akan mengakibatkan perubahan pada minat investasi di Sertifikat Bank Indonesia Syariah, yang kemudian laju Sertifikat Bank Indonesia Syariah ini akan mempengaruhi perkembangan dari transaksi Sertifikat Bank Indonesia Syariah, sehingga laju Sertifikat Bank Indonesia Syariah ikut memberikan perubahan pada peluang usaha yang ada di Indonesia. Kemudian laju peluang usaha, yang dalam hal ini adalah
peluang
dalam
bidang
keuangan,
pada
akhirnya
ikut
mempengaruhi gejolak pertumbuhan ekonomi makro. Dengan demikian perubahan ekonomi makro menjadi suatu hal yang harus diperhitungkan
di dalam model mental perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Ekonomi Makro
Peluang Ekonomi
Sertifikat Bank Indonesia Syariah Sumber: Hasil Analisis, 2010 Gambar 4.1 Model Mental Sertifikat Bank Indonesia Syariah Dari gambar diatas selanjutnya dibangun struktur model System Dynamics. Untuk pembuatan model ini data yang digunakan adalah data yang berasal dari indikator ekonomi dan perbankan syariah dari Januari 2006 sampai Desember 2009 (data tersebut dapat dilihat pada lampiran 1). Nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah menjadi tolok ukur utama dari keseluruhan data aktual yang ada karena penelitian ini memfokuskan pada potensi pengembangan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek yang diterbitkan oleh Bank Indonesia tersebut. Sehingga menjadikan data nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah data yang paling penting yang kemudian akan dijadikan sumber analisis dalam model selanjutnya. b. Tahap Rekayasa Model Langkah selanjutnya adalah membuat model Causal Loop Diagram (CLD). Model diagram CLD dibuat berdasarkan kerangka konsep model mental yang telah dibuat sebelumnya dengan didukung oleh variabel-variabel yang dipengaruhi dalam sistem. Variabel-variabel
yang mempengaruhi sistem kemudian saling dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan menggunakan struktur umpan balik. Model CLD untuk perkembangan SBIS dapat dilihat pada gambar 4.2. Struktur yang terbentuk dengan loop positif (reinforcing loop) berarti bahwa hubungan model yang apabila suatu variabel dalam model tersebut membesar akan menyebabkan variabel lainnya membesar pula. Bila struktur yang dibentuk dengan loop negatif (balancing loop) berarti bahwa hubungan model yang apabila suatu variabel dalam model tersebut membesarkan menyebabkan variabel lainnya akan mengecil.
PUAS
Pembiayaan Perbankan Syariah
PDB
Inflasi
Ekonomi Makro
Peluang Ekonomi + SBIS
SBIS JanuariDesember 2009 SBIS JanuariDesember 2008 SBIS JanuariDesember 2007 SBIS JanuariDesember 2006 Sumber: Hasil Analisis, 2010 Gambar 4.2 CLD Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Secara lebih detil penjelasan dari gambar
4.2 diatas sebagai
berikut. Pada
perekonomian
Indonesia
terdapat
variabel
yang
mempengaruhi yaitu inflasi, PDB, Pembiayaan Perbankan Syariah, dan PUAS. Berdasarkan data historikal Produk Domestik Bruto dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada Januari 2006 sampai Desember 2009 mengalami tren yang sama (dapat dilihat pada lampiran 2), menunjukkan bahwa laju ekonomi makro Indonesia akan mempengaruhi bertambah besarnya laju Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Selanjutnya laju Sertifikat Bank Indonesia Syariah akan mempengaruhi laju peluang ekonomi Indonesia. Semakin besar laju peluang ekonomi akan berakibat semakin besar laju ekonomi makro Indonesia. c. Tahap Implementasi Komputer Konsep pemodelan dalam bentuk model CLD Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang telah dibentuk sebelumnya harus dapat disimulasikan ke dalam komputer. Untuk dapat melakukan simulasi dan agar data yang ada dapat diolah oleh komputer, maka CLD yang telah dibentuk diubah terlebih dahulu ke dalam model diagram alir atau Stock Flow Diagram. Dalam
pengolahan
data
Stock
Flow
Diagram
(SFD)
menggunakan simbol-simbol dengan tujuan agar komputer dapat mengenal dan membacanya. Variabel-variabel yang dimasukkan dalam causal loop diagram kemudian diubah bentuknya terlebih dahulu sesuai
dengan bahasa komputer yang ada dalam diagram alir tersebut yaitu level, rate, ataupun konstanta. Setelah itu masing-masing variabel dihubungkan satu dengan lainnya, sehingga membuat model menjadi saling terkait dan dapat dijalankan sesuai dengan yang diinginkan. Transformasi dari causal loop diagram ke stock flow diagram menggunakan konsep yang ada dalam equation powersim hasil variabel dari fungsi ekonomi makro, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, dan peluang ekonomi. Serta memasukkan konsep matematis dari fungsi ekonomi makro, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, dan peluang ekonomi.
Pembuatan
model
diagram
alir
System
Dynamics
menggunakan bantuan perangkat lunak Power Simulator atau Powersim Constructor versi 2.5d yang kemudian diperbaharui dengan perangkat lunak yang lebih baik yaitu Powersim versi tahun 2007. Perangkat ini dapat melakukan simulasi terhadap model diagram alir yang sudah dibuat untuk kemudian diuji kesahihannya. Diagram alir model perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang sudah dibuat tersebut harus dapat berfungsi menirukan kondisi nyata perkembangan surat berharga syariah Di Perbankan Indonesia sehingga perlu dilakukan sebuah simulasi model terhadap model stock flow diagram Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
SBIS
PELUANG
RATE ALL
SBIS Y
X1 X2 X3 X4
INFLASI
PDB
PBS
PUAS
PDB X2
INFLASI X1 RATE X1
RATE X2
PUAS X4
PBS X3 RATE X3
RATE X4
Sumber: Hasil Analisis, 2010 Gambar 4.3 Stock Flow Diagram Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Waktu simulasi yang akan digunakan sesuai dengan data variabel yang sesungguhnya dari perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah dalam kurun waktu Januari 2006 hingga Desember 2009. Hasil simulasi tersebut selanjutnya digunakan untuk memahami perilaku gejala atau proses serta mengetahui kecenderungan di masa mendatang. Hasil simulasi dari gambar 4.3 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Simulasi Model SBIS (Dalam Milyar Rupiah)
Data Aktual (a) 2,156 1,696 1,148 1,171 1,092 1,188 872 1,117 1,046 1,190 1,547 2,360 2,663 3,002 3,325 3,166 2,801 2,036 1,555 983 1,311 1,761 1,644 2,599
Bulan/Tahun 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2006.5 2006.6 2006.7 2006.8 2006.9 2006.10 2006.11 2006.12 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2007.5 2007.6 2007.7 2007.8 2007.9 2007.10 2007.11 2007.12
Hasil Simulasi (b) 1,000.00 1,025.00 1,050.63 1,076.90 1,103.82 1,131.42 1,159.71 1,188.71 1,218.43 1,248.89 1,280.12 1,312.12 1,344.93 1,378.55 1,413.02 1,448.35 1,484.56 1,521.68 1,559.72 1,598.72 1,638.69 1,679.66 1,721.66 1,764.70
Bulan/Tahun 2008.1 2008.2 2008.3 2008.4 2008.5 2008.6 2008.7 2008.8 2008.9 2008.10 2008.11 2008.12 2009.1 2009.2 2009.3 2009.4 2009.5 2009.6 2009.7 2009.8 2009.9 2009.10 2009.11 2009.12
Data Aktual (a) 3,189 3,717 2,135 2,829 2,110 2,042 1,175 438 413 551 1,063 2,824 4,194 3,734 3,251 2,164 3,391 3,003 1,890 2,483 3,095 3,683 3,165 4,341
Sumber: Hasil Analisis, 2010
5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 .1 .5 .1 .1 .9 .5 .9 .1 .9 .5 .9 .5 06 06 06 07 07 07 08 08 08 09 09 09 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Data Aktual
Grafik 4.1 Simulasi Model SBIS
Data Simulasi
Hasil Simulasi (b) 1,808.83 1,854.05 1,900.41 1,947.92 1,996.62 2,046.54 2,097.71 2,150.16 2,203.92 2,259.02 2,315.50 2,373.39 2,432.73 2,493.56 2,555.90 2,619.80 2,685.30 2,752.44 2,821.26 2,891.80 2,964.10 3,038.21 3,114.17 3,192.03
Grafik di atas menunjukkan bahwa model diagram alir yang diharapkan ke dalam perangkat lunak Powersim sudah berhasil disimulasikan sesuai dengan periode waktu yang telah ditentukan. d. Tahap Validasi Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan validasi model atau hasil simulasi dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala ataupun proses dari suatu sistem yang ditirukan. Hasil simulasi dapat dinyatakan valid atau sahih bila model yang dibuat dapat menunjukkan pola-pola atau kecenderungan dengan gejala-gejala sebenarnya. Maka perlu dilakukan peninjauan kembali atas model yang telah dibuat tersebut untuk kemudian dilakukan perbaikan atau restrukturisasi model hingga didapat model yang valid. Prosedur validasi data yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a. Mengeluarkan hasil simulasi, khususnya hasil simulasi dari variabel utama (reference model) untuk kemudian membandingkannya dengan pola perilaku data historis yaitu dengan cara: -
Melakukan perbandingan secara visual terhadap grafik terlebih dahulu, jika ditemukan terdapat penyimpangan yang menonjol, maka kemudian dilakukan perbaikan terhadap variabel dan parameter model berdasarkan hasil penelusuran terhadap sebabsebab penyimpangan tersebut.
-
Apabila secara visual pola hasil simulasi telah mengikuti pola data aktual maka kemudian dilakukan uji statistik dengan tujuan untuk memperoleh besar deviasi yang ada.
b. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan uji statistik untuk melihat penyimpangan antara output simulasi dengan data aktual dengan menggunakan Absolute Varians Error (AVE), Absolute Means Error (AME) dan Root Means Square Error (RMSE). Tabel 4.7 Validasi AVE, AME, dan RMSE Hasil AVE AME RMSE 0.122 0.263 0.350 SBIS (12.23 %) (26.26 %) (34.97 %) Sumber: Data Diolah, 2010 (Lampiran 4) Variabel
Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada perhitungan uji statistik AVE diperoleh hasil sebesar 12.23 % yang merupakan hasil perbedaan paling kecil dari tiga uji statistik ini. Nilai 12.23 % menunjukkan penyimpangan yang dilakukan dari data hasil simulasi terhadap data aktual Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Pada uji statistik AME diperoleh hasil 26.26 % yang merupakan rata-rata perbedaan antara data aktual dan hasil simulasi pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Untuk mendapatkan hasil yag lebih akurat maka dilakukan uji statistik RMSE dengan hasil 34.97 %. Besaran AVE, AME dan RMSE adalah deviasi, perbedaan, selisih antara nilai aktual dan nilai simulasi sedangkan sisa dari nilai AVE, AME dan RMSE tersebut merupakan nilai aktual itu sendiri.
Hasil validasi terhadap
variabel-variabel di
atas
secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan perilaku dan hasil simulasi memiliki kecenderungan yang sama dengan data historis yang ada, maka model sudah dapat dikategorikan valid. Dengan demikian model ini dapat digunakan untuk membuat suatu formulasi kebijakan. e. Analisis Kebijakan 1. Analisis skenario Hasil simulasi model System Dynamics dari kebijakan pengembangan Sertifikat Bank Indonesia syariah adalah sebagai berikut: 1. Analisis Skenario A Sertifikat Bank Indonesia Syariah Pada Saat Normal
SBIS
20.000
15.000
10.000
5.000 Ja Feb Mar Apr nMe Jun Agust Jul Sep iO Nop De kJa Feb tMar sApr nMei Jun Ag Jul Sep O ust Nop Des kJan Fe tMar Apr Mei bJun Agust Jul Se ONop Des kpJan Feb tMa Ap Mei Jun Agust rJul rSep ONo Des kJan Feb tpMar Apr Me Jun Agus Jul Sep iONo De kttps 2010 2011 2012 2013 2014
Grafik 4.2 Analisis skenario A Sertifikat Bank Indonesia Syariah Pada Saat Normal Menurut hasil simulasi dalam kondisi normal diperoleh laju Sertifikat Bank Indonesia Syariah di kisaran 0.3 atau 30% yang merupakan perubahan nilai awal simulasi SBIS pada Januari 2006 sebesar Rp 2,156 milyar menjadi sebesar Rp 3,192 milyar pada
desember 2009, laju Inflasi di kisaran 0.48 atau 48% yang merupakan perubahan nilai awal simulasi inflasi pada Januari 2006 sebesar 17.03% menjadi sebesar 2.50% pada desember 2009, laju Produk Domestik Bruto di kisaran 0.07 atau 7% yang merupakan perubahan nilai awal simulasi Produk Domestik Bruto pada Januari 2006 sebesar Rp 441,761 juta menjadi sebesar Rp 580,648 juta pada desember 2009, laju Pembiayaan Perbankan Syariah di kisaran 0.29 atau 29% yang merupakan perubahan nilai awal simulasi Pembiayaan Perbankan Syariah pada Januari 2006 sebesar Rp 15,042 milyar menjadi sebesar Rp 46,213 milyar pada desember 2009 dan laju Pasar Uang Antarbank Syariah di kisaran 0.41 atau 41% yang merupakan perubahan nilai awal simulasi Pasar Uang Antarbank Syariah pada Januari 2006 sebesar Rp 578 milyar menjadi sebesar Rp 2,807 milyar pada desember 2009. Dalam kondisi normal tersebut maka diperoleh nilai simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada Januari 2010 sebesar Rp 3,271 Miliar. Hal ini sesuai dengan kondisi nyata bahwa nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada statistik perbankan syariah Januari 2010 sebesar Rp 3,371 Miliar yang berarti jika dibandingkan antara kondisi nyata dengan hasil simulasi dari pemodelan tidak terlalu berbeda. Kemudian peneliti melakukan proyeksi untuk tahun-tahun berikutnya dalam hal ini peneliti membatasi hingga tahun 2014. Dari
proyeksi tersebut diperoleh nilai Simulasi Sertifikat bank Indonesia Syariah dengan nilai pada Januari 2011 sebesar Rp 5,984 milyar dan Desember 2011 sebesar Rp 7,852 milyar, pada Januari 2012 sebesar Rp 8,048 dan Desember 2012 sebesar Rp 10,560 milyar, pada Januari 2013 sebesar Rp 10,824 milyar dan Desember 2013 sebesar Rp 14,203 milyar, pada Januari 2014 sebesar Rp 14,558 milyar dan Desember 2014 sebesar Rp 19,101 milyar (hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada tabel lampiran 9). Hal ini memberikan insentif bagi para peserta lelang Sertifikat Bank Indonesia Syariah untuk menempatkan dananya pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah, sehingga diperlukan kebijakan dari pihak penerbit Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Bank Indonesia) maupun pemerintah sebagai regulator. 2. Analisis Skenario B Pada Saat Laju Inflasi Rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah Rendah
SBIS
10.000 8.000 6.000
Ja Feb Mar Apr nMe Jun Agust Jul Sep iO Nop De kJa Feb tMar sApr nMei Jun Ag Jul Sep O ust Nop Des kJan Fe tMar Apr Mei bJun Agust Jul Se ONop Des kpJan Feb tMa Ap Mei Jun Agust rJul rSep ONo Des kJan Feb tpMar Apr Me Jun Agus Jul Sep iONo De kttps 2010 2011 2012 2013 2014
Grafik 4.3 Analisis skenario B pada saat inflasi rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah rendah
Menurut hasil simulasi dengan laju inflasi rendah di kisaran 0.39 atau 39% yang merupakan laju inflasi yang lebih rendah dibandingkan kondisi normal sebesar 48% dimana pada januari 2006 tingkat inflasi sebesar 17.03% menjadi sebesar 3.60% pada desember 2009 dan Pembiayaan Perbankan Syariah rendah di kisaran 0.10 atau 10% yang merupakan laju pembiayaan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi normal sebesar 29% dimana nilai pembiayaan perbankan syariah pada januari 2006 sebesar Rp 15,042 milyar menjadi sebesar Rp 22,218 milyar pada desember 2009, maka diperoleh nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada Januari 2011 sebesar Rp 5,381 milyar dan Desember 2011 sebesar Rp 6,454 milyar, pada Januari 2012 sebesar Rp 6,562 dan Desember 2012 sebesar Rp 7,871 milyar, pada Januari 2013 sebesar Rp 8,002 milyar dan Desember 2013 sebesar Rp 9,598 milyar, pada Januari 2014 sebesar Rp 9,758 milyar dan Desember 2014 sebesar Rp 11,703 milyar (hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada tabel lampiran 10). Nilai simulasi dari skenario ini mengindikasikan bahwa peningkatan nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah tidak terlalu berbeda pada saat kondisi normal. Dalam kondisi ini memungkinkan masyarakat meningkatkan tabungannya sehingga sumber dana pada perbankan syariah bertambah dan pada kondisi ini dana yang disalurkan untuk pembiayaan rendah dengan demikian dana yang ada
dapat ditempatkan pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah sebagai media pengelolaan likuiditas. 3. Analisis Skenario C Pada Saat Laju Inflasi Rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah Tinggi
SBIS
30.000
20.000
10.000
Ja Feb Mar Apr nMei Jun Agust Jul Sep O No Des kJan Feb tpMar Apr Mei Jun Ag Jul Se O ust Nop Des k pJan Feb tMar Apr Me Jun Agust Jul Sep iONop Des kJan Feb tMa Ap Mei Jun Agust rJul rSep ONop Des kJan Fe tMar Apr Mei bJun Agus Jul Sep ONo De kttps 2010 2011 2012 2013 2014
Grafik 4.4 Analisis skenario C pada saat laju inflasi rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah tinggi Menurut hasil simulasi dengan laju inflasi rendah sebesar 0.39 atau 39% yang merupakan laju inflasi yang lebih rendah dibandingkan kondisi normal sebesar 48% dimana pada januari 2006 tingkat inflasi sebesar 17.03% menjadi sebesar 3.60% pada desember 2009 dan Pembiayaan Perbankan Syariah tinggi di kisaran 0.33atau 33% yang merupakan laju pembiayaan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi normal sebesar 29% dimana nilai pembiayaan perbankan syariah pada januari 2006 sebesar Rp 15,042 milyar menjadi sebesar Rp 53,840 milyar pada desember 2009, maka diperoleh nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada Januari 2011 sebesar Rp 6,860 milyar dan Desember 2011 sebesar Rp 10,106 milyar, pada Januari 2012 sebesar Rp 10,468 milyar dan Desember
2012 sebesar Rp 15,420 milyar, pada Januari 2013 sebesar Rp 15,973 milyar dan Desember 2013 sebesar Rp 23,528 milyar, pada Januari 2014 sebesar Rp 24,371 milyar dan Desember 2014 sebesar Rp 35,900 milyar (hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada tabel lampiran 11). Nilai simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah ini memberikan indikasi bahwa dalam kondisi ini nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah cenderung meningkat bahkan nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi normal, untuk itu diperlukan kebijakan dari pihak penerbit Sertifikat Bank Indonesia Syariah maupun pemerintah sebagai regulator dalam rangka mengembangkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah. 4. Analisis Skenario D Pada Saat laju Inflasi Tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah Rendah
4.000
SBIS
3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 Jan Fe Mar Apr Me bJun Agust Jul Se iONo De kt pJa Feb pMa sn Apr Mei Jun Agust rJul Sep Ok No Des Jan tFe pMar Apr Me bJun Agust Jul Se iONop De kt pJa Feb Ma sn Apr Mei Jun Agust rJul Sep Ok No Des Jan Fe tpMar Apr Me bJun Agust Jul Se iONop De kt p s 2010 2011 2012 2013 2014
Grafik 4.5 Analisis skenario D pada saat laju inflasi tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah rendah Menurut hasil simulasi dengan laju inflasi tinggi di kisaran 0.79 atau 79% yang merupakan laju inflasi yang lebih besar dibandingkan
kondisi normal sebesar 48% dimana pada januari 2006 tingkat inflasi sebesar 17.03% menjadi sebesar 0.69% pada desember 2009 dan pembiayaan perbankan syariah rendah di kisaran 0,10 atau 10% yang merupakan laju pembiayaan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi normal sebesar 29% dimana nilai pembiayaan perbankan syariah pada januari 2006 sebesar Rp 15,042 milyar menjadi sebesar Rp 22,218 milyar pada desember 2009, maka diperoleh nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada Januari 2011 sebesar Rp 3,489 milyar dan Desember 2011 sebesar Rp 2,900 milyar, pada Januari 2012 sebesar Rp 2,851 milyar dan Desember 2012 sebesar Rp 2,370 milyar, pada Januari 2013 sebesar Rp 2,330 milyar dan Desember 2013 sebesar Rp 1,937 milyar, pada Januari 2014 sebesar Rp 1,905 milyar dan Desember 2014 sebesar Rp 1,583 milyar (hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada tabel lampiran 12). Nilai simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada skenario ini cenderung menurun dari tahun ke tahun demikian halnya jika dibandingkan pada kondisi normal. Hal ini dapat terjadi karena dengan inflasi tinggi membuat peserta lelang memungkinkan untuk menempatkan dananya pada instrumen moneter yang lain, sehingga diperlukan kebijakan dari pihak penerbit Sertifikat Bank Indonesia Syariah maupun pemerintah sebagai regulator.
5. Analisis Skenario E Pada Saat Laju Inflasi Tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah Tinggi
SBIS
5.000
4.800
4.600
4.400 Ja Fe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Sep iONo Des kJan Fe tpMa Apr Mei bJun Agust rJul Se Ok Nop De pJa tFeb Ma sApr nMe Jun Agust rJul Se iONo De kt pJan Fe pMar sApr Me bJun Agust Jul Sep iO No Des kJa Fe tpMa n Apr Mei bJun Agust rJul Se ONop De kt p s 2010 2011 2012 2013 2014
Grafik 4.6 Analisis Skenario E pada saat laju inflasi tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah tinggi Menurut hasil simulasi dengan laju inflasi yang tinggi di kisaran 0,79 atau 79% yang merupakan laju penurunan inflasi yang lebih besar dibandingkan kondisi normal sebesar 48% dimana pada januari 2006 tingkat inflasi sebesar 17,03% menjadi sebesar 0,69% pada desember 2009 dan laju Pembiayaan Perbankan Syariah tinggi di kisaran 0,30 atau 30% yang merupakan laju pembiayaan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi normal sebesar 29% dimana nilai pembiayaan perbankan syariah pada januari 2006 sebesar Rp 15,042 milyar menjadi sebesar Rp 53,840 milyar , maka diperoleh nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada Januari 2011 sebesar Rp 4,484 milyar dan Desember 2011 sebesar Rp 4,609 milyar, pada Januari 2012 sebesar Rp 4,620 milyar dan Desember 2012 sebesar Rp 4,749 milyar, pada Januari 2013 sebesar Rp 4,761 milyar dan Desember 2013 sebesar Rp 4,893 milyar, pada Januari
2014 sebesar Rp 4,095 milyar dan Desember 2014 sebesar Rp 5,042 milyar (hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada tabel lampiran 13). Nilai simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah dari tahun ke tahun dengan laju penurunan inflasi tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah tinggi memberikan indikasi bahwa nilai instrumen moneter syariah ini semakin meningkat akan tetapi jika dibandingkan nilai tersebut masih dibawah nilai pada saat kondisi normal. Dalam hal ini diperlukan kebijakan dari pihak penerbit Sertifikat Bank Indonesia Syariah maupun pemerintah sebagai regulator, untuk mengantisipasi bila terjadi penurunan drastis pada laju inflasi dan juga laju pembiayaan perbankan syariah. 2. Kebijakan Dari kelima skenario kebijakan diatas, maka hasil paling tinggi diperoleh pada saat analisis skenario B dengan indikasi nilai simulasi Sertifikat bank Indonesia Syariah pada desember 2014 sebesar Rp 35,900 milyar. Dalam kondisi ini sesuai dengan teori yang berlaku secara umum bahwa dengan penurunan laju inflasi, maka harga barang dan jasa murah sehingga memberi peluang kepada masyarakat untuk menyisihkan uangnya untuk ditabung dengan demikian dana yang ada diperbankan meningkat. Perbankan syariah juga secara konsisten mampu memperlihatkan efektivitasnya dalam pelaksanaan
fungsi
intermediasi
yang
diindikasikan
pertumbuhan pembiayaan yang relatif lebih tinggi.
melalui
Hasil yang menengah diperoleh pada saat analisis skenario B dan E. Pada saat analisis skenario B nilai simulasi Sertifikat bank Indonesia Syariah pada desember 2014 sebesar Rp 5,042 miliar dan pada saat analisis skenario E nilai simulasi Sertifikat bank Indonesia Syariah pada desember 2014 sebesar Rp 11,703 miliar. Hal ini menjelaskan bahwa dalam kondisi yang sama antar variabel dalam hal ini inflasi dan pembiayaan perbankan syariah jika laju kedua variabel ini naik atau sebaliknya maka proporsi instrumen likuid ini juga berada pada posisi yang menengah. Hasil yang rendah diperoleh pada saat analisis skenario C pada desember 2014 nilai simulasi Sertifikat bank Indonesia Syariah sebesar Rp 1,583 miliar. Dalam kondisi ini orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Hal ini dapat menyebabkan dunia usaha sulit berkembang karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat. Demikian halnya dengan penempatan dana pada instrumen likuid ini akan menurun karena sumber dana pada perbankan syariah juga menurun.
Berdasarkan analisis skenario tersebut untuk pengembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah pemerintah harus menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi agar terus dalam tren yang menurun, dan pada perbankan syariah tetap mengutamakan fungsi intermediasinya dengan melakukan pembiayaan ke sektor riil. Keuangan syariah dalam bentuk ideal, seharusnya
mendorong
peningkatan secara
substansial
porsi
pembiayaan ekuitas dalam bisnis. Pembiayaan ekuitas yang lebih besar memiliki dampak positif dalam perekonomian, dan hal ini bahkan juga telah didukung di dalam ekonomi utama. Kebijakan dalam perbankan syariah akan diarahkan untuk memperkuat struktur kelembagaan dan efisiensi perbankan syariah sehingga dapat meningkatkan daya saing dan mampu meredam berbagai
kejutan
ekonomi
yang
terjadi serta
memfasilitasi
terbentuknya forum investor untuk mendorong masuknya dana investasi ke perbankan syariah maupun kepada sektor riil melalui instrumen-instrumen keuangan syariah. .
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A.
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya mengenai pemodelan Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan metode system dynamics ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Penelitian ini membuktikan bahwa nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan kondisi normal pada desember 2014 sebesar Rp 19,101 milyar meningkat menjadi Rp 35,900 milyar pada Desember 2014. Nilai ini diperoleh dari analisis skenario pada saat laju inflasi rendah dan pembiayaan perbankan syariah tinggi dan nilai terendah pada desember 2014 sebesar Rp1,583 milyar diperoleh dari analisis skenario pada saat laju inflasi tinggi dan pembiayaan perbankan syariah rendah.
2.
Untuk mendapatkan nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang tinggi pada tahun 2014 maka diperlukan kebijakan inflasi rendah dan pembiayaan perbankan syariah tinggi yaitu dengan melakukan pendekatan targeting inflation framework yang syariah, memberikan penjaminan bagi pembiayaan syariah, menekan nisbah bagi hasil untuk pembiayaan perbankan syariah, serta menambah instrumen
syariah selain Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) sebagai pelengkap instrumen moneter bagi perbankan syariah. 3.
Dalam
konteks pengelolaan perekonomian
makro, meluasnya
penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang. B.
Implikasi Dari hasil kesimpulan dan implikasi diatas, maka saran yang dapat ditulis sebagai berikut: 1.
Nilai simulasi pada tahun 2014 yang diperoleh pada penelitian ini merupakan peningkatan nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut lagi untuk melakukan pembuktian dari hasil yang diperoleh dengan melakukan analisis sensitifitas pada data yang sensitif terhadap Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
2.
Bank Indonesia harus menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi agar inflasi terus dalam tren yang
menurun,
dengan
melaksanakan
kebijakan
moneter
yang
berkelanjutan, konsisten, transparan, dan tetap mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian. disamping cukup berhasil menjaga kondisi perekonomian, stabilitas sektor keuangan juga terpelihara. 3.
Pengembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah harus tetap dilakukan dalam koridor kehati-hatian dan pemenuhan prinsip syariah. Dalam hal ini diperlukan peran penting Dewan Syariah Nasional (DSN) sebagai satu-satunya pihak/ lembaga yang bisa mengeluarkan fatwa terkait instrumen keuangan syariah di Indonesia dan juga menetapkan Dewan Pengawas Syariah (DPS) di bank dalam rangka meyakini operasional, produk dan jasa bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah telah memenuhi prinsip syariah.
4.
Studi lanjutan dengan menambah variabel market share pembiayaan perbankan syariah, Kredit Usaha Rakyat Syariah, penjaminan syariah, atau data variabel instrumen syariah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Riawan. ”Menata Perbankan Syariah Di Indonesia”, Jakarta, UIN Pres, 2009. Arifin, Zainul. ”Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah”, Cet. 4, Jakarta, Pustaka Alvabet, 2006. Banowo, Emilianshah & Budi Hermana. “Hubungan Equivalent Rate Simpanan Mudharabah Dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia,” jurnal diakses tanggal 21 April 2010. Basir, Cik. ”Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah”, Jakarta, Kencana, 2009. Chapra, M.Umer. ”Sistem Moneter Islam”, Jakarta, Gema Insani, 2000. Dewi, Gemala. ”Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di Indonesia”, Ed. Revisi, Jakarta, Kencana, 2007. Fabozzi Frank, J. ”Manajemen Investasi”, Jakarta, Salemba Empat, 1999. Hamid, M. Arfin. ”Membumikan Ekonomi Syariah Di Indonesia”, Jakarta, eLSAS, 2006. Hamidi, M. Luthfi. ”Jejak-jejak Ekonomi Syariah”, Jakarta, Senayan Abadi Publishing, 2003. Hasan, Zubairi. ”Undang-undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam Dengan Hukum Nasional”, Jakarta, Rajawali Pers, 2009. HS, Salim, Budi Sutrisno. ”Hukum Investasi Di Indonesia”, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Hatta, M. ”Telaah Singkat Pengendalian Inflasi Dalam Perspektif Kebijakan Moneter Islam”, Jurnal Ekonomi Ideologis,2008. Huda, Nurul, Mustafa Edwin Nasution. ”Investasi Pada Pasar Modal Syariah edisi revisi”, Jakarta, Kencana, 2008. Karim, Adiwarman. ”Ekonomi Makro Islam”, Ed. 2, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2007. _______________. ”Ekonomi Mikro Islam”, Ed. 2, Jakarta, IIIT Indonesia, 2003.
_______________. ”Ekonomi Mikro Islami”, Ed. 3, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2007. _______________. ”Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan”, Jakarta, Rajawali Pers,2009. Karim, Adiwarman Aswar. ”Ekonomi Islam”, Jakarta, Gema Insani, 2001. Lewis, Mervyn K., Latifa M. Algaoud. “Perbankan Syariah”, Jakarta, PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001. Manan, Abdul. ”Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia”, Jakarta, Kencana, 2009. Mochamad Aziz, Roikhan. “Sinlammim Kode Tuhan”. Jakarta, Esa Alam, 2005. _________. “Jejak Islam Yang Hilang”. Jakarta, Sinlammim, 2006. _________.”Pemodelan Institusi Keuangan Islam Berbasis Metode Sinlammim Kaffah (Studi Kelayakan Pada Bofsa), Jogjakarta, UII, April 2009. _________. “Pasar Modal Syariah”, Modul Kuliah, Fakultas Ekonomi Bisnis, Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2009. _________. “Moneter Syariah”, Modul Kuliah, Fakultas Ekonomi Bisnis, Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2009. _________. “Ekonomi Islam Tiga Dimensi”, Modul Kuliah, Fakultas Ekonomi Bisnis, Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010. _________. “Bank Dan Lembaga Keuangan Lain”, Modul Kuliah, Fakultas Ekonomi Bisnis, Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010. _________. “Perbankan Syariah”, Modul Kuliah, Fakultas Ekonomi Bisnis, Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010. Muhammadi, Erman Aminullah, Budhi Soesilo. ”Analisis Sistem Dinamis: Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Managemen”, Jakarta, UMJ Press, 2001. Mustafa Edwin Nasution, M.SC.,MAEP,PH.D., et al. ”Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam”, Ed. 1, Jakarta, Kencana, 2007. Muhammad. ”Manajemen Dana Bank Syariah”, Ed.1, Yogyakarta, Ekonisia, Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004.
Nafik, Muhamad. ”Bursa Efek dan Investasi syariah”, Jakarta, Serambi, 2009. Nurul Huda, et al. ”Ekonomi Makro Islam:Pendekatan Teoretis”, Ed. 1, Jakarta, Kencana, 2008. Pardoe, James. ”Sukses Berinvestasi Ala Buffett”, Jakarta, Erlangga, 2006. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam. ”Ekonomi Islam”, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2008. Raharja, Prathama, Mandala Manurung. ”Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar”, Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2004. Rodoni, Ahmad. ”Investasi Syariah”, Jakarta, Lembaga Penelitian UIN, 2009. Sakti, Ali. ” Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern”, Jakarta, Paradigma dan Aqsa Publishing, 2007. Sharpe, William F,Gordon J. Alexander, Jeffery V. Bailey. ”Investasi”, Jakarta, PT.Intermasa, 2005. Sholahuddin, Muhammad, Lukman Hakim. ”Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer”, Cet.1, Surakarta, Muhammadiyah University Press, 2008. Sudarsono, Heri. ”Bank dan Lembaga Keuangan Syariah deskripsi dan Ilustrasi”, Yogyakarta, Ekonisia, 2003. Sumitro, Warkum. ”Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait”, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2004. Sushil. ”System Dynamics: A Practical Approach for Managerial Problems”, USA, Cambridge, 1992. Sutedi, Adrian. ”Perbankan Syariah: Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum”, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2009. Tasrif,
Muhammad. ”Analisis Kebijakan Menggunakan Model System Dynamics”, Program Magister Studi Pembangunan ITB, Bandung, 2006.
Teamwork, Medpress. ”Kiat Investasi dan Penyelamatan Aset”, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 1998.
Teten, W. Avianto, MT. ”Analisis Kebijakan Menggunakan Model System Dynamics: Tutorial Powersim Constructor”, Bandung, Program Magister Studi Pembangunan ITB, 2006. Thantawi, T. Rifqy. ”Pengaruh Kebijakan Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan Penjaminan Pemerintah Terhadap Tingkat Imbalan Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam, 2005. Ulfah, Maria. ”Analisa Perkembangan Asset, Dana Pihak Ketiga (Dpk), Dan Pembiayaan Perbankan Syariah Di Indonesia”, Jurnal ekonomi, Universitas Gunadarma, 2010. Wiroso. ”Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah”, Jakarta, PT. Grasindo, 2005. http://bataviase.co.id/node/358253 http://grahasyariah.wordpress.com/ekonomi-syariah-2 http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/swbi.html. http://www.bi.go.id/web/id
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran. 1: Data Indikator Ekonomi Makro dan Perbankan Syariah (Dalam %)
Tahun/Bulan 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2006.5 2006.6 2006.7 2006.8 2006.9 2006.10 2006.11 2006.12 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2007.5 2007.6 2007.7 2007.8 2007.9 2007.10 2007.11 2007.12
INFLASI Data Data Aktual Simulasi 17.03 17.03 17.92 16.35 15.74 15.70 15.40 15.07 15.60 14.46 15.53 13.89 15.15 13.33 14.90 12.80 14.55 12.29 6.29 11.79 5.27 11.32 6.60 10.87 6.26 10.44 6.30 10.02 6.52 9.62 6.29 9.23 6.01 8.86 5.77 8.51 6.06 8.17 6.51 7.84 6.95 7.53 6.88 7.23 6.71 6.94 6.59 6.66
Tahun/Bulan 2008.1 2008.2 2008.3 2008.4 2008.5 2008.6 2008.7 2008.8 2008.9 2008.10 2008.11 2008.12 2009.1 2009.2 2009.3 2009.4 2009.5 2009.6 2009.7 2009.8 2009.9 2009.10 2009.11 2009.12
INFLASI Data Data Aktual Simulasi 7.36 6.39 7.40 6.14 8.17 5.89 8.96 5.66 10.38 5.43 11.03 5.21 11.90 5.01 11.85 4.81 12.14 4.61 11.77 4.43 11.68 4.25 11.06 4.08 9.17 3.92 8.60 3.76 7.92 3.61 7.31 3.47 6.04 3.33 3.65 3.19 2.71 3.07 2.75 2.94 2.83 2.83 2.57 2.71 2.41 2.61 2.78 2.50
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut:
20
06 .1 20 06 .4 20 06 20 .7 06 .1 0 20 07 .1 20 07 .4 20 07 20 .7 07 .1 0 20 08 .1 20 08 .4 20 08 20 . 7 08 .1 0 20 09 .1 20 09 .4 20 09 20 .7 09 .1 0
20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
Data Aktual
Grafik. INFLASI
Data Simulasi
(Dalam Milyar Rupiah)
Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto Tahun/Bulan Data Data Data Data Aktual Simulasi Aktual Simulasi 441,761.60 441,761.60 2008.1 497,324.30 507,941.71 445,023.00 444,338.60 2008.2 501,283.60 510,904.77 448,284.40 446,930.64 2008.3 505,243.00 513,885.11 451,217.10 449,537.79 2008.4 509,948.30 516,882.83 454,149.80 452,160.16 2008.5 514,653.60 519,898.05 457,082.50 454,797.82 2008.6 519,359.00 522,930.85 462,405.10 457,450.87 2008.7 525,761.70 525,981.34 467,727.70 460,119.39 2008.8 532,164.40 529,049.63 473,050.10 462,803.48 2008.9 538,567.00 532,135.81 470,652.00 465,503.23 2008.10 532,023.00 535,240.00 468,253.90 468,218.72 2008.11 525,479.00 538,362.30 465,855.90 470,950.06 2008.12 518,935.00 541,502.81 469,178.60 473,697.33 2009.1 521,847.30 544,661.64 472,501.30 476,460.63 2009.2 524,759.60 547,838.89 475,824.00 479,240.04 2009.3 527,672.00 551,034.68 479,583.70 482,035.67 2009.4 531,801.30 554,249.11 483,343.70 484,847.61 2009.5 535,930.60 557,482.30 487,102.90 487,675.94 2009.6 546,060.00 560,734.34 493,457.90 490,520.78 2009.7 547,127.00 564,005.35 499,812.90 493,382.22 2009.8 554,194.00 567,295.45 506,168.00 496,260.34 2009.9 561,265.00 570,604.74 501,900.30 499,155.25 2009.10 568,332.00 573,933.33 497,632.60 502,067.06 2009.11 575,399.00 577,281.34 493,365.00 504,995.84 2009.12 582,466.00 580,648.87
Tahun/Bulan 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2006.5 2006.6 2006.7 2006.8 2006.9 2006.10 2006.11 2006.12 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2007.5 2007.6 2007.7 2007.8 2007.9 2007.10 2007.11 2007.12
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut:
.1 0 08 . 20 1 08 . 20 4 08 2 0 .7 08 .1 20 0 09 . 20 1 09 . 20 4 09 2 0 .7 09 .1 0 20
.7 20
07
.4 20
07
.1 07
07 20
20
.7 .1 0 20
06
.4
06 20
06 20
20
06
.1
700,000.00 600,000.00 500,000.00 400,000.00 300,000.00 200,000.00 100,000.00 0.00
Data Aktual
Grafik. Produk Domestik Bruto (PDB)
Data Simulasi
(Dalam Milyar Rupiah)
Pembiayaan Perbankan Syariah Tahun/Bulan Data Data Aktual Simulasi 2006.1 15,042,197 15,042,197 2006.2 15,366,770 15,405,752 2006.3 15,966,948 15,778,093 2006.4 16,589,770 16,159,433 2006.5 17,366,873 16,549,990 2006.6 18,162,126 16,949,986 2006.7 18,527,228 17,359,649 2006.8 19,037,592 17,779,214 2006.9 19,662,542 18,208,918 2006.10 20,087,984 18,649,008 2006.11 20,391,420 19,099,734 2006.12 20,444,907 19,561,354 2007.1 20,218,546 20,034,130 2007.2 20,462,749 20,518,332 2007.3 20,820,064 21,014,237 2007.4 21,353,493 21,522,127 2007.5 21,920,019 22,042,293 2007.6 22,969,103 22,575,029 2007.7 23,687,318 23,120,641 2007.8 24,637,850 23,679,440 2007.9 25,589,806 24,251,744 2007.10 26,148,752 24,837,879 2007.11 26,548,228 25,438,181 2007.12 27,944,311 26,052,991
Pembiayaan Perbankan Syariah Tahun/Bulan Data Data Aktual Simulasi 2008.1 27,106,630 26,682,660 2008.2 28,423,607 27,327,547 2008.3 29,629,456 27,988,019 2008.4 31,021,785 28,664,455 2008.5 32,293,151 29,357,238 2008.6 34,099,667 30,066,765 2008.7 35,189,987 30,793,441 2008.8 36,571,761 31,537,678 2008.9 37,680,587 32,299,903 2008.10 38,097,341 33,080,549 2008.11 38,528,984 33,880,062 2008.12 38,194,974 34,698,898 2009.1 38,201,000 35,537,524 2009.2 38,843,000 36,396,418 2009.3 39,308,000 37,276,070 2009.4 39,726,000 38,176,982 2009.5 40,715,000 39,099,667 2009.6 42,195,000 40,044,651 2009.7 42,828,000 41,012,475 2009.8 43,890,000 42,003,688 2009.9 44,523,000 43,018,858 2009.10 45,246,000 44,058,563 2009.11 45,726,000 45,123,395 2009.12 46,886,000 46,213,962
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut: 50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000
20 06 2 0 .1 06 2 0 .4 06 20 .7 06 .1 20 0 07 20 .1 07 20 .4 0 20 7.7 07 .1 20 0 08 2 0 .1 08 2 0 .4 0 2 0 8 .7 08 .1 20 0 09 2 0 .1 09 2 0 .4 09 20 .7 09 .1 0
0
Data Aktual
Grafik. Pembiayaan Perbankan Syariah
Data Simulasi
(Dalam Milyar Rupiah)
Pasar Uang Antarbank Syariah Data Data Aktual Simulasi 578.80 578.80 724.70 598.58 645.25 619.03 1,016.50 640.19 1,487.70 662.06 1,556.85 684.69 1,084.80 708.08 1,506.50 732.28 2,288.90 757.30 780.80 783.18 689.80 809.94 761.60 837.62 764.50 866.24 728.50 895.84 980.80 926.45 975.80 958.11 906.60 990.85 1,651.90 1,024.71 1,780.50 1,059.72 933.80 1,095.93 1,062.60 1,133.38 1,794.40 1,172.11 1,139.30 1,212.16 1,168.80 1,253.58
Tahun/Bulan 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2006.5 2006.6 2006.7 2006.8 2006.9 2006.10 2006.11 2006.12 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2007.5 2007.6 2007.7 2007.8 2007.9 2007.10 2007.11 2007.12
Tahun/Bulan 2008.1 2008.2 2008.3 2008.4 2008.5 2008.6 2008.7 2008.8 2008.9 2008.10 2008.11 2008.12 2009.1 2009.2 2009.3 2009.4 2009.5 2009.6 2009.7 2009.8 2009.9 2009.10 2009.11 2009.12
Pasar Uang Antarbank Syariah Data Data Aktual Simulasi 1,471 1,296.42 1,603 1,340.72 1,651 1,386.53 1,749 1,433.91 1,963 1,482.91 1,506 1,533.58 1,591 1,585.99 3,420 1,640.18 1,811 1,696.23 2,401 1,754.19 3,197 1,814.13 3,827 1,876.12 1,016 1,940.23 2,782 2,006.53 3,538 2,075.09 2,031 2,146.00 2,127 2,219.33 2,809 2,295.17 2,793 2,373.59 2,854 2,454.70 2,518 2,538.58 2,479 2,625.32 2,582 2,715.03 2,889 2,807.80
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut:
20
06 . 20 1 06 . 20 4 06 2 0 .7 06 .1 20 0 07 . 20 1 07 . 20 4 07 2 0 .7 07 .1 20 0 08 . 20 1 08 . 20 4 08 2 0 .7 08 .1 20 0 09 . 20 1 09 . 20 4 09 20 .7 09 .1 0
4500.00 4000.00 3500.00 3000.00 2500.00 2000.00 1500.00 1000.00 500.00 0.00
Data Aktual
Data Simulasi
Grafik. Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)
Lampiran. 2: Data PDB dan SBIS (Dalam Milyar Rupiah)
Tahun/Bulan 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2006.5 2006.6 2006.7 2006.8 2006.9 2006.10 2006.11 2006.12 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2007.5 2007.6 2007.7 2007.8 2007.9 2007.10 2007.11 2007.12
PDB Tahun/Bulan PDB 441,761.60 2008.1 497,324.30 445,023.00 2008.2 501,283.60 448,284.40 2008.3 505,243.00 451,217.10 2008.4 509,948.30 454,149.80 2008.5 514,653.60 457,082.50 2008.6 519,359.00 462,405.10 2008.7 525,761.70 467,727.70 2008.8 532,164.40 473,050.10 2008.9 538,567.00 470,652.00 2008.10 532,023.00 468,253.90 2008.11 525,479.00 465,855.90 2008.12 518,935.00 469,178.60 2009.1 521,847.30 472,501.30 2009.2 524,759.60 475,824.00 2009.3 527,672.00 479,583.70 2009.4 531,801.30 483,343.70 2009.5 535,930.60 487,102.90 2009.6 546,060.00 493,457.90 2009.7 547,127.00 499,812.90 2009.8 554,194.00 506,168.00 2009.9 561,265.00 501,900.30 2009.10 568,332.00 497,632.60 2009.11 575,399.00 493,365.00 2009.12 582,466.00
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut: PDB
20 .7 06 .1 20 0 07 . 20 1 07 . 20 4 07 2 0 .7 07 .1 20 0 08 . 20 1 08 . 20 4 08 20 .7 08 .1 20 0 09 . 20 1 09 . 20 4 09 20 .7 09 .1 0
.4
06 20
06 20
20
06
.1
700,000.00 600,000.00 500,000.00 400,000.00 300,000.00 200,000.00 100,000.00 0.00
PDB
Grafik. Produk Domestik Bruto (PDB)
(Dalam Milyar Rupiah)
Tahun/Bulan 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2006.5 2006.6 2006.7 2006.8 2006.9 2006.10 2006.11 2006.12 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2007.5 2007.6 2007.7 2007.8 2007.9 2007.10 2007.11 2007.12
SBIS 2,156 1,696 1,148 1,171 1,092 1,188 872 1,117 1,046 1,190 1,547 2,360 2,663 3,002 3,325 3,166 2,801 2,036 1,555 983 1,311 1,761 1,644 2,599
Tahun/Bulan 2008.1 2008.2 2008.3 2008.4 2008.5 2008.6 2008.7 2008.8 2008.9 2008.10 2008.11 2008.12 2009.1 2009.2 2009.3 2009.4 2009.5 2009.6 2009.7 2009.8 2009.9 2009.10 2009.11 2009.12
SBIS 3,189 3,717 2,135 2,829 2,110 2,042 1,175 438 413 551 1,063 2,824 4,194 3,734 3,251 2,164 3,391 3,003 1,890 2,483 3,095 3,683 3,165 4,341
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut: SBIS 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 .5 .5 .9 .9 .1 .9 .1 .1 .5 .5 .9 .1 06 006 006 007 007 007 008 008 008 009 009 009 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
SBIS
Grafik. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Lampiran. 3: Stock Flow Diagram Sertifikat Bank Indonesia Syariah
RATE ALL
SBIS Y
SBIS
PELUANG
INFLASI
4.00 0 3.00 0 2.00 0 1.00 0 Ja Fe Ma Apr n Mei b Ju Agu JrSe ul n O Nop Des s k p JFeb tan tMar Apr Mei Agu Jun Ju Se O Nop lDes st kt p JFeb an MAp M ar J ei Agus un Ju r Sep O No lDe kt Ja Feb tM ps Apr n Me ar J un Ag Jul Sep O ius No De k tps 2 006 20 07 20 08 200 9
SBIS Y
Time X1 X2 X3 X4
2.964,10
01 Okt 2009
3.038,21
01 Nop 2009
3.114,17
01 Des 2009
3.192,03
PBS
PDB X2
0 ,20
0 ,30
PUAS X4 RATE X4
RATE X3
5 50 .000
PBS X3
PDB X2
INFLASI X1
10
0,1 0
PBS X3
RATE X2
15
0,7
PUAS
INFLASI X1 RATE X1
0,6
5 00 .000
5
4 0.0 00.0 00
PUAS X4
PDB
0,5
PBS
SBIS Y
01 Sep 2009
01 Jan 2010
INFLASI
0,4
3 0.0 00.0 00
2 0.0 00.0 00
2.50 0 2.00 0 1.50 0 1.00 0
4 50 .000 Ja Feb Mar Apr Ag Mei Jn JSe un O Nop ul De us JFe kt Ma an p Ap Agus Mei Ju ts JSep b O Nop ul De rrn Jan Fe k M Ap Agus Me Ju tts ar Sep Ju b O Nop Des rn Jan Feb ikt Mar lAg Me Apr Ju tSep Ju O Nop De n us ikt l ts 200 6 2 0 07 2 008 2 00 9
JFeb Mar an Apr Me Agu J un Jul Se O Nop De iJk Feb st p Mar an tApr Me Agu sJun Jul Se O Nop De ik Ja Feb st p Ma tAp Me s Ag n Jun JSe rul O rNop ius Des Ja kt Feb p Ma Ap tMei Ag n Jun Ju Se rO rNop us Des lkt pt 20 06 20 07 20 08 20 09
T ime
INFLASI X1
Time
PDB X2
Fe Ja M Agu Ap M JSep Ju ar O un n Nop b Des ei Jan Fe Ma rAgu kt Ap M lJu sSep Ju O Nop b De tei Ja r Feb n M rk Agu Apr lMei Jst Se Jar tun n O s Nop De ul Ja Fe M k Ag Ap Me p JsSep Ju ar tun n O s Nop b Des tus rkt il t 2 006 2 00200 7 20 8 09
Time
PBS X3
500 Ja Feb Ma Apr M Agus JnJSep un ei O r No ul Des Ja Feb k Ma Ap Me p Agus tJu tn Ju Sep O r Nop rDes n iJlFeb k Ma an Ap Me Ag tJu tJu Se O Nop rrDes n us iJlkt Feb Ma p an Ap Me Ag tJu Ju Se O No rr Des n us ilkt pp t 20 062 0072 0082 00 9
Time
PUAS X4
01 Feb 2006
17,03 16,35
01 Feb 2006
441.761,60 444.338,60
01 Feb 2006
15.042.197,00 15.405.751,76
01 Feb 2006
578,80 598,58
01 Mar 2006
15,70
01 Mar 2006
446.930,64
01 Mar 2006
15.778.093,13
01 Mar 2006
619,03
01 Apr 2006
15,07
01 Apr 2006
449.537,79
01 Apr 2006
16.159.433,45
01 Apr 2006
640,19
01 Mei 2006
14,46
01 Mei 2006
452.160,16
01 Mei 2006
16.549.990,23
01 Mei 2006
662,06
01 Jun 2006
13,89
01 Jun 2006
454.797,82
01 Jun 2006
16.949.986,20
01 Jun 2006
684,69
01 Jul 2006
13,33
01 Jul 2006
457.450,87
01 Jul 2006
17.359.649,50
01 Jul 2006
708,08
01 Agust 2006
12,80
01 Agust 2006
460.119,39
01 Agust 2006
17.779.213,76
01 Agust 2006
732,28
01 Sep 2006
12,29
01 Sep 2006
462.803,48
01 Sep 2006
18.208.918,27
01 Sep 2006
757,30
01 Okt 2006
11,79
01 Okt 2006
465.503,23
01 Okt 2006
18.649.008,10
01 Okt 2006
783,18
01 Nop 2006
11,32
01 Nop 2006
468.218,72
01 Nop 2006
19.099.734,25
01 Nop 2006
809,94
01 Des 2006
10,87
01 Des 2006
470.950,06
01 Des 2006
19.561.353,77
01 Des 2006
837,62
01 Jan 2007
10,44
01 Jan 2007
473.697,33
01 Jan 2007
20.034.129,95
01 Jan 2007
866,24
01 Feb 2007
10,02
01 Feb 2007
476.460,63
01 Feb 2007
20.518.332,41
01 Feb 2007
895,84
01 Mar 2007
9,62
01 Mar 2007
479.240,04
01 Mar 2007
21.014.237,30
01 Mar 2007
926,45
01 Apr 2007
9,23
01 Apr 2007
482.035,67
01 Apr 2007
21.522.127,45
01 Apr 2007
01 Mei 2007
8,86
01 Mei 2007
484.847,61
01 Mei 2007
22.042.292,52
01 Mei 2007
990,85
01 Jun 2007
8,51
01 Jun 2007
487.675,94
01 Jun 2007
22.575.029,18
01 Jun 2007
1.024,71
01 Jul 2007
8,17
01 Jul 2007
490.520,78
01 Jul 2007
23.120.641,24
01 Jul 2007
1.059,72
01 Agust 2007
7,84
01 Agust 2007
493.382,22
01 Agust 2007
23.679.439,89
01 Agust 2007
1.095,93
01 Sep 2007
7,53
01 Sep 2007
496.260,34
01 Sep 2007
24.251.743,82
01 Sep 2007
1.133,38
01 Okt 2007
7,23
01 Okt 2007
499.155,25
01 Okt 2007
24.837.879,43
01 Okt 2007
1.172,11
01 Nop 2007
6,94
01 Nop 2007
502.067,06
01 Nop 2007
25.438.180,99
01 Nop 2007
1.212,16
01 Des 2007
6,66
01 Des 2007
504.995,84
01 Des 2007
26.052.990,87
01 Des 2007
1.253,58
01 Jan 2008
6,39
01 Jan 2008
507.941,71
01 Jan 2008
26.682.659,72
01 Jan 2008
1.296,42
01 Feb 2008
6,14
01 Feb 2008
510.904,77
01 Feb 2008
27.327.546,63
01 Feb 2008
1.340,72
01 Mar 2008
5,89
01 Mar 2008
513.885,11
01 Mar 2008
27.988.019,41
01 Mar 2008
1.386,53
01 Apr 2008
5,66
01 Apr 2008
516.882,83
01 Apr 2008
28.664.454,72
01 Apr 2008
1.433,91
01 Mei 2008
5,43
01 Mei 2008
519.898,05
01 Mei 2008
29.357.238,35
01 Mei 2008
1.482,91
01 Jun 2008
5,21
01 Jun 2008
522.930,85
01 Jun 2008
30.066.765,40
01 Jun 2008
1.533,58
01 Jul 2008
5,01
01 Jul 2008
525.981,34
01 Jul 2008
30.793.440,54
01 Jul 2008
1.585,99
01 Agust 2008
4,81
01 Agust 2008
529.049,63
01 Agust 2008
31.537.678,19
01 Agust 2008
1.640,18
01 Sep 2008
4,61
01 Sep 2008
532.135,81
01 Sep 2008
32.299.902,80
01 Sep 2008
1.696,23
01 Okt 2008
4,43
01 Okt 2008
535.240,00
01 Okt 2008
33.080.549,07
01 Okt 2008
1.754,19
01 Nop 2008
4,25
01 Nop 2008
538.362,30
01 Nop 2008
33.880.062,23
01 Nop 2008
1.814,13
01 Des 2008
4,08
01 Des 2008
541.502,81
01 Des 2008
34.698.898,25
01 Des 2008
1.876,12
01 Jan 2009
3,92
01 Jan 2009
544.661,64
01 Jan 2009
35.537.524,11
01 Jan 2009
1.940,23
01 Feb 2009
3,76
01 Feb 2009
547.838,89
01 Feb 2009
36.396.418,10
01 Feb 2009
2.006,53
01 Mar 2009
3,61
01 Mar 2009
551.034,68
01 Mar 2009
37.276.070,05
01 Mar 2009
2.075,09
01 Apr 2009
3,47
01 Apr 2009
554.249,11
01 Apr 2009
38.176.981,63
01 Apr 2009
2.146,00
01 Mei 2009
3,33
01 Mei 2009
557.482,30
01 Mei 2009
39.099.666,66
01 Mei 2009
2.219,33
01 Jun 2009
3,19
01 Jun 2009
560.734,34
01 Jun 2009
40.044.651,33
01 Jun 2009
2.295,17
01 Jul 2009
3,07
01 Jul 2009
564.005,35
01 Jul 2009
41.012.474,60
01 Jul 2009
2.373,59
01 Agust 2009
2,94
01 Agust 2009
567.295,45
01 Agust 2009
42.003.688,41
01 Agust 2009
2.454,70
01 Sep 2009
2,83
01 Sep 2009
570.604,74
01 Sep 2009
43.018.858,07
01 Sep 2009
2.538,58
01 Okt 2009
2,71
01 Okt 2009
573.933,33
01 Okt 2009
44.058.562,53
01 Okt 2009
2.625,32
01 Nop 2009
2,61
01 Nop 2009
577.281,34
01 Nop 2009
45.123.394,75
01 Nop 2009
2.715,03
01 Des 2009
2,50
01 Des 2009
580.648,87
01 Des 2009
46.213.962,01
01 Des 2009
2.807,80
01 Jan 2006
01 Jan 2010
01 Jan 2006
01 Jan 2010
01 Jan 2006
01 Jan 2010
01 Jan 2006
01 Jan 2010
958,11
Lampiran. 4: Validasi AVE, AME, dan RMSE pada SBIS Bulan/Tahun Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 May-06 Jun-06 Jul-06 Aug-06 Sep-06 Oct-06 Nov-06 Dec-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Total
Data Aktual (a) 2,156 1,696 1,148 1,171 1,092 1,188 872 1,117 1,046 1,190 1,547 2,360 2,663 3,002 3,325 3,166 2,801 2,036 1,555 983 1,311 1,761 1,644 2,599 3,189 3,717 2,135 2,829 2,110 2,042 1,175 438 413 551 1,063 2,824 4,194 3,734 3,251 2,164 3,391 3,003 1,890 2,483 3,095 3,683 3,165 4,341 108,205
Hasil Simulasi (b) 1,000.00 1,025.00 1,050.63 1,076.90 1,103.82 1,131.42 1,159.71 1,188.71 1,218.43 1,248.89 1,280.12 1,312.12 1,344.93 1,378.55 1,413.02 1,448.35 1,484.56 1,521.68 1,559.72 1,598.72 1,638.69 1,679.66 1,721.66 1,764.70 1,808.83 1,854.05 1,900.41 1,947.92 1,996.62 2,046.54 2,097.71 2,150.16 2,203.92 2,259.02 2,315.50 2,373.39 2,432.73 2,493.56 2,555.90 2,619.80 2,685.30 2,752.44 2,821.26 2,891.80 2,964.10 3,038.21 3,114.17 3,192.03 90,865.36 AVE % AVE
(((a-b)/a)^2)
ABS(a-b)
(c2/a)
(((a-b)/a)^2)
(c1) 0,287 0,157 0,007 0,006 0,000 0,002 0,109 0,004 0,027 0,002 0,030 0,197 0,245 0,292 0,133 0,110 0,221 0,064 0,000 0,392 0,062 0,002 0,002 0,103 0,187 0,251 0,012 0,097 0,003 0,000 0,617 0,014 0,008 0,013 1,388 0,025 0,176 0,110 0,046 0,044 0,043 0,007 0,243 0,027 0,002 0,031 0,000 0,070 5,872 0,122 12,233
(c2) 1.156,000 670,998 97,370 94,102 11,824 56,578 287,710 71,706 172,426 58,890 266,885 1,047,879 1,318,073 1,623,446 810,979 717,651 1,316,438 514,321 4,725 615,721 327,693 81,336 77,659 834,295 1.380,174 1.862,949 234,593 881,079 113,377 4,543 922,711 287,841 209,083 291,980 1,252,500 450,607 1.761,267 1.240,444 695,100 455,803 705,696 250,558 931,259 408,796 130,903 644,795 50,833 1.148,973 28.550,569 AME % AME
d 0,536 0,396 0,085 0,080 0,011 0,048 0,330 0,064 0,165 0,049 0,173 0,444 0,495 0,541 0,365 0,331 0,470 0,253 0,003 0,626 0,250 0,046 0,047 0,321 0,433 0,501 0,110 0,311 0,054 0,002 0,785 0,118 0,087 0,114 1,178 0,160 0,420 0,332 0,214 0,211 0,208 0,083 0,493 0,165 0,042 0,175 0,016 0,265 12,606 0,263 26,262
(e) 0,287 0,157 0,007 0,006 0,000 0,002 0,109 0,004 0,027 0,002 0,030 0,197 0,245 0,292 0,133 0,110 0,221 0,064 0,000 0,392 0,062 0,002 0,002 0,103 0,187 0,251 0,012 0,097 0,003 0,000 0,617 0,014 0,008 0,013 1,388 0,025 0,176 0,110 0,046 0,044 0,043 0,007 0,243 0,027 0,002 0,031 0,000 0,070 5,872 Total (e)/48 RMSE % RMSE
0,122 0,350 34,976
Lampiran. 5: Validasi AVE, AME, dan RMSE pada Inflasi Bulan/Tahun Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 May-06 Jun-06 Jul-06 Aug-06 Sep-06 Oct-06 Nov-06 Dec-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Total
Data Aktual (a) 17.03 17.92 15.74 15.40 15.60 15.53 15.15 14.90 14.55 6.29 5.27 6.60 6.26 6.30 6.52 6.29 6.01 5.77 6.06 6.51 6.95 6.88 6.71 6.59 7.36 7.40 8.17 8.96 10.38 11.03 11.90 11.85 12.14 11.77 11.68 11.06 9.17 8.60 7.92 7.31 6.04 3.65 2.71 2.75 2.83 2.57 2.41 2.78 419.27
Hasil Simulasi (b) 17.03 16.35 15.70 15.07 14.46 13.89 13.33 12.80 12.29 11.79 11.32 10.87 10.44 10.02 9.62 9.23 8.86 8.51 8.17 7.84 7.53 7.23 6.94 6.66 6.39 6.14 5.89 5.66 5.43 5.21 5.01 4.81 4.61 4.43 4.25 4.08 3.92 3.76 3.61 3.47 3.33 3.19 3.07 2.94 2.83 2.71 2.61 2.50 365.78 AVE % AVE
(((a-b)/a)^2)
ABS(a-b)
(c2/a)
(((a-b)/a)^2)
(c1) 0.000 0.008 0.000 0.000 0.005 0.011 0.014 0.020 0.024 0.766 1.319 0.419 0.445 0.348 0.226 0.219 0.225 0.225 0.121 0.042 0.007 0.003 0.001 0.000 0.017 0.029 0.078 0.136 0.227 0.278 0.336 0.353 0.384 0.389 0.405 0.398 0.328 0.317 0.296 0.276 0.202 0.016 0.017 0.005 0.000 0.003 0.007 0.010 8.96 0.19 18.66
(c2) 0.000 1.571 0.045 0.333 1.135 1.644 1.819 2.102 2.264 5.505 6.053 4.270 4.175 3.718 3.097 2.943 2.853 2.739 2.109 1.332 0.578 0.347 0.228 0.071 0.966 1.261 2.277 3.303 4.949 5.816 6.895 7.045 7.527 7.342 7.429 6.979 5.252 4.839 4.309 3.843 2.712 0.455 0.357 0.194 0.003 0.144 0.195 0.279 135.30 AME % AME
d 0.000 0.088 0.003 0.022 0.073 0.106 0.120 0.141 0.156 0.875 1.149 0.647 0.667 0.590 0.475 0.468 0.475 0.475 0.348 0.205 0.083 0.050 0.034 0.011 0.131 0.170 0.279 0.369 0.477 0.527 0.579 0.595 0.620 0.624 0.636 0.631 0.573 0.563 0.544 0.526 0.449 0.125 0.132 0.071 0.001 0.056 0.081 0.100 16.12 0.34 33.57
(e) 0.000 0.008 0.000 0.000 0.005 0.011 0.014 0.020 0.024 0.766 1.319 0.419 0.445 0.348 0.226 0.219 0.225 0.225 0.121 0.042 0.007 0.003 0.001 0.000 0.017 0.029 0.078 0.136 0.227 0.278 0.336 0.353 0.384 0.389 0.405 0.398 0.328 0.317 0.296 0.276 0.202 0.016 0.017 0.005 0.000 0.003 0.007 0.010 8.96 Total (e)/48 RMSE % RMSE
0.19 0.43 43.19
Lampiran. 6 Validasi AVE, AME, dan RMSE pada PDB Bulan/Tahun
Data Aktual (a)
Hasil Simulasi (b)
(((a-b)/a)^2)
ABS(a-b)
(c2/a)
(((a-b)/a)^2)
(c1)
(c2)
d
(e)
Jan-06
441,761.60
441,761.60
0.000000
0.000
0.000000
0.000000
Feb-06
445,023.00
444,338.60
0.000002
684.397
0.001538
0.000002
Mar-06
448,284.40
446,930.64
0.000009
1353.762
0.003020
0.000009
Apr-06
451,217.10
449,537.79
0.000014
1679.307
0.003722
0.000014
May-06
454,149.80
452,160.16
0.000019
1989.643
0.004381
0.000019
Jun-06
457,082.50
454,797.82
0.000025
2284.682
0.004998
0.000025
Jul-06
462,405.10
457,450.87
0.000115
4954.234
0.010714
0.000115 0.000265
Aug-06
467,727.70
460,119.39
0.000265
7608.310
0.016267
Sep-06
473,050.10
462,803.48
0.000469
10246.620
0.021661
0.000469
Oct-06
470,652.00
465,503.23
0.000120
5148.772
0.010940
0.000120
Nov-06
468,253.90
468,218.72
0.000000
35.176
0.000075
0.000000
Dec-06
465,855.90
470,950.06
0.000120
5094.161
0.010935
0.000120
Jan-07
469,178.60
473,697.33
0.000093
4518.731
0.009631
0.000093
Feb-07
472,501.30
476,460.63
0.000070
3959.326
0.008380
0.000070
Mar-07
475,824.00
479,240.04
0.000052
3416.041
0.007179
0.000052
Apr-07
479,583.70
482,035.67
0.000026
2451.970
0.005113
0.000026
May-07
483,343.70
484,847.61
0.000010
1503.906
0.003111
0.000010
Jun-07
487,102.90
487,675.94
0.000001
573.045
0.001176
0.000001
Jul-07
493,457.90
490,520.78
0.000035
2937.117
0.005952
0.000035
Aug-07
499,812.90
493,382.22
0.000166
6430.684
0.012866
0.000166
Sep-07
506,168.00
496,260.34
0.000383
9907.660
0.019574
0.000383
Oct-07
501,900.30
499,155.25
0.000030
2745.046
0.005469
0.000030
Nov-07
497,632.60
502,067.06
0.000079
4434.455
0.008911
0.000079
Dec-07
493,365.00
504,995.84
0.000556
11630.842
0.023575
0.000556
Jan-08
497,324.30
507,941.71
0.000456
10617.413
0.021349
0.000456
Feb-08
501,283.60
510,904.77
0.000368
9621.168
0.019193
0.000368
Mar-08
505,243.00
513,885.11
0.000293
8642.108
0.017105
0.000293
Apr-08
509,948.30
516,882.83
0.000185
6934.534
0.013599
0.000185
May-08
514,653.60
519,898.05
0.000104
5244.446
0.010190
0.000104
Jun-08
519,359.00
522,930.85
0.000047
3571.847
0.006877
0.000047
Jul-08
525,761.70
525,981.34
0.000000
219.640
0.000418
0.000000
Aug-08
532,164.40
529,049.63
0.000034
3114.773
0.005853
0.000034
Sep-08
538,567.00
532,135.81
0.000143
6431.188
0.011941
0.000143 0.000037
Oct-08
532,023.00
535,240.00
0.000037
3217.001
0.006047
Nov-08
525,479.00
538,362.30
0.000601
12883.297
0.024517
0.000601
Dec-08
518,935.00
541,502.81
0.001891
22567.807
0.043489
0.001891
Jan-09
521,847.30
544,661.64
0.001911
22814.336
0.043718
0.001911
Feb-09
524,759.60
547,838.89
0.001934
23079.292
0.043981
0.001934
Mar-09
527,672.00
551,034.68
0.001960
23362.682
0.044275
0.001960
Apr-09
531,801.30
554,249.11
0.001782
22447.815
0.042211
0.001782
May-09
535,930.60
557,482.30
0.001617
21551.698
0.040214
0.001617
Jun-09
546,060.00
560,734.34
0.000722
14674.341
0.026873
0.000722
Jul-09
547,127.00
564,005.35
0.000952
16878.355
0.030849
0.000952
Aug-09
554,194.00
567,295.45
0.000559
13101.450
0.023641
0.000559
Sep-09
561,265.00
570,604.74
0.000277
9339.737
0.016641
0.000277 0.000097
Oct-09
568,332.00
573,933.33
0.000097
5601.328
0.009856
Nov-09
575,399.00
577,281.34
0.000011
1882.336
0.003271
0.000011
Dec-09 Total
582,466.00 24,162,929.70
580,648.87 24,389,396.31 AVE % AVE
0.000010 0.02 0.00 0.04
1817.126 365,203.60 AME % AME
0.003120 0.71 0.01 1.48
0.000010 0.02 Total (e)/48 RMSE % RMSE
0.00 0.02 1.97
Lampiran. 7: Validasi AVE, AME, dan RMSE pada Pembiayaan Perbankan Syariah Bulan/Tahun Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 May-06 Jun-06 Jul-06 Aug-06 Sep-06 Oct-06 Nov-06 Dec-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09
Data Aktual (a) 15,042,197 15,366,770 15,966,948 16,589,770 17,366,873 18,162,126 18,527,228 19,037,592 19,662,542 20,087,984 20,391,420 20,444,907 20,218,546 20,462,749 20,820,064 21,353,493 21,920,019 22,969,103 23,687,318 24,637,850 25,589,806 26,148,752 26,548,228 27,944,311 27,106,630 28,423,607 29,629,456 31,021,785 32,293,151 34,099,667 35,189,987 36,571,761 37,680,587 38,097,341 38,528,984 38,194,974 38,201,000 38,843,000 39,308,000
Hasil Simulasi (b) 15,042,197 15,405,752 15,778,093 16,159,433 16,549,990 16,949,986 17,359,649 17,779,214 18,208,918 18,649,008 19,099,734 19,561,354 20,034,130 20,518,332 21,014,237 21,522,127 22,042,293 22,575,029 23,120,641 23,679,440 24,251,744 24,837,879 25,438,181 26,052,991 26,682,660 27,327,547 27,988,019 28,664,455 29,357,238 30,066,765 30,793,441 31,537,678 32,299,903 33,080,549 33,880,062 34,698,898 35,537,524 36,396,418 37,276,070
(((a-b)/a)^2)
ABS(a-b)
(c2/a)
(((a-b)/a)^2)
(c1) 0.000000 0.000006 0.000140 0.000673 0.002212 0.004454 0.003971 0.004369 0.005465 0.005131 0.004013 0.001868 0.000083 0.000007 0.000087 0.000062 0.000031 0.000294 0.000572 0.001513 0.002734 0.002513 0.001748 0.004581 0.000245 0.001487 0.003069 0.005774 0.008265 0.013987 0.015609 0.018947 0.020391 0.017341 0.014559 0.008378 0.004861 0.003967 0.002672
(c2) 0.000 38981.761 188854.874 430336.547 816882.769 1212139.797 1167578.503 1258378.244 1453623.734 1438975.901 1291685.751 883553.225 184416.051 55583.406 194173.298 168634.449 122273.522 394073.825 566676.759 958410.109 1338062.179 1310872.574 1110047.011 1891320.125 423970.281 1096060.368 1641436.595 2357330.284 2935912.653 4032901.596 4396546.461 5034082.814 5380684.205 5016791.926 4648921.766 3496075.752 2663475.890 2446581.904 2031929.954
d 0.000000 0.002537 0.011828 0.025940 0.047037 0.066740 0.063020 0.066100 0.073929 0.071634 0.063345 0.043216 0.009121 0.002716 0.009326 0.007897 0.005578 0.017157 0.023923 0.038900 0.052289 0.050131 0.041812 0.067682 0.015641 0.038562 0.055399 0.075990 0.090914 0.118268 0.124937 0.137649 0.142797 0.131684 0.120660 0.091532 0.069723 0.062986 0.051693
(e) 0.000000 0.000006 0.000140 0.000673 0.002212 0.004454 0.003971 0.004369 0.005465 0.005131 0.004013 0.001868 0.000083 0.000007 0.000087 0.000062 0.000031 0.000294 0.000572 0.001513 0.002734 0.002513 0.001748 0.004581 0.000245 0.001487 0.003069 0.005774 0.008265 0.013987 0.015609 0.018947 0.020391 0.017341 0.014559 0.008378 0.004861 0.003967 0.002672
Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Total
39,726,000 40,715,000 42,195,000 42,828,000 43,890,000 44,523,000 45,246,000 45,726,000 46,886,000 1,413,871,526
38,176,982 39,099,667 40,044,651 41,012,475 42,003,688 43,018,858 44,058,563 45,123,395 46,213,962 1,335,969,822 AVE % AVE
0.001520 0.001574 0.002597 0.001797 0.001847 0.001141 0.000689 0.000174 0.000205 0.197630 0.0041 0.41
1549018.368 1615333.344 2150348.666 1815525.400 1886311.587 1504141.930 1187437.468 602605.250 672037.994 79,060,996.8690 AME % AME
0.038993 0.039674 0.050962 0.042391 0.042978 0.033783 0.026244 0.013179 0.014333 2.4928 0.0519 5.19
Lampiran. 8: Validasi AVE, AME, dan RMSE pada PUAS Bulan/Tahun Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 May-06 Jun-06 Jul-06 Aug-06 Sep-06 Oct-06 Nov-06 Dec-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09
Data Aktual (a) 578.8 724.7 645.25 1,016.50 1,487.70 1,556.85 1,084.80 1,506.50 2,288.90 780.80 689.80 761.60 764.50 728.50 980.80 975.80 906.60 1,651.90 1,780.50 933.80 1,062.60 1,794.40 1,139.30 1,168.80 1,471 1,603 1,651 1,749 1,963 1,506 1,591 3,420 1,811 2,401 3,197 3,827 1,016 2,782 3,538 2,031
Hasil Simulasi (b) 578.8 598.578 619.033 640.186 662.062 684.685 708.082 732.278 757.3 783.178 809.94 837.617 866.239 895.84 926.451 958.109 990.849 1024.71 1059.72 1095.93 1133.38 1172.11 1212.16 1253.58 1296.42 1340.72 1386.53 1433.91 1482.91 1533.58 1585.99 1640.18 1696.23 1754.19 1814.13 1876.12 1940.23 2006.53 2075.09 2146
(((a-b)/a)^2)
ABS(a-b)
(c2/a)
(((a-b)/a)^2)
(c1) 0.0000 0.0303 0.0017 0.1371 0.3080 0.3138 0.1206 0.2641 0.4478 0.0000 0.0303 0.0100 0.0177 0.0528 0.0031 0.0003 0.0086 0.1442 0.1639 0.0301 0.0044 0.1203 0.0041 0.0053 0.0141 0.0268 0.0257 0.0325 0.0598 0.0003 0.0000 0.2708 0.0040 0.0726 0.1871 0.2599 0.8275 0.0777 0.1710 0.0032
(c2) 0.0000 126.1216 26.2174 376.3143 825.6384 872.1649 376.7184 774.2224 1531.5996 2.3783 120.1404 76.0169 101.7392 167.3396 54.3486 17.6908 84.2488 627.1929 720.7777 162.1340 70.7832 622.2881 72.8641 84.7848 174.5791 262.2793 264.4658 315.0868 480.0888 27.5834 5.0129 1779.8185 114.7723 646.8110 1382.8692 1950.8791 924.2291 775.4720 1462.9078 114.9993
d 0.0000 0.1740 0.0406 0.3702 0.5550 0.5602 0.3473 0.5139 0.6691 0.0030 0.1742 0.0998 0.1331 0.2297 0.0554 0.0181 0.0929 0.3797 0.4048 0.1736 0.0666 0.3468 0.0640 0.0725 0.1187 0.1636 0.1602 0.1802 0.2446 0.0183 0.0032 0.5204 0.0634 0.2694 0.4326 0.5098 0.9097 0.2787 0.4135 0.0566
(e) 0.0000 0.0303 0.0017 0.1371 0.3080 0.3138 0.1206 0.2641 0.4478 0.0000 0.0303 0.0100 0.0177 0.0528 0.0031 0.0003 0.0086 0.1442 0.1639 0.0301 0.0044 0.1203 0.0041 0.0053 0.0141 0.0268 0.0257 0.0325 0.0598 0.0003 0.0000 0.2708 0.0040 0.0726 0.1871 0.2599 0.8275 0.0777 0.1710 0.0032
0.001520 0.001574 0.002597 0.001797 0.001847 0.001141 0.000689 0.000174 0.000205 0.1976 Total (e)/48 RMSE % RMSE
0.0041 0.06 6.42
May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Total
2,127 2,809 2,793 2,854 2,518 2,479 2,582 2,889 83617.7
2219.33 2295.17 2373.59 2454.7 2538.58 2625.32 2715.03 2807.8 68039.1 AVE % AVE
0.0019 0.0335 0.0225 0.0196 0.0001 0.0035 0.0027 0.0008 4.3357 0.0903 9.03
92.3294 513.8349 419.4079 399.3011 20.5772 146.3216 133.0300 81.1962 20381.5772 AME % AME
0.0434 0.1829 0.1502 0.1399 0.0082 0.0590 0.0515 0.0281 10.5506 0.2198 21.98
0.0019 0.0335 0.0225 0.0196 0.0001 0.0035 0.0027 0.0008 4.3357 Total (e)/48 RMSE % RMSE
0.0903 0.30 30.05
Lampiran. 9: Analisis Skenario A Sertifikat Bank Indonesia Syariah Pada Saat Normal
Time 01 Des 2009
Time
SBIS Y 4.341,00
01 Jan 2010
4.449,54
01 Feb 2010
4.560,79
01 Mar 2010
4.674,82
01 Apr 2010
4.791,70
01 Mei 2010
SBIS Y
01 Mei 2012
8.884,04
01 Jun 2012
9.106,16
01 Jul 2012
9.333,84
01 Agust 2012
9.567,21
01 Sep 2012
9.806,41
01 Okt 2012
10.051,59
4.911,50
01 Nop 2012
10.302,90
01 Jun 2010
5.034,30
01 Des 2012
10.560,49
01 Jul 2010
5.160,17
01 Jan 2013
10.824,53
01 Agust 2010
5.289,19
01 Feb 2013
11.095,16
01 Sep 2010
5.421,43
01 Mar 2013
11.372,57
5.556,98
01 Apr 2013
11.656,90
01 Mei 2013
11.948,35
01 Jun 2013
12.247,08
01 Jul 2013
12.553,29
01 Okt 2010 01 Nop 2010
5.695,92
01 Des 2010
5.838,33
01 Jan 2011
5.984,30
01 Agust 2013
12.867,14
01 Feb 2011
6.133,92
01 Sep 2013
13.188,85
01 Mar 2011
6.287,28
01 Okt 2013
13.518,60
01 Apr 2011
6.444,48
01 Nop 2013
13.856,59
01 Mei 2011
6.605,61
01 Des 2013
14.203,03
01 Jun 2011
6.770,76
01 Jan 2014
14.558,14
01 Jul 2011
6.940,05
01 Feb 2014
14.922,12
01 Agust 2011
7.113,57
01 Mar 2014
15.295,20
01 Sep 2011
7.291,42
01 Apr 2014
15.677,61
01 Okt 2011
7.473,72
01 Mei 2014
16.069,58
01 Jun 2014
16.471,35
01 Nop 2011
7.660,58
01 Jul 2014
16.883,17
01 Des 2011
7.852,12
01 Agust 2014
17.305,28
01 Jan 2012
8.048,44
01 Sep 2014
17.737,95
01 Feb 2012
8.249,66
01 Okt 2014
18.181,43
8.455,92
01 Nop 2014
18.636,00
01 Des 2014
19.101,93
01 Mar 2012 01 Apr 2012
8.667,34
Lampiran. 10: Analisis Skenario B Pada Saat Laju Inflasi Rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah Rendah Time
Time
SBIS Y
01 Des 2009
4.341,00
01 Jan 2010
4.413,35
SBIS Y
01 Mei 2012
7.011,03
01 Jun 2012
7.127,88
01 Jul 2012
7.246,69
01 Agust 2012
7.367,47
01 Sep 2012
7.490,27
01 Okt 2012
7.615,12
01 Feb 2010
4.486,92
01 Mar 2010
4.561,70
01 Apr 2010
4.637,74
01 Mei 2010
4.715,04
01 Nop 2012
7.742,04
01 Jun 2010
4.793,63
01 Des 2012
7.871,09
01 Jul 2010
4.873,52
01 Jan 2013
8.002,28
01 Agust 2010
4.954,76
01 Feb 2013
8.135,66
5.037,34
01 Mar 2013
8.271,26
01 Okt 2010
5.121,30
01 Apr 2013
8.409,12
01 Nop 2010
5.206,66
01 Mei 2013
8.549,28
01 Des 2010
5.293,44
01 Jun 2013
8.691,78
01 Jan 2011
5.381,67
01 Jul 2013
8.836,65
01 Agust 2013
8.983,93
01 Feb 2011
5.471,37
01 Sep 2013
9.133,67
01 Mar 2011
5.562,57
01 Okt 2013
9.285,91
01 Apr 2011
5.655,28
01 Nop 2013
9.440,68
01 Mei 2011
5.749,55
01 Des 2013
9.598,04
01 Jun 2011
5.845,38
01 Jan 2014
9.758,01
5.942,81
01 Feb 2014
9.920,65
01 Agust 2011
6.041,86
01 Mar 2014
10.086,01
01 Sep 2011
6.142,56
01 Apr 2014
10.254,12
01 Okt 2011
6.244,94
01 Mei 2014
10.425,03
01 Jun 2014
10.598,79
01 Nop 2011
6.349,03
01 Jul 2014
10.775,44
01 Des 2011
6.454,86
01 Agust 2014
10.955,04
01 Jan 2012
6.562,44
01 Sep 2014
11.137,64
01 Feb 2012
6.671,83
01 Okt 2014
11.323,27
01 Mar 2012
6.783,03
01 Nop 2014
11.512,00
01 Des 2014
11.703,88
01 Sep 2010
01 Jul 2011
01 Apr 2012
6.896,09
Lampiran. 11: Analisis Skenario C Pada Saat Laju Inflasi Rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah Tinggi Time
Time
SBIS Y
01 Des 2009
4.341,00
01 Jan 2010
4.496,57
SBIS Y
01 Mei 2012
12.051,88
01 Jun 2012
12.483,80
01 Jul 2012
12.931,19
01 Agust 2012
13.394,62
01 Sep 2012
13.874,65
01 Okt 2012
14.371,88
01 Feb 2010
4.657,72
01 Mar 2010
4.824,65
01 Apr 2010
4.997,56
01 Mei 2010
5.176,66
01 Nop 2012
14.886,94
01 Jun 2010
5.362,19
01 Des 2012
15.420,45
01 Jul 2010
5.554,36
01 Jan 2013
15.973,09
01 Agust 2010
5.753,42
01 Feb 2013
16.545,53
5.959,61
01 Mar 2013
17.138,48
01 Okt 2010
6.173,19
01 Apr 2013
17.752,68
01 Nop 2010
6.394,43
01 Mei 2013
18.388,89
01 Des 2010
6.623,59
01 Jun 2013
19.047,91
01 Jan 2011
6.860,97
01 Jul 2013
19.730,54
01 Agust 2013
20.437,63
01 Feb 2011
7.106,85
01 Sep 2013
21.170,07
01 Mar 2011
7.361,55
01 Okt 2013
21.928,75
01 Apr 2011
7.625,37
01 Nop 2013
22.714,62
01 Mei 2011
7.898,65
01 Des 2013
23.528,65
01 Jun 2011
8.181,73
01 Jan 2014
24.371,86
8.474,94
01 Feb 2014
25.245,29
01 Agust 2011
8.778,67
01 Mar 2014
26.150,01
01 Sep 2011
9.093,28
01 Apr 2014
27.087,16
01 Okt 2011
9.419,16
01 Mei 2014
28.057,89
01 Jun 2014
29.063,41
01 Nop 2011
9.756,73
01 Jul 2014
30.104,96
01 Des 2011
10.106,39
01 Agust 2014
31.183,84
01 Jan 2012
10.468,58
01 Sep 2014
32.301,39
01 Feb 2012
10.843,75
01 Okt 2014
33.458,98
01 Mar 2012
11.232,37
01 Nop 2014
34.658,06
01 Des 2014
35.900,11
01 Sep 2010
01 Jul 2011
01 Apr 2012
11.634,91
Lampiran. 12: Analisis Skenario D Pada Saat laju Inflasi Tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah Rendah Time
SBIS Y
01 Des 2009
4.341,00
Time
SBIS Y
01 Mei 2012
2.666,40
01 Jan 2010
4.268,65
01 Jun 2012
2.621,96
01 Feb 2010
4.197,52
01 Jul 2012
2.578,27
01 Mar 2010
4.127,56
01 Agust 2012
2.535,30
01 Apr 2010
4.058,77
01 Sep 2012
2.493,04
01 Mei 2010
3.991,13
01 Okt 2012
2.451,50
01 Jun 2010
3.924,62
01 Nop 2012
2.410,64
01 Jul 2010
3.859,21
01 Des 2012
2.370,47
01 Agust 2010
3.794,89
01 Jan 2013
2.330,96
01 Sep 2010
3.731,65
01 Feb 2013
2.292,11
01 Okt 2010
3.669,46
01 Mar 2013
2.253,91
01 Nop 2010
3.608,31
01 Apr 2013
2.216,35
01 Des 2010
3.548,17
01 Mei 2013
2.179,41
01 Jan 2011
3.489,04
01 Jun 2013
2.143,09
01 Feb 2011
3.430,89
01 Jul 2013
2.107,37
01 Mar 2011
3.373,71
01 Agust 2013
2.072,25
01 Apr 2011
3.317,49
01 Sep 2013
2.037,72
01 Mei 2011
3.262,20
01 Okt 2013
2.003,76
01 Jun 2011
3.207,83
01 Nop 2013
1.970,36
01 Jul 2011
3.154,37
01 Des 2013
1.937,53
01 Agust 2011
3.101,80
01 Jan 2014
1.905,24
01 Sep 2011
3.050,11
01 Feb 2014
1.873,48
01 Okt 2011
2.999,28
01 Mar 2014
1.842,26
01 Nop 2011
2.949,29
01 Apr 2014
1.811,56
01 Des 2011
2.900,14
01 Mei 2014
1.781,37
01 Jan 2012
2.851,81
01 Jun 2014
1.751,68
01 Feb 2012
2.804,28
01 Jul 2014
1.722,49
01 Mar 2012
2.757,55
01 Agust 2014
1.693,78
01 Sep 2014
1.665,55
01 Apr 2012
2.711,59
Lampiran. 13: Analisis Skenario E Pada Saat Laju Inflasi Tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah Tinggi Time
SBIS Y
01 Des 2009
4.341,00
Time
SBIS Y
01 Mei 2012
4.666,99
01 Jan 2010
4.351,85
01 Jun 2012
4.678,66
01 Feb 2010
4.362,73
01 Jul 2012
4.690,36
01 Mar 2010
4.373,64
01 Agust 2012
4.702,08
01 Apr 2010
4.384,57
01 Sep 2012
4.713,84
01 Mei 2010
4.395,54
01 Okt 2012
4.725,62
01 Jun 2010
4.406,52
01 Nop 2012
4.737,44
01 Jul 2010
4.417,54
01 Des 2012
4.749,28
01 Agust 2010
4.428,58
01 Jan 2013
4.761,15
01 Sep 2010
4.439,66
01 Feb 2013
4.773,06
01 Okt 2010
4.450,76
01 Mar 2013
4.784,99
01 Nop 2010
4.461,88
01 Apr 2013
4.796,95
01 Des 2010
4.473,04
01 Mei 2013
4.808,95
01 Jan 2011
4.484,22
01 Jun 2013
4.820,97
01 Feb 2011
4.495,43
01 Jul 2013
4.833,02
01 Mar 2011
4.506,67
01 Agust 2013
4.845,10
01 Apr 2011
4.517,94
01 Sep 2013
4.857,22
01 Mei 2011
4.529,23
01 Okt 2013
4.869,36
01 Jun 2011
4.540,55
01 Nop 2013
4.881,53
01 Jul 2011
4.551,91
01 Des 2013
4.893,74
01 Agust 2011
4.563,29
01 Jan 2014
4.905,97
01 Sep 2011
4.574,69
01 Feb 2014
4.918,24
01 Okt 2011
4.586,13
01 Mar 2014
4.930,53
01 Nop 2011
4.597,60
01 Apr 2014
4.942,86
01 Des 2011
4.609,09
01 Mei 2014
4.955,22
01 Jan 2012
4.620,61
01 Jun 2014
4.967,60
01 Feb 2012
4.632,16
01 Jul 2014
4.980,02
01 Mar 2012
4.643,74
01 Agust 2014
4.992,47
01 Sep 2014
5.004,95
01 Apr 2012
4.655,35
Lampiran. 14:
Aplikasi Model Komputer Powersim
Lampiran. 15: Sertifikat Bank Indonesia Syariah Dalam Kondisi Normal
Lampiran. 16: Equations Skenario Semua Variabel