Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
PEMODELAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP SMALL CAR DENGAN PENDEKATAN ERGO-COGNITIVE Jatmiko1, *), Sri Gunani Partiwi 2) dan Arief Rahman C3) 1) Desain Produk Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia e-mail:
[email protected] 2) Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 3) Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Respon konsumen dipengaruhi oleh bagaimana persepsi mereka pada produk, oleh karenanya dibutuhkan cara memahami motif dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Studi ini menggunakan obyek Small Car dan remaja usia 19-25 th sebagai subyek, tujuannya adalah memodelkan dan mengkaji apakah motif dapat merefleksikan persepsi atas desain produk melalui pendekatan ergo-cognitive, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan sampel 241 remaja (50,2% pria), terbukti bahwa motif, persepsi penggunaan, dan atensi mobil tidak berpengaruh secara serempak terhadap persepsi Small Car. Pengaruh motif terhadap persepsi Small Car lebih mendominasi dibandingkan pengaruhnya pada persepsi penggunaan dan atensi mobil. Remaja sekitar kota yang beratensi selain City Car, variasi motifnya menjelaskan 68% atas variasi persepsi Small Car, sedangkan persepsi penggunaan dan atensi mobil hanya dijelaskan 4,3% dan 6,2% oleh variasi motif. Faktor moderasi motif terhadap persepsi Small Car adalah: atensi mobil, attitude, aspirasi sosial, dan domisili. Sementara faktor gender, tipe keluarga, dan perbedaan pilihan tidak signifikan. Desain yang sudah biasa (tipe bonnet) berkaitan penilaian lebih tinggi pada motif instrument dan symbolic, sedangkan tipe yang belum biasa berkaitan dengan motif instrument dan affective. Jadi motif dapat menjelaskan perbedaan pilihan desain, kontribusi ini berguna bagi praktik desain serta pemasaran produk. Keyword: Motive, Attention, Perception, Small Car, Ergo-cognitive.
PENDAHULUAN Dalam persaingan pasar, terbuka kemungkinan yang terjadi adalah pertempuran persepsi konsumen dan bukan sekedar pertempuran antar produk. Bahkan dari sudut advertising dikatakan bahwa respon konsumen diawali dari persepsi (William et al 1995). Oleh karena itu penting kiranya memahami persepsi ditinjau dari motif yang melatarbelakangi. Krisis energi dan global warming memicu tren automotif mengarah pada mobil yang efisien, relative kecil, hemat energi dan ramah lingkungan. Beberapa merek sudah mulai mengenalkan konsep mobil kecil dalam isu “city global Small Car” (www.otomotif.kompas.com). Bahkan beberapa industri automotive jepang telah menyiapkan R&D ke negara yang menjadi basis produksi dan penjualannya (Kompas, 2010). Oleh karenanya studi tentang ketertarikan Small Car kedepan sangat dibutuhkan. Dari sudut pandang industrial design, psikologi persepsi konsumen sangat komplek dan sulit untuk digambarkan, sehingga tanggapan visual sesaat pada produk tidak bisa dijadikan refleksi akurat bagi perwujudan bentuk fisiknya (Hoffman 1998, Goldstein 1999, Arnheim 1974). Bahkan persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik (Kotler, 2002). Faktanya penelitian yang menghubungkan kepuasan konsumen dengan karakter fisik produk ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
banyak didominasi oleh penelitian evaluative, seperti Quality Function Development (QFD), Kensei engineering, dan Kano Model. Tapi banyak kekurangan yang tidak dapat dijelaskan ketika metodologi tersebut dihadapkan pada aspek diluar aspek teknis, seperti persepsi kepuasan atas desain mobil (styling). Ditinjau dari metodologi User-Centred Desain, secara garis besar dapat dikelompokan dalam dua arah penelitian, yaitu evaluative research dan generative research. Penelitian evaluatif, lebih bertolak pada evaluasi produk atau konsep secara eksperimental (mencari korelasi antara kepuasan dengan manifestasi fitur/elemen/geometri fisik produk). Sementara penelitian generatif sangat sedikit, penelitian ini berbeda dengan pendekatan eksperimental terutama dalam mengkoleksi data-data yang dibutuhkan, penelitian generatif lebih menekankan pada pemahaman karakter konsumen, kebutuhan yang belum terpenuhi, dan untuk membangkitkan ide-ide produk baru (Leonard, et al, 1997; Light, 2006). Penelitian ini termasuk generative research, karena bertujuan menyelami persepsi pengguna mobil. Dalam konteks fungsi kualitas, arah penelitian ini lebih menyoroti product design problems daripada process design problems, dan unutuk menerjemahkan kebutuhan kedalam karakteristik produk, selain mengunakan metode value analisis bisa juga memikirkan metode yang mendukung design activity (Smith, 2000). Maka studi ini diharapkan berguna untuk mendukung design activity. Responden remaja dipilih karena perhatiannya pada desain bentuk produk lebih besar daripada kelompok lain (Kuo, 1999; Chang, et al., 2006), serta belum banyak tendensi kebutuhan instrument yang mempengaruhi respon. Dengan demikian bisa diandalkan mereka lebih kritis dalam menanggapi perbedaan tipe desain Small Car yang dihadirkan. Penelitian tentang Motif Beberapa penelitian tentang motive car use diantaranya diteliti oleh Linda Steg et al (2001), menunjukan bahwa alasan instrumental & motif symbolic-affective sama signifikasinya sebagai daya tarik penggunaan mobil. Kemudian Linda Steg (2005), meneliti motif penggunaan mobil pada 2 massa publik yang berbeda, yaitu publik secara umum dan masa commuter yang biasa mengendarai mobil pada jam sibuk di kota Rotterdam. Pertama, hasil dari dua studi itu menunjukan bahwa penggunaan mobil tidak hanya untuk memenuhi fungsi instrument, tetapi penting juga untuk memenuhi fungsi simbolik dan afektif. Kedua, perbedaan motif behubungan erat dengan level tingkat penggunaan mobil. Dari survey ke-2, menunjukan bahwa masa komuter menggunakan mobil paling kuat berhubungan dengan motif simbolis dan afektif, dan bukan untuk motif instrumental. Ketiga, perbedaan individu dalam tingkat kepentingan dari tiga motif kategori diselidiki, hasilnya dari kedua studi, perbedaan kelompok sebagian besar ditunjukan pada evaluasi motif simbolik dan afektif (dan bukan motif instrumental). Dari penelitian Linda Steg (2005), menunjukan bahwa karakter pengguna menentukan bagaimana motivasi dalam penggunaan mobil. Dan secara khusus menyatakan bahwa motif simbolik dan afektif mempunyai peran yang sangat besar sebagai dasar pertimbangan kibijakan pengendalian penggunaan mobil. Penelitian Gatersleben (2007), menunjukan bahwa penilaian afektif terhadap mobil tergantung pada aspek instrumental dan simbolis. Sementara motivasi simbolik dapat meningkatkan penggunaan mobil, sesuai fakta proses perbandingan sosial dimana mobil dapat menjadi media untuk menunjukan status dan beberapa aspek berhubungan dengan identitas sosial dan konsep diri (Gatersleben, 2007; Steg 2005). Penelitian empiris selanjutnya memverivikasi beberapa penelitian motif sebelumnya, dengan menggunakan SAM, Lois membuktikan bahwa faktor instrumental dan simbolik tidak memiliki dampak langsung terhadap tujuan penggunaan mobil kecuali bila dimediasi oleh motif afektif. Artinya motivasi afektif merupakan faktor kunci dalam prediksi penggunaan mobil (Lois, 2009). Penelitian Bergstad (2010), meneliti motivasi penggunaan mobil sehubungan dengan faktor situasi social-demografis menyangkut tipe keluarga (single atau ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
keluarga dengan atau tanpa anak), dan tipe demografis (urban, semi-rural or rural). Hasilnya faktor moderator tersebut berpengaruh pada tingkat penggunaan mobil, dimana keluarga dengan anak menggunakan mobil lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga tanpa anak, dan mereka yang tinggal di luar kota (rural) juga akan menggunakan mobil lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di sekitar kota (urban & semi-rural). Sementara motif affective-symbolic dimediasi oleh hubungan antara tingkat penggunaan mobil perminggu dan gender, motif instrument-independence dimediasi oleh hubungan antara tingkat penggunaan mobil perminggu dan prosentase pengguna mobil sebagai driver dan beberapa variabel socio-demographic. Artinya faktor situasi sosial-demografis berpengaruh pada motif instrumen sementara faktor personality (gender) lebih mempengaruhi motif affective-symbolic. Dari penelitian-penelitian diatas menunjukan begitu pentingnya peranan atau arti mobil di dalam faktor situasi dan personality pengguna. Dengan mengetahui makna produk dalam motif penggunaannya dapat menjadi referensi penting bagi fungsi kualitas produk. Sementara belum teruji apakah hubungan itu bisa diterapkan dalam pendekatan stimuli visual (ergo-cognitive). Penelitian Persepsi terhadap Tampilan Desain Produk. Penelitian Hsu pada obyek bentuk telepon rumah telah berhasil menginvestigasi bahwa terdapat banyak perbedaan persepsi antara desainer dan user pada obyek yang sama dan perbedaan interprestasi mereka bahkan pada kata sifat yang sama (Hsu et al. 2000). Dari penelitian tersebut bisa diduga kemungkinan terjadi perbedaan persepsi diantara user sendiri jika dimediasi oleh situasi dan kondisi yang berbeda, karena persepsi tidak hanya tergantung rangsangan fisik produk, tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan juga situasi atau keadaan individu yang bersangkutan (Kotler, 2002). Penelitian berikutnya Crilly et al (2004), telah meletakan dasar teoritis tentang respon konsumen terhadap desain produk pada satu struktur model yang terpadu didalam konteks konsumsi. Dari pemikiran Crilly disampaikan bagaimana posisi faktor-faktor visual preference, personality, situasional, dan cultural mempengaruhi respon konsumen terhadap desain produk. Dan faktor motif merupakan bagian dari faktor situasional, sementara faktor personality akan diterjemahkan dalam karaktersistik demografis, sosiografis, dan psikografis. Riset selanjutnya oleh Mondragon et al (2005), membuktikan penggunaan semantic differential dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek yang sulit diukur secara teknis dan bisa berpengaruh pada kebijakan dalam memutuskan pemilihan bentuk mesin, yang banyak ditentukan oleh type karena kemudahan penggunaan, keamanan, ketahanan, dll. Jadi tanggapan terhadap tipe bentuk produk dapat berpotensi untuk evaluasi nilai-nilai ekspresi fungsionalnya, khususnya tentang persepsi aspek-aspek penggunaan produk yang dibutuhkan oleh orang-orang yang akan berinteraksi dengan mesin. Selanjutnya penelitian Demiroz (2007), membuktikan adanya kesamaan dan perbedaan persepsi konsumen yang dipengaruhi gender. Juga membuktikan bahwa kesan tampilan dapat tersampaikan kepada user melalui elemen-elemen desain yang dikonstruksikan dalam bentuk bahasa (jargon). Hal itu sesuai dengan argumen bahwa program pemasaran yang mengelilingi sebuah produk juga dapat memoderasi respon konsumen (Bloch, 1995). Berikutnya penelitian Hsiao and Chen (2006), meneliti hubungan antara respon pada tampilan bentuk produk dengan respon affective pengguna, hasilnya ditetapkan 4 dimensi daya tarik produk dalam affective response (yaitu; faktor Trend, Emotion, Complexity, Potency), Untuk menjelaskan struktur hubungan antara bentuk produk (dalam dimensi significant shape features / SSFs) dengan tanggapan afektif pengguna. Namun penelitian tersebut harus menyertakan pihak expert untuk menyimpulkan dan menerjemahkan SSFs dari desain bentuk produk. Peneliti memutuskan belum perlu ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
menggunakan dimensi itu karena masih terbatas pada respon kognitif dan tidak memungkinkan melibatkan pihak expert. Penelitian Chang (2007), membuktikan bahwa adanya dimensi khusus pada respon kognitif yang dipengaruhi oleh karakteristik target konsumen. Artinya instrument yang lebih detail tersebut memberi sinyalemen, bahwa dalam menilai daya tarik desain bentuk produk secara lebih obyektif harus mempertimbangkan kemungkinan adanya karakteristik khas pada segmen yang dituju. Adanya dimensi khas pada remaja sebagai indikasi mereka lebih kritis pada desain bentuk mobil. METODE Karakteristik Responden Kuisioner disebarkan pada mahasiswa Jurusan Desain Produk Industri ITS Surabaya, yang masih duduk di semester awal. Tabel dibawah ini, menunjukan kecukupan data (7 pasang grup) yang bisa diolah dan dianalisa pada Model Dasar. Tabel 1 Karakteristik Responden Uraian Klasifikasi 1. Jenis kelamin · Pria · Wanita
2. Usia · 19 – 22 th · 23 – 25 th
3. Domisili · Dalam kota · Sekitar kota · Luar kota 4. Jumlah Orang Yang Tinggal Serumah · Tidak ada (Sendirian) · 1 – 2 Orang · 3 – 4 Orang · 5 – 6 Orang · 7 Orang lebih
Jumlah
%
121* 120*
50% 50%
241
100%
206 35
85% 15%
241
100%
80* 118* 43 241
33% 49% 18% 100%
8 10 89* 106* 28 241
3% 4% 37% 44% 12% 100%
Uraian Klasifikasi 5. Mobil yang ingin dikendarai · CITY CAR/sedan (Jazz,Yaris, Swift,March…) · MPV/Mini bus (Aavanza,Xenia, Kijang…) · SUV (Rush,Terios,Juke, Pajero, CRV, …) · Yang Lainnya (Jeep, VW classic dll) 6. Sikap terhadap kepemilikan mobil · Suka/Pecinta mobil · Suka Mengemudi · Cuek · Tidak Suka Mengemudi · Tidak Suka Mobil & Tidak Suka Mengemudi · Tidak Tahu 7. Aspirasi Lingkungan · Mobil adalah barang mewah · Kepemilikan mobil adalah hal biasa · Mobil adalah Simbol kesuksesan 8. Pilihan Small Car · Cenderung memilih Grup 1 (tipe bonnet) · Memilih diantara G1 dan G2 · Cenderung memilih G2/G3
*Data yang ditebali, berpotensi untuk diolah sebagai data input SEM Model Dasar. **Data yang digabung agar bisa diolah dan dianalisa sebagai satu Grup baru.
Jumlah
%
106* 88* 33 14 241
44% 37% 14% 6% 100%
46** 45** 121* 14 6 9 241
19% 19% 50% 6% 2% 4% 100%
59** 123* 59** 241
24% 51% 24% 100%
107* 39 95*
44% 16% 39%
241
100%
Pengolahan data menggunakan pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan software LISREL 8.80. SEM yang merupakan teknik statistik yang kuat dalam membentuk model structural (structural model) dan model pengukuran (measurement model) untuk mengkaji hubungan yang terkait antara motif dengan 3 persepsi yang diteliti (perepsi penggunaan, atensi mobil, dan persepsi Small Car). Tinjauan Ergo-Cognitive pada Desain Kuisioner Pendekatan ergo-cognitif mendasari sitem perancangan visual stimulus obyek dan metode pelaksanaannya. Sebagai media untuk mengkoleksi persepsi, maka rancangan visual obyek stimulus harus didesain sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya mismatches respon. Dan reaksi respon semaksimal mungkin hanya dikendalikan oleh stimulus obyek, dan ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
seminimal mungkin mereduksi pengaruh dari luar fokus permasalahan. Maka dilakukan manipulasi materi stimuli kognitif sebagai berikut; (1) Menghindari prejudgment persepsi di luar fisik obyek; merek, tanda, dan iklan dihilangkan, (2) Penyeragaman warna ke skala abuabu dengan intensitas hampir sama, untuk menghindari persepsi ketertarikan karena warna, (3) Background mobil dihilangkan untuk menghindari penambahan interprestasi yang lain, (4) Penyeragaman view mobil dalam sudut pandang yang sama, (5) Penyeragaman ukuran mobil untuk meminimalkan persepsi karena ukuran, (6) Mempermudah proses selektif, maka keseluruhan stimuli hadir dalam satu halaman utuh, dan (7) Pada bagian akhir stimuli, responen langsung disambut dengan pertanyaan yang mengkonfirmasi persepsi atas respon ketertarikannya itu. Setelah semua materi diseragamkan sebagai entitas dengan kepatutan yang ideal untuk dibandingkan, maka selanjutnya adalah dilakukan penyusunan materi sesuai dengan prinsip Gestalt, sebagai acuan bagaimana manusia memahami informasi. Tabel 2. Perancangan Stimuli Cognitive berdasarkan Prinsip Gestalt Tahap 1
Pengelompogan Obyek Stimuli dalam Konteks Kebaruan Tipe Desain. Berdasarkan Hukum Kedekatan (Proximity), Obyek yang berdekatan satu sama lain terlihat membentuk seperti kelompok.
Tahap 2
Pengelompogan obyek stimuli dalam konteks Hukum Pengalaman (Experience). Kita cenderung untuk mengasosiasikan obyek yang kita lihat dengan hal-hal yang sudah biasa kita lihat, atau kebalikannya sistem cognitive kita cenderung menolak jika diluar pengalaman kita.
Tahap 3
Pengelompokan obyek stimuli berdasarkan Hukum Kesamaan (Equality). Obyek-obyek yang mirip juga merupakan kandidat pengelompokan oleh sistem persepsi manusia. Prinsip ini dipakai untuk metode pengacakan stimuli.
Prosedur dan Pengukuran Motif Penggunaan Mobil Fungsi mobil dilihat berdasarkan motif dapat dievaluasi berdasarkan tiga makna benda yang dirumuskan oleh Dittmar (1992). Dalam membangun konstruk motif, peneliti mengacu pada penelitian Linda Steg (2005), masing-masing motif terdiri lima item yang mencerminkan fungsi motif instrumental, fungsi motif simbolis, dan fungsi motif afektif penggunaan mobil. Motif instrument, adalah kenyamanan atau ketidaknyamanan penggunaan mobil yang bisa dirasakan (diukur) secara objektif, seperti; kecepatan, fleksibilitas, keamanan, dan nilai ekonomis, sampai dampak lingkungannya. Skala penilaian motif ini menggunakan rentang nilai lebih lebar mengacu pada penelitian Lois et al. (2009), yaitu menggunakan 10 skala Likert mulai dari 1 (sangat setuju) sampai 10 (sangat tidak setuju) dengan daftar pertanyaan: (1) “Bagi saya mobil hanyalah sebuah alat transportasi saja”, (2)“ Saya tidak terlalu peduli dengan apapun tipe mobil yang saya kendarai”, (3)“ Saya hanya butuh sebuah mobil untuk ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
semua jenis perjalanan saya”, (4)“ Saya lebih mementingkan fungsinya daripada kualitas produk itu sendiri”, dan (5)“ Kelak jika saya tidak membutuhkannya, dengan segera saya akan menanggalkannya". Motif affective, adalah berbagai emosi yang ditimbulkan saat menggunakan mobil, misalnya menggunakan mobil dapat berpotensi mengubah mood/perasaan seseorang. Menggunakan 5 skala Likert mulai dari 1 (sangat setuju) sampai 5 (sangat tidak setuju) dengan daftar pertanyaan: (1) “Saya termasuk orang yang suka mengemudi, dan bisa menikmati bagaimana mengendarai mobil bagus”, (2)“Orang lain bisa mengatakan kalau saya cinta pada mobil saya”, (3)“Saya adalah tipe orang, yang kadang suka pada kecepatan dengan mobil saya”, (4)“Mengemudikan mobil bisa menjadi petualangan yang menyenangkan.”, dan (5)“Saya bisa mendapatkan perasaan bebas dan lepas jika mengemudi ". Motif sosial (symbolic), orang dapat mengekspresikan diri dan membandingkan diri mereka dengan orang lain. Responden menunjukkan derajat penilaian pada 5 skala Likert mulai dari 1 (sangat setuju) sampai 5 (sangat tidak setuju) dengan daftar pertanyaan: (1)“Mengendarai mobil dapat menunjukan prestise pada teman dan kolega”, (2)“Mobil adalah objek yang dapat menunjukkan pada orang lain siapa dan bagaimana selera saya”, (3)“Saya setuju bahwa semakin bagus mobil yang digunakan, menunjukan seseorang makin sukses dalam hidup”, (4)“Jika saya bisa memilih, saya lebih suka menggunakan mobil yang berkelas”, dan (5)“Mobil yang saya punya, dapat membedakan diri dari orang lain". Persepsi Penggunaan Mobil Indikator yang merefleksikan persepsi penggunaan mobil mengadopsi penelitian Lois (2009). Peneliti menambah satu konstruk “penggunaan mobil untuk pergi ke luar kota”. Stimulus harus mewakili persepsi kebutuhan penggunaan mobil yang dikontrol oleh tipe tujuan perjalanan bukan karena faktor ada atau tidak adanya mobil. Sehingga pertanyaan pembukanya “Jika anda mempunyai mobil bagaimana frekuensi penggunaannya pada tujuan perjalanan ini?”. Jawaban menggunakan skala 4 poin, mulai dari “selalu” sampai dengan “tidak pernah” untuk 5 tujuan perjalanan; (1) pergi ke pusat studi/bekerja, (2) pergi untuk belanja, (3) pergi ke tempat rekreasi, (4) mengunjungi teman/relasi, dan (5) pergi ke luar kota. Atensi Mobil Atensi adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran, pada saat stimulus lainya melemah (Andersen 1972:46). Ketika dengan sadar perhatian terfokus pada suatu mobil, berarti sudah dan sedang terjadi interaksi antara faktor individu dan faktor stimulus, karena persepsi pada sesuatu berasal dari interaksi antara dua jenis faktor yaitu stimulus factor’s dan individual faktor’s (Shiffman, et al 1997). Jadi faktor yang berpotensi merefleksikan atensi seseorang pada mobil adalah faktor individu, faktor interaksi, dan faktor stimuli mobil. Faktor individu ditunjukan oleh tingkat keyakinan indifidu atas pilihannya, yang dikonfirmasi oleh tingkat kepuasan atas desain pilihannya. Ukuran faktor interaksi dikonfirmasi oleh seberapa kuat pengaruh desain mobil telah mempengaruhi tingkat ketertarikannya. Kemudian tingkat kesesuaian pilihan berasal dari faktor stimuli terefleksi oleh kecocokan secara manfaat dengan kebutuhan umum. Jadi untuk variabel laten atensi ditetapkan ada 3 indikator refleksi yaitu; tingkat kepuasan atas desain, tingkat ketertarikan karena desain, tingkat kecocokan mobil. Seperti halnya penelitian tentang daya tarik mobil menurut konsumen remaja (Hua-Cheng Chang, et al 2007), ditunjukan parameter evaluasi daya tarik mobil, (1) menanyakan sejauhmana tingkat kepuasan atas desain bentuk mobil yang menarik perhatiannya. (2) Seberapa besar peran desain bentuk mobil tersebut mempengaruhi tingkat ketertarikannya. Kemudian peneliti menambah satu ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
konstruk; (3) Secara umum desainnya cocok untuk semua tujuan perjalanan saya. Jawaban menggunakan skala 7 poin merujuk penelitian Chang, mulai dari “setuju” sampai dengan “tidak setuju”. Persepsi terhadap Small Car (Interest) Sama halnya dengan indikator atensi mobil, tapi perbedaannya adalah pada mobil atensi lebih dekat dengan realita, sedangkan Small Car ditempatkan sebagai produk baru yang harus direspon. Sehingga yang terjadi selain proses atensi tetapi juga proses perbandingan produk, setelah individu menentukan mobil pilihannya pada sebuah mobil existing. Dapat diilustrasikan ketika seseorang sudah memfokuskan perhatiannya pada mobil A kemudain kita sodorkan mobil B, maka B akan dipersepsikan terhadap A, tapi tidak sebaliknya. Oleh karena itu definisi interest dalam penelitian ini adalah sikap ketertarikan yang dipicu dan didorongn oleh kesesuaian atas atensi dengan motif individu. Maka hanya ada 3 kemungkinan yaitu; lebih condong ke A, lebih condong ke B, atau bisa menerima dua-duanya sebagai refleksi bahwa B bisa melengkapi A. Jadi untuk variabel laten interest, indikator potensial yang bisa digunakan adalah; (1) tingkat ketertarikan atas desainnya (ketertarikan desain), dan tingkat kecocokan manfaat penggunaan. (2&3) Tingkat kecocokan atas manfaat penggunaan diuji oleh dua kemungkinan yaitu; pertama manfaat penggunaan umum sejauh mana bisa dibandingkan atau menggantikan mobil atensi, yang kedua manfaat penggunaan khusus sejauh mana bisa melengkapi mobil atensi. sehingga, ditetapkan 3 pertanyaan yang merefleksikan persepsi Small Car, dengan menggunakan skala 7 poin seperti halnya pada atensi mobil, mulai dari “setuju” sampai dengan “tidak setuju”. HASIL DAN PEMBAHASAN Model Dasar Penelitian ini bisa dianggap sebagai investigasi seberapa besar motif mempengaruhi 3 persepsi yang diteliti. Kemudian persepsi penggunaan menjadi alasan atas 2 obyek (mobil atensi & Small Car). Sikap ketertarikan Small Car dipengaruhi oleh mobil atensi (Gambar 1).
Gambar 1. Konseptual Model Persepsi (ketertarikan) Small Car. (Motif, Atensi Mobil dan Persepsi Penggunaan, akan diuji pada Faktor-faktor Moderasi)
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Hipotesis 1. Motif dapat mempengaruhi persepsi penggunaan mobil. Hubungan antara variabel ini belum diuji pada konteks persepsi ketertarikan produk. Namun ada penelitian yang menunjukan motif dapat menjelaskan penggunaan mobil (Lois et al. 2009). Dikatakan bahwa motif instrumental dan simbolik tidak memiliki dampak langsung terhadap penggunaan mobil kecuali jika dimediasi oleh adanya motivasi afektif. Dalam konteks persepsi dapat diduga peranan motif masih tetap mempengaruhi persepsi penggunaan mobil. Hipotesis 2. Motif dapat mempengaruhi persepsi pada Small Car. Persepsi pada sesuatu berasal dari interaksi antara dua jenis faktor yaitu faktor personal dan faktor stimulus (Schiffman & Kanuk, 1997,p.146). Faktor individu yang termasuk di dalamnya tidak hanya proses panca indera tetapi juga pengalaman (experience) yang serupa dan dorongan utama (motive) serta harapan individu (expectation). Jadi persepsi dalam menerima atau menolak Small Car bisa dipengaruhi oleh motif individu. Hipotesis 3. Motif dapat mempengaruhi atensi pada suatu mobil. Hubungan antara variabel ini belum diuji dalam keterkaitannya pada konteks persepsi ketertarikan produk. Namun demikian penelitian penelitian Lois et al (2009), menegaskan bahwa kepemilikan pada mobil mewah sangat berhubungan dengan penilaian lebih tinggi pada motif simbolis. Fakta ini, juga diamati oleh Ellaway et al (2003), ada hubungan kuat antara prestise sosial dengan kategori mobil mewah, artinya pengendara mungkin lebih mudah merasakan unsur-unsur ekspresi diri (self-expression) yang tersirat saat mengemudi mobil high class merek tertentu. Jadi perhatian individu pada mobil yang dapat dipengaruhi oleh motif. Hipotesis 4. Persepsi penggunaan mobil dapat mempengaruhi persepsi Small Car. Hubungan antara variabel ini belum diuji dalam konteks persepsi ketertarikan mobil. David Krech dan Richard S. Crutchfied (1977) mengatakan, faktor-faktor indifidu yang mempengaruhi persepsi adalah; pengalaman, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi, budaya, sikap, tujuan (relevansi), kapabilitas, dan bagaimana informasi disampaikan. Jadi persepsi penggunaan mobil (sebagai refleksi kebutuhan) akan berpengaruh pada persepsi Small Car. Hipotesis 5. Atensi pada suatu mobil dapat mempengaruhi persepsi pada Small Car. Pengalaman sebelumnya akan mempengaruhi persepsi pada typicality produk dan nilai kebaruannya (Coates, 2003). Ketika seseorang sudah memusatkan perhatiannya pada suatu mobil kemudian kita hadirkan kepadanya Small Car, maka Small Car akan dipersepsikan terhadap atensi mobil. Hipotesis 6. Persepsi penggunaan mobil dapat mempengaruhi atensi pada suatu mobil. Hubungan antara variabel ini belum diuji dalam konteks atensi mobil. Namun terdapat referensi yang mengatakan bahwa faktor-faktor individu yang mempengaruhi persepsi adalah; pengalaman, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi, budaya, sikap, tujuan (relevansi), kapabilitas, dan bagaimana informasi disampaikan (David Krech et al, 1977). Jadi persepsi penggunaan sebagai refleksi dari kebutuhan dan tujuan akan mempengaruhi atensi mobil.
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Model Dasar Tabel 3. Perbandingan Respesifikasi Model Dasar Model Dasar Respesifikasi-1 (nilai t-value)
Goodness of fit Index χ2 – Chi Square P-value Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) Normed Fit Index (NFI) Non-Normed Fit Index (NNFI) Comparative Fit Index (CFI) Incremental Fit Index (IFI) Relative Fit Index (RFI) Critical N (CN) Goodness of Fit Index (GFI) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)
Cut off value 0 ≥ 0,05
hasil model 103,44 0,00002
Model Dasar Respesifikasi-2 (nilai t-value)
keterangan
Goodness of fit Index
Kurang baik Kurang baik
χ2 – Chi Square P-value Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) Normed Fit Index (NFI) Non-Normed Fit Index (NNFI) Comparative Fit Index (CFI) Incremental Fit Index (IFI) Relative Fit Index (RFI) Critical N (CN) Goodness of Fit Index (GFI) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)
<0.05
0,065
Kurang baik
≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 200 ≥ 0,90
0.87 0.91 0.93 0,93 0.83 180.56 0.93
marginal fit Baik Baik Baik marginal fit Kurang baik Baik
≥ 0,90
0,89
Marginal fit
Cut off value 0 ≥ 0,05
hasil model 66,48 0,0015
keterangan Kurang baik Kurang baik
<0.05
0,05
Baik
≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 200 ≥ 0,90
0,90 0,92 0,95 0,95 0,85 212.61 0,95
Baik Baik Baik Baik marginal fit Baik Baik
≥ 0,90
0,91
Baik
Structural Equations caruse = - 0.30*motif, Errorvar.= 1.76 , R² = 0.048 (0.089) (0.11) -3.34 15.80 interest = 0.040*caruse + 0.12*atensi + 0.18*motif, Errorvar.= 0.97 , R² = 0.038 (0.053) (0.093) (0.067) (0.22) 0.76 1.33 2.68 4.33 atensi = - 0.11*caruse - 0.14*motif, Errorvar.= 0.87 , R² = 0.036 (0.046) (0.063) (0.066) -2.37 -2.22 13.10
Structural Equations caruse = - 0.27*mi - 0.032*ma, Errorvar.= 0.94 , Rý = 0.064 (0.13) (0.13) (0.067) -2.08 -0.25 13.96 interest = 0.090*caruse + 0.0092*atensi + 0.63*mi + 0.61*ma, Errorvar.= 0.67 , Rý = 0.34 (0.092) (0.13) (0.20) (0.22) (0.20) 0.98 0.073 3.12 2.83 3.35 atensi = - 0.14*caruse + 0.0029*mi + 0.26*ma, Errorvar.= 0.69 , Rý = 0.10 (0.065) (0.12) (0.12) (0.081) -2.10 0.024 2.20 8.46
Reduced Form Equations caruse = - 0.30*motif, Errorvar.= 1.76, R² = 0.048 (0.089) -3.34 interest = 0.15*motif, Errorvar.= 0.99, R² = 0.024 (0.066) 2.35 atensi = - 0.11*motif, Errorvar.= 0.89, R² = 0.013 (0.063) -1.70
Reduced Form Equations caruse = - 0.27*mi - 0.032*ma, Errorvar.= 0.94, Rý = 0.064 (0.13) (0.13) -2.08 -0.25 interest = 0.60*mi + 0.61*ma, Errorvar.= 0.68, Rý = 0.33 (0.19) (0.20) 3.11 3.03 atensi = 0.040*mi + 0.26*ma, Errorvar.= 0.71, Rý = 0.078 (0.12) (0.12) 0.33 2.18
Interpretasi dari koefisien determinasi (R2) : Variasi dari mi dan ma menjelaskan 4,8 % variasi caruse. Variasi dari mi dan ma menjelaskan 2,4% variasi Interest. Variasi dari mi dan ma menjelaskan 1,3% variasi dari atensi.
Interpretasi dari koefisien determinasi (R2) : Variasi dari mi dan ma menjelaskan 6,4 % variasi caruse. Variasi dari mi dan ma menjelaskan 33% variasi Interest. Variasi dari mi dan ma menjelaskan 7,8% variasi atensi.
Meskipun reliabilitas dan validitas model cukup bagus, dan secara umum model sudah fit, namun variasi yang dijelaskan oleh variabel inti masih sangat lemah (2,4%), maka perlu dilakukan respesifikasi model lagi. (1) Memilih grup data yang relevan, model berusaha dilihat dari sudut pandang yang lebih tajam, berdasarkan klasifikasi faktor moderasi. (2) Memperketat constrain, jika pada Model Dasar pertama masih digunakan toleransi yang longgar untuk 2ndCFA >0.30, maka untuk respesifikasi model berikutnya akan menggunakan batas kritis >0.50. Setelah dilakukan Respesifikasi dengan mengeluarkan motif simbolik ternyata model menjadi lebih fit dan mengalami peningkatan pada beberapa indikator. Dan variasi yang dijelaskan oleh motif atas persepsi naik signifikan dari 2,4% menjadi 33%. Dapat diartikan, dari data secara umum persepsi ketertarikan pada Small Car kurang berhubungan dengan motif simbolik. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh; (1) faktor usia muda 19-22 tahun sangat mendominasi (85%), sehingga motif simbolik pada mobil bagi mereka belum begitu penting. (2) sebagian besar responden memilih City Car (44%), pada Path Diagram ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Grup City Car peran motif hanya signifikan pada persepsi penggunaan. Artinya Grup City Car sangat mendominasi jawaban, dan mereka hanya tertarik ke penggunaan City Car. Tabel 4. Perbandingan Model Dasar dilihat Dari Uji Hipotesis Model Dasar Respesifikasi-1 Hubungan motif caruse motif interest motif atensi caruse interest atensi interest caruse atensi
Standarized -0.22 0.18 -0.15 0.05 0.12 -0.16
Keterangan Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan
Hipotesis Terima H1 Terima H2 Terima H3 Tolak H4 Tolak H5 Terima H6
t-value -2.08 0.25 3.12 2.83 0.02 2.20 0.98 0.07 -2.10
Standarized -0,27 -0.03 0.63 0.61 0.00 0.30 0,09 0,01 -0,16
Keterangan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan
Hipotesis Tolak H1 Tolak H1 Terima H2 Terima H2 Tolak H3 Terima H3 Terima H4 Tolak H5 Terima H6
Motif Instrumen dan Afektif berpengaruh ke Small Car Interest. Yang mempengaruhi atensi mobil adalah motif afektif dan persepsi penggunaan, tapi pengaruh persepsi penggunaan sangat lemah. Sementara motif instrumen tidak signifikan terhadap atensi mobil.
Hipotesis Tolak H1 Tolak H1 Terima H2 Terima H2 Tolak H3 Tolak H3 Tolak H4 Terima H5 Tolak H6
Dilihat dari Muatan Faktor pada Grup SKTKOTA-BKNCTCAR, peranan Motif tetap signifikan dan berpengaruh sangat kuat terhadap Persepsi Small Car (SLD; 1,00 dan 0.92). Kemudian peranan Atensi meningkat dan berpengaruh cukup kuat (SLD 0.35) terhadap Persepsi Small Car.
Model Dasar Respesifikasi-2 Hubungan mi caruse ma caruse mi interest ma interest mi atensi ma atensi caruse interest atensi interest caruse atensi
Dilihat dari naiknya nilai muatan faktor motif instrumen dan simbolik pada Respesifikasi-2, menunjukan peranan motif signifikan dan dapat berpengaruh kuat terhadap Persepsi Small Car.
t-value -3.34 2.68 -2.22 0.76 1.33 -2.37
Model Dasar Respesifikasi-2 pada Grup SKTKOTA-BKNCTCAR Hubungan mi caruse ma caruse mi interest ma interest mi atensi ma atensi caruse interest atensi interest caruse atensi
t-value 1.21 0.84 2.97 3.00 -1.33 -0.64 -1.73 1.99 -0.55
Standarized 0.24 0.14 1.00 0.92 -0.27 -0.16 -0.29 0.35 -0.06
Keterangan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan
Analisa Perbedaan Pilihan Desain Small Car. Tabel 5. Perbandingan Grup yang memilih Small Car Common type dan Uncommon type. Grup Common type (bonnet)
Grup tipe Uncommon type(small jeep, small van)
Respesifikasi-1 (standardized solution)
Respesifikasi-1 (standardized solution)
Grup yang memilih Small Car tipe bonnet menunjukan penilaian lebih tinggi pada motif instrument dan symbolic.
Grup yang memilih Small Car tipe baru (small jeep, small van) berkaiatan dengan penilian lebih tinggi pada motif instrument dan affective.
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Respesifikasi-2 (berdasarkan nilai t-value) Ketertarikan Small Car pada grup ini, ternyata hanya signifikan dan cukup kuat dipengaruhi oleh motif instrument (SLD=0,34).
Respesifikasi-2 (berdasarkan nilai t-value) Ketertarikan Small Car pada grup ini, ternyata signifikan dan cukup kuat dipengaruhi oleh motif instrument (SLD=0,32) dan motif simbolik (SLD=0,49).
Persepsi ketertarikan pada Tipe yang sudah BIASA (bonnet) hanya berhubungan dengan Motif Instrument. Sementara Tipe yang TIDAK BIASA(Uncommon type) berhubungan dengan Motif Instrument dan Motif Affective. Jadi dilihat dari sudut pandang Motif bahwa tipe Small Jeep ataupun Small Van lebih menarik bagi remaja, indikasi ini menandakan bahwa tipe tersebut lebih berpotensi untuk lebih diterima.
Tabel 6. Rekapitulasi Perbandingan Nilai determinasi (R2) RESPESIFIKASI-1
Car use Interest Atensi
Seluruh Motif (mi,ma,ms) Responden Data Umum 4,8% 2,4% 1,3%
RESPESIFIKASI-2
Hanya 2 Motif (mi,ma), tanpa motif Simbolik (ms) Responden Data Umum Responden Sekitar Kota Sekitar Kota – Bkn City Car 6,4% 11% 4,3% 33% 38% 68% 7,8% 5% 6,2%
Dari perubahan koefisien determinasi (R2) antara Grup SKTKOTA dan SKTKOTABKNCTCAR, menunjukan peranan Motif terhadap Presepsi Small Car semakin mendominasi, dibandingkan pengaruhnya pada persepsi penggunaan dan atensi mobil. Kemungkinan karena dominasinya itu menyebabkan Motif, Atensi dan Persepsi Penggunaan tidak berpengaruh serempak terhadap Persepsi (ketertarikan) Small Car. Bisa dilihat pada semua diagram Structural Equations. Di sisi lain pengaruh motif terhadap persepsi Small Car cenderung meningkat jika dilihat dari responden secara umum ke responden khusus. Artinya remaja yang berdomisili di sekitar kota yang beratensi pada mobil selain City Car, peran motifnya meningkat dalam mempengaruhi persepsi Small Car, dibandingkan dengan responden secara umum. KESIMPULAN Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data serta analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Motif, persepsi penggunaan, dan atensi mobil tidak berpengaruh secara serempak terhadap persepsi Small Car. Pengaruh motif terhadap persepsi Small Car lebih mendominasi dibandingkan pengaruhnya terhadap persepsi penggunaan dan terhadap atensi mobil. Hal ini dibuktikan oleh nilai determinasi (R2) pada Model Dasar Respesifikasi-2, jika dilihat dari data secara keseluruhan, variasi motif (instrument dan affective) menjelaskan 33% variasi persepsi Small Car, dan persepsi penggunaan dan atensi mobil hanya dijelaskan masing-masing dibawah 8% oleh variasi motif. Sementara jika dilihat dari data khusus, yaitu Grup sekitar kota yang beratensi pada mobil selain City Car, menunjukan variasi motif meningkat menjadi 68% dalam menjelaskan variasi persepsi Small Car, sementara persepsi penggunaan dan atensi mobil masing-masing tidak meningkat dan hanya hanya dijelaskan 4,3% dan 6,2% oleh variasi motif.
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-11
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
2. Persepsi ketertarikan Small Car tipe biasa (bonnet) berkaitan dengan penilaian lebih tinggi pada motif instrument dan symbolic, sedangkan tipe baru (small jeep, small van) berkaiatan dengan penilian lebih tinggi pada motif instrument dan affective. Ditunjukan oleh perbedaan muatan faktor motif instrumen, afektif, dan simbolik. Pada pemilih tipe biasa (SLD= 0.91; -0.48; -0.57), sedangkan pada pemilih tipe baru (SLD= 0.87; -0.63; 0.47). Jadi perbedaan pilihan tipe desain produk bisa dijelaskan oleh motif, temuan bisa berguna bagi desainer maupun marketing dalam memahami konsumen. 3. Faktor yang berpotensi memoderasi motif dengan persepsi ketertarikan Small Car adalah: faktor mobil yang menjadi atensi, attitude, aspirasi sosial, dan faktor domisili, sementara faktor lainnya tidak signifikan (gender, tipe keluarga, dan perbedaan pilihan Small Car). 4. Ditinjau dari motif, remaja yang berpotensi tertarik Small Car adalah; remaja yang berattitude suka mobil, yang mengganggap kepemilikan mobil sebagai simbol sosial, dan yang berdomisili di sekitar kota. Sementara ditinjau dari atensi mobil, Grup MPV ataupun Grup yang beratensi pada mobil selain City Car, lebih berpotensi untuk tertarik Small Car. Hal ini ditunjukan oleh signifikasi nilai t-value >1.96. 5. Faktor femininitas, tipe keluarga, tipe desain Small Car, dan aspirasi sosial, sensitif terhadap motif simbolik sehingga dapat berpotensi memoderasi peranan motif simbolik pada remaja. Signifikasi pengaruhnya ditunjukan oleh muatan faktornya pada masingmasing grup. Grup Perempuan (-0.51); Grup Kel.Kecil (-0,60); Grup Ordinary (-0,57); dan Grup Biasa (-0.60) pada model dasarnya. 6. Secara umum motif simbolik tidak begitu penting bagi remaja, ditunjukan oleh lemahnya nilai rata-rata muatan faktor variable laten motif simbolik (-0.40), kecuali pada grup remaja yang menganggap kepemilikan mobil adalah hal biasa (-0.60). Ada dua kemungkinan penyebab, pertama oleh factor usia muda 19-22 tahun sangat mendominasi (85%), sehingga motif simbolik pada mobil belum begitu penting bagi mereka. Maka penelitian selanjutnya perlu kiranya mempertimbangkan perbedaan rentang usia yang lebih lebar. Kedua karena pilihan Small Car mayoritas adalah tipe bonnet (44%) yang mana desainnya mirip dengan City Car, dan bila dilihat pada Path Diagram Grup City Car pengaruh motif hanya signifikan pada persepsi penggunaan mobil dan tidak signifikan pada atensi dan persepsi Small Car. Dan juga muatan faktor yang ditunjukan meskipun signifikan tapi lemah (-0.32). 7. Sedikitnya jumlah indikator variable laten motif simbolik yang tereliminasi pada Respesifikasi-1, menunjukan bahwa dalam konteks persepsi terhadap obyek mobil, motif symbolic lebih mudah diapresiasi oleh responden dibandingkan motif affective dan instrument. Akan tetapi dalam persepsi pada obyek Small Car, ternyata motif simbolik kurang signifikan. Hal ini dibuktikan, ketika motif simbolik masih disertakan dalam model dasar, nilai varian yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan motif atas persepsi Small Car sangat kecil yaitu 2.4%, begitu dia dikeluarkan dari model pada Respesifikasi-2, nilai variasi yang bisa dijelaskan oleh motif instrument dan afektif meningkat menjadi 33%. Bahkan model lebih fit dalam banyak indikator; NNFI,CFI,GFI, AGFI dan CN. SARAN Berikut adalah saran-saran untuk kepentingan penelitian selanjutnya : 1. Perlunya ditelusuri secara lebih mendalam kemungkinan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada persepsi konsumen terhadap Small Car, selain faktor motif, atensi dan persepsi kebutuhan penggunaan. 2. Perlunya dilakukan penelitian dalam konteks subyek ataupun obyek yang berbeda untuk menguji dominasi petingnya peran motif dalam memprediksi persepsi dan penerimaan produk. ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-12
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
DAFTAR PUSTAKA Arnheim, R. (1974). Art and visual perception: a psychology of the creative eye, The New Version, University of California Press, Berkeley, CA. Bergstad,C.J., et al. (2010). Affective–symbolic and instrumental–independence psychological motives mediating effects of socio-demographic variables on daily car use. Journal of Transport Geography. Bloch, Peter (1995). Seeking the Ideal Form: Product Design and Consumer Response,” Journal of Marketing, Vol. 59, 16-29. Crilly, et al. (2004). Seeing things: consumer response to the visual domain in product design. International Journal of Design Studies 25, 547–577. Coates, D. (2003). Watches tell more than time: product design, information and the quest for elegance, McGraw-Hill, London, UK. David Krech et al. (1974). Elements of psychology. With the collaboration of William A. Wilson, Jr. Demiröz, O.Y. (2007). Product Character: A Semantic Differential Analysis of Automobile Design. DeSForM 2007. Page 152–163. Dittmar, H. (1992). The Social Psychology of Material Possessions: To Have is To Be. Havester Wheatsheaf, Hemel Hempstead, UK, St. Martin_s Press, New York. Ellaway, A., Macintyre, S., Hiscock, R., Kearns, A., (2003). In the driving seat: psychosocial benefits from private motor vehicle transport compared to public transport. Transportation Research Part F 6, 217–231. Gatersleben, B. (2007). Affective and symbolic aspects of car use. In: Gärling, T., Steg,L. (Eds.), Threats to the Quality of Urban life from car Traffic: Problems, Causes, and Solutions. Elsevier, Amsterdam, pp. 219–233. Gerald F. Smith. (2000). Too Many Types Of Quality Problems, Categorizing your problems in solution relevant ways. Quality Progress. April 2000. Goldstein, B E. (1999). Sensation and perception, 5th ed., Brooks/Cole Publishing Company, Pacific Grove, CA. Hoffman, D D. (1998). Visual intelligence: how we create what we see W.W. Norton & Company, New York, NY. Hsiao Kun-An Hsiao, Lin-Lin Chen. (2006). Dimensions of affective responses to product shapes, International Journal of Industrial Ergonomics 36, 553–564. Hsu S.H., et al. (2000). A semantic differential study of ‘designers’ and ‘users’ product form perception. International Journal of Industrial Ergonomics. 25, 375–391. Hua-Cheng Chang, et al. (2007). A measurement scale for evaluating the attractiveness of a passenger car form aimed at young consumers. International Journal of Industrial Ergonomics 37, 21–30. Kenneth E. Andersen (1972). Introduction to Communication: Theory and Practice
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-13
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Kuo, C. (1999). Consumer styles and media uses of Generation Xers in Taiwan. Asian Journal of Communication 9 (1), 126–132. Kotler, P, Armstrong, G, Saunders, J and Wong, (2002).V Principles of marketing: European edition FT Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ. Köhler, Wolfgang. (1929). Gestalt Psychology. New York: Liversight Leonard, D., Rayport, J. (1997). Spark innovation through empathic design. Harvard Business Review 75 (6), 102–113. Light, A. (2006). Adding method to meaning: a technique for exploring peoples’ experience with technology. Behaviour and Information Technology 25 (2), 175–187. Lois, D., López-Sáez, M. (2009). The relationship between instrumental, symbolic and affective factors as predictors of car use: A structural equation modeling approach. Transportation Research Part A 43, 790–799. Mondragon, S., Company,P., Vergara,M. (2005). Semantic Differential applied to the evaluation of machine tool design. International Journal of Industrial Ergonomics. 35, 1021-1029. Schiffman and Kanuk (1997). Consumer behavior; Motivation research (Marketing), Book (ISBN 0133729885 ), 6th edition, Prentice Hall (Upper Saddle River, N.J.). Steg, L., et al. (2001). Instrumental-reasoned and symbolic-affective motives for using a motor car. Transportation Research Part F 4, 151-169. Steg, L. (2005). Car use: lust and must. Instrumental, symbolic and affective motives for car use. Transportation Research Part A 39, 147–162. Steg, L., Tertoolen, G. (1999). Affective motives for car use. In: European Transport Conference: Transport, Planning, Policy and Practice, Cambridge, London. Steg, L., Gifford, R. (2005). Sustainable transport and quality of life. Journal of Transport Geography 13, in press, doi:10.1016/j.trangeo.2004.11.003. William W., Sandra M., Jhon B. (1995). Advertising Principles and Practice. Seventh Edition. Yun, M.H., Han, S., Hong, S., Kim, J., (2003). Incorporating user satisfaction into the lookand-feel of mobile phone design. Ergonomics 46 (13–14), 1423–1440. http://otomotif.kompas.com/read/2010/02/22/10440537/daihatsu.persiapkan.pusat.rd berita: Daihatsu Persiapkan Pusat R&D).
(Judul
http://otomotif.kompas.com/read/2011/07/25/15282833/Nissan.Alihkan.Teknologi.ke.Indones ia (Judul berita: Nissan Alihkan Teknologi ke Indonesia). http://www.caranddriving.com/images/new/large/toyiq0309(4).jpg (sumber data gambar : Toyota IQ). http://otomotif.kompas.com/read/2011/08/04/06461026/Proton.Siapkan.City.Global.Small.Ca r.untuk.Pasar.ASEAN (Judul berita: Proton Siapkan "City Global Small Car" untuk Pasar ASEAN). http://newcarstop.com/aston-martin/aston-martin-cygnet-2012-small-but-luxurious/ gambar Small Car merek Aston martin) ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-14
(sumber
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
http://www.gotbroken.com/2009-daihatsu-es-concept/2009-daihatsu-e-s-concept-interiorpicture (sumber gambar small pickup merek Daihatsu) http://www.gotbroken.com/2006-smart-crosstown-hybrid/2006-smart-crosstown-hybridpicture-1 (sumber gambar Small Car merek Smart)
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-39-15