Pemodelan Matematika, Lulusan Diharapkan Runtut Dalam Pola Pikir UNAIR NEWS – Mengadaptasi fenomena-fenomena dalam dunia nyata menjadi formula angka dan berbagai simbol untuk dipecahkan menjadi tugas para matematikawan. Hal itulah yang tengah dicetak oleh para pengajar di program studi S-1 Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Saat ditemui di ruangannya, salah satu pengajar prodi S-1 Matematika Dra. Yayuk Wahyuni, M.Si., menyampaikan tentang prinsip pemodelan matematika. Pemodelan matematika adalah salah satu tahap dari pemecahan masalah matematis. Dalam pemodelan, fenomena-fenomena disederhanakan dalam bentuk matematika. Hasilnya, adalah persamaan, pertidaksamaan, dan lain sebagainya. “Prinsip dari pemodelan matematika mengacu pada pemecahan masalah. Harapannya, pemodelan dapat membantu peserta didik untuk lebih peka terhadap realita yang sering diabaikan. Ini kemudian yang menjadi fokus kurikulum prodi Matematika,” tutur Yayuk. Sejak semester satu, mahasiswa Matematika sudah diterjunkan ke lapangan. Mereka melakukan identifikasi terhadap masalah, lalu membuat model yang diperlukan, metode penyelesaian, dan solusi. Kebiasaan seperti ini akan membentuk pola pikir yang runtut dan sistematis bagi peserta didik. “Mereka akan terbiasa menyelesaikan permasalahan secara sistematis dan berpikir logis. Lulusan Matematika akan lebih cepat beradaptasi dengan fenomena sosial pada kerangka pikir disiplin ilmu matematika,” lanjut Yayuk. Koordinator Program Studi S-1 Matematika, Dr. H. M. Imam
Utoyo, M.Si., mengatakan bahwa belajar matematika sebenarnya bukan hal yang tak mudah. Namun, problemnya adalah kesan di masyarakat yang beranggapan bahwa belajar matematika itu susah. Hal itulah yang kian menjauhkan matematika dari masyarakat. Agar matematika kembali dekat dengan masyarakat, para pengajar Departemen Matematika FST UNAIR mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat. Mereka memberikan edukasi terhadap guru tentang cara belajar matematika yang menarik sehingga mudah dimengerti siswa. “Misalnya pada materi himpunan. Terdapat dua himpunan yaitu laki-laki dan perempuan. Menentukan relasi dari keduanya akan menghasilkan jawaban. Jawaban yang akan keluar harus dipertanyakan secara runtut dan riil untuk memberikan gambaran yang jelas,” terang Imam. Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S
Prodi Ekonomi Pembangunan Jawab Kebutuhan Zaman UNAIR NEWS – Apakah kamu pernah membayangkan ketika kuliah di ilmu sosial lantas begitu saja melepaskan hitung-hitungan matematis? Atau kamu menyukai hitung-hitungan matematis dengan diimbuhi paparan-paparan teori? Atau bisa jadi, kamu ingin mendalami pengetahuan tentang perekonomian negara bahkan internasional? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi akan terjawab apabila
kamu memilih melanjutkan studi strata satu di Ekonomi Pembangunan. Begitulah yang dikatakan oleh kepala departemen yang sekaligus merangkap pelaksana tugas koordinator prodi S-1 Ekonomi Pembangunan Dr. Muryani, S.E., M.Si., MEMD. Muryani mengungkapkan, rumpun Ilmu Ekonomi adalah ilmu yang unik karena berada di antara kelompok Ilmu Sosial dan Ilmu Alam. “Dibilang eksakta karena di situ ada matematika dan statistik. Dibilang murni sosial juga tidak bisa karena eksaktanya juga banyak,” tutur Muryani ketika ditemui di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga. Di prodi S-1 Ekonomi Pembangunan, mahasiswa dibebaskan untuk memilih lima peminatan yang masing-masing memiliki konsentrasi materi pembelajarannya masing-masing. Yakni, ekonomi moneter, ekonomi perencanaan, ekonomi internasional, lingkungan, dan ekonomi publik.
ekonomi
Sejauh ini, peminatan ekonomi moneter menjadi pilihan favorit mahasiswa. Muryani mengungkapkan, lapangan kerja yang relatif bergengsi menjadi salah satu penarik minat. Sejumlah lulusan S-1 Ekonomi Pembangunan meraih posisi strategis di instansi perbankan maupun pemerintahan. Di rumpun ekonomi moneter, mahasiswa bisa belajar banyak tentang regulasi perbankan, kebijakan moneter pemerintah, Bank Indonesia, maupun inflasi ekonomi. Selain ekonomi moneter, mahasiswa bisa memilih ekonomi perencanaan. “Ekonomi perencanaan adalah ilmu yang memberikan kontribusi perencanaan kepada pemerintah daerah maupun pusat untuk pemerataan pembangunan,” terang Muryani. Bila mahasiswa cenderung tertarik dengan perdagangan lintas negara, mahasiswa bisa memilih peminatan ekonomi internasional. Dalam ekonomi internasional, mahasiswa bisa belajar banyak tentang keuangan internasional, hingga kebijakan perdagangan internasional.
Persoalan di bidang energi juga turut dipelajari oleh mahasiswa yang memilih minat ekonomi lingkungan. “Menurut saya, ini adalah ilmu yang menjadi tren di masa depan karena persoalan lingkungan dihadapi oleh seluruh dunia. Jadi, akan selalu in,” tutur Muryani yang juga penulis artikel “The Negative Impact of Avian Flu on Economy” dalam Asian Social Economic Journal tahun 2014. Di rumpun peminatan ekonomi publik, mahasiswa belajar banyak tentang persoalan yang menyangkut keuangan negara, seperti ekonomi kelembagaan. Mengikuti perkembangan zaman Agar selalu responsif dengan perkembangan zaman, para pengajar di Departemen Ilmu Ekonomi juga melakukan redesain kurikulum. Mulai tahun ajaran baru 2017, mahasiswa bisa memilih dan mengikuti empat mata kuliah baru. Keempatnya adalah ekonomi kemaritiman, ekonomi kesehatan, ekonomi politik, dan ekonomi strategi. “Kami ini mengikuti perkembangan jaman. Selalu memperhatikan permasalahan-permasalahan di masyarakat yang relevan. Relevan itu maksudnya yang muncul dan menjadi tren,” tutur Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEB UNAIR. “Mata kuliah Ekonomi Kemaritiman itu akan mensinkronkan dengan program negara. Kita (Indonesia) akan mengacu pada poros maritim. Kedua, Ekonomi Kesehatan. Ke depan, diprediksi masyarakat akan tambah makmur tetapi penyakit yang kaitannya dengan perekonomian itu erat. Mungkin orang itu semakin makmur tetapi muncul obesitas,” imbuh Muryani. “Ketiga, Ekonomi Politik. Mengingat keputusan-keputusan politik berdampak pada kondisi perekonomian. Mahasiswa maupun masyarakat dapat wawasan tentang ilmu Ekonomi Politik. Keempat, adalah Ekonomi Strategi. Ekonomi Strategi berkaitan dengan bisnis. Walaupun Ilmu Ekonomi, orang harus memiliki wawasan bisnis yang di mana itu jadi core manajemen. Siapa
tahu nanti dia kalau lulus tidak harus apply ke pemerintahan tetapi bisa berwirausaha,” pungkasnya. Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan
Prodi TIHP Optimalkan Pengabdian di Sektor Industri dan Pengelolaan Ikan UNAIR NEWS – Program studi (prodi) Teknologi Industri Hasil Perikanan (TIHP) Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga terus melakukan gebrakan untuk meningkatkan kualitas. Meski terbilang sebagai salah satu prodi terbaru di UNAIR, TIHP mampu menyamai berbagai keunggulan prodi lain di UNAIR, termasuk pada bidang pengabdian masyarakat. Berbagai pengbdian terus digagas untuk mewujudkan salah satu pengamalan tri dharma dan wujud kepedulian terhadap sesama. Dr. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si., selaku ketua prodi TIHP menuturkan bahwa berbagai pengabdian masyarakat yang telah dilakukan oleh prodi yang dimpimpinnya tersebut rutin dilakukan setiap tahun, terlebih di sektor pengelolaan ikan dan industri perikanan. Salah satu pengabdian masyarakat yang pernah dilakukan oleh prodi TIHP yakni pengelolaan ikan di Pulau Mandangin, Kabupaten Sampang, Madura. “Kami pengmas ke Pulau Mandangin bersama dengan pihak universitas. Jadi, mulanyaa itu pengmas UNAIR, setelah melihat
kondisi di sana yang unggul di sektor perikanan, kami yang ditunjuk,” terang Juni. Selain ke Pulau Mandangin, Juni juga menjelaskan bahwa baru saja prodi TIHP juga melakukan pengabdian di daerah Trawas, Kabupaten Mojokerto. Jika di Pulau Mandangin lebih fokus pada pengelolaan ikan, di Trawas prodi TIHP fokus memberikan pengabdian pada bidang industri perikanan. Menurutnya, tahap industri lebih fokus pada upaya mengembangkan hasil perikanan agar lebih efisien. “Di Trawas kami juga mengajak industri rumahan untuk mengelola hasil perikanan agar mempunyai nilai lebih. Kemarin contohnya, kami mengajak mereka mengahsilkan inovasi kecil-kecilan, yakni membuat cireng dari tepung ikan. Ini kan jadi ada nilai lebihnya,” imbuh Juni. Di akhir wawancara, Juni juga menambahkan bahwa satu hal yang juga membanggakan prodi TIHP yakni kedatangan pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Pemerintah Kota Surabaya. Dinas tersebut menggandeng prodi TIHP untuk membantu melakukan survei ikan-ikan segar yang ada di Surabaya. “Meski prodi kami masih baru, mereka yang datang ke sini, ini kan suatu kebanggan bagi kami. Artinya kita memang punya keunggulan,” pungkas Juni. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Faridah Hari
Prodi Sastra Jepang, Hadirkan
Nuansa Negeri Airlangga
Sakura
di
UNAIR NEWS – Program studi (prodi) Sastra Jepang Universitas Airlangga masih terbilang sebagai salah satu prodi yang baru. Berada di lingkup Fakultas Ilmu Budaya (FIB), prodi Sastra Jepang baru dibentuk pada tahun 2006 dan sudah mengalami banyak perkembangan di dalamnya. Ketika ditemui di ruang kerjanya, Dwi Anggoro Hadiutomo, M.Hum., Ph.D., selaku Kepala prodi Sastra Jepang mengatakan bahwa prodi yang tengah dipimpinnya tersebut sudah dilengkapi dengan tenaga pengajar yang mempunyai keahlian di masingmasing bidang. “Dosen–dosen yang kami miliki mempunyai keahlian yang beragam, bahkan ada juga yang menekuni budaya popular Jepang seperti cosplay dan anime,” tutur Dwi. Selain itu, untuk menambah kemampuan mahasiswa dalam berbicara dan menulis huruf kanji prodi Sastra Jepang secara rutin mendatangkan Native asal Jepang untuk bisa membimbing secara langsung mahasiswa. Untuk Native sendiri, Dwi menjelaskan bahwa prodi Sastra Jepang bekerja sama dengan beberapa lembaga Jepang, salah satunya adalah Ashinaga Foundation. Lembaga tersebut secara berkala bersedia mendatangkan mahasiswa asal Jepang ke Indonesia untuk belajar maupun membantu dosen membimbing mahasiswa dalam mengasah kemampuan berbahasa Jepang. Tidak hanya itu, prodi Sastra Jepang juga dilengkapi dengan fasilitas laboratorium Bahasa Jepang yang memadai. Dalam kurikulum yang disusun prodi Sastra Jepang memberikan mata kuliah yang tidak hanya berupa kajian sastra dan budaya saja. Namun, juga dibekali dengan ilmu penerjemahan, korespondensi, dan juga mata kuliah pengajaran.
“Dengan begitu lulusan Sastra Jepang diharuskan unggul dalam Ilmu Kebahasaan,” imbuh Dwi. Untuk kegiatan mahasiswa sendiri setiap tahunnya prodi Sastra Jepang memiliki kegiatan “Japanese World” yang dikelola oleh Himpunan Mahasiswa Sastra Jepang UNAIR (Niseikai). Kegiatan ini merupakan sebuah event yang menyelenggarakan festival seni, bazaar makanan, panggung hiburan, dan juga lomba-lomba yang semuanya disusun dengan mengangkat nuansa Jepang. Tiap tahunnya Japanese World yang diadakan di Kampus B UNAIR dan selalu ramai dikunjungi pengunjung dari dalam kota maupun luar kota. Selain ingin menikmati acara, pengunjung juga ingin merasakan animo suasana Negeri Sakura di Surabaya. “Jepang kan kaya akan tata tertib dan budaya popular, kita ingin hadirkan disini. Jadi disini (Sastra Jepang, -red), mahasiswa tidak melulu belajar Bahasa atau grammar tapi dibarengi dengan mempelajari budaya Jepang yang lain seperti minum teh, menonton film Jepang, dan bersama sama memasak masakan Jepang,” tambah Dwi. Sesuai peninjauan berkala yang dilakukan prodi Sastra Jepang, 80% lulusan Sastra Jepang bekerja di berbagai macam bidang yang linier seperti di Bank Jepang, penerjemah, dosen atau guru Bahasa jepang, staf di perusahaan Jepang hingga Guide Tour. Dwi juga mengatakan bahwa masyarakat selalu berpandangan bahwa prodi yang berawalan dengan “Sastra” selalu diidentikkan dengan puisi dan sajak. Padahal di sastra banyak yang bisa dipelajari, dari sastra sendiri, sejarah hingga budaya. “Kita harus mengubah pola pikir tentang sastra. Jadi sastra itu dengan budaya yang menyangkut-menyangkut dengan kehidupan manusia. Pemikiran seperti itu harus mulai digaungkan. Jangan terjebak dengan pemikiran sastra yang sempit. Dengan artian lulusan sastra tidak hanya bisa jadi editor bahasa, tapi bisa di lingkungan kerja manapun,” tambah Dwi. (*)
Penulis : Faridah Hari Editor : Nuri Hermawan
Riset Prodi Kimia Selaras dengan Misi Intitusi UNAIR NEWS –
Program studi Kimia sedang
gencar dalam
penelitian di bidang life sciences dan health sciences. Ketua prodi Kimia, Dr. Purkan, M.Si mengatakan bahwa bidang penelitian prodi yang dipimpinya selalu mengacu pada arah pengembangan Riset UNAIR itu yaitu life sciences, health sciences, sosial dan humaniora. Purkan juga menambahkan bahwa beberapa hasil dari penelitian yang di lakukan prodi Kimia bahkan sudah dihilirisasi di perusahaan ternama di Indonesia. Penelitian yang telah dikembangkan salah satunya penelitian yang ditangani oleh Guru Besar Kimia UNAIR yakni Prof. Dr. Ni Nyoman Tripusparini, mengenai Enzim Xilanase salah satu enzim pembuat kertas. “Kita juga mengembangkan sensor untuk mendeteksi polutan dan juga mendeteksi Hidrquinon dalam kosmetik,” tutur Purkan. Dalam penelitian health science, prodi Kimia tengah mengembangkan obat nabati yang dikemas menjadi kapsul dan pengembangan obat anti candidiasis. Purkan juga menambahkan bahwa dalam penelitian, prodi Kimia selalu melibatkan mahasiswa dalam penelitian dosen. Tujuannya adalah untuk mengenalkan mahasiswa dan terjun langsung pada sebuah penelitian. “100% penelitian kami juga melibatkan mahaisiswa, jadi mahaisswa diajak untuk mengerti langsung bagaimana penelitian
tersebut,” imbuh Purkan. Tidak hanya riset, prodi kimia juga berpartisi pasi dalam pengabdian masyarakat. Untuk bidang pengmas, prodi Kimia setiap tahun selalu memiliki program-program pengabdian yang bersifat binaan maupun sementara. Untuk binaan, tim dosen dari prodi Kimia memiliki binaan petani khusus budidaya jamur di Bojonegoro dan budidaya cacing di Bangkalan yang berpotensi sebagai obat. Dalam hal tersebut tim dosen prodi Kimia secara berkala memberikan pelatihan dan pengetahuan cara budidaya jamur dan cacing yang benar serta cara pengolahan hingga bisa di produksi dengan baik. “Tim dosen kami setiap tahun juga menyumbangkan ilmunya untuk kerja penguatan keilmuan kimia pada guru-guru SMA di berbagai daerah di Indonesia,” pungkasnya. (*) Penulis : Faridah Hari Editor: Nuri Hermawan
Kimia UNAIR, Dari Akreditasi Internasional hingga Penguatan Karakter UNAIR NEWS – Program studi (prodi) Kimia merupakan salah satu program studi di Universitas Airlangga yang tidak diragukan lagi kiprahnya. Prodi yang berdiri sejak tahun 1982 ini, sudah mengantongi sertifikasi ASEAN University Network Quality Assesment (AUN – QA). Hal itu menjadikan prodi yang berada dalam lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR ini sudah teruji secara internasional.
Ditemui di ruang kerjanya, Dr. Purkan. M.Si., selaku Ketua Prodi Kimia mengatakan bahwa prodi yang dipimpinnya tersebut mengusung jargon “Based on academic with excellence morality”. Melalui jargon tersebut mahasiswa tidak hanya diberikan pengajaran mengenai akademik yang berkompeten, namun juga dilengkapi dengan pembangunan karakter supaya menjadi lulusan yang unggul. Ia juga menjelaskan bahwa selain itu prodi Kimia juga unggul dalam bidang akademik dan riset. “Kimia itu ilmu yang bersifat dasar dalam ilmu sains. Nah sains ini mendasari berbagai macam aplikasi, baik itu di industri, kesehahatan, dan pertanian,” tutur Purkan. “Kurikulum di prodi Kimia UNAIR, bersifat lentur mengikuti perkembangan zaman dan tidak lapuk. Karena selalu update dalam waktu yang reguler, menyesuaikan yang ada dan bisa diserap oleh pangsa kerja. Oleh karena itu, ketika kita menyusun kurikulum selalu melibatkan para stake holder, diantaranya pengguna dari lulusan kimia (perusahaan maupun instansi), alumni, dan para ilmuwan dari perguruan tinggi yg lain serta para SDM yang ada di prodi Kimia,” tambah Purkan. Purkan juga menjelaskan bahwa prodi Kimia memiliki mahasiswa yang unggul dalam bidang akademik. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang diraih mahasiswa prodi Kimia dalam gelaran PIMNAS ke-9 lalu dan juga beberapa olimpiade sains baik nasional maupun internasional. Dalam prodi tersebut juga didukung oleh tenaga pengajar yang professional dan sudah banyak berkiprah di bidangnya. Purkan menambahkan prodi Kimia juga dilengkapi dengan fasilitas laboratorium dan instrumen yang canggih untuk menunjang kemampuan mahasiswa dalam meneliti maupun menganalisis sistem kimia. Di prodi Kimia, tak jarang mahaisiswa dilibatkan dalam penelitian dosen untuk mengasah pengetahuan dan juga daya inovasi agar tercipta penelitian – penelitian yang baru. Sesuai tracer yang sering dilakukan oleh pihak prodi Kimia,
75% lulusan Prodi Kimia bekerja di wilayah industri dan peneliti, sisanya banyak bekerja sebagai akademisi seperti dosen maupun guru. Banyak dari alumni prodi Kimia yang sudah berkarir menjadi dosen maupun peneliti di beberapa negara. “Kita menyiapkan lulusan dengan kemampuan mengerti konsep kimia dan mengembangkan konsep kimia. Sehingga nanti ketika ia terjun ke industri, ia bisa mengembangkan kemampuan akademik sehingga ia akan bersifat adaptable,” tutur purkan Prodi Kimia UNAIR juga terus mengembangkan kapasistas dan mutu pendidikan guna meningkatkan tidak hanya hardskill, namun juga softskill mahasiswa sehingga bisa menghasilkan lulusan yang berkompeten di bidangnya. “Bagi calon
mahasiswa dan orang tua, tidak perlu khawatir
untuk menyekolahkan anaknya di prodi Kimia karena kita memberikan bekal kepada mahasiswa itu excellence based academic with morality, jadi anak disini selain akademiknya kita junjung setinggi tingganya tapi juga diajari pembentukan karakter yang bagus. Kuliah di UNAIR selain meskipun berlatar belakang umum tapi disini juga tempat membekali karakter,” tandas Purkan (*) Penulis : Faridah Hari Editor: Nuri Hermawan
Sastra Indonesia UNAIR, Kuatkan Keilmuan Lokal dan
Kerja Sama Internasional UNAIR NEWS – Perjalanan Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Universitas Airlangga terus menunjukan nilai yang positif. Peminat prodi yang berada dalam lingkungan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR tersebut terus meningkat tiap tahunnya. Oleh karena itu, pihak prodi juga meningkatkan kuota untuk calon mahasiswa. Tercatat, dari kuota 100 mahasiswa di awal tahun 2000, terus meningkat hingga saat seleksi tahun 2016 lalu menjadi 160 mahasiswa. Dra. Dwi Handayani, M.Hum., selaku Ketua Prodi Sastra Indonesia UNAIR mengatakan bahwa salah satu keunggulan dari prodi memang bisa dilihat dari peminat dan kuota yang tersedia. “Kuota ini kami naikkan karena melihat peminat Sastra Indonesia dari tahunnya terus meningkat, bahkan 50% calon mahasiswa menempatkan prodi kita ini dipilihan pertama,” jelasnya. Ketua prodi terbaik UNAIR tahun 2016 tersebut juga menuturkan keunggulan lain yang dimiliki prodi yang dipimpinnya untuk kali kedua ini. Salah satunya adalah adanya peminatan studi filologi. Menurutnya, beberapa prodi Sastra Indonesia di lain universitas sudah mulai menggeser studi filologi. “Kebanyakan peminatan di kampus lain hanya sastra, linguistik, dan budaya. Kami tetap mempertahankan filologi meski peminantnya sedikit. Untuk itu, kami terus mendorong agar mahasiswa mulai tertarik, dan hasilnya alhamdulillah dari tahun ke tahun peminatnya terus meningkat,” papar perempuan yang akrab disapa Handa. Mengenai peminatan studi filologi, Handa juga menjelaskan bahwa tahun depan salah satu mata kuliah yang terkait studi filologi yakni folklor atau tradisi lisan akan menjadi mata kuliah wajib. Hal itu diharpakan bisa semakin meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai studi yang mengkaji tentang
naskah-naskah lama dan tradisi lisan di masyarakat. “Solusi yang kami angkat yakni dengan menjadikan mata kuliah folklor yang dulunya pilihan menjadi wajib. Karena kami sekarang sudah punya laboratorium di FIB ini dan di Blitar,” jelasnya. Kerja sama Internasional Belajar dari pengalaman mendapatkan akreditasi A yang baru saja diraih tahun lalu. Handa menyatakan bahwa kelayakan sebuah prodi juga diukur dari kerja sama internasional. Hal tersebut mendorongnya untuk menggandeng Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA) Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) dalam pengamalan tri dharma yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Di bidang pendidikan, Handa menjelaskan bahwa ke depan ia ingin ada staf pengajar, baik dari Sastra Indonesia UNAIR maupun ATMA UKM, bisa memberikan kuliah umum atapun pengajaran kepada mahasiswa kedua pihak. Selain itu, Handa juga berharap selain dosen nantinya juga ada pertukaran mahasiswa. “Ke depan kami harap dosen UKM bisa mengajar di sini, begitu juga sebaliknya. Selain itu, perihal riset, kami sudah komitmen bahwa salah satu anggota dari tim kami adalah dosen UKM, jadi ada semacam kolaborasi riset,” jelasnya. Perihal pengabdian masyarakat, Handa menjelaskan mengenai desa binaan yang ada di Desa Kemloko, Blitar. Menurut Handa, pihak ATMA UKM sangat tertarik dengan program pengabdian yang sudah berjalan empat tahun tersebut. Nantinya, pihak ATMA UKM juga ingin mengirimkan mahasiswanya untuk mengikuti kuliah lapangan yang diselenggarakan tiap tahunnya di desa binaan tersebut. “Kami juga sampaikan, bahwa mahasiswa atau dosen ATMA UKM yang nantinya belajar di UNAIR bisa kami ajak ke desa binaan dan mereka sangat tertarik untuk hal itu,” pungkas Handa. (*) Penulis: Nuri Hermawan
Editor:
Faridah Hari
Tak Hanya Fosil dan Candi, Antropologi UNAIR Miliki Cakupan Lebih Luas UNAIR NEWS – Menggambarkan manusia dari kehidupan masa lalu dan sekarang dengan landasan teori ilmu sosial dan ilmu hayati adalah tugas para antropolog. Melalui pijakan antropologi, seorang antropolog bisa menjejaki karir di bidang apapun yang berhubungan dengan manusia dan kebudayaan. Seperti misalnya, musibah kecelakaan yang merenggut korban pesawat Air Asia akhir 2014, atau tenggelamnya para imigran gelap tahun 2011 di perairan Trenggalek, membutuhkan tangan para antropolog ragawi dalam melakukan identifikasi para korban. Selain dalam hal ragawi, antropolog juga terhadap kondisi sosial budaya masyarakat. pengkajian mengenai sekolah khusus perempuan Para antropolog mengkaji latar belakang pendirian sekolah perempuan.
melakukan kajian Seperti misalnya, di suatu wilayah. budaya mengenai
Itulah sebagian kecil kiprah para antropolog Universitas Airlangga yang dituturkan oleh Koordinator Program Studi S-1 Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Drs. Yusuf Ernawan, M.Hum. “UNAIR benar-benar mencetak seorang antropolog yang handal dan berintegritas,” tutur Yusuf. Seiring berkembangnya zaman, prodi Antropologi UNAIR kian berkembang. Yusuf mengungkapkan, saat ini, Antropologi UNAIR
memiliki dua cabang peminatan, yaitu Antropologi Sosial Budaya dan Antropologi Ragawi. Di dalam Antropologi Ragawi, salah satu hal yang dipelajari adalah Antropologi Forensik. “Di tempat lain, Antropologi dikembangkan,” jelasnya.
Forensik
nyaris
belum
Namun, untuk saat ini, Antropologi Forensik dianggap lebih menonjol karena banyaknya kasus kecelakaan dan kriminalitas. “Jadi kecelakaan pesawat atau kapal tenggelam itu kita bekerja sama dengan kepolisian. Jadi nama kita nyaris sering terdengar di masyarakat,” ungkap Yusuf. Selain itu, Antropologi juga berkembang dari sisi ruang lingkupnya. Yusuf mengungkapkan bahwa kajian antropologi tidak hanya terkait kecelakaan, fosil, dan candi. “Kita mau ngomong apapun itu bisa, mulai kesenian, agama, seksualitas, pendidikan, perubahan sosial, bahkan pariwisata itu ruang lingkup kita semua, ada mata kuliahnya. Jadi, luas sekali,” tandasnya. Dalam kurikulumnya, antropologi dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk menunjang kegiatan mahasiswa. Salah satunya adalah museum antropologi atas kerja sama dengan Dirjen Kebudayaan. Selain itu, para mahasiswa juga akan menyelenggarakan PKL (Praktik Kuliah Lapangan), sehingga terjun langsung pada masyarakat. “Karena idealnya itu harus sering ke lapangan, jadi ilmu antropologi itu untuk memahami masyarakat,” terang Yusuf. “Sebenarnya bukan sekedar mengetahui atau mendeskripsikan, tapi juga bisa memahami, masyarakat yang diteliti itu seperti apa, setelah paham dia menjadi mediator untuk menjelaskan pemahaman itu kepada pihak lain atau masyarakat luas,” imbuhnya. Ke depan, Yusuf berharap agar Antropologi UNAIR terus berkembang dan mencetak antropolog yang mumpuni. Bahkan, Yusuf mengaku mendapatkan dorongan dari para mahasiswa agar segera
membentuk Program Magister untuk Ilmu Antropologi. “Banyak juga mahasiswa yang mendorong kita untuk mendirikan SII. Lah, nanti akan kita planning dan diskusikan,” ujarnya positif. (*) Penulis : Dilan Salsabila. Editor : Defrina Sukma S
Alumnus Fisika Jadi Penanggung Jawab Lab di BATAN UNAIR NEWS – Berawal dari sekadar coba-coba ikut tes seleksi kepegawaian, kini Sugiyana, alumnus program studi S-1 Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga telah menapaki karirnya sebagai penanggung jawab sebuah laboratorium di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Ia sebelumnya tak menyangka bahwa dirinya akhirnya diterima di badan yang menggawangi perkembangan penggunaan energi nuklir di Indonesia itu. Usai menamatkan kuliahnya di S-1 Fisika, ia lantas mengirimkan surat lamaran pekerjaan ke berbagai instansi. BATAN menjadi salah satu sasarannya. “Nggak ada niat untuk masuk BATAN karena saya juga mengikuti tes di militer pada saat itu,” tutur Sugiyana ketika dihubungi via telepon, Senin (23/1). Ia kini bertanggung jawab atas salah satu Laboratorium Kedaruratan Nuklir yakni Laboratorium Whole Body Counter. Berkantor di Jakarta, pria asal Magetan itu bertugas memeriksa karyawan yang diduga terkontaminasi interna oleh zat radioaktif.
“Tugas saya adalah memeriksa karyawan yang kontak dengan radioaktif. Setiap negara kan harus punya kedaruratan nuklir. Di Indonesia itu ya di BATAN, dan saya adalah penanggung jawabnya,” tutur Sugiyana yang mulai bekerja di BATAN pada tahun 1992. Sebagai pranata nuklir, ia mengatakan, pekerjaannya ini mengharuskan dirinya untuk banyak-banyak memperbarui ilmu baru di bidang spektroskopi dan instrumentasi pendukungnya. Sugiyana harus belajar tentang internal dosimetri serta merawat alat supaya dapat bekerja dengan baik. Ia dan timnya juga wajib menjaga mutu hasil pengukuran sehingga hasil pengukuran dapat diakui oleh internasional. Untuk
menambah
pengetahuannya
di
bidang
tenaga
nuklir,
Sugiyana pernah melakukan pendidikan dan pelatihan di luar pendidikan formalnya. Ia pernah mengikuti pelatihan Internal Exposure Monitoring di Japan Atomic Energy Research Institute (JAERI), dan Pemodelan dan Simulasi Komputer di Pusdiklat BATAN, Radiation Measurement and Nuclear Spectroscopy di BATAN-JAERI. Ia juga pernah mengikuti pelatihan Aplikasi Statistik untuk Pengolahan Data di Pusdiklat BATAN, Radiological Emergency Preparedness and Response di BATAN dan Japan Atomic Energy Agency (JAEA), serta Chemical, Biological, Radiological, and Nuclear (CBRN) First Responder Training Program di Defence Research and Development, Kanada. Meski ia menjadi pranata nuklir, alumnus Fisika tahun angkatan 1985 itu juga melakukan publikasi. Beberapa di antaranya Tingkat Ketelitian Alat Whole Body Counter Accuscan Canberra Model 2260, Status Prototipe Whole Body Counter Mobile Dual Probe, dan Pembuatan Phantom Manekin 5 Kelompok Umur untuk Kalibrasi Alat Whole Body Counter. Ditanya mengenai opini pribadinya mengenai masa depan energi nuklir di Indonesia, Sugiyana menuturkan bahwa dirinya sepakat
apabila energi nuklir lebih kehidupan sehari-hari.
banyak
dimanfaatkan
dalam
“Karena energi nuklir sangat murah dan terjamin. Kita juga nggak perlu takut dengan perkembangan PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir). Entah kenapa pemerintah lebih mengedepankan bahan bakar fosil atau batu bara itu,” tegasnya. Fisika Dulunya, Sugiyana mengakui tak begitu tertarik dengan salah satu bidang ilmu tertua di dunia. Pada saat tes mahasiswa baru, ia menempatkan prodi Teknik Kelautan pada pilihan pertama, dan Fisika pada pilihan kedua. “Saya asal saja menempatkan jurusan Fisika. Pokoknya, di Jatim. Akhirnya, saya milih di UNAIR,” cerita Sugiyana. Ia mengakui, semasa kuliah di S-1 Fisika dulu bukan termasuk mahasiswa yang aktif berorganisasi maupun mengikuti konferensi ilmiah. Ketika ditanya, berapa IPK-nya? Ia menuturkan IPK-nya dulu tak lebih dari 2,50 dari skala 4,00. “Dulu satu angkatan tertinggi sekitar 2,80,” tuturnya. Ia
lantas
berpesan
kepada
mahasiswa
UNAIR
agar
sering
memanfaatkan berbagai kesempatan kompetisi-kompetisi mahasiswa antar universitas. “Mahasiswa harus banyak-banyak mengikuti kompetisi antar universitas,” pesannya. (*) Penulis : Defrina Sukma Editor : Faridah Hari
Kampanye ‘Fisika Menyenangkan’ di Ujung Jawa Timur UNAIR NEWS – Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga memiliki keunggulan penelitian dalam bidang fisika medis dan biooptika. Baik mahasiswa dan dosen sedang gencar melakukan penelitian dalam dua bidang tersebut. Hal itu diungkapkan oleh pengajar S-1 Fisika sekaligus Koordinator Prodi S-1 Fisika Prof. Dr. M. Yasin, Drs., M.Si, sembari menunjukkan penelitian yang kini sedang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswanya. “Karena orientasinya UNAIR di bidang medis, maka lebih banyak yang bernuansa medis. Misal, serat optik. Dari kajian serat optik ini bisa dikembangkan untuk deteksi detak jantung. Ini contohnya, paper yang sudah accepted, tapi ini masih model,” tutur Yasin. Ada pula mahasiswa yang melakukan penelitian mengenai fisika material. Pokok bahasan yang dikaji adalah penambahan logam untuk kandidat tulang keras. Ada pula rancang bangun instrumentasi medis. Dyah Hikmawati, M.Si, salah satu pengajar Fisika Material, turut menambahkan pernyataan Yasin. Menurut Dyah, mahasiswa juga kerap dilibatkan dalam payung penelitian dosen. “Dosen memiliki payung penelitian dan melibatkan mahasiswa dalam pengerjaannya,” tutur Dyah. Pengabdian Sebagai langkah untuk mengenalkan prodi Fisika ke publik, pengajar Departemen Fisika juga punya agenda pengabdian masyarakat ke sekolah menengah atas di berbagai daerah di Jawa Timur. Agenda pengabdian ini menjadi acara rutin tahunan yang
digelar para dosen. Dalam pengabdian masyarakat, guru dan pelajar SMA dibekali mengenai pengetahuan umum, metode, serta aplikasi Fisika dalam kehidupan sehari-hari. “Dikelola Departemen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Fisika untuk guru dan murid agar lebih tertarik di Fisika. Kita mengenalkan robot ke siswa, dan bagaimana cara membuat robot sederhana,” tutur Yasin. Agar motivasi mereka belajar S-1 Fisika di UNAIR kian meningkat, biasanya para pengajar memperkenalkan dosen Fisika yang berasal dari daerah tujuan pengabdian masyarakat. Di Pacitan, misalnya, para siswa juga diperkenalkan oleh Prof. Dr. Retna Apsari, M.Si., Guru Besar Fisika bidang Biooptika. Begitu pula dengan promosi prodi di Sumenep. “Di samping kita juga promosi. Ini lho putra Pacitan sudah ada yang jadi profesor. Sekaligus memotivasi supaya lebih banyak anak yang dari Pacitan. Sumenep juga begitu. Ada doktor seperti bu Aminatun (Dr. Ir. Aminatun, M.Si). Beliau diminta untuk berbicara di alumninya sendiri. Kita undang SMA-SMA di sekitarnya. Kita beri tema yang lagi in seperti robotika, supaya mereka mau belajar Fisika,” ujar Dyah menambahkan. Sampai saat ini, setidaknya ada delapan daerah yang pernah dikunjungi oleh para pengajar Departemen Fisika untuk melakukan sosialisasi mengenai prodi-prodi, di antaranya Madiun, Trenggalek, Mojokerto, Pamekasan, dan Sumenep.
Jombang,
Tuban,
Gresik,
“Kita ganti-ganti tempat. Kita ingin membangkitkan mereka untuk suka terhadap Fisika. Kita setiap tahun ada SE (selfevaluation), mahasiswa-mahasiswa yang masuk dari Fisika UNAIR itu dari mana saja. Daerah-daerah yang kebetulan nggak pernah ada di mana. Itu bisa jadi menjadi sasaran. Kita pengabdian di sana sekaligus promosi jurusan Fisika,” pungkas Dyah. Penulis: Defrina Sukma S Editor : Faridah Hari