PEMODELAN DINAMIKA SISTEM RANCANGBANGUN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU
TOMY PERDANA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
SURAT PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Pemodelan Dinamika Sistem Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Mei 2009
Tomy Perdana NIM F361040021
ABSTRACT TOMY PERDANA. System Dynamics Modelling for The Design of Green Tea Industry Supply Chain Management. Under the guidance of E. Gumbira-Sa’id, M. Syamsul Ma’arif, dan M. Tasrif.
In the recent competitive era, business actors should aware that competition among supply chains was the condition faced by their business. This condition required a supply chain management theory and practice integrating the management of business functions in an inter-organizational relation. This research used system dynamics methodology aiming to design for green tea industry supply chain management. In addition, this research developed a supply chain management performance measurement, which integrated balanced scorecard performance measurement with value-added measurement. In The Channel Master company, the vertical integration strategy had been used by having its own tea plantation and a tea processing unit, the vertical coordination strategy had been employed with tea smallholders plantation; and made-tea procurement from open market. In responding the consumer order dynamics, green tea industry supply chain utilized hybrid production system, which collated pull-push system and employed distribution center as customer order decoupling point. Likewise, tea processing industry used crude tea quality engineering and green leaf tea quality engineering. This research resulted in design for green tea industry supply chain management that capable to improved value-added and profit gained by tea smallholders, improve The Channel Master profit and fulfill consumer satisfaction. Factors influencing supply chain management theory implementation were the institutional innovation model development policy in terms of tea smallholders relationship management with agroindustry cooperative in green leaves tea delivering system, and agroindustry cooperative relationship management with global market oriented company by strategic alliance. Keywords:
management, supply chain, tea industry, strategy, balanced performance, value added
RINGKASAN TOMY PERDANA. Pemodelan Dinamika Sistem Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau. Di bawah bimbingan E. Gumbira-Sa’id, M. Syamsul Ma’arif, dan M. Tasrif. Dalam persaingan saat ini, para pelaku usaha dituntut untuk menyadari bahwa persaingan yang terjadi merupakan persaingan antar jaringan rantai pasokan. Kondisi tersebut menuntut adanya teori dan praktek manajemen rantai pasokan yang mampu mengintegrasikan pengelolaan berbagai fungsi bisnis dalam suatu hubungan antar-organisasi. Upaya penerapan teori dan praktek manajemen rantai pasokan pada agribisnis dan agroindustri di negara berkembang seperti Indonesia menimbulkan beberapa pertanyaan yang menarik untuk dikaji, yaitu : Apakah teori manajemen rantai pasokan yang berasal dari industri manufaktur di negara maju dapat diterapkan dan dikembangkan pada agribisnis dan agroindustri di Indonesia yang karakteristiknya berbeda secara budaya dan kebijakan pemerintahnya?, Apakah penerapan teori manajemen rantai pasokan tersebut akan meningkatkan kinerja para pelaku usaha agribisnis dan agroindustri yang terlibat dalam suatu rantai pasokan?, Siapakah yang mendapatkan manfaat yang paling banyak dari penerapan teori manajemen rantai pasokan?, Faktor-faktor apakah yang menentukan
keberhasilan
dan
atau
ketidakberhasilan
penerapan
teori
manajemen rantai pasokan di negara berkembang seperti Indonesia?. Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau. Selain itu, penelitian ini juga menghasilkan suatu sistem pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan yang mengintegrasikan pengukuran kinerja berimbang (balanced scorecard) dengan pengukuran nilai tambah. Dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, penelitian ini menggunakan metodologi Dinamika Sistem (System Dynamics) yang merupakan pendekatan pemodelan berbasis berpikir sistemik serta menggunakan perspektif berdasarkan umpan balik informasi dan delays untuk memahami dinamika perilaku yang kompleks dari sistem fisika, sistem biologis dan sistem sosial yang terjadi pada manajemen rantai pasokan industri teh hijau. Perusahaan The Channel Master dalam menjalankan manajemen rantai pasokan industri teh hijau melakukan strategi integrasi vertikal (vertical integration) menerapkan
dengan strategi
memiliki
perkebunan
koordinasi
vertikal
teh
dan
(vertical
pabrik
pengolahan,
coordination)
dengan
perkebunan rakyat serta melakukan pembelian teh jadi (made tea) dari pasar terbuka yang berasal dari industri pengolahan teh hijau lainnya. Penerapan ketiga strategi tersebut menyebabkan jaringan rantai pasokan yang terbentuk menjadi multiple levels dan kompleks. Model rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau dibuat berdasarkan praktek manajemen rantai pasokan teh hijau yang terjadi saat ini serta hasil eksperimen simulasi rancang ulang manajemen rantai pasokan industri teh hijau. Model rancangbangun tersebut terdiri atas dua belas sub model, yaitu sub model pengiriman pucuk teh ke pabrik, sub model pemetik perkebunan perusahaan, sub model penjualan pucuk teh kebun rakyat, sub model pemetik perkebunan rakyat, sub model manajemen kapasitas pabrik teh, sub model tenaga kerja pabrik, sub model rekayasa kualitas, sub model proses akhir di pabrik, sub model manajemen persediaan teh di pusat distribusi, sub model pasar dan pesanan teh, sub model keuangan pekebunan rakyat serta sub model keuangan perusahaan. Secara spesifik dalam model rancangbangun tersebut dikembangkan penerapan
sistem
produksi
hibrida
(hybrid
production
system)
yang
menggabungkan sistem dorong (push system) yang menjadi karakteristik khas perkebunan dengan sistem tarik (pull system) yang menempatkan pusat distribusi sebagai titik pemisahnya (customer order decoupling point/CODP). Sistem dorong terjadi pada rangkaian sub model rekayasa kualitas teh, sub manajemen kapasitas pabrik, sub model pengiriman pucuk ke pabrik dan sub model penjualan pucuk kebun rakyat, sedangkan sistem tarik terjadi pada rangkaian sub model manajemen persediaan di pusat distribusi dan sub model proses akhir di pabrik. Selain itu, dalam model rancangbangun tersebut dikembangkan pula sub model rekayasa kualitas industri pengolahan teh hijau yang terdiri atas rekayasa kualitas teh curah dan rekayasa kualitas pucuk teh. Rekayasa kualitas teh curah dilakukan dengan cara penyesuaian kualitas dari kelompok kualitas yang lebih tinggi ke kelompok kualitas yang lebih rendah, sedangkan rekayasa kualitas pucuk teh dilakukan dengan menetapkan arahan pemetikan pucuk teh menjadi kualitas pucuk teh yang lebih baik. Pengembangan sistem produksi hibrida dan rekayasa kualitas dalam manajemen rantai pasokan industri teh hijau tersebut dilakukan dalam upaya merespon dinamika pesanan konsumen teh hijau.
Dalam upaya mengetahui kinerja penerapan strategi manajemen rantai pasokan industri teh hijau, dilakukan pengembangan sistem pengukuran kinerja berimbang antara aspek efisiensi (efficiency) dan keadilan (justice). Pengukuran aspek efisiensi dilakukan dengan menggunakan
indikator kinerja kartu
berimbang (balanced scorecard), sedangkan aspek keadilan diukur
dengan
indikator nilai tambah (value added). Secara implisit, dalam balanced scorecard yang dikembangkan dilakukan juga pengukuran efektivitas, fleksibilitas dan inovasi. Dalam upaya mengembangkan manajemen rantai pasokan industri teh hijau agar meningkatkan nilai tambah dan keuntungan bagi perkebunan rakyat serta perusahaan, dilakukan pengembangan model rancangbangun dengan melakukan eksperimen simulasi berupa penerapan tiga skenario pengembangan yang terdiri atas : (I) peningkatan jumlah luas lahan produktif perkebunan rakyat menjadi 400 hektar, artinya terjadi penambahan jumlah perkebunan rakyat yang bermitra
dengan
perusahaan,
(II)
perusahaan
menetapkan
kebijakan
pengurangan cakupan persediaan untuk setiap kelompok kualitas teh dari 30 hari menjadi 15 hari, dan (III) melakukan rancang ulang manajemen rantai pasokan industri teh berupa pengembangan inovasi kelembagaan rantai pasokan industri teh. Dalam skenario I dan II dilakukan perubahan parameter model, hasil yang diperoleh adalah terjadi peningkatan keuntungan usaha yang diperoleh perusahaan
The
Channel Master,
sedangkan
perkebunan
rakyat
tidak
mengalami perubahan pada keuntungan usahanya. Dalam skenario III dilakukan perubahan struktural model yang dibagi ke dalam dua bagian, yaitu skenario IIIA yang menerapkan inovasi kelembagaaan berupa tata kelola hubungan kebun rakyat dengan koperasi agroindustri
berupa sistem penyerahan pucuk teh,
sedangkan skenario IIIB menerapkan tata kelola hubungan kebun rakyat dengan koperasi agroindustri berupa sistem transaksi pucuk teh. Hasil skenario IIIA mampu meningkatkan nilai tambah dan keuntungan yang diperoleh perkebunan rakyat serta mampu meningkatkan keuntungan perusahaan dan memelihara kepuasan konsumen secara bersamaan. Hasil skenario IIIB hanya mampu meningkatkan keuntungan perusahaan dan memelihara kepuasan konsumen saja, sedangkan peningkatan keuntungan dan nilai tambah perkebunan rakyat tidak terjadi.
@ Hak cipta milik IPB, Tahun 2009 Hak cipta dilindungi undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
PEMODELAN DINAMIKA SISTEM RANCANGBANGUN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU
TOMY PERDANA
Disertasi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Ujian Tertutup Penguji Luar Komisi : Dr. Ir. Amril Aman
Ujian Terbuka Penguji Luar Komisi : Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng Dr. Ir. Ahmad Dimyati, MSc
Judul Disertasi
: Pemodelan Dinamika Sistem Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau
Nama
: Tomy Perdana
NRP
: F361040021
Program Studi
: Teknologi Industri Pertanian
Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Sa’id, MA.Dev Ketua
Dr. Ir. Muhammad Tasrif, M.Eng Anggota
Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Ma’arif, M.Eng Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Irawadi Jamaran
Prof. Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 8 Mei 2009
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, disertasi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Disertasi ini merupakan hasil penelitian yang disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Disertasi ini berjudul Pemodelan Dinamika Sistem Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau. Penelitian ini dilakukan pada rantai pasokan industri teh hijau Jawa Barat yang berorientasi pasar global. Penelitian ini menghasilkan model dinamika sistem rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau yang terintegrasi dengan sistem pengukuran kinerja berimbang antara aspek efisiensi dan keadilan. Disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan banyak pihak. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada para personalia di bawah ini : 1.
Prof. Dr. Ir. E. Gumbira-Said, MA.Dev selaku ketua komisi pembimbing, Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Ma’arif, M.Eng dan Dr. Ir. Muhammad Tasrif, M.Eng selaku anggota komisi atas segala bimbingan dan arahan selama penelitian dan penyusunan disertasi ini.
2.
Prof. Dr. Ir. Irawadi Jamaran selaku ketua program studi Teknologi Industri Pertanian atas dorongan semangat dan kemudahan yang diberikan selama penyelesaian studi serta kepada seluruh sivitas akademika Program Studi Teknologi Industri Pertanian atas segala bantuannya.
3.
Dr. Ir. Sugiyono, M.App.Sc selaku wakil dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB
dan pimpinan sidang tertutup yang telah memberikan arahan untuk
perbaikan disertasi ini. 4.
Dr.Ir. Amril Aman dan Dr. Ir. Ani Suryani, DEA selaku penguji luar komisi dalam sidang tertutup yang telah memberikan arahan untuk perbaikan disertasi ini.
5.
Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng dan Dr. Ir. Ahmad Dimyati, MSc selaku penguji luar komisi dalam sidang terbuka.
6.
Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA selaku Rektor Universitas Padjadjaran yang telah memberikan ijin untuk menempuh Program Doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian Sekolah Pascasarjana Insitut Pertanian Bogor.
i
7.
Prof. Dr. Ir. H.A. Riskawa, MSc.AD (Alm) serta guru besar lainnya di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran yang telah memberikan dorongan untuk menyelesaikan program doktor ini.
8.
Ketua Jurusan, Ketua Program Studi serta seluruh sivitas akademika Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran yang telah memberikan dorongan semangat untuk menyelesaikan program doktor ini.
9.
Ir. Trisna Insan Noor DEA, Dr. Ir. Rochadi Tawaf MS, Achdiya Kusumah SP, Mahra Arari SP, Bagus Raspati SP, Kusnandar STP dan Dian Purwanto SP selaku personalia pada Divisi Dinamika Inovasi dan Kelembagaan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Padjadjaran yang telah memberikan dorongan semangat untuk menyelesaikan program doktor ini.
10. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Padjadjaran yang telah memberikan kesempatan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan “Penelitian Andalan” dan “Penelitian Dosen Muda” untuk membiayai sebagian penelitian disertasi ini. 11. Ir. Sofyan Nataprawira, MP selaku Sekretaris Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dan Ir. Tisna Umaran, MP selaku Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung yang telah memberikan kesempatan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan untuk sebagian penelitian disertasi ini. 12. Drs. Teguh Kustiono MP, Ir. Sukiman Sumarto MP, Ir. Odi Rusmiadi, Ir. Wildan Mustofa MM, Ir. Teten. W. Avianto MT, Drs. Sjaiful Bahri MComm serta personalia lainnya yang telah menjadi nara sumber serta memberikan bantuan fasilitas dan pengetahuan dalam penyelesaian penelitian ini. 13. Rekan-rekan mahasiswa Program Doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian, khususnya angkatan 2004 atas kebersamaannya selama perkuliahan dan penyelesaian disertasi ini. 14. Kedua orang tua tercinta, Bapak H. Andang Sapardan dan Mamah Hj. Diah Radyana yang senantiasa memberikan dorongan semangat dan bantuan materi, demikian juga kedua orang adik tercinta,
Arie Gastia, SSos dan
Bayu Kharisma SE.MM.ME yang telah memberikan dorongan semangat dan bantuan materi,
kedua mertua tercinta, Bapak H. Yunus dan Mamah
ii
Hj. Ratnasari serta semua kakak dan adik ipar yang telah memberikan do’a dan semangat untuk menyelesaikan program doktor ini. 15. Isteri tercinta, Lisnasari SPt serta kedua anak tercinta, Hanifa Hasna Perdana dan Muhammad Defalah Ramadhan atas dorongan semangat, do’a dan kasih sayang yang tiada henti. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian disertasi ini. Akhirnya, semoga disertasi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2009
Tomy Perdana
iii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 13 Desember 1973 sebagai anak pertama dari pasangan H. Andang Sapardan dan Hj. Diah Radyana. Gelar Sarjana Pertanian (S.P) diperoleh dari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran pada tahun 1996. Penulis menyelesaikan pendidikan S2 pada Program Magister Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000. Selanjutnya, pada tahun 2004 menempuh pendidikan program doktor di Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Beasiswa pendidikan program doktor diperoleh dari program BPPS Departemen Pendidikan Nasional. Sejak 1 Februari 1997 sampai sekarang penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Selain sebagai pengajar, penulis juga aktif sebagai peneliti dan pendamping ahli pada Divisi Dinamika Inovasi dan Kelembagaan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada tahun 1997, penulis menikah dengan Lisnasari, SPt dan dikaruniai dua orang anak yang bernama Hanifa Hasna Perdana dan Muhammad Defalah Ramadhan. Selama mengikuti pendidikan program doktor, penulis telah menulis dan melakukan publikasi beberapa artikel ilmiah sebagai berikut : 1. Perdana T, Gumbira-Sa’id E, Ma’arif MS dan Tasrif M. 2008.
Dampak
Penerapan Manajemen Rantai Pasokan Terhadap Kinerja Pelaku Industri Teh, telah dipresentasikan di “Joint Seminar Japan-Indonesia Seminar on Technology Transfer and National Seminar on Industrial Systems Planning 2008 : Technology Transfer and Industrial Competitiveness” pada tanggal 27-28 Maret 2008. Kerjasama Kelompok Keahlian Sistem Industri dan Tekno Ekonomi Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung, Graduate School of Engineering, Graduate School for International Development and Cooperation Collaborative Research Center Hiroshima University serta telah dipublikasikan pada Jurnal Sosioekonomika Universitas Lampung Volume 14 Nomor 1 Juni 2008 (terakreditasi 55/DIKTI/Kep/2005.
iv
dengan SK No.
2. Perdana T, Gumbira-Sa’id E, Ma’arif MS dan Tasrif M. 2008. Rekayasa
Kualitas
Dalam
Rantai
Pasokan
Industri
Dinamika Teh,
telah
dipresentasikan pada “Seminar Penelitian Unggulan Fakultas pada Pekan Ilmiah Dies Natalis Universitas Padjadjaran ke 51” tanggal 23 Oktober 2008. 3. Perdana T, Gumbira-Sa’id E, Ma’arif MS dan Tasrif M. 2008.
Model
Sistem Produksi Hibrida Dalam Rantai Pasokan Industri Teh, telah dipublikasikan pada Prosiding “Seminar Nasional Sains dan Teknologi II” yang
diselenggarakan
Universitas
Lampung
pada
tanggal
17-18
Nopember 2008. 4. Perdana T, Gumbira-Sa’id E, Ma’arif MS dan Tasrif M. 2008.
Model
Pengembangan Inovasi Kelembagaan Dalam Rantai Pasokan Industri Teh, telah dipublikasikan pada Jurnal SOCA (Socio-Economic of Agriculture and Agribusiness) Universitas Udayana Volume 9 Nomor 1 Februari 2009 (terakreditasi dengan SK No. 108/DIKTI/Kep/2007). 5. Perdana T, Gumbira-Sa’id E, Ma’arif MS dan Tasrif M. 2009. Dinamika Sistem Kinerja Berimbang Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau. Telah diterima untuk dipresentasikan dan dipublikasikan pada “Seminar Nasional
Teknik
Industri
dan
Manajemen
Produksi
IV”
yang
diselenggarakan Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Surabaya pada tanggal 20 Agustus 2009. Karya-karya ilimiah tersebut merupakan bagian dari Disertasi program doktor penulis.
v
vi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .........................................................................................................vi DAFTAR GAMBAR .............................................................................................viii DAFTAR TABEL .................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xi PENDAHULUAN ..................................................................................................1 Latar Belakang .....................................................................................................1 Tujuan Penelitian ..................................................................................................5 Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................................6 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................7 Perkembangan Teori Manajemen Rantai Pasokan ..........................................7 Penerapan Teori dan Praktek Manajemen Rantai Pasokan pada Agribisnis dan Agroindustri ............................................................................15 Penerapan Teori dan Praktek Manajemen Rantai Pasokan Agribisnis dan Agroindustri di Negara Berkembang ...................................18 Nilai Tambah Pertanian dan Analisis Nilai Tambah Agroindustri ....................20 Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan dengan Balanced Scorecard .......................................................................................................24 Pendekatan Sistem dan Dinamika Sistem.........................................................31 Industri Teh ...........................................................................................................34 Penelitian Sebelumnya Terkait dengan Topik yang Dikaji ...............................38 METODA PENELITIAN.......................................................................................42 Kerangka Kerja Penelitian ..................................................................................42 Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................................44 Tata Laksana Penelitian .....................................................................................44 Pengumpulan Data, Informasi dan Pengetahuan ........................................44 Pengolahan Data ............................................................................................46 STRUKTUR MODEL RANCANGBANGUN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU....................................................................48 Model Umum .......................................................................................................48 Diagram Sebab Akibat ........................................................................................50 Batas Model ................................................................................................. 57 Diagram Sub Model ...................................................................................... 59 Sub Model Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik ..............................................60 Sub Model Pemetik Perkebunan Perusahaan .............................................61 Sub Model Penjualan Pucuk Teh Kebun Rakyat .......................................62 Sub Model Pemetik Perkebunan Rakyat .....................................................64 Sub Model Manajemen Kapasitas Produksi Pabrik Teh..............................65 Sub Model Tenaga Kerja Pabrik ...................................................................68 Sub Model Rekayasa Kualitas .....................................................................69 Sub Model Proses Akhir di Pabrik ...............................................................72 Sub Model Manajemen Persediaan Teh Di Pusat Distribusi .....................74
vii
Halaman Sub Model Pasar dan Pesanan Teh ......................................................... 78 Sub Model Keuangan Perusahaan ........................................................... 79 Sub Model Keuangan Perkebunan Rakyat ............................................... 83 Validasi Model .............................................................................................. 85 PERILAKU MODEL DAN KINERJA RANCANGBANGUN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU.....................................................91 Perilaku Model .....................................................................................................91 Perilaku Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik ............................................... 93 Perilaku Penjualan Pucuk Teh Kebun Rakyat ......................................... 94 Perilaku Kapasitas Pabrik Pengolahan Teh Hijau .................................... 96 Perilaku Rekayasa Kualitas Teh ............................................................... 98 Perilaku Proses Akhir Dalam Pabrik ......................................................... 100 Perilaku Pusat Distribusi ........................................................................... 101 Perilaku Pasar .......................................................................................... 102 Perilaku Kinerja Berimbang ...............................................................................103 Perspektif Keuangan .....................................................................................104 Perspektif Konsumen .....................................................................................105 Perspektif Proses Bisnis Internal .................................................................106 Perspektif Pertumbuhan (Inovasi) dan Pembelajaran ...............................107 Perspektif Nilai Tambah .................................................................................109 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU ............................................................... 111 Skenario I ............................................................................................................112 Skenario II ...........................................................................................................115 Skenario III ...........................................................................................................117 Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Model Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Agroindustri di Negara Berkembang ............................. 126 Kontribusi Metodologi Dinamika Sistem ........................................................ 129 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................131 Kesimpulan .................................................................................................... 131 Saran Pengembangan Model ........................................................................ 133 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................135 LAMPIRAN ..........................................................................................................142
viii
DAFTAR GAMBAR No
Nama
1
Manajemen Rantai Pasokan : Integrasi dan Pengelolaan Proses Bisnis Sepanjang Rantai Pasokan ( Croxton et al., 2001)………........ Kerangka Kerja Manajemen Rantai Pasokan (Croxton et al, 2001)... Jaringan Kerja Logistik (Simchi-Levi et al., 2000)............................... Peluang Nilai Tambah Dalam Pertanian (Amanor-Boadu, 2005)...... Kerangka Kerja Balanced Scorecard (Brewer dan Speh, 2000)……. Keterkaitan Manajemen Rantai Pasokan dan Balanced Scorecard (Brewer dan Speh, 2000)……………………....................................... Kerangka konseptual sistem pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan menggunakan Balanced Scorecard (Brewer dan Speh, 2000)................................................................................................... Diagram Sebab Akibat Sistem Persediaan dalam Rantai Pasokan (Bell et al. ,2003)................................................................................. Diagram Sistem Persediaan dalam Rantai Pasokan (Bell et al., 2003)................................................................................ Diagram Alir Pengolahan Teh Hitam Orthodox (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 1994; Unilever Bestfoods Beverages, 2003)................................................................................................... Diagram Alir Pengolahan Teh Hijau (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 1994; Unilever Bestfoods Beverages, 2003)..................... Rantai Pasokan Industri Teh............................................................... Kerangka Kerja Penelitian................................................................... Rantai Pasokan Terkait Dengan PT. Kantor Bersama Perkebunan (KBP) Chakra...................................................................................... Perancangan Model Dinamika Sistem (Tasrif, 2004)………….......... Model Umum Rancangbangun Pasokan Industri Teh Hijau............... Proses Industri Pengolahan Teh Hijau................................................ Diagram Sebab Akibat Rancangbangun Rantai Pasokan Industri Teh Hijau …......................................................................................... Keterkaitan Antar Diagram Sub Model................................................ Diagram Sub Model Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik....................... Diagram Sub Model Pemetik Perkebunan Perusahaan….......……... Diagram Sub Model Penjualan Pucuk Teh Kebun Rakyat……......... Diagram Sub Model Pemetik Perkebunan Rakyat………………........ Diagram Sub Model Manajemen Kapasitas Produksi Pabrik Teh...... Diagram Sub Model Tenaga Kerja Pabrik……………………............. Diagram Sub Model Rekayasa Kualitas Teh………………………..... Diagram Sub Model Proses Akhir di Pabrik……………………........... Diagram Sub Model Persediaan Teh di Pusat Distribusi…................ Diagram Sub Model Pasar dan Pesanan Teh…………………........... Diagram Sub Model Keuangan Perusahaan………………………...... Diagram Sub Model Keuangan Perusahaan (Lanjutan)……………... Diagram Sub Model Keuangan Perkebunan Rakyat………………..... Diagram Sub Model Keuangan Perkebunan Rakyat (Lanjutan)…….. Analisis Sensitivitas Keuntungan Perusahaan……………….........…. Perilaku Pemetikan Pucuk Teh Di di Perkebunan Perusahaan……. Perilaku Pengiriman Pucuk Teh ke Pabrik………….....….................
2 3 4 5 6 7
8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Halaman 9 10 10 23 26 29
30 33 34
35 36 37 43 45 47 49 50 51 60 61 62 63 65 67 68 70 73 77 79 80 82 83 84 90 93 94
ix
Halaman 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
Perilaku Pemetikan Pucuk Teh Perkebunan Rakyat………............... Perilaku Penjualan Pucuk Teh Dari Kebun Rakyat Ke Pabrik………. Perilaku Kapasitas Berjalan Pabrik………………………........………. Perilaku Jumlah Pucuk Teh Yang Diolah Dalam Pabrik…………...... Perilaku Rekayasa Kualitas Teh G1 Ke Teh G2……………….......... Perilaku Rekayasa Kualitas Teh G2 Ke Teh G3……………….......... Perilaku Teh Dalam Proses Akhir Dalam Pabrik…………................. Perilaku Teh Di Pusat Distribusi…………………….......……….......... Perilaku Dinamika Pesanan Pasar…………….....……………........... Indikator Tingkat Keuntungan……………………………………......... Indikator Pesanan Terpenuhi…………………………………….......... Indikator Persediaan Teh Kadaluarsa...…………………………......... Indikator Produktivitas Tenaga Kerja…………………………….......... Indikator Nilai Tambah…………………………………………….......... Dampak Skenario I Terhadap Pesanan Pucuk Yang Terpenuhi Kebun Rakyat…………………………....……………........................... Dampak Skenario I Terhadap Tingkat Keuntungan Kebun Rakyat dan Nilai Tambah Kebun Rakyat Mitra Per Hektar….......................... Dampak Skenario I Terhadap Tingkat Keuntungan Perusahaan ....... Dampak Skenario II Terhadap Persediaan Teh dan Laju Kadaluarsa Teh di Pusat Distribusi……………………...……….............................. Dampak Skenario II Terhadap Tingkat Keuntungan Perusahaan…... Rancang Ulang Sistem Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau.................................................................................................... Diagram Sebab Akibat Pengembangan Model Inovasi Kelembagaan Dalam Rantai Pasokan Industri Teh Hijau................... Dampak Skenario III Terhadap Nilai Tambah dan Tingkat Keuntungan Perkebunan Rakyat……………………………….........… Dampak Skenario III Terhadap Tingkat Keuntungan Koperasi…....... Dampak Skenario III Terhadap Nilai Tambah Dan Tingkat Keuntungan Perusahaan……………………………………….........….. Dampak Skenario III Terhadap Persepsi Konsumen…………............ Model Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Agroindustri Yang Efisien dan Berkeadilan.............................................................
95 96 97 98 99 100 101 102 103 105 106 107 108 109 113 114 115 116 117 119 120 122 123 124 125 128
x
DAFTAR TABEL No 1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
Nama
Halaman
Komponen Utama Manajemen Rantai Pasokan……………............. Tipologi Peluang dalam Inisiatif Nilai Tambah (AmanorBoadu, 2005)…................................................................................. Model perhitungan nilai tambah berdasarkan metode Hayami dan Kawagoe (Hayami dan Kawagoe,1993 ; GumbiraSa’id dan Intan, 2000)…………........................................................ Batas Model………………………………………………………........ Validasi Model…………………………………………………............ Validasi Model (Lanjutan)……………………………………….......... Rekapitulasi Penilaian Statistik Data Hasil Simulasi......................... Indikator Kinerja Kunci Yang Dimodelkan……………………........... Parameter Model Simulasi Kondisi Aktual Dan Skenario Pengembangan Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau..... Parameter Model Simulasi Kondisi Aktual Dan Skenario Pengembangan Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau (lanjutan)...........................................................................................
13 21
24 58 85 86 88 105 111
112
xi
DAFTAR LAMPIRAN No 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh dan Produk Teh Hijau........................................................................ Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh dan Produk Teh Hijau (lanjutan)....................................................... Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh dan Produk Teh Hijau (lanjutan)....................................................... Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh dan Produk Teh Hijau (lanjutan)....................................................... Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh dan Produk Teh Hijau (lanjutan)....................................................... Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh dan Produk Teh Hijau (lanjutan)....................................................... Kaidah Diagram Sub Model Dinamika Sistem (System Dynamics) Dalam Perangkat Lunak Vensim Professional Academic Version 5.7........................................................................................ Notasi Matematika Model Rancangbangun Dinamika Sistem Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh......................................... Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik………………………….............................................. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Pemetik Perkebunan Perusahaan.................................................................. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Penjualan Pucuk Teh Kebun Rakyat………….............................................................. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Pemetik Perkebunan Perusahaan.................................................................. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Manajemen Kapasitas Produksi Pabrik Teh........................................................ Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Tenaga Kerja Pabrik............................................................................................... Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Rekayasa Kualitas Teh................................................................................................... Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Proses Akhir Di Pabrik................................................................................................ Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Persediaan Teh Di Pusat Distribusi................................................................................ Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Pasar dan Pesanan Teh..................................................................................... Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Keuangan Perusahaan...................................................................................... Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Keuangan Perkebunan Rakyat.......................................................................... Validasi Perilaku Model Dalam Kondisi Ekstrim................................ Rujukan Validasi Statistika................................................................
Halaman 142 143 144 145 146 147 148 149 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam persaingan saat ini, para pelaku usaha dituntut untuk menyadari bahwa persaingan yang terjadi merupakan persaingan antar jaringan rantai pasokan. Rantai pasokan merupakan sekumpulan tiga atau lebih entitas (organisasi maupun individual) yang secara langsung terlibat dalam aliran hulu dan hilir dari produk, jasa, keuangan dan atau informasi dari suatu sumber ke konsumen (Mentzer et al., 2001). Para pelaku usaha dalam suatu rantai pasokan harus mampu menyampaikan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dari segi kualitas (mutu), kuantitas, harga, waktu dan tempat yang tepat. Kondisi tersebut menuntut adanya suatu konsep manajemen yang mampu mengintegrasikan pengelolaan berbagai fungsi bisnis dalam suatu hubungan antar-organisasi. Dalam memenuhi tuntutan tersebut, berkembang suatu teori dan praktek manajemen yang dikenal dengan istilah ”supply chain management”
atau
diterjemahkan
sebagai
manajemen
rantai
pasokan.
Manajemen rantai pasokan merupakan integrasi dari proses bisnis utama (proses bisnis, struktur jaringan dan komponen manajemen) dari pengguna akhir melalui para pemasok yang menyampaikan produk, jasa dan informasi yang memiliki nilai tambah bagi konsumen dan stakeholders yang lain (Croxton et al., 2001). Manajemen rantai pasokan meliputi integrasi, koordinasi dan kolaborasi seluruh organisasi sepanjang rantai pasokan. Hal tersebut berarti bahwa manajemen rantai pasokan membutuhkan integrasi intra-organisasi dan antarorganisasi (Gimenez dan Ventura, 2004). Integrasi rantai pasokan (internal dan eksternal) merupakan pekerjaan yang sulit karena adanya perbedaan dan konflik tujuan dari fasilitas dan pelaku yang terlibat, serta rantai pasokan merupakan suatu sistem dinamis yang berkembang sepanjang waktu (Simchi-Levi et al., 2000). Dalam praktek, manajemen rantai pasokan baru berkembang pada tahun 1980-an. Pengembangan manajemen rantai pasokan berawal dari industri manufaktur, yaitu ”quick response strategy” pada industri tekstil di Amerika Serikat
(Lummus dan Vokurka, 1999) serta ”kaizen” pada industri mobil
di Jepang (Fearne et al., 2001). Mengikuti sukses yang telah dilakukan dalam industri mobil Jepang dan industri tekstil Amerika Serikat, industri manufaktur di berbagai belahan dunia mulai memandang rantai pasokan sebagai sumber
2
penting keunggulan bersaing. Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun 1989 para akademisi mulai mengembangkan teori manajemen rantai pasokan tersebut (Lambert dan Siecienski , 2001). Dalam bidang agribisnis dan agroindustri, penerapan manajemen rantai pasokan dimulai pada tahun 1990-an pada agribisnis mawar di Amerika Serikat dan Eropa. Perkembangan praktek dan penelitian manajemen rantai pasokan agribisnis berkembang tidak hanya di negara maju tetapi juga berpotensi diterapkan di negara berkembang (Woods, 2004). Penerapan awal manajemen rantai pasokan agribisnis dan agroindustri di negara berkembang dilakukan di tiga negara, yaitu di Ghana pada industri buah-buahan, di Afrika Selatan pada agribisnis buah segar dan di Thailand pada agribisnis pangan segar. Introduksi teori dan praktek tersebut dilakukan oleh Agri Chain Competence Center Belanda yang dibiayai oleh Bank Dunia (Roekel et al., 2002). Selanjutnya, upaya introduksi teori manajemen rantai pasokan dalam agribisnis dan agroindustri juga dilakukan di Indonesia. Upaya tersebut dilakukan pada tahun 2003 oleh para peneliti dari Australia pada agribisnis pisang. Para peneliti tersebut membandingkan rantai pasokan pisang di daerah Bayah Kabupaten Lebak Banten dengan rantai pasokan pisang di daerah Queensland Utara
Australia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan
budaya para pelaku usaha dalam rantai pasokan di kedua daerah tersebut. Hal tersebut berdampak pada tingkat hubungan logistik pada rantai pasokan pisang (Singgih dan Woods, 2004). Sejak tahun 2005, Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian Republik Indonesia menetapkan manajemen rantai pasokan sebagai salah satu dari enam pilar pengembangan hortikultura nasional (Direktorat Jenderal Hortikultura Deptan RI, 2008) Upaya penerapan teori dan praktek manajemen rantai pasokan pada agribisnis dan agroindustri di negara berkembang seperti Indonesia menimbulkan beberapa pertanyaan yang menarik untuk dikaji, yaitu : Apakah teori manajemen rantai pasokan yang berasal dari industri manufaktur di negara maju dapat diterapkan dan dikembangkan pada agribisnis dan agroindustri di Indonesia yang karakteristiknya berbeda secara budaya dan kebijakan pemerintahnya?. Pertanyaan tersebut menjadi sangat penting dengan adanya pendapat dari New (1997) yang menyatakan bahwa rantai pasokan merupakan suatu eksploitasi agar konsumen negara maju mendapatkan berbagai komoditas manufaktur dan
3
pertanian dengan harga yang murah dari negara berkembang. Selain itu, terdapat beberapa pertanyaan yang lain, yaitu : Apakah penerapan teori manajemen rantai pasokan tersebut akan meningkatkan kinerja para pelaku usaha agribisnis dan agroindustri yang terlibat dalam suatu rantai pasokan?, Siapakah yang mendapatkan manfaat yang paling banyak dari penerapan teori manajemen
rantai
pasokan?,
Faktor-faktor
apakah
yang
menentukan
keberhasilan dan atau ketidakberhasilan penerapan teori manajemen rantai pasokan di negara berkembang seperti Indonesia?. Dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dilakukan penelitian rancangbangun manajemen rantai pasokan pada suatu rantai pasokan agroindustri. Penelitian dilakukan pada suatu rantai pasokan industri teh hijau. Hal tersebut didasarkan pada berbagai permasalahan yang dihadapi oleh industri teh di Indonesia. Walaupun merupakan salah satu kompetensi Indonesia sejak lama, namun kinerja industri teh Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Hal tersebut ditunjukkan oleh perkembangan ekspor teh Indonesia yang terus menurun selama lima belas tahun terakhir , yaitu dari 123.900 ton pada tahun 1993 menjadi hanya 83.659 ton pada tahun 2007. Penurunan volume ekspor tersebut mengakibatkan pangsa ekspor teh curah Indonesia di pasar dunia menurun dari 10,8 % pada tahun 1993 menjadi 5,4 % pada tahun 2007, termasuk didalamnya ekspor teh hijau (ITC, 2008). Kondisi tersebut berbeda dengan pangsa ekspor negara produsen teh lainnya yang terus meningkat (Suprihatini et al., 2004). Di lain pihak, selama periode 1992-2003 telah terjadi peningkatan impor produk-produk teh ke Indonesia dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 29,8 % , yaitu dari 582 ton pada tahun 1993 menjadi 4.000 ton pada tahun 2003 (FAO, 2005). Penelitian rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau diharapkan akan memberikan kontribusi berupa pengembangan teori manajemen rantai pasokan dalam penerapannya di Indonesia. Selain itu, penelitian tersebut akan menghasilkan suatu sistem pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan yang mengintegrasikan sistem pengukuran kinerja berimbang (balanced scorecard) dengan pengukuran nilai tambah. Secara implisit, balanced scorecard mengukur juga aspek efektivitas, fleksibilitas dan inovasi suatu rantai pasokan. Sterman (2002) mengemukakan bahwa perancangan yang tepat terhadap suatu persoalan yang bersifat dinamis (berubah terhadap waktu) dapat dilakukan dengan menggunakan metodologi dinamika sistem (system dynamics).
4
Dinamika sistem merupakan pendekatan yang menggunakan perspektif berdasarkan umpan balik informasi dan delays untuk memahami dinamika perilaku yang kompleks dari sistem fisika, sistem biologis dan sistem sosial. Selain itu, dinamika sistem adalah salah satu pendekatan pemodelan yang berbasis berpikir sistemik (system thinking) dan prinsip pembuatan model dinamik (Tasrif, 2004). Asumsi utama dalam paradigma dinamika sistem adalah struktur fenomena proses pembuatan keputusan merupakan suatu kumpulan (assembly) dari struktur-struktur kausal yang melingkar dan tertutup (causal loop structure). Penggunaan
metodologi
dinamika
sistem
mampu
memperbaiki
kelemahan dari penggunaan sistem pengukuran kinerja Balanced Scorecard. Young dan Tu (2004) menyatakan bahwa Balanced Scorecard memiliki kelemahan mendasar, yaitu sebab dan akibat (cause and effect) yang terdapat dalam sistem pengukuran tersebut tidak terkait erat dengan waktu dan ruang. Sejalan dengan pemikiran tersebut, Rydzak et al. (2004) menyatakan bahwa sistem pengukuran tersebut hanya memperlihatkan hubungan satu arah, mengabaikan waktu tunda (delays) sehingga hal tersebut akan menghasilkan suatu strategi yang gagal. Akkermans dan Van Oorschot (2002) menambahkan beberapa kelemahan Balanced Scorecard lainnya, yaitu tidak ada mekanisme validasi, terlalu fokus pada internal perusahaan serta kurang keterkaitan antara strategi dan operasi. Berdasarkan hal tersebut, kelemahan serupa terdapat dalam sistem pengukuran
kinerja rantai pasokan Balanced Scorecard yang
dikembangkan oleh Brewer dan Speh (2000). Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan berupa buku dan artikel ilmiah
diketahui
bahwa
penelitian
khusus
pemodelan
dinamika
sistem
rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau sejauh ini belum pernah dilaporkan. Penelitian-penelitian yang terkait dengan industri teh yang telah dilaporkan terbatas pada penelitian rancangbangun sistem produksi teh yang mengintegrasikan selera konsumen dan teknologi proses produksi dan penelitian perilaku konsumen teh (Suprihatini, 2004) dan rancangbangun model akuntansi diferensial pada agroindustri teh hitam (Daryanto, 2004). Di lain pihak, penelitian-penelitian yang terkait dengan manajemen rantai pasokan masih sedikit yang membahas penerapan teori tersebut pada negara berkembang (Singgih dan Woods, 2004). Selain itu, secara spesifik belum ada yang membahas pada kasus industri teh hijau. Sebagian besar penelitian
5
terutama dilakukan pada industri non pertanian seperti komputer, pelabuhan dan mesin (Angerhofer dan Angelides, 2000). Penelitian manajemen rantai pasokan yang terkait dengan bidang pertanian baru dilakukan pada komoditas sayuran, buah-buahan, dan pangan secara umum (Trienekens et al., 2004)
ayam
pedaging (Nugroho, 2004) minyak CPO (Cahyadi, 2003) dan agroindustri farmasi (Adiarni et al., 2005). Selain itu, sampai dengan saat ini belum ada yang melakukan penelitian mengenai penggunaan dinamika sistem pengukuran kinerja nilai tambah (Hayami dan Kawagoe, 1993) dan Balanced Scorecard dalam manajemen rantai pasokan yang bersifat antar organisasi. Penelitian yang ada baru sebatas merancang dinamika sistem Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja suatu perusahaan atau intra organisasi (Schoeneborn, 2003). Penggunaan metodologi dinamika sistem dalam penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki kelemahan sistem
pengukuran
kinerja
rantai
pasokan
Balanced
Scorecard
yang
dikembangkan Brewer dan Speh (2000). Pengukuran kinerja rantai pasokan dengan menggunakan Balanced Scorecard serta nilai tambah metode Hayami dan Kawagoe mencerminkan pengukuran yang berimbang antara aspek efisiensi dan keadilan.
Balanced
Scorecard menekankan pada pengukuran efisiensi dalam penciptaan nilai tambah, sedangkan pengukuran nilai tambah metode Hayami dan Kawagoe menekankan pada pengukuran keadilan berupa distribusi nilai tambah yang dihasilkan kepada seluruh pelaku rantai pasokan yang terlibat. Dalam pengembangan rantai pasokan agribisnis pangan, efisiensi dan keadilan tidak selalu sejalan. Solusi pengembangan rantai pasokan yang bersifat meningkatkan efisiensi dapat menyebabkan ketidakadilan, sehingga maksimisasi nilai tambah tidak selalu menjadi perhatian utama bagi seluruh pelaku rantai pasokan (Bunte, 2004). Sejalan dengan hal tersebut, New (1997) menyatakan bahwa keadilan merupakan kriteria penting dalam pengembangan manajemen rantai pasokan. Keadilan merupakan kebajikan utama dalam kelembagaan sosial sehingga tidak dapat dibenarkan pengembangan aspek efisiensi dalam manajemen rantai pasokan yang menyebabkan adanya ketidakadilan terhadap pelaku yang terlibat. Salah satu bentuk ketidakadilan tersebut adalah penerapan manajemen rantai pasokan hanya meningkatkan kinerja salah satu pelaku usaha, sedangkan
6
pelaku usaha yang lainnya tidak mengalami peningkatan kinerja bahkan mengalami penurunan kinerja.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian disertasi ini adalah membuat model dinamika sistem rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau yang terintegrasi dengan sistem pengukuran kinerja berimbang antara aspek efisiensi dan keadilan.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam upaya menghasilkan model dinamika sistem rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau yang terintegrasi dengan sistem pengukuran kinerja berimbang antara aspek efisiensi dan keadilan. Pengukuran aspek efisiensi dilakukan dengan menerapkan Balanced Scorecard, sedangkan pengukuran aspek keadilan dilakukan dengan menerapkan distribusi nilai tambah. Namun karena luasnya cakupan industri teh hijau Indonesia maka dalam penelitian ini ditentukan batasan sistem yang dikaji (system boundary), yaitu sistem manajemen rantai pasokan pada industri
teh hijau yang beroperasi
di Jawa Barat. Rantai pasokan industri teh hijau yang dikaji merupakan pelaku rantai pasokan utama (The Channel Master atau The Focal Company) yang dianggap telah melakukan best practices dalam usahanya dengan menjadikan pasar ekspor sebagai pasar utama. Selain itu, pelaku industri teh hijau tersebut merupakan pelaku yang melakukan strategi integrasi vertikal, koordinasi vertikal serta pengadaan dari pasar terbuka yang berasal dari industri pengolahan teh hijau lainnya. Rantai pasokan industri teh hijau yang dijadikan lokasi kajian adalah rantai pasokan industri teh hijau yang terkait dengan PT. Kantor Bersama Perkebunan (KBP) Chakra yang terdiri atas PT. KBP Chakra, perkebunan rakyat (Hikmah Farm dan pemilik perseorangan (Sugiri, Kurnadi dan Iman)) dan industri pengolahan yang menjual produknya ke PT. KBP Chakra (CV. Wijaya Tea dan Kelompok Usaha Buana Tani). Level manajemen rantai pasokan yang dikaji adalah dari level budidaya teh sampai dengan pasar yang tersegmentasi.
7
TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Teori Manajemen Rantai Pasokan Minat dalam manajemen rantai pasokan (supply chain management) mulai meningkat sejak tahun 1980-an ketika para pelaku usaha memandang berbagai manfaat dari hubungan kolaboratif di dalam dan di luar organisasinya. Para pelaku usaha menemukan bahwa mereka tidak akan bersaing secara efektif
dalam isolasi dengan para pemasok atau entitas lain dalam rantai
pasokan. Pada tahun 1985, praktek manajemen rantai pasokan pertama kali dilakukan pada industri tekstil dan pakaian. Pada tahun tersebut, Kurt Salmon Associates melakukan analisis rantai pasokan pada industri tekstil dan pakaian di Amerika Serikat (Lummus dan Vokurka, 1999). Hasilnya menunjukkan waktu penyampaian rantai pasokan pakaian, dari bahan baku ke konsumen membutuhkan waktu 66 minggu. Dalam upaya mengurangi waktu penyampaian tersebut dikembangkan strategi “quick response” yang merupakan suatu kemitraan antara para pengecer dan para pemasok untuk memberikan tanggapan yang cepat terhadap kebutuhan konsumen dengan berbagi informasi. Selain itu, praktek manajemen rantai pasokan dilakukan pada industri grosir. Pada tahun 1993, suatu kelompok para pemimpin industri grosir bekerjasama membentuk gugus tugas yang disebut “efficient consumer response”.
Gugus
tugas tersebut melakukan identifikasi peluang untuk membuat rantai pasokan lebih unggul. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan perubahan pada praktek bisnis dan teknologi
(Lummus dan Vokurka, 1999). Sejak tahun 1989, para
akademisi mulai melakukan pengembangan teori dan praktek manajamen rantai pasokan ( Lambert dan Siecienski, 2001). Perkembangan manajemen rantai pasokan bersifat evolusi. Stevens (1989) membagi evolusi manajemen rantai pasokan ke dalam empat tahap, yaitu : (1) tahap dasar (bidang fungsional); (2) integrasi fungsional ( manajemen material dan distribusi fisik; (3) integrasi internal (manajemen logistik) dan (4)
integrasi
eksternal
mengembangkan
model
(manajemen evolusi
rantai
Stevens
pasokan).
menjadi
lima
Hewit
(1994),
tahap,
dengan
menambahkan tahapan integrasi intra perusahaan dan antar perusahaan pada manajemen proses rantai pasokan ( dalam Van Der Vorst, 2000).
8
Di lain pihak, Frazelle (2002) menyatakan bahwa perkembangan manajemen rantai pasokan merupakan bagian dari perkembangan logistik. Perkembangan logistik terdiri atas lima tahap, yaitu : (1) logistik tempat kerja ; (2) logistik fasilitas; (3) logistik korporasi; (4) logistik rantai pasokan dan (5) logistik global. Selain itu, perkembangan logistik masa depan mengarah pada logistik kolaboratif dan logistik maya (virtual). Berdasarkan
perkembangan
tersebut,
berbagai
macam
definisi
manajemen rantai pasokan dikembangkan oleh para ahli, praktisi dan lembaga profesional. Mentzer et al. (2001) berpendapat bahwa manajemen rantai pasokan merupakan suatu sistem, koordinasi strategik dari fungsi dan taktik bisnis tradisonal dalam suatu perusahaan dan lintas para pelaku bisnis dalam rantai pasokan, yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja jangka panjang dari individual perusahaan dan rantai pasokan secara keseluruhan. Van der Vorst (2000)
menyatakan bahwa manajemen rantai pasokan adalah perencanaan
terintegrasi, koordinasi dan pengendalian dari seluruh aktivitas dan proses bisnis logistik dalam rantai pasokan sebagai upaya menyampaikan nilai konsumen yang unggul dengan biaya rendah pada keseluruhan rantai pasokan sehingga terpenuhi kepuasan dari para stakeholders dalam rantai pasokan. Ma’arif dan Tanjung (2003) berpendapat bahwa manajemen rantai pasokan merupakan suatu perluasan dari manajemen logistik di perusahaan. Manajemen logistik membahas perusahaan, pemasok dan pelanggan, sedangkan manajemen rantai pasokan membahas integrasi dari perusahaan, pemasok, pelanggan, grosir dan pengecer. Selanjutnya Simchi-Levi et al. (2000) mendefinisikan manajemen rantai pasokan sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan secara efisien beberapa pelaku usaha yang terdiri beberapa pemasok, beberapa pabrikan, gudang dan toko, dengan demikian barang dagangan dapat diproduksi dan didistribusikan dengan jumlah yang tepat, ke lokasi yang tepat, tepat waktu, serta biaya keseluruhan sistem pasokan yang minimal sehingga kepuasan konsumen tercapai.
Secara ringkas, Christopher (1998) mendefinisikan
manajemen rantai pasokan sebagai manajemen hubungan hulu dan hilir dari para pemasok dan konsumen untuk menyampaikan nilai konsumen yang unggul dengan biaya rendah dalam keseluruhan rantai pasokan. Manajemen rantai pasokan harus merupakan integrasi dari entitas dan fungsi yang kompleks. Global Supply Chain Forum dalam Croxton et al. (2001)
9
menyatakan bahwa manajemen rantai pasokan adalah integrasi dari serangkaian proses bisnis kunci dari pengguna akhir melalui para pemasok yang memberikan produk, jasa dan informasi yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan dan seluruh stakeholder.
Pandangan yang luas tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1, yang menyajikan simplikasi dari struktur jaringan rantai pasokan, aliran produk dan informasi serta proses bisnis utama manajemen rantai pasokan.
Aliran Informasi Tingkatan 2 Pemasok
Manufaktur
Tingkatan 1 Pemasok
Pelanggan
Logistik Pembelian
Konsumen/ Pelanggan Akhir
Pemasaran
Aliran Produk Produksi
Keuangan Litbang
Manajemen Hubungan Pelanggan Manajemen Pelayanan Pelanggan Manajemen Permintaan Pemenuhan Order Manajemen Aliran Pabrikan Manajemen Hubungan Pemasok Pengembangan Produk dan Komersialisasi Manajemen Pengembalian
Gambar 1.
Manajemen Rantai Pasokan : Integrasi dan Pengelolaan Proses Bisnis Sepanjang Rantai Pasokan ( Croxton et al., 2001)
Sejalan dengan hal di atas, kerangka manajemen rantai pasokan terdiri dari tiga elemen yang terkait erat, yaitu struktur jaringan rantai pasokan, proses bisnis rantai pasokan dan komponen manajemen rantai pasokan (Gambar 2).
10
Proses Bisnis Rantai Pasokan
Komponen Manajemen Rantai Pasokan
Struktur Jaringan Rantai Pasokan
Gambar 2. Kerangka Kerja Manajemen Rantai Pasokan (Croxton et al, 2001)
Menurut Simchi-Levi et al. (2000), manajemen rantai pasokan merupakan keterlibatan setiap fasilitas yang berdampak pada biaya, dan memainkan peranan dalam membuat suatu produk sesuai dengan kebutuhan konsumen. Berawal dari pemasok dan pabrik pengolahan melalui pergudangan dan pusat distribusi kepada pengecer dan toko (Gambar 3). Pemasok
Gudang dan Distribusi
Pengolahan
Biaya Material
Biaya Pengolahan Biaya Transportasi
Konsumen
Biaya Persediaaa n Biaya Transportasi
Gambar 3. Jaringan Kerja Logistik (Simchi-Levi et al., 2000)
11
Rantai pasokan merupakan jaringan yang kompleks dari fasilitas dan beberapa organisasi yang memiliki tujuan dan kepentingan berbeda. Keterlibatan banyak pelaku yang memiliki tujuan berbeda membuat permasalahan dalam pengelolaan rantai pasokan menjadi kompleks. Hal tersebut memunculkan berbagai permasalahan dalam pengelolaannya, seperti yang dirinci di bawah ini. 1.
Permintaan yang berfluktuasi merupakan tantangan utama dalam penentuan kapasitas produksi.
2.
Sistem yang bervariasi sepanjang waktu, perencanaan produksi harus mempertimbangkan permintaan dan biaya yang dapat berubah karena faktor musiman, serta strategi promosi dan penetapan harga yang dilakukan pesaing.
3.
Beberapa masalah dalam rantai pasokan merupakan sesuatu yang baru, seperti siklus hidup produk yang semakin pendek dalam suatu industri. Stock dan Lambert (2001) menyatakan bahwa mayoritas rantai pasokan
tidak dilakukan rancangbangun, melainkan berkembang sejalan dengan waktu. Kebutuhan untuk melakukan rancangbangun rantai pasokan menjadi sangat mendesak karena berbagai perubahan lingkungan yang terjadi seperti perubahan kebutuhan konsumen akhir, pasar, produk, lini produk, situasi persaaingan, ekonomi serta kebijakan pemerintah dan insentif . Strategi rantai pasokan harus selaras dengan strategi korporasi secara keseluruhan. Tujuan kinerja rantai pasokan harus dinyatakan dalam istilah operasi, seperti halnya proyeksi cakupan pasar, penjualan dan pendukung pelayanan, volume penjualan, profitabilitas, perputaran persediaan, siklus pembayaran dan pengembalian investasi. keputusan
Strategi rantai pasokan termasuk
mengenai intensitas distribusi, penggunaan saluran distribusi
langsung atau tidak langsung, pelayanan dalam setiap wilayah dan rencana implementasi. Proses rancangbangun rantai pasokan terdiri atas beberapa tahap sebagai berikut (Stock dan Lambert, 2001). 1. Menetapkan sasaran rantai pasokan 2. Formulasi strategi rantai pasokan 3. Menentukan alternatif struktur rantai pasokan 4. Evaluasi alternatif struktur rantai pasokan 5. Seleksi struktur rantai pasokan
12
6. Menentukan alternatif bagi anggota individu rantai pasokan 7. Evaluasi dan memilih anggota individu rantai pasokan 8. Mengukur dan evaluasi kinerja rantai pasokan 9. Evaluasi alternatif rantai pasokan ketika tujuan kinerja tidak tercapai atau ketika terdapat pilihan yang lebih menarik.
Mentzer et al. (2001) menyatakan bahwa manajemen rantai pasokan merupakan filsafat manajemen yang menjadikan pendekatan sistem untuk memandang rantai pasokan sebagai entitas tunggal, daripada sekumpulan bagian yang terfragmentasi, semuanya membentuk fungsi masing-masing. Dengan kata lain, filsafat dari manajemen rantai pasokan memperluas konsep kemitraan ke dalam upaya banyak perusahaan untuk mengelola aliran keseluruhan dari produk yang berasal dari produsen ke konsumen akhir. Kemudian, manajemen rantai pasokan merupakan suatu kumpulan keyakinan bahwa setiap perusahaan dalam rantai pasokan secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kinerja semua anggota rantai pasokan yang lain, serta kinerja keseluruhan rantai pasokan (Cooper et al., 1997). Lebih lanjut, Mentzer et al. (2001) mengajukan manajemen rantai pasokan sebagai suatu filsafat manajemen yang memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Suatu pendekatan sistem untuk memandang rantai pasokan secara keseluruhan, dan untuk mengelola keseluruhan aliran dari persediaan produk dari pemasok ke konsumen akhir.
2. Suatu orientasi strategik menuju upaya kerjasama untuk sinkronisasi dan penyatuan operasional dan kapabilitas strategik dari intra perusahaan dan antar perusahaan ke dalam suatu penyatuan yang menyeluruh.
3. Suatu fokus konsumen untuk menciptakan keunikan dan individualisasi sumber nilai konsumen yang membawa kepada kepuasan konsumen.
Hal penting yang mendasari kerangka manajemen rantai pasokan adalah komponen manajemen tertentu yang secara umum terdapat pada lintas proses bisnis dan anggota rantai pasokan . Komponen tersebut menjadi sangat penting, sejak para pelaku menentukan proses bisnis, pengelolaan struktur dan rantai pasokan (Cooper et al., 1997). Komponen utama manajemen rantai pasokan
13
yang dikemukakan beberapa pakar manajemen rantai pasokan dirinci dalam Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Komponen Utama Manajemen Rantai Pasokan Perspektif Perspektif Manajemen Rantai Pasokan Rekayasa Ulang Proses Bisnis Hammer dan Champy (1993) Houlihan (1985) Struktur perencanaan dan Struktur proses(kerja) pengendalian Struktur organisasi (pekerjaan) Struktur fasilitas aliran produk Sikap dan nilai Aliran Informasi (Struktur Informasi dan Struktur manajemen dan evaluasi Teknologi) Sikap dan nilai Budaya organisasi Metode manajemen Andrews dan Stalick (1993) Stevens (1989) Struktur proses(kerja) Struktur proses(kerja) Struktur perencanaan dan Struktur organisasi pengendalian Struktur teknologi Struktur fasilitas aliran produk Struktur imbalan Aliran Informasi (Struktur Informasi dan Sistem pengukuran Teknologi) Metode manajemen Struktur organisasi Budaya organisasi Metode manajemen Kekuasaan politik Struktur kepemimpinan dan kekuasaan Sistem keyakinan individu Hewitt (1994) Cooper dan Elram (1990 dan 1993) Struktur proses(kerja) Struktur proses(kerja) Struktur perencanaan dan Aliran Informasi (Struktur Informasi dan pengendalian Teknologi) Struktur fasilitas aliran produk Kewenangan keputusan Aliran Informasi (Struktur Informasi dan Teknologi) Struktur resiko dan imbalan Struktur kepemimpinan Filsafat korporasi Model MIT (Tower, 1994) Chandra dan Kumar (2000) Organisasi Fleksibel Struktur proses(kerja) Koordinasi rantai pasokan Struktur keahlian dan organisasi Komunikasi intra dan antar perusahaan Struktur teknologi Sumber pengadaan Perilaku dan nilai Orientasi manufaktur Filsafat manajemen dan struktur Manajemen biaya dan persediaan keputusan Sumber : Cooper et al. (1997); Chandra dan Kumar (2000)
Berdasarkan berbagai uraian di atas, manajemen rantai pasokan merupakan suatu bidang kajian yang bersifat multi disiplin. Woods (2004)
14
mengemukakan berbagai disiplin ilmu yang menjadi tiang penyangga dari teori manajemen rantai pasokan , seperti yang dipaparkan berikut ini. 1. Teori ekonomi biaya transaksi (transaction-cost economics) yang digunakan untuk menganalisis biaya yang terkait dengan pertukaran barang dan jasa. Hal tersebut termasuk biaya untuk memperoleh informasi, biaya yang terkait dengan negosiasi dan penguatan kontrak, hak cipta dan monitoring serta perubahan kelembagaan yang terlibat dalam proses transaksi bisnis di antara perusahaan. Ekonomi biaya transaksi
menekankan
mendasarinya
kepada
kekhususan
aset.
Asumsi
yang
bahwa aset yang lebih spesifik merupakan insentif
terbesar untuk mengembangkan kerjasama dan hubungan jangka panjang, aset yang tersedia akan membuat kontribusi jangka panjang pada tingkat keuntungan. 2. Teori perwakilan (agency theory) meliputi penyusunan bentuk kontrak yang paling sesuai untuk melindungi hubungan di antara para anggota rantai pasokan. Tujuan membuat kontrak atau kesepakatan adalah untuk mencapai keseimbangan dalam hubungan asimetri informasi di antara anggota rantai pasokan, ketidakpastian hasil dan perbedaan level keengganan menanggung resiko oleh anggota rantai pasokan. 3. Kekuasan dan hubungan kekuasaan (power and power relationship) antara bisnis dalam suatu rantai pasokan, serta antara anggota rantai pasokan dan pemerintah, hal tersebut dipelajari oleh ilmuwan bidang politik. Kekuasaan satu bisnis atas yang lain adalah bergantung pada struktur ekonomi dari hubungan yang terjadi. Kekuasan terkait erat dengan ketergantungan dan ketergantungan terkait dengan ketersediaan alternatif. Semakin banyak alternatif, ketergantungan akan berkurang dan semakin kecil kesempatan untuk
terlalu dipengaruhi oleh kekuasaan
perusahaan lain. 4. Pemasaran kemitraan (relationship marketing) merupakan strategi pemasaran kolaboratif dan kerjasama. Pemasaran kemitraan mengakui pentingnya komitmen dan kepercayaan dalam hubungan bisnis dengan bisnis, hubungan tersebut bersifat dinamis dan dapat dikembangkan sepanjang waktu. 5. Teori jaringan kerja (networking theory) menegaskan realitas jika A melakukan bisnis dengan B yang telah melakukan bisnis dengan C, A
15
akan mempengaruhi kinerja bisnis C, walaupun secara nyata mereka tidak pernah melakukan bisnis bersama. Konsep jaringan strategik menekankan bahwa perusahaan dapat memperoleh posisi bersaing yang lebih kuat dengan bekerjasama daripada beroperasi secara individual. 6. Manajemen
operasi/produksi
management
and
logistics)
dan
logistik
menekankan
(Production/operations pada
efisiensi
secara
operasional melalui minimisasi persediaan dan pasokan just in time. Bidang tersebut berkontribusi pada manajemen rantai pasokan sebagai pendekatan manajemen untuk merencanakan operasional yang efisien. Bidang manajemen operasi/produksi merupakan sumber awal studi manajemen rantai pasokan. 7. Pendekatan sistem (system approach), manajemen rantai pasokan merupakan pendekatan yang bersifat menyeluruh dari seluruh proses bisnis dari perakitan bahan baku awal sampai dengan proses eceran akhir yang memberikan konsumen memiliki akses kepada produk. 8. Manajemen strategi (strategic management), manajemen rantai pasokan merupakan sumber keunggulan bersaing yang menjadi inti pembahasan dalam teori strategi. Hal tersebut termasuk dalam strategi untuk mencapai tujuan yang bersifat strategik dengan memperhatikan keterkaitan dengan variabel luar dan bersifat jangka panjang.
Penerapan Teori dan Praktek Manajemen Rantai Pasokan pada Agribisnis dan Agroindustri Selama periode tahun 1990-an, para akademisi serta para pelaku usaha di Eropa dan Amerika Serikat mulai mengembangkan teori dan praktek manajemen rantai pasokan
pada agribisnis mawar. Teori dan aplikasi
manajemen rantai pasokan menjadi bidang kunci dalam penelitian dan praktek dalam agribisnis.
Dalam lima tahun terakhir, minat terhadap pengembangan
teori dan praktek manajemen rantai pasokan dalam agribisnis semakin meningkat, tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga berpotensi untuk dikembangkan di negara berkembang (Woods, 2004). Perkembangan minat terhadap teori dan praktek manajemen rantai pasokan pada agribisnis dipicu oleh beberapa faktor, yaitu pengembangan sosial ekonomi, pengembangan struktur pasar, pengembangan teknologi proses dan informasi (Van Der Vorst, 2001).
16
Berdasarkan perkembangan tersebut, para akademisi secara spesifik mengembangkan definisi manajemen rantai pasokan agribisnis. Roekel et al. (2002) menyatakan bahwa rantai pasokan menghubungkan berbagai pelaku bisnis mulai dari petani di lahan pertanian, industri hasil pertanian, rantai-rantai distribusi sampai kepada konsumen dengan tujuan untuk mencapai efektivitas rantai pasokan dan aliran barang yang berorientasi kepada konsumen. Selain itu, Bourlakis dan Weightman (2004) mendefinisikan rantai pasokan sebagai suatu kumpulan perusahaan interdependen yang bekerjasama erat untuk mengelola aliran produk dan jasa sepanjang rantai nilai tambah produk pertanian dan pangan dalam upaya mewujudkan nilai konsumen yang unggul pada tingkat harga yang terjangkau. Berdasarkan hal tersebut, Woods (2004) berpendapat bahwa manajemen rantai pasokan merupakan manajemen secara keseluruhan dari proses produksi, distribusi dan pemasaran hasil pertanian untuk memasok konsumen produk yang diinginkannya. Manajemen rantai pasokan dalam agribisnis memiliki karakteristik unik. Menurut Bailey et al. (2002) karakteristik unik dari manajemen rantai pasokan agribisnis adalah sebagai berikut. 1. Konsumen Permintaan
konsumen
produk
pangan
menekankan
pada
aspek
kesehatan, keragaman dan kenyamanan. Pemilihan poduk pangan dipengaruhi oleh karakteristik konsumen pada setiap negara. Selain itu, konsumsi pangan didorong oleh kebutuhan konsumen yang unik seperti nutrisi, keamanan, kepekaan dan kebutuhan sosial. Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh budaya konsumen dan lingkungan sosial. 2. Distribusi produk pertanian Tidak hanya konsumen yang berbeda pada setiap negara, tetapi juga karakteristik produk seperti pengemasan, pelabelan dan sistem distribusi juga berbeda. Para pelaku usaha harus menghadapi perubahanperubahan aturan dan regulasi serta harus mengkamodasi keinginan konsumen. 3. Peranan pemasaran dalam solusi rantai pasokan Rantai pasokan pangan agribisnis harus mampu memberikan solusi optimal untuk ketepatan produk, ketepatan tempat dan ketepatan waktu dalam memenuhi kebutuhan pasar pada setiap negara. Solusi optimal pemasaran hanya dapat dicapai apabila dikaitkan dengan isu rantai
17
pasokan yang menjadi penjamin dalam penyampaian produk ke konsumen. 4. Karakteristik produk pertanian Sifat yang mudah rusak pada produk pertanian meningkatkan pentingnya penyimpanan, penanganan dan transportasi. Sebagai contoh : tantangan industri produk segar adalah ketersediaan transportasi yang cepat dan berpendingin. Dengan globalisasi perdagangan dan pengembangan teknologi penanganan dan penyimpanan baru, rantai pasokan agribisnis pangan telah mentrasformasikan faktor produk musiman menjadi mekanisme stabilisasi untuk menjamin pasokan produk yang stabil sepanjang tahun. 5. Isu kesinambungan material Rantai pasokan harus mampu menjamin ketersediaan yang berkelanjutan dari suatu produk pertanian dalam memenuhi prakiraan permintaan konsumen. Dalam rantai pasokan agribisnis pangan, ketersediaan bahan baku pertanian harus diperhatikan dalam proses prakiraan. Hal tersebut terjadi
karena
sifat
produk
pertanian
yang
mudah
rusak
dan
ketidakpastian pasokan karena jumlah panen yang tidak menentu.
Manajemen rantai pasokan dapat menurunkan biaya transaksi dan marjin yang terjadi antar rantai. Hal tersebut dikarenakan oleh banyaknya aktivitas dan berbagai aspek yang terkait didalamnya. Kegunaan dari pendekatan manajemen rantai pasokan dalam bidang pertanian didaftar di bawah ini (Roekel et al., 2002). 1. Mengurangi kehilangan produk dalam transportasi dan penyimpanan. 2. Meningkatkan penjualan. 3. Diseminasi teknologi, teknik lanjutan, modal dan pengetahuan di antara mitra dalam rantai pasokan. 4. Informasi yang lebih baik mengenai arus produk, pasar dan teknologi. 5. Transparansi rantai pasokan. 6. Penjejakan dan penelusuran sumber pasokan suatu produk. 7. Pengendalian yang lebih baik dari kualitas dan keamanan produk. 8. Investasi dan resiko yang besar dibagi di antara mitra dalam rantai pasokan.
18
Penerapan Teori dan Praktek Manajemen Rantai Pasokan Agribisnis dan Agroindustri di Negara Berkembang Pengembangan teori dan praktek manajemen rantai pasokan agribisnis dan
agroindustri
di
negara
berkembang
terkait
dengan
pelaksanaan
perdagangan bebas. Woods (2004) menyatakan bahwa tujuan pengembangan manajemen rantai pasokan di negara berkembang adalah untuk membangun kapasitas produsen lokal sehingga mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar domestik dan ekspor. Tujuan lainnya adalah sebagai upaya membantu petani di negara berkembang untuk mengambil keuntungan dari peluang pertumbuhan kebutuhan konsumsi pangan dunia. Namun demikian, New (1997) berpendapat bahwa pengembangan manajemen rantai pasokan harus dicermati secara kritis. Beberapa isu utama dalam pengembangan manajemen rantai pasokan, adalah : (1) eksploitasi produsen miskin yaitu ”negara berkembang” oleh negara maju; (2) konsentrasi dan ketidakseimbangan kekuatan dalam ekonomi korporasi; dan (3) isu lingkungan. Secara lebih rinci, New (1997) menyatakan
bahwa operasi rantai
pasokan global adalah untuk menjamin ketersediaan produk manufaktur dan komoditas murah dari negara berkembang. Secara sepintas, hal tersebut seperti sebuah keberhasilan perdagangan bebas dan langkah negara produsen menuju industrialisasi. Namun demikian, hal tersebut merupakan sisi gelap dari perdagangan internasional, yang berarti bahwa rantai pasokan tersebut merupakan suatu eksploitasi agar konsumen negara maju mendapatkan berbagai komoditas manufaktur dan pertanian dengan harga yang murah. Kondisi tersebut merupakan keterkaitan langsung rancangbangun dan operasi rantai pasokan secara sosial dan ekonomi dengan kekuatan yang terlemah. Sebagai contoh yang baik, terdapat pada kasus industri pakaian, dengan tanggapan cepat (quick response) serta sistem persediaan rendah sering tergantung pada buruh murah. Kondisi tersebut menjadi perhatian sejumlah organisasi yang menjadi penekan untuk merevisi kebijakan pengadaan (Jury, 1996; Luesby, 1996 dalam New, 1997) Berdasarkan pengalaman Agri Chain Competence Center Belanda dalam pengembangan teori dan praktek manajemen rantai pasokan di negara berkembang terdapat faktor sukses dan resiko yang harus diperhatikan. Faktorfaktor tersebut adalah sebagai berikut (Roekel et al., 2002).
19
Faktor Keberhasilan •
Pengembangan kepercayaan, komitmen dan transparansi di antara mitra mampu memperbaiki komunikasi dan pertukaran informasi.
•
Kesadaran memunculkan aktivitas di antara mitra yang memberikan peluang untuk membangun kemitraan.
•
Mitra bekerjasama merencanakan dan mengendalikan aliran produk, informasi, teknologi dan kapital.
•
Implementasi konsep “integral chain-care” melalui kolaborasi tertutup di antara mitra.
•
Pengembangan model, alat, materi pelatihan serta yang lainnya untuk memecahkan permasalahan dalam rantai pasokan.
•
Diseminasi
pengetahuan
dapat
memperluas
pemahaman
dan
pengalaman dalam proyek percontohan. •
Aspek tertentu dalam pengembangan rantai pasokan (seperti keamanan pangan dan tanggung jawab sosial) merupakan tanggung jawab dan mandat dari sektor swasta dan pemerintah.
•
Inisiatif dan kepemimpinan perusahaan swasta dalam percontohan rantai pasokan merupakan hal penting untuk keberlanjutan aktivitas.
•
Kepemimpinan tidak harus didefinisikan menjadi suatu konsentrasi dalam suatu perusahaan, mitra yang lain dapat menjadi pemimpin dalam bidang yang lainnya, seperti logistik, pemasaran dan lainnya.
•
Jumlah mitra yang berpartisipasi dalam percontohan harus dibatasi untuk mempermudah mitra dalam merubah orientasi produk ke orientasi pasar.
•
Kekuasan tidak seharusnya terkonsentrasi pada satu mitra, dominasi oleh satu mitra akan mengakibatkan mitra yang lain menyembunyikan informasi.
Faktor Resiko 1. Perbedaan sosial budaya antara individual, perusahaan dan negara dapat membawa ke arah kesalahpahaman dan kesalahan komunikasi di antara mitra. 2. Agenda yang tersembunyi dari individual perusahaan dalam rantai pasokan mengganggu keberlangsungan suatu proyek rantai pasokan. 3. Strategi rantai pasokan sering diformulasikan pada hirarki yang tinggi dari mitra pasokan yang berbeda. Jika strategi tersebut tidak mampu
20
diterjemahkan ke level operasional maka dapat menyebabkan konflik dalam perusahaan atau dengan mitra pasokan. 4. Kolaborasi rantai pasokan sering didasarkan pada komitmen satu atau sedikit orang dalam perusahaan, pengetahuan rantai pasokan terdapat dalam
individu
tersebut
Ketika
individual
tersebut
meninggalkan
perusahaan dan jaringan maka pengetahuan mengenai rantai pasokan akan hilang juga. 5. Pengetatan regulasi perdagangan yang diterapkan oleh pemerintah dan salah satu mitra dapat menyebabkan kerugian bagi mitra yang menginginkan hubungan jangka panjang. 6. Pemilihan mitra tertentu akan menyebabkan mitra yang lain tersisihkan.
Nilai Tambah Pertanian serta Analisis Nilai Tambah Agroindustri Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Namun demikian, potensi sektor pertanian belum dikembangkan secara optimal. Hal tersebut tercermin dari sebagian besar hasil dari sektor pertanian masih berupa komoditas (produk segar). Hal tersebut mengakibatkan aktivitas usaha pertanian yang dilakukan terperangkap pada resiko yang diakibatkan karakteristik khas pertanian berbasis komoditas seperti fluktuasi harga, tingkat kerusakan yang tinggi, dan musiman. Kondisi tersebut mengkibatkan instabilitas kinerja para pelaku di sektor pertanian. Dalam upaya mengurangi resiko khas pertanian berbasis komoditas, diperlukan berbagai upaya lanjutan berupa proses peningkatan nilai tambah (value added). Menurut USDA (Amanor-Boadu, 2005) nilai tambah dalam pertanian
terbentuk ketika terjadi perubahan dalam bentuk fisik atau bentuk
produk pertanian atau adopsi metode produksi atau proses penanganan yang bertujuan untuk meningkatkan basis konsumen bagi produk tersebut serta mendapatkan porsi yang lebih besar dari pengeluaran pembelanjaan konsumen yang tumbuh untuk produsen. Berdasarkan definisi tersebut, secara lebih lanjut Amanor-Boadu (2005) menyatakan bahwa inisiatif nilai tambah bisnis pada suatu rantai pasokan yang ada terjadi sebagai imbalan atas aktivitas yang dilakukan oleh pelaku usaha industri hilir pada suatu rantai pasokan. Ukuran imbalan tersebut secara langsung dan proporsional ditujukan untuk kepuasan konsumen. Imbalan tersebut berbentuk harga yang tinggi, peningkatan pangsa pasar, dan
21
atau
peningkatan
akses
pasar.
Dengan
demikian,
hal
tersebut
akan
meningkatkan tingkat keuntungan bagi pelaku usaha. Coltrain et al. (2000) menyatakan bahwa terdapat dua jenis nilai tambah, yaitu inovasi dan koordinasi. Inovasi meliputi aktivitas yang memperbaiki ”proses yang ada, prosedur, produk dan pelayanan atau menciptakan sesuatu yang baru” dengan menggunakan atau memodifikasi konfigurasi organisasi yang telah ada (Tabel 2). Tabel 2. Tipologi Peluang dalam Inisiatif Nilai Tambah (Amanor-Boadu, 2005)
Dimensi Waktu Lokasi Produk/Pelayanan Proses/Metode Informasi Insentif
Peluang Nilai Tambah Inovasi Koordinasi Kecepatan Penyampaian Just in Time Kenyamanan Efisiensi Bentuk Logistik Teknologi Aliansi Strategik Keamanan, Etika Sistem Informasi Motivator Transparansi
Koordinasi merupakan harmonisasi fungsi dalam keseluruhan bagian sistem. Hal tersebut merupakan peluang dalam meningkatkan koordinasi produk, pelayanan informasi dalam sepanjang rantai pasokan untuk menciptakan imbalan yang nyata dan meningkatkan nilai sepanjang rantai pasokan. Chopra dan
Meindl
(2001)
menyatakan
bahwa
kesenjangan
koordinasi
akan
menimbulkan ”bullwhip effect” atau fluktuasi dalam pesanan. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan biaya. Inisiatif nilai tambah koordinasi difokuskan pada hubungan vertikal dan horisontal di antara produsen, pengolahan, perantara, distributor dan pengecer. Peluang untuk menghasilkan nilai tambah pada pertanian masih sangat terbuka lebar, karena nilai tambah yang ada terpaku pada upaya untuk menghasilkan produk segar, sedangkan pengembangan produk hilir berbasis hasil pertanian masih terbatas. Terdapat beberapa peluang pengembangan industri hilir berbasis hasil pertanian di antaranya adalah industri pangan, industri biokimia, industri bioenergi, industri biofarmaka, industri biopolimer serta industri masa depan yang merupakan konvergensi di antara berbagai industri tersebut. Seluruh peluang dalam inisiatif nilai tambah pertanian dalam dunia nyatanya saling berinteraksi. Berdasarkan hal tersebut seluruh inisiatif tersebut harus dirancang secara sistematik untuk mencapai satu tujuan , yaitu mencapai
22
keunggulan kompetitif berbasis nilai tambah secara berkelanjutan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan pada suatu unit usaha, pada suatu unit kawasan bahkan pada suatu negara. Dalam mencapai hal tersebut diperlukan kerjasama para stakeholders dalam pembangunan perekonomian nasional. Secara lebih spesifik, Amanor-Boadu (2005) menyatakan bahwa terdapat dua katagori utama peluang dalam pertanian yang dapat dikembangkan oleh para stakeholders, yaitu
pangan dan non pangan. Pengembangan hasil
pertanian menjadi produk pangan akan mengarah pada pengembangan pangan eksotik, pangan fungsional dan reposisi produk tradisional. Arahan tersebut terjadi karena tuntutan dari perubahan perilaku konsumen, dimana produk pangan tidak hanya berfungsi sebagai untuk kebutuhan dasar supaya sehat, tetapi berkembang ke arah fungsi makanan yang menyehatkan. Pengembangan nilai tambah pertanian yang akan memberikan dampak pengganda
yang
cukup
besar
bagi
perekonomian
nasional
adalah
pengembangan produk industri non pangan. Terdapat tiga kelompok utama produk pangan, yaitu produk kesehatan, produk industrial dan produk hiburan/pendidikan. Produk kesehatan atau agriceutical (agrofarmaka) merupakan potensi pengembangan nilai tambah yang sangat besar. Goldberg (2000) menyatakan bahwa
pengembangan
agriceutical
merupakan
peluang
yang
harus
dimanfaatkan oleh unit usaha dan pemerintah. Peluang tersebut didorong oleh tuntutan kebutuhan konsumen akan produk farmasi yang tidak menimbulkan dampak sampingan serta semakin meningkatnya turbulensi lingkungan alam yang
dapat
menyebabkan
timbulnya
berbagai
penyakit
dan
gangguan
kesehatan. Pengembangan pertanian yang mengarah pada produk industrial memiliki spektrum yang sangat luas dari mulai produk industri konvensional seperti olahan kayu, kertas dan tekstil sampai kepada produk bioenergi (biodiesel, bioetanol), produk oleokomia serta produk biopolimer. Pengembangan produk-produk non pangan sangat dibutuhkan oleh konsumen, baik sebagai produk yang langsung dikonsumsi ataupun sebagai bahan baku yang diolah lebih lanjut. Salah satu pendorong pengembangan produk non pangan adalah semakin dibutuhkannya sumber energi alternatif selain dari minyak bumi. Hal tersebut terjadi karena semakin tingginya harga produk dan energi berbasis sumberdaya mineral.
23
Produk non pangan lainnya adalah hiburan dan atau pendidikan yang terkait dengan bidang pertanian. Bisnis ini merupakan bisnis pelayanan jasa yang keberadaannya semakin dibutuhkan oleh masyarakat terutama terkait dengan masalah kenyamanan dan keberlanjutan kehidupan yang serasi. Integrasi antara pertanian dengan hiburan dan pendidikan merupakan sebuah katagori industri baru yang harus dieksplorasi pengembangannya. Produk tersebut memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai bisnis dan juga sebagai sarana pemupukan modal sosial dan ekologi karena dengan pendidikan dan hiburan yang diarahkan kepada masyarakat umum akan menimbulkan perhatian terhadap keberlanjutan pertanian dan kelestarian lingkungan. Secara ringkas peluang nilai tambah dalam pertanian diperlihatkan pada Gambar 4 berikut ini.
Gambar 4. Peluang Nilai Tambah Dalam Pertanian (Amanor-Boadu, 2005)
Pengukuran kinerja nilai tambah industri pengolahan pertanian dapat dilakukan dengan menggunakan metode Hayami dan Kawagoe (Hayami dan Kawagoe, 1993; Gumbira-Sa’id dan Intan, 2000). Perhitungan nilai tambah menggunakan metode Hayami dan Kawagoe memasukkan dua faktor utama, yaitu faktor teknis dan faktor pasar (Tabel 3).
24
Tabel 3. Model perhitungan nilai tambah berdasarkan metode Hayami
dan
Kawagoe (Hayami dan Kawagoe,1993 ; Gumbira-Sa’id dan Intan, 2000) No Variabel I. Output, input dan Harga 1 Output (kg/th) 2 Bahan Baku (kg/th) 3 Tenaga Kerja (HOK/th) 4 Faktor Konversi 5 Koefisien Tenaga Kerja 6 Harga Output 7 Upah Rerata Tenaga Kerja II. Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku (Rp/kg) 9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 10 Nilai Output (Rp/kg) 11 a. Nilai Tambah (Rp/kg) b. Nisbah Nilai Tambah (%) 12 a. Imbalan Tenaga Kerja (Rp/kg) b. Bagian Tenaga Kerja (%) 13 a. Keuntungan (Rp/kg) b. Tingkat Keuntungan (%) III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14 Marjin Keuntungan a. Pendapatan Tenaga Kerja (%) b. Sumbangan Input Lain (%) c. Keuntungan Perusahaan (%)
Nilai a b c d =a/b e =c/b f g h i j=dxf k = j – i –h l (%) = k/jx 100% m=exg n (%) = m/k x 100 % o=k-m p (%) = o/j x 100 % q=j-h r (%) = m/q x 100 % s (%) = i/q x 100 % t (%) = o/q x 100 %
Sejalan dengan metode Hayami dan Kawagoe, nilai tambah merupakan nilai penjualan dikurangi biaya seluruh input kecuali biaya tenaga kerja. Dengan demikian, nilai tambah merupakan suatu indikasi kesejahteraan yang dihasilkan oleh tenaga kerja dan manajemen melalui tenaga dan keterampilannya (Bourlakis dan Weightman, 2004).
Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan dengan Balanced Scorecard Menurut Kaplan dan Norton (1996), Balanced Scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang memasukkan ukuran-ukuran finansial dan operasional yang berhubungan dengan tujuan atau target organisasi. Oleh karena itu untuk melakukan pengukuran kinerja dengan teknik tersebut diperlukan satu set indikator yang dapat memonitor perkembangan kinerja dan
25
selanjutnya dibandingkan dengan target yang telah ditentukan. Dengan demikian, Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara cepat, tepat
dan komprehensif dapat
memberikan pemahaman kepada manajer tentang kinerja suatu bisnis. Suatu sistem pengukuran kinerja yang efektif, paling tidak harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut (Yuwono et al., 2004) . a. Didasarkan pada masing-masing aktivitas, dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai perspektif pelanggan. b. Evaluasi atas berbagai aktivitas, menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang divalidasi oleh pelanggan (customer-validated). c. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan, sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif. d. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali masalah-masalah yang kemungkinan perlu diperbaiki.
Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat sistem pengukuran kinerja adalah sebagai berikut : 1. Menelusuri
kinerja
terhadap
harapan
pelanggan
sehingga
akan
membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya, dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan. 2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal. 3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upayaupaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut. 4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi. 5. Membangun konsep untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi “reward” atas perilaku yang diharapkan tersebut.
Balanced scorecard melengkapi ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan. Tujuan dan ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif, yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan (Gambar 5).
26
Perspektif Pelanggan Tujuan
Ukuran
Perspektif Proses Bisnis Internal Tujuan
Perspektif Inovasi dan Pembelajaran
Ukuran
Tujuan
Ukuran
Perspektif Keuangan Tujuan
Ukuran
Gambar 5. Kerangka Kerja Balanced Scorecard (Brewer dan Speh, 2000)
Perspektif Finansial Ukuran
finansial
sangat
penting
dalam
memberikan
ringkasan
konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja finansial memberikan
petunjuk
apakah
strategi
perusahaan,
implementasi
dan
pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba (Kaplan dan Norton, 1996). Menurut Olve et.al memperlihatkan
implementasi
strategi
(2003), perspektif finansial
keuangan
keberhasilan finansial, yang berarti menjadi penentu
yang
mengarah
pada
bagi target akhir pada
semua perspektif lain dan bertindak sebagai fokus semua tujuan dan pengukuran.
Perspektif Pelanggan Para pelaku bisnis mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar dimana unit bisnis tersebut akan bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit bisnis di dalam segmen sasaran. Perspektif tersebut biasanya terdiri dari beberapa
27
ukuran utama atau ukuran generik kerberhasilan perusahaan dari strategi yang dirumuskan
dan
dilaksanakan
dengan
baik
(Kaplan
dan
Norton,1996).
Sependapat dengan hal tersebut, Olve et al. (2003) menyatakan bahwa perspektif pelanggan memcerminkan keterkaitan dengan segmen pelanggan dan pasar perusahaan beroperasi dan bersaing dengan yang pesaing lainnya.
Perspektif Proses Bisnis Internal Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa dalam perspektif proses bisnis dan internal, pelaku usaha mengidentifikasi proses internal penting yang harus dikuasai dengan baik. Proses tersebut memungkinkan unit bisnis untuk memberikan proposisi nilai yang akan menarik perhatian dan mempertahankan pelanggan dalam segmen pasar sasaran serta memenuhi harapan keuntungan finansial yang tinggi para pemegang saham. Ukuran proses bisnis internal berfokus kepada berbagai proses internal yang akan berdampak besar kepada kepuasan pelanggan dan pencapaian tujuan finansial perusahaan. Olve et al. (2003) menyatakan bahwa perspektif proses bisnis internal menekankan pada analisis proses internal perusahaan yang meliputi identifikasi sumberdaya dan kapabilitas
yang
dibutuhkan
perusahaan
dalam
meningkatkan
kinerja
perusahaan.
Perspektif Inovasi dan Pembelajaran Perspektif keempat dari balanced scorecard, inovasi dan pembelajaran, mengidentifikasi
infrastruktur
yang
harus
dibangun
perusahaan
dalam
menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Tiga sumber utama inovasi dan pembelajaran perusahaan dihasilkan dari manusia, sistem dan prosedur perusahaan (Kaplan dan Norton,1996). Dalam perspektif inovasi dan
pembelajaran,
memelihara memahami
dan dan
perusahaan
tidak
mengembangkan memuaskan
hanya
mempertimbangkan
pengetahuan konsumen,
yang
dibutuhkan
melainkan
juga
upaya untuk harus
mempertimbangkan faktor efisiensi dan produktivitas dalam menciptakan nilai bagi pelanggan (Olve et al., 2003) Balanced scorecard harus mampu menerjemahkan misi dan strategi unit bisnis ke dalam berbagai tujuan dan ukuran. Sistem pengukuran kinerja Balanced scorecard menitikberatkan pada keseimbangan antara berbagai ukuran eksternal para pemegang saham dan pelanggan, dengan berbagai ukuran
28
internal proses bisnis penting, inovasi serta pembelajaran dan pertumbuhan. Keseimbangan juga dinyatakan antara semua ukuran hasil dan apa yang dicapai perusahaan pada waktu lalu dengan semua ukuran faktor pendorong kinerja masa depan perusahaan. Kesimbangan antara semua ukuran hasil yang objektif dan mudah dikuantifikasi dengan faktor penggerak kinerja berbagai ukuran hasil yang subjektif dan berdasarkan pertimbangan sendiri. Perusahaan menggunakan fokus pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting sebagai berikut (Kaplan dan Norton, 1996). 1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi 2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis. 3. Merencanakan, menetapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis. 4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.
Manajemen rantai pasokan sebagai suatu integrasi proses bisnis yang kompleks dan dinamis memerlukan suatu sistem yang mampu mengukur kinerja sistem rantai pasokan. Lambert dan Pohlen (2001) menyatakan bahwa sistem pengukuran kinerja rantai pasokan dapat meningkatkan kesempatan untuk proses penyelarasan (aligning processes) pada berbagai pelaku yang terlibat, penetapan target segmen pasar yang menguntungkan dan mendapatkan keunggulan bersaing melalui pelayanan yang berbeda dan biaya yang rendah. Sebaliknya, apabila sistem pengukuran kinerja rantai pasokan tidak dimiliki oleh para
pelaku
mengakibatkan
atau
tidak
tepatnya
sistem
pengukuran
kinerjanya,
akan
beberapa hal, yaitu kegagalan dalam memenuhi harapan
konsumen, sub optimasi kinerja unit bisnis atau perusahaan, kehilangan peluang untuk bersaing dan konflik dalam rantai pasokan. Menurut Hieber (2002) dalam Horvath dan Moeller (2004) terdapat tujuh prinsip dalam pengukuran kinerja rantai pasokan, sebagai berikut. 1. Integrasi dalam manajemen setiap mitra yang terlibat dalam jaringan serta berorientansi pada jaringan, yang berarti evaluasi dari kinerja mitra lokal dan jaringan global. 2. Pendekatan kolaboratif dan orientasi kemitraan : sistem pengukuran kinerja harus membantu seluruh mitra kerja untuk unggul dan menang melalui
29
jaringan dan harus mengevaluasi kerjasama operasi secara baik dan menyeluruh (seperti, faktor kepercayaan, aliran informasi dan lainnya). 3. Orientasi pada proses bisnis : kinerja jaringan bukan penjumlahan hasil fungsional melainkan hasil akhir dari suatu proses. 4. Pendekatan hirarki yang berorientasi pada multi level : sistem pengukuran kinerja harus mengkaitkan unit operasi terkecil dengan seluruh strategi dan tujuan jaringan sepanjang level organisasi yang berbeda. 5. Pendekatan sistematik yang berorientasi pada model : Sistem pengukuran kinerja hanya dapat efektif apabila dilakukan dalam suatu kerangka yang terintegrasi. Indikator tunggal tanpa keterkaitan dan penyelarasan tidak akan dapat mengendalikan jaringan pada kinerja menuju tujuan yang telah ditetapkan jaringan organisasi. Sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced scorecard dapat digunakan dalam mengukur kinerja sistem rantai pasokan (Brewer dan Speh, 2000) Secara konseptual keterkaitan manajemen rantai pasokan dengan balanced scorecard dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.
Gambar 6. Keterkaitan Manajemen Rantai Pasokan dan Balanced Scorecard (Brewer dan Speh, 2000)
30
Gambar 6 menunjukkan modifikasi pengukuran kinerja Balanced Scorecard yang digunakan untuk mengembangkan kerangka menyeluruh untuk mengukur kinerja rantai pasokan. Brewer dan Speh (2000) mengajukan 16 ukuran kinerja yang dikembangkan dari konsep Balanced Scorecard. Indikator kinerja tersebut disusun berdasarkan perubahan filsafat dari perspektif internal (pengukuran individual perusahaan) ke perspektif antar fungsional dan perspektif kemitraan.
Dengan perkataan lain, Balanced Scorecard menganjurkan
pengukuran yang terintegrasi dalam suatu korporasi, kemudian dilengkapi dengan pengukuran yang tidak terintegrasi, yang memotivasi karyawan untuk berpandangan bahwa kesuksesan perusahaannya merupakan bagian dari kesuksesan keseluruhan rantai pasokan dan perusahaannya tidak dapat sukses tanpa perusahaan lain dalam suatu jaringan rantai pasokan.
Gambar 7. Kerangka konseptual sistem pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan menggunakan Balanced Scorecard (Brewer dan Speh, 2000)
31
Dalam pengembangannya, Brewer dan Speh (2000) juga menyampaikan suatu kerangka konseptual sistem pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan dengan menggunakan Balanced Scorecard, seperti yang terlihat dalam Gambar 7 di atas. Keempat perspektif (pelanggan, keuangan, proses bisnis serta inovasi dan pembelajaran)
dirancang berdasarkan kepada filsafat sistem
pengukuran yang bersifat antar organisasional
Pendekatan Sistem dan Dinamika Sistem Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal berikut : (1) mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah, dan (2) dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional (Eriyatno, 2003). Dalam pendekatan berpikir sistemik dikenal adanya suatu paradigma yang menyatakan bahwa suatu perubahan (perilaku atau dinamika) dimunculkan oleh
suatu
struktur
(unsur-unsur
pembentuk
yang
saling
bergantung,
interdependen). Untuk fenomena sosial strukturnya akan terdiri dari struktur fisik dan struktur pembuatan keputusan (oleh aktor-aktor dalam sistem) yang saling berinteraksi. Struktur fisik dibentuk oleh akumulasi (stok) dan jaringan aliran orang, barang, energi dan bahan. Sedangkan struktur pembuatan keputusan dibentuk oleh akumulasi dan jaringan aliran informasi yang digunakan oleh aktoraktor (manusia) dalam sistem yang menggambarkan kaidah-kaidah proses pembuatan keputusannya (Tasrif, 2004). Esensi berpikir sistemik menurut Senge (1990) adalah sebagai berikut. 1. Mengkaji
hubungan
saling
bergantung
(dipengaruhi
dan
dapat
mempengaruhi atau umpan balik), bukan hubungan sebab akibat searah, 2. Mengkaji adanya proses-proses perubahan (proses yang berlanjut, on going processes), bukan potret-potret sesaat.
Berdasarkan hal tersebut, prinsip-prinsip untuk membuat model dinamik adalah seperti yang terdaftar di bawah ini (Sterman, 1993 dalam Tasrif ,2004). 1. Keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi harus dibedakan di dalam model.
32
2. Adanya struktur stok dan aliran dalam kehidupan nyata harus dapat direpresentasikan di dalam model. 3. Aliran-aliran yang berbeda secara konseptual, di dalam model harus dibedakan. 4. Hanya informasi yang benar-benar tersedia bagi aktor-aktor di dalam sistem yang harus digunakan dalam pemodelan keputusannya. 5. Struktur kaidah pembuatan keputusan di dalam model harus sesuai dengan praktek-praktek manajerial. 6. Model harus handal/ tahan uji (robust) dalam kondisi-kondisi ekstrim.
Dinamika sistem merupakan salah satu metodologi yang digunakan dalam pendekatan sistem dengan memanfaatkan bantuan komputer untuk menganalisa dan memecahkan masalah rumit dengan fokus pada analisa dan disain kebijakan (Sterman, 2000). Metodologi dinamika sistem berhubungan erat dengan pertanyaan-pertanyaan tentang tendensi-tendensi dinamika sistemsistem yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan oleh sistem tersebut dengan bertambahnya waktu (Angerhofer dan Angelides, 2000). Penggunaan metodologi tersebut lebih ditekankan kepada tujuan-tujuan peningkatan pengertian mengenai bagaimana tingkah laku sistem di atas muncul dari strukturnya. Pengertian tersebut sangat penting dalam perancangan kebijaksanaan yang efektif. Persoalan-persoalan yang dapat dengan tepat dimodelkan menggunakan metodologi dinamika sistem adalah masalah yang memiliki ciri sebagai berikut (Tasrif, 2004). 1. Mempunyai sifat dinamis (berubah terhadap waktu) 2. Struktur fenomenanya mengandung paling sedikit satu struktur umpan balik (feedback structure)
Penelitian pemodelan dinamika sistem dalam manajemen rantai pasokan dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu : (1) pemodelan untuk membangun teori; (2) pemodelan untuk memecahkan masalah; dan (3) untuk memperbaiki pendekatan pemodelan (Angerhofer dan Angelides, 2000). Menurut Bell et al. (2003), tahapan dalam membuat model yang menggunakan metodologi dinamika sistem di dalam memahami dinamika manajemen rantai pasokan dapat dirinci sebagai berikut.
33
•
Memahami dan mengkaji sistem Dalam langkah ini terlebih dahulu harus didefinisikan batas model yang akan dikaji sebelum model tersebut dikaji. Batas model tersebut memisahkan proses-proses diungkapkan
yang dari
menyebabkan
proses-proses
adanya
yang
tendensi
internal
mempresentasikan
yang
pengaruh-
pengaruh eksogenus. Batas model tersebut akan menggambarkan cakupan analisis dan akan berdasarkan kepada isu-isu yang ditujukan oleh analisis tersebut dan akan meliputi semua interaksi sebab akibat yang berhubungan dengan isu tersebut. •
Mengembangkan diagram sebab akibat (causal loop) dari sistem. Setelah batas model dapat didefinisikan, suatu struktur lingkar umpan balik (feedback loops) yang berinteraksi barulah dapat dibentuk. Struktur umpan balik tersebut merupakan blok pembentuk model yang diungkapkan melalui lingkaran-lingkaran tertutup.
Harga
-
-
Prediksi Penjualan
+
-
-
Penjualan
-
+ Permintaan Persediaan Produk
-
+
Persediaan Produk
-
Gambar 8. Diagram Sebab Akibat Sistem Persediaan dalam Rantai Pasokan (Bell et al. ,2003) •
Mengembangkan diagram alir (level, dan rate) dari sistem Berdasarkan lingkar sebab akibat dibangun diagram level ,dan rate dari sistem.
Dalam
diagram
tersebut
akan
digambarkan
berbagai
interaksi/hubungan antar entitas dalam sistem. Pengembangan diagram level, dan rate tersebut dilakukan dengan bantuan perangkat lunak seperti Stella, Vensim dan Powersim (Tasrif, 2004)
34
Permintaan_Persediaan
Penjualan
Persediaan
Harga
Prediksi_Penjualan
Gambar 9. Diagram Sistem Persediaan dalam Rantai Pasokan (Bell et al., 2003) •
Mengembangkan model dari sistem Dalam langkah ini, model diformulasikan sebagai representasi atau abstraksi dari seluruh interaksi yang terjadi pada sistem yang dikaji.
•
Menguji asumsi model Setelah model eksplisit suatu persoalan diformulasikan, dilakukan suatu kumpulan pengujian terhadap kesahihan model dan sekaligus pula mendapatkan pemahaman terhadap tendensi-tendensi internal sistem.
•
Melakukan simulasi Simulasi dilakukan untuk menilai dampak perubahan-perubahan parameter terhadap sistem yang dikaji.
•
Menyampaikan rekomendasi kebijakan Berdasarkan hasil simulasi akan dihasilkan rekomendasi kebijakan yang tepat dalam upaya mencapai tujuan sistem.
Industri Teh Perkebunan teh yang pertama di Indonesia dimulai pada tahun 1828 (Spillane, 1992). Sejak saat itu industri teh Indonesia mulai berkembang. Pada saat itu, yang dimaksud dengan industri teh adalah industri yang mengolah pucuk teh sebagai hasil perkebunan menjadi teh curah (bulk tea). Teh curah
35
yang dihasilkan terdiri dari tiga jenis, yaitu teh hitam, teh hijau dan teh oolong. Perbedaan
ketiga
jenis
teh
curah
tersebut
ditentukan
oleh
proses
pengolahannya. Pengolahan teh hitam dilakukan dengan serangkaian proses fisik dan mekanis yang diikuti dengan proses oksidasi enzimatis (fermentasi). Pada teh hijau dalam proses pengolahannya tidak dilakukan proses fermentasi, sedangkan teh oolong merupakan hasil olahan semi fermentasi (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 1994). Tahapan pengolahan teh hitam dan teh hijau disajikan pada Gambar 10 dan 11 berikut ini.
Gambar 10. Diagram Alir Pengolahan Teh Hitam Orthodox (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 1994; Unilever Bestfoods Beverages, 2003)
36
Gambar 11. Diagram Alir Pengolahan Teh Hijau (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 1994;Unilever Bestfoods Beverages, 2003)
37
Rantai pasokan industri teh merupakan jaringan logistik yang kompleks karena terdiri dari lima level, yaitu
budidaya kebun teh, industri teh curah,
industri teh hilir, distribusi dan ritel. Budidaya kebun teh dan industri teh curah merupakan bisnis hulu, sedangkan industri teh hilir, distribusi dan ritel merupakan bisnis hilir (Gambar 12). Upaya pengembangan industri teh memerlukan suatu pendekatan bisnis yang didasarkan kepada sinergi strategi bersaing setiap pelaku usaha yang terdapat di sepanjang rantai pasokan industri teh. Strategi rantai pasokan yang dilakukan pelaku industri teh di Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut. (1) Pelaku agroindustri dalam melakukan usahanya melakukan strategi integrasi vertikal (vertical integration) dengan memiliki bisnis hulu dan bisnis hilir dalam satu kelompok usaha. Gumbira-Sa’id dan Intan (2004) menyatakan bahwa integrasi vertikal dalam arti mikro adalah suatu perusahaan yang bergerak pada dua atau lebih level dalam suatu sistem komoditas. Integrasi vertikal dapat menjamin resiko kekurangan bahan baku bagi indsutri pengolahan, menjamin pemasaran produk, melindungi diri dari perilaku pesaing yang dapat membahayakan kelanjutan usaha, melindungi diri dari permainan yang tidak adil oleh pelaku bisnis dari level yang lain dalam suatu sistem komoditas. (2) Pelaku agroindustri yang melakukan strategi kordinasi vertikal (vertical coordination) dari hulu ke hilir. Pelaku agroindustri tersebut tidak memiliki bisnis hulu dan hilir secara keseluruhan dalam satu kelompok usaha, kemudian melakukan kemitraan dengan beberapa pelaku bisnis hulu dan bisnis hilir lainnya (penyimpanan, distribusi dan ritel).
Koordinasi vertikal
merupakan keterkaitan antar pelaku pemasaran dan produksi suatu komoditas dalam suatu entitas keputusan ( Cramer et al., 2001)
Budidaya Kebun Teh
Industri Teh Curah
Bisnis Hulu
Industri Hilir Teh
Penyimpanan
Distribusi
Bisnis Hilir
Gambar 12. Rantai Pasokan Industri Teh
Retail
38
Penelitian Sebelumnya Terkait dengan Topik yang Dikaji Berdasarkan hasil penelusuran karya ilmiah, terdapat beberapa hasil penelitian yang terkait dengan topik penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian yang terkait tersebut didaftar di bawah ini. 1.
Goncalves et al. (2004) meneliti mengenai umpan balik antara kinerja rantai pasokan dan variasi permintaan dalam sistem produksi yang digunakan oleh manufaktur semi konduktor. Penelitian tersebut menggunakan metodologi dinamika sistem. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh interaksi penjualan dan produksi mengakibatkan rantai pasokan menjadi labil dan kinerja rata-rata yang lebih rendah.
2.
Castiaux (2004) meneliti tentang pembelajaran pengetahuan pada suatu kemitraan antar organisasi dalam suatu rantai pasokan. Penelitian tersebut menggunakan metodologi dinamika sistem. Penelitian tersebut berhasil memodelkan pengaruh yang berbeda dari kemitraan antar organisasi dalam menciptakan pengetahuan baru dalam organisasi.
3.
Bezemer dan Akkermans (2003) meneliti mengenai pemahaman terhadap waktu tunda dalam dinamika rantai pasokan semi konduktor.
Dalam
penelitian tersebut dirancang suatu simulasi kebijakan manajemen rantai pasokan menggunakan dinamika sistem. Simulasi tersebut menghasilkan kebijakan yang paling efektif dalam memperbaiki kinerja rantai pasokan dan penjualan,
seperti
pengembangan
kapasitas
yang
agresif,
target
pemanfaatan kapasitas yang rendah dan persediaan penyangga produk akhir yang lebih tinggi. Kinerja rantai pasokan yang diukur adalah kualitas, biaya, waktu dan fleksibilitas. 4.
Malloy (2004) melakukan penelitian mengenai pemodelan dampak keputusan pengembangan produk terhadap siklus hidup biaya dalam rantai pasokan industri pesawat terbang . Studi kasus menggunakan metodologi dinamika sistem dilakukan pada industri pesawat tidak berawak. Penelitian tersebut menghasilkan suatu model yang menunjukkan interaksi yang rumit antara kebutuhan misi, tingkat kegagalan kebijakan pemesanan serta menghasilkan model simulasi yang mampu mengukur dampak jangka panjang dari keputusan arsitektur produk.
5.
Panov dan Shiryaev (2003) melakukan penelitian manajemen adaptif rantai pasokan dalam kondisi permintaan yang berubah-ubah. Dalam penelitian tersebut dilakukan pemodelan dinamika sistem rantai pasokan manufaktur
39
generik dengan mempertimbangkan masalah dalam penentuan strategi adaptif yang efektif dalam produksi, tingkat pasokan dan harga yang mengikuti level persediaan dan situasi pasar melalui estimasi kurva permintaan. 6.
Al-Qatawneh et al. (2004) meneliti mengenai dinamika rantai pasokan jasa pelayanan kesehatan dengan menggunakan metodologi dinamika sistem. Penelitian
tersebut
menghasilkan
kerangka
dinamika
sistem
yang
terintegrasi untuk analisa dan pemodelan rantai logistik jasa pelayanan kesehatan. 7.
Marquez (2004) melakukan penelitian mengenai pemodelan dinamis rantai pasokan maya (virtual). Penelitian tersebut bertujuan untuk menjelaskan model dinamis yang mampu membantu investasi yang direncanakan untuk memperbaiki harapan persepsi konsumen mengenai atribut, meningkatkan penjualan, pendapatan dan pangsa pasar.
8.
Adiarni et al. (2005) melakukan penelitian mengenai rekayasa sistem rantai pasokan berbasis jaringan pada bahan baku agroindustri farmasi. Penelitian tersebut menghasilkan model sistem pasokan bahan baku agroindustri farmasi berbasis jaringan yang mampu mengoptimalkan manfaat finansial, sosial bagi anggota jaringan dan hubungan yang berkelanjutan. Penelitian tersebut menggunakan berbagai perangkat (tools) dari
pendekatan
sistem,
seperti
Interpretative
Structure
Modelling,
Analytical Hirarchy Process, Analisis Finansial (IRR, NPV, PP) dan Quality Function Deployment . 9.
Strohhecker (2004) melakukan penelitian mengenai eksperimen berbasis simulasi untuk menguji teori perbaikan kinerja yang terkandung dalam Balanced
Scorecard.
Penelitian
tersebut
menggunakan
metodologi
dinamika sistem. Hasil penelitian tersebut menunjukkan indikasi pengaruh Balanced Scorecard dalam kinerja intraorganisasi yang berlebihan. 10.
Van Der Vorst et al. (1998) melakukan penelitian mengenai manajemen rantai pasokan dalam rantai pangan salad yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja dengan mengurangi ketidakpastian. Dalam penelitian tersebut diidentifikasi sumber ketidakpastian dalam manajemen rantai pasokan seperti peramalan permintaan, data input, proses keputusan dan administrasi. Pada setiap sumber ketidakpastian tersebut, diidentifikasi beberapa prinsip pengembangannya. Dalam penelitian tersebut dibuat
40
model simulasi untuk membantu mengkuantifikasikan pengaruh alternatif konfigurasi dan konsep manajemen operasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
pengurangan
ketidakpastian
dapat
memperbaiki
level
pelayanan secara nyata. 11.
Narasimhan dan Kim (2002) meneliti mengenai pengaruh integrasi rantai pasokan dalam hubungan antara diversikasi dan kinerja pada perusahaan Jepang dan Korea.
Strategi integrasi rantai pasokan harus dievaluasi
dalam kaitannya dengan strategi produk dan pasar. Penelitian tersebut menggunakan analisis regresi, hasilnya menujukkan strategi integrasi rantai pasokan memodifikasi hubungan antara diversifikasi dan kinerja. 12.
Roeterink et al. (2003) meneliti mengenai upaya perbaikan kinerja logistik pada perusahaan pangan dengan menggunakan model dinamika sistem untuk rantai pasokan internal. Indikator kinerja yang diteliti adalah level persediaan
produk,
waktu
tunggu
penyampaian,
ketersediaan
penyampaian dan keuntungan. Dalam penelitian tersebut disimulasikan lima kebijakan perusahan yang mempengaruhi indikator kinerja logistik.
Selain itu, Giannoccaro dan Pontrandolfo (2001) menyusun taksonomi penelitian yang terkait dalam pemodelan manajemen rantai pasokan. Penelitian dalam pemodelan manajemen rantai pasokan dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu : (1) konseptual; (2) analisis;(3) intelijen buatan; dan (4) simulasi. Aspek utama dalam pemodelan konseptual meliputi permasalahan khusus dari manajemen rantai pasokan dan atau kerangka yang memberikan petunjuk dalam penyelesaian masalah manajemen rantai pasokan yang spesifik. Pemodelan yang bersifat analisis untuk permasalahan manajemen rantai pasokan didasarkan pada teknik penelitian operasional terutama pemograman linier, pemograman dinamik, pemograman integer campuran, pemograman multi tujuan, proses keputusan Markov dan proses hirarkhi analisis. Beberapa teknik intelijen buatan telah diaplikasikan untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam manajemen rantai pasokan, di antaranya adalah sistem pakar, teori kumpulan fuzzy, logika fuzzy, algoritma genetik, pembelajaran penguatan dan sistem multi agen. Selain itu, penelitian pemodelan manajemen rantai pasokan menggunakan simulasi untuk memecahkan permasalahan dalam manajemen rantai pasokan, di antaranya adalah dengan menggunakan dinamika sistem.
41
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas serta beberapa hasil penelitian yang telah dibahas pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penelitian dalam manajemen rantai pasokan didominasi oleh bidang manajemen operasi dan logistik yang diarahkan oleh prinsip ekonomi dengan menekankan pada aspek keuntungan dan pertumbuhan. New (1997) menyarankan lingkup penelitian manajemen rantai pasokan tidak hanya mengkaji masalah ”efficiency” melainkan juga harus diarahkan untuk mengkaji masalah ”justice” di antara pelaku yang terlibat dalam suatu rantai pasokan. Pandangan tersebut sangat sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian yang dikembangkan dalam penerapan teori dan praktek manajemen rantai pasokan di negara berkembang.
42
METODA PENELITIAN Kerangka Kerja Penelitian Permasalahan kompleks dan dinamis merupakan ciri khas dalam suatu sistem bisnis termasuk industri teh hijau. Kompleksitas tersebut terjadi karena interaksi dari berbagai pelaku usaha dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream). Dalam penelitian ini dikaji sistem manajemen rantai pasokan industri teh hijau di Jawa Barat. Level manajemen rantai pasokan yang dikaji terdiri dari level budidaya kebun teh, level industri teh hijau curah, level distribusi dan level konsumen. Pelaku industri teh hijau tersebut dalam melakukan proses bisnisnya melakukan integrasi vertikal, koordinasi vertikal dan pengadan pasar terbuka (open market). Hal tersebut menyebabkan terjadinya kompleksitas pada antar pelaku dan fasilitas yang terdapat dalam sistem rantai pasokan karena adanya perbedaan kepentingan dan tujuan. Aspek dinamis pada industri teh hijau terjadi karena terjadi perubahan yang disebabkan karena waktu. Perubahan tersebut terjadi pada produk, fasilitas dan pelaku usaha. Kompleksitas dan dinamis yang menjadi ciri khas dari industri teh hijau menjadi pendorong penggunaan pendekatan sistem. Seluruh entitas yang terdapat pada sepanjang rantai pasokan industri teh hijau mempunyai tujuan dan kepentingan yang berbeda. Namun demikian, sebagai suatu sistem seluruh entitas tersebut dituntut untuk melakukan sinergi dalam mencapai satu tujuan dalam keseluruhan sistem rantai pasokan, yaitu sistem rantai pasokan yang efektif dan efisien. Rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau yang terintegrasi dengan sistem pengukuran kinerja Balanced Scorecard dihasilkan dengan memanfaatkan metodologi dinamika sistem (System Dynamics). Dalam mewujudkan hal tersebut dilakukan identifikasi struktur sistem manajemen rantai pasokan industri teh hijau yang terdiri dari proses bisnis rantai pasokan, jaringan rantai pasokan dan komponen manajemen rantai pasokan. Selanjutnya diikuti dengan pengukuran kinerja dengan menggunakan analisis nilai tambah Hayami dan Kawagoe serta pengukuran kinerja Balanced Scorecard yang terdiri dari perspektif
konsumen,
perspektif
internal
pembelajaran serta perspektif finansial.
bisnis,
perspektif
inovasi
dan
43
Integrasi struktur sistem manajemen rantai pasokan dengan struktur sistem pengukuran kinerja analisis nilai tambah Hayami dan Kawagoe serta Balanced
Scorecard
menghasilkan suatu model dinamika
sistem yang
mendeskripsikan interaksi dinamis berbagai entitas dalam rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau. Selain itu, model tersebut menghasilkan pengukuran kinerja keseluruhan (antar organisasional) sistem rantai pasokan industri teh yang diteliti. Secara skematis deskripsi tersebut terdapat dalam kerangka kerja penelitian (Gambar 13).
Gambar 13. Kerangka Kerja Penelitian
Berdasarkan interaksi dinamis dan kinerja sistem rancangbangun manajemen rantai pasokan tersebut, dihasilkan suatu jawaban terhadap beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan, yaitu : apakah teori manajemen rantai pasokan yang berasal dari industri manufaktur di negara maju dapat diterapkan dan dikembangkan pada agribisnis dan agroindustri di Indonesia yang karakteristiknya berbeda secara budaya dan kebijakan pemerintahnya?, Apakah penerapan teori manajemen rantai pasokan tersebut akan meningkatkan kinerja
44
para pelaku usaha agribisnis dan agroindustri yang terlibat dalam suatu rantai pasokan?, Siapakah yang mendapatkan manfaat yang paling banyak dari penerapan teori manajemen rantai pasokan?, Faktor-faktor apakah yang menentukan
keberhasilan
dan
atau
ketidakberhasilan
penerapan
teori
manajemen rantai pasokan di negara berkembang seperti Indonesia?.
Tempat dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini ditentukan batasan sistem yang dikaji (system boundary), yaitu sistem manajemen rantai pasokan pada industri teh hijau yang beroperasi di Jawa Barat. Sistem rantai pasokan industri teh hijau yang dikaji merupakan pelaku yang dianggap telah melakukan best practices dalam usahanya, yaitu sistem rantai pasokan yang terkait dengan PT. Kantor Bersama Perkebunan (KBP) Chakra (Gambar 14). Lingkup jenis produk teh yang dikaji adalah teh hijau. Hal tersebut ditentukan berdasarkan kompetensi bisnis dan produk utama yang dikembangkan oleh perusahaan tersebut. Berdasarkan aspek kewilayahan, penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Majalengka.
Penelitian ini dilakukan
dari April 2006 sampai dengan Desember 2008.
Tata Laksana Penelitian Pengumpulan Data, Informasi dan Pengetahuan Dalam rangka mencapai tujuan penelitian telah dikumpulkan data, informasi dan pengetahuan yang berasal dari sumber primer dan sekunder. Data, informasi dan pengetahuan primer dikumpulkan berdasarkan observasi, diskusi dan wawancara dengan responden yang merupakan para pelaku usaha sepanjang rantai pasokan industri teh hijau. Responden penelitian ini dipilih berdasarkan hasil pemetaan rantai pasokan. Jaringan rantai pasokan yang terbentuk terdiri atas agroindustri teh hijau yang menjadi “The Channel Master” yang memiliki pabrik pengolahan dan kebun, kebun rakyat, agroindustri teh hijau yang menjadi sumber pengadaan terbuka dan pasar. Menurut APICS (2008), ‘”The Channel Master” merupakan salah satu perusahaan yang memiliki kekuatan dominan dalam mengelola suatu rantai pasokan. Serupa dengan “The Channel Master”, Stock dan Lambert (2001) menyebutnya dengan istilah “Focal Company”.
45
Pembeli 1 Pembeli 2 Aliran Teh Jadi Curah Pembeli 3 Kelompok Kualitas I Pembeli 4
Aliran Pucuk Teh PT. Chakra Perkebunan Rakyat 1
Pemasok Teh Curah 1
Pembeli 5
Kebun Sendiri Pembeli 6 Agroindustri Pembeli 7 PT. Ratna Pura Bianka
Perkebunan Rakyat 2
Pembeli 8
Kebun Sendiri Pembeli 9 Agroindustri Pembeli 10
PT. KBP Chakra PT. HK Waringin Perkebunan Rakyat 3
Kelompok Kualitas II
Pembeli 11
Ekspor
Kebun Sendiri Pembeli 12 Agroindustri Pembeli 13 PT. Surya Andaka Mustika
Perkebunan Rakyat 4
Pembeli 14 Pemasok Teh Curah 2
Kebun Sendiri Agroindustri
The Channel Master
Pembeli 15 Pembeli 16 Pembeli 17
Kelompok Kualitas III
Pembeli 18 Pembeli 19
Pembeli 20
Gambar 14. Rantai Pasokan Terkait Dengan PT. Kantor Bersama Perkebunan (KBP) Chakra
Domestik
46
Berdasarkan
jaringan
rantai
pasokan
tersebut,
dipilih
responden
penelitian secara purposif, yaitu para pengambil keputusan pada setiap pelaku yang terdiri atas direktur utama PT. KBP Chakra (Teguh Kustiono, Drs, MP) , manajer umum dan direktur keuangan PT. KBP Chakra (Sukiman, Ir.,MP), direktur produksi PT. KBP Chakra (Odi Rusmiadi, Ir), direktur pemasaran PT. KBP Chakra (Dedi Rokhaedi), manajer penelitian dan pengembangan PT. KBP Chakra (Nugroho, Ir), manajer kebun dan pabrik PT. KBP Chakra (Irvansyah, Ir, Ete Rochaendi, Ir, Wisnu Jatmiko, Ir) , pemilik dan pengelola kebun rakyat (Wildan Mustofa, Ir, MM, Kurnadi, Ir, Bapak Sugiri, Iman,) serta pemilik dan pengelola agroindustri teh hijau CV. Wijaya Tea (H. Wildan) dan Kelompok Usaha Buana Tani (Enceng)). Jenis data yang ditampilkan dalam pemodelan rantai pasokan dengan menggunakan pendekatan System Dynamics terdiri atas tiga jenis, yaitu data numerik, data tertulis dan model mental (Towill, 1996). Data numerik yang digunakan adalah berbagai parameter keputusan yang terdapat dalam struktur fisik dan keputusan pada jaringan rantai pasokan yang diteliti, seperti luas kebun, produktivitas kebun, kapasitas terpasang dan terpakai mesin pabrik, faktor konversi pucuk teh ke teh jadi (made tea), waktu produksi, prakiraan produksi, persediaan, produk yang terkirim permintaan pasar dan yang lainnya. Data tertulis merupakan berbagai rujukan yang digunakan dalam pemodelan, seperti data sekunder, jurnal penelitian dan buku dengan tema yang relevan dengan penelitian. Model mental merupakan kaidah yang melandasi pembuatan keputusan oleh para pelaku yang terlibat dalam jaringan rantai pasokan industri teh hijau yang dikaji (Tasrif, 2004). Data numerik dan model mental diperoleh dari hasil wawancara dengan responden yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Selain itu, dalam penelitian ini dilakukan observasi mendalam terhadap proses bisnis dan manajemen yang terjadi dalam sistem rantai pasokan industri teh yang dikaji.
Pengolahan Data Data model mental, kepustakaan dan numerik yang dikumpulkan diolah menjadi suatu rancangan model dengan menggunakan metodologi dinamika sistem (Gambar 15). Dalam menyusun model dinamika sistem tersebut telah digunakan perangkat lunak
Vensim Professional Academic Version 5.7. dari
Ventana Simulation AS. Perangkat lunak tersebut digunakan pada tahapan
47
pembuatan diagram sebab akibat, pembuatan diagram alir atau diagram sub model (level dan rate) dari sistem yang dikaji, tahapan pengembangan model dari sistem, tahapan pengujian asumsi model, serta tahapan simulasi.
Gambar 15. Perancangan Model Dinamika Sistem (Tasrif, 2004) Struktur fisik dan keputusan dalam model dinamika sistem dikembangkan dari hasil observasi dan wawancara berupa data model mental, data numerik,dan informasi tertulis . Selain itu, model dinamika sistem dikembangkan juga dari data konseptual yang berasal dari kepustakaan seperti jurnal hasil penelitian dan buku yang relevan. Selanjutnya,
model
tersebut
disimulasikan
berdasarkan
beberapa
skenario yang membandingkan antara perilaku dunia nyata dan perilaku model. Pengembangan skenario tersebut didasarkan pada perubahan parameter dan atau perubahan struktur model berupa kebijakan baru. Berdasarkan simulasi tersebut dihasilkan suatu rekomendasi alternatif kebijakan yang menghasilkan perilaku peningkatan kinerja manajemen rantai pasokan industri teh hijau.
STRUKTUR MODEL RANCANGBANGUN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU
Model Umum Dalam bagian disertasi ini dibahas model umum manajemen rantai pasokan industri teh hijau yang menjadi studi kasus dalam penelitian, yaitu studi kasus pada rantai pasokan industri teh hijau dengan The Channel Master nya satu perusahaan swasta nasional yang bergerak pada industri teh. The Channel Master tersebut merupakan pelaku utama dalam industri teh hijau nasional yang berorientasi pada pasar global, sekitar 90 % produknya ditujukan untuk pasar internasional dan sisanya ditujukan untuk pasar domestik yang merupakan perusahaan industri minuman multinasional yang beroperasi di Indonesia. Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan tersebut melakukan strategi integrasi vertikal dengan memiliki perkebunan teh dan pabrik pengolahan. Namun demikian, tuntutan permintaan pasar melebihi kapasitas yang dimiliki sehingga dilakukan penerapan strategi koordinasi vertikal dengan perkebunan rakyat serta melakukan pengadaan teh jadi (made tea) dari pasar terbuka yang berasal dari industri pengolahan teh hijau lainnya. Penerapan ketiga strategi tersebut menyebabkan jaringan rantai pasokan yang terbentuk menjadi multiple levels dan kompleks. Pabrik pengolahan teh mendapatkan pasokan pucuk teh secara rutin setiap hari dari kebun sendiri dan kebun rakyat. Perusahaan membeli teh jadi (made tea) dari pasar terbuka (open market) apabila terjadi kekurangan antara permintaan pasar dan jumlah produksi sendiri. Hasil pembelian dari pasar terbuka langsung dikirim ke pusat distribusi. Selanjutnya, produk jadi dikirim ke pembeli yang merupakan pelaku pasar internasional di berbagai negara konsumen seperti beberapa negara Eropa, Rusia, Amerika Serikat dan beberapa negara Asia serta perusahaan industri minuman multinasional yang beroperasi di Indonesia. Gambar 16 lebih rinci mengilustrasikan jaringan rantai pasokan industri teh yang dijadikan studi kasus. Perusahaan X yang menjadi The Channel Master dibagi ke dalam tiga sektor, yaitu sektor kebun teh, sektor pabrik teh dan sektor pusat distribusi. Dalam internal perusahaan X terdapat aliran produk (pucuk teh dan teh jadi) dan keputusan manajemen yang menghubungkan antara satu sektor dengan sektor yang lainnya. Keputusan manajemen merupakan
48
pengelolaan aliran informasi yang diperlukan untuk mengendalikan aliran produk melalui proses bisnis yang efektif dan efisien. Dalam hubungan antar organisasi terdapat aliran produk (pucuk teh dan teh jadi), aliran order dan spesifikasi serta aliran pembayaran. Perusahaan X melakukan pengelolaan penyampaian aliran order dan spesifikasi serta pembayaran kepada kebun teh yang menyampaikan pucuk teh sesuai dengan order dan spesifikasi yang telah ditentukan. Demikian juga halnya kepada perusahaan pengolahan teh yang lain, perusahaan X menyampaikan order dan spesifikasi serta pembayaran kepada perusahaan teh yang menyampaikan aliran produk teh jadi sesuai order dan spesifikasi yang telah ditentukan. Di lain pihak, pembeli (buyers) menyampaikan order dan spesifikasi produk teh jadi yang diinginkan dan memberikan imbalan pembayaran kepada perusahaan yang telah menyampaikan produk teh jadi yang sesuai.
Sektor Perusahaan Lain
Perusahaan X (The Channel Master)
Proses Akhir
Gudang Distribusi
Sortasi Keputusan Manajemen
Order & Spesifikasi
Teh
Teh
Pembayaran
Proses Produksi
Pembayaran
Sektor Kebun Teh
Pucuk Teh
Pucuk Teh
Order & Spesifikasi
Transaksi
Keputusan Manajemen
Proses Order
Sektor Pusat Distribusi
Sektor Pabrik Teh
Transaksi
Pemba yaran
Sektor Pembeli
Teh
Order & Spesifikasi
Transaksi
Sektor Kebun Teh Rakyat
Gambar 16. Model umum rancangbangun pasokan industri teh hijau
Aliran produk dalam manajemen rantai pasokan industri teh hijau mengikuti rangkaian proses yang terjadi pada industri pengolahan teh hijau. Berawal dari aktivitas persiapan berupa budidaya teh dan pemetikan pucuk teh, dilanjutkan dengan pengolahan, sortasi dan pengemasan (Gambar 17).
49
Selanjutnya diikuti dengan pengiriman ke pabrik, penyimpanan dan distribusi ke pasar.
Persiapan
Pengolahan PUCUK TEH
Sortasi & Pengemasan
PENERIMAAN PUCUK DI PABRIK 1
PEMETIKAN
PEMISAHAN PUCUK TEH 2
PELAYUAN 3 PENGGULUNGAN 4 PENGERINGAN AWAL MENGGUNAKAN ECP DRYER 5
SORTASI 7
6
PENGERINGAN AKHIR
PENGEMASAN
Gambar 17. Proses Industri Pengolahan Teh Hijau
Berdasarkan interaksi intra organisasi dan antar organisasi di atas, secara eksplisit tergambarkan bahwa terdapat lingkar umpan balik (feedback loops) dalam manajemen rantai pasokan (supply chain management) industri teh. Sektor pembeli menjadi pendorong (drivers) bagi sektor yang lainnya, setiap perubahan order dan spesifikasi berupa tuntutan kualitas, kuantitas, waktu penyampaian, harga serta yang lainnya harus direspon oleh seluruh pelaku usaha yang terlibat dalam jaringan rantai pasokan industri teh.
Diagram Sebab Akibat Dalam upaya memahami kompleksitas sistem rancangbangun rantai pasokan industri teh hijau dilakukan pengembangan model umum menjadi diagram
sebab
akibat.
Pengembangan
diagram
sebab
akibat
tersebut
didasarkan pada komponen yang terdapat dalam model umum serta tujuan
50
penelitian yang akan dijawab. Dengan demikian kedua faktor tersebut menjadi batasan sistem dalam pembuatan diagram sebab akibat di bawah ini. -
+
pendapatan
-
+ tekanan untuk meningkatkan diferensiasi kualitas teh hijau + tuntutan kualitas teh hijau yang diminta
pengiriman teh + hijau +
+
pembelian teh hijau dari perusahaan pengolah lain
pesaing produsen teh hijau
pangsa produk teh hijau
-
+
-
+
+ + kecocokan kualitas teh hijau
pesanan produk teh hijau
+
kebutuhan teh hijau dari perusahaan pengolah - lain
+
-
+
+
keuntungan +
biaya yang dikeluarkan
+
+
+ persediaan teh hijau +
kualitas teh aktual hijau +
kualitas pucuk teh aktual +
+ + produksi teh hijau + -
kebutuhan pucuk teh dari kebun rakyat -
upaya penyesuaian kualitas pucuk teh -
+ + Kebutuhan pucuk teh dari kebun sendiri
+ pucuk teh terpetik di kebun sendiri
+
upaya penyesuaian kualitas teh hijau
+
pembelian pucuk teh kebun rakyat +
-
+
-
kualitas pucuk teh yang diminta +
kecocokan kualitas + pucuk teh
produktivitas pemetikan pucuk teh
Gambar 18. Diagram sebab akibat rancangbangun rantai pasokan industri teh hijau
Gambar 18 menjelaskan bahwa semakin banyak jumlah pesaing produsen teh hijau curah di pasar global akan meningkatkan tekanan kepada pelaku industri teh hijau untuk meningkatkan diferensiasi kualitas teh curah. Diferensiasi kualitas diperlukan agar pelaku industri teh hijau mendapatkan harga jual yang lebih baik, apabila tidak dilakukan diferensiasi maka akan timbul tekanan untuk menurunkan harga jual kepada perusahaan. Semakin besar tekanan untuk meningkatkan diferensiasi kualitas teh hijau curah akan semakin tinggi tuntutan kualitas teh hijau curah yang diminta oleh pembeli
internasional dan domestik. Meningkatnya tuntutan kualitas tersebut
menuntut respon yang cepat dari produsen teh hijau. Tuntutan kualitas teh curah yang diminta menentukan kecocokan kualitas teh hijau curah yang diproduksi perusahaan. Semakin tinggi tuntutan kualitas teh hijau curah yang diminta maka kecocokan kualitas teh hijau curah akan semakin tinggi pula. Kecocokan kualitas merupakan faktor kunci dari keberhasilan proses bisnis yang dilakukan perusahaan produsen teh hijau serta menunjukkan tingkat
51
penerimaan pasar terhadap produk yang dihasilkan. Dengan kata lain, kecocokan kualitas adalah indikator kunci kemampuan perusahaan untuk mendengarkan dan merespon suara konsumen (voice of customer ). Evaluasi kecocokan kualitas yang dihasilkan dengan tuntutan kualitas dari konsumen akan menghasilkan tingkat kesenjangan kualitas yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, semakin tinggi kecocokan kualitas teh curah yang dihasilkan dengan tuntutan kualitas dari konsumen akan menurunkan upaya penyesuaian kualitas teh curah yang harus dilakukan. Semakin tinggi upaya penyesuaian kualitas teh curah menyebabkan semakin tinggi kualitas teh curah aktual yang dihasilkan perusahaan. Dalam penelitian ini terungkap bahwa upaya penyesuaian kualitas dilakukan dengan cara penyesuaian kualitas dari kelompok kualitas yang lebih tinggi ke kelompok kualitas yang lebih rendah. Hal tersebut terjadi karena permintaan konsumen untuk kelompok kualitas I dan III lebih tinggi dibandingkan kelompok kualitas II. Dengan demikian, kelompok kualitas II akan disesuaikan kualitasnya menjadi kelompok kualitas III, sedangkan upaya penyesuaian kualitas kelompok I dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas pucuk teh yang menjadi bahan baku. Selanjutnya, semakin bertambah kualitas teh curah aktual maka akan semakin tinggi kecocokan kualitas teh curah yang dihasilkan dengan tuntutan kualitas yang diminta konsumen. Interaksi variabel tuntutan kualitas teh curah yang diminta, kecocokan kualitas teh curah, upaya penyesuaian kualitas teh curah dan kualitas teh curah membentuk lingkar umpan balik rekayasa kualitas teh curah yang menghasilkan umpan balik negatif (negative feedback) yang berarti setiap rekayasa kualitas teh curah akan menuju ke arah kesetimbangan untuk memenuhi permintaan konsumen. Dalam industri teh hijau, rekayasa kualitas teh curah tidak berdiri sendiri (independen) tetapi berinteraksi dengan rekayasa kualitas pucuk teh. Kondisi tersebut terjadi pada saat permintaan teh kelompok kualitas I meningkat, maka manajemen pabrik akan memutuskan arahan pemetikan pucuk teh untuk ditingkatkan kualitasnya. Semakin tinggi kualitas pucuk teh yang dipetik maka proses sortasi teh curah akan menghasilkan teh kelompok kualitas I yang lebih banyak. Dengan demikian, semakin bertambah upaya penyesuaian kualitas teh curah akan meningkatkan kualitas pucuk teh yang diminta.
52
Selanjutnya, semakin tinggi kualitas pucuk teh yang diminta akan meningkatkan kecocokan kualitas pucuk teh. Kecocokan kualitas pucuk teh merupakan kesenjangan antara kualitas pucuk teh yang diminta dan kualitas pucuk teh aktual yang telah dipetik pekebun. Kecocokan kualitas pucuk teh menentukan upaya penyesuaian kualitas pucuk teh. Semakin tinggi kecocokan kualitas pucuk teh akan mengurangi upaya penyesuaian kualitas pucuk teh. Upaya penyesuaian pucuk teh dilakukan dengan cara memberikan arahan petik kepada pemetik agar jenis pucuk yang dihasilkan menjadi lebih baik. Jenis pemetikan meningkat kualitasnya dari petikan kasar ke petikan medium sampai dengan ke petikan halus. Setiap upaya penyesuaian kualitas pucuk teh akan semakin meningkatkan kualitas pucuk aktual yang dihasilkan. Variabel kualitas pucuk teh yang diminta, kecocokan kualitas pucuk teh, upaya penyesuaian kualitas pucuk teh dan kualitas pucuk teh aktual merupakan pembentuk lingkar umpan balik rekayasa kualitas pucuk teh. Seperti halnya lingkar umpan balik rekayasa kualitas teh curah, lingkar umpan balik rekayasa kualitas pucuk teh membentuk umpan balik negatif (negatif
feedback) yang
berarti setiap rekayasa kualitas pucuk teh akan menuju ke arah kesetimbangan untuk memenuhi permintaan dari manajemen pabrik pengolahan dalam merespon permintaan konsumen. Dua
lingkar
umpan
balik
negatif
yang
berinteraksi
membentuk
interdepedensi , yaitu lingkar umpan balik rekayasa teh curah dan pucuk teh akan membentuk lingkar umpan balik positif (positive feedback) yang akan menghasilkan perilaku pertumbuhan atau penguatan. Semakin tinggi upaya rekayasa kualitas teh curah yang dilakukan akan mendorong rekayasa kualitas pucuk teh, begitu juga sebaliknya. Dalam sistem rantai pasokan industri teh hijau, rekayasa kualitas teh curah dan pucuk teh tidak berdiri sendiri, tetapi berinteraksi dengan variabel dan lingkar umpan balik lain. Semakin tinggi kualitas pucuk teh yang diminta akan menyebabkan produktivitas pemetikan pucuk teh berkurang. Hal tersebut terjadi karena upaya peningkatan kualitas pucuk teh memerlukan ketelitian dan waktu yang lebih lama sehingga produktivitas pemetik pucuk per hari akan berkurang. Sejalan dengan peningkatan produktivitas pemetikan pucuk teh, pucuk teh yang terpetik di kebun sendiri akan berkurang. Selanjutnya, pucuk teh terpetik di kebun sendiri akan menentukan jumlah
53
produksi teh curah. Hal
tersebut terjadi karena semakin banyak pucuk teh terpetik maka jumlah pucuk teh yang diolah di pabrik semakin banyak. Dengan demikian jumlah produksi teh hijau curah akan semakin meningkat. Jumlah produksi teh hijau akan menentukan dua aktivitas manajemen rantai pasokan, yaitu pengadaan bahan baku pucuk teh dari kemitraan dengan kebun rakyat dan pengelolaan persediaan teh. Semakin banyak produksi teh hijau yang dilakukan maka semakin banyak kebutuhan pasokan pucuk teh. Dalam pengadaan pucuk teh, the channel master menerapkan strategi integrasi vertikal dan integrasi lateral (koordinasi vertikal). Strategi integrasi vertikal dapat dilakukan karena perusahaan tersebut memiliki kebun sendiri, sedangkan integrasi lateral dilakukan dengan cara melakukan kemitraan pembelian dengan perkebunan rakyat yang berada di sekitar pabrik teh. Sejalan dengan hal tersebut, semakin banyak produksi teh hijau maka pucuk teh yang terpetik di kebun sendiri akan bertambah pula. Selanjutnya, semakin banyak pucuk teh yang terpetik di kebun sendiri maka kebutuhan pucuk teh dari kebun rakyat akan berkurang. Dengan demikian, keputusan untuk bermitra dengan perkebunan rakyat adalah untuk memenuhi kekurangan pasokan pucuk teh dari kebun sendiri, tetapi untuk menjaga komitmen dan kesinambungan kemitraan, pembelian pucuk teh kebun rakyat selalu dilakukan sehingga produksi teh akan meningkat. Hubungan interaksi antara variabel produksi teh, pucuk teh terpetik di kebun sendiri, pucuk teh terpetik di kebun sendiri, kebutuhan pucuk teh dari kebun rakyat, pembelian pucuk teh kebun rakyat membentuk lingkar umpan balik negatif (negative feedback). Hal tersebut berarti bahwa sistem kemitraan pembelian pucuk teh dari perkebunan rakyat yang dilakukan perusahaan akan berperilaku menuju ke arah kesetimbangan untuk memenuhi kapasitas produksi teh terpasang. Dalam upaya memenuhi pesanan konsumen, The Channel Master juga melakukan pembelian teh hijau jadi (made tea) dari perusahaan pengolahan teh hijau lainnya. Keputusan tersebut dilakukan apabila terjadi kekurangan persediaan teh hijau jadi di pusat distribusi. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka konsumen akan mempersepsikan pengiriman yang dilakukan tidak sesuai dengan pesanan. Kondisi tersebut akan berdampak pada pengalihan pesanan kepada perusahaan lain sehingga perusahaan akan kehilangan pasar (lost market). Semakin banyak persediaan teh di pusat distribusi maka kebutuhan teh
54
dari perusahaan pengolah lain akan berkurang. Selanjutnya, bila kebutuhan teh dari perusahaan pengolahan lain meningkat maka pembelian teh dari perusahaan pengolah lain akan meningkat pula. Dengan demikian, semakin banyak pembelian teh dari perusahaan maka persediaan teh di pusat distribusi akan meningkat. Interaksi variabel persediaan teh, kebutuhan teh dari perusahaan pengolahan lain dan pembelian teh dari perusahaan pengolahan lain membentuk lingkar umpan balik negatif. Hal tersebut berarti bahwa sistem pembelian teh dari perusahaan lain akan berperilaku menuju ke arah kesetimbangan untuk memenuhi kekurangan persediaan dari target yang telah ditetapkan. Berdasarkan deskripsi di atas, terlihat bahwa produksi teh hijau menerapkan sistem dorong (push system). Sistem dorong tersebut diawali dari pemetikan pucuk teh di kebun sendiri dan kebun rakyat sampai dengan pengolahan pucuk
menjadi teh di pabrik. Jumlah produksi setiap harinya
ditentukan oleh prakiraan jumlah pesanan teh yang akan diterima perusahaan. Selanjutnya,
peningkatan
jumlah
produksi
akan
meningkatnya jumlah persediaan teh di pusat distribusi.
menyebabkan Sejalan dengan
persediaan meningkat, pengiriman teh akan meningkat pula. Sebaliknya, setiap kali pengiriman teh curah akan mengurangi persediaan teh. Berdasarkan hal tersebut, interaksi pengelolaan persediaan dan pengiriman dalam industri teh menunjukkan perilaku yang mengarah atau menuju kesetimbangan. Kondisi tersebut terjadi karena interaksi keduanya membentuk lingkar umpan balik negatif. Selanjutnya, semakin banyak pengiriman teh curah akan meningkatkan pendapatan
perusahaan
sehingga
keuntungan
yang
diperoleh
semakin
meningkat pula. Keuntungan diperoleh dari pengurangan pendapatan oleh biaya pembelian pucuk dan teh, biaya persediaan serta biaya produksi. Dalam jangka waktu tertentu (delay), semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan membuat semakin banyak pelaku yang berusaha di industri teh hijau, sehingga persaingan menjadi semakin ketat. Semakin ketat persaingan akan menyebabkan pangsa produk teh hijau yang dikuasai perusahaan the channel master menjadi berkurang. Sejalan dengan hal tersebut, semakin tinggi pangsa pasar produk yang dikuasai akan meningkatkan pesanan produk teh hijau yang diterima perusahaan. Sebaliknya, apabila pangsa produk teh yang
55
dikuasai berkurang maka pesanan teh hijau yang diterima perusahaan pun akan berkurang. Selanjutnya, setiap pertambahan pangsa produk teh hijau yang dikuasai akan meningkatkan jumlah pesanan produk teh yang diterima oleh perusahaan. Perusahaan dituntut untuk mampu untuk mengikuti dinamika perubahan pesanan pasar dari aspek kuantitas dan kualitas. Ketidakmampuan perusahaan untuk mengikuti perubahan pesanan akan menyebabkan konsumen beralih untuk membeli produk teh hijau dari perusahaan lain sehingga perusahaan akan kehilangan pasar. Pesanan produk teh hijau akan menentukan jumlah pengiriman teh dari perusahaan. Semakin banyak pesanan produk teh maka semakin banyak pula pengiriman teh yang dilakukan. Keputusan perusahaan untuk selalu melakukan pengiriman produk teh hijau sesuai dengan jumlah dan kualitas yang diminta konsumen dikenal dengan sistem tarik (pull system). Penerapan sistem tarik tersebut dapat dilakukan karena adanya perlakuan proses akhir berupa pencampuran (blending) dan pengemasan (packaging) di pabrik yang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Sebelum dilakukan proses akhir, manajemen pabrik akan mengirimkan contoh (sample) produk teh hijau curah hasil sortasi ke pusat distribusi untuk diuji kecocokan kualitasnya. Hasil uji kecocokan kualitas akan menentukan keputusan perlakuan proses akhir, apabila kualitasnya sesuai dengan yang diminta konsumen maka proses akhir selanjutnya akan dilakukan di pabrik. Berdasarkan proses bisnis tersebut, pusat distribusi menjadi titik pemisah antara sistem tarik dan sistem dorong (customer order decoupling point/CODP). Peranan pusat distribusi tersebut menjadi ciri penerapan sistem produksi hibrida dalam rantai pasokan industri teh hijau. Sistem produksi hibrida tersebut terbentuk karena adanya umpan balik negatif yang merupakan hasil dari interaksi variabel pesaing produsen teh hijau , pangsa produk teh hijau, pesanan produk teh hijau, produksi teh, persediaan teh hijau, pengiriman teh hijau, pendapatan teh hijau dan keuntungan teh hijau. Sama halnya dengan umpan balik negatif sistem tarik, sistem produksi hibrida pun akan berperilaku menuju kesetimbangan untuk memenuhi pesanan konsumen.
56
Batas Model Berdasarkan deskripsi diagram sebab akibat di atas dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, dalam penelitian ini ditetapkan batas model yang menjadi dasar pengembangan struktur model. Dalam batas model tersebut, variabelvariabel utama dimasukkan ke dalam variabel endogen dan variabel eksogen. Variabel endogen merupakan variabel yang menghasilkan dinamika dalam suatu sistem melalui interaksi berbagai variabel dan pelaku yang direpresentasikan dalam model, sedangkan variabel eksogen adalah variabel yang besarannya tidak dipengaruhi oleh model yang dikembangkan (Sterman, 2000). Selain itu, dalam batas model juga dimasukan variabel yang diabaikan atau tidak dimasukan dalam model yang dikembangkan. Pengabaian tersebut dilakukan karena tanpa pemodelan detail variabel tersebut, tujuan dari penelitian yang ditetapkan dapat terjawab. Batas model yang mencakup tiga jenis variabel tersebut diperlihatkan pada Tabel 4. Variabel-variabel endogen yang dikembangkan dalam model merupakan komponen utama pembentuk rantai pasokan industri teh hijau yang terdiri atas aliran material, aliran uang, aliran informasi, dan aliran pengembalian material (APICS, 2008). Aliran material dalam rantai pasokan industri teh hijau terdiri atas aliran pucuk teh dari kebun sendiri dan kebun rakyat. Imbalan atas aliran material dari produsen ke pembeli menimbulkan adanya aliran uang dari pembeli teh kepada perusahaan. Secara spesifik, dalam variabel endogen dilakukan agregasi kualitas teh ke dalam tiga kelompok kualitas (grade). Agregasi tersebut dilakukan berdasarkan pembagian kelompok kualitas di dalam rantai pasokan industri teh yang dikaji. Setiap kelompok kualitas tersebut ditujukan untuk segmen pasar yang berbeda. Aliran uang mengalir dari perusahaan ke kebun rakyat sebagai imbalan atas aliran pucuk teh yang disampaikan ke pabrik perusahaan.
Selain itu,
terdapat aliran uang dari perusahaan kepada industri pengolahan teh hijau lain sebagai sumber pengadaan terbuka untuk pembelian teh pada saat terjadi kekurangan persediaan teh di pusat distribusi. Aliran informasi merupakan pengendali atas pengelolaan aliran material yang terjadi dalam rantai pasokan industri teh hijau. Aliran informasi yang terdapat dalam rantai pasokan industri teh hijau didorong oleh pesanan yang disampaikan konsumen.
57
Tabel 4. Batas Model Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Variabel Endogen
Variabel Eksogen
Variabel Diabaikan
Produksi teh
Produktivitas pucuk teh
Musim
Persediaan teh
Luas kebun
Penggunaan energi
Jumlah pucuk teh
Ketersediaan pemetik
Pendidikan pemetik
Pembelian pucuk teh
Waktu produksi
Jumlah pesaing
Pembelian teh
Harga
penjualan
pucuk
kebun rakyat Produktivitas pemetik
Harga penjualan teh
Tipe petikan
Nilai tukar
Upaya penyesuaian
Kapasitas pabrik terpasang
kualitas teh Upaya penyesuaian
Ketersediaan teh di pasar
kualitas pucuk teh Kualitas teh
Permintaan pasar teh
Biaya produksi Pendapatan Keuntungan Nilai tambah Pangsa produk teh Pesanan teh Pengiriman teh Segmen pasar Daya tarik pasar Kapasitas berjalan pabrik Persepsi konsumen
Dalam penelitian ini, tidak ada aliran pengembalian material dari pembeli ke produsen, karena apabila terjadi ketidaksesuaian mutu maka pembeli akan melakukan pengurangan harga. Namun demikian, kondisi tersebut tidak pernah terjadi, karena adanya pengendalian berupa pencocokan mutu sebelum produk akhir dikirim ke pusat distribusi. Namun, sebagai penggantinya adalah dengan memasukan variabel endogen pembentuk pasar seperti persepsi konsumen, pangsa pasar dan daya tarik pasar sebagai umpan balik atas pengiriman teh
58
hijau ke pasar. Dengan demikian, perilaku pasar sebagai respon atas keputusan internal rantai pasokan industri teh hijau dapat diamati. Variabel
eksogen
yang
terdapat
dalam
batas
model
di
atas
merepresentasikan besaran-besaran yang tidak dipengaruhi oleh evolusi model, seperti : nilai tukar, ketersediaan pemetik, ketersediaan teh hijau di pasar dan permintaan teh hijau. Selain itu, variabel eksogen juga merepresentasikan besaran-besaran yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen yang terlibat dalam rantai pasokan industri teh hijau, seperti : produktivitas, waktu produksi, kapasitas pabrik terpasang, luas kebun dan harga penjualan.
Diagram Sub Model Interaksi variabel dan sebab akibat yang kompleks dari struktur manajemen rantai pasokan industri teh hijau menyebabkan upaya pemahaman fenomena tersebut harus dikembangkan dari diagram sebab akibat menjadi model simulasi berupa diagram sub model yang merupakan hasil dari pengembangan diagram alir (flow diagram). Dalam diagram sub model tersebut diidentifikasi dan dikembangkan struktur fisik dan keputusan yang menjadi pembentuk dinamika perilaku manajemen rantai pasokan industri teh hijau (Lampiran 1-6). Struktur fisik tersebut direpresentasikan dengan aliran material (pucuk teh, teh hijau curah dan teh hijau jadi), aliran aliran uang, sedangkan struktur keputusan direpresentasikan dengan aliran informasi yang menjadi pengendali keputusan aliran material dan uang. Dalam diagram sub model tersebut terdapat beberapa simbol, yaitu simbol persegi empat yang menyatakan stok (level), simbol katup (valve) menyatakan aliran (rate atau decision point) dan simbol tulisan variabel pelengkap. Diagram sub model tersebut dibuat dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Vensim Professional Academic Version 5.7. Dengan demikian, simbol-simbol tersebut mengikuti kaidah yang terdapat dalam perangkat lunak tersebut (Lampiran 7). Selain itu, dalam setiap sub model akan dibahas beberapa rumus matematika pembentuk sub model yang terdiri atas variabel dan parameter. Variabel pembentuk model direpresentasikan oleh rumus yang ditulis dengan huruf besar, sedangkan parameter pembentuk model direpresentasikan oleh rumus yang ditulis dengan huruf kecil, sebagai contoh adalah PPTKS merupakan variabel dan ppks merupakan parameter. 59
Gambar 19 menunjukkan keterkaitan sub-sub model dalam diagram alir manajemen rantai pasokan industri teh hijau.
Sub-sub model yang terdapat
dalam manajemen rantai pasokan industri teh terdiri atas : (1) pengiriman pucuk teh ke pabrik, (2) pemetik perkebunan perusahaan, (3) penjualan pucuk teh kebun rakyat, (4) pemetik perkebunan rakyat, (5) manajemen kapasitas pabrik, (6) tenaga kerja pabrik (7) rekayasa kualitas teh, (8) proses akhir dalam pabrik, (9) manajemen persediaan teh di pusat distribusi, (10) pasar dan pesanan teh, (11) keuangan perusahaan dan (12) keuangan perkebunan rakyat. Sub Model Pemetik Perkebunan Rakyat Sub Model Penjualan Pucuk Teh Kebun Rakyat
Sub Model Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik
Sub Model Manajemen Kapasitas Pabrik Teh
Sub Model Pemetik Perkebunan Perusahaan
Sub Model Tenaga Kerja Pabrik
Sub Model Keuangan Perkebunan Rakyat
Sub Model Rekayasa Kualitas
Sub Model Proses Akhir Di Pabrik
Sub Model Manajemen Persediaan Teh di Pusat Distribusi
Sub Model Pasar dan Pesanan Teh
Sub Model Keuangan Perusahaan
Gambar 19 . Keterkaitan Antar Diagram Sub Model
Sub Model Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik Sub model ini menggambarkan proses pengiriman pucuk teh yang dihasilkan oleh perkebunan perusahaan ke pabrik (Gambar 20). Jumlah pucuk teh yang dipetik ditentukan oleh potensi pucuk yang dapat dipetik di kebun dan kapasitas pemetikan kebun. Selanjutnya, pucuk teh yang telah dipetik dikirim ke pabrik. Dalam sub model ini, diakomodasi parameter bagian (fraksi) pucuk teh yang terkirim ke pabrik, parameter tersebut untuk mengantisipasi apabila terjadi susut dan atau kehilangan pucuk teh di perjalanan dari kebun ke pabrik. Namun demikian, dalam penelitian ini, semua pucuk teh yang dipetik dikirim ke pabrik, tanpa ada susut atau kehilangan. Proses pengiriman pucuk teh tersebut direpresentasikan oleh beberapa rumus matematika di bawah ini (rumus 1-3).
60
PPTKS = ppks . lpks PKS = Min (PPTKS,KPKS) PPP = PKS . fpkstp
(1) (2) (3)
PPTKS = Potensi pucuk terpetik di kebun sendiri (kg/hari) ppks = Produktivitas pucuk di kebun sendiri (kg/hari/ha) lpks = Luas produktif kebun sendiri (ha) KPKS = Kapasitas pemetikan kebun sendiri (kg/hari) PPP = Pengiriman pucuk ke pabrik (kg/hari) PKS = Pemetikan di kebun sendiri (kg/hari) fpkstp = Fraksi pucuk kebun sendiri terkirim ke pabrik (tanpa dimensi)
Produktivitas pucuk di kebun sendiri
Potensi pucuk terpetik di kebun sendiri
Pemetikan di kebun sendiri
Pengiriman pucuk ke pabrik
Fraksi pucuk kebun sendiri terkirim ke pabrik
Luas produktif kebun sendiri
Gambar 20. Diagram Sub Model Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik Sub Model Pemetik Perkebunan Perusahaan Kapasitas pemetikan kebun ditentukan oleh produktivitas pemetik dan jumlah pemetik yang bekerja di kebun. Ketersediaan tenaga kerja pemetik di sekitar kebun menjadi faktor pembatas jumlah pemetik. Selain itu, karena tenaga kerja pemetik teh merupakan tenaga kerja harian maka
masa kerja
pemetik lebih singkat dibandingkan dengan pekerja tetap. Berdasarkan kondisi tersebut, terjadi dinamika jumlah tenaga kerja pemetik di perkebunan yang direspon dengan upaya penyesuaian jumlah pemetik pucuk teh oleh pihak manajemen perkebunan berdasarkan kebutuhan pucuk yang harus dipetik (Gambar 21). Produktivitas pemetik ditentukan juga oleh tipe (arahan) petikan yang ditetapkan oleh manajemen pabrik, semakin tinggi kualitas petikan yang diarahkan oleh manajemen maka produktivitas pemetik akan menurun. Hal
61
tersebut terjadi karena semakin tinggi kualitas petikan pucuk maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemetikan. Dengan demikian, ketelitian dalam memilih pucuk yang berkualitas menjadi menjadi faktor penentu. Beberapa rumus matematika yang merepresentasikan dinamika pemetik perkebunan perusahaan dapat dilihat pada rumus 4 sampai dengan rumus 7.
<Tipe Petikan Pucuk>
Efek Tipe Petikan thd Produktivitas Pemetikan Kapasitas pemetikan kebun sendiri
Fraksi ketersediaan tenaga kerja
Pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri
Jumlah Pemetik Kebun Sendiri
Produktivitas Pemetik Kebun Sendiri Normal Produktivitas per pemetik kebun sendiri
Tenaga pemetik kebun sendiri keluar
Masa kerja pemetik kebun sendiri rata2
Penyesuaian jumlah pemetik kebun sendiri
Pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri yang diinginkan
Waktu pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri
Jumlah pemetik yang diinginkan kebun sendiri
Pengurangan pemetik yang diharapkan
Gambar 21. Diagram Sub Model Pemetik Perkebunan Perusahaan KPKS = JPKS . PPPKS PPPKS = ppksn . ETPPP PJPKS = (JPYIKS - JPKS) / wptks
d(JPKS dt
=
(4) (5) (6) (7)
PTPKS -
KPKS = Kapasitas pemetikan kebun sendiri (kg/hari) Jpks = Jumlah pemetik kebun sendiri (orang) PPPKS = Produktivitas per pemetik kebun sendiri (kg/hari/orang) ppksn = Produktivitas pemetik kebun sendiri normal (kg/hari/orang) ETPPP = Efek tipe petikan thd produktivitas pemetikan (tanpa dimensi) PJPKS = Penyesuaian jumlah pemetik kebun sendiri (orang/hari) JPYIKS = Jumlah pemetik yang diinginkan kebun sendiri (orang) wptks = Waktu pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri (hari) 62
PTPKS = Pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri (orang/hari) TPKSK = Tenaga pemetik kebun sendiri keluar (orang/hari) Sub Model Penjualan Pucuk Teh Kebun Rakyat Dalam rantai pasokan industri teh hijau yang dikaji, selain mendapatkan pasokan pucuk teh dari kebun sendiri, perusahaan juga melakukan kemitraan untuk mendapatkan pasokan dari perkebunan teh rakyat yang berada di sekitar pabrik pengolahan teh. Sub model penjualan pucuk kebun rakyat memiliki kesamaan dengan sub model pengiriman pucuk ke pabrik. Proses penjualan pucuk rakyat ditentukan oleh produktivitas pucuk dan luas produktif yang dimiliki perkebunan rakyat. Selanjutnya, pemetikan di kebun rakyat merupakan pilihan jumlah minimal dari potensi pucuk perkebunan rakyat dan kapasitas pemetikan kebun rakyat.
Produktivitas pucuk di kebun rakyat
Potensi pucuk terpetik di kebun rakyat
Pemetikan di kebun rakyat
Penjualan pucuk kebun rakyat ke pabrik
Fraksi pucuk kebun rakyat terkirim ke pabrik Luas produktif kebun rakyat mitra
Gambar 22. Diagram Sub Model Penjualan Pucuk Teh Kebun Rakyat Perbedaan antara sub model penjualan pucuk kebun rakyat dan pengiriman pucuk ke pabrik adalah pada sub model pengiriman pucuk teh ke pabrik tidak ada transaksi penjualan karena perkebunan perusahaan merupakan bagian internal (Gambar 22). Seperti halnya dalam sub model pengiriman pucuk teh ke pabrik, dalam sub model penjualan pucuk teh kebun rakyat diakomodasi juga parameter bagian (fraksi) pucuk teh kebun rakyat yang terkirim ke pabrik untuk mengantisipasi apabila terjadi susut atau kehilangan pucuk selama perjalanan dari kebun rakyat ke pabrik. Namun demikian, dalam penelitian ini
63
tidak terjadi penyusutan ataupun kehilangan pucuk teh rakyat sehingga fraksi pucuk kebun rakyat terkirim ke pabrik adalah satu. Proses penjualan pucuk kebun rakyat direpresentasikan oleh beberapa rumus matematika berikut ( rumus 8-10). PPTKR = lpkrm . ppkr PKR = Min (PPTKR,KPKR) PPKRP = PKR . fpkrtp
(8) (9) (10)
PPTKR = Potensi pucuk terpetik di kebun rakyat (kg/hari) lpkrm = Luas produktif kebun rakyat mitra (ha) ppkr = Produktivitas pucuk di kebun rakyat (kg/hari/ha) PKR = Pemetikan di kebun rakyat (kg/hari) KPKR = Kapasitas pemetikan kebun rakyat (kg/hari) PPKRP = Penjualan pucuk kebun rakyat ke pabrik (kg/hari) fpkrtp = Fraksi pucuk kebun rakyat terkirim ke pabrik (tanpa dimensi) Sub Model Pemetik Perkebunan Rakyat Sub model pemetik perkebunan rakyat merupakan replikasi dari sub model perkebunan perusahaan (Gambar 23). Perbedaannya terletak pada penentuan jumlah pemetik kebun rakyat yang diinginkan. Jumlah pemetik yang diinginkan tersebut berdasarkan nilai minimal dari potensi pucuk terpetik di kebun rakyat dan kebutuhan pucuk dari kebun rakyat. Namun demikian, hal tersebut tidak merubah keputusan dalam menentukan jumlah pucuk yang dipetik. Seperti halnya pada sub model pemetik perkebunan perusahaan, faktor ketersediaan pemetik kebun rakyat dan produktivitas pemetik kebun rakyat menjadi penentu kapasitas pemetikan kebun rakyat. Demikian pula halnya dengan produktivitas pemetik kebun rakyat ditentukan juga oleh arahan tipe petikan pucuk yang ditetapkan oleh manajemen pabrik perusahaan. Sub model pemetik perkebunan rakyat direpresentasikan oleh beberapa rumus matematika sebagai berikut (rumus 11-14). KPKR = JPKR . PPPKR PPPKR = ppkrn . ETPPPKR PJPKR = (JPKRYI - JPKR) /wpjkr
d(JPKR dt
=
(11) (12) (13) (14)
PTPKR -
KPKR = Kapasitas pemetikan kebun rakyat (kg/hari) JPKR = Jumlah pemetik kebun rakyat (orang) PPPKR = Produktivitas per pemetik kebun rakyat (kg/hari/orang)
64
rakyat
ppkrn = Produktivitas pemetik kebun rakyat normal (kg/hari/orang) ETPPPKR = Efek tipe petikan thd produktivitas pemetikan kebun (tanpa dimensi) PJPKR = Penyesuaian jumlah pemetik kebun rakyat (orang/hari) JPKRYI = Jumlah pemetik kebun rakyat yang diinginkan (orang) JPKR = Jumlah pemetik kebun rakyat (orang) wpjkr = Waktu penyesuaian jumlah pemetik kebun rakyat (hari) PTPKR = Pengangkatan tenaga pemetik kebun rakyat (orang/hari) TPKRK = Tenaga pemetik kebun rakyat keluar (orang/hari)
Kapasitas pemetikan kebun rakyat
Fraksi ketersediaan pemetik kebun rakyat
<Tipe Petikan Pucuk>
Efek Tipe Petikan thd Produktivitas Pemetikan Kebun Rakyat Produktivitas per pemetik kebun rakyat
Produktivitas Pemetik Kebun Rakyat Normal Pengangkatan tenaga pemetik kebun rakyat
Jumlah pengangkatan pemetik kebun rakyat yang diinginkan
Jumlah Pemetik Kebun Rakyat
Tenaga pemetik kebun rakyat keluar
Masa kerja pemetik kebun rakyat rata-rata
Penyesuaian jumlah pemetik kebun rakyat
Waktu penyesuaian jumlah pemetik kebun rakyat
Jumlah pemetik kebun rakyat yang diinginkan
Pengurangan tenaga pemetik kebun rakyat yang diharapkan
Pemetikan yang diinginkan kebun rakyat
Gambar 23. Diagram Sub Model Pemetik Perkebunan Rakyat Sub Model Manajemen Kapasitas Produksi Pabrik Teh Pucuk teh yang dikirim dari kebun milik sendiri dan kebun rakyat diolah dalam pabrik pengolahan yang berada di perkebunan perusahaan. Manajemen pabrik menetapkan pengolahan teh hijau sebagai prioritas utama dalam alokasi pucuk teh. Dengan demikian, pucuk teh dialokasikan untuk pengolahan teh hijau sampai dengan kapasitas pabrik dapat terpenuhi. Berdasarkan kondisi tersebut, apabila pasokan pucuk melebihi kapasitas pengolahan teh hijau maka manajemen pabrik memutuskan untuk melakukan pengolahan pucuk teh sisa menjadi jenis teh lain, seperti teh hitam. Hal tersebut dapat dilakukan karena pada setiap lokasi perkebunan milik perusahaan telah terpasang unit pengolahan teh hitam.
65
Jumlah pucuk teh yang diolah menjadi teh hijau ditentukan oleh nilai minimal dari pucuk teh yang dikirim ke pabrik dan kapasitas berjalan pabrik. Kapasitas berjalan pabrik ditentukan oleh nilai minimal dari kapasitas tenaga kerja pabrik dan kapasitas berjalan mesin pabrik.
Kapasitas berjalan mesin
pabrik merupakan nilai minimal dari kapasitas terpasang pabrik dan penjumlahan kapasitas berjalan mesin pabrik normal dengan kapasitas tambahan (Gambar 24). Dalam kurun waktu tertentu (delay) kapasitas berjalan mesin pabrik menjadi penentu perhitungan kebutuhan pucuk teh dari kebun sendiri dan kebun rakyat. Manajemen perusahaan memutuskan bahwa kebutuhan pucuk teh dari kebun sendiri merupakan prioritas utama, apabila terjadi kekurangan pucuk teh untuk memenuhi kapasitas pabrik pengolahan teh hijau maka pembelian pucuk teh dari kebun rakyat dilakukan. Namun demikian, untuk menjaga kesinambungan komitmen perkebunan rakyat untuk memasok pucuk teh ke pabrik, perusahaan melakukan kemitraan pembelian dengan perkebunan rakyat tersebut secara berkelanjutan. Deskripsi manajemen kapasitas pabrik pengolahan teh hijau tersebut direspresentasikan oleh beberapa rumus matematika berikut ini (rumus 15-20) PODP = Min (KBP, PDKP) POJTL = PDKP - PODP KBP = Min (KBMP, KTKP) KBMP = Min (ktpp, kbmpn + KMBTP) KPDKS = KBPRT KPDKR Max (0, KBPRT - PPP)
(15) (16) (17) (18) (19) = (20)
PODP = Pucuk diolah dalam pabrik (kg/hari) KBP = Kapasitas berjalan pabrik (kg/hari) PDKP = Pucuk dikirim ke pabrik (kg/hari) POJTL = Pucuk diolah ke jenis teh lain (kg/hari) KBMP = Kapasitas berjalan mesin pabrik (kg/hari) KTKP = Kapasitas tenaga kerja pabrik (kg/hari) ktpp = Kapasitas terpasang pabrik (kg/hari) kbmpn = Kapasitas berjalan mesin pabrik normal (kg/hari) KMBTP = Kapasitas mesin berjalan tambahan pabrik (kg/hari) KPDKS = Kebutuhan pucuk dari kebun sendiri (kg/hari) KBPRT = Kapasitas berjalan pabrik rata-rata (kg/hari) KPDKR = Kebutuhan pucuk dari kebun rakyat (kg/hari) PPP = Pengiriman pucuk ke pabrik (kg/hari)
66
Pucuk diolah ke jenis teh lain
Fraksi konversi pucuk ke teh
Pucuk diolah dalam pabrik Pucuk dikirim ke pabrik
<Pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir> Kapasitas berjalan pabrik
<Pasokan teh G2 ke proses akhir>
Tambahan kapasitas teh G2
Waktu meratakan kapasitas pabrik Kapasitas mesin berjalan tambahan pabrik
Kapasitas berjalan mesin pabrik
Kebutuhan pucuk dari kebun rakyat
Kapasitas berjalan pabrik rata-rata
Tambahan produksi teh yang dibutuhkan
Tambahan kapasitas teh G1 Kapasitas terpasang pabrik Kapasitas berjalan mesin pabrik normal
<Pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir>
<Pasokan teh G3 ke proses akhir>
<Pasokan teh G1 ke proses akhir>
Kebutuhan pucuk dari kebun sendiri
Gambar 24. Diagram Sub Model Manajemen Kapasitas Produksi Pabrik Teh 67
Tambahan kapasitas teh G3
<Pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir>
Sub Model Tenaga Kerja Pabrik Salah satu penentu kapasitas berjalan pabrik pengolahan teh hijau adalah kapasitas tenaga kerja pabrik. Sebagian tenaga kerja pabrik pengolahan teh hijau merupakan tenaga kerja tidak tetap (borongan) yang terbagi ke dalam dua giliran waktu kerja (shift), yaitu pagi sampai sore dan sore sampai pagi. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi target produksi dan kapasitas pabrik. Penggunaan tenaga kerja borongan dalam proses produksi teh hijau mengakibatkan struktur sub model tenaga kerja pabrik serupa dengan sub model pemetik perkebunan perusahaan dan perkebunan rakyat. Namun demikian terdapat beberapa perbedaan, yaitu produktivitas tenaga kerja pabrik ditentukan oleh kapasitas mesin pabrik normal dan jumlah tenaga kerja pabrik rata-rata serta pasokan teh yang diinginkan ditentukan oleh hasil konversi setara pucuk teh dari pasokan teh kualitas tertentu yang diinginkan ke proses akhir (Gambar 25). Kedua perbedaan pada sub model tenaga kerja pabrik tersebut dijelaskan dengan rumus matematika 21 dan 22.
Kapasitas tenaga kerja pabrik
Fraksi ketersediaan tenaga kerja pabrik
Jumlah tenaga kerja pabrik rata2 Produktivitas per tenaga kerja pabrik
Jumlah tenaga kerja pabrik
Pengangkatan tenagakerja pabrik
Tenaga kerja pabrik keluar
Masa kerja tenaga kerja pabrik rata2
Penyesuaian jumlah tenaga kerja pabrik
Pengangkatan tenaga kerja pabrik yang diinginkan
Waktu pengangkatan tenaga kerja pabrik
Pengurangan tenaga kerja pabrik yang diharapkan
Jumlah tenaga kerja pabrik yang diinginkan
<Pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir>
Pasokan teh yang diinginkan
<Pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir>
<Pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir>
Gambar 25. Diagram Sub Model Tenaga Kerja Pabrik
68
PPTKP kbmpn / jtkprt PTYI = (PTG1YIPA + PTG2YIPA + PTG3YIPA) / fkpkt
= (21) (22)
PPTKP = Produktivitas per tenaga kerja pabrik (kg/hari/orang) kbmpn = Kapasitas berjalan mesin pabrik normal (kg/hari) jtkprt = Jumlah tenaga kerja pabrik rata2 (orang) PTYI = Pasokan teh yang diinginkan (kg/hari) PTG1YIPA = Pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir (kg/hari) PTG2YIPA = Pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir (kg/hari) PTG3YIPA = Pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir (kg/hari) fkpkt = Fraksi konversi pucuk ke teh (tanpa dimensi) Sub Model Rekayasa Kualitas Dalam penelitian ini dilakukan agregasi kualitas teh hijau ke dalam tiga kelompok kualitas (grade), yaitu teh G1, teh G2 dan teh G3. Setiap kelompok kualitas tersebut ditujukan untuk segmen pasar ekspor yang berbeda. Berdasarkan diagram sub model rekayasa kualitas yang dikembangkan (Gambar 26), beberapa rumus matematika yang menjadi unsur pembentuk model rekayasa kualitas adalah sebagai berikut (rumus 23-24). KDG1K2 = Max (0, (PTG2YIPA-MTG2PA)) KDG2K3 = Max (0, (PTG3YIPA-MTG3PA))
(23) (24)
KDG1K2 = Kebutuhan Down Grade 1 ke 2 (kg/hari) PTG2YIPA = Pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir (kg/hari) MTG2PA = Maks Teh G2 ke proses akhir (kg/hari) PTG3YIPA = Pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir (kg/hari) MTG3PA = Maks Teh G3 ke proses akhir (kg/hari) Berdasarkan rumus 23 dan 24 di atas, kebutuhan untuk rekayasa kualitas teh curah berupa penyesuaian kualitas dari kelompok kualitas yang lebih tinggi ke yang lebih rendah (downgrade) ditentukan oleh kaidah keputusan berupa nilai maksimal dari 0 dan selisih dari jumlah pasokan teh curah yang diinginkan ke proses akhir dengan jumlah maksimal teh curah ke proses akhir. Hal tersebut terjadi karena selisih pasokan teh curah yang diinginkan ke proses akhir dengan nilai maksimal teh curah ke proses akhir dapat bernilai negatif karena pada kelompok kualitas tertentu permintaan konsumennya lebih rendah dari permintaan normalnya, sehingga persediaan kelompok kualitas tersebut meningkat dan tidak perlu ada rekayasa kualitas lagi. Dengan demikian setiap 69
perubahan permintaan masih dapat dipenuhi dari proses produksi dan persediaan yang ada. Kondisi tersebut terjadi pada kelompok kualitas teh II (teh G2). Sebaliknya, kelompok kualitas teh III (teh G3) menghadapi permintaan konsumen yang tinggi, sehingga untuk memenuhinya diperlukan rekayasa kualitas teh curah.
Tipe Petikan Pucuk
Efek permintaan teh G1 thd tipe petikan pucuk
Tipe Petikan Pucuk Normal
Fraksi Sortasi Teh G1 Normal
Efek Tipe Petikan thd PMS PMS
PMS Normal
Efek PMS thd fraksi Sortasi
Fraksi Sortasi Teh G1
Tambahan teh G1 menuju proses akhir <Pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir> Teh G1 Curah
waktu produksi
Teh G1 menuju proses akhir
Sortasi teh G1 Produksi Teh Crude Total
Maks Teh G1 ke proses akhir Fraksi Sortasi Crude 2-3
Waktu tunggu Teh G1 curah
Maks Down Grade 1 ke 2
Crude-2-3
Down Grade 1 ke 2
Kebutuhan Down Grade 1 ke 2 Waktu tunggu Teh G2 Curah <Pasokan teh G2 yang Maks Teh G2 ke diinginkan ke proses akhir> proses akhir
Tambahan teh G2 menuju proses akhir
Teh G2 Curah Teh G2 menuju proses akhir
Sortasi Teh G2
Maks Down Grade 2 ke 3 Fraksi Sortasi Teh G2 Down Grade 2 ke 3 <Sortasi teh G1>
Kebutuhan Down Grade 2 ke 3 <Pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir> Waktu tunggu Teh G3 Curah
Sortasi Teh G3
Maks Teh G3 ke proses akhir
<Sortasi Teh G2> Teh G3 Curah
Teh G3 menuju proses akhir
70
Gambar 26. Diagram Sub Model Rekayasa Kualitas Teh Berikutnya adalah rumus rekayasa kualitas teh curah yang dilakukan tertera pada rumus 24 dan 25. DG1K2 = Min (KDG1K2, MDG1K2) DG2K3 = Min (KDG2K3, MDG2K3) DG1K2 = Down Grade 1 ke 2 (kg/hari) KDG1K2 Kebutuhan Down Grade 1 ke 2 (kg/hari) MDG1K2 Maks Down Grade 1 ke 2 (kg/hari) DG2K3 = Down Grade 2 ke 3 (kg/hari) KDG2K3 Kebutuhan Down Grade 2 ke 3 (kg/hari) MDG2K3 Maks Down Grade 2 ke 3 (kg/hari)
(24) (25) = = = =
Kedua rumus 24 dan 25 tersebut menerangkan bahwa jumlah teh curah yang dilakukan rekayasa kualitas teh curah adalah nilai minimal dari kebutuhan penyesuaian kualitas kelompok tertentu (downgrade) dan jumlah maksimal kelompok kualitas yang lebih tinggi yang dapat dilakukan penyesuaian. Dengan demikian, ketersediaan teh curah kelompok kualitas yang lebih tinggi akan menentukan jumlah teh yang dapat direkayasa kualitasnya. Kondisi tersebut terjadi pada ketersediaan kelompok kualitas teh I (teh G1) yang dapat direkayasa kualitas teh curah, karena permintaan teh G1 tinggi maka prioritas manajemen pabrik adalah tidak menyediakan teh G1 yang dapat direkayasa kualitasnya. Upaya rekayasa kualitas pucuk teh direpresentasikan dengan rumus matematika di bawah ini. =f (26)
EFTG1TPP (PTG1/pntg1)
Eftg1tpp = Efek permintaan teh G1 terhadap tipe petikan pucuk ( tanpa dimensi) PTG1 = Permintaan Teh G1 (kg/hari) pntg1 = Permintaan normal teh G1 (Kg/hari) Rumus 26 tersebut menjelaskan bahwa rekayasa kualitas pucuk teh tergantung dari
fungsi non linier yang terjadi dari permintaan teh jadi aktual
dibandingkan dengan permintaan normalnya. Peningkatan permintaan teh jadi 71
yang melebihi permintaan normalnya akan membuat manajemen memutuskan memberikan arahan petik kualitas yang lebih baik, misalnya dari petikan medium ke petikan halus. Permintaan teh jadi aktual yang sama dengan permintaan normalnya menyebabkan manajemen memberikan arahan untuk melaksanakan pemetikan normal. Perubahan pemetikan yang disebabkan peningkatan permintaan dapat dilihat pada jumlah pengiriman pucuk ke pabrik dan penjualan pucuk kebun rakyat ke pabrik. Sub model rekayasa kualitas teh merupakan salah satu bagian sistem produksi yang menerapkan sistem dorong (push system). Sistem tersebut merupakan ciri khas sistem produksi dalam rantai pasokan agroindustri. Bagian lain yang termasuk dalam rangkaian sistem dorong tersebut adalah sub model perkebunan perusahaan, sub model perkebunan rakyat dan sub model manajemen kapasitas pabrik. Berikutnya adalah rumus yang merepresentasikan sistem dorong yang dilakukan perusahaan (rumus 27-29). TG1MPA = Min (MTG1PA, PTG1YIPA) TG2MPA = Min (MTG2PA, PTG2YIPA) TG3MPA = Min (MTG3PA, PTG3YIPA)
(27) (28) (29)
TG1MPA = Teh G1 menuju proses akhir (kg/hari) TG2MPA = Teh G2 menuju proses akhir (kg/hari) TG3MPA = Teh G3 menuju proses akhir (kg/hari) PTG1YIPA = Pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir (kg/hari) MTG1PA = Maks Teh G1 ke proses akhir (kg/hari) PTG2YIPA = Pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir (kg/hari) MTG2PA = Maks Teh G2 ke proses akhir (kg/hari) PTG3YIPA = Pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir (kg/hari) MTG3PA = Maks Teh G3 ke proses akhir (kg/hari) Ketiga rumus tersebut menerangkan bahwa jumlah kelompok kualitas tertentu yang akan dilakukan proses akhir ditentukan oleh nilai minimal dari jumlah maksimum kelompok kualitas tertentu yang dapat dikirim ke proses akhir dan jumlah pasokan teh yang diiinginkan ke proses akhir. Jumlah pasokan teh yang diinginkan ke proses akhir merupakan hasil prakiraan (forecasting) dengan metode pemulusan rata-rata (smoothing average) dari pesanan setiap kelompok kualitas yang dilakukan manajamen perusahaan ditambah dengan koreksi kelompok kualitas teh tertentu dalam proses akhir.
Sub Model Proses Akhir di Pabrik 72
Teh hasil rekayasa kualitas sebelum dikirim ke pusat distribusi mengalami perlakuan proses akhir di pabrik. Proses akhir tersebut terdiri atas inspeksi kualitas, pencampuran (blending) dan pengemasan. Sebelum dilakukan proses akhir, manajemen pabrik mengirim contoh (sample) teh setiap kelompok kualitas ke laboratorium kualitas yang berada di pusat distribusi. Hal tersebut dilakukan untuk proses pencocokan kualitas (quality matching) antara kualitas teh yang dihasilkan dan kualitas teh yang diminta pasar. Hasil dari proses pencocokan kualitas tersebut adalah persetujuan kepada manajemen pabrik untuk melakukan proses akhir atas kelompok produk teh yang dihasilkan sesuai dengan contoh yang dikirim. Dalam persetujuan tersebut tercantum formula pencampuran (blending) yang harus dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi ketidakcocokan antara kualitas teh yang dihasilkan dengan kualitas teh yang diminta. Waktu tunggu yang diperlukan untuk proses persetujuan atas contoh yang dikirim (sample approval) selama dua hari, dengan demikian terjadi persediaan teh curah kualitas tertentu. Gambar 27 menjelaskan aliran teh curah G1 (kelompok kualitas/grade I) yang telah disetujui untuk dilakukan proses akhir di pabrik. Pasokan teh G1 ke proses akhir berasal dari penjumlahan teh G1 menuju proses akhir dan tambahan teh G1 menuju proses akhir.
teh G1 awal dalam proses akhir
Teh G1 cacat
Teh G1 Dalam Proses Akhir Pasokan teh G1 ke proses akhir
Teh G1 keluar dari proses akhir
Maksimum teh G1 keluar dari proses akhir Waktu koreksi teh G1 dalam proses akhir
Total teh G1 keluar dari proses akhir Waktu untuk proses akhir teh G1
Fraksi teh G1 keluar dari proses akhir
Koreksi teh G1 dalam proses akhir Teh G1 dalam proses akhir yang diinginkan
Total teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan
Pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir
Prakiraan Pesanan Teh G1
Waktu untuk memperbaharui pesanan teh G1
73
Gambar 27. Diagram Sub Model Proses Akhir Di Pabrik Secara
berurutan, teh G1 hasil rekayasa kualitas dilewatkan pada
conveyer belt yang bagian akhirnya dipasang magnet berkekuatan besar untuk mendeteksi dan memisahkan benda logam yang terbawa teh. Hal tersebut dilakukan sebagai bagian prosedur standar HACCP (Hazzard Analytical Critical Control Point) untuk menjaga dan menjamin keamanan pangan.
Dalam sub
model tersebut diakomodasi bagian teh G1 cacat yang tidak dapat dimanfaatkan. Namun dalam penelitian ini, proses produksi akhir yang dilakukan perusahaan tidak menghasilkan teh G1 cacat yang tidak dapat dimanfaatkan. Hal tersebut terjadi karena
prosedur operasi yang ditetapkan perusahaan berhasil
menghilangkan teh cacat tersebut. Pada umumnya dalam sistem produksi teh menghasilkan produk teh cacat yang tidak dapat dimanfaatkan. Proses produksi akhir di pabrik tersebut direpresentasikan dalam beberapa rumus matematika sebagai berikut (rumus 30-32). PTG1PA
d(TG1DP dt TG1KPA
=
TG1MPA + TTG1MPA
(30)
=
PTG1PA - TG1KPA -
(31)
=
TTG1KPA . ftg1kpa
(32)
PTG1PA = Pasokan teh G1 ke proses akhir (kg/hari) TG1MPA = Teh G1 menuju proses akhir (kg/hari) TTG1MPA = Tambahan teh G1 menuju proses akhir (kg/hari) TG1DPA = Teh G1 Dalam Proses Akhir (kg/hari) TG1KPA = Teh G1 keluar dari proses akhir (kg/hari) TG1C = Teh G1 cacat (kg/hari) TG1KPA = Teh G1 keluar dari proses akhir (kg/hari) ftg1kpa = Fraksi teh G1 keluar dari proses akhir (tanpa dimensi) TTG1KPA = Total teh G1 keluar dari proses akhir (kg/hari) Sub model proses akhir di pabrik untuk kelompok kualitas teh G1 di atas berlaku juga untuk kelompok kualitas teh G2 dan teh G3. Hal tersebut terjadi karena struktur keputusan dan fisik yang terjadi pada proses akhir teh G1 di pabrik serupa dengan struktur keputusan dan fisik proses akhir teh G2 dan teh G3.
Sub Model Manajemen Persediaan Teh Di Pusat Distribusi 74
Setelah melewati proses akhir di pabrik , produk teh kelompok kualitas tertentu dikirim ke pusat distribusi yang terletak di daerah Cilampeni Bandung. Pusat distribusi mengelola tiga fungsi logistik, yaitu (1) logistik masuk (inbound logistic) teh jadi yang berasal dari empat pabrik pengolahan yang tersebar di tiga kabupaten (Kabupaten Bandung (dua buah pabrik), Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut), (2) pembelian teh jadi (made tea) dari perusahaan pengolahan teh hijau lainnya serta (3) pemasaran dan distribusi teh kepada pembeli internasional dan domestik. Teh yang keluar dari proses akhir merupakan produk teh yang siap dipasarkan, tetapi agar memenuhi kapasitas kontainer untuk setiap pengiriman maka dilakukan penyimpanan di pusat distribusi. Selain itu, manajemen pusat distribusi menetapkan target/cakupan persediaan pengaman selama 30 hari. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadi kekurangan atau kegagalan pengiriman yang dapat mengakibatkan potensi kehilangan pasar. Manajemen pusat distribusi menetapkan keputusan untuk melakukan pembelian setiap kali terjadi kekurangan persediaan teh kualitas tertentu dari pabrik pengolahan teh hijau lainnya (open market). Keputusan tersebut dilakukan untuk memenuhi pesanan konsumen dari aspek kuantitas, kualitas dan waktu. Besaran pembelian teh jadi yang dilakukan direpresentasikan rumus sebagai berikut (rumus 33-35). LPTG1P
d(DPTG1 dt TG1HP
=
Max (0,((PTG1JYI - PTG1J) / dlptg1p) . ktg1p))
(33)
=
LPTG1P - PPTG1P
(34)
=
LPTG1P
(35)
LPTG1P = Laju Pemesanan teh G1 pembelian (kg/hari) PTG1JYI = Persediaan teh G1 jadi yang diinginkan (kg) PTG1J = Persediaan Teh G1 Jadi (kg) DPTG1P = Daftar pemesanan teh G1 pembelian (kg) dlptg1p = Delay pemesanan teh G1 pembalian (hari) ktg1p = Ketersediaan teh G1 di pasar (tanpa dimensi) PPTG1P = Pemenuhan Pesanan teh G1 dari pembelian (kg/hari) TG1HP = Teh G1 hasil Pembelian (kg/hari) Dalam sub model manajemen persediaan teh hijau di pusat distribusi diakomodasi variabel penyusutan atau kadaluarsa produk teh yang disimpan. Produk teh hijau jadi dapat disimpan dan memiliki daya tahan kadaluarsa selama 75
dua tahun (730 hari). Namun demikian, pemodelan dinamika sistem yang dilakukan bersifat berkesinambungan (continous) maka penyusutan akibat kadaluarsa berlangsung setiap hari dengan besaran kelipatan 1/730 hari dari persediaan yang terdapat di pusat distribusi. Pusat distribusi menjadi customer order decoupling point (CODP) atau titik pemisah sistem dorong dan tarik pada sistem produksi hibrida dalam rantai pasokan industri teh hijau yang diteliti. Sistem dorong (push system) terjadi pada rangkaian aktivitas rekayasa kualitas teh, manajemen kapasitas produksi pabrik, proses budidaya teh di perkebunan perusahaan dan perkebunan rakyat, sedangkan sistem tarik terjadi pada rangkaian aktivitas manajemen persediaan di pusat distribusi dan proses akhir di pabrik. Sistem produksi hibrida industri teh tersebut memiliki kemiripan dengan sistem produksi tarik-dorong (push-pull production systems) pada industri manufaktur (Goncalves, Hines and Sterman, 2005). Perbedaan sistem produksi hibrida pada industri teh dan industri manufaktur terdapat pada manajemen persediaan di pusat distribusi, proses budidaya, manajemen kapasitas produksi pabrik dan rekayasa kualitas. Pusat distribusi pada industri manufaktur tidak melakukan pengadaan produk akhir dari pasar terbuka dan tidak ada produk kadaluarsa, sedangkan pusat distribusi pada industri teh hijau melakukan pengadaan produk teh jadi dari pasar terbuka serta terdapat persediaan produk yang kadaluarsa.
Proses budidaya, manajemen
kapasitas produksi pabrik dan rekayasa kualitas dilakukan oleh industri teh, sedangkan industri manufaktur tidak melakukan hal tersebut. Besaran pengiriman produk teh jadi setiap kelompok kualitas tertentu sesuai dengan pesanan yang diinginkan oleh pembeli. Berdasarkan deskripsi tersebut, dikembangkan beberapa rumus matematika yang menjadi unsur pembentuk sub model manajemen persediaan teh di pusat distribusi dijelaskan sebagai berikut (rumus 36-37).
d(PTG1J) dt PTG1
= TG1MPD + TG1HP - LKTG1PD -
(36)
=
(37)
Min (MPTG1, PTG1YI)
PTG1J = Persediaan teh G1 jadi (kg) TG1MPD = Teh G1 masuk Pusat Distribusi (kg/hari) TG1HP = Teh G1 hasil pembelian (kg/hari) LKTG1PD = Laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi (kg/hari) PTG1 = Pengiriman teh G1 (kg/hari) 76
MPTG1 = Maksimum pengiriman teh G1 (kg/hari) PTG1YI = Pengiriman teh G1 yang diinginkan Berdasarkan Gambar 28 dan rumus 36-37 di atas, sistem tarik dalam rantai pasokan industri teh dicerminkan oleh pengiriman setiap kelompok kualitas teh yang ditentukan oleh kaidah keputusan manajemen berupa nilai minimal dari jumlah maksimum pengiriman kelompok kualitas teh tertentu yang dapat dilakukan dan jumlah pengiriman yang diinginkan. Pengiriman teh yang diinginkan merupakan pembagian atas jumlah
pesanan kelompok kualitas
tertentu yang terdaftar dibagi dengan target waktu pengiriman. Dengan demikian, pengiriman teh yang dilakukan perusahaan akan merespon dinamika perubahan pesanan konsumen.
Ketersediaan teh G1 di pasar Delay pemesanan teh G1pembelian Daftar Pemesanan Teh G1 pembelian
Pemenuhan Pesanan teh G1 dari pembelian
Laju Pemesanan teh G1 pembelian
Waktu kadaluarsa Teh G1 hasil Pembelian
Laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi
Teh G1 masuk Pusat Distribusi
Persediaan Teh G1 Jadi
Pengiriman teh G1
Maksimum pengiriman teh G1
Waktu koreksi persediaan teh G1 jadi
Waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum Koreksi persediaan teh G1 jadi
Cakupan persediaan teh G1 pengaman
Cakupan persediaan teh G1 yang diinginkan
Persediaan teh G1jadi yang diinginkan Teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan'
Prakiraan Pengiriman Teh G1
Waktu untuk memperbaharui pengriman teh G1
Gambar 28. Diagram Sub Model Persediaan Teh Di Pusat Distribusi
77
Sub model manajemen persediaan teh di pusat distribusi tersebut berlaku untuk kelompok kualitas teh jadi yang lain (teh G2 dan teh G3). Hal tersebut berlaku karena struktur keputusan dan fisik pada kelompok kualitas teh G2 dan G3 serupa dengan kelompok kualitas teh G1. Sub Model Pasar dan Pesanan Teh Pada umumnya pasar yang memberikan pesanan dipandang sebagai faktor eksternal, perusahaan tidak dapat mempengaruhinya tapi pasar yang mempengaruhi perusahaan. Namun, dalam penelitian ini dikembangkan sub model pasar dan pesanan teh yang bersifat endogen. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana struktur keputusan fisik dan keputusan yang dilakukan perusahaan direspon oleh pasar. Selanjutnya, pasar memberikan umpan balik terhadap pesanan kepada perusahaan. Dengan demikian, dalam penelitian ini akan diketahui penyebab struktural terjadinya dinamika pada interaksi rantai pasokan industri teh hijau dengan pasar teh hijau. Kinerja perusahaan The Channel Master dalam memenuhi setiap pesanan akan dipersepsikan oleh pembeli. Persepsi fraksi pesanan teh yang dapat terpenuhi akan menentukan daya tarik perusahaan di pasar, apabila pasar/ pembeli mempersepsikan perusahaan mampu memenuhi setiap pesanan maka daya tarik perusahaan di pasar akan bertahan. Namun, apabila pasar mempersepsikan perusahaan tidak mampu memenuhi setiap pesanan secara penuh maka daya tarik perusahaan di pasar akan turun sehingga pangsa pasar yang dikuasai perusahaan akan berkurang. Secara non linier, kondisi tersebut akan berdampak pada pengurangan jumlah pesanan yang akan disampaikan kepada perusahaan. Hal tersebut terjadi karena pasar mengalihkan sebagian pesanan kepada perusahaan pengolah teh hijau yang lain (Gambar 29). Pangsa pasar perusahaan The Channel Master
merupakan indikator
kinerja kunci dari perspektif pelanggan pada sistem pengukuran kinerja kartu berimbang (balanced scorecard). Dengan demikian, melalui sub model pasar dan pesanan teh akan diketahui struktur fisik, struktur keputusan dan umpan balik yang menyebabkan dinamika indikator kinerja pangsa pasar. Stuktur fisik dan keputusan pada sub model pasar dan pesanan teh direpresentasikan oleh beberapa rumus berikut ini (rumus 38-40). PSTG1
dt
= PMTG1 . PGPTG1
(38)
= -PMPTG1 + PTG1 78
(39)
= f (PFPTG1T/ rfptg1t)
DTTG1
(40)
PSTG1 = Pesanan teh G1 (kg/hari) PMTG1 = Permintaan teh G1 (kg/hari) PGPTG1 = Pangsa pasar teh G1 (tanpa dimensi) DPTG1 = Daftar Pesanan Teh G1 (kg) PMPTG1 = Pemenuhan pesanan teh G1 (kg/hari) PTG1 = Pesanan teh G1 (kg/hari) DTTG1 = Daya tarik teh G1 (tanpa dimensi) PFPTG1T = Persepsi Fraksi Pesanan Teh G1 yang Terpenuhi (tanpa dimensi) rfptg1t = Referensi fraksi pesanan teh G1 yang terpenuhi (tanpa dimensi)
Slope RAMP teh G1
Mulai RAMP teh G1
Akhir RAMP teh G1
Daya tarik teh G1 daya tarik total pasar teh G1
Referensi fraksi pesanan teh G1 yang terpenuhi
Pangsa pasar teh G1 Waktu untuk persepsi fraksi pesanan teh G1 yang terpenuhi
Persepsi Fraksi Pesanan Teh G1 yang Terpenuhi
Fraksi pesanan teh G1yang terpenuhi
Perubahan RAMP teh G1
Daya tarik pesaing teh G1 Fraksi awal pesanan teh G1 yang terpenuhi
Pemenuhan pesanan teh G1
Waktu STEP teh G1
Daftar Pesanan Teh G1
Permintaan teh G1
Perubahan STEP teh G1
Pesanan teh G1
Daftar pesanan teh G1 awal Pengiriman teh G1 yang diinginkan
Target waktu penyampaian teh G1
Koreksi daftar pesanan teh G1
Tinggi STEP teh G1
Daftar pesanan teh G1 yang dapat diterima
Waktu koreksi daftar pesanan teh G1
Permintaan normal teh G1
Gambar 29. Diagram Sub Model Pasar dan Pesanan Teh Sub Model Keuangan Perusahaan Semua indikator kinerja manajemen rantai pasokan akan bermuara pada indikator kinerja perspektif keuangan. Dalam sub model keuangan perusahaan diakomodasi beberapa indikator kinerja perspektif keuangan diantaranya adalah keuntungan (profit) dan nilai tambah (value added) yang diperoleh perusahaan dalam mengelola rantai pasokan industri teh (Gambar 30). Selain itu, dalam sub model keuangan perusahaan diakomodasi juga pengeluaran perusahaan atas 79
biaya yang timbul dalam manajemen rantai pasokan industri teh dari hulu (perkebunan teh) sampai dengan hilir (distribusi). Pendapatan perusahaan diperoleh dari penjualan produk teh kepada pembeli
internasional
dan
perusahaan
multinasional
yang
beroperasi
di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, harga penjualan produk ditetapkan dalam mata uang US $, namun demikian dalam penelitian ini dilakukan konversi menjadi mata uang Rupiah. Konversi tersebut dilakukan agar satuan mata uang yang digunakan menjadi konsisten, baik pengeluaran maupun pendapatan. Harga penjualan setiap kelompok kualitas berbeda, harga penjualan kelompok kualitas teh G1 merupakan yang tertinggi dibandingkan dua kelompok kualitas teh yang lainnya. Kelompok kualitas teh G3 merupakan kelompok kualitas terendah dan memiliki harga penjualan terendah. Perusahaan mendapatkan pembayaran satu bulan setelah pengiriman produk teh ke pembeli.
Harga teh G1 (US$)
Nilai tukar US$
Harga teh G1 (Rp)
Pendapatan teh G1 Waktu pembayaran
Harga teh G2 (US $) Harga teh G2 (Rp)
Harga teh G3 (US $)
Pendapatan teh G2
Piutang Tagihan masuk
Pendapatan
Pendapatan teh G3
Harga teh G3 (Rp)
Keuntungan Perusahaan R/C Perusahaan
Nilai tambah perusahaan per hekttar
Nilai input
Nilai tambah perusahaan
80
Gambar 30. Diagram Sub Model Keuangan Perusahaan
Dalam lanjutan sub model keuangan perusahaan (Gambar 29 dan Gambar 31) digambarkan struktur pembentuk pengeluaran perusahaan dalam mengelola rantai pasokan industri teh hijau dari perkebunan teh sampai distribusi produk teh hijau ke pembeli. Komponen biaya yang dikeluarkan pada sektor perkebunan adalah biaya produksi pucuk teh (pemeliharaan, pengawasan dan pemetikan) di perkebunan perusahaan dan biaya pembelian pucuk teh dari kebun rakyat. Dalam sektor pabrik dikeluarkan biaya pengolahan pucuk teh menjadi produk teh jadi. Komponen biaya yang dikeluarkan pada pusat distribusi terdiri atas biaya pembelian teh jadi dari perusahaan pengolahan teh hijau lain, biaya produk kadaluarsa, biaya persediaan dan biaya penjualan. Deskripsi sub model keuangan perusahaan direpresentasikan oleh beberapa rumus berikut (rumus 41-44). PD PDTG1 + PDTG2 + PDTG3 KUP = PD - PBTD NTBP = PD - NI PTYB = BUT + BPT + BKT + BP + BTP + BTPT PD = Pendapatan (Rp/hari) PDTG1 = Pendapatan teh G1 (Rp/hari) PDTG2 = Pendapatan teh G2 (Rp/hari) PDTG3 = Pendapatan teh G3 (Rp/hari) KUP = Keuntungan Perusahaan (Rp/hari) PBTD = Pembayaran Total yg Dibutuhkan (Rp/hari) NTBP = Nilai tambah perusahaan (Rp/hari) NI = Nilai input (Rp/hari) PTYB = Pembayaran Total yg Dibutuhkan (Rp/hari) BUT = Biaya Umum Total (Rp/hari) BPT = Biaya Penjualan Total (Rp/hari) BKT = Biaya kadaluarsa Total (Rp/hari) BP = Biaya Produksi (Rp/hari) BTP = Biaya total persediaan (Rp/hari) BTPT = Biaya total pengolahan teh (Rp/hari)
81
= (41) (42) (43) (44)
Biaya Pemeliharaan per Kg
Biaya input pemeliharaan per kg
Biaya total non input pemeliharaan
Biaya total input pemeliharaan
pengolahan teh semua grade
Upah Pemetik Teh semua grade hasil pembelian
Biaya Total Pengawasan
Biaya Pengawasan Per Kg
Biaya pembelian teh
Biaya input pengolahan per kg
Biaya total non input pengolahan
Upah Pemetikan kebun sendiri per kg
Biaya Total Bahan Panen dan Transportasi
Biaya Panen Biaya Pucuk Kebun Sendiri
Harga teh hasil pembelian
Biaya total input pengolahan
Biaya Pemeliharaan
Biaya Bahan, Alat Panen dan Transportasi Per Kg
Biaya kadaluarsa per Kg
Biaya kadaluarsa Total Biaya pucuk kebun rakyat
Biaya Produksi Kadaluarsa teh semua grade
Harga pucuk kebun rakyat per Kg
Biaya non input pengolahan teh per kg
Biaya Umum Total
Biaya total pengolahan teh
Pembayaran Total yg Dibutuhkan
kas masuk
Kas Perusahaan
Penjualan semua grade
Biaya Umum per Kg
Biaya Penjualan Total
Kas keluar
Pengeluaran Lain Kas Perusahaan
Biaya Penjualan per Kg
Biaya total persediaan
Efek Likuiditas thd Pembayaran
Kas yang Dibutuhkan
total persediaan teh jadi Biaya persediaan per kg/hari
Likuiditas perusahaan
Waktu Kecukupan Kas
Gambar 31. Diagram Sub Model Keuangan Perusahaan (Lanjutan) 82
Sub Model Keuangan Perkebunan Rakyat Sub Model keuangan perkebunan rakyat merupakan replikasi dari struktur fisik dan keputusan yang terdapat dalam sub model keuangan perusahaan. Namun demikian, sub model tersebut disesuaikan dengan struktur fisik dan keputusan yang terjadi pada perkebunan rakyat. Dalam perkebunan rakyat tidak terdapat industri pengolahan pucuk teh menjadi teh sehingga struktur pembentuk pengeluaran menjadi terbatas pada komponen biaya yang terjadi pada pengelolaan budidaya teh sampai dengan pemetikan. Komponen biaya tersebut terdiri atas biaya pemeliharaan, biaya pengawasan dan biaya pemetikan. Dalam setiap biaya tersebut termasuk biaya input dan non input yang dikeluarkan (Gambar 32).
Waktu pembayaran pucuk teh
Pendapatan kebun rakyat mitra
Piutang Kebun Rakyat Mitra
Tagihan masuk ke kebun rakyat mitra
Harga penjualan pucuk kebun rakyat
R/C kebun rakyat mitra
Keuntungan Kebun Rakyat Mitra
Nilai tambah kebun rakyat mitra
Nilai input kebun rakyat mitra
Nilai tambah kebun rakyat mitra per hektar
Gambar 32. Diagram Sub Model Keuangan Perkebunan Rakyat
Perkebunan rakyat memperoleh pendapatan dari hasil penjualan pucuk teh yang dijual kepada pabrik yang dimiliki perusahaan. Perkebunan rakyat 83
mendapatkan pembayaran dalam waktu satu bulan, namun demikian pekebun rakyat dapat mengajukan pembayaran uang muka apabila membutuhkannya. Struktur fisik dan keputusan yang terjadi pada sub model keuangan perkebunan rakyat (Gambar 33) direpresentasikan beberapa rumus sebagai berikut (rumus 45-48). PDKRM = PPKRP . hppkr KUKRM = PDKRM - PMTBKRM NTBKRM = PDKRM - NIKRM PMTBKRM BPKRM + BPMTKRM + BPSTKRM
(45) (46) (47) = (48)
PDKRM = Pendapatan kebun rakyat mitra (Rp/hari) PPKRP = Penjualan pucuk kebun rakyat ke pabrik (Rp/hari) hppkr = Harga penjualan pucuk kebun rakyat (Rp/hari) KUKRM = Keuntungan Kebun Rakyat Mitra (Rp/hari) PDKRM = Pendapatan kebun rakyat mitra (Rp/hari) PMTBKRM = Pembayaran total yg dibutuhkan kebun rakyat mitra (Rp/hari) NTBKRM = Nilai tambah kebun rakyat mitra (Rp/hari) NIKRM = Nilai input kebun rakyat mitra (Rp/hari) PMTBKRM = Pembayaran total yg dibutuhkan kebun rakyat mitra (Rp/hari) BPKRM = Biaya panen kebun rakyat mitra (Rp/hari) BPMTKRM = Biaya pemeliharaan total kebun rakyat mitra (Rp/hari) BPSTKRM = Biaya pengawasan total kebun rakyat mitra (Rp/hari) Biaya input pemeliharaan kebun rakyat mitra per kg
biaya non input pemeliharaan kebun rakyat mitra per kg
Biaya total input pemeliharan kebun rakyat mitra
biaya non input pemeliharaan total kebun rakyat mitra
Kas masuk kebun rakyat mitra
Biaya pemeliharaan total kebun rakyat mitra Kas Kebun Rakyat Mitra
kas keluar dari kebun rakyat mitra
Biaya pengawasan total kebun rakyat mitra
Pembayaran total yg dibutuhkan kebun rakyat mitra
Biaya pengawasan kebun rakyat mitra
Pengeluaran lain kas kebun rakyat mitra Biaya total bahan dan transportasi panen kebun rakyat mitra
Efek likuiditas pembayaran kebun rakyat mitra Kas yang dibutuhkan kebun rakyat mitra
Likuiditas kebun rakyat mitra
Waktu kecukupan kas kebun rakyat mitra
Biaya panen kebun rakyat mitra
Biaya bahan dan transportasi panen kebun rakyat mitra per kg
Biaya pemetikan kebun rakyat mitra
Upah pemetik kebun rakyat mitra per kg
84
Gambar 33. Diagram Sub Model Keuangan Perkebunan Rakyat (Lanjutan) Secara rinci seluruh rumus matematika yang dikembangkan dalam model dinamika sistem rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau disajikan pada Lampiran 8. Seluruh rumus matematika tersebut disajikan berdasarkan hasil dokumentasi yang dilakukan oleh perangkat lunak Vensim Professional yang sejalan dengan pengembangan diagram sub model. Secara khusus, asumsi-asumsi yang digunakan dalam setiap sub model yang ditampilkan pada bagian sebelumnya disajikan pada Lampiran 9-20. Asumsi-asumsi tersebut terdiri atas variabel dan parameter, dimensi, nilai serta sumber perolehan informasi yang mendasari asumsi-asumsi tersebut dibuat.
Validasi Model Dalam
upaya
membangun
kepercayaan
terhadap
model
yang
dikembangkan, dalam penelitian ini telah dilakukan pengujian validasi terhadap model simulasi yang dikembangkan. Sterman (2000) membahas tes yang dapat digunakan untuk menilai model yang dinamis yang diadaptasi dan dikembangkan dari Forrester dan Senge (1980). Dalam penelitian ini, jenis pengujian yang dilakukan terdiri atas :
(1) pengujian kecukupan batas model (boundary
adequacy), (2) penilaian struktur (structure assessment), (3) pengujian konsistensi
dimensi
(dimensional
consistency),
(4)
penilaian
parameter
(parameter assessment), (5) pengujian kondisi ekstrim (extreme conditions), (6) pengujian kesalahan integrasi (integration error), (7) pengujian reproduksi perilaku melalui uji statistik (behavior reproduction), (8) pengujian perilaku anomali (behavior anomaly), (9) pengujian perilaku yang tidak terduga (surprise behavior), (10) analisis sensitivitas (sensitivity analysis) dan (11)
melakukan
perbaikan sistem dengan menambahkan struktur baru untuk memperoleh perilaku yang diharapkan (system improvement). Tabel 5. Validasi Model No. 1.
Nama Uji Kecukupan batas model (Boundary Adequacy)
Tujuan Apakah konsepkonsep penting yang mengacu pada permasalahan sudah termasuk ke dalam model?
2.
Penilaian
Apakah struktur
Alat dan prosedur Membuat tabel Batas model, diagram subsistem, diagram sebab akibta, diagram sub model, dan melihat persamaan model Gunakan diagram
85
Hasil Pengujian Membuat diagram sebab akibat, batas model, diagram asub model dan persamaan model untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan
Perbaikan struktur model sesuai
struktur (Structure Assessment)
model konsisten dengan kondisi riil sistem?
struktur kebijakan, peta stock dan flow, dan melihat persamaan model
dengan struktur fisik dan keputusan yang terjadi pada sistem rantai pasokan yang dikaji
Alat dan prosedur Menggunakan software analisis dimensi. Meneliti persamaan model jika ada dugaan inkonsistensi Menggunakan metode keputusan berdasarkan pendapat ahli, wawancara dan diskusi kelompok terhadap pelaku, observasi sistem dan disagragegasi sub model Memeriksa setiap persamaan Menguji respon model terhadap nilai input ekstrim, baik secara terpisah maupun dalam kombinasi
Hasil Pengujian Perbaikan dimensi yang tidak nyata dan tidak konsisten dicek ulang sehingga diperoleh dimensi yang konsisten
Tabel 6. Validasi Model (Lanjutan) No. 3.
Nama Uji Konsistensi dimensi (Dimensional Consistency)
4.
Penilaian parameter (Parameter Assessment)
5.
Kondisi ekstrim (Extreme Condition)
6.
Kesalahan integrasi (Integration Error)
7.
Reproduksi perilaku (Behavior Reproduction)
8
Perilaku anomali (Behavior Anomaly)
9.
Perilaku tidak terduga (Surprise Behavior)
10.
Analisis sensitivitas (Sensitivity Analysis)
11
Perbaikan sistem (System Improvemen)t
Tujuan Apakah masingmasing persamaan memiliki dimensi yang konsisten dan tidak ada dimensi yang tidak nyata? Apakah nilai parameter konsisten ? Apakah semua parameter memiliki pasangan dengan dunia nyata
Apakah model memiliki respon yang masuk akal jika dihadapkan pada kebijakan, tekanan dan parameter yang ekstrim? Apakah hasil sensitif terhadap pilihan langkah waktu (Time step) atau metode integrasi numerik Apakah model membangkitkan berbagai pola perilaku yang teruji dalam dunia nyata Apakah model menunjukkan perilaku anomali bila asumsi diubah atau dihilangkan Apakah model berhasil mengantisipasi respon sistem terhadap kondisi terbaru Apakah nilai numerik berubah, pola perilaku membangkitkan perubahan model dan implikasi kebijakan. Apakah proses pemodelan membantu mengubah sistem
Potong langkah waktu (time step) menjadi setengahnya dan pengujian untuk mengubah perilaku. Menghitung ukuran statistik hubungan dari model dan data (misalnya R2,MAE ), Menguji respon model. Mengganti asumsi ekuilibrium dengan ketidaksetimbangan
Menggunakan model untuk mensimulasi perilaku model di masa yang akan datang
Submodel-submodel dibangun secara parsial kemudian diagregasikan. Perbaikan dilakukan melalui wawancara dan meminta pendapat ahli dari pelaku rantai pasokan yang dikaji hingga parameter yang digunakan sesuai dengan sistem nyata yang dikaji. Pengujian nilai input dengan merubah parameter produktivitas perkebunan perusahaan dan perkebunan rakyat menjadi nol atau tidak ada produksi, hasilnya menunjukkan tidak adanya produksi pucuk teh mengehentikan aktivitas hilir industri teh Langkah waktu (time step) menggunakan nilai 0,25 hari , hasilnya menunjukkan perilaku tetap stabil Melakukan uji stastik terhadap data historis dan data simulasi, hasilnya menunjukkan bahwa model yang dikembangkan valid Memeriksa struktur model dan memperbaiki perilaku anomali yang ditemukan sesuai dengan struktur dan perilaku yang terjadi pada dunia nyata Terdokumentasikan hasil simulasi model untuk melihat perilaku di masa datang yang mulai dari perilaku historis dan skenario kebijakan.
Menggunakan kisaran nilai tertentu untuk menguji sensitivitas model. Menyusun batas model dan uji agregasi.
Menggunakan analisis multivariat dan melakukan simulasi sebanyak 200 kali sehingga diperoleh kisaran perubahan parameter terpilih yang diuji.
Merancang instrumen di masa datang untuk menilai dampak proses pemodelan
Menambahkan struktur baru berupa model pengembangan inovasi kelembagaan
86
menjadi lebih baik
terhadap mental model, perilaku dan keluaran.
Dalam rangka pengujian kecukupan batas model telah digambarkan model umum, tabel batas model, diagram sebab akibat dan diagram sub model yang meliputi 12 sub model struktur pembentuk manajemen rantai pasokan industri teh. Selain itu, di dalamnya termasuk rangkaian persamaan matematika yang merepresentasikan dunia nyata manajemen rantai pasokan industri teh. Berdasarkan hal tersebut, model yang dibangun telah mampu menjawab pertanyaan penelitian yang ditetapkan pada awal penelitian. Penilaian struktur dilakukan pada seluruh rangkaian proses pemodelan, perbaikan dilakukan apabila terdapat struktur fisik dan keputusan yang tidak sesuai dengan sistem nyatanya. Struktur model berupa struktur fisik berupa aliran material dari pucuk teh sampai dengan teh jadi dikembangkan berdasarkan sistem nyata yang terjadi. Dalam proses pengembangan sruktur fisik dilakukan dokumentasi proses berupa video, isian kuesioner, foto dan dokumen tertulis yang menggambarkan struktur fisik dalam rantai pasokan industri teh. Demikian juga dengan struktur keputusan, modelnya dikembangkan dari hasil wawancara secara mendalam dengan para pengambil keputusan dari tingkat direksi, manajer, administratur pabrik, kepala kebun dan mandor. Selain itu, penilaian terhadap struktur model juga dilakukan secara langsung (automatic) pada fitur yang terdapat dalam paket perangkat lunak Vensim Professional. Hasil dari penilaian struktur tersebut adalah model yang dikembangkan dinyatakan sudah baik dan tidak terdapat kesalahan (error) stuktural. Pengujian konsistensi dimensi dilakukan secara langsung oleh fitur yang terdapat dalam paket perangkat lunak yang digunakan. Fitur tersebut menyatakan bahwa model yang dikembangkan memiliki dimensi yang konsisten sehingga tidak terdapat kesalahan (error). Parameter yang digunakan dalam pengembangan model merupakan hasil dari wawancara dan pendapat ahli dari pengambil keputusan yang terlibat dalam rantai pasokan yang dikaji. Selain itu, dilakukan observasi pada seluruh proses bisnis dari hulu sampai hilir yang disertai dengan diskusi kelompok terarah dengan para pengambil keputusan untuk menentukan parameter yang digunakan dalam model. Dengan demikian parameter yang digunakan sesuai dengan kondisi nyata sistem yang dikaji. 87
Pengujian kondisi ekstrim dilakukan dengan cara memeriksa setiap persamaan dan menguji respon model terhadap nilai input ekstrim, baik secara terpisah maupun dalam kombinasi. Pengujian nilai input dilakukan dengan merubah parameter produktivitas perkebunan perusahaan dan perkebunan rakyat menjadi nol atau tidak ada produksi, hasilnya menunjukkan tidak adanya produksi pucuk teh sehingga menghentikan aktivitas hilir industri teh (Lampiran 21). Kondisi tersebut sesuai dengan struktur fisik yang terjadi pada sistem nyatanya. Dalam
upaya
menguji
kesalahan
integrasi
pada
model
yang
dikembangkan, dalam penelitian ini dilakukan pemotongan time step dari 0,5 hari menjadi 0,25 hari. Hasil pemotongan time step tersebut tidak mengubah perilaku model, dengan demikian model tersebut dinyatakan stabil (robust). Dalam menilai kemampuan model menghasilkan reproduksi perilaku yang sesuai dengan sistem nyatanya, dalam penelitian ini dilakukan beberapa pengujian statistik seperti r, R2, RMSPE dan Uji Theil ( Manurung et al., 2005) . Hasil pengujian statistika tersebut disajikan pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Rekapitulasi Pengujian Statistik Data Hasil Simulasi Pengiriman Teh Jadi
Pasokan Pucuk Teh
G1
G2
G3
Produksi Pucuk Total
Kebun Sendiri
Kebun Rakyat
R2
0,86
0,92
0,86
0,98
0,98
0,94
r
0,93
0,96
0,93
0,96
0,97
0,89
RMSP E
0,04
0,09
0,04
0,02
0,02
0,04
UM
0,00
0,00
0,00
0,14
0,10
0,10
US
0,03
0,01
0,03
0,00
0,00
0,01
UC
0,98
0,99
0,98
0,90
0,89
0,89
Berdasarkan Tabel 7, nilai koefisien korelasi (r)
bernilai antara 0,84
sampai 1,00 berarti bahwa data aktual dan data hasil simulasi memiliki korelasi sangat tinggi. Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa model yang dikembangkan dapat menjelaskan variabel yang diprediksi sebesar 86 % sampai 98 %, sedangkan sisanya dijelaskan oleh error. Root Mean Square Percent Error 88
(RMSPE) yang dihasilkan pada pengujian statistik menunjukkan nilai yang kecil dan mendekati nol. Dalam pengujian statistik juga dilakukan perhitungan Theil’s Inequality Coefficient (U) untuk mengetahui kemampuan model dalam analisis simulasi peramalan. Hasil pengujian Theil’s tersebut menunjukkan bahwa model tersebut valid karena nilai proporsi bias (UM) di bawah 0,20, nilai proporsi varians (US) yang kecil, dan proporsi covarians (UC) yang besar. Dengan demikian, berdasarkan serangkaian pengujian statistik tersebut, model dinamika sistem rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau dinyatakan valid. Rujukan validasi dapat dilihat pada Lampiran 22. Dalam proses pengembangan model dilakukan penilaian terhadap perilaku anomali yang dihasilkan model. Hal tersebut dilakukan dengan mengganti asumsi ekuilibrium dengan ketidaksetimbangan (dis-ekuilibrium) yang diikuti dengan memeriksa struktur model dan memperbaiki perilaku anomali yang ditemukan. Kondisi tersebut terjadi dalam pengembangan sub model perkebunan perusahaan dan perkebunan rakyat. Dalam upaya pengujian terhadap perilaku tidak terduga dilakukan simulasi model untuk menghasilkan perilaku model di masa yang akan datang. Dalam simulasi, model yang dikembangkan mampu mengantisipasi respon sistem terhadap kondisi terbaru. Kondisi tersebut terjadi pada saat dilakukan pengembangan stuktur model inovasi kelembagaan pada rantai pasokan industri teh, model tersebut mampu mengantisipasi respon variabel ketersediaan pasar teh sebagai sumber pembelian yang dikaitkan dengan persepsi konsumen (pembeli) terhadap kemampuan sistem rantai pasokan yang dibangun dalam memenuhi setiap pesanan yang disampaikan. Dalam penelitian ini dilakukan uji sensitivitas melalui fitur yang tedapat pada paket perangkat lunak yang digunakan. Dalam uji sensitivitas tersebut dilakukan simulasi sebanyak 200 kali dengan menggunakan kaidah simulasi sensitivitas multivariat sehingga diperoleh kisaran besaran variabel sebagai akibat dari perubahan parameter terpilih yang diuji. Jumlah simulasi tersebut dilakukan berdasarkan “Vensim User’s Guide Version 5” (Ventana Systems, 2007). Variabel tersebut adalah keuntungan perusahaan, adapun parameter yang ditetapkan untuk disimulasikan adalah ketersediaan teh di pasar, cakupan persediaan, daya tarik pesaing, produktivitas pucuk dan perubahan permintaan. Gambar 34 menerangkan bahwa pada batas kepercayaan 100 %, nilai
89
maksimum keuntungan perusahaan adalah sekitar Rp. 205.000.000 per hari, sedangkan nilai minimumnya sekitar Rp. 15.000.000 per hari. base run 50% 75%
95%
Keuntungan Perusahaan 400 M
100%
(Rp)
300 M
200 M
100 M
0
0
456.25
912.5 Time (day)
1369
1825
Gambar 34. Analisis Sensitivitas Keuntungan Perusahaan Dalam pemodelan rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh
hijau
ini
dilakukan
pengembangan
struktur
baru
model
berupa
pengembangan model inovasi kelembagaan rantai pasokan industri teh hijau. Inovasi kelembagaan tersebut terdiri atas dua model, yaitu model inovasi kelembagaan tata kelola hubungan perkebunan rakyat dengan koperasi agroindustri teh hijau dengan sistem penyerahan pucuk teh dan model inovasi kelembagaan tata kelola hubungan perkebunan rakyat dengan koperasi agroindustri teh dengan sistem transaksi pucuk teh. Pengembangan model tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja sistem rantai pasokan industri teh hijau yang berkeadilan serta merespon tuntutan konsumen akan jaminan keamanan pangan dengan penerapan sistem penjejakan (traceability system) dari pucuk teh sampai dengan produk teh siap dikonsumsi.
90
91
PERILAKU MODEL DAN KINERJA RANCANGBANGUN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU Perilaku Model Stuktur fisik dan keputusan pada rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau yang telah dikembangkan pada bagian sebelumnya akan membentuk perilaku dinamis yang senantiasa berubah sejalan dengan waktu. Perilaku dinamis tersebut merupakan hasil dari interaksi antara berbagai komponen yang terdapat dalam setiap sub model yang dikembangkan, baik yang berbentuk kebijakan ataupun aliran material. Dalam bagian disertasi ini dibahas perilaku model pada beberapa sub model yang terdapat dalam manajemen rantai pasokan industri teh, yaitu : (1) pengiriman pucuk teh ke pabrik, (2) penjualan pucuk teh kebun rakyat, (3) kapasitas pabrik, (4) rekayasa kualitas teh, (5) proses akhir dalam pabrik, (6) pusat distribusi dan (7) pasar. Perilaku model tersebut dihasilkan melalui simulasi dengan bantuan perangkat lunak Vensim Professional Academic Version. Dalam upaya melakukan simulasi tersebut, penelitian ini menggunakan data historis manajemen rantai pasokan industri teh hijau pada sistem yang dikaji. Rentang waktu data historis yang digunakan adalah 1.095 hari atau tiga tahun, data historis tersebut terdiri atas pengiriman kelompok kualitas teh jadi tertentu (teh G1, teh G2 dan teh G3), produksi pucuk total, produksi perkebunan perusahaan dan produksi perkebunan rakyat. Hal tersebut dilakukan dalam upaya membangun kepercayaan terhadap model yang dikembangkan seperti yang telah dijelaskan pada bagian validasi model sebelumnya. Selain itu, hal tersebut dilakukan untuk memahami dan mengetahui penyebab struktural dari tendensi dinamis perilaku model yang dikembangkan sesuai dengan kondisi yang aktual. Dalam rangka eksperimen atau simulasi dilakukan penetapan kondisi awal dan parameter yang digunakan. Kondisi awal ditentukan berdasarkan kondisi ekuilibrium model, sedangkan parameter yang digunakan diperoleh dari hasil pengolahan data numerik, wawancara dan pendapat ahli dari pelaku yang terlibat dalan rantai pasokan industri teh hijau yang dikaji. Kondisi awal dan parameter tersebut telah melewati pengujian reproduksi perilaku, seperti yang diungkapkan pada bagian validasi model sebelumnya. Kondisi awal dan
92
parameter yang digunakan ditampilkan pada setiap pembahasan perilaku sub sektor. Perilaku historis rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh diperoleh dengan melakukan eksperimen simulasi model dari hari pertama sampai dengan hari ke 1.095. Kondisi tersebut mencerminkan data historis selama tiga tahun, dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 atau selama 1.095 hari. Sekumpulan asumsi diberlakukan dalam simulasi ini untuk menghasilkan perilaku tersebut, asumsi tersebut adalah sebagai berikut. (1)
Pemetikan pucuk teh dilakukan secara periodik dalam kurun waktu 15 hari.
(2)
Kebutuhan
tenaga
kerja
pemetik
pucuk
teh
pada
perkebunan
perusahaan dan perkebunan rakyat selalu dapat terpenuhi karena fraksi ketersediaan tenaga kerja pemetik pucuk teh bernilai satu. (3)
Luas lahan produktif yang dimiliki perkebunan perusahaan dan perkebunan rakyat dianggap tetap sesuai dengan kondisi nyata selama tiga tahun terakhir dan telah menjadi keputusan manajemen untuk tidak melakukan perubahan dalam beberapa waktu ke depan.
(4)
Perubahan musim tidak diakomodasi dalam model karena hal tersebut diwakili oleh penggunaan data historis produktivitas pucuk teh yang perilakunya mencerminkan adanya tendensi dinamis perubahan musim.
(5)
Sebaran jumlah kebun yang dimiliki perkebunan perusahaan dan perkebunan rakyat tidak diakomodasi dalam model, dengan demikian luas lahan produktif kebun merupakan hasil agregasi dari luas kebun yang ada.
(6)
Kualitas teh dikelompokkan menjadi tiga kelompok kualitas teh, yaitu teh G1, teh G2 dan teh G3.
(7)
Setiap kelompok kualitas teh ditujukan untuk segmen pasar khusus.
(8)
Pasar ekspor dan domestik tidak dibedakan karena pasar tujuan merupakan bagian pasar global.
(9)
Pembentukan harga pasar setiap kelompok kualitas tertentu diabaikan.
(10) Kebutuhan pembelian teh jadi dari industri pengolahan teh yang lain selalu dapat dipenuhi karena fraksi ketersediaan pasar bernilai satu. (11) Pesanan yang terjadi ditentukan oleh permintaan pasar yang meningkat pada tahun ke empat (hari ke 1.096) sebesar 10 % dari permintaan normal sampai hari ke 1.450 (tahun ke lima).
93
Perilaku Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik Perilaku
pemetikan
di
perkebunan
perusahaan
ditentukan
oleh
produktivitas pucuk dan luas produktif yang terjadi di perkebunan perusahaan. Dalam hasil simulasi pada kurun waktu hari pertama sampai dengan hari ke 1.095 atau selama tiga tahun sesuai dengan data historis, dinamika pemetikan kebun sendiri ditentukan oleh dinamika produktivitas pucuk teh, sedangkan luas lahan produktif stabil (Gambar 35). Selanjutnya, perilaku pemetikan perkebunan perusahaan yang stabil pada simulasi hari ke 1.096 (awal tahun ke empat) sampai hari ke 1.825 (akhir tahun kelima) disebabkan oleh produktivitas pucuk teh yang stabil.
Pemetikan pucuk teh di kebun sendiri 60,000
kg/day
50,000
1
1
1
1
40,000
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
30,000
20,000 0
365
730
Pemetikan pucuk teh di kebun sendiri : Base Run
1095 Time (day) 1
1
1
1460 1
1
1
1825 1
1
Gambar 35. Perilaku Pemetikan Pucuk Teh Di Perkebunan Perusahaan Dalam perilaku dinamis pemetikan di perkebunan perusahaan tersebut terkandung faktor musim, saat musim kemarau jumlah pucuk teh hasil pemetikan akan berkurang sekitar 20 % - 30 % dari kondisi normal.
Untuk mengatasi
kekurangan pasokan pucuk teh dari perkebunan sendiri, perusahaan melakukan pembelian pucuk teh dari perkebunan rakyat. Lebih lanjut, apabila terjadi kekurangan persediaan teh jadi di pusat distribusi karena keterbatasan jumlah produksi teh di pabrik perusahaaan maka manajemen perusahaan memutuskan untuk melakukan pembelian dari industri pengolahan teh hijau yang lain. Dengan
94
demikian, pesanan pembeli masih dapat terpenuhi secara kuantitas, kualitas dan kesinambungannya. Dalam kurun waktu kurang dari 12 jam setelah pemetikan, seluruh pucuk yang telah dipetik langsung dikirim ke pabrik pengolahan yang berada pada areal perkebunan perusahaan. Selanjutnya, pucuk tersebut langsung diolah lebih lanjut menjadi produk teh jadi. Perilaku pengiriman pucuk ke pabrik memiliki dinamika dan besaran yang serupa dengan perilaku pemetikan pucuk, kondisi tersebut terjadi karena seluruh pucuk teh terkirim ke pabrik dan tidak ada kehilangan pucuk teh yang diakibatkan penyusutan dan hilang selama perjalanan dari kebun ke pabrik (Gambar 36).
Pengiriman pucuk teh ke pabrik 60,000
kg/day
50,000
1
1
1
1
40,000
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
30,000
20,000 0
365
730
1095 Time (day)
Pengiriman pucuk teh ke pabrik : Base Run 1
1
1
1460 1
1
1
1825 1
1
Gambar 36. Perilaku Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik Perilaku Penjualan Pucuk Teh Kebun Rakyat Dinamika perilaku historis pemetikan di perkebunan rakyat menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah pucuk yang dipetik (Gambar 37). Kondisi tersebut terjadi karena permintaan pembelian pucuk teh dari perkebunan perusahaan meningkat. Kondisi tersebut terjadi pada saat produktivitas pucuk teh di perkebunan perusahaan mengalami penurunan sehingga pemetikan pucuk teh menjadi berkurang juga.
95
Pemetikan pucuk teh di kebun rakyat 8,000
6,500 kg/day
1 1
5,000
3,500
1
1
1
1 1
1 1
1
1
1
1 1
2,000 0
365
730
1095 Time (day)
Pemetikan pucuk teh di kebun rakyat : Base Run
1
1
1460
1
1
1
1
1825 1
1
Gambar 37. Perilaku Pemetikan Pucuk Teh Perkebunan Rakyat Perusahaan perkebunan telah menetapkan strategi dan kebijakan jangka panjang untuk meningkatkan pembelian pucuk teh dari perkebunan rakyat melalui pola kemitraan. Dengan demikian, perkebunan rakyat yang menjadi mitra meningkatkan
produktivitas
pucuk
teh
dengan
meningkatkan
upaya
pemeliharaan kebunnya. Kondisi tersebut didorong juga oleh harga pembelian pucuk teh dari perkebunan perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga penjualan pucuk teh kepada pihak lain. Gambar 38 menunjukkan bahwa semua pucuk teh yang dipetik perkebunan
rakyat
dijual
seluruhnya
kepada
pabrik
milik
perkebunan
perusahaan. Hal tersebut terjadi karena adanya komitmen dari perkebunan rakyat untuk memasok pucuk teh kepada pabrik secara berkesinambungan. Menurut Batt dan Rexha (1999), komitmen untuk bermitra terbentuk karena adanya kepercayaan (trust) dari satu mitra terhadap mitra yang lain dalam suatu rantai pasokan agribisnis. Perkebunan rakyat mempunyai kepercayaan terhadap pabrik pengolahan milik perusahaan (The Channel Master) karena pengalaman sebelumnya dalam kelancaran pembayaran, harga pembelian yang lebih tinggi, permintaan yang berkelanjutan, komunikasi yang intensif antara perkebunan rakyat dan manajemen perusahaan serta adanya pembinaan dari perusahaan untuk meningkatkan kapabilitas perkebunan rakyat.
96
Penjualan pucuk teh kebun rakyat ke pabrik 8,000
6,500
kg/day
1 1
5,000
3,500
1
1
1
1 1
1 1
1
1
1
1 1
2,000 0
365
Penjualan pucuk teh kebun rakyat ke pabrik : Base Run
730 1
1095 Time (day) 1
1
1
1460 1
1
1
1825 1
1
Gambar 38. Perilaku Penjualan Pucuk Teh Dari Kebun Rakyat Ke Pabrik Namun demikian, karena kepercayaan tersebut, perkebunan rakyat tidak mengetahui pembeli internasional dan domestik produk teh jadi yang dihasilkan perusahaan. Kondisi tersebut serupa dengan perilaku petani dalam berhubungan dengan pedagang pada rantai pasokan pisang di Banten dan berbeda dengan perilaku petani dalam berhubungan dengan agen pemasaran pada rantai pasokan pisang di Queensland Utara Australia. Perbedaan perilaku tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan budaya antara petani di negara berkembang dengan petani di negara maju. Petani di negara berkembang memiki tingkat kepercayaan yang tinggi kepada pelaku pasar yang dianggap memiliki status sosial yang lebih tinggi sehingga petani tersebut tidak menggali informasi lebih lanjut mengenai pasar akhir produknya. Sebaliknya, petani di negara maju memiliki keingintahuan yang tinggi untuk mengetahui pembeli akhir produknya sehingga posisi tawar menawarnya menjadi seimbang antara petani dengan pelaku pasar ( Singgih and Woods, 2004). Perilaku Kapasitas Pabrik Pengolahan Teh Hijau Dalam pengelolaan kapasitas pabrik, komponen yang menentukan jumlah pucuk teh yang diolah adalah kapasitas berjalan pabrik dan jumlah pucuk teh yang masuk ke pabrik. Kapasitas berjalan pabrik ditentukan oleh kapasitas kapasitas mesin pengolahan yang terpasang di pabrik, tenaga kerja pabrik,
97
permintaan tambahan kapasitas yang berasal dari prakiraan pesanan teh jadi dari pembeli. Namun demikian, dalam eksperimen simulasi terlihat bahwa yang paling menentukan kapasitas berjalan pabrik adalah kapasitas mesin terpasang yang dimiliki perusahaan. Manajemen perusahaan telah menetapkan strategi jangka panjang bahwa perusahaan tidak akan melakukan peningkatan kapasitas mesin pengolahan terpasang.
Kapasitas berjalan pabrik 80,000
kg/day
75,000
70,000
65,000 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
60,000 0
365
730
Kapasitas berjalan pabrik : Base Run 1
1095 Time (day) 1
1
1
1460 1
1
1
1825 1
1
Gambar 39. Perilaku Kapasitas Berjalan Pabrik Gambar 39 menunjukkan bahwa kapasitas berjalan pabrik memiliki perilaku yang stabil atau konstan. Kondisi tersebut mencirikan bahwa kapasitas kapasitas pabrik belum digunakan secara penuh atau masih terdapat kapasitas yang tidak digunakan (iddle capacity). Faktor yang menyebabkannya adalah jumlah pasokan pucuk teh yang belum dapat memenuhi target pemenuhan kapasitas pengolahan maksimal yang dimiliki oleh pabrik. Kapasitas terpasang pabrik saat ini sebesar 64.000 kg pucuk teh /hari, sedangkan pucuk teh yang dipasok dan diolah dalam pabrik berfluktuasi pada kisaran di bawah 60.000 kg pucuk teh/hari (Gambar 40). Manajemen perusahaan telah menetapkan bahwa perusahaan tidak akan memperluas perkebunan teh yang dimiliki, upaya yang akan dilakukan adalah peningkatan produktivitas pucuk (program intensifikasi) dan peningkatan kapasitas kemitraan dengan perkebunan teh rakyat.
98
Pucuk teh diolah dalam pabrik 60,000 1 1
50,000 1
1
1
1
1
1
1
1
kg/day
1
1
1
1
40,000
30,000
20,000 0
365
730
1095 Time (day)
Pucuk teh diolah dalam pabrik : Base Run
1
1
1
1460 1
1
1
1825 1
1
Gambar 40. Perilaku Jumlah Pucuk Teh Yang Diolah Di Dalam Pabrik Perilaku Rekayasa Kualitas Teh Proses rekayasa kualitas teh terdiri atas dua bagian, yaitu rekayasa kualitas teh yang terjadi di pabrik pengolahan setelah proses sortasi dan rekayasa kualitas pucuk teh berupa keputusan manajemen mengenai arahan pemetikan pucuk teh di kebun yang dikaitkan dengan proses sortasi teh kering (crude tea) yang dilakukan. Kedua bagian rekayasa tersebut dilakukan perusahaan untuk mengikuti dinamika pesanan pasar yang tersegmentasi. Segmentasi pasar tersebut terkait dengan hasil proses sortasi berupa kelompok kualitas teh tertentu. Artinya, setiap kelompok kualitas teh tertentu memiliki target pasar tersendiri. Demikian halnya dengan arahan pemetikan pucuk teh yang terjadi karena pesanan teh jadi kelompok kualitas teh G1 meningkat dan lebih tinggi dibandingkan jumlah pesanan normalnya. Dalam upaya memenuhinya, diperlukan peningkatan kualitas pucuk, dari jenis petikan kasar-medium menjadi medium halus sehingga fraksi sortasi teh G1 akan meningkat. Dinamika perilaku rekayasa kualitas menunjukkan bahwa rekayasa kualitas teh G1 ke teh G2 tidak dilakukan karena semua pesanan kelompok kualitas teh G2 dapat dipenuhi dari produksi reguler dan pembelian dari industri pengolahan teh hijau lain. Manajemen perusahaan lebih memprioritaskan untuk
99
memenuhi pesanan kelompok teh kualitas teh G1 yang harga jualnya dan jumlahnya pesanannya lebih tinggi sehingga alokasi kelompok kualitas teh G1 yang dapat direkayasa tidak tersedia (Gambar 41).
Rekayasa Kualitas Teh G1 ke G2 600 kg/day 0.2 kg/day
300 kg/day 0.1 kg/day
0 kg/day 0 kg/day
12
0
12
12
12
365
12
12
12
12
12
12
12
730 1095 Time (day)
Kebutuhan Down Grade 1 ke 2 : Base Run1 2 2 Down Grade 1 ke 2 : Base Run 2
1
1 2
1 2
12
12
1460 1 2
1 2
1
1825 1 2
kg/day kg/day
Gambar 41. Perilaku Rekayasa Kualitas Teh G1 Ke Teh G2 Kondisi di atas tidak terjadi pada dinamika perilaku rekayasa kelompok kualitas teh G2 ke kelompok kualitas teh G3 (Gambar 42). Sebagian kebutuhan rekayasa kualitas teh G2 ke teh G3 dapat dipenuhi dari rekayasa kualitas teh yang dilakukan sendiri. Manajemen perusahaan mengalokasikan teh G2 yang dapat direkayasa menjadi teh G3 yang merupakan sisa dari jumlah teh G2 maksimal yang dapat dikirim ke proses dikurangi jumlah teh G2 yang menuju proses akhir. Dengan kata lain, hasil prakiraan teh G2 ditambah koreksi teh G2 dalam proses akhir besarannya lebih kecil dibandingkan jumlah maksimal teh G2 yang tersedia untuk dikirimkan ke proses akhir. Rekayasa kualitas teh G2 ke teh G3 dilakukan karena pesanan teh G3 lebih tinggi dibandingkan pesanan teh G2. Harga jual teh G3 lebih rendah dibandingkan dengan harga jual teh G2, namun demikian rekayasa kualitas dilakukan untuk memenuhi rasio pemenuhan order. Dengan kata lain, perusahaan menempatkan kepuasan konsumen sebagai prioritas strategik , walaupun keuntungan perusahaan dapat berkurang.
100
Rekayasa Kualitas Teh G2 ke G3 20,000 kg/day 6,000 kg/day
10,000 kg/day 3,000 kg/day
1 1
1 1
1
0 kg/day 0 kg/day
12
2
2
0
1
1 2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
1
2
2
2
365
730 1095 Time (day)
Kebutuhan Down Grade 2 ke 3 : Base Run1 2 2 Down Grade 2 ke 3 : Base Run 2
1
1 2
1460 1
2
1 2
1825
1 2
1 2
kg/day kg/day
Gambar 42. Perilaku Rekayasa Kualitas Teh G2 Ke Teh G3 Perilaku Proses Akhir Dalam Pabrik Setelah proses rekayasa kualitas teh dilakukan, selanjutnya teh kelompok kualitas teh tertentu akan dilakukan proses akhir berupa inspeksi kualitas, pencampuran (blending) dan pengemasan. Namun sebelum memasuki proses akhir, manajemen pabrik mengirimkan contoh (sample) teh setiap kelompok kualitas tertentu ke pusat distribusi untuk dilakukan proses pencocokan kualitas. Teh
kelompok
kualitas
tertentu
akan
dilakukan
proses
akhir
setelah
mendapatkan persetujuan (approval) dari pusat distribusi. Proses mendapatkan persetujuan dari pusat distribusi membutuhkan waktu dua hari, sedangkan proses akhir memerlukan waktu selama tiga hari. Waktu tunda (time delay) yang diakibatkan proses tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya dinamika perilaku pada proses akhir dalam pabrik. Gambar 43 menunjukkan perilaku bahwa teh kelompok kualitas tertentu yang masuk proses akhir dan yang keluar akhir dalam setiap harinya memiliki jumlah yang sama. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa proses akhir dalam proses
produksi
merupakan
bagian
dari sistem tarik
yang
diterapkan
perusahaan. Selain itu, kondisi tersebut terjadi juga karena dalam proses akhir tersebut tidak menghasilkan produk cacat.
101
Proses Akhir Teh Dalam Pabrik 8,000 6,000 6,000 8,000 6,000 6,000
kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day
2 4
1
4,000 0 0 4,000 0 0
kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day
2
5
3
34
1
3
6
3
5
1 6
6
23
56
1
23
4
56
1
23
5
1
4
2
4
5
6
2
1 4
0
365
Pasokan teh G1 ke proses akhir : Base Run Pasokan teh G2 ke proses akhir : Base Run Pasokan teh G3 ke proses akhir : Base Run Teh G1 keluar dari proses akhir : Base Run Teh G2 keluar dari proses akhir : Base Run Teh G3 keluar dari proses akhir : Base Run
730 1095 Time (day)
1
1 2
1 2
3
5 6
2 3
4
3 4
5 6
1825
1 2
3 4
5
1 2
3 4
1460
4 5
6
5 6
6
kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day
Gambar 43. Perilaku Teh Dalam Proses Akhir Di Pabrik Perilaku Pusat Distribusi Seluruh teh kelompok kualitas tertentu yang telah mengalami proses akhir merupakan produk yang siap dipasarkan. Manajemen perusahaan menetapkan bahwa seluruh produk teh yang siap dipasarkan tersebut harus dikirim ke pusat distribusi yang terletak di daerah Cilampeni Bandung. Hal tersebut dilakukan agar seluruh produk teh yang dihasilkan dari empat pabrik yang tersebar di Kabupaten
Bandung,
Kabupaten
Cianjur
dan
Kabupaten
Garut
dapat
dikumpulkan untuk memenuhi suatu kapasitas distribusi sehingga menjadi lebih cepat, lebih efisien dan terjamin kualitasnya. Keterbatasan kapasitas pabrik pengolahan dan jumlah pasokan bahan baku pucuk teh membuat jumlah teh kelompok kualitas teh tertentu yang dikirim ke pusat distribusi setiap harinya lebih sedikit dibandingkan pengiriman teh kelompok kualitas tertentu kepada pembeli (Gambar 44). Kondisi tersebut terjadi karena untuk memenuhi jumlah pengiriman yang diinginkan pembeli, produk teh hijau jadi selain berasal pasokan dari pabrik pengolahan sendiri, juga berasal dari persediaan pengaman yang telah ditetapkan manajemen dan pembelian dari industri pengolahan teh lainnya. Dinamika perilaku pasokan teh kelompok kualitas tertentu disebabkan oleh ketersediaan bahan baku pucuk teh yang berasal dari kebun sendiri dan
102
perkebunan rakyat serta dinamika rekayasa kualitas yang dilakukan, sedangkan dinamika perilaku pengiriman teh kelompok kualitas tertentu kepada pembeli disebabkan oleh kemampuan perusahaan dalam memenuhi setiap pengiriman yang diinginkan serta dinamika pesanan teh kelompok kualitas tertentu yang disampaikan pembeli.
Pusat Distribusi 8,000 6,000 6,000 20,000 6,000 8,000
kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day
2
4
kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day
6
3 6
1
4,000 0 0 6,000 0 4,000
2
5
3
3
23
5 1
2
3
5
2
5
6 1
23
23
4
4
4
1
5
4
1
365
Teh G1 masuk Pusat Distribusi : Base Run Teh G2 masuk pusat distribusi : Base Run Teh G3 masuk pusat distribusi : Base Run Pengiriman teh G1 : Base Run 4 Pengiriman teh G2 : Base Run 5 Pengiriman teh G3 : Base Run 6
6 1
1
56 4
0
6
730 1095 Time (day) 1
2
1 2
3
5 6
3 4
5 6
2 3
4
1825
1 2
3 4
5
1 2
3 4
1460
4 5
6
5 6
6
kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day
Gambar 44. Perilaku Teh Di Pusat Distribusi Perilaku Pasar Dinamika perilaku pasar ditentukan oleh pesanan teh kelompok kualitas tertentu dan pemenuhan pesanan teh kelompok kualitas tertentu. Penyebab dinamika perilaku pesanan teh kelompok kualitas tertentu adalah penguasaan pangsa pasar oleh perusahaan dan permintaan total pasar yang terjadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor penentu perilaku pasar adalah kemampuan internal perusahaan dalam memenuhi perubahan pesanan yang disampaikan oleh pembeli. Ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi pesanan pembeli berakibat berkurangnya kepercayaan pasar terhadap perusahaan sehingga pembeli mengalihkan sebagian pesanannya kepada perusahaan lain. Strategi produksi hibrida perusahaan yang ditunjang oleh pembelian teh jadi dari perusahaan agroindustri teh hijau yang lain menjadikan perusahaan memiliki kemampuan untuk selalu memenuhi pesanan teh hijau yang
103
disampaikan pembeli. Gambar 45 menunjukkan bahwa setiap pesanan teh hijau kelompok kualitas tertentu yang disampaikan pembeli selalu dapat dipenuhi oleh pasokan yang dikirim oleh perusahaan.
Dinamika Pasar 20,000 20,000 6,000 6,000 8,000 8,000
kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day
34 5
6,000 6,000 0 0 4,000 4,000
kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day
1
5
56 6 2 1
1234
34
3456 1
1 2
1 2
3 6
6
2 3
3 4
5
4 5
6
1825
1 2
4 5
6
1 3
4 5
1460
2 3
4
12
12
12
730 1095 Time (day)
1
3
2
365
Pesanan teh G1 : Base Run Pemenuhan pesanan teh G1 : Base Run Pesanan teh G2 : Base Run 3 Pemenuhan pesanan teh G2 : Base Run Pesanan teh G3 : Base Run 5 Pemenuhan pesanan teh G3 : Base Run
34
34
2
0
56
56
6
5 6
6
kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day kg/day
Gambar 45. Perilaku Dinamika Pesanan Pasar
Perilaku Kinerja Berimbang Dalam upaya mengukur kinerja penerapan strategi manajemen rantai pasokan industri teh hijau, dalam penelitian ini dilakukan pengembangan sistem pengukuran kinerja berimbang antara aspek efisiensi (eficiency) dan keadilan (justice). Pengukuran aspek efisiensi dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja kartu berimbang (balanced scorecard), sedangkan aspek keadilan diukur dengan indikator nilai tambah (value added). Secara implisit, pengukuran aspek efisiensi dengan balanced scorecard memuat dan membahas pengukuran aspek efektivitas, fleksibilitas dan inovasi. Berdasarkan pengukuran kinerja berimbang tersebut, dalam penelitian ini dimodelkan indikator kinerja kunci (key performance indicator) yang mewakili lima perspektif kinerja berimbang (Tabel 8). Kelima perspektif tersebut adalah perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan (inovasi) dan pembelajaran serta perspektif nilai tambah.
104
Tabel 8. Indikator Kinerja Kunci Yang Dimodelkan No
Perspektif
Indikator Kinerja Kunci
1
Keuangan
Keuntungan (profit)
2
Konsumen
Pesanan yang terpenuhi
3
Proses bisnis internal
Persediaan Kadaluarsa
4
Pertumbuhan dan Pembelajaran
Produktivitas tenaga kerja
5
Nilai tambah
Nilai tambah
Perspektif Keuangan Indikator kinerja keuangan merupakan muara dari semua indikator kinerja dari empat perspektif yang lain (APICS 2008). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Park et al. (2005) menyatakan bahwa dalam manajemen rantai pasokan, indikator kinerja keuangan dipengaruhi oleh aktivitas manajemen rantai pasokan. Dalam penelitian ini dipilih salah satu indikator kinerja keuangan yang umum digunakan dan sifatnya dapat dibandingkan antar pelaku, yaitu tingkat keuntungan
atau
R-C
rasio
merupakan
perbandingan
tanpa
antara
dimensi
pendapatan
(dimensionless/dmnl), dan
biaya
total.
yang Tujuan
penggunaan R-C rasio tersebut adalah untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dan kebun rakyat. Gambar 46 menunjukkan bahwa dinamika perilaku indikator kinerja keuangan perusahaan berbeda dengan perkebunan rakyat. Perilaku indikator kinerja tingkat keuntungan perusahaan berfluktuasi mengikuti pola perilaku jumlah pendapatan yang diterima dan biaya total yang dikeluarkan yang dinamis dan tidak serupa, sedangkan tingkat keuntungan perkebunan rakyat memiliki perilaku stabil karena perilaku jumlah pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan memiliki pola perilaku yang serupa. Tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar dibandingkan yang diperoleh perkebunan rakyat. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan memperoleh keuntungan dari aktivitas budidaya perkebunan teh, pengolahan teh hijau, perdagangan teh hijau jadi serta skala ekonomi yang besar, sedangkan perkebunan rakyat hanya meperoleh keuntungan dari aktivitas budidaya perkebunan teh serta skala ekonomi yang kecil.
105
Indikator Tingkat Keuntungan 2 Dmnl 2 Dmnl 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 Dmnl 1.5 Dmnl 1 2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0 Dmnl 1 Dmnl 0
365
730
"R/C Perusahaan" : Base Run 1 "R/C kebun rakyat mitra" : Base Run
1095 Time (day)
1
1 2
1 2
1 2
1460 1
2
1 2
1825
1 2
1 2
2
Dmnl Dmnl
Gambar 46. Indikator Tingkat Keuntungan
Perspektif Konsumen Manajemen rantai pasokan industri teh hijau yang dikaji menerapkan sistem hibrida sehingga pesanan konsumen menjadi faktor penarik pengiriman yang dilakukan. Dengan demikian, hubungan dengan konsumen menjadi faktor utama dalam manajemen rantai pasokan yang dilakukannya. Berdasarkan hal tersebut, indikator kinerja kunci yang digunakan untuk mengukur perspektif konsumen adalah pesanan yang terpenuhi. Tujuan indikator kinerja kunci tersebut adalah untuk memperbaiki hubungan dengan konsumen (Park et al., 2005). Indikator pesanan teh untuk kelompok kualitas teh yang terpenuhi menunjukkan dinamika perilaku yang stabil pada nilai satu (Gambar 47). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi setiap pesanan yang disampaikan pembeli, dengan demikian hubungan dengan konsumen selalu terpelihara dengan baik. Hal tersebut mendorong pembeli untuk melakukan pembelian ulang (repeat order) dan menjadi daya tarik bagi calon pembeli teh yang lain. Berbeda dengan perusahaan, perilaku indikator pesanan pucuk teh yang terpenuhi
menunjukkan
perilaku
yang
tidak
stabil
dengan
rasio
(dimensionless/dmnl) di bawah satu. Hal tersebut berarti bahwa kebutuhan pucuk
106
teh perusahaan belum mampu dipenuhi oleh perkebunan rakyat sehingga perusahaan tidak dapat mengandalkan pasokan pucuk dari perkebunan rakyat untuk memenuhi pesanan konsumen. Hal tersebut yang mendorong perusahaan untuk melakukan pembelian teh jadi dari industri pengolahan teh hijau lainnya.
Indikator Pesanan Terpenuhi 1 1 1 0.6
Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl
0.9 0.9 0.9 0.3
Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl
0.8 0.8 0.8 0
Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
4
1 2 3
1 2 3
4
4
1 2
4
4 4 4
4 4
0
365
Fraksi pesanan teh G1yang terpenuhi : Base Run 1 Fraksi pesanan teh G2 yang terpenuhi : Base Run Fraksi pesanan teh G3 yang terpenuhi : Base Run pesanan pucuk yang terpenuhi kebun rakyat : Base Run
4
730
1095 Time (day)
1 2
1 2
3
1 2
3 4
1 2
3 4
1460 1 2 3
4
1 2
3 4
1825 2
3 4
3 4
4
Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl
Gambar 47. Indikator Pesanan Terpenuhi
Perspektif Proses Bisnis Internal Proses bisnis internal dimulai dari penerimaan pesanan konsumen dan diakhiri dengan pengiriman produk kepada konsumen (Kaplan dan Norton, 1996). Dalam penelitian ini dimodelkan salah satu indikator kunci yang termasuk dalam perspektif proses bisnis internal yaitu persediaan teh yang mengalami kadaluarsa (obselete inventory) di pusat distribusi. Indikator kinerja kunci tersebut merupakan indikator kinerja spesifik untuk proses bisnis internal pada manajemen rantai pasokan yang bertujuan untuk memperbaiki manajemen persediaan (Park et al., 2005). Gambar 48 menunjukkan bahwa produk teh yang mengalami kadaluarsa terbanyak adalah teh kelompok kualitas teh G1 dan teh G3. Kondisi tersebut terjadi karena jumlah persediaan teh G1 dan teh G3 di pusat distribusi lebih banyak dibandingkan persediaan teh G2. Faktor yang menentukan jumlah persediaan teh kelompok kualitas tertentu di pusat distribusi adalah keputusan cakupan persediaan teh selama 30 hari. Selain itu, faktor lain yang menentukan
107
adalah jumlah pesanan karena teh G1 dan teh G3 mendapatkan jumlah pesanan yang lebih banyak dibandingkan dengan teh G2 maka manajemen memutuskan persediaan teh G1 dan teh G2 lebih banyak. Dalam perkebunan rakyat tidak terdapat persediaan pucuk teh yang kadaluarsa. Hal tersebut terjadi karena pucuk teh yang dipetik langsung dikirim ke pabrik.
Indikator Persediaan Teh Kadaluarsa 600 kg/day 400 kg/day 400 kg/day 3
400 kg/day 200 kg/day 200 kg/day
1
3
12
2
1
2
200 kg/day 0 kg/day 0 kg/day 0
3
1
2
3
31
31
31
31
31
1
3 1
1
3
31
3
2
365
1
2
2
2
730 1095 Time (day)
Laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi : Base Run Laju kadaluarsa teh G2 di pusat distribusi : Base Run Laju kadaluarsa teh G3 di pusat distribusi : Base Run
2
2
2
2
2
1
1 2
3
1460 1
2 3
1 2
3
1 2
3
1825 1
3
kg/day 2 kg/day
2 3
kg/day
Gambar 48. Indikator Persediaan Teh Kadaluarsa Perspektif Pertumbuhan (Inovasi) dan Pembelajaran Perspektif
pertumbuhan
(inovasi)
dan
pembelajaran
merepresentasikan aspek sumberdaya manusia dalam organisasi rantai pasokan dan menunjukkan integrasi organisasi dalam masyarakat. Salah satu indikator kinerja kunci perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dalam manajemen rantai pasokan adalah produktivitas tenaga kerja (Santos et al., 2005). Dalam penelitian ini, indikator produktivitas tenaga kerja yang dimodelkan meliputi tenaga pemetik pucuk teh perkebunan perusahaan dan tenaga pemerik pucuk perkebunan rakyat. Produktivitas tenaga kerja pemetik pucuk perkebunan perusahaan menunjukkan perilaku relatif stabil, sedangkan produktivitas tenaga kerja pemetik pucuk teh perkebunan rakyat menunjukkan perilaku yang tidak stabil (Gambar 49).
108
Indikator Produktivitas Tenaga Kerja 36 kg/(day*Population) 50 kg/(day*Population)
35 kg/(day*Population) 40 kg/(day*Population)
2
2
2
12
12
1
2
2
2
2
2
1
1
34 kg/(day*Population) 30 kg/(day*Population) 0
2
1
1
1
1
1
1
1
365
730 1095 Time (day)
Produktivitas per pemetik kebun rakyat : Base Run 1 Produktivitas per pemetik kebun sendiri : Base Run 2
1
1 2
1825
1 kg/(day*Population)
1 2
1460
2
kg/(day*Population)
Gambar 49. Indikator Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas per pemetik pucuk teh perusahaan perkebunan lebih tinggi dibandingkan produktivitas per pemetik pucuk teh perkebunan rakyat. Kondisi tersebut terjadi karena pemetik pucuk perkebunan perusahaan mendapatkan arahan dan pengawasan secara intensif dari mandor dan manajemen pabrik, sedangkan pada pemetik pucuk teh pada perkebunan rakyat intensitasnya kurang. Kondisi tersebut terjadi karena perusahaan untuk
adanya
kebutuhan
manajemen
melakukan rekayasa kualitas pucuk teh. Upaya
tersebut
direpresentasikan oleh diterapkannya keputusan mengenai arahan pemetikan. Kebutuhan rekayasa kualitas pucuk teh ditentukan oleh jumlah pesanan teh G1 dari pembeli yang meningkat sehingga untuk memenuhinya diperlukan peningkatan kualitas pucuk teh. Berdasarkan perspektif pertumbuhan (inovasi) dan pembelajaran, terlihat bahwa perusahaan perkebunan “The Channel Master” merupakan organisasi modern yang berpengetahuan atau The Knowing Organization (Choo, 1998). Perusahaan tersebut telah mampu memanfaatkan informasi berupa dinamika permintaan konsumen untuk membangun makna dalam memahami lingkungan organisasi dan kebutuhan untuk melakukan rekayasa kualitas (sense making), menciptakan pengetahuan (knowledge creation) mengenai sistem produksi
109
hibrida dan rekayasa kualitas serta mengambil keputusan (decision making) sehingga mampu menjaga pertumbuhan dan pengembangan produktivitas manajemen rantai pasokan dalam lingkungan industri teh hijau yang dinamis.
Perspektif Nilai Tambah Perspektif nilai tambah merupakan teori kesejahteraan yang digunakan untuk menilai industri dan kinerja rantai pasokan dengan basis pengukuran kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial
tergantung pada kesejahteraan
komunitas pemangku kepentingan utama yakni produsen, konsumen dan warganegara pembayar pajak. Kesejahteraan sosial dalam pengukuran kinerja rantai pasokan tergantung pada dua elemen, yaitu : (1) efisiensi (keuntungan) dan (2) keadilan (orang/pelaku). Efisiensi menekankan perhatian pada proses penciptaan nilai tambah, sedangkan keadilan menekankan perhatian pada pembagian nilai tambah sepanjang pelaku yang terlibat dalam rantai pasokan (Bunte, 2006).
Indikator Nilai Tambah 200,000 Rp/(day*Ha) 40,000 Rp/(day*Ha) 1
1
1
1
2
0 Rp/(day*Ha) 25,000 Rp/(day*Ha)
1
1
1
1
1
1
1 2
2
2
2
1 2
2
2
2
2
2
-200,000 Rp/(day*Ha) 10,000 Rp/(day*Ha) 0
365
730 1095 Time (day)
Nilai tambah perusahaan per hektar : Base Run 1 Nilai tambah kebun rakyat mitra per hektar : Base Run
1
1 2
1 2
1460 1
2
1 2
1825 Rp/(day*Ha)
2 Rp/(day*Ha)
Gambar 50. Indikator Nilai Tambah Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja efisiensi telah direpresentasikan oleh pengukuran kinerja kartu berimbang yang telah dibahas sebelumnya. Pengukuran kinerja keadilan dilakukan dengan menetapkan nilai tambah sebagai
110
indikator
pengukurannya.
Penggunaan
Indikator
nilai
tambah
tersebut
merupakan modifikasi dari analisis nilai tambah Hayami dan Kawagoe yang bersifat statis menjadi model dinamis karena menggunakan pemodelan dinamika sistem. Gambar 50 memperlihatkan bahwa nilai tambah yang diperoleh perusahaan memiliki nilai yang tinggi. Hal tersebut disebabkan perusahaan mendapatkan nilai tambah dari aktivitas budidaya perkebunan teh, pengolahan pucuk teh menjadi teh hijau serta perdagangan teh jadi. Berbeda dengan perkebunan rakyat yang memperoleh nilai tambah dari aktivitas budidaya perkebunan teh saja sehingga nilai tambahnya rendah. Kondisi tersebut memperkuat pendapat Goldberg (2000) yang menyatakan bahwa proses penciptaan nilai tambah dalam agribisnis terjadi pada agroindustri dan distribusi sehingga nilai tambah budidaya pertanian dan agroinput jauh lebih kecil. Van Der Wall (2008) dan Ariyawardana (2003) menunjukkan bahwa Sri Lanka telah berhasil mengembangkan produsen teh bernilai tambah (value added producer), sebanyak 40 % dari total ekspor teh Sri Lanka merupakan teh yang bernilai tambah seperti teh instan dan teh kemasan. Berbeda dengan Sri Lanka, seluruh ekspor teh Indonesia berbentuk teh curah (bulk tea). Hal tersebut juga terjadi pada rantai pasokan industri teh hijau yang dikaji, apabila dilakukan pengembangan industri hilir teh maka diharapkan nilai tambah yang lebih tinggi akan diperoleh para pelaku industri teh Indonesia. Dalam kaitannya dengan manajemen rantai pasokan, rancang
ulang
manajemen
rantai
pasokan
industri
teh
perlu dilakukan yang
mampu
meningkatkan nilai tambah dan keuntungan yang diterima oleh pelaku usaha yang terlibat dalam rantai pasokan industri teh hijau terutama perkebunan rakyat. Selain itu, rancang ulang manajemen rantai pasokan tersebut harus mampu memelihara kepuasan konsumen (Handfield dan Nichols, 2002). Lebih lanjut, pada bagian disertasi “Analisis Kebijakan Dalam Pengembangan Manajemen Rantai Pasokan” dijelaskan upaya yang dapat dilakukan untuk merancangulang manajemen rantai pasokan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan keuntungan bagi pelaku perkebunan rakyat.
111
ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU Dalam upaya mengembangkan manajemen rantai pasokan industri teh hijau agar meningkatkan nilai tambah dan keuntungan bagi perkebunan rakyat serta perusahaan, pada bagian ini dibahas tiga skenario pengembangan yang terdiri atas : (I) peningkatan jumlah luas lahan produktif perkebunan rakyat menjadi 400 hektar, artinya terjadi penambahan jumlah perkebunan rakyat yang bermitra
dengan
perusahaan,
(II)
perusahaan
menetapkan
kebijakan
pengurangan cakupan persediaan untuk setiap kelompok kualitas teh dari 30 hari menjadi 15 hari dan (III) melakukan rancang ulang manajemen rantai pasokan industri teh hijau berupa pengembangan inovasi kelembagaan rantai pasokan industri teh. Dalam skenario I dan II dilakukan perubahan parameter model sebesar dua kali lipat dari kondisi aktual karena dengan perubahan tersebut dapat diketahui tingkat sensitivitas model tersebu, sedangkan dalam skenario III dilakukan perubahan struktural dalam model. Simulasi ketiga skenario tersebut menghasilkan model pengembangan manajemen rantai pasokan industri teh hijau yang mampu meningkatkan nilai tambah dan keuntungan bagi perkebunan rakyat serta perusahaan. Secara spesifik, skenario III dibagi ke dalam dua bagian, yaitu skenario IIIA yang menerapkan tata kelola hubungan kebun rakyat dengan koperasi agroindustri
berupa sistem penyerahan pucuk teh, sedangkan skenario IIIB
menerapkan tata kelola hubungan kebun rakyat dengan koperasi agroindustri berupa sistem transaksi pucuk teh.
Kinerja manajemen rantai pasokan industri
teh hijau berdasarkan simulasi ketiga skenario tersebut dibandingkan dengan kinerja manajemen rantai pasokan industri
yang terjadi saat ini. Parameter-
parameter model yang ditetapkan untuk merepresentasikan ketiga skenario tersebut dan kondisi aktual dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10 berikut ini. Tabel 9. Parameter Model Simulasi Kondisi Aktual Dan Skenario Pengembangan Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau Parameter Luas produktif kebun rakyat (hektar) Luas produktif kebun perusahaan (hektar)
Skenario IIIA
Kondisi Aktual
I
II
200
400
400
600
600
1477
1477
1477
1477
1477
IIIB
112
Tabel 10. Parameter
Model
Simulasi
Kondisi
Aktual
Dan
Skenario
Pengembangan Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh (lanjutan) Parameter Cakupan persediaan teh G1 perusahaan (hari) Cakupan persediaan teh G2 perusahaan (hari) Cakupan persediaan teh G3 perusahaan (hari) Cakupan persediaan teh G1koperasi (hari) Cakupan persediaan teh G2 koperasi (hari) Cakupan persediaan teh G3 koperasi (hari) Fraksi ketersediaan teh G1 di pasar (non dimensi) Fraksi ketersediaan teh G2 di pasar (non dimensi) Fraksi ketersediaan teh G3 di pasar (non dimensi) Bagi hasil koperasi agroindustri kepada kebun rakyat (tanpa dimensi/dmnl) Perilaku
Skenario IIIA
Kondisi Aktual
I
II
30
30
15
15
15
30
30
15
15
15
30
30
15
15
15
-
-
-
30
30
-
-
-
30
30
-
-
-
30
30
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
-
-
-
0.25
-
IIIB
model untuk eksperimen simulasi ketiga skenario tersebut
ditampilkan secara bersama dalam suatu rangkaian grafik-grafik sepanjang 1.825 hari (lima tahun). Panjang waktu tersebut merupakan representasi dari kondisi tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Dengan cara tersebut, pola perilaku yang dihasilkan ketiga skenario pengembangan rantai pasokan industri teh dapat diobservasi dan dibandingkan.
Skenario I Skenario I merupakan representasi dari pengembangan jumlah luas produktif kebun rakyat yang menjadi mitra dari perusahaan “The Channel Master”.
Hal tersebut berarti jumlah pekebun rakyat yang menjadi mitra
113
perusahaan akan menjadi lebih banyak. Tujuan peningkatan jumlah luas produktif perkebunan rakyat tersebut adalah untuk meningkatkan jumlah pesanan pucuk teh kepada perkebunan rakyat dari perusahaan serta untuk meningkatkan tingkat keuntungan dan nilai tambah perkebunan rakyat. Berdasarkan
penerapan
skenario
tersebut,
dilakukan
observasi
dan
perbandingan kinerja hasil penerapan skenario tersebut.
Pesanan pucuk teh yang terpenuhi kebun rakyat 1 1
1
1
1
1
1
0.75
Dmnl
1
0.5
1
1
1
1
1
2
2
0.25
2
2
2
2
2
1
1 1 2
2
2
2
2
2
2
0 0
365
Pesanan pucuk teh yang terpenuhi kebun rakyat : Simulasi1 Pesanan pucuk teh yang terpenuhi kebun rakyat : Base Run
730
1095 Time (day)
1
1 2
1 2
1460
1 2
1 2
1 2
1825 1
2
1 2
1 2
2
Gambar 51. Dampak Skenario I Terhadap Pesanan Pucuk Yang Terpenuhi Kebun Rakyat Gambar 51 menunjukkan bahwa peningkatan jumlah luas lahan produktif perkebunan rakyat berdampak pada peningkatan rasio pesanan pucuk yang terpenuhi kebun rakyat. Hal tersebut terjadi karena peningkatan jumlah luas lahan produktif kebun rakyat tersebut menentukan peningkatan jumlah pucuk teh yang dipetik di kebun rakyat sehingga penjualan pucuk teh dari kebun rakyat ke pabrik pengolahan teh milik perusahaan akan meningkat pula. Namun demikian, skenario I tersebut tidak mampu meningkatkan tingkat keuntungan yang diperoleh perkebunan rakyat (Gambar 52). Sejalan dengan kondisi tersebut, nilai tambah per hektar yang diterima perkebunan rakyat pun tidak berubah (Gambar 53). Kondisi tersebut terjadi karena penambahan areal tersebut tidak mengubah pendapatan dan biaya secara individu perkebunan rakyat.
114
R/C kebun rakyat mitra 2
Dmnl
1.75
1.5
1.25
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
1
1 0
365
730
1095 Time (day)
"R/C kebun rakyat mitra" : Simulasi1 1 "R/C kebun rakyat mitra" : Base Run 2
1
1 2
1460
1 2
1 2
1 2
1825
1 2
1 2
1 2
Nilai tambah kebun rakyat mitra per hektar 40,000
Rp/(day*Ha)
32,500 12
25,000
2 2
17,500
1
1
12
1
12
2
2 12
12
12
12
12
1 1 2
2 1
10,000 0
365
730
1095 Time (day)
Nilai tambah kebun rakyat mitra per hektar : Simulasi1 Nilai tambah kebun rakyat mitra per hektar : Base Run
1
1 2
1460 1
2
1 2
1825
1 2
1 2
1 2
2
Gambar 52. Dampak Skenario I Terhadap Tingkat Keuntungan Kebun Rakyat dan Nilai Tambah Kebun Rakyat Mitra Per Hektar Kondisi berbeda terjadi pada perusahaan, penerapan skenario I berdampak pada peningkatan keuntungan perusahaan. Peningkatan tersebut terjadi karena adanya peningkatan nilai tambah yang dihasilkan dari aktivitas pengolahan pucuk teh tambahan yang dipasok oleh perkebunan rakyat menjadi
115
teh hijau. Selain itu, peningkatan tersebut juga terjadi akibat perusahaan melakukan pengurangan pembelian teh G1 dan teh G3 jadi dari industri pengolahan teh lainnya karena bertambahnya produksi teh G1 dan teh G3 dari pabrik yang dimiliki perusahaan.
R/C Perusahaan 2 1 1
1.5 Dmnl
2
12
2
1 12
2
2
1
2
12
12 1
12
12
12
12
12
2
1 1
0.5
0 0
365
730
"R/C Perusahaan" : simulasi1 "R/C Perusahaan" : Base Run
1
1095 Time (day)
1 2
1 2
1 2
1460
1 2
1 2
1 2
1825 1
2
1 2
1 2
Gambar 53. Dampak Skenario I Terhadap Tingkat Keuntungan Perusahaan
Skenario II Dalam skenario II dilakukan pengurangan cakupan persediaan teh hijau pada semua kelompok kualitas yang disimpan di pusat distribusi. Dalam kondisi aktual cakupan persediaan yang ditetapkan perusahaan adalah selama 30 hari, dalam skenario II dilakukan pengurangan menjadi 15 hari. Pengurangan tersebut ditujukan untuk efisiensi biaya persediaan sehingga tingkat keuntungan perusahaan akan meningkat. Skenario II secara efektif berhasil menurunkan persediaan teh hijau untuk semua kelompok kualitas sehingga produk teh kadaluarsa untuk semua kelompok kualitas pun dapat berkurang juga (Gambar 54). Penurunan persediaan
dan
produk
kadaluarsa
secara
langsung
berdampak
pada
pengurangan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sehingga pada simulasi kedua tingkat keuntungan perusahaan pun meningkat sebesar 5 % dari kondisi aktual (Gambar 55). Kondisi tersebut konsisten dengan hasil penelitian upaya
116
perbaikan kinerja rantai pasokan (logistik) internal perusahaan pangan yang dilakukan oleh Roeterink et al. (2001).
Persediaan Teh G1 Jadi 400,000 3
2
2 3
2
3
2 3
3
300,000
2 3
2
2 3
2 3
2 3
2 3
2 3
2 3
2
2
kg
3
200,000
1 1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100,000 0 0
365
730
Persediaan Teh G1 Jadi : Simulasi2 Persediaan Teh G1 Jadi : Simulasi1 Persediaan Teh G1 Jadi : Base Run
1095 Time (day)
1
1 2
3
1 2
3
1 2
3
1460 1
2 3
1 2
3
1 2
3
1825 1 2
3
1 2
3
3
23
23
Laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi 600
kg/day
300
2
23
450
3 3
23
2
23
2
2
3
2
3
23 3
23
23
23
1 1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
2
1
1
150
0 0
365
730
1095 Time (day)
1460
1825
Laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi : Simulasi2 1 1 1 1 1 1 1 Laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi : Simulasi1 2 2 2 2 2 2 2 2 Laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi : Base Run 3 3 3 3 3 3 3
Gambar 54. Dampak Skenario II Terhadap Persediaan Teh dan Laju Kadaluarsa Teh di Pusat Distribusi Peningkatan keuntungan usaha sebagai dampak skenario II tidak dinikmati oleh perkebunan rakyat karena perubahan parameter cakupan
117
persediaan tidak memiliki umpan balik terhadap proses bisnis yang dilakukan perkebunan rakyat. Dengan demikian, skenario II tidak dapat diterapkan karena tidak mampu meningkatkan nilai tambah dan keuntungan yang diperoleh perkebunan rakyat.
R/C Perusahaan 2
1
1.5 Dmnl
2
3
1
2 3
1
1 2 3
2
3
1 23 1 2
1
1 23 3 1 23 1 2
3
23 1 23 1 2 31 2 31 2 31 2
1 0.5 0 0
365
"R/C Perusahaan" : simulasi2 "R/C Perusahaan" : simulasi1 2 "R/C Perusahaan" : Base Run
730 1
1 2
3
1095 Time (day) 1 2
3
1 2
3
1 2
3
1460 1 2
3
1 2
3
1 2
3
1825 1 2
3
1 2
3
3
Gambar 55. Dampak Skenario II Terhadap Tingkat Keuntungan Perusahaan
Skenario III Pengembangan skenario III didasarkan oleh adanya tuntutan penerapan berbagai aturan dari pembeli internasional. Tuntutan tersebut terdiri atas sistem penjejakan (traceablity system), sertifikasi HACCP (hazzard analytical critical control point) dan audit ETP (ethical tea partnership) dari pembeli internasional. Dalam upaya mengikuti dinamika pasar yang diakibatkan oleh tuntutan tersebut, diperlukan adanya sistem rantai pasokan baru yang mampu menjembatani perkebunan teh rakyat dengan industri teh hijau yang berorientasi pasar global (Neilson dan Pritchard, 2006). Selama ini untuk menutupi kekurangan pasokan teh hijau jadi untuk semua kelompok kualitas yang berasal dari hasil produksi pabrik milik sendiri, perusahaan melakukan pembelian teh hijau jadi dari industri pengolahan teh hijau lain. Pembelian tersebut mengabaikan asal usul proses produksi dari hulu ke hilir yang dilakukan oleh industri teh hijau pengolahan lain. Kondisi tersebut
118
mengakibatkan tidak terjaminnya keamanan pangan produk teh jadi yang berasal dari pembelian. Tuntutan dari pembeli internasional di atas berdampak pada sistem rantai pasokan industri teh hijau aktual, pembelian dari industri pengolahan menjadi tidak bisa dilakukan selama tidak ada jaminan keamanan pangan. Pembelian yang dilakukan bersifat jual beli putus sehingga perusahaan kesulitan untuk meminta penerapan sistem penjejakan, HACCP dan ETP kepada industri pengolahan teh lain. Dengan demikian, parameter ketersediaan teh kelompok kualitas tertentu
di pasar di dalam model rantai pasokan industri teh hijau
aktual menjadi nol. Dalam mengatasi persoalan tersebut, perlu dilakukan rancang ulang manajemen rantai pasokan industri teh hijau yang mampu mengakomodasi tuntutan pembeli internasional. Selain itu, terkait dengan perkebunan rakyat, rancang ulang tersebut juga harus mampu menghasilkan sistem manajemen rantai pasokan yang mampu meningkatkan nilai tambah dan keuntungan perkebunan rakyat. Dalam skenario III dilakukan rekayasa inovasi kelembagaan dalam jaringan rantai pasokan industri teh hijau. Semula perkebunan rakyat memasok pucuk teh kepada pabrik milik The Channel Master diubah menjadi perkebunan teh rakyat yang memasok pucuk teh kepada koperasi agroindustri teh hijau yang melakukan aliansi strategis dengan The Channel Master (Gambar 56). Dengan demikian, The Channel Master tidak melakukan kemitraan pembelian dari perkebunan rakyat dan tidak melakukan
pembelian teh hijau
kepada pabrik pengolahan lain, hal tersebut dilakukan karena sistem pembelian tersebut tidak mampu menjamin kualitas dan keamanan pangan yang merupakan tuntutan dari pembeli internasional. Berdasarkan kondisi tersebut, pabrik pengolahan teh hijau lain yang tidak menerapkan sistem penjejakan dan jaminan keamanan pangan akan tersingkir dari
rantai pasokan industri teh
global. Berbeda dengan perusahaan, koperasi agroindustri teh hijau tidak memiliki perkebunan teh sendiri, melainkan menerima pasokan pucuk teh dari perkebunan rakyat yang menjadi anggota koperasi agroindustri teh hijau tersebut. Selanjutnya, koperasi agroindustri melakukan proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hijau jadi dengan menerapkan sistem produksi yang serupa dengan yang dilakukan oleh perusahaan yang menjadi mitra strategisnya,
119
yaitu sistem produksi hibrida. Dalam sistem produksi tersebut, koperasi agroindustri teh hijau juga memiliki pusat distribusi yang menjadi titik pemisah pesanan konsumen (CODP). Sektor Pabrik Teh
Sektor Pusat Distribusi Order & Spesifikasi
Proses Produksi Sektor Kebun Teh Rakyat
Pucuk Teh
Distribusi
Sortasi
Pembayaran & Transfer Untung
Proses Akhir
Keputusan Manajemen
Gudang
Teh
Distribusi
Sortasi Keputusan Manajemen
Sektor Pabrik Teh
Proses Order
Transaksi
Order & Spesifikasi
Sektor Pembeli
Teh
Pembayaran
Sektor Pusat Distribusi
Transaksi
Perusahaan X (The Channel Master)
Proses Akhir
Keputusan Manajemen
Pembayaran
Sektor Kebun Teh
Proses Produksi
Teh
Koperasi Agroindustri
Pucuk Teh
Proses Order Order & Spesifikasi
Penyerahan
Gudang
Teh
Gambar 56. Rancang Ulang Sistem Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau Selanjutnya, koperasi agroindustri teh hijau akan memasok teh jadi semua kelompok kualitas ke pusat distribusi yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, semakin banyak pasokan teh jadi dari koperasi agroindustri maka persediaan teh pada pusat distribusi the channel master akan meningkat. Semakin banyak persediaan teh tersebut maka kemampuan perusahaan tersebut untuk melakukan pengiriman teh jadi kepada pembeli akan meningkat juga (Gambar 57). Semakin tinggi rasio pesanan yang terpenuhi maka kepuasan konsumen akan semakin meningkat dan loyalitas pembeli dapat terjaga. Dengan demikian, potensi kehilangan pangsa pasar pun dapat dihindari. Tata kelola hubungan antara koperasi agroindustri teh hijau dan The Channel Master bersifat kolaborasi jangka panjang (strategic alliance) dalam rangka memenuhi tuntutan pasar global. Aliansi strategis merupakan tingkat
120
hubungan kolaborasi yang paling erat dan strategi antara satu pihak dengan pihak yang lainnya (Cohen dan Roussel, 2005). Dalam aliansi strategis tersebut dilakukan perencanaan produksi bersama dan implementasi sistem aliran informasi yang transparan mengenai kualitas, kuantitas dan target pasar. -
biaya yang dikeluarkan +
keuntungan
pesaing produsen teh hijau
+
+ + tekanan untuk meningkatkan diferensiasi kualitas teh hijau
+ pendapatan
pasokan teh hijau dari koperasi agroindustri
pangsa produk teh hijau
+
+ tuntutan kualitas teh hijau yang diminta
+ -
kebutuhan teh hijau dari koperasi agroindustri
+ + kecocokan kualitas teh hijau
+ pengiriman teh hijau
-
-
+ pesanan produk teh hijau +
+
kualitas teh hijau aktual +
kualitas pucuk teh aktual
upaya penyesuaian kualitas teh hijau
+ + upaya penyesuaian kualitas pucuk teh
+ persediaan teh hijau +
-
kualitas pucuk teh yang diminta +
kecocokan kualitas + pucuk teh
+ produksi teh hijau +
-
+ Kebutuhan pucuk teh dari kebun sendiri
+ pucuk teh terpetik di + kebun sendiri
produktivitas pemetikan pucuk teh
Gambar 57. Diagram Sebab Akibat Pengembangan Model Inovasi Kelembagaan Dalam Rantai Pasokan Industri Teh Hijau Selain tata kelola hubungan antara koperasi agroindustri teh hijau dengan perusahaan tersebut, bagian yang terpenting dalam skenario III adalah keberadaan tata kelola hubungan antara perkebunan rakyat dengan koperasi agroindustri teh hijau. Dalam skenario III, terdapat dua alternatif tata kelola hubungan
tersebut,
yaitu
(IIIA)
sistem penyerahan,
perkebunan
rakyat
menyerahkan pucuk teh kepada koperasi agroindustri dan (IIIB) sistem transaksi, perkebunan rakyat melakukan transasksi penjualan kepada koperasi agroindustri teh hijau. Tata kelola hubungan antara perkebunan rakyat dengan koperasi agroindustri teh hijau serta antara koperasi agroindustri dengan perusahaan The Channel
Master
merupakan
bentuk
model
inovasi
kelembagaan
yang
dikembangkan dalam rantai pasokan industri teh hijau yang dikaji. Model inovasi kelembagaan tersebut diharapkan mampu menciptakan peningkatan nilai
121
tambah dan keuntungan perkebunan rakyat dan perkebunan perusahaan serta mampu mengikuti dan beradaptasi dengan dinamika tuntutan pasar global. Berdasarkan deskripsi diagram sebab akibat di atas, selanjutnya dikembangkan suatu struktur baru dalam model simulasi rancangbangun sistem manajemen rantai pasokan industri teh yang merepresentasikan pengembangan model inovasi kelembagaan sesuai dengan yang dikembangkan pada skenario IIIa dan IIIb. Kedua skenario tersebut direpresentasikan oleh rumus 49 dan rumus 50 berikut ini. PKRAK = PDPPK + BHYBKRAK PKRAK1 = PPPK
(49) (50)
PKRAK = Pendapatan kebun rakyat anggota koperasi PDPPK = Penerimaan dari penyerahan pucuk ke koperasi BHYBKRAK = Bagi hasil yang diberikan kepada kebun rakyat anggota anggota koperasi PKRAK1 = Pendapatan kebun rakyat anggota koperasi 1 PPPK = Penerimaan dari penjualan pucuk ke koperasi Rumus 49 menjelaskan bahwa pendapatan kebun rakyat pada skenario IIIA diperoleh dari penerimaan yang berasal dari penyerahan pucuk teh ke koperasi agroindustri teh hijau (sistem penyerahan) ditambah dengan bagi hasil yang diberikan kepada kebun rakyat sebesar 25 % dari keuntungan yang diperoleh koperasi agroindustri teh hijau. Dalam skenario IIIA tersebut, semua pekebun rakyat yang memasok ke koperasi pengolahan merupakan anggota koperasi, sehingga berhak mendapatkan bagi hasil. Penerimaan dari penyerahan pucuk teh ke koperasi sama dengan harga pucuk teh yang dibeli pabrik milik The Channel Master. Pucuk teh dari kebun anggota akan diambil oleh angkutan yang disediakan oleh koperasi, sehingga anggota tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi. Bagi hasil yang diterima anggota diperoleh dari bagian keuntungan koperasi yang merupakan selisih dari harga jual yang diterima koperasi dari The Channel Master dikurangi dengan biaya produksi teh. Rumus 50 menjelaskan bahwa pendapatan kebun rakyat pada skenario IIIB diperoleh dari penerimaan yang berasal dari hasil penjualan pucuk teh ke koperasi pengolahan (sistem transaksi penjualan). Dalam skenario IIIB tersebut, pekebun rakyat sebagai anggota koperasi menjual pucuk teh kepada koperasi pengolahan sehingga tidak menerima bagi hasil. Harga penjualan
122
pucuk teh yang ditetapkan sama dengan harga pembelian oleh pabrik milik The Channel Master.
Nilai Tambah Kebun Rakyat Per Ha 40,000 40,000 40,000
Rp/(day*Ha) Rp/(day*Ha) Rp/(day*Ha)
25,000 25,000 25,000
Rp/(day*Ha) Rp/(day*Ha) Rp/(day*Ha)
1 1
2 3
1
2 3
3
1
1
2 3 1
1
2 3
1
2 3
2 3
1
2
2
2 3
1
1
2 3
3
1
2
2 3
10,000 10,000 10,000
Rp/(day*Ha) Rp/(day*Ha) Rp/(day*Ha) 0
365
Nilai tambah kebun rakyat anggota koperasi per hektar : simulasi3 Nilai tambah kebun rakyat anggota koperasi per hektar 1 : simulasi3 Nilai tambah kebun rakyat mitra per hektar : simulasi3
730 1095 Time (day) 1
1 2
3
3
1 2
3
1460
1
1
2 3
2 3
1825 1 Rp/(day*Ha)
1 2
3
Rp/(day*Ha) Rp/(day*Ha)
2 3
3
Tingkat Keuntungan Kebun Rakyat 2 2 2
Dmnl Dmnl Dmnl
1.5 1.5 1.5
Dmnl Dmnl Dmnl
1 1 1
2
2
2 1
3 1
3 1
3 1
2
2 3 1
2
3 1
3 1
2
2 3 1
3 1
2
3 1
2
3 1
2
3 1
2
3 1
2
3 1
2
3
Dmnl Dmnl Dmnl 0
365
730
1095
1460
1825
Time (day) "R/C kebun rakyat anggota koperasi 1" : simulasi3 "R/C kebun rakyat anggota koperasi" : simulasi3 "R/C kebun rakyat mitra" : simulasi3
1
1 2
3
3
1 2
3
1 2
3
1 2
3
1 2
3
1 2
3
2 3
Dmnl Dmnl Dmnl
Gambar 58. Dampak Skenario III Terhadap Nilai Tambah dan Tingkat Keuntungan Perkebunan Rakyat Gambar 58 menunjukkan bahwa skenario IIIA secara efektif memberikan dampak positif berupa peningkatan nilai tambah (garis 1) dan tingkat keuntungan yang diterima oleh perkebunan rakyat (garis 2). Peningkatan keduanya terjadi karena sistem penyerahan dan bagi hasil pada skenario IIIA memberikan kontribusi nyata dalam memberikan tambahan nilai bagi perkebunan rakyat. Nilai tambah dan tingkat keuntungan pada skenario IIIB mempunyai besaran dan pola yang serupa dengan kondisi aktual saat ini. Artinya, sekalipun telah dilakukan rancang ulang manajemen rantai pasokan industri teh dalam aspek aliran
123
material dan informasi, namun apabila tidak diikuti dengan model inovasi kelembagaan dengan sistem penyerahan maka upaya rancang ulang tersebut menjadi sia-sia. Tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan keuntungan perkebunan rakyat menjadi tidak tercapai. Tingkat keuntungan koperasi pada skenario IIIA dan IIIB menunjukkan dinamika perilaku yang serupa karena proses bisnis, sistem produksi serta besaran parameter biaya memiliki kesamaan. Dalam perilaku tersebut terlihat bahwa dalam periode waktu tertentu, koperasi mengalami kerugian, namun dalam jangka panjang koperasi mendapatkan keuntungan walaupun besarannya relatif kecil (Gambar 59). Namun demikian, koperasi agroindustri teh hijau sebagai social enterprise mempunyai tujuan utama untuk mewujudkan kesehteraan anggotanya dan hal tersebut terwujud dalam model rantai pasokan distribusi yang dikembangkan pada skenario IIIA.
Tingkat Keuntungan Koperasi 2 Dmnl 2 Dmnl
1.4 Dmnl 1.4 Dmnl 1 2
12
1
2
12
12
12
12
1
2
12
12
12
12
12
12
0.8 Dmnl 0.8 Dmnl 0
365
"R/C koperasi 1" : simulasi3 "R/C koperasi" : simulasi3 2
730 1095 Time (day) 1
1 2
1 2
1 2
1 2
1460 1
2
1 2
1825
1 2
1 2
2
Dmnl Dmnl
Gambar 59. Dampak Skenario III Terhadap Tingkat Keuntungan Koperasi Skenario III berdampak pada penurunan nilai tambah yang diperoleh perusahaan. Namun demikian, skenario tersebut berhasil meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga lebih besar daripada tingkat keuntungan yang diperoleh saat ini dan pada skenario I dan II (Gambar 60). Hal tersebut berarti bahwa dalam skenario III, perusahaan melakukan sistem proses bisnis dan
124
produksinya lebih efisien dibandingkan pada kondisi aktual serta pada skenario I dan II. Efisiensi tersebut tercapai karena penurunan biaya persediaan dan biaya kadaluarsa produk teh hijau di pusat distribusi.
Nilai Tambah Perusahaan 200,000 Rp/(day*Ha) 200,000 Rp/(day*Ha)
1
100,000 Rp/(day*Ha) 130,000 Rp/(day*Ha)
1
1
1
1 1
1
2
365
2
730 1095 Time (day)
Nilai tambah perusahaan per hektar : simulasi3 Nilai tambah perusahaan per hektar 1 : simulasi3
1
2
2
2
0 Rp/(day*Ha) 60,000 Rp/(day*Ha) 0
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
1 2
1 2
1 2
1460 1
2
1825 Rp/(day*Ha)
1
2 Rp/(day*Ha)
2
Tingkat Keuntungan Perusahaan 4 Dmnl 4 Dmnl
2.5 Dmnl 2.5 Dmnl 1 2
1
2
1 2
1 2
1 2
1 2
1 2
1 2
1 2
1 2
1 2
1 2
1 2
1 2
1 Dmnl 1 Dmnl 0
365
730
"R/C Perusahaan 1" : simulasi3 "R/C Perusahaan" : simulasi3 2
1
1095 Time (day)
1 2
1 2
1 2
1460
1 2
1 2
1 2
1825
1 2
1 2
2
Dmnl Dmnl
Gambar 60. Dampak Skenario III Terhadap Nilai Tambah Dan Tingkat Keuntungan Perusahaan
125
Dalam perspektif konsumen, terlihat bahwa pada saat sistem rantai pasokan industri teh mengakomodasi tuntutan pembeli internasional berupa sistem penjejakan, HACCP dan ETP yang mengakibatkan pembelian dari industri pengolahan teh lain tidak dapat dilakukan, maka konsumen mempersepsikan bahwa pemenuhan pesanan pada skenario III lebih baik daripada skenario yang lainnya. Dalam produk teh G2, terlihat bahwa skenario III mampu memenuhi seluruh pesanan yang disampaikan konsumen, seperti halnya pada skenario lain (Gambar 61). Kinerja pemenuhan pesanan teh G1 dan teh G3 terlihat berfluktuasi, hal tersebut disebabkan karena keterbatasan kapasitas pabrik yang dimiliki perusahaan dan koperasi sehingga pesanan teh G1 dan teh G2 tidak terpenuhi seluruhnya. Hal tersebut berbeda dengan pendapat Chopra dan Meindl (2001) yang menyatakan bahwa fluktuasi pesanan yang terpenuhi (bullwhip effect) disebabkan oleh adanya ketidakakuratan peramalan pesanan atau permintaan.
Namun demikian, kinerja pada skenario III dalam pemenuhan
pesanan teh G1 dan teh G3 (garis no 2,4 dan 6) tetap lebih baik dibandingkan skenario lainnya.
Persepsi Konsumen 1 1 1 1 1 1
Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl
1
3 4
3 4
3 4
3 4
3 4
3 4
5
6 2
5 6 1
6 1
1
2
6
1 2
2
2 2
0 0 0.8 0.8 0 0
3 4 6
5
1
2
5
5 6
1
5
6
Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl
5
0
365
Persepsi Fraksi Pesanan Teh G1 yang Terpenuhi : simulasi3 Persepsi Fraksi Pesanan Teh G1 yang Terpenuhi 1 : simulasi3 Persepsi Fraksi Pesanan Teh G2 Yang Terpenuhi : simulasi3 Persepsi Fraksi Pesanan Teh G2 Yang Terpenuhi 1 : simulasi3 Persepsi Fraksi Pesanan Teh G3 Yang Terpenuhi : simulasi3 Persepsi Fraksi Pesanan Teh G3 Yang Terpenuhi 1 : simulasi3
730
1095 Time (day)
1460
1
1 2
3
3 4
5 6
2 3
4 5
1 2
3 4
4 5
6
1825
5 6
6
Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl Dmnl
Gambar 61. Dampak Skenario III Terhadap Persepsi Konsumen Berdasarkan hasil eksperimen simulasi tiga skenario pengembangan manajemen rantai pasokan industri teh hijau, diperoleh bahwa kebijakan pengembangan manajemen rantai pasokan industri teh yang dapat diterapkan untuk meningkatkan nilai tambah dan keuntungan pelaku usaha yang terlibat
126
dalam rantai pasokan industri teh (perkebunan rakyat dan perusahaan) serta untuk memilihara kepuasan konsumen adalah skenario IIIA. Dengan demikian, rancang ulang manajemen rantai pasokan berupa aliran aliran fisik dan informasi harus diikuti dengan pengembangan model inovasi kelembagaan berupa tata kelola hubungan perkebunan rakyat dengan koperasi agroindustri teh hijau dengan sistem penyerahan pucuk teh serta tata kelola hubungan koperasi agroindustri dengan perusahaan yang berorientasi pasar global dalam bentuk aliansi strategis. Secara teknis, inovasi kelembagaan berupa tata kelola hubungan perkebunan rakyat dengan koperasi agroindustri teh hijau dengan sistem penyerahan pucuk teh diwujudkan dalam bentuk prosedur operasi standar yang merupakan kesepakatan antara perkebunan rakyat dan koperasi agroindustri. Berbeda dengan kondisi teknis tersebut, tata kelola hubungan koperasi agroindustri teh hijau dengan perusahaan yang berorientasi pasar global dalam bentuk aliansi strategis diwujudkan dalam bentuk kontrak tertulis yang merupakan kesepakatan bersama antara koperasi agroindustri teh hijau dan perusahaan “The Channel Master”. Sejalan dan memperkuat temuan model inovasi kelembagaan dalam rantai pasokan industri teh hijau tersebut, Ruttan (2006) menyatakan bahwa inovasi kelembagaan merupakan aturan main dari suatu komunitas masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar pelaku sosial yang terlibat untuk membantu mewujudkan harapannya. Dengan aturan main tersebut, setiap pelaku mempunyai alasan atau motivasi untuk terlibat dalam komunitas atau organisasi. Dalam aspek hubungan ekonomi, kelembagaan memiliki peranan sangat penting dalam mewujudkan harapan mengenai hak untuk menggunakan sumberdaya dalam aktivitas ekonomi dan pembagian pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi. Dengan demikian, kelembagaan memberikan jaminan penghormatan atas aksi yang dilakukan setiap orang yang terlibat dalam suatu komunitas atau organisasi serta memberikan stabilitas pengharapan dalam hubungan ekonomi yang tidak pasti dan kompleks. Lebih lanjut, Shirley dan Meenard (2008) menyatakan bahwa suatu kelembagaan harus mampu mereduksi berbagai resiko dan biaya transaksi yang timbul dari keterbatasan informasi dan kapasitas mental pelaku ekonomi yang terlibat. Secara aktual, saat ini pada rantai pasokan industri teh hijau di Jawa Barat
terdapat
“Koperasi
Pelaku
Agrobisnis
Teh
Hijau
Indonesia
127
(KOPASTINDO)”. Namun dalam operasionalnya, koperasi tersebut tidak menerapkan inovasi kelembagaan yang terdapat dalam skenario IIIA sehingga tidak mampu meningkatkan nilai tambah dan keuntungan yang dinikmati perkebunan rakyat. Dalam upaya menerapkan inovasi kelembagaan tersebut, koperasi tersebut harus melakukan perubahan paradigma bisnis, kelembagaan dan sistem produksinya.
Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Model Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Agroindustri Di Negara Berkembang Pengembangan manajemen rantai pasokan agroindustri di negara berkembang
memiliki
keunikan
dibandingkan
dengan
pengembangannya
di negara maju. Pengembangan manajemen rantai pasokan agroindustri di negara maju menekankan pada penciptaan sistem yang efisien. Kondisi tersebut terjadi karena pengusahaan agroindustri memiliki skala ekonomi yang besar dan terkonsentrasi, terutama pada sub sistem hulunya (budidaya pertanian). Berbeda dengan di negara maju, pengembangan manajemen rantai pasokan agroindustri di negara berkembang lebih menekankan pada penciptaan sistem
yang
efisien
dan
berkeadilan.
Hal
tersebut
terjadi
karena
terfragmentasinya sub sistem hulu yang dicirikan dengan skala ekonomi pengusahaan yang kecil, dengan demikian jumlah pelakunya menjadi sangat banyak. Selanjutnya, karena skala ekonomi pengusahaan yang kecil maka para pelaku pada sub sistem hulu memiliki keterbatasan kapasitas sumberdaya, seperti sumberdaya uang, sumberdaya informasi serta sumberdaya pengetahuan dan keterampilan manajemen. Kondisi tersebut mengakibatkan, pelaku usaha kecil tersebut harus menghadapi berbagai risiko usaha seperti risiko produksi, risiko pemasaran, risiko keuangan dan risiko institutional. Semua risiko tersebut harus ditanggung secara individual sehingga mengakibatkan para pelaku tersebut menerima keuntungan dan nilai tambah yang lebih kecil dibandingkan pelaku usaha dalam sub sistem hilir. Kondisi tersebut merupakan dis-insentif bagi para pelaku tersebut dalam pengembangan usahanya sehingga skala ekonomi pengusahaannya tidak berubah bahkan menjadi berkurang dan akhirnya keluar atau berhenti menjadi pelaku usaha agribisnis dan agroindustri (exclusion).
128
Selain keterbatasan kapasitas sumberdaya, agribisnis dan agroindustri di negara berkembang menghadapi tantangan lain berupa perubahan tuntutan konsumen global dalam aturan perdagangan, seperti penerapan sistem penjejakan, sistem keamanan pangan, kelestarian lingkungan, perdagangan yang adil serta kemitraan beretika. Rancangbangun manajemen rantai pasokan agribisnis dan agroindustri di negara berkembang harus mampu mengakomodasi tuntutan konsumen global serta mampu mengatasi risiko usaha yang disebabkan keterbatasan sumberdaya pelaku usaha kecil. Berdasarkan kondisi tersebut maka rancangbangun manajemen rantai pasokan agroindustri harus mampu menghasilkan sistem yang efisien dan berkeadilan. Dalam mewujudkan sistem yang efisien dan berkeadilan tersebut diperlukan integrasi lima komponen dalam rancangbangun manajemen rantai pasokan agroindustri. Kelima komponen tersebut terdiri atas struktur jaringan rantai pasokan, rekayasa kualitas, sistem produksi hibrida, inovasi kelembagaan dan sistem pengukuran kinerja berimbang (Gambar 62).
QuickTime™ and a decompressor are needed to see this picture.
Gambar 62. Model Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Agroindustri Yang Efisien dan Berkeadilan
Kelima komponen tersebut berinteraksi secara sistematis untuk mencapai tujuan berupa manajemen rantai pasokan yang efisien dan berkeadilan. Dengan demikian, apabila salah satu komponen tersebut tidak terdapat dalam suatu manajemen rantai pasokan agroindustri maka sistem tersebut tidak akan mampu
129
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian juga halnya, apabila salah satu komponen tersebut mengalami penyimpangan atau kegagalan. Struktur jaringan rantai pasokan yang dikembangkan harus mampu menyampaikan aliran material, aliran uang dan aliran informasi secara tepat kuantitas,
tepat
kualitas,
tepat
waktu,
tepat
harga,
transparan
dan
berkesinambungan sehingga memuaskan konsumen. Rekayasa kualitas harus mampu menciptakan nilai tambah yang sesuai dengan dinamika permintaaan pasar. Sistem produksi hibrida harus mampu mencocokkan aspek pasokan (produksi) dengan aspek permintaan pasar. Komponen struktur jaringan rantai pasokan, rekayasa kualitas dan sistem produksi hibrida akan menentukan pencapaian tujuan sistem yang efisien. Bersamaan dengan terciptanya sistem yang efisien, komponen inovasi kelembagaan akan menciptakan distribusi nilai tambah yang berkeadilan. Inovasi kelembagaan yang dikembangkan harus mampu mengatasi berbagai risiko usaha yang timbul akibat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki pelaku usaha. Dalam upaya mengetahui distribusi nilai tambah dan sistem yang efisien diperlukan sistem pengukuran kinerja berimbang. Sistem pengukuran tersebut meliputi perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran serta perspektif nilai tambah. Model rancangbangun manajemen rantai pasokan agroindustri yang efisien dan berkeadilan tersebut merupakan hasil penelitian disertasi ini yang bersifat baru (novelty) karena belum pernah diungkapkan oleh publikasi ilmiah bidang manajemen rantai pasokan dalam lingkup nasional maupun internasional. Kebaharuan model tersebut terletak pada substansi dan metodologi yang dikembangkan. Secara substansi, model tersebut mampu menghasilkan integrasi lima komponen manajemen rantai pasokan untuk menjadi efisien dan berkeadilan.
Sedangkan
secara
metodologi,
model
tersebut
mampu
menghasilkan sistem pengukuran kinerja berimbang yang memadukan aspek efisiensi dan keadilan yang bersifat dinamis.
Kontribusi Metodologi Dinamika Sistem Metodologi dinamika sistem (System Dynamics) yang digunakan dalam penelitian disertasi ini telah mampu membantu menjawab persoalan kompleks kekinian (realita) dan masa depan dalam bidang manajemen rantai pasokan. Persoalan kekinian penuh dengan berbagai data yang berbentuk numerik,
130
informasi tertulis dan model mental, sedangkan persoalan masa depan penuh ketidakpastian yang mengakibatkan keterbatasan data numerik.
Namun
demkian, penggunaan metodologi dinamika sistem dalam penelitian ini berhasil menunjukkan kehandalannya dalam mendayagunakan keterkaitan data numerik, informasi tertulis dan model mental, bahkan mampu mengatasi ketiadaan data numerik dengan menghasilkan model struktural berupa struktur keputusan dan struktur fisik yang mampu memprediksi masa depan. Tiga skenario yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan rantai pasokan industri teh ini merupakan skenario masa depan yang belum pernah terjadi dan tidak pernah diketahui konsekuensi penerapannya. Pemanfaatan metodologi dinamika sistem dari mulai indentifikasi persoalan, penetapan batas model, penggambaran diagram sebab akibat, pengembangan model simulasi, validasi untuk membangun kepercayaaan, simulasi dan analisis kebijakan telah mampu menunjukkan konsekuensi masa depan terhadap penerapan ketiga skenario pengembangan manajemen rantai pasokan industri teh. Pemahaman dan pembelajaran tentang konsekuensi masa depan dari suatu rangkaian alternatif skenario kebijakan merupakan tujuan utama dari pemodelan dan simulasi. Morecroft (2008) menyatakan bahwa dengan pemodelan dan simulasi , individu dan organisasi disiapkan untuk alternatif masa depan dengan membawa masa depan ke dalam kehidupan saat ini, dengan demikian dapat dibayangkan lebih gamblang berbagai konsekuensi yang mungkin terjadi. Lebih dari itu, metodologi dinamika sistem juga menantang, membentuk, mengubah dan memperkaya interpretasi mengenai dunia yang kompleks, seperti halnya dunia manajemen rantai pasokan industri teh hijau dalam penelitian disertasi ini.
131
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen rantai pasokan dapat diterapkan pada industri teh hijau yang diteliti. Rancangbangun sistem manajemen rantai pasokan industri teh hijau mampu meningkatkan nilai tambah dan keuntungan yang diperoleh perkebunan rakyat, meningkatkan keuntungan perusahaan “The Channel Master” serta memenuhi kepuasan konsumen. Secara spesifik, kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut ini. 1. Perusahaan The Channel Master dalam menjalankan manajemen rantai pasokan industri teh hijau melakukan strategi integrasi vertikal (vertical integration) dengan memiliki perkebunan teh dan pabrik pengolahan, menerapkan strategi koordinasi vertikal (vertical integration) dengan perkebunan rakyat serta melakukan pembelian teh jadi (made tea) dari pasar terbuka yang berasal dari industri pengolahan teh hijau lainnya. Penerapan ketiga strategi tersebut menyebabkan jaringan rantai pasokan yang terbentuk menjadi multiple levels dan kompleks. 2. Model rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau dibuat berdasarkan praktek manajemen rantai pasokan teh hijau yang terjadi saat ini serta hasil eksperimen simulasi rancang ulang manajemen rantai pasokan industri teh hijau. Model rancangbangun tersebut terdiri atas dua belas sub model, yaitu sub model pengiriman pucuk teh ke pabrik , sub model pemetik perkebunan perusahaan, sub model penjualan pucuk teh kebun rakyat, sub model pemetik perkebunan rakyat, sub model manajemen kapasitas pabrik teh, sub model tenaga kerja pabrik, sub model rekayasa kualitas, sub model proses akhir di pabrik, sub model manajemen persediaan teh di pusat distribusi, sub model pasar dan pesanan teh, sub model keuangan pekebunan rakyat serta sub model keuangan perusahaan. 3. Secara spesifik dalam model rancangbangun tersebut dikembangkan penerapan sistem produksi hibrida (hybrid production system) yang menggabungkan sistem dorong (push system) yang menjadi karakteristik khas perkebunan dengan sistem tarik (pull system) yang menempatkan pusat distribusi sebagai titik pemisahnya (customer order decoupling point/CODP). Sistem dorong terjadi pada rangkaian sub model rekayasa kualitas teh, sub manajemen kapasitas pabrik, sub model pengiriman pucuk
131
132
ke pabrik dan sub model penjualan pucuk kebun rakyat, sedangkan sistem tarik terjadi pada rangkaian sub model manajemen persediaan di pusat distribusi dan sub model proses akhir di pabrik. 4. Dalam model rancangbangun tersebut dikembangkan pula sub model rekayasa kualitas industri pengolahan teh hijau yang terdiri atas rekayasa kualitas teh curah dan rekayasa kualitas pucuk teh. Rekayasa kualitas teh curah dilakukan dengan cara penyesuaian kualitas dari kelompok kualitas yang lebih tinggi ke kelompok kualitas yang lebih rendah, sedangkan rekayasa kualitas pucuk teh dilakukan dengan menetapkan arahan pemetikan pucuk teh menjadi kualitas pucuk teh yang lebih baik. 5. Dalam upaya mengukur kinerja penerapan strategi manajemen rantai pasokan industri teh hijau, dilakukan pengembangan sistem pengukuran kinerja berimbang antara aspek efisiensi (efficiency) dan keadilan (equity). Pengukuran aspek efisiensi dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja kartu berimbang (balanced scorecard), sedangkan aspek keadilan diukur dengan indikator nilai tambah (value added). Secara implisit, dalam balanced scorecard yang dikembangkan dilakukan juga pengukuran efektivitas, fleksibilitas dan inovasi. 6. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah dan keuntungan bagi perkebunan rakyat serta perusahaan, dilakukan pengembangan model rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau dengan melakukan eksperimen simulasi berupa penerapan tiga skenario pengembangan yang terdiri atas : (I) peningkatan jumlah luas lahan produktif perkebunan rakyat menjadi 400 hektar, artinya terjadi penambahan jumlah perkebunan rakyat yang bermitra dengan perusahaan, (II) perusahaan menetapkan kebijakan pengurangan cakupan persediaan untuk setiap kelompok kualitas teh dari 30 hari menjadi 15 hari, dan (III) melakukan rancang ulang manajemen rantai pasokan industri teh hijau berupa pengembangan inovasi kelembagaan rantai pasokan industri teh hijau. 7. Perubahan parameter model dalam skenario I dan II menghasilkan peningkatan keuntungan usaha yang diperoleh perusahaan The Channel Master, tetapi perkebunan rakyat tidak mengalami perubahan pada keuntungan usahanya. Dalam skenario III dilakukan perubahan struktural model yang
dibagi ke dalam dua bagian, yaitu skenario IIIA yang
menerapkan inovasi kelembagaaan berupa tata kelola hubungan kebun
132
133
rakyat dengan koperasi agroindustri teh hijau berupa sistem penyerahan pucuk teh, sedangkan skenario IIIB menerapkan tata kelola hubungan kebun rakyat dengan koperasi agroindustri teh hijau berupa sistem transaksi pucuk teh. Hasil skenario IIIA mampu meningkatkan nilai tambah dan keuntungan yang diperoleh perkebunan rakyat serta mampu meningkatkan keuntungan perusahaan dan memelihara kepuasan konsumen secara bersamaan. Hasil skenario IIIB hanya mampu meningkatkan keuntungan perusahaan dan memelihara kepuasan konsumen saja, sedangkan peningkatan keuntungan dan nilai tambah perkebunan rakyat tidak terjadi. 8. Berdasarkan model rancangbangun yang dibuat, dalam mewujudkan manajemen rantai pasokan agroindustri yang efisien dan berkeadilan di negara berkembang diperlukan integrasi lima komponen pembentuk model rancangbangun manajemen rantai pasokan. Kelima komponen tersebut terdiri atas struktur jaringan rantai pasokan, rekayasa kualitas, sistem produksi hibrida, inovasi kelembagaan dan sistem pengukuran kinerja berimbang.
Saran Pengembangan Model Dalam rangka mengatasi tidak terpenuhinya sebagian pesanan teh untuk kelompok kualitas teh G1 dan teh G3 maka perlu dilakukan pengembangan model dengan cara meningkatkan luas produktif kebun rakyat anggota koperasi dan kapasitas pabrik pengolahan milik koperasi agroindustri. Hal tersebut perlu dikembangkan karena perusahaan The Channel Master telah menetapkan prioritas stategisnya untuk tidak mengembangkan luas produktif kebun sendiri dan kapasitas pabrik pengolahan miliknya. Sejalan dengan pengembangan luas produktif kebun rakyat anggota koperasi dan kapasitas pabrik pengolahan milik koperasi agroindustri teh, perlu dikembangkan struktur model alternatif pasar baru bagi koperasi agroindustri. Hal tersebut dilakukan untuk mengatisipasi terjadinya penurunan pesanan pasar yang diperoleh perusahaan The Channel Master, apabila tidak ada alternatif pasar yang lain dikhawatirkan terjadi penumpukan persediaan, peningkatan produk kadaluarsa serta kerugian usaha bagi koperasi agroindustri dan perkebunan rakyat. Perlu dilakukan pengembangan model rekayasa manajemen sumberdaya manusia. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh suatu rumusan strategi
133
134
pengembangan
produktivitas
sumberdaya
manusia
yang
tepat
dalam
rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau. Dalam upaya peningkatan ekspor teh Indonesia, perlu dikembangkan struktur model manajemen rantai pasokan industri hilir teh hijau yang memiliki nilai tambah lebih tinggi dibandingkan teh curah. Model rantai pasokan industri hilir tersebut diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah, keuntungan pelaku industri teh nasional serta devisa untuk negara. Persoalan dalam manajemen rantai pasokan industri teh bersifat kompleks dan masih terdapat fenomena yang belum diangkat menjadi persoalan dalam penelitian disertasi ini sehingga diperlukan upaya memperluas batasan cakupan model (system boundary) untuk menjawab dan mengatasi persoalan fenomena lainnya. Fenomena tersebut diantaranya adalah pembangunan agroindustri teh berkelanjutan (sustainable tea), pengembangan pasar ekspor, dan perkembangan industri hilir teh di pasar domestik.
134
135
DAFTAR PUSTAKA Angerhofer BJ, Angelides MC. 2000. System Dynamics Modelling In Supply Chain Management : Research Review. Department of Information Systems and Computing, Brunel University. United Kingdom. Adriani N, Jamaran I, Fauzi AM, Marimin, Machfud, Sjarief R. 2005. Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Berbasis Jaringan Pada bahan baku Agroindustri Farmasi. Makalah Seminar Hasil Penelitian Program Studi Teknologi Industri Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Advancing Productivity, Innovation and Competitive Succes (The Association for Operations Management). 2008. Supply Chain Management Fundamentals. Modul 1 for APICS Certified Supply Chain Professional Learning System. Chicago. Akkermans H, Van Oorschot K. 2002. Developing A Balanced Scorecard With System Dynamics. Journal of The Operational Research Society May 2002. Amanor-Boadu V. 2005. A Conversation about Value-Added Agriculture. ValueAdded Business Development Program, Department of Agricultural Economics, Kansas State University. Al-Qatawneh LK, Hafeez K, Tahboub Z. 2004. Health Care Supply Chain Dynamics : System Design of An American Health Care Provider. On Proceedings of 22nd International System Dynamics Conference. Oxford. Ariyawardana A. 2003. Sources of Competitive Advantage and Firm Performance : The Case of Sri Lankan Value-Added Tea Producers. Asia Pasific Journal of Management, Number 20. Kluwer Academic Publishers. Netherlands. Bailey WC, Norina L, Cassavant K. 2002. The Use of Supply Chain Management to Increase Exports of Agricultural Products. Massey University Palmerston North, New Zealand. Batt PJ, Rexha N. 1999. Building Trust in Agribusiness Supply Chains : A Conceptual Model of Buyer-Seller Relationships in The Seed Potato Industry in Asia. Journal of International Food and Agribusiness Marketing Vol. 11 (1) 1999. The Haworth Press, Inc. Bell C, Higgs R, Vickers S, Toncinich S, Haslett T. 2003. Using Systems Modelling to Understand The Dynamics of Supply Chains. Department of Management Faculty of Business and Economics. Monash University. Australia. Bezemer JJ, Akkermans H. 2003. Not With A Bang, But With A Whimper : Understanding Delays In Semiconductor Supply Chain Dynamics. On
136
Proceedings of 21st International System Dynamics Conference. New York.. Brewer PC, Speh T.W. 2000. Using The Balanced Scorecard to Measure Supply Chain Performance. Journal of Business Logistics, Vol. 21,No. 1. ABI/INFORM Global. Bunte F, 2006. Pricing and Performance In Agri-food Supply Chains. In Quantifying The Agri-food Supply Chain edited by Ondersteijn CJM, Wijnands JoHM, Huirne RBM, Van Kooten O, Rogers RJ. Springer. Netherlands. Cahyadi E R. 2003. Membangun Keunggulan Kompetitif CPO Melalui Supply Chain Management. Tesis pada Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Castiaux A. 2004. Interorganisational Learning Lotka-Volterra Modelling of Different Types of Relationships. On Proceedings of 22nd International System Dynamics Conference. Oxford. Chandra C, Kumar S. 2000. Supply Chain Management Theory and Practice : a Passing Fad or a Fundamental Change ?. Journal of Industrial and Data System. MCB University Press. Choo CW. 1998. The Knowing Organization : How Oganizations Use Information to Construct Meaning, Create Knowledge and Make Decisions. Oxford University Press. New York. Chopra S, Meindl P. 2001. Supply Chain Management : Strategy, Planning and Operation. Prentice Hall. New Jersey. Christopher M.1998. Logistics and Supply Chain Management : Strategies for Reducing Cost and Improving Service. 2nd Edition Financial Times and Prentice Hal. London. Coltrain D, Barton D, Boland M. 2000. Value Added : Opportunities and Strategies. Arthur Capper Cooperative Center, Department of Agricultural Economics, Cooperative Extension Services. Kansas University. Cooper M, Lambert DM, Pagh JD. 1997. Supply Chain Management: More than a Name for Logistics, International Journal of Logistics Management, Vol. 8, No. 1 . Cramer
GL, Jensen CW, Southgate DD. Agricultural Economics Agribusiness. Eight Edition. John Wiley and Sons, Inc. New York.
and
Croxton KL, Garcia-Dastugue SJ, Lambert DM, Rogers DL. 2001. The Supply Chain Management Processes. /INFORM Global. Daryanto WM. 2004. Rancangbangun Model Sistem Akuntansi Diferensial dalam Agroindustri Teh Hitam. Disertasi pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
137
Direktorat Jenderal Hortikultura Deptan RI. 2008. Membangun Hortikultura Berdasarkan Enam Pilar Pengembangan. Direktorat Jenderal Hortikultura Deptan RI. Jakarta. Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid Satu. IPB Press. Bogor. Fearne A, Hughes D, Duffy R. 2001. Concepts of Collaboration : Supply Chain Management in a Global Foof Industry. On Food Supply Chain Management : Issues for The Hospitality and Retai Sectors. Edited by Eastham J F. Sharples L dan Ball S D. Butterworth Heinemann. Oxford. Food and Agriculture Organization. 2005. Selected Indicators Food And Agriculture Development In Asia-Pasific Region 1994-2004. Food and Agriculture Organization Regional Offfice For The Asia And The Pasific. Bangkok. Frazelle EH. 2001. Supply Chain Strategy. McGraw-Hill. New York. Giannoccaro I, Pontrandolfo P. 2001. Models for Supply Chain Management : A Taxonomy. On Proceeding of Twelfth Annual Conference of Production and Operations Management Society. Orlando. Goldberg RA. 2000. The Genetic Revolution : Transforming Our Industry, Its Institutions and Its Functions. 10th Anniversary Meeting of Harvard Business School The International Food Agribusiness Management Association. Chicago. Goncalves P, Hines J, Sterman J, Lertpattarapong. 2004. The Impact of Endogenous Demand on Push-Pull Production Systems. On Proceedings of 22nd International System Dynamics Conference. Oxford. Gumbira-Sa’id E, Intan AH. 2004. Manajemen Agribisnis. Cetakan Kedua. Kerjasama PT. Ghalia Indonesia dengan Magister Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Gumbira-Sa’id E, Intan AH. 2000. Menghitung Nilai Tambah Produk Agribisnis. Komoditas II (19) : 48. Handfield RB, Nichols EL. 2002. Supply Chain Redesign: Transforming Supply Chains into Integrated Value Systems. 1st edition. Financial Times Prentice Hall. New Jersey. Hayami Y, Kawagoe T. 1993. The Agrarian Origins of Commerce and Industry : A Study of Peasant Marketing in Indonesia. St. Martin Press. New York. Horvath P, Moeller K. 2004. Supply Chain Performance Measurement : A Transaction Cost Theory and Value Based Approach. Studies in Managerial and Financial Accounting, Volume 14. Elsevier Ltd. Stuttgart International Tea Committee. 2008. Annual Bulletin of Statistics 2008. International Tea Committee. London.
138
Kaplan R, Norton D. 1996. The Balanced Scorecard : Translating Strategy into Action. Harvard Business School Press. Boston Massachusetts. Kaplan R, Norton D. 2001. The Strategy Focused Organization : How Balanced Scorecard Companies Thrive in The New Business Environment. Harvard Business School Press. Boston Massachusetts. Klejnen JPC, Smits MT. 2003. Performance Metrics in Supply Chain Management. Journal of The Operational Research Society : 1-8 Lambert DM, Pohlen T L. 2001. Supply Chain Metrics. The International Journal of Logistics Management Volume 12, Number 1 : 1-19. Lambert DM, Sciencienki EA. 2001. Supply Chain Planning and Management. On Handbook of Industrial Engineering 3rd Edition Edited by Slavendy G. John Wiley and Sons Inc. New York Lynch R, Cross P. 1993. Performance Measurement System. Handbook of Cost Management. Warren Gorham Lamont. New York. Lummus RR, Vokurka RJ. 1999. Defining Supply Chain Management : A Historical Perspective and Practical Guidelines. Journal of Industrial Management and Data System. MCB University Press. Ma’arif MS, Tanjung H. 2003. Manajemen Operasi. Grasindo PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Malloy D. 2004. Modeling The Life Cycle Cost Impact of Product Development Decisions In A Aerospace Supply Chain : A Case Study. On Proceedings of 22nd International System Dynamics Conference. Oxford. Manurung JJ, Manurung AH, Saragih FD. 2005. Ekonometrika : Teori dan Aplikasi. PT. Elex Media Computindo. Jakarta. Marquez AC. 2004. Front-end, Back-end and Integration Issues in Virtual Supply Chain Dynamics Modelling. International Journal Of Logistics Systems And Management Vol. 1 No.1. Inderscience Enterprises Ltd. Mentzer JT, DeWitt W, Keebler J, Min S, Nix N, Smith C, Zacharia Z. 2001. Defining Supply Chain Management. Journal of Business Logistics Volume 22 No. 2. Monks A. 2000. Market Alternatives for Japanese Green Tea. A Report for Rural Industries Research and Development Corporation. Australia. Morecroft J. 2008. Strategic Modelling and Business Dynamics : A Feedback Systems Approach. John Wiley and Sons, Ltd.England. Narasimhan R, Kim SW. 2002. Effect of Supply Chain Integration On The Relationship Between Diversification And Performance : Evidence From Japanese And Korean Firms. Journal Of Operations Management No. 20.
139
New SJ . 1997. The Scope of Supply Chain Management Research. Journal of Supply Chain Management Volume 2 No. 1.MCB University Press. Nugroho B. 2004. Analisis Kinerja Supply Chain Dalam Rangka Peningkatan Keunggulan Kompetitif Agribisnis Ayam Pedaging. Tesis pada Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Olve NG, Petri CJ, Roy J, Roy S. 2003. Making Scorecards Actionable : Balancing Strategy and Control. John Wiley and Sons Ltd. England. Panov SA, Shiryaev V L. 2003. Manufacturing Supply Chain Management Under Changing Demand Conditions. On Proceedings of 21st International System Dynamics Conference. New York. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bandung. Roeterink HJH, Verwater-Lukszo Z, Weijnen MPC, Van Daalen CE. 2003. Improving The Logistic Performance In A Food Company Using A System Dynamics Model For Internal Supply Chain : A Case Study. On Proceedings of 21st International System Dynamics Conference. New York. Rydzak F, Magnuszewski P, Pietruszewski P, Sendzimir J, Chlebus E. 2004. Teaching The Dynamic Balanced Scorecard. On Proceedings of 22nd International System Dynamics Conference. Oxford. Roekel JV, Willems S, Boselie DM. 2002., Agri-Supply Chain Management – To Stimulate Cross-Border Trade in Developing Countries and Emerging Economies. World Bank Paper Cross-Border Agri Supply Chain Management. Ruttan VW. 2006. Social Science Knowledged and Induced Institutional Innovation : an Institutional Design Perspective. Journal of Institutional Economics Vol 2 no 3. The JOIE Foundation. United Kingdom. Santos S, Gouveia JB, Gomes P. 2005. Measuring Performance in Supply Chain : A Framework. Universidade de Aveiro. Portugal. Schoeneborn F. 2003. Linking Balanced Scorecard To System Dynamics. On Proceedings of 21st International System Dynamics Conference. New York. Senge P. 1990. The Fifth Discipline : The Art and Practice of Learning Organization. Double day. New York. Shirley MM, Meenard C. 2008. Handbook of New Institutional Economics. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Simchi-Levi D, Kaminsky P, Simchi-Levi E. 2000. Designing and Managing The Supply Chain. Irwin McGraw Hill. Boston.
140
Singgih S, Woods E J. 2004. Banana Supply Chain in Indonesia and Australia : Effects of Culture on Supply Chain. On Agriproduct Supply Chain Management in Developing Countries. Edited by Johnson GI dan Hofman PJ. Australia Centre for International Agricultural Research. Canberra. Spillane JJ. 1992. Komoditi Teh : Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. Sterman JD. 2000. Business Dynamics : System Thinking And Modelling For Complex World. Irwin McGraw Hill. Boston. Sterman JD. 2002. System Dynamics : System Thinking and Modelling for a Complex World. Working Paper Series at Engineering Systems Division Massachusetts Institute of Technology. Boston. Stock JR, Lambert D M. 2001. Strategic Logistics Management. 4th Edition. McGraw Hill Irwin. Boston. Strohhecker J. 2004. Simulation Based Experiment for Testing the Balanced Scorecard’s Built-in Performance Improvement Theory. On Proceedings of 22nd International System Dynamics Conference. Oxford. Suprihatini R. 2004. Rancangbangun Sistem Produksi Dalam Agroindustri Teh Indonesia. Disertasi pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Suprihatini R, Drajat B, Fajar U. 2004. Faktor-Faktor Kunci Percepatan Pengembangan Industri Hilir Teh Indonesia. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Bogor. Suprihatini R, Gumbira-Sa’id E, Marimin, Ma’arif MS. 2004. Peta Selera Teh Dunia. Jurnal Manajemen dan Agribisnis Vol. 1 No. 2 Oktober 2004. Magister Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Tasrif M . 2004. Analisis Kebijaksanaan Menggunakan Model System Dynamics. Magister Studi Pembangunan Institut Teknologi Bandung. Thompson G. 2001. Supply Chain Management – Building partnerships and alliances in international food and agribusiness. A report for the Rural Industries Research and Development Corporation by Global Linkages Pty Ltd. Australia. Unilever Bestfoods Beverages. 2003. Good Manufacturing Practice Tea Primary Processing. Unilever Bestfoods Beverages. Netherland. Van Der Vorst JGAJ. 2000. Effective Food Supply Chain : Generating, Modelling and Evaluating Supply Chain Scenarios. PhD-Thesis Wageningen University. Van Der Vorst JGAJ, Beulens AJM, De Wit W, Van Beek P. 1998. Supply Chain Management In Food Chains : Improving Performance By Reducing
141
Uncertainty. Journal of International Transaction in Operasional Research Vol 5 No.6. Van der Wall S. 2008. Sustainability Issues In Tea Sector : A Comparative Analysis of Six Leading Producing Countries. SOMO. Amsterdam. Ventana Systems. 2007. Vensim User’s Guide Version 5. Ventana Systems, Inc. Boston. Woods EJ. 2004. Supply Chain Management : Understanding the Concept and Its Implications in Developing Countries. On Agriproduct Supply Chain Management in Developing Countries. Edited by Johnson GI dan Hofman PJ. Australia Centre for International Agricultural Research. Canberra. Young SH, Tu CK. 2004. Exploring Some Dynamically Aligned Principles Developing A Balanced Scorecard. On Proceedings of 22nd International System Dynamics Conference. Oxford. Yuwono S, Sukarno A, Ichsan M. 2004. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard : Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Zimmermann K. 2000. Using The Balanced Scorecard for Interorganizational Performance Management of Supply Chain- A Case Study. Heidelberg.
143
Lampiran 1. Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh dan Produk Teh Hijau
144
Lampiran 2. Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh dan Produk Teh Hijau (lanjutan)
145
Lampiran 3 Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh dan Produk Teh Hijau (lanjutan)
146
Lampiran 4. Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh dan Produk Teh Hijau (lanjutan)
147
Lampiran 5. Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh dan Produk Teh Hijau (lanjutan)
148
Lampiran 6. Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh dan Produk Teh Hijau (lanjutan)
149
Lampiran 7. Kaidah Diagram Alir Dinamika Sistem (System Dynamics) Dalam Perangkat Lunak Vensim Professional Academic Version 5.7
Konstanta 1
Sink
Source Level Rate Keluar
Rate Masuk
Link Auxiliary
Konstanta 2
Keterangan : 1. Level merupakan hasil akumulasi dari aliran dalam diagram alir dan menyatakan kondisi sistem setiap saat 2. Rate
merupakan
suatu
aliran
yang
menyebabkan
bertambah
atau
berkurangnya suatu level. 3. Simbol awan (cloud) menunjukkan source dan sink untuk suatu material yang mengalir ke dalam dan keluar suatu level. 4. Link merupakan aliran informasi dalam Vensim dilambangkan dengan tanda panah. Aliran ini merupakan penghubung antar sejumlah variabel (konstanta dan auxiliary) di dalam suatu sistem. Jika suatu aliran informasi keluar dari level, berarti link tersebut tidak akan mengurangi akumulasi yang terdapat di dalam level tersebut. 5. Auxiliary adalah salah satu bentuk variabel penambahan informasi yang dibutuhkan dalam merumuskan persamaan atau variabel rate. Auxiliary dapat pula dikatakan sebagai suatu vriabel yang membantu untuk memformulasikan variabel rate. 6. Konstanta adalah suatu besaran yang nilainya tetap selama proses simulasi.
150
Lampiran 8.
Notasi Matematika Model Rancangbangun Dinamika Sistem Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau
(0001) Akhir RAMP teh G1=1095 Units: day [0,1825] (0002) Akhir RAMP teh G1 1=1095 Units: day [0,1825] (0003) Akhir RAMP teh G2=1095 Units: day [0,1825] (0004) Akhir RAMP teh G2 1=1095 Units: day [0,1825] (0005) Akhir RAMP teh G3=1095 Units: day [0,1825] (0006) Akhir RAMP teh G3 1=1095 Units: day [0,1825] (0007) bagi hasil yang diberikan kepada kebun rakyat anggota anggota koperasi =MAX(0, (Keuntungan koperasi*fraksi Keuntungan yang diterima kebun rakyat anggota koperasi)) Units: Rp/day (0008) biaya bahan dan transportasi panen kebun rakyat anggota koperasi per kg 1=58 Units: Rp/kg (0009) biaya bahan dan transportasi panen kebun rakyat mitra per kg=58 Units: Rp/kg (0010) biaya bahan panen kebun rakyat anggota koperasi per kg=58 Units: Rp/kg (0011) "Biaya Bahan, Alat Panen dan Transportasi Per Kg 1"=33 Units: Rp/kg (0012) "Biaya Bahan, Alat Panen dan Transportasi Per Kg"=58 Units: Rp/kg (0013) biaya input pemeliharaan kebun rakyat anggota koperasi per kg=135 Units: Rp/kg (0014) biaya input pemeliharaan kebun rakyat anggota koperasi per kg 1=135 Units: Rp/kg (0015) biaya input pemeliharaan kebun rakyat mitra per kg=135 Units: Rp/kg (0016) biaya input pemeliharaan per kg=135 Units: Rp/kg (0017) biaya input pemeliharaan per kg 1=100 Units: Rp/kg (0018) biaya input pengolahan per kg=532 Units: Rp/kg (0019) biaya input pengolahan per kg 1=495 Units: Rp/kg (0020) biaya input pengolahan per kg di koperasi=532 Units: Rp/kg
151
(0021) biaya input pengolahan per kg di koperasi 1=532 Units: Rp/kg (0022) Biaya kadaluarsa per Kg=6729 Units: Rp/kg (0023) Biaya kadaluarsa per Kg di koperasi=6729 Units: Rp/kg (0024) Biaya kadaluarsa per Kg di koperasi 1=6729 Units: Rp/kg (0025) Biaya kadaluarsa Total= Biaya kadaluarsa per Kg*kadaluarsa teh semua grade Units: Rp/day (0026) Biaya Kadaluarsa Total 1=Biaya Penyusutan per Kg 1*kadaluarsa teh semua grade 1 Units: Rp/day (0027) Biaya kadaluarsa Total koperasi=Biaya kadaluarsa per Kg di koperasi*kadaluarsa teh semua grade di koperasi Units: Rp/day (0028) Biaya kadaluarsa total koperasi 1=Biaya kadaluarsa per Kg di koperasi 1*kadaluarsa teh semua grade di koperasi 1 Units: Rp/day (0029) biaya non input pemeliharaan kebun rakyat anggota koperasi per kg=273 Units: Rp/kg (0030) biaya non input pemeliharaan kebun rakyat anggota koperasi per kg 1=273 Units: Rp/kg (0031) biaya non input pemeliharaan kebun rakyat mitra per kg=273 Units: Rp/kg (0032) biaya non input pemeliharaan total kebun rakyat mitra=biaya non input pemeliharaan kebun rakyat mitra per kg*penjualan pucuk kebun rakyat ke pabrik Units: Rp/day (0033) biaya non input pengolahan teh per kg= 2000 Units: Rp/kg (0034) biaya non input pengolahan teh per kg 1=1500 Units: Rp/kg (0035) biaya non input pengolahan teh per kg di koperasi=2000 Units: Rp/kg (0036) biaya non input pengolahan teh per kg di koperasi 1=2000 Units: Rp/kg (0037) Biaya Panen=Biaya Total Bahan Panen dan Transportasi+Upah Pemetik Units: Rp/day (0038) Biaya Panen 1=Biaya Total Bahan Panen dan Transportasi 1+Upah Pemetik 1 Units: Rp/day (0039) biaya panen kebun rakyat anggota koperasi=biaya total bahan panen kebun rakyat anggota koperasi+biaya pemetikan kebun rakyat anggota koperasi
152
Units: Rp/day (0040) biaya panen kebun rakyat anggota koperasi 1=biaya total bahan dan transportasi panen kebun rakyat anggota koperasi 1+biaya pemetikan kebun rakyat anggota koperasi 1 Units: Rp/day (0041) biaya panen kebun rakyat mitra=biaya total bahan dan transportasi panen kebun rakyat mitra+biaya pemetikan kebun rakyat mitra Units: Rp/day (0042) biaya pembelian teh=teh semua grade hasil pembelian*harga teh hasil pembelian Units: Rp/day (0043) biaya pembelian teh G1 dr koperasi=harga teh G1 hasil pembelian koperasi*Teh G1 pasokan dari koperasi Units: Rp/day (0044) biaya pembelian teh G2 dr koperasi=harga teh G2 pembelian koperasi*teh G2 pasokan dari koperasi Units: Rp/day (0045) biaya pembelian teh G3 dr koperasi=harga teh G3 pembelian koperasi*teh G3 pasokan dari koperasi Units: Rp/day (0046) biaya pembelian teh semua grade dr koperasi 1=biaya pembelian teh G1 dr koperasi+biaya pembelian teh G2 dr koperasi+biaya pembelian teh G3 dr koperasi Units: Rp/day (0047) Biaya Pemeliharaan=biaya total input pemeliharaan+biaya total non input pemeliharaan Units: Rp/day (0048) Biaya Pemeliharaan 1=biaya total input pemeliharaan 1+biaya total non input pemeliharaan 1 Units: Rp/day (0049) biaya pemeliharaan kebun rakyat total anggota koperasi=biaya total input pemeliharan kebun rakyat anggota koperasi+biaya total non input pemeliharaan kebun rakyat anggota koperasi Units: Rp/day (0050) biaya pemeliharaan kebun rakyat total anggota koperasi 1=biaya total input pemeliharan kebun rakyat anggota koperasi 1+biaya total non input pemeliharaan kebun rakyat anggota koperasi 1 Units: Rp/day (0051) Biaya Pemeliharaan per Kg=273 Units: Rp/kg (0052) Biaya Pemeliharaan per Kg 1=160 Units: Rp/kg (0053) biaya pemeliharaan total kebun rakyat mitra=biaya total input pemeliharan kebun rakyat mitra+biaya non input pemeliharaan total kebun rakyat mitra Units: Rp/day
153
(0054) biaya pemetikan kebun rakyat anggota koperasi=pengiriman pucuk ke pabrik koperasi*upah pemetik kebun rakyat per kg anggota koperasi Units: Rp/day (0055) biaya pemetikan kebun rakyat anggota koperasi 1=penjualan pucuk ke pabrik koperasi 1*upah pemetik kebun rakyat per kg anggota koperasi 1 Units: Rp/day (0056) biaya pemetikan kebun rakyat mitra=penjualan pucuk kebun rakyat ke pabrik*upah pemetik kebun rakyat mitra per kg Units: Rp/day (0057) biaya pengawasan kebun anggota koperasi 1=57 Units: Rp/kg (0058) biaya pengawasan kebun rakyat anggota koperasi=57 Units: Rp/kg (0059) biaya pengawasan kebun rakyat anggota koperasi 1=57 Units: Rp/kg (0060) biaya pengawasan kebun rakyat anggota koperasi total= biaya pengawasan kebun rakyat anggota koperasi*pengiriman pucuk ke pabrik koperasi Units: Rp/day (0061) biaya pengawasan kebun rakyat anggota koperasi total 1=biaya pengawasan kebun rakyat anggota koperasi 1*penjualan pucuk ke pabrik koperasi 1 Units: Rp/day (0062) biaya pengawasan kebun rakyat mitra=57 Units: Rp/kg (0063) Biaya Pengawasan Per Kg=57 Units: Rp/kg (0064) Biaya Pengawasan Per Kg 1=57 Units: Rp/kg (0065) Biaya Pengawasan Per Kg di anggota koperasi=57 Units: Rp/kg (0066) biaya pengawasan total kebun rakyat mitra=biaya pengawasan kebun rakyat mitra*penjualan pucuk kebun rakyat ke pabrik Units: Rp/day (0067) Biaya Penjualan per Kg= 791 Units: Rp/kg (0068) Biaya Penjualan per Kg 1=791 Units: Rp/kg (0069) Biaya Penjualan per Kg di koperasi=350 Units: Rp/kg (0070) Biaya Penjualan per Kg di koperasi 1=350 Units: Rp/kg (0071) Biaya Penjualan Total=Biaya Penjualan per Kg*penjualan semua grade Units: Rp/day
154
(0072) Biaya Penjualan Total 1=Biaya Penjualan per Kg 1*penjualan semua grade 1 Units: Rp/day (0073) Biaya Penjualan Total di koperasi=Biaya Penjualan per Kg di koperasi*penjualan semua grade di koperasi Units: Rp/day (0074) Biaya Penjualan Total di koperasi 1=Biaya Penjualan per Kg di koperasi 1*penjualan semua grade di koperasi 1 Units: Rp/day (0075) Biaya Penyusutan per Kg 1=6729 Units: Rp/kg (0076) "biaya persediaan per kg/hari 1"=1.5 Units: Rp/kg/day (0077) "biaya persediaan per kg/hari di koperasi 1"=1.5 Units: Rp/kg/day (0078) "biaya persediaan per kg/hari di koperasi"=1.5 Units: Rp/kg/day (0079) "biaya persediaan per kg/hari"= 1.5 Units: Rp/kg/day (0080) Biaya Produksi= biaya pucuk kebun rakyat+Biaya Pucuk Kebun Sendiri+biaya pembelian teh Units: Rp/day (0081) Biaya Produksi 1=Biaya Pucuk Kebun Sendiri 1+biaya pembelian teh semua grade dr koperasi 1 Units: Rp/day (0082) Biaya Pucuk Kebun anggota koperasi=Biaya Total Pengawasan di anggota koperasi+Biaya Total Transportasi di anggota koperasi+pembelian pucuk kebun rakyat anggota koperasi Units: Rp/day (0083) Biaya Pucuk Kebun anggota koperasi 1=(harga penjualan pucuk kebun rakyat angota koperasi 1+biaya transportasi pucuk kebun anggota koperasi 1+biaya pengawasan kebun anggota koperasi 1)*penjualan pucuk ke pabrik koperasi 1 Units: Rp/day (0084) biaya pucuk kebun rakyat=(Harga pucuk kebun rakyat per Kg+Biaya transportasi pucuk kebun rakyat per kg)*penjualan pucuk kebun rakyat ke pabrik Units: Rp/day (0085) Biaya Pucuk Kebun Sendiri=Biaya Panen+Biaya Pemeliharaan+Biaya Total Pengawasan Units: Rp/day (0086) Biaya Pucuk Kebun Sendiri 1=Biaya Panen 1+Biaya Pemeliharaan 1+Biaya Total Pengawasan 1 Units: Rp/day (0087) biaya total bahan dan transportasi panen kebun rakyat anggota koperasi 1=biaya bahan dan transportasi panen kebun rakyat anggota koperasi per kg 1*penjualan pucuk ke pabrik koperasi 1 Units: Rp/day
155
(0088) biaya total bahan dan transportasi panen kebun rakyat mitra=biaya bahan dan transportasi panen kebun rakyat mitra per kg*penjualan pucuk kebun rakyat ke pabrik Units: Rp/day (0089) Biaya Total Bahan Panen dan Transportasi=pemetikan di kebun sendiri*"Biaya Bahan, Alat Panen dan Transportasi Per Kg" Units: Rp/day (0090) Biaya Total Bahan Panen dan Transportasi 1=pemetikan di kebun sendiri 1*"Biaya Bahan, Alat Panen dan Transportasi Per Kg 1" Units: Rp/day (0091) biaya total bahan panen kebun rakyat anggota koperasi=biaya bahan panen kebun rakyat anggota koperasi per kg*pengiriman pucuk ke pabrik koperasi Units: Rp/day (0092) biaya total input pemeliharaan= biaya input pemeliharaan per kg*pemetikan di kebun sendiri Units: Rp/day (0093) biaya total input pemeliharaan 1=biaya input pemeliharaan per kg 1*pemetikan di kebun sendiri 1 Units: Rp/day (0094) biaya total input pemeliharan kebun rakyat anggota koperasi=biaya input pemeliharaan kebun rakyat anggota koperasi per kg*pengiriman pucuk ke pabrik koperasi Units: Rp/day (0095) biaya total input pemeliharan kebun rakyat anggota koperasi 1= biaya input pemeliharaan kebun rakyat anggota koperasi per kg 1*penjualan pucuk ke pabrik koperasi 1 Units: Rp/day (0096) biaya total input pemeliharan kebun rakyat mitra=biaya input pemeliharaan kebun rakyat mitra per kg*penjualan pucuk kebun rakyat ke pabrik Units: Rp/day (0097) biaya total input pengolahan=biaya input pengolahan per kg*pengolahan teh semua grade Units: Rp/day (0098) biaya total input pengolahan 1=biaya input pengolahan per kg 1*pengolahan teh semua grade 1 Units: Rp/day (0099) biaya total input pengolahan di koperasi=biaya input pengolahan per kg di koperasi*pengolahan teh semua grade di koperasi Units: Rp/day (0100) biaya total input pengolahan di koperasi 1=biaya input pengolahan per kg di koperasi 1*pengolahan teh semua grade di koperasi 1 Units: Rp/day (0101) biaya total non input pemeliharaan=Biaya Pemeliharaan per Kg*pemetikan di kebun sendiri Units: Rp/day
156
(0102) biaya total non input pemeliharaan 1=Biaya Pemeliharaan per Kg 1*pemetikan di kebun sendiri 1 Units: Rp/day (0103) biaya total non input pemeliharaan kebun rakyat anggota koperasi=biaya non input pemeliharaan kebun rakyat anggota koperasi per kg*pengiriman pucuk ke pabrik koperasi Units: Rp/day (0104) biaya total non input pemeliharaan kebun rakyat anggota koperasi 1=biaya non input pemeliharaan kebun rakyat anggota koperasi per kg 1*penjualan pucuk ke pabrik koperasi 1 Units: Rp/day (0105) biaya total non input pengolahan=pengolahan teh semua grade*biaya non input pengolahan teh per kg Units: Rp/day (0106) biaya total non input pengolahan 1=pengolahan teh semua grade 1*biaya non input pengolahan teh per kg 1 Units: Rp/day (0107) biaya total non input pengolahan di koperasi=pengolahan teh semua grade di koperasi*biaya non input pengolahan teh per kg di koperasi Units: Rp/day (0108) biaya total non input pengolahan di koperasi 1=pengolahan teh semua grade di koperasi 1*biaya non input pengolahan teh per kg di koperasi 1 Units: Rp/day (0109) Biaya Total Pengawasan=Biaya Pengawasan Per Kg*pemetikan di kebun sendiri Units: Rp/day (0110) Biaya Total Pengawasan 1=Biaya Pengawasan Per Kg 1*pemetikan di kebun sendiri 1 Units: Rp/day (0111) Biaya Total Pengawasan di anggota koperasi=Biaya Pengawasan Per Kg di anggota koperasi*pemetikan di kebun anggota Units: Rp/day (0112) biaya total pengolahan teh=biaya total input pengolahan+biaya total non input pengolahan Units: Rp/day (0113) biaya total pengolahan teh 1=biaya total input pengolahan 1+biaya total non input pengolahan 1 Units: Rp/day (0114) biaya total pengolahan teh di koperasi= biaya total input pengolahan di koperasi+biaya total non input pengolahan di koperasi Units: Rp/day (0115) biaya total pengolahan teh di koperasi 1=biaya total input pengolahan di koperasi 1+biaya total non input pengolahan di koperasi 1 Units: Rp/day
157
(0116) biaya total persediaan= "biaya persediaan per kg/hari"*total persediaan teh jadi Units: Rp/day (0117) biaya total persediaan 1="biaya persediaan per kg/hari 1"*total persediaan teh jadi 1 Units: Rp/day (0118) biaya total persediaan di koperasi="biaya persediaan per kg/hari di koperasi"*total persediaan teh jadi di koperasi Units: Rp/day (0119) biaya total persediaan di koperasi 1="biaya persediaan per kg/hari di koperasi 1"*total persediaan teh jadi di koperasi 1 Units: Rp/day (0120) Biaya Total Transportasi di anggota koperasi=pemetikan di kebun anggota*Biaya Transportasi Per Kg di anggota koperasi Units: Rp/day (0121) Biaya Transportasi Per Kg di anggota koperasi=33 Units: Rp/kg (0122) biaya transportasi pucuk kebun anggota koperasi 1=33 Units: Rp/kg (0123) Biaya transportasi pucuk kebun rakyat per kg=33 Units: Rp/kg (0124) Biaya Umum per Kg=700 Units: Rp/kg (0125) Biaya Umum per Kg 1=700 Units: Rp/kg (0126) Biaya Umum per Kg di koperasi=700 Units: Rp/kg (0127) Biaya Umum per Kg di koperasi 1=700 Units: Rp/kg (0128) Biaya Umum Total=Biaya Umum per Kg*penjualan semua grade Units: Rp/day (0129) Biaya Umum Total 1=Biaya Umum per Kg 1*penjualan semua grade1 Units: Rp/day (0130) Biaya Umum Total di koperasi=Biaya Umum per Kg di koperasi*penjualan semua grade di koperasi Units: Rp/day (0131) Biaya Umum Total di koperasi 1=Biaya Umum per Kg di koperasi 1*penjualan semua grade di koperasi 1 Units: Rp/day (0132) cakupan persediaan teh G1 pengaman=30 Units: day (0133) cakupan persediaan teh G1 pengaman 1=30 Units: day (0134) cakupan persediaan teh G1 pengaman koperasi=30 Units: day (0135) cakupan persediaan teh G1 pengaman koperasi 1=30 Units: day
158
(0136) cakupan persediaan teh G1 yang diinginkan=cakupan persediaan teh G1 pengaman+waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum Units: day (0137) cakupan persediaan teh G1 yang diinginkan 1=cakupan persediaan teh G1 pengaman 1+waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum 1 Units: day (0138) cakupan persediaan teh G1 yang diinginkan koperasi=cakupan persediaan teh G1 pengaman koperasi+waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum koperasi Units: day (0139) cakupan persediaan teh G1 yang diinginkan koperasi 1=cakupan persediaan teh G1 pengaman koperasi 1+waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum koperasi 1 Units: day (0140) cakupan persediaan teh G2 pengaman= 30 Units: day (0141) cakupan persediaan teh G2 pengaman 1=30 Units: day (0142) cakupan persediaan teh G2 pengaman koperasi=30 Units: day (0143) cakupan persediaan teh G2 pengaman koperasi 1=30 Units: day (0144) cakupan persediaan teh G2 yang diinginkan=cakupan persediaan teh G2 pengaman+waktu pengolahan pesanan teh G2 minimum Units: day (0145) cakupan persediaan teh G2 yang diinginkan 1=cakupan persediaan teh G2 pengaman 1+waktu pengolahan pesanan teh G2 minimum 1 Units: day (0146) cakupan persediaan teh G2 yang diinginkan koperasi=cakupan persediaan teh G2 pengaman koperasi+waktu pengolahan pesanan teh G2 minimum koperasi Units: day (0147) cakupan persediaan teh G2 yang diinginkan koperasi 1=cakupan persediaan teh G2 pengaman koperasi 1+waktu pengolahan pesanan teh G2 minimum koperasi 1 Units: day (0148) cakupan persediaan teh G3 pengaman=30 Units: day (0149) cakupan persediaan teh G3 pengaman 1=30 Units: day (0150) cakupan persediaan teh G3 pengaman koperasi=30 Units: day (0151) cakupan persediaan teh G3 pengaman koperasi 1=30 Units: day (0152) cakupan persediaan teh G3 yang diinginkan=cakupan persediaan teh G3 pengaman+waktu pengolahan pesanan teh G3 minimum
159
Units: day (0153) cakupan persediaan teh G3 yang diinginkan 1=cakupan persediaan teh G3 pengaman 1+waktu pengolahan pesanan teh G3 minimum 1 Units: day (0154) cakupan persediaan teh G3 yang diinginkan koperasi=cakupan persediaan teh G3 pengaman koperasi+waktu pengolahan pesanan teh G3 minimum koperasi Units: day (0155) cakupan persediaan teh G3 yang diinginkan koperasi 1=cakupan persediaan teh G3 pengaman koperasi 1+waktu pengolahan pesanan teh G3 minimum koperasi 1 Units: day (0156) "Crude-2-3 1"=Produksi Teh Crude Total 1*"fraksi Sortasi Crude 2-3 1" Units: kg/day (0157) "Crude-2-3 koperasi 1"=Produksi Teh Crude Total di pabrik koperasi 1*"fraksi Sortasi Crude 2-3 koperasi 1" Units: kg/day (0158) "Crude-2-3 koperasi"=Produksi Teh Crude Total di pabrik koperasi*"fraksi Sortasi Crude 2-3 koperasi" Units: kg/day (0159) "Crude-2-3"=Produksi Teh Crude Total*"fraksi Sortasi Crude 2-3" Units: kg/day (0160) Daftar Pemesanan Teh G1 ke koperasi= INTEG (Laju Pemesanan teh G1 ke koperasi-Pemenuhan Pesanan teh G1 dari koperasi,12000) Units: kg (0161) Daftar Pemesanan Teh G1 pembelian= INTEG (Laju Pemesanan teh G1 pembelian-Pemenuhan Pesanan teh G1 dari pembelian, 12000) Units: kg (0162) Daftar Pemesanan Teh G2 ke koperasi= INTEG (laju pemesanan teh G2 ke koperasi-pemenuhan pemesanan teh G2 dari koperasi,10000) Units: kg (0163) Daftar Pemesanan Teh G2 Pembelian= INTEG (laju pemesanan teh G2 pembelian-pemenuhan pemesanan teh G2 dari pembelian,10000) Units: kg (0164) Daftar Pemesanan Teh G3 ke koperasi= INTEG (laju pemesanan teh G3 ke koperasi-pemesanan teh G3 dari koperasi,8414) Units: kg (0165) Daftar Pemesanan Teh G3 Pembelian= INTEG (laju pemesanan teh G3 pembelian-pemesanan teh G3 dari pembelian,8000) Units: kg (0166) Daftar Pesanan Teh G1= INTEG ( -pemenuhan pesanan teh G1+pesanan teh G1,daftar pesanan teh G1 awal) Units: kg
160
(0167) Daftar Pesanan Teh G1 1= INTEG (-pemenuhan pesanan teh G1 1+pesanan teh G1 1,daftar pesanan teh G1 awal 1) Units: kg (0168) daftar pesanan teh G1 awal= INITIAL(daftar pesanan teh G1 yang dapat diterima) Units: kg (0169) daftar pesanan teh G1 awal 1= INITIAL(daftar pesanan teh G1 yang dapat diterima 1) Units: kg (0170) daftar pesanan teh G1 yang dapat diterima=pesanan teh G1*target waktu penyampaian teh G1 Units: kg (0171) daftar pesanan teh G1 yang dapat diterima 1=pesanan teh G1 1*target waktu penyampaian teh G1 1 Units: kg (0172) Daftar Pesanan Teh G2= INTEG ( pesanan teh G2-pemenuhan pesanan teh G2,daftar pesanan teh G2 awal) Units: kg (0173) Daftar Pesanan Teh G2 1= INTEG (pesanan teh G2 1-pemenuhan pesanan teh G2 1,daftar pesanan teh G2 awal 1) Units: kg (0174) daftar pesanan teh G2 awal= INITIAL(daftar pesanan teh G2 yang dapat diterima) Units: kg (0175) daftar pesanan teh G2 awal 1= INITIAL(daftar pesanan teh G2 yang dapat diterima 1) Units: kg (0176) daftar pesanan teh G2 yang dapat diterima=pesanan teh G2*target waktu penyampaian teh G2 Units: kg (0177) daftar pesanan teh G2 yang dapat diterima 1=pesanan teh G2 1*target waktu penyampaian teh G2 1 Units: kg (0178) Daftar Pesanan Teh G3= INTEG (pesanan teh G3-pesanan teh G3 terpenuhi,daftar pesanan teh G3 awal) Units: kg (0179) Daftar Pesanan Teh G3 1= INTEG (pesanan teh G3 1-pesanan teh G3 terpenuhi 1,daftar pesanan teh G3 awal 1) Units: kg (0180) daftar pesanan teh G3 awal= INITIAL(daftar pesanan teh G3 yang dapat diterima) Units: kg (0181) daftar pesanan teh G3 awal 1= INITIAL(daftar pesanan teh G3 yang dapat diterima 1) Units: kg (0182) daftar pesanan teh G3 yang dapat diterima=pesanan teh G3*target waktu pengiriman teh G3 Units: kg
161
(0183) daftar pesanan teh G3 yang dapat diterima 1=pesanan teh G3 1*target waktu pengiriman teh G3 1 Units: kg (0184) daya tarik pesaing teh G1=0.4 Units: Dmnl (0185) daya tarik pesaing teh G1 1=0.4 Units: Dmnl (0186) daya tarik pesaing teh G2=0.4 Units: Dmnl (0187) daya tarik pesaing teh G2 1=0.4 Units: Dmnl (0188) daya tarik pesaing teh G3=0.4 Units: Dmnl (0189) daya tarik pesaing teh G3 1=0.4 Units: Dmnl (0190) daya tarik teh G1= WITH LOOKUP (Persepsi Fraksi Pesanan Teh G1 yang Terpenuhi/referensi fraksi pesanan teh G1 yang terpenuhi,([(0,0)-(2.5,1.2)],(0,0), (0.687059,0.24911),(1,1),(1.99529,1.08185) )) Units: Dmnl (0191) daya tarik teh G1 1= WITH LOOKUP (Persepsi Fraksi Pesanan Teh G1 yang Terpenuhi 1/referensi fraksi pesanan teh G1 yang terpenuhi 1,([(0,0)-(2.5,1.2)],(0,0), (0.687059,0.24911),(1,1),(1.99529,1.08185) )) Units: Dmnl (0192) daya tarik teh G2 = WITH LOOKUP (Persepsi Fraksi Pesanan Teh G2 Yang Terpenuhi/referensi fraksi pesanan teh G2 yang terpenuhi,([(0,0)-(2.5,1.2)],(0,0), (0.687059,0.24911),(1,1),(1.99529,1.08185) )) Units: Dmnl (0193) daya tarik teh G2 1 = WITH LOOKUP (Persepsi Fraksi Pesanan Teh G2 Yang Terpenuhi 1/referensi fraksi pesanan teh G2 yang terpenuhi 1,([(0,0)-(2.5,1.2)],(0,0), (0.687059,0.24911),(1,1),(1.99529,1.08185) )) Units: Dmnl (0194) daya tarik teh G3= WITH LOOKUP (Persepsi Fraksi Pesanan Teh G3 Yang Terpenuhi/referensi fraksi pesanan teh G3 yang terpenuhi,([(0,0)-(2.5,1.2)],(0,0), (0.687059,0.24911),(1,1),(1.99529,1.08185) )) Units: Dmnl (0195) daya tarik teh G3 1= WITH LOOKUP (Persepsi Fraksi Pesanan Teh G3 Yang Terpenuhi 1/referensi fraksi pesanan teh G3 yang terpenuhi 1,([(0,0)-(2.5,1.2)],(0,0), (0.687059,0.24911),(1,1),(1.99529,1.08185) )) Units: Dmnl (0196) daya tarik total pasar teh G1=daya tarik teh G1+daya tarik pesaing teh G1 Units: Dmnl (0197) daya tarik total pasar teh G1 1=daya tarik teh G1 1+daya tarik pesaing teh G1 1 Units: Dmnl
162
(0198) daya tarik total pasar teh G2=daya tarik teh G2+daya tarik pesaing teh G2 Units: Dmnl (0199) daya tarik total pasar teh G2 1= daya tarik teh G2 1+daya tarik pesaing teh G2 1 Units: Dmnl (0200) daya tarik total pasar teh G3=daya tarik pesaing teh G3+daya tarik teh G3 Units: Dmnl (0201) daya tarik total pasar teh G3 1=daya tarik pesaing teh G3 1+daya tarik teh G3 1 Units: Dmnl (0202) delay pemesanan teh G1 ke koperasi=7 Units: day (0203) delay pemesanan teh G1pembelian=7 Units: day (0204) delay pemesanan teh G2 ke koperasi=7 Units: day (0205) delay pemesanan teh G2 pembelian=7 Units: day (0206) delay pemesanan teh G3 ke koperasi=7 Units: day (0207) delay pemesanan teh G3 pembelian=7 Units: day (0208) Down Grade 1 ke 2=MIN(Kebutuhan Down Grade 1 ke 2, Maks Down Grade 1 ke 2) Units: kg/day (0209) Down Grade 1 ke 2 1=MIN(Kebutuhan Down Grade 1 ke 2 1, Maks Down Grade 1 ke 2 1) Units: kg/day (0210) Down Grade 1 ke 2 di koperasi= MIN(Kebutuhan Down Grade 1 ke 2 koperasi, Maks Down Grade 1 ke 2 koperasi) Units: kg/day (0211) Down Grade 1 ke 2 di koperasi 1=MIN(Kebutuhan Down Grade 1 ke 2 koperasi 1, Maks Down Grade 1 ke 2 koperasi 1) Units: kg/day (0212) Down Grade 2 ke 3=MIN(Kebutuhan Down Grade 2 ke 3, Maks Down Grade 2 ke 3) Units: kg/day (0213) Down Grade 2 ke 3 1=MIN(Kebutuhan Down Grade 2 ke 3 1, Maks Down Grade 2 ke 3 1) Units: kg/day (0214) Down Grade 2 ke 3 di koperasi= MIN(Kebutuhan Down Grade 2 ke 3 koperasi, Maks Down Grade 2 ke 3 koperasi) Units: kg/day (0215) Down Grade 2 ke 3 di koperasi 1=MIN(Kebutuhan Down Grade 2 ke 3 koperasi 1, Maks Down Grade 2 ke 3 koperasi 1) Units: kg/day
163
(0216) Efek Likuiditas thd Pembayaran= WITH LOOKUP (Likuiditas perusahaan, ([(0,0)-(1,1)],(-0030581,0.0263158), (0.140673,0.0570175),(0.266055,0.0964912),(0.379205,0.263158), (0.498471,0.5),(0.617737,0.732456),(0.749235,0.899123),(0.856269,0.96 0526),(1,1) )) Units: Dmnl (0217) Efek Likuiditas thd Pembayaran 1= WITH LOOKUP (Likuiditas perusahaan 1,([(0,0)-(1,1)],(-.0030581,0.0263158), (0.140673,0.0570175),(0.266055,0.0964912),(0.379205,0.263158), (0.498471,0.5),(0.617737,0.732456),(0.749235,0.899123), (0.856269,0.960526),(1,1) )) Units: Dmnl (0218) Efek Likuiditas thd Pembayaran Kebun Rakyat= WITH LOOKUP (Likuiditas kebun rakyat mitra,([(0,0)-(1,1)],(-0.0030581,0.0263158), (0.140673,0.0570175), (0.266055,0.0964912), (0.379205,0.263158), (0.498471,0.5), (0.617737,0.732456), (0.749235,0.899123), (0.856269,0.960526),(1,1) )) Units: Dmnl (0219) Efek Likuiditas thd Pembayaran Kebun Rakyat Anggota Koperasi=Likuiditas kebun rakyat anggota koperasi Units: Dmnl (0220) Efek Likuiditas thd Pembayaran Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1=Likuiditas kebun rakyat anggota koperasi 1 Units: Dmnl (0221) Efek Likuiditas thd Pembayaran koperasi= WITH LOOKUP (Likuiditas koperasi, ([(0,0)-(1,1)],(-.0030581,0.0263158), (0.140673,0.0570175), (0.266055,0.0964912),(0.379205,0.263158),(0.498471,0.5),(0.617737,0.7 32456),(0.749235,0.899123),(0.856269,0.960526),(1,1) )) Units: Dmnl (0222) Efek Likuiditas thd Pembayaran koperasi 1= WITH LOOKUP (Likuiditas koperasi 1, ([(0,0)-(1,1)],(-.0030581,0.0263158), (0.140673,0.0570175), (0.266055,0.0964912),(0.379205,0.263158),(0.498471,0.5),(0.617737,0.7 32456),(0.749235,0.899123),(0.856269,0.960526),(1,1) )) Units: Dmnl (0223) efek permintaan teh G1 thd tipe petikan pucuk= WITH LOOKUP (Permintaan Teh G1/permintaan normal teh G1,([(0,0)(5,4)],(0,1),(1,1),(1.1,1.05), (1.2,1.1), (1.3,1.15),(1.4,1.2),(1.5,1.25),(2,1.3),(2.5,1.4),(4,1.5),(5,1.5) )) Units: Dmnl (0224) efek permintaan teh G1 thd tipe petikan pucuk 1= WITH LOOKUP (Permintaan Teh G1 1/permintaan normal teh G1 1,([(0,0)(5,4)],(0,1),(1,1),(1.1,1.05), (1.2,1.1),(1.3,1.15),(1.4,1.2),(1.5,1.25), (2,1.3),(2.5,1.4),(4,1.5),(5,1.5) )) Units: Dmnl (0225) efek permintaan teh G1 thd tipe petikan pucuk koperasi= WITH LOOKUP (Permintaan Teh G1 1/permintaan normal teh G1 1,([(0,0)(5,4)],(0,1),(1,1), (1.1,1.05), (1.2,1.1), (1.3,1.15),(1.4,1.2), (1.5,1.25),(2,1.3),(2.5,1.4),(4,1.5), (5,1.5) ))
164
Units: Dmnl (0226) efek permintaan teh G1 thd tipe petikan pucuk koperasi 1= WITH LOOKUP (Permintaan Teh G1 1/permintaan normal teh G1 1,([(0,0)(5,4)],(0,1),(1,1), (1.1,1.05), (1.2,1.1),(1.3,1.15),(1.4,1.2), (1.5,1.25),(2,1.3),(2.5,1.4),(4,1.5), (5,1.5)) Units: Dmnl (0227) Efek PMS thd fraksi Sortasi= WITH LOOKUP (PMS,([(0,0)(1,2)],(0,0.9),(0.4,0.9596),(0.45,1),(0.9,1.3),(1,1.3) )) Units: Dmnl (0228) Efek PMS thd fraksi Sortasi 1= WITH LOOKUP (PMS 1,([(0,0)(1,2)],(0,0.9),(0.4,0.9596),(0.45,1),(0.9,1.3),(1,1.3) )) Units: Dmnl (0229) Efek PMS thd fraksi Sortasi di pabrik koperasi= WITH LOOKUP (PMS koperasi, ([(0,0)-(1,2)],(0,0.9),(0.4,0.9596),(0.45,1),(0.9,1.3),(1,1.3) )) Units: Dmnl (0230) Efek PMS thd fraksi Sortasi di pabrik koperasi 1= WITH LOOKUP (PMS koperasi 1, ([(0,0)-(1,2)],(0,0.9),(0.4,0.9596),(0.45,1),(0.9,1.3),(1,1.3) )) Units: Dmnl (0231) Efek Tipe Petikan thd PMS= WITH LOOKUP (Tipe Petikan Pucuk,([(1,0.5) -(4,1.5)],(1,0.5),(1.41284,0.776316),(1.75229,0.872807), (2.5,1), (3.24771, 1.13596),(3.61468,1.26754),(4,1.5) )) Units: Dmnl (0232) Efek Tipe Petikan thd PMS 1= WITH LOOKUP (Tipe Petikan Pucuk 1, ([(1,0.5)-(4,1.5)],(1,0.5),(1.41284,0.776316),(1.75229,0.872807),(2.5,1) ,(3.24771,1.13596),(3.61468,1.26754),(4,1.5))) Units: Dmnl (0233) Efek Tipe Petikan thd PMS di koperasi= WITH LOOKUP (Tipe Petikan Pucuk koperasi,([(1,0.5)(4,1.5)],(1,0.5),(1.41284,0.776316),(1.75229,0.872807),(2.5,1) ,(3.24771,1.13596),(3.61468,1.26754),(4,1.5))) Units: Dmnl (0234) Efek Tipe Petikan thd PMS di koperasi 1= WITH LOOKUP (Tipe Petikan Pucuk koperasi 1,([(1,0.5)-(4,1.5)],(1,0.5),(1.41284,0.776316), (1.75229,0.872807), (2.5,1),(3.24771,1.13596),(3.61468,1.26754),(4,1.5))) Units: Dmnl (0235) Efek Tipe Petikan thd Produktivitas Pemetikan= WITH LOOKUP (Tipe Petikan Pucuk,([(1,0)(4,1.5)],(1.00917,1.23026),(1.9,1.15),(2.1,1.1),(2.3,1.05),(2.5, 1),(2.8,0.95),(3,0.9),(3.2,0.85),(3.4,0.8),(3.5,0.75),(4,0.75) )) Units: Dmnl (0236) Efek Tipe Petikan thd Produktivitas Pemetikan 0= WITH LOOKUP (Tipe Petikan Pucuk 1,([(1,0)-(4,1.5)],(1.00917,1.23026),(1.9,1.15),(2.1,1.1), (2.3,1.05),(2.5,1), (2.8,0.95),(3,0.9),(3.2,0.85),(3.4,0.8),(3.5,0.75),(4,0.75) )) Units: Dmnl (0237) Efek Tipe Petikan thd Produktivitas Pemetikan anggota= WITH LOOKUP (Tipe Petikan Pucuk koperasi,([(1,0)-(4,1.5)],
165
(1.00917,1.23026),(1.9,1.15),(2.1,1.1), (2.3,1.05),(2.5,1), (2.8,0.95),(3,0.9),(3.2,0.85),(3.4,0.8),(3.5,0.75),(4,0.75) )) Units: Dmnl (0238) Efek Tipe Petikan thd Produktivitas Pemetikan anggota 1= WITH LOOKUP (Tipe Petikan Pucuk koperasi 1,([(1,0)-(4,1.5)], (1.00917,1.23026),(1.9,1.15), (2.1,1.1),(2.3,1.05),(2.5,1), (2.8,0.95),(3,0.9),(3.2,0.85),(3.4,0.8), (3.5,0.75), (4,0.75) )) Units: Dmnl (0239) Efek Tipe Petikan thd Produktivitas Pemetikan Kebun Rakyat= WITH LOOKUP (Tipe Petikan Pucuk,([(1,0)-(4,1.5)],(1.00917,1.23026), (1.9,1.15),(2.1,1.1), (2.3,1.05),(2.5,1),(2.8,0.95),(3,0.9),(3.2,0.85), (3.4,0.8),(3.5,0.75),(4,0.75) )) Units: Dmnl (0240) FINAL TIME = 1825 Units: day The final time for the simulation. (0241) fraksi awal pesanan teh G1 yang terpenuhi=1 Units: Dmnl (0242) fraksi awal pesanan teh G1 yang terpenuhi 1= 1 Units: Dmnl (0243) fraksi awal pesanan teh G2 yang terpenuhi=1 Units: Dmnl (0244) fraksi awal pesanan teh G2 yang terpenuhi 1=1 Units: Dmnl (0245) fraksi awal pesanan teh G3 yang terpenuhi=1 Units: Dmnl (0246) fraksi awal pesanan teh G3 yang terpenuhi 1=1 Units: Dmnl (0247) fraksi ketersediaan pemetik kebun rakyat=1 Units: Dmnl (0248) fraksi ketersediaan tenaga kerja=1 Units: Dmnl (0249) fraksi ketersediaan tenaga kerja 1=1 Units: Dmnl (0250) fraksi ketersediaan tenaga kerja di kebun anggota=1 Units: Dmnl (0251) fraksi ketersediaan tenaga kerja di kebun anggota 1=1 Units: Dmnl (0252) fraksi ketersediaan tenaga kerja pabrik= 1 Units: Dmnl (0253) fraksi ketersediaan tenaga kerja pabrik 1=1 Units: Dmnl (0254) fraksi ketersediaan tenaga kerja pabrik koperasi=1 Units: Dmnl (0255) fraksi ketersediaan tenaga kerja pabrik koperasi 1=1 Units: Dmnl (0256) fraksi konversi pucuk ke teh=0.22 Units: Dmnl (0257) fraksi konversi pucuk ke teh 1=0.22
166
Units: Dmnl (0258) fraksi konversi pucuk ke teh di pabrik koperasi=0.22 Units: Dmnl (0259) fraksi konversi pucuk ke teh di pabrik koperasi 1=0.22 Units: Dmnl (0260) fraksi pengangkatan tenaga pemetik 0=0.00273973 Units: 1/day (0261) fraksi pesanan teh G1yang terpenuhi= WITH LOOKUP (pemenuhan pesanan teh G1/pengiriman teh G1 yang diinginkan,([(0,0)(5,1)],(0,0),(1,1),(2,1),(3,1), (4,1),(5,1) )) Units: Dmnl (0262) fraksi pesanan teh G1yang terpenuhi 1= WITH LOOKUP (pemenuhan pesanan teh G1 1/pengiriman teh G1 yang diinginkan 0,([(0,0)-(5,1)],(0,0),(1,1), (2,1), (3,1),(4,1),(5,1) )) Units: Dmnl (0263) fraksi pesanan teh G2 yang terpenuhi= WITH LOOKUP (pemenuhan pesanan teh G2/pengiriman teh G2 yang diinginkan,([(0,0)(5,1)],(0,0),(1,1),(2,1),(3,1),(4,1),(5,1) )) Units: Dmnl (0264) fraksi pesanan teh G2 yang terpenuhi 1= WITH LOOKUP (pemenuhan pesanan teh G2 1/pengiriman teh G2 yang diinginkan 1,([(0,0)-(5,1)],(0,0),(1,1),(2,1),(3,1),(4,1),(5,1) )) Units: Dmnl (0265) fraksi pesanan teh G3 yang terpenuhi= WITH LOOKUP (pesanan teh G3 terpenuhi/pengiriman teh G3 yang diinginkan,([(0,0)(5,1)],(0,0),(1,1),(2,1),(3,1),(4,1),(5,1) )) Units: Dmnl (0266) fraksi pesanan teh G3 yang terpenuhi 1= WITH LOOKUP (pesanan teh G3 terpenuhi 1/pengiriman teh G3 yang diinginkan 1,([(0,0)(5,1)],(0,0),(1,1),(2,1),(3,1),(4,1),(5,1) )) Units: Dmnl (0267) fraksi Keuntungan yang diterima kebun rakyat anggota koperasi=0.25 Units: Dmnl (0268) fraksi pucuk kebun anggota terkirim ke pabrik koperasi=1 Units: Dmnl (0269) fraksi pucuk kebun anggota terkirim ke pabrik koperasi 1=1 Units: Dmnl (0270) fraksi pucuk kebun rakyat terkirim ke pabrik=1 Units: Dmnl (0271) fraksi pucuk kebun sendiri terkirim ke pabrik=1 Units: Dmnl (0272) fraksi pucuk kebun sendiri terkirim ke pabrik 1=1 Units: Dmnl (0273) "fraksi Sortasi Crude 2-3 1"=1-fraksi Sortasi Teh G1 1 Units: Dmnl (0274) "fraksi Sortasi Crude 2-3 koperasi 1"=1-fraksi Sortasi Teh G1 koperasi 1 Units: Dmnl (0275) "fraksi Sortasi Crude 2-3 koperasi"=1-fraksi Sortasi Teh G1 koperasi
167
Units: Dmnl (0276) "fraksi Sortasi Crude 2-3"=1-fraksi Sortasi Teh G1 Units: Dmnl (0277) fraksi Sortasi Teh G1=fraksi Sortasi Teh G1 Normal*Efek PMS thd fraksi Sortasi Units: Dmnl (0278) fraksi Sortasi Teh G1 1=fraksi Sortasi Teh G1 Normal 1*Efek PMS thd fraksi Sortasi 1 Units: Dmnl (0279) fraksi Sortasi Teh G1 koperasi=fraksi Sortasi Teh G1 koperasi Normal*Efek PMS thd fraksi Sortasi di pabrik koperasi Units: Dmnl (0280) fraksi Sortasi Teh G1 koperasi 1= fraksi Sortasi Teh G1 koperasi Normal 1*Efek PMS thd fraksi Sortasi di pabrik koperasi 1 Units: Dmnl (0281) fraksi Sortasi Teh G1 koperasi Normal=0.5 Units: Dmnl (0282) fraksi Sortasi Teh G1 koperasi Normal 1=0.5 Units: Dmnl (0283) fraksi Sortasi Teh G1 Normal=0.5 Units: Dmnl (0284) fraksi Sortasi Teh G1 Normal 1=0.5 Units: Dmnl (0285) fraksi Sortasi Teh G2=0.7 Units: Dmnl (0286) fraksi Sortasi Teh G2 1=0.7 Units: Dmnl (0287) fraksi Sortasi Teh G2 koperasi=0.7 Units: Dmnl (0288) fraksi Sortasi Teh G2 koperasi 1=0.7 Units: Dmnl (0289) fraksi teh G1 keluar dari proses akhir=1 Units: Dmnl (0290) fraksi teh G1 keluar dari proses akhir 1=1 Units: Dmnl (0291) fraksi teh G1 keluar dari proses akhir koperasi=1 Units: Dmnl (0292) fraksi teh G1 keluar dari proses akhir koperasi 1=1 Units: Dmnl (0293) fraksi teh G2 keluar dari proses akhir=1 Units: Dmnl (0294) fraksi teh G2 keluar dari proses akhir 1=1 Units: Dmnl (0295) fraksi teh G2 keluar dari proses akhir koperasi=1 Units: Dmnl (0296) fraksi teh G2 keluar dari proses akhir koperasi 1=1 Units: Dmnl (0297) fraksi teh G3 keluar dari proses akhir=1
168
Units: Dmnl (0298) fraksi teh G3 keluar dari proses akhir 1=1 Units: Dmnl (0299) fraksi teh G3 keluar dari proses akhir koperasi=1 Units: Dmnl (0300) fraksi teh G3 keluar dari proses akhir koperasi 0=1 Units: Dmnl (0301) harga pembelian pucuk kebun rakyat anggota koperasi=1167 Units: Rp/kg (0302) harga penjualan pucuk kebun rakyat=1167 Units: Rp/kg (0303) harga penjualan pucuk kebun rakyat angota koperasi 1=1167 Units: Rp/kg (0304) Harga pucuk kebun rakyat per Kg=1167 Units: Rp/kg (0305) "harga teh G1 (Rp) 1"="harga teh G1 (US$) 1"*nilai tukar US$ 1 Units: Rp/kg (0306) "harga teh G1 (Rp)"="harga teh G1 (US$)"*nilai tukar US$ Units: Rp/kg (0307) "harga teh G1 (US$) 1"=2.1 Units: US $/kg (0308) "harga teh G1 (US$)"=2.1 Units: US $/kg (0309) harga teh G1 0 0=14725 Units: Rp/kg (0310) harga teh G1 hasil pembelian koperasi=14405 Units: Rp/kg (0311) harga teh G1 koperasi=14405 Units: Rp/kg (0312) harga teh G1 koperasi 1=14405 Units: Rp/kg (0313) "harga teh G2 (Rp) 1"="harga teh G2 (US $) 1"*nilai tukar US$ 1 Units: Rp/kg (0314) "harga teh G2 (Rp)"="harga teh G2 (US $)"*nilai tukar US$ Units: Rp/kg (0315) "harga teh G2 (US $) 1"=1.2 Units: US $/kg (0316) "harga teh G2 (US $)"=1.2 Units: US $/kg (0317) harga teh G2 0 0=9500 Units: Rp/kg (0318) harga teh G2 koperasi=8200 Units: Rp/kg (0319) harga teh G2 koperasi 1=8200 Units: Rp/kg (0320) harga teh G2 pembelian koperasi=8200 Units: Rp/kg (0321) "harga teh G3 (Rp) 1"="harga teh G3 (US $) 1"*nilai tukar US$ 1 Units: Rp/kg
169
(0322) "harga teh G3 (Rp)"="harga teh G3 (US $)"*nilai tukar US$ Units: Rp/kg (0323) "harga teh G3 (US $) 1"=0.9 Units: US $/kg (0324) "harga teh G3 (US $)"=0.9 Units: US $/kg (0325) harga teh G3 0 0=4750 Units: Rp/kg (0326) harga teh G3 koperasi=5592 Units: Rp/kg (0327) harga teh G3 koperasi 1=5592 Units: Rp/kg (0328) harga teh G3 pembelian koperasi=5592 Units: Rp/kg (0329) harga teh hasil pembelian=10617 Units: Rp/kg (0330) INITIAL TIME = 0 Units: day The initial time for the simulation. (0331) Jumlah Pemetik Kebun Anggota Koperasi= INTEG (pengangkatan tenaga pemetik kebun anggota-tenaga pemetik kebun anggota keluar, 593.705) Units: Population (0332) Jumlah Pemetik Kebun Anggota Koperasi 1= INTEG (pengangkatan tenaga pemetik kebun anggota 1-tenaga pemetik kebun anggota keluar 1,593.705) Units: Population (0333) Jumlah Pemetik Kebun Rakyat= INTEG (pengangkatan tenaga pemetik kebun rakyat-tenaga pemetik kebun rakyat keluar,200) Units: Population (0334) jumlah pemetik kebun rakyat yang diinginkan= pemetikan yang diinginkan kebun rakyat/produktivitas per pemetik kebun rakyat Units: Population (0335) Jumlah Pemetik Kebun Sendiri= INTEG (pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri-tenaga pemetik kebun sendiri keluar,1187.5) Units: Population (0336) Jumlah Pemetik Kebun Sendiri 0= INTEG (pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri 0-tenaga pemetik kebun sendiri keluar 0,1389) Units: Population (0337) Jumlah Pemetik Kebun Sendiri 1= INTEG (pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri 1-tenaga pemetik kebun sendiri keluar 1,1187.5) Units: Population (0338) jumlah pemetik yang diinginkan kebun anggota=kebutuhan pucuk dari kebun anggota koperasi/produktivitas per pemetik kebun anggota Units: Population
170
(0339) jumlah pemetik yang diinginkan kebun anggota 1=kebutuhan pucuk dari kebun anggota koperasi 1/produktivitas per pemetik kebun anggota 1 Units: Population (0340) jumlah pemetik yang diinginkan kebun sendiri= kebutuhan pucuk dari kebun sendiri/produktivitas per pemetik kebun sendiri Units: Population (0341) jumlah pemetik yang diinginkan kebun sendiri 0=kebutuhan pucuk dari kebun sendiri/produktivitas per pemetik kebun sendiri 0 Units: Population (0342) jumlah pemetik yang diinginkan kebun sendiri 1=kebutuhan pucuk dari kebun sendiri 1/produktivitas per pemetik kebun sendiri 1 Units: Population (0343) jumlah pengangkatan pemetik kebun rakyat yang diinginkan =penyesuaian jumlah pemetik kebun rakyat+pengurangan tenaga pemetik kebun rakyat yang diharapkan Units: Population/day (0344) Jumlah tenaga kerja pabrik= INTEG (pengangkatan tenagakerja pabrik-tenaga kerja pabrik keluar,501.9) Units: Population (0345) Jumlah tenaga kerja pabrik 1= INTEG (pengangkatan tenagakerja pabrik 1-tenaga kerja pabrik keluar 1, 551.855) Units: Population (0346) Jumlah Tenaga Kerja Pabrik Koperasi= INTEG (pengangkatan tenaga kerja pabrik koperasi-tenaga kerja pabrik koperasi keluar, 349.737) Units: Population (0347) Jumlah Tenaga Kerja Pabrik Koperasi 0= INTEG (pengangkatan tenaga kerja pabrik koperasi 1-tenaga kerja pabrik koperasi keluar 1, 349.737) Units: Population (0348) jumlah tenaga kerja pabrik koperasi rata2=350 Units: Population (0349) jumlah tenaga kerja pabrik koperasi rata2 1=350 Units: Population (0350) jumlah tenaga kerja pabrik koperasi yang diinginkan=pasokan teh yang diinginkan koperasi/produktivitas per tenaga kerja pabrik koperasi Units: Population (0351) jumlah tenaga kerja pabrik koperasi yang diinginkan 1=pasokan teh yang diinginkan koperasi 1/produktivitas per tenaga kerja pabrik koperasi 1 Units: Population (0352) jumlah tenaga kerja pabrik rata2=350 Units: Population (0353) jumlah tenaga kerja pabrik rata2 1=350 Units: Population (0354) jumlah tenaga kerja pabrik yang diinginkan=pasokan teh yang diinginkan/produktivitas per tenaga kerja pabrik
171
Units: Population (0355) jumlah tenaga kerja pabrik yang diinginkan 1=pasokan teh yang diinginkan 1/produktivitas per tenaga kerja pabrik 1 Units: Population (0356) kadaluarsa teh semua grade=laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi+laju kadaluarsa teh G2 di pusat distribusi+laju kadaluarsa teh G3 di pusat distribusi Units: kg/day (0357) kadaluarsa teh semua grade 1=laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi 1+laju kadaluarsa teh G2 di pusat distribusi 1+laju kadaluarsa teh G3 di pusat distribusi 0 Units: kg/day (0358) kadaluarsa teh semua grade di koperasi=laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi koperasi+laju kadaluarsa teh G2 di pusat distribusi koperasi+laju kadaluarsa teh G3 di pusat distribusi koperasi Units: kg/day (0359) kadaluarsa teh semua grade di koperasi 1=laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi koperasi 1+laju kadaluarsa teh G2 di pusat distribusi koperasi 1+laju kadaluarsa teh G3 di pusat distribusi koperasi 1 Units: kg/day (0360) kapasitas berjalan mesin pabrik=MIN(kapasitas terpasang pabrik, kapasitas berjalan mesin pabrik normal+kapasitas mesin berjalan tambahan pabrik) Units: kg/day (0361) kapasitas berjalan mesin pabrik 1=MIN(kapasitas terpasang pabrik 1,kapasitas berjalan mesin pabrik normal 1+kapasitas mesin berjalan tambahan pabrik 1) Units: kg/day (0362) kapasitas berjalan mesin pabrik koperasi=MIN(kapasitas terpasang pabrik koperasi,kapasitas berjalan normal mesin pabrik koperasi+tambahan kapasitas mesin pabrik koperasi) Units: kg/day (0363) kapasitas berjalan mesin pabrik koperasi 1=MIN(kapasitas terpasang pabrik koperasi 1,kapasitas berjalan normal mesin pabrik koperasi 1+tambahan kapasitas mesin pabrik koperasi 1) Units: kg/day (0364) kapasitas berjalan mesin pabrik normal=55000 Units: kg/day (0365) kapasitas berjalan mesin pabrik normal 1=55000 Units: kg/day (0366) kapasitas berjalan normal mesin pabrik koperasi=22000 Units: kg/day (0367) kapasitas berjalan normal mesin pabrik koperasi 1=22000 Units: kg/day (0368) kapasitas berjalan pabrik=MIN(kapasitas berjalan mesin pabrik, kapasitas tenaga kerja pabrik ) Units: kg/day
172
(0369) kapasitas berjalan pabrik 1=MIN(kapasitas berjalan mesin pabrik 1, kapasitas tenaga kerja pabrik 1 ) Units: kg/day (0370) kapasitas berjalan pabrik koperasi=MIN(kapasitas berjalan mesin pabrik koperasi, kapasitas tenaga kerja pabrik koperasi) Units: kg/day (0371) kapasitas berjalan pabrik koperasi 1=MIN(kapasitas berjalan mesin pabrik koperasi 1, kapasitas tenaga kerja pabrik koperasi 1) Units: kg/day (0372) "kapasitas berjalan pabrik koperasi rata-rata 1"=DELAY1( kapasitas berjalan mesin pabrik koperasi 1, waktu meratakan kapasitas pabrik koperasi 1) Units: kg/day (0373) "kapasitas berjalan pabrik koperasi rata-rata"= DELAY1( kapasitas berjalan mesin pabrik koperasi, waktu meratakan kapasitas pabrik koperasi) Units: kg/day (0374) "kapasitas berjalan pabrik rata-rata 1"=DELAY1( kapasitas berjalan mesin pabrik 1, waktu meratakan kapasitas pabrik 1) Units: kg/day (0375) "kapasitas berjalan pabrik rata-rata"=DELAY1( kapasitas berjalan mesin pabrik, waktu meratakan kapasitas pabrik) Units: kg/day (0376) kapasitas mesin berjalan tambahan pabrik=tambahan produksi teh yang dibutuhkan/fraksi konversi pucuk ke teh Units: kg/day (0377) kapasitas mesin berjalan tambahan pabrik 1=tambahan produksi teh yang dibutuhkan 1/fraksi konversi pucuk ke teh 1 Units: kg/day (0378) kapasitas pemetikan kebun anggota=Jumlah Pemetik Kebun Anggota Koperasi*produktivitas per pemetik kebun anggota Units: kg/day (0379) kapasitas pemetikan kebun anggota 1= Jumlah Pemetik Kebun Anggota Koperasi 1*produktivitas per pemetik kebun anggota 1 Units: kg/day (0380) kapasitas pemetikan kebun rakyat=Jumlah Pemetik Kebun Rakyat*produktivitas per pemetik kebun rakyat Units: kg/day (0381) kapasitas pemetikan kebun sendiri=Jumlah Pemetik Kebun Sendiri*produktivitas per pemetik kebun sendiri Units: kg/day (0382) kapasitas pemetikan kebun sendiri 0=Jumlah Pemetik Kebun Sendiri 0*produktivitas per pemetik kebun sendiri 0 Units: kg/day (0383) kapasitas pemetikan kebun sendiri 1=Jumlah Pemetik Kebun Sendiri 1*produktivitas per pemetik kebun sendiri 1 Units: kg/day (0384) kapasitas tenaga kerja pabrik=Jumlah tenaga kerja pabrik*produktivitas per tenaga kerja pabrik
173
Units: kg/day (0385) kapasitas tenaga kerja pabrik 1=Jumlah tenaga kerja pabrik 1*produktivitas per tenaga kerja pabrik 1 Units: kg/day dianggap = 6000 (0386) kapasitas tenaga kerja pabrik koperasi=Jumlah Tenaga Kerja Pabrik Koperasi*produktivitas per tenaga kerja pabrik koperasi Units: kg/day (0387) kapasitas tenaga kerja pabrik koperasi 1=Jumlah Tenaga Kerja Pabrik Koperasi 0*produktivitas per tenaga kerja pabrik koperasi 1 Units: kg/day (0388) kapasitas terpasang pabrik=64000 Units: kg/day (0389) kapasitas terpasang pabrik 1=64000 Units: kg/day (0390) kapasitas terpasang pabrik koperasi=24895.9 Units: kg/day (0391) kapasitas terpasang pabrik koperasi 1=24895.9 Units: kg/day (0392) Kas Kebun Rakyat Anggota Koperasi= INTEG (kas masuk kebun rakyat anggota koperasi-kas keluar dari kebun rakyat anggota koperasi-pengeluaran lain kas kebun rakyat anggota koperasi, 2.904e+009) Units: Rp (0393) Kas Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1= INTEG (kas masuk kebun rakyat anggota koperasi 1-kas keluar dari kebun rakyat anggota koperasi 1-pengeluaran lain kas kebun rakyat anggota koperasi 1,2.904e+009) Units: Rp (0394) Kas Kebun Rakyat Mitra= INTEG (kas masuk kebun rakyat mitra-kas keluar dari kebun rakyat mitra-pengeluaran lain kas kebun rakyat mitra,1.6614e+008) Units: Rp (0395) kas keluar=Pembayaran Total yg Dibutuhkan*Efek Likuiditas thd Pembayaran Units: Rp/day (0396) kas keluar 1=Pembayaran Total yg Dibutuhkan 1*Efek Likuiditas thd Pembayaran 1 Units: Rp/day (0397) kas keluar dari kebun rakyat anggota koperasi=Pembayaran Total yg Dibutuhkan Kebun Rakyat Anggota Koperasi*Efek Likuiditas thd Pembayaran Kebun Rakyat Anggota Koperasi Units: Rp/day (0398) kas keluar dari kebun rakyat anggota koperasi 1=Pembayaran Total yg Dibutuhkan Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1*Efek Likuiditas thd Pembayaran Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1 Units: Rp/day
174
(0399) kas keluar dari kebun rakyat mitra=Pembayaran total yg dibutuhkan kebun rakyat mitra*Efek Likuiditas thd Pembayaran Kebun Rakyat Units: Rp/day (0400) kas keluar koperasi=Pembayaran Total yg Dibutuhkan koperasi*Efek Likuiditas thd Pembayaran koperasi Units: Rp/day (0401) kas keluar koperasi 1=Pembayaran Total yg Dibutuhkan koperasi 1*Efek Likuiditas thd Pembayaran koperasi 1 Units: Rp/day (0402) Kas koperasi= INTEG (kas masuk ke koperasi-kas keluar koperasiPembayaran kas lain koperasi,3.2245e+009) Units: Rp (0403) Kas koperasi 1= INTEG (kas masuk ke koperasi 1-kas keluar koperasi 1-Pembayaran kas lain koperasi 1 ,3.2245e+009) Units: Rp (0404) kas masuk=tagihan masuk Units: Rp/day (0405) kas masuk 1=tagihan masuk 1 Units: Rp/day (0406) kas masuk ke koperasi=tagihan masuk ke koperasi Units: Rp/day (0407) kas masuk ke koperasi 1=tagihan masuk ke koperasi 1 Units: Rp/day (0408) kas masuk kebun rakyat anggota koperasi=tagihan masuk ke kebun rakyat anggota koperasi Units: Rp/day (0409) kas masuk kebun rakyat anggota koperasi 1=tagihan masuk ke kebun rakyat anggota koperasi 1 Units: Rp/day (0410) kas masuk kebun rakyat mitra=tagihan masuk ke kebun rakyat mitra Units: Rp/day (0411) Kas Perusahaan= INTEG (kas masuk-kas keluar-Pengeluaran Lain Kas Perusahaan,3.225e+009) Units: Rp (0412) Kas Perusahaan 1= INTEG (kas masuk 1-kas keluar 1-Pengeluaran Lain Kas Perusahaan 1,3.225e+009) Units: Rp (0413) Kas yang Dibutuhkan=Pembayaran Total yg Dibutuhkan*Waktu Kecukupan Kas Units: Rp (0414) Kas yang Dibutuhkan 1=Pembayaran Total yg Dibutuhkan 1*Waktu Kecukupan Kas 1 Units: Rp (0415) Kas yang Dibutuhkan kebun rakyat anggota koperasi=Pembayaran Total yg Dibutuhkan Kebun Rakyat Anggota Koperasi*Waktu Kecukupan Kas Kebun Rakyat Anggota Koperasi
175
Units: Rp (0416) Kas yang Dibutuhkan kebun rakyat anggota koperasi 1=Pembayaran Total yg Dibutuhkan Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1*Waktu Kecukupan Kas Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1 Units: Rp (0417) Kas yang dibutuhkan kebun rakyat mitra=Pembayaran total yg dibutuhkan kebun rakyat mitra*Waktu kecukupan kas kebun rakyat mitra Units: Rp (0418) Kas yang Dibutuhkan koperasi=Pembayaran Total yg Dibutuhkan koperasi*Waktu Kecukupan Kas koperasi Units: Rp (0419) Kas yang Dibutuhkan koperasi 1=Pembayaran Total yg Dibutuhkan koperasi 1*Waktu Kecukupan Kas koperasi 1 Units: Rp (0420) Kebutuhan Down Grade 1 ke 2=MAX(0, (pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir-maks Teh G2 ke proses akhir)) Units: kg/day (0421) Kebutuhan Down Grade 1 ke 2 1=MAX(0, (pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir 1-maks Teh G2 ke proses akhir 1)) Units: kg/day (0422) Kebutuhan Down Grade 1 ke 2 koperasi=MAX(0, (pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir koperasi-maks Teh G2 ke proses akhir koperasi)) Units: kg/day (0423) Kebutuhan Down Grade 1 ke 2 koperasi 1=MAX(0, (pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1-maks Teh G2 ke proses akhir koperasi 1)) Units: kg/day (0424) Kebutuhan Down Grade 2 ke 3=MAX(0, (pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir-maks Teh G3 ke proses akhir)) Units: kg/day (0425) Kebutuhan Down Grade 2 ke 3 1=MAX(0, (pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir 1-maks Teh G3 ke proses akhir 1)) Units: kg/day (0426) Kebutuhan Down Grade 2 ke 3 koperasi=MAX(0, (pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir koperasi-maks Teh G3 ke proses akhir koperasi)) Units: kg/day (0427) Kebutuhan Down Grade 2 ke 3 koperasi 1=MAX(0, (pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1-maks Teh G3 ke proses akhir koperasi 1)) Units: kg/day (0428) kebutuhan pucuk dari kebun anggota koperasi="kapasitas berjalan pabrik koperasi rata-rata" Units: kg/day (0429) kebutuhan pucuk dari kebun anggota koperasi 1="kapasitas berjalan pabrik koperasi rata-rata 1"
176
Units: kg/day (0430) kebutuhan pucuk dari kebun rakyat=MAX(0, "kapasitas berjalan pabrik rata-rata"-pengiriman pucuk ke pabrik ) Units: kg/day (0431) kebutuhan pucuk dari kebun sendiri="kapasitas berjalan pabrik rata-rata" Units: kg/day (0432) kebutuhan pucuk dari kebun sendiri 1="kapasitas berjalan pabrik rata-rata 1" Units: kg/day (0433) Ketersediaan teh G1 di pasar=1 Units: Dmnl (0434) Ketersediaan teh G2 di pasar=1 Units: Dmnl (0435) Ketersediaan teh G3 di pasar=1 Units: Dmnl (0436) koreksi daftar pesanan teh G1=(Daftar Pesanan Teh G1-daftar pesanan teh G1 yang dapat diterima)/waktu koreksi daftar pesanan teh G1 Units: kg/day (0437) koreksi daftar pesanan teh G1 1=(Daftar Pesanan Teh G1 1-daftar pesanan teh G1 yang dapat diterima 1)/waktu koreksi daftar pesanan teh G1 1 Units: kg/day (0438) koreksi daftar pesanan teh G2=(Daftar Pesanan Teh G2-daftar pesanan teh G2 yang dapat diterima)/waktu koreksi daftar pesanan teh G2 Units: kg/day (0439) koreksi daftar pesanan teh G2 1=(Daftar Pesanan Teh G2 1-daftar pesanan teh G2 yang dapat diterima 1)/waktu koreksi daftar pesanan teh G2 1 Units: kg/day (0440) koreksi daftar pesanan teh G3=(Daftar Pesanan Teh G3-daftar pesanan teh G3 yang dapat diterima)/waktu koreksi daftar pesanan teh G3 Units: kg/day (0441) koreksi daftar pesanan teh G3 1=(Daftar Pesanan Teh G3 1-daftar pesanan teh G3 yang dapat diterima 1)/waktu koreksi daftar pesanan teh G3 1 Units: kg/day (0442) koreksi persediaan teh G1 jadi=(persediaan teh G1jadi yang diinginkan-Persediaan Teh G1 Jadi)/waktu koreksi persediaan teh G1 jadi Units: kg/day (0443) koreksi persediaan teh G1 jadi 1=(persediaan teh G1jadi yang diinginkan 1-Persediaan Teh G1 Jadi 1)/waktu koreksi persediaan teh G1 jadi 1 Units: kg/day
177
(0444) koreksi persediaan teh G1 jadi koperasi=(persediaan teh G1jadi yang diinginkan koperasi-Persediaan Teh G1 Jadi Koperasi)/waktu koreksi persediaan teh G1 jadi koperasi Units: kg/day (0445) koreksi persediaan teh G1 jadi koperasi 1=(persediaan teh G1jadi yang diinginkan koperasi 1-Persediaan Teh G1 Jadi Koperasi 1)/waktu koreksi persediaan teh G1 jadi koperasi 1 Units: kg/day (0446) koreksi persediaan teh G2 jadi=(persediaan teh G2 jadi yang diinginkan-Persediaan Teh G2 Jadi)/waktu koreksi persediaan teh G2 jadi Units: kg/day (0447) koreksi persediaan teh G2 jadi 1=(persediaan teh G2 jadi yang diinginkan 1-Persediaan Teh G2 Jadi 1)/waktu koreksi persediaan teh G2 jadi 1 Units: kg/day (0448) koreksi persediaan teh G2 jadi koperasi=(persediaan teh G2 jadi yang diinginkan koperasi-Persediaan Teh G2 Jadi Koperasi)/waktu koreksi persediaan teh G2 jadi koperasi Units: kg/day (0449) koreksi persediaan teh G2 jadi koperasi 1=(persediaan teh G2 jadi yang diinginkan koperasi 1-Persediaan Teh G2 Jadi Koperasi 1)/waktu koreksi persediaan teh G2 jadi koperasi 1 Units: kg/day (0450) koreksi persediaan teh G3 jadi=(persediaan teh G3 jadi yang diinginkan-Persediaan Teh G3 Jadi)/waktu koreksi persediaan teh G3 jadi Units: kg/day (0451) koreksi persediaan teh G3 jadi 1=(persediaan teh G3 jadi yang diinginkan 1-Persediaan Teh G3 Jadi 1)/waktu koreksi persediaan teh G3 jadi 1 Units: kg/day (0452) koreksi persediaan teh G3 jadi koperasi=(persediaan teh G3 jadi yang diinginkan koperasi-Persediaan Teh G3 Jadi Koperasi)/waktu koreksi persediaan teh G3 jadi koperasi Units: kg/day (0453) koreksi persediaan teh G3 jadi koperasi 1=(persediaan teh G3 jadi yang diinginkan koperasi 0-Persediaan Teh G3 Jadi Koperasi 1)/waktu koreksi persediaan teh G3 jadi koperasi 1 Units: kg/day (0454) koreksi teh G1 dalam proses akhir=(teh G1 dalam proses akhir yang diinginkan-Teh G1 Dalam Proses Akhir)/waktu koreksi teh G1 dalam proses akhir Units: kg/day (0455) koreksi teh G1 dalam proses akhir 1=(teh G1 dalam proses akhir yang diinginkan 1-Teh G1 Dalam Proses Akhir 0)/waktu koreksi teh G1 dalam proses akhir 1 Units: kg/day
178
(0456) koreksi teh G1 dalam proses akhir koperasi=(teh G1 dalam proses akhir yang diinginkan koperasi-Teh G1 Dalam Proses Akhir Koperasi)/waktu koreksi teh G1 dalam proses akhir koperasi Units: kg/day (0457) koreksi teh G1 dalam proses akhir koperasi 1=(teh G1 dalam proses akhir yang diinginkan koperasi 1-Teh G1 Dalam Proses Akhir Koperasi 1)/waktu koreksi teh G1 dalam proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (0458) koreksi teh G2 dalam proses akhir=(teh G2 dalam proses akhir yang diinginkan-Teh G2 dalam Proses Akhir)/waktu koreksi teh G2 dalam proses akhir Units: kg/day (0459) koreksi teh G2 dalam proses akhir 1=(teh G2 dalam proses akhir yang diinginkan 1-Teh G2 dalam Proses Akhir 1) /waktu koreksi teh G2 dalam proses akhir 1 Units: kg/day (0460) koreksi teh G2 dalam proses akhir koperasi=(teh G2 dalam proses akhir yang diinginkan koperasi-Teh G2 dalam Proses Akhir Koperasi)/waktu koreksi teh G2 dalam proses akhir koperasi Units: kg/day (0461) koreksi teh G2 dalam proses akhir koperasi 1=(teh G2 dalam proses akhir yang diinginkan koperasi 1-Teh G2 dalam Proses Akhir Koperasi 1)/waktu koreksi teh G2 dalam proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (0462) koreksi teh G3 dalam proses akhir=(teh G3 dalam proses akhir yang diinginkan-Teh G3 dalam Proses Akhir)/waktu koreksi teh G3 dalam proses akhir Units: kg/day (0463) koreksi teh G3 dalam proses akhir 1=(teh G3 dalam proses akhir yang diinginkan 1-Teh G3 dalam Proses Akhir 1)/waktu koreksi teh G3 dalam proses akhir 1 Units: kg/day (0464) koreksi teh G3 dalam proses akhir koperasi=(teh G3 dalam proses akhir yang diinginkan koperasi-Teh G3 dalam Proses Akhir Koperasi)/waktu koreksi teh G3 dalam proses akhir koperasi Units: kg/day (0465) koreksi teh G3 dalam proses akhir koperasi 1=("teh G3 dalam proses akhir yang diinginkan koperasi\ 1"-Teh G3 dalam Proses Akhir Koperasi 1)/waktu koreksi teh G3 dalam proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (0466) laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi=Persediaan Teh G1 Jadi/waktu kadaluarsa Units: kg/day (0467) laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi 1=Persediaan Teh G1 Jadi 1/waktu kadaluarsa 1 Units: kg/day (0468) laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi koperasi=Persediaan Teh G1 Jadi Koperasi/waktu kadaluarsa di koperasi Units: kg/day
179
(0469) laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi koperasi 1=Persediaan Teh G1 Jadi Koperasi 1/waktu kadaluarsa di koperasi 1 Units: kg/day (0470) laju kadaluarsa teh G2 di pusat distribusi=Persediaan Teh G2 Jadi/waktu kadaluarsa Units: kg/day (0471) laju kadaluarsa teh G2 di pusat distribusi 1=Persediaan Teh G2 Jadi 1/waktu kadaluarsa 1 Units: kg/day (0472) laju kadaluarsa teh G2 di pusat distribusi koperasi=Persediaan Teh G2 Jadi Koperasi/waktu kadaluarsa di koperasi Units: kg/day (0473) laju kadaluarsa teh G2 di pusat distribusi koperasi 1=Persediaan Teh G2 Jadi Koperasi 1/waktu kadaluarsa di koperasi 1 Units: kg/day (0474) laju kadaluarsa teh G3 di pusat distribusi=Persediaan Teh G3 Jadi/waktu kadaluarsa Units: kg/day (0475) laju kadaluarsa teh G3 di pusat distribusi 0=Persediaan Teh G3 Jadi 1/waktu kadaluarsa 1 Units: kg/day (0476) laju kadaluarsa teh G3 di pusat distribusi koperasi=Persediaan Teh G3 Jadi Koperasi/waktu kadaluarsa di koperasi Units: kg/day (0477) laju kadaluarsa teh G3 di pusat distribusi koperasi 1=Persediaan Teh G3 Jadi Koperasi 1/waktu kadaluarsa di koperasi 1 Units: kg/day (0478) Laju Pemesanan teh G1 ke koperasi=MAX(0, (persediaan teh G1jadi yang diinginkan 1-Persediaan Teh G1 Jadi 1)/delay pemesanan teh G1 ke koperasi) Units: kg/day (0479) Laju Pemesanan teh G1 pembelian=MAX(0, ((persediaan teh G1jadi yang diinginkan-Persediaan Teh G1 Jadi)/delay pemesanan teh G1pembelian)* Ketersediaan teh G1 di pasar) Units: kg/day (0480) laju pemesanan teh G2 ke koperasi=MAX(0, (persediaan teh G2 jadi yang diinginkan 1-Persediaan Teh G2 Jadi 1)/delay pemesanan teh G2 ke koperasi) Units: kg/day (0481) laju pemesanan teh G2 pembelian=MAX(0, ((persediaan teh G2 jadi yang diinginkan-Persediaan Teh G2 Jadi )/delay pemesanan teh G2 pembelian)* Ketersediaan teh G2 di pasar) Units: kg/day (0482) laju pemesanan teh G3 ke koperasi=MAX(0, (persediaan teh G3 jadi yang diinginkan 1-Persediaan Teh G3 Jadi 1)/delay pemesanan teh G3 ke koperasi ) Units: kg/day
180
(0483) laju pemesanan teh G3 pembelian=MAX(0, ((persediaan teh G3 jadi yang diinginkan-Persediaan Teh G3 Jadi)/delay pemesanan teh G3 pembelian)* Ketersediaan teh G3 di pasar) Units: kg/day (0484) Likuiditas kebun rakyat anggota koperasi=Kas Kebun Rakyat Anggota Koperasi/Kas yang Dibutuhkan kebun rakyat anggota koperasi Units: Dmnl (0485) Likuiditas kebun rakyat anggota koperasi 1=Kas Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1/Kas yang Dibutuhkan kebun rakyat anggota koperasi 1 Units: Dmnl (0486) Likuiditas kebun rakyat mitra=Kas Kebun Rakyat Mitra/Kas yang dibutuhkan kebun rakyat mitra Units: Dmnl (0487) Likuiditas koperasi=Kas koperasi/Kas yang Dibutuhkan koperasi Units: Dmnl (0488) Likuiditas koperasi 1=Kas koperasi 1/Kas yang Dibutuhkan koperasi 1 Units: Dmnl (0489) Likuiditas perusahaan=Kas Perusahaan/Kas yang Dibutuhkan Units: Dmnl (0490) Likuiditas perusahaan 1=Kas Perusahaan 1/Kas yang Dibutuhkan 1 Units: Dmnl (0491) luas produktif kebun anggota=600 Units: Ha (0492) luas produktif kebun anggota 1=600 Units: Ha (0493) luas produktif kebun rakyat mitra=200 Units: Ha (0494) luas produktif kebun sendiri=1477 Units: Ha (0495) luas produktif kebun sendiri 1=1477 Units: Ha (0496) Maks Down Grade 1 ke 2=maks Teh G1 ke proses akhir-Teh G1 menuju proses akhir Units: kg/day (0497) Maks Down Grade 1 ke 2 1=maks Teh G1 ke proses akhir 1-Teh G1 menuju proses akhir 1 Units: kg/day (0498) Maks Down Grade 1 ke 2 koperasi=maks Teh G1 ke proses akhir koperasi-Teh G1 menuju proses akhir di koperasi Units: kg/day (0499) Maks Down Grade 1 ke 2 koperasi 1=maks Teh G1 ke proses akhir koperasi 1-Teh G1 menuju proses akhir di koperasi 1 Units: kg/day (0500) Maks Down Grade 2 ke 3=maks Teh G2 ke proses akhir-Teh G2 menuju proses akhir Units: kg/day
181
(0501) Maks Down Grade 2 ke 3 1=maks Teh G2 ke proses akhir 1-Teh G2 menuju proses akhir 1 Units: kg/day (0502) Maks Down Grade 2 ke 3 koperasi=maks Teh G2 ke proses akhir koperasi-Teh G2 menuju proses akhir koperasi Units: kg/day (0503) Maks Down Grade 2 ke 3 koperasi 1=maks Teh G2 ke proses akhir koperasi 1-Teh G2 menuju proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (0504) maks Teh G1 ke proses akhir=Teh G1 Curah/waktu tunggu Teh G1 curah Units: kg/day (0505) maks Teh G1 ke proses akhir 1=Teh G1 Curah 0/waktu tunggu Teh G1 curah 1 Units: kg/day (0506) maks Teh G1 ke proses akhir koperasi=Teh G1 Curah Koperasi/waktu tunggu Teh G1 curah koperasi Units: kg/day (0507) maks Teh G1 ke proses akhir koperasi 1=Teh G1 Curah Koperasi 1/waktu tunggu Teh G1 curah koperasi 1 Units: kg/day (0508) maks Teh G2 ke proses akhir=Teh G2 Curah/waktu tunggu Teh G2 Curah Units: kg/day (0509) maks Teh G2 ke proses akhir 1=Teh G2 Curah 1/waktu tunggu Teh G2 Curah 1 Units: kg/day (0510) maks Teh G2 ke proses akhir koperasi=Teh G2 Curah Koperasi/waktu tunggu Teh G2 Curah koperasi Units: kg/day (0511) maks Teh G2 ke proses akhir koperasi 1=Teh G2 Curah Koperasi 1/waktu tunggu Teh G2 Curah koperasi 1 Units: kg/day (0512) maks Teh G3 ke proses akhir=Teh G3 Curah/waktu tunggu Teh G3 Curah Units: kg/day (0513) maks Teh G3 ke proses akhir 1=Teh G3 Curah 1/waktu tunggu Teh G3 Curah 1 Units: kg/day (0514) maks Teh G3 ke proses akhir koperasi=Teh G3 Curah Koperasi/waktu tunggu Teh G3 Curah koperasi Units: kg/day (0515) maks Teh G3 ke proses akhir koperasi 1=Teh G3 Curah Koperasi 1/waktu tunggu Teh G3 Curah koperasi 1 Units: kg/day (0516) maksimum pengiriman teh G1=Persediaan Teh G1 Jadi/waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum Units: kg/day
182
(0517) maksimum pengiriman teh G1 1=Persediaan Teh G1 Jadi 1/waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum 1 Units: kg/day (0518) maksimum pengiriman teh G1 koperasi=Persediaan Teh G1 Jadi Koperasi/waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum koperasi Units: kg/day (0519) maksimum pengiriman teh G1 koperasi 1=Persediaan Teh G1 Jadi Koperasi 1/waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum koperasi 1 Units: kg/day (0520) maksimum pengiriman teh G2=Persediaan Teh G2 Jadi/waktu pengolahan pesanan teh G2 minimum Units: kg/day (0521) maksimum pengiriman teh G2 1=Persediaan Teh G2 Jadi 1/waktu pengolahan pesanan teh G2 minimum 1 Units: kg/day (0522) maksimum pengiriman teh G2 koperasi=Persediaan Teh G2 Jadi Koperasi/waktu pengolahan pesanan teh G2 minimum koperasi Units: kg/day (0523) maksimum pengiriman teh G2 koperasi 1=Persediaan Teh G2 Jadi Koperasi 1/waktu pengolahan pesanan teh G2 minimum koperasi 1 Units: kg/day (0524) maksimum pengiriman teh G3=Persediaan Teh G3 Jadi/waktu pengolahan pesanan teh G3 minimum Units: kg/day (0525) maksimum pengiriman teh G3 1=Persediaan Teh G3 Jadi 1/waktu pengolahan pesanan teh G3 minimum 1 Units: kg/day (0526) maksimum pengiriman teh G3 koperasi=Persediaan Teh G3 Jadi Koperasi/waktu pengolahan pesanan teh G3 minimum koperasi Units: kg/day (0527) maksimum pengiriman teh G3 koperasi 1=Persediaan Teh G3 Jadi Koperasi 1/waktu pengolahan pesanan teh G3 minimum koperasi 1 Units: kg/day (0528) maksimum teh G1 keluar dari proses akhir=Teh G1 Dalam Proses Akhir/waktu untuk proses akhir teh G1 Units: kg/day (0529) maksimum teh G1 keluar dari proses akhir 1=Teh G1 Dalam Proses Akhir 0/waktu untuk proses akhir teh G1 1 Units: kg/day (0530) maksimum teh G1 keluar dari proses akhir koperasi=Teh G1 Dalam Proses Akhir Koperasi/waktu untuk proses akhir teh G1 koperasi Units: kg/day (0531) maksimum teh G1 keluar dari proses akhir koperasi 1=Teh G1 Dalam Proses Akhir Koperasi 1/waktu untuk proses akhir teh G1 koperasi 1 Units: kg/day (0532) maksimum teh G2 keluar dari proses akhir=Teh G2 dalam Proses Akhir/waktu untuk proses akhir teh G2 Units: kg/day
183
(0533) maksimum teh G2 keluar dari proses akhir 1=Teh G2 dalam Proses Akhir 1/waktu untuk proses akhir teh G2 1 Units: kg/day (0534) maksimum teh G2 keluar dari proses akhir koperasi=Teh G2 dalam Proses Akhir Koperasi/waktu untuk proses akhir teh G2 koperasi Units: kg/day (0535) maksimum teh G2 keluar dari proses akhir koperasi 1=Teh G2 dalam Proses Akhir Koperasi 1/waktu untuk proses akhir teh G2 koperasi 1 Units: kg/day (0536) maksimum teh G3 keluar dari proses akhir=Teh G3 dalam Proses Akhir/waktu untuk proses akhir teh G3 Units: kg/day (0537) maksimum teh G3 keluar dari proses akhir 1=Teh G3 dalam Proses Akhir 1/waktu untuk proses akhir teh G3 1 Units: kg/day (0538) maksimum teh G3 keluar dari proses akhir koperasi=Teh G3 dalam Proses Akhir Koperasi/waktu untuk proses akhir teh G3 koperasi Units: kg/day (0539) maksimum teh G3 keluar dari proses akhir koperasi 1=Teh G3 dalam Proses Akhir Koperasi 1/waktu untuk proses akhir teh G3 koperasi 1 Units: kg/day (0540) masa kerja pemetik kebun anggota rata2=365 Units: day (0541) masa kerja pemetik kebun anggota rata2 1=365 Units: day (0542) "masa kerja pemetik kebun rakyat rata-rata"=365 Units: day (0543) masa kerja pemetik kebun sendiri rata2=365 Units: day (0544) masa kerja pemetik kebun sendiri rata2 0=365 Units: day (0545) masa kerja pemetik kebun sendiri rata2 1=365 Units: day (0546) masa kerja tenaga kerja pabrik koperasi rata2=1100 Units: day (0547) masa kerja tenaga kerja pabrik koperasi rata2 1=1100 Units: day (0548) masa kerja tenaga kerja pabrik rata2=1100 Units: day (0549) masa kerja tenaga kerja pabrik rata2 1= 1100 Units: day (0550) mulai RAMP teh G1=10 Units: day [0,1825] (0551) mulai RAMP teh G1 1=10 Units: day [0,1825] (0552) mulai RAMP teh G2=10 Units: day [0,1825] (0553) mulai RAMP teh G2 1=10
184
Units: day [0,1825] (0554) mulai RAMP teh G3=10 Units: day [0,1825] (0555) mulai RAMP teh G3 1=10 Units: day [0,1825] (0556) nilai input=biaya pembelian teh+Biaya Penjualan Total+biaya pucuk kebun rakyat+Biaya Total Bahan Panen dan Transportasi+biaya total input pengolahan+biaya total input pemeliharaan Units: Rp/day (0557) nilai input 1=biaya pembelian teh semua grade dr koperasi 1+Biaya Penjualan Total 1+Biaya Total Bahan Panen dan Transportasi 1+biaya total input pengolahan 1 +biaya total input pemeliharaan 1 Units: Rp/day (0558) nilai input kebun rakyat anggota koperasi=biaya total bahan panen kebun rakyat anggota koperasi+biaya total input pemeliharan kebun rakyat anggota koperasi Units: Rp/day (0559) nilai input kebun rakyat anggota koperasi 1=biaya total bahan dan transportasi panen kebun rakyat anggota koperasi 1+biaya total input pemeliharan kebun rakyat anggota koperasi 1 Units: Rp/day (0560) nilai input kebun rakyat mitra=biaya total bahan dan transportasi panen kebun rakyat mitra+biaya total input pemeliharan kebun rakyat mitra Units: Rp/day (0561) nilai input koperasi=Biaya Penjualan Total di koperasi+Biaya Total Transportasi di anggota koperasi+biaya total input pengolahan di koperasi Units: Rp/day (0562) nilai input koperasi 1=Biaya Penjualan Total di koperasi 1+biaya total input pengolahan di koperasi 1 Units: Rp/day (0563) nilai tambah kebun rakyat anggota koperasi=pendapatan kebun rakyat anggota koperasi-nilai input kebun rakyat anggota koperasi Units: Rp/day (0564) nilai tambah kebun rakyat anggota koperasi 1=pendapatan kebun rakyat anggota koperasi 1-nilai input kebun rakyat anggota koperasi 1 Units: Rp/day (0565) nilai tambah kebun rakyat anggota koperasi per hektar =nilai tambah kebun rakyat anggota koperasi/luas produktif kebun anggota Units: Rp/day/Ha (0566) nilai tambah kebun rakyat anggota koperasi per hektar 1 =nilai tambah kebun rakyat anggota koperasi 1/luas produktif kebun anggota 1
185
Units: Rp/day/Ha (0567) nilai tambah kebun rakyat mitra=pendapatan kebun rakyat mitranilai input kebun rakyat mitra Units: Rp/day (0568) nilai tambah kebun rakyat mitra per hektar=nilai tambah kebun rakyat mitra/luas produktif kebun rakyat mitra Units: Rp/day/Ha (0569) nilai tambah koperasi=pendapatan koperasi-nilai input koperasi Units: Rp/day (0570) nilai tambah koperasi 1= pendapatan koperasi 1-nilai input koperasi 1 Units: Rp/day (0571) nilai tambah perusahaan=pendapatan-nilai input Units: Rp/day (0572) nilai tambah perusahaan 1=pendapatan 1-nilai input 1 Units: Rp/day (0573) nilai tambah perusahaan per hektar=nilai tambah perusahaan/luas produktif kebun sendiri Units: Rp/(Ha*day) (0574) nilai tambah perusahaan per hektar 1=nilai tambah perusahaan 1/luas produktif kebun sendiri 1 Units: Rp/(Ha*day) (0575) nilai tukar US$=9295 Units: Rp/US $ (0576) nilai tukar US$ 1=9295 Units: Rp/US $ (0577) pangsa pasar teh G1= daya tarik teh G1/daya tarik total pasar teh G1 Units: Dmnl (0578) pangsa pasar teh G1 1=daya tarik teh G1 1/daya tarik total pasar teh G1 1 Units: Dmnl (0579) pangsa pasar teh G2=daya tarik teh G2/daya tarik total pasar teh G2 Units: Dmnl (0580) pangsa pasar teh G2 1=daya tarik teh G2 1/daya tarik total pasar teh G2 1 Units: Dmnl (0581) pangsa pasar teh G3=daya tarik teh G3/daya tarik total pasar teh G3 Units: Dmnl (0582) pangsa pasar teh G3 1=daya tarik teh G3 1/daya tarik total pasar teh G3 1 Units: Dmnl (0583) pasokan teh G1 ke proses akhir=Teh G1 menuju proses akhir+tambahan teh G1 menuju proses akhir Units: kg/day (0584) pasokan teh G1 ke proses akhir 1=Teh G1 menuju proses akhir 1+tambahan teh G1 menuju proses akhir 1
186
Units: kg/day (0585) pasokan teh G1 ke proses akhir koperasi=Teh G1 menuju proses akhir di koperasi Units: kg/day (0586) pasokan teh G1 ke proses akhir koperasi 1=Teh G1 menuju proses akhir di koperasi 1 Units: kg/day (0587) pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir=MAX(0, Prakiraan Pesanan Teh G1+koreksi teh G1 dalam proses akhir ) Units: kg/day (0588) pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir 1=MAX(0, Prakiraan Pesanan Teh G1 1+koreksi teh G1 dalam proses akhir 1 ) Units: kg/day (0589) pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir koperasi=MAX(0, Prakiraan Pesanan Teh G1 koperasi+koreksi teh G1 dalam proses akhir koperasi) Units: kg/day (0590) pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1=MAX(0, Prakiraan Pesanan Teh G1 koperasi 1+koreksi teh G1 dalam proses akhir koperasi 1 ) Units: kg/day (0591) pasokan teh G2 ke proses akhir=Teh G2 menuju proses akhir+tambahan teh G2 menuju proses akhir Units: kg/day (0592) pasokan teh G2 ke proses akhir 1=Teh G2 menuju proses akhir 1+tambahan teh G2 menuju proses akhir 1 Units: kg/day (0593) pasokan teh G2 ke proses akhir koperasi=Teh G2 menuju proses akhir koperasi Units: kg/day (0594) pasokan teh G2 ke proses akhir koperasi 1=Teh G2 menuju proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (0595) pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir=MAX(0, Prakiraan Pesanan Teh G2+koreksi teh G2 dalam proses akhir ) Units: kg/day (0596) pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir 1=MAX(0, Prakiraan Pesanan Teh G2 1+koreksi teh G2 dalam proses akhir 1 ) Units: kg/day (0597) pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir koperasi=MAX(0, Prakiraan Pesanan Teh G2 koperasi+koreksi teh G2 dalam proses akhir koperasi) Units: kg/day (0598) pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1=MAX(0, Prakiraan Pesanan Teh G2 koperasi 1+koreksi teh G2 dalam proses akhir koperasi 1) Units: kg/day (0599) pasokan teh G3 ke proses akhir=Teh G3 menuju proses akhir
187
Units: kg/day (0600) pasokan teh G3 ke proses akhir 1=Teh G3 menuju proses akhir 1 Units: kg/day (0601) pasokan teh G3 ke proses akhir koperasi=Teh G3 menuju proses akhir koperasi Units: kg/day (0602) pasokan teh G3 ke proses akhir koperasi 1=Teh G3 menuju proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (0603) pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir=MAX(0, Prakiraan Pesanan Teh G3+koreksi teh G3 dalam proses akhir ) Units: kg/day (0604) pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir 1=MAX(0, Prakiraan Pesanan Teh G3 1+koreksi teh G3 dalam proses akhir 1 ) Units: kg/day (0605) pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir koperasi=MAX(0, Prakiraan Pesanan Teh G3 koperasi+koreksi teh G3 dalam proses akhir koperasi) Units: kg/day (0606) pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1=MAX(0, Prakiraan Pesanan Teh G3 koperasi 1+koreksi teh G3 dalam proses akhir koperasi 1) Units: kg/day (0607) pasokan teh yang diinginkan=(pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir+pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir+pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir)/fraksi konversi pucuk ke teh Units: kg/day (0608) pasokan teh yang diinginkan 1=(pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir 1+pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir 1+pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir 1)/fraksi konversi pucuk ke teh 1 Units: kg/day (0609) pasokan teh yang diinginkan koperasi=(pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir koperasi+pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir koperasi+pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir koperasi)/fraksi konversi pucuk ke teh di pabrik koperasi Units: kg/day (0610) pasokan teh yang diinginkan koperasi 1=(pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1+pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1+pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1)/fraksi konversi pucuk ke teh di pabrik koperasi 1 Units: kg/day (0611) Pembayaran kas lain koperasi=MAX(0, Keuntungan koperasi ) Units: Rp/day (0612) Pembayaran kas lain koperasi 1=MAX(0, Keuntungan koperasi 1)
188
Units: Rp/day (0613) Pembayaran Total yg Dibutuhkan=Biaya Umum Total+Biaya Penjualan Total+Biaya kadaluarsa Total+Biaya Produksi+biaya total persediaan+biaya total pengolahan teh Units: Rp/day (0614) Pembayaran Total yg Dibutuhkan 1=Biaya Umum Total 1+Biaya Penjualan Total 1+Biaya Kadaluarsa Total 1+Biaya Produksi 1+biaya total persediaan 1+biaya total pengolahan teh 1 Units: Rp/day (0615) Pembayaran Total yg Dibutuhkan Kebun Rakyat Anggota Koperasi=biaya panen kebun rakyat anggota koperasi+biaya pemeliharaan kebun rakyat total anggota koperasi+biaya pengawasan kebun rakyat anggota koperasi total Units: Rp/day (0616) Pembayaran Total yg Dibutuhkan Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1=biaya panen kebun rakyat anggota koperasi 1+biaya pemeliharaan kebun rakyat total anggota koperasi 1+biaya pengawasan kebun rakyat anggota koperasi total 1 Units: Rp/day (0617) Pembayaran total yg dibutuhkan kebun rakyat mitra=biaya panen kebun rakyat mitra+biaya pemeliharaan total kebun rakyat mitra+biaya pengawasan total kebun rakyat mitra Units: Rp/day (0618) Pembayaran Total yg Dibutuhkan koperasi=Biaya Umum Total di koperasi+Biaya Penjualan Total di koperasi+Biaya kadaluarsa Total operasi+biaya total persediaan di koperasi+biaya total pengolahan teh di koperasi+Biaya Pucuk Kebun anggota koperasi Units: Rp/day (0619) Pembayaran Total yg Dibutuhkan koperasi 1=Biaya Umum Total di koperasi 1+Biaya Penjualan Total di koperasi 1+Biaya kadaluarsa total operasi 1+Biaya Pucuk Kebun anggota koperasi 1+biaya total persediaan di koperasi 1+biaya total pengolahan teh di koperasi 1 Units: Rp/day (0620) pembelian pucuk kebun rakyat anggota koperasi=harga pembelian pucuk kebun rakyat anggota koperasi*pemetikan di kebun anggota Units: Rp/day (0621) pemenuhan pemesanan teh G2 dari koperasi=pengiriman teh G2 koperasi Units: kg/day (0622) pemenuhan pemesanan teh G2 dari pembelian=teh G2 hasil pembelian Units: kg/day (0623) pemenuhan pesanan teh G1=pengiriman teh G1 Units: kg/day (0624) pemenuhan pesanan teh G1 1=pengiriman teh G1 1 Units: kg/day
189
(0625) Pemenuhan Pesanan teh G1 dari koperasi=pengiriman teh G1 koperasi Units: kg/day (0626) Pemenuhan Pesanan teh G1 dari pembelian=Teh G1 hasil Pembelian Units: kg/day (0627) pemenuhan pesanan teh G2=pengiriman teh G2 Units: kg/day (0628) pemenuhan pesanan teh G2 1=pengiriman teh G2 1 Units: kg/day (0629) pemesanan teh G3 dari koperasi=pengiriman teh G3 koperasi Units: kg/day (0630) pemesanan teh G3 dari pembelian=teh G3 hasil pembelian Units: kg/day (0631) pemetikan di kebun anggota=MIN(potensi pucuk terpetik di kebun anggota, kapasitas pemetikan kebun anggota ) Units: kg/day (0632) pemetikan di kebun anggota 1=MIN(potensi pucuk terpetik di kebun anggota 1, kapasitas pemetikan kebun anggota 1) Units: kg/day (0633) pemetikan di kebun rakyat=MIN(potensi pucuk terpetik di kebun rakyat, kapasitas pemetikan kebun rakyat) Units: kg/day (0634) pemetikan di kebun sendiri=MIN(potensi pucuk terpetik di kebun sendiri, kapasitas pemetikan kebun sendiri) Units: kg/day (0635) pemetikan di kebun sendiri 1=MIN(potensi pucuk terpetik di kebun sendiri 1, kapasitas pemetikan kebun sendiri 1) Units: kg/day (0636) pemetikan yang diinginkan kebun rakyat=MIN(potensi pucuk terpetik di kebun rakyat, kebutuhan pucuk dari kebun rakyat) Units: kg/day (0637) pendapatan=pendapatan teh G1+pendapatan teh G2+pendapatan teh G3 Units: Rp/day (0638) pendapatan 0=pendapatan teh G1 0+pendapatan teh G2 0+pendapatan teh G3 0 Units: Rp/day (0639) pendapatan 1=pendapatan teh G1 1+pendapatan teh G2 1+pendapatan teh G3 1 Units: Rp/day (0640) pendapatan kebun rakyat anggota koperasi=penerimaan dari penyerahan pucuk ke koperasi+bagi hasil yang diberikan kepada kebun rakyat anggota anggota koperasi Units: Rp/day
190
(0641) pendapatan kebun rakyat anggota koperasi 1=penerimaan dari penjualan pucuk ke koperasi Units: Rp/day (0642) pendapatan kebun rakyat mitra=penjualan pucuk kebun rakyat ke pabrik*harga penjualan pucuk kebun rakyat Units: Rp/day (0643) pendapatan koperasi=pendapatan teh G1 koperasi+pendapatan teh G2 koperasi+pendapatan teh G3 koperasi Units: Rp/day (0644) pendapatan koperasi 1=pendapatan teh G1 koperasi +pendapatan teh G2 koperasi 1+pendapatan teh G3 koperasi 1 Units: Rp/day (0645) pendapatan teh G1="harga teh G1 (Rp)"*pengiriman teh G1 Units: Rp/day (0646) pendapatan teh G1 0=harga teh G1 0 0*pengiriman teh G1 1 Units: Rp/day (0647) pendapatan teh G1 1="harga teh G1 (Rp) 1"*pengiriman teh G1 1 Units: Rp/day (0648) pendapatan teh G1 koperasi=harga teh G1 koperasi*pengiriman teh G1 koperasi Units: Rp/day (0649) pendapatan teh G1 koperasi 1=harga teh G1 koperasi 1*pengiriman teh G1 koperasi 1 Units: Rp/day (0650) pendapatan teh G2="harga teh G2 (Rp)"*pengiriman teh G2 Units: Rp/day (0651) pendapatan teh G2 0=harga teh G2 0 0*pengiriman teh G2 1 Units: Rp/day (0652) pendapatan teh G2 1="harga teh G2 (Rp) 1"*pengiriman teh G2 1 Units: Rp/day (0653) pendapatan teh G2 koperasi=harga teh G2 koperasi*pengiriman teh G2 koperasi Units: Rp/day (0654) pendapatan teh G2 koperasi 1=harga teh G2 koperasi 1*pengiriman teh G2 koperasi 1 Units: Rp/day (0655) pendapatan teh G3="harga teh G3 (Rp)"*pengiriman teh G3 Units: Rp/day (0656) pendapatan teh G3 0=harga teh G3 0 0*pengiriman teh G3 1 Units: Rp/day (0657) pendapatan teh G3 1="harga teh G3 (Rp) 1"*pengiriman teh G3 1 Units: Rp/day (0658) pendapatan teh G3 koperasi=harga teh G3 koperasi*pengiriman teh G3 koperasi Units: Rp/day (0659) pendapatan teh G3 koperasi 1= harga teh G3 koperasi 1*pengiriman teh G3 koperasi 1 Units: Rp/day
191
(0660) penerimaan dari penjualan pucuk ke koperasi=penjualan pucuk ke pabrik koperasi 1*harga penjualan pucuk kebun rakyat angota koperasi 1 Units: Rp/day (0661) penerimaan dari penyerahan pucuk ke koperasi=pengiriman pucuk ke pabrik koperasi*harga pembelian pucuk kebun rakyat anggota koperasi Units: Rp/day (0662) pengangkatan tenaga kerja pabrik koperasi=pengangkatan tenaga kerja pabrik koperasiyang diinginkan*fraksi ketersediaan tenaga kerja pabrik koperasi Units: Population/day (0663) pengangkatan tenaga kerja pabrik koperasi 1=pengangkatan tenaga kerja pabrik koperasiyang diinginkan 1*fraksi ketersediaan tenaga kerja pabrik koperasi 1 Units: Population/day (0664) pengangkatan tenaga kerja pabrik koperasiyang diinginkan=penyesuaian jumlah tenaga kerja pabrik koperasi+pengurangan tenaga kerja pabrik koperasi yang diharapkan Units: Population/day (0665) pengangkatan tenaga kerja pabrik koperasiyang diinginkan 1=penyesuaian jumlah tenaga kerja pabrik koperasi 1+pengurangan tenaga kerja pabrik koperasi yang diharapkan 1 Units: Population/day (0666) pengangkatan tenaga kerja pabrik yang diinginkan=penyesuaian jumlah tenaga kerja pabrik+pengurangan tenaga kerja pabrik yang diharapkan Units: Population/day (0667) pengangkatan tenaga kerja pabrik yang diinginkan 1=penyesuaian jumlah tenaga kerja pabrik 1+pengurangan tenaga kerja pabrik yang diharapkan 1 Units: Population/day (0668) pengangkatan tenaga pemetik kebun anggota=pengangkatan tenaga pemetik kebun anggota yang diinginkan*fraksi ketersediaan tenaga kerja di kebun anggota Units: Population/day (0669) pengangkatan tenaga pemetik kebun anggota 1=pengangkatan tenaga pemetik kebun anggota yang diinginkan 1*fraksi ketersediaan tenaga kerja di kebun anggota 1 Units: Population/day (0670) pengangkatan tenaga pemetik kebun anggota yang diinginkan=penyesuaian jumlah pemetik kebun anggota+pengurangan pemetik yang diharapkan di kebun anggota Units: Population/day
192
(0671) pengangkatan tenaga pemetik kebun anggota yang diinginkan 1=penyesuaian jumlah pemetik kebun anggota 1+pengurangan pemetik yang diharapkan di kebun anggota 1 Units: Population/day (0672) pengangkatan tenaga pemetik kebun rakyat=jumlah pengangkatan pemetik kebun rakyat yang diinginkan*fraksi ketersediaan pemetik kebun rakyat Units: Population/day (0673) pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri=pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri yang diinginkan*fraksi ketersediaan tenaga kerja Units: Population/day (0674) pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri 0=(Jumlah Pemetik Kebun Sendiri 0*fraksi pengangkatan tenaga pemetik 0)+Pengangkatan tenaga pemetik tambahan kebun sendiri 0 Units: Population/day (0675) pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri 1=pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri yang diinginkan 1*fraksi ketersediaan tenaga kerja 1 Units: Population/day (0676) pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri yang diinginkan=penyesuaian jumlah pemetik kebun sendiri+pengurangan pemetik yang diharapkan Units: Population/day (0677) pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri yang diinginkan 1=penyesuaian jumlah pemetik kebun sendiri 1+pengurangan pemetik yang diharapkan 1 Units: Population/day (0678) Pengangkatan tenaga pemetik tambahan kebun sendiri 0=(jumlah pemetik yang diinginkan kebun sendiri 0-Jumlah Pemetik Kebun Sendiri 0)/waktu pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri 0 Units: Population/day (0679) pengangkatan tenagakerja pabrik=pengangkatan tenaga kerja pabrik yang diinginkan*fraksi ketersediaan tenaga kerja pabrik Units: Population/day (0680) pengangkatan tenagakerja pabrik 1=pengangkatan tenaga kerja pabrik yang diinginkan 1*fraksi ketersediaan tenaga kerja pabrik 1 Units: Population/day (0681) pengeluaran lain kas kebun rakyat anggota koperasi=MAX(0, Keuntungan Kebun Rakyat Anggota Koperasi) Units: Rp/day (0682) pengeluaran lain kas kebun rakyat anggota koperasi 1=MAX(0, Keuntungan Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1) Units: Rp/day (0683) pengeluaran lain kas kebun rakyat mitra=MAX(0, Keuntungan Kebun Rakyat Mitra) Units: Rp/day (0684) Pengeluaran Lain Kas Perusahaan=MAX(0, Keuntungan Perusahaan )
193
Units: Rp/day (0685) Pengeluaran Lain Kas Perusahaan 1=MAX(0, Keuntungan Perusahaan 1 ) Units: Rp/day (0686) pengiriman pucuk ke pabrik=pemetikan di kebun sendiri*fraksi pucuk kebun sendiri terkirim ke pabrik Units: kg/day (0687) pengiriman pucuk ke pabrik 1=pemetikan di kebun sendiri 1*fraksi pucuk kebun sendiri terkirim ke pabrik 1 Units: kg/day (0688) pengiriman pucuk ke pabrik koperasi=pemetikan di kebun anggota*fraksi pucuk kebun anggota terkirim ke pabrik koperasi Units: kg/day (0689) pengiriman teh G1=MIN(maksimum pengiriman teh G1, pengiriman teh G1 yang diinginkan) Units: kg/day (0690) pengiriman teh G1 1=MIN(maksimum pengiriman teh G1 1, pengiriman teh G1 yang diinginkan 0) Units: kg/day (0691) pengiriman teh G1 koperasi=MIN(maksimum pengiriman teh G1 koperasi, Laju Pemesanan teh G1 ke koperasi) Units: kg/day (0692) pengiriman teh G1 koperasi 1=MIN(maksimum pengiriman teh G1 koperasi 1, Laju Pemesanan teh G1 ke koperasi) Units: kg/day (0693) pengiriman teh G1 yang diinginkan=Daftar Pesanan Teh G1/target waktu penyampaian teh G1 Units: kg/day (0694) pengiriman teh G1 yang diinginkan 0=Daftar Pesanan Teh G1 1/target waktu penyampaian teh G1 1 Units: kg/day (0695) pengiriman teh G2=MIN(maksimum pengiriman teh G2, pengiriman teh G2 yang diinginkan) Units: kg/day (0696) pengiriman teh G2 1=MIN(maksimum pengiriman teh G2 1, pengiriman teh G2 yang diinginkan 1) Units: kg/day (0697) pengiriman teh G2 koperasi=MIN(maksimum pengiriman teh G2 koperasi, laju pemesanan teh G2 ke koperasi) Units: kg/day (0698) pengiriman teh G2 koperasi 1=MIN(maksimum pengiriman teh G2 koperasi 1, laju pemesanan teh G2 ke koperasi) Units: kg/day (0699) pengiriman teh G2 yang diinginkan=Daftar Pesanan Teh G2/target waktu penyampaian teh G2 Units: kg/day (0700) pengiriman teh G2 yang diinginkan 1=Daftar Pesanan Teh G2 1/target waktu penyampaian teh G2 1 Units: kg/day
194
(0701) pengiriman teh G3=MIN(maksimum pengiriman teh G3, pengiriman teh G3 yang diinginkan ) Units: kg/day (0702) pengiriman teh G3 1=MIN(maksimum pengiriman teh G3 1, pengiriman teh G3 yang diinginkan 1 ) Units: kg/day (0703) pengiriman teh G3 koperasi=MIN(maksimum pengiriman teh G3 koperasi, laju pemesanan teh G3 ke koperasi) Units: kg/day (0704) pengiriman teh G3 koperasi 1=MIN(maksimum pengiriman teh G3 koperasi 1, laju pemesanan teh G3 ke koperasi ) Units: kg/day (0705) pengiriman teh G3 yang diinginkan=Daftar Pesanan Teh G3/target waktu pengiriman teh G3 Units: kg/day (0706) pengiriman teh G3 yang diinginkan 1=Daftar Pesanan Teh G3 1/target waktu pengiriman teh G3 1 Units: kg/day (0707) pengolahan teh semua grade=teh G1 keluar dari proses akhir+teh G2 keluar dari proses akhir+teh G3 keluar dari proses akhir Units: kg/day (0708) pengolahan teh semua grade 1= teh G1 keluar dari proses akhir 1+teh G2 keluar dari proses akhir 1+teh G3 keluar dari proses akhir 1 Units: kg/day (0709) pengolahan teh semua grade di koperasi=teh G1 keluar dari proses akhir koperasi+teh G2 keluar dari proses akhir koperasi'+teh G3 keluar dari proses akhir koperasi Units: kg/day (0710) pengolahan teh semua grade di koperasi 1=teh G1 keluar dari proses akhir koperasi 1+teh G2 keluar dari proses akhir koperasi 1+teh G3 keluar dari proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (0711) pengurangan pemetik yang diharapkan=tenaga pemetik kebun sendiri keluar Units: Population/day (0712) pengurangan pemetik yang diharapkan 1=tenaga pemetik kebun sendiri keluar 1 Units: Population/day (0713) pengurangan pemetik yang diharapkan di kebun anggota=tenaga pemetik kebun anggota keluar Units: Population/day (0714) pengurangan pemetik yang diharapkan di kebun anggota 1=tenaga pemetik kebun anggota keluar 1 Units: Population/day (0715) pengurangan tenaga kerja pabrik koperasi yang diharapkan=tenaga kerja pabrik koperasi keluar Units: Population/day
195
(0716) pengurangan tenaga kerja pabrik koperasi yang diharapkan 1=tenaga kerja pabrik koperasi keluar 1 Units: Population/day (0717) pengurangan tenaga kerja pabrik yang diharapkan= tenaga kerja pabrik keluar Units: Population/day (0718) pengurangan tenaga kerja pabrik yang diharapkan 1=tenaga kerja pabrik keluar 1 Units: Population/day (0719) pengurangan tenaga pemetik kebun rakyat yang diharapkan=tenaga pemetik kebun rakyat keluar Units: Population/day (0720) penjualan pucuk ke pabrik koperasi 1=pemetikan di kebun anggota 1*fraksi pucuk kebun anggota terkirim ke pabrik koperasi 1 Units: kg/day (0721) penjualan pucuk kebun rakyat ke pabrik=pemetikan di kebun rakyat*fraksi pucuk kebun rakyat terkirim ke pabrik Units: kg/day (0722) penjualan semua grade=pengiriman teh G1+pengiriman teh G2+pengiriman teh G3 Units: kg/day (0723) penjualan semua grade 1=pengiriman teh G1 1+pengiriman teh G2 1+pengiriman teh G3 1 Units: kg/day (0724) penjualan semua grade di koperasi=pengiriman teh G1 koperasi+pengiriman teh G2 koperasi+pengiriman teh G3 koperasi Units: kg/day (0725) penjualan semua grade di koperasi 1=pengiriman teh G1 koperasi 1+pengiriman teh G2 koperasi 1+pengiriman teh G3 koperasi 1 Units: kg/day (0726) penyesuaian jumlah pemetik kebun anggota= (jumlah pemetik yang diinginkan kebun anggota-Jumlah Pemetik Kebun Anggota Koperasi)/waktu pengangkatan tenaga pemetik kebun anggota Units: Population/day (0727) penyesuaian jumlah pemetik kebun anggota 1=(jumlah pemetik yang diinginkan kebun anggota 1-Jumlah Pemetik Kebun Anggota Koperasi 1)/waktu pengangkatan tenaga pemetik kebun anggota 1 Units: Population/day (0728) penyesuaian jumlah pemetik kebun rakyat=(jumlah pemetik kebun rakyat yang diinginkan-Jumlah Pemetik Kebun Rakyat)/waktu penyesuaian jumlah pemetik kebun rakyat Units: Population/day
196
(0729) penyesuaian jumlah pemetik kebun sendiri=(jumlah pemetik yang diinginkan kebun sendiri-Jumlah Pemetik Kebun Sendiri)/waktu pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri Units: Population/day (0730) penyesuaian jumlah pemetik kebun sendiri 1=(jumlah pemetik yang diinginkan kebun sendiri 1-Jumlah Pemetik Kebun Sendiri 1)/waktu pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri 1 Units: Population/day (0731) penyesuaian jumlah tenaga kerja pabrik=(jumlah tenaga kerja pabrik yang diinginkan-Jumlah tenaga kerja pabrik)/waktu pengangkatan tenaga kerja pabrik Units: Population/day (0732) penyesuaian jumlah tenaga kerja pabrik 1=(jumlah tenaga kerja pabrik yang diinginkan 1-Jumlah tenaga kerja pabrik 1)/waktu pengangkatan tenaga kerja pabrik 1 Units: Population/day (0733) penyesuaian jumlah tenaga kerja pabrik koperasi=(jumlah tenaga kerja pabrik koperasi yang diinginkan-Jumlah Tenaga Kerja Pabrik Koperasi)/waktu pengangkatan tenaga kerja pabrik koperasi Units: Population/day (0734) penyesuaian jumlah tenaga kerja pabrik koperasi 1=(jumlah tenaga kerja pabrik koperasi yang diinginkan 1-Jumlah Tenaga Kerja Pabrik Koperasi 0)/waktu pengangkatan tenaga kerja pabrik koperasi 1 Units: Population/day (0735) permintaan normal teh G1=14467 Units: kg/day (0736) permintaan normal teh G1 1=14467 Units: kg/day (0737) permintaan normal teh G2=3932 Units: kg/day (0738) permintaan normal teh G2 1=3932 Units: kg/day (0739) permintaan normal teh G3=8346 Units: kg/day (0740) permintaan normal teh G3 1=8346 Units: kg/day (0741) Permintaan Teh G1=IF THEN ELSE(Time>0 :AND:Time<1096, permintaan teh G1 historis, Perubahan permintaan teh G1) Units: kg/day (0742) Permintaan Teh G1 1=IF THEN ELSE(Time>0 :AND:Time<1096, permintaan teh G1 historis 1, perubahan permintaan teh G1 1) Units: kg/day (0743) permintaan teh G1 historis= WITH LOOKUP (Time,([(0,0)(1100,18000)],(1,15430),(31,15430),(31,15430),(32,16079),(59,16079),( 60,15793),(90,15793),(91,15945),(120,15945),(121,15884),(151,15884),( 152,15851),(181,15851),(182,14977),(212,14977),(213,14523),(243,1452 3),(244,13131),(273,13131),(274,14704),(304,14704),(305,16432),(334,1
197
6432),(335,16320),(365,16320),(366,12788),(396,12788),(397,13326),(4 24,13326),(425,13089),(455,13089),(456,13215),(485,13215),(486,13164 ),(516,13164),(517,13137),(546,13137),(547,12412),(577,12412),(578,12 036),(608,12038),(609,10883),(638,10883),(639,12187),(669,12187),(67 0,13619),(699,13619),(700,13526),(730,13526),(731,15217),(761,15217) ,(762,15857),(789,15857),(790,15575),(820,15575),(821,15724),(850,15 724),(851,15665),(881,15665),(882,15632),(911,15632),(912,14770),(94 2,14770),(943,14322),(973,14322),(974,12950),(1003,12950),(1004,1450 1),(1034,14501),(1035,16205),(1064,16205),(1065,16094),(1095,16094) )) Units: kg/day (0744) permintaan teh G1 historis 1= WITH LOOKUP (Time,([(0,0)(1100,18000)],(1,15430),(31,15430),(31,15430),(32,16079),(59,16079),( 60,15793),(90,15793),(91,15945),(120,15945),(121,15884),(151,15884),( 152,15851),(181,15851),(182,14977),(212,14977),(213,14523),(243,1452 3),(244,13131),(273,13131),(274,14704),(304,14704),(305,16432),(334,1 6432),(335,16320),(365,16320),(366,12788),(396,12788),(397,13326),(4 24,13326),(425,13089),(455,13089),(456,13215),(485,13215),(486,13164 ),(516,13164),(517,13137),(546,13137),(547,12412),(577,12412),(578,12 036),(608,12038),(609,10883),(638,10883),(639,12187),(669,12187),(67 0,13619),(699,13619),(700,13526),(730,13526),(731,15217),(761,15217) ,(762,15857),(789,15857),(790,15575),(820,15575),(821,15724),(850,15 724),(851,15665),(881,15665),(882,15632),(911,15632),(912,14770),(94 2,14770),(943,14322),(973,14322),(974,12950),(1003,12950),(1004,1450 1),(1034,14501),(1035,16205),(1064,16205),(1065,16094),(1095,16094)) ) Units: kg/day (0745) Permintaan Teh G2=IF THEN ELSE(Time>0 :AND:Time<1096, permintaan teh G2 historis, Perubahan permintaan teh G2) Units: kg/day (0746) Permintaan Teh G2 1=IF THEN ELSE(Time>0 :AND:Time<1096, permintaan teh G2 historis 1, perubahan permintaan teh G2 1) Units: kg/day
(0747) permintaan teh G2 historis= WITH LOOKUP (Time,([(0,0)(1100,18000)],(1,5341),(31,5341),(31,5341),(32,5566),(59,5566),(60,546 7),(90,5467),(91,5519),(120,5519),(121,5498),(151,5498),(152,5487),(18 1,5487),(182,5184),(212,5184),(213,5027),(243,5027),(244,4545),(273,4 545),(274,5090),(304,5090),(305,5688),(334,5688),(335,5649),(365,5649 ),(366,2951),(396,2951),(397,3075),(424,3075),(425,3021),(455,3021),(4 56,3050),(485,3050),(486,3038),(516,3038),(517,3032),(546,3032),(547, 2864),(577,2864),(578,2778),(608,2778),(609,2511),(638,2511),(639,281 2),(669,2812),(670,3143),(699,3143),(700,3121),(730,3121),(731,3512),( 761,3512),(762,3659),(789,3659),(790,3594),(820,3594),(821,3629),(850 ,3629),(851,3615),(881,3615),(882,3607),(911,3607),(912,3408),(942,34
198
(0748)
(0749) (0750) (0751)
08),(943,3305),(973,3305),(974,2988),(1003,2988),(1004,3346),(1034,33 46),(1035,3740),(1064,3740),(1065,3714),(1095,3714) )) Units: kg/day permintaan teh G2 historis 1= WITH LOOKUP (Time,([(0,0)(1100,18000)],(1,5341),(31,5341),(31,5341),(32,5566),(59,5566),(60,546 7),(90,5467),(91,5519),(120,5519),(121,5498),(151,5498),(152,5487),(18 1,5487),(182,5184),(212,5184),(213,5027),(243,5027),(244,4545),(273,4 545),(274,5090),(304,5090),(305,5688),(334,5688),(335,5649),(365,5649 ),(366,2951),(396,2951),(397,3075),(424,3075),(425,3021),(455,3021),(4 56,3050),(485,3050),(486,3038),(516,3038),(517,3032),(546,3032),(547, 2864),(577,2864),(578,2778),(608,2778),(609,2511),(638,2511),(639,281 2),(669,2812),(670,3143),(699,3143),(700,3121),(730,3121),(731,3512),( 761,3512),(762,3659),(789,3659),(790,3594),(820,3594),(821,3629),(850 ,3629),(851,3615),(881,3615),(882,3607),(911,3607),(912,3408),(942,34 08),(943,3305),(973,3305),(974,2988),(1003,2988),(1004,3346),(1034,33 46),(1035,3740),(1064,3740),(1065,3714),(1095,3714) )) Units: kg/day Permintaan Teh G3=IF THEN ELSE(Time>0 :AND:Time<1096, permintaan teh G3 historis, permintaan teh G3 step) Units: kg/day Permintaan Teh G3 1=IF THEN ELSE(Time>0 :AND:Time<1096, permintaan teh G3 historis 1, perubahan permintaan teh G3 1) Units: kg/day permintaan teh G3 historis= WITH LOOKUP (Time,([(0,0)(1100,18000)],(1,8902),(31,8902),(31,8902),(32,9276),(59,9276),(60,911 2),(90,9112),(91,9199),(120,9119),(121,9164),(151,9164),(152,9145),(18 1,9145),(182,8640),(212,8640),(213,8378),(243,8378),(244,7576),(273,7 576),(274,8483),(304,8483),(305,9480),(334,9480),(335,9415),(365,9415 ),(366,7378),(396,7378),(397,7688),(424,7688),(425,7551),(455,7551),(4 56,7624),(485,7624),(486,7595),(516,7595),(517,7579),(546,7579),(547, 7161),(577,7161),(578,6944),(608,6944),(609,6278),(638,6278),(639,703 1),(669,7031),(670,7857),(699,7857),(700,7803),(730,7803),(731,8779),( 761,8779),(762,9148),(789,9148),(790,8986),(820,8986),(821,9072),(850 ,9072),(851,9037),(881,9037),(882,9018),(911,9018),(912,8521),(942,85 21),(943,8263),(973,8263),(974,7471),(1003,7471),(1004,8366),(1034,83 66),(1035,9349),(1064,9349),(1065,9285),(1095,9285) )) Units: kg/day
(0752) permintaan teh G3 historis 1= WITH LOOKUP (Time,([(0,0)(1100,18000)],(1,8902),(31,8902),(31,8902),(32,9276),(59,9276),(60,911 2),(90,9112),(91,9199),(120,9119),(121,9164),(151,9164),(152,9145),(18 1,9145),(182,8640),(212,8640),(213,8378),(243,8378),(244,7576),(273,7 576),(274,8483),(304,8483),(305,9480),(334,9480),(335,9415),(365,9415 ),(366,7378),(396,7378),(397,7688),(424,7688),(425,7551),(455,7551),(4 56,7624),(485,7624),(486,7595),(516,7595),(517,7579),(546,7579),(547, 7161),(577,7161),(578,6944),(608,6944),(609,6278),(638,6278),(639,703
199
1),(669,7031),(670,7857),(699,7857),(700,7803),(730,7803),(731,8779),( 761,8779),(762,9148),(789,9148),(790,8986),(820,8986),(821,9072),(850 ,9072),(851,9037),(881,9037),(882,9018),(911,9018),(912,8521),(942,85 21),(943,8263),(973,8263),(974,7471),(1003,7471),(1004,8366),(1034,83 66),(1035,9349),(1064,9349),(1065,9285),(1095,9285) )) Units: kg/day (0753) permintaan teh G3 step=permintaan normal teh G3*perubahan STEP teh G3*perubahan RAMP teh G3 Units: kg/day (0754) Persediaan Teh G1 Jadi= INTEG (Teh G1 masuk Pusat Distribusi+Teh G1 hasil Pembelian-laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusipengiriman teh G1,223096) Units: kg (0755) Persediaan Teh G1 Jadi 1= INTEG (Teh G1 masuk Pusat Distribusi 1+Teh G1 pasokan dari koperasi-laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi 1-pengiriman teh G1 1,47000) Units: kg (0756) Persediaan Teh G1 Jadi Koperasi= INTEG (Teh G1 masuk Pusat Distribusi koperasi-laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi koperasipengiriman teh G1 koperasi,6000) Units: kg (0757) Persediaan Teh G1 Jadi Koperasi 1= INTEG (Teh G1 masuk Pusat Distribusi koperasi 1-laju kadaluarsa teh G1 di pusat distribusi koperasi 1-pengiriman teh G1 koperasi 1,6000) Units: kg (0758) persediaan teh G1jadi yang diinginkan= Prakiraan Pengiriman Teh G1*cakupan persediaan teh G1 yang diinginkan Units: kg (0759) persediaan teh G1jadi yang diinginkan 1=Prakiraan Pengiriman Teh G1 1*cakupan persediaan teh G1 yang diinginkan 1 Units: kg (0760) persediaan teh G1jadi yang diinginkan koperasi=Prakiraan Pengiriman Teh G1 koperasi*cakupan persediaan teh G1 yang diinginkan koperasi Units: kg (0761) persediaan teh G1jadi yang diinginkan koperasi 1=Prakiraan Pengiriman Teh G1 koperasi 1*cakupan persediaan teh G1 yang diinginkan koperasi 1 Units: kg (0762) Persediaan Teh G2 Jadi= INTEG (teh G2 masuk pusat distribusi+teh G2 hasil pembelian-laju kadaluarsa teh G2 di pusat distribusipengiriman teh G2,153294) Units: kg (0763) Persediaan Teh G2 Jadi 1= INTEG (teh G2 masuk pusat distribusi 1+teh G2 pasokan dari koperasi-laju kadaluarsa teh G2 di pusat distribusi 1-pengiriman teh G2 1,130000) Units: kg
200
(0764) Persediaan Teh G2 Jadi Koperasi= INTEG (teh G2 masuk pusat distribusi koperasi-laju kadaluarsa teh G2 di pusat distribusi koperasipengiriman teh G2 koperasi,25000) Units: kg (0765) Persediaan Teh G2 Jadi Koperasi 1= INTEG (teh G2 masuk pusat distribusi koperasi 1-laju kadaluarsa teh G2 di pusat distribusi koperasi 1-pengiriman teh G2 koperasi 1,25000) Units: kg (0766) persediaan teh G2 jadi yang diinginkan=Prakiraan Pengiriman teh G2*cakupan persediaan teh G2 yang diinginkan Units: kg (0767) persediaan teh G2 jadi yang diinginkan 1=Prakiraan Pengiriman teh G2 0*cakupan persediaan teh G2 yang diinginkan 1 Units: kg (0768) persediaan teh G2 jadi yang diinginkan koperasi=Prakiraan Pengiriman teh G2 koperasi*cakupan persediaan teh G2 yang diinginkan koperasi Units: kg (0769) persediaan teh G2 jadi yang diinginkan koperasi 1=Prakiraan Pengiriman teh G2 koperasi 1*cakupan persediaan teh G2 yang diinginkan koperasi 1 Units: kg (0770) Persediaan Teh G3 Jadi= INTEG (teh G3 masuk pusat distribusi+teh G3 hasil pembelian-laju kadaluarsa teh G3 di pusat distribusipengiriman teh G3,79377.5) Units: kg (0771) Persediaan Teh G3 Jadi 1= INTEG (teh G3 masuk pusat distribusi 1+teh G3 pasokan dari koperasi-laju kadaluarsa teh G3 di pusat distribusi 0-pengiriman teh G3 1,12000) Units: kg (0772) Persediaan Teh G3 Jadi Koperasi= INTEG (teh G3 masuk pusat distribusi koperasi-laju kadaluarsa teh G3 di pusat distribusi koperasipengiriman teh G3 koperasi,5000) Units: kg (0773) Persediaan Teh G3 Jadi Koperasi 1= INTEG (teh G3 masuk pusat distribusi koperasi 1-laju kadaluarsa teh G3 di pusat distribusi koperasi 1-pengiriman teh G3 koperasi 1,5000) Units: kg (0774) persediaan teh G3 jadi yang diinginkan=Prakiraan Pengiriman Teh G3*cakupan persediaan teh G3 yang diinginkan Units: kg (0775) persediaan teh G3 jadi yang diinginkan 1=Prakiraan Pengiriman Teh G3 1*cakupan persediaan teh G3 yang diinginkan 1 Units: kg (0776) persediaan teh G3 jadi yang diinginkan koperasi=Prakiraan Pengiriman Teh G3 koperasi*cakupan persediaan teh G3 yang diinginkan koperasi Units: kg
201
(0777) persediaan teh G3 jadi yang diinginkan koperasi 0=Prakiraan Pengiriman Teh G3 koperasi 1*cakupan persediaan teh G3 yang diinginkan koperasi 1 Units: kg (0778) Persepsi Fraksi Pesanan Teh G1 yang Terpenuhi=DELAY3I(fraksi pesanan teh G1yang terpenuhi, waktu untuk persepsi fraksi pesanan teh G1 yang terpenuhi, fraksi awal pesanan teh G1 yang terpenuhi ) Units: Dmnl (0779) Persepsi Fraksi Pesanan Teh G1 yang Terpenuhi 1=DELAY3I(fraksi pesanan teh G1yang terpenuhi 1, waktu untuk persepsi fraksi pesanan teh G1 yang terpenuhi 1, fraksi awal pesanan teh G1 yang terpenuhi 1 ) Units: Dmnl (0780) Persepsi Fraksi Pesanan Teh G2 Yang Terpenuhi=DELAY3I(fraksi pesanan teh G2 yang terpenuhi, waktu persepsi fraksi pesanan teh G2 yang terpenuhi, fraksi awal pesanan teh G2 yang terpenuhi ) Units: Dmnl (0781) Persepsi Fraksi Pesanan Teh G2 Yang Terpenuhi 1=DELAY3I(fraksi pesanan teh G2 yang terpenuhi 1, waktu persepsi fraksi pesanan teh G2 yang terpenuhi 1, fraksi awal pesanan teh G2 yang terpenuhi 1 ) Units: Dmnl (0782) Persepsi Fraksi Pesanan Teh G3 Yang Terpenuhi=DELAY3I(fraksi pesanan teh G3 yang terpenuhi, waktu persepsi fraksi pesanan teh G3 yang terpenuhi,fraksi awal pesanan teh G3 yang terpenuhi ) Units: Dmnl (0783) Persepsi Fraksi Pesanan Teh G3 Yang Terpenuhi 1=DELAY3I(fraksi pesanan teh G3 yang terpenuhi 1, waktu persepsi fraksi pesanan teh G3 yang terpenuhi 1,fraksi awal pesanan teh G3 yang terpenuhi 1 ) Units: Dmnl (0784) Perubahan permintaan teh G1= permintaan normal teh G1*perubahan STEP teh G1*perubahan RAMP teh G1 Units: kg/day (0785) perubahan permintaan teh G1 1=permintaan normal teh G1 1*perubahan STEP teh G1 1*perubahan RAMP teh G1 1 Units: kg/day (0786) Perubahan permintaan teh G2=permintaan normal teh G2*perubahan STEP teh G2*perubahan RAMP teh G2 Units: kg/day (0787) perubahan permintaan teh G2 1=permintaan normal teh G2 1*perubahan STEP teh G2 1*perubahan RAMP teh G2 1 Units: kg/day (0788) perubahan permintaan teh G3 1=permintaan normal teh G3 1*perubahan STEP teh G3 1*perubahan RAMP teh G3 1 Units: kg/day (0789) perubahan RAMP teh G1= 1+RAMP( slope RAMP teh G1/365, mulai RAMP teh G1 , Akhir RAMP teh G1 )
202
Units: Dmnl (0790) perubahan RAMP teh G1 1=1+RAMP( slope RAMP teh G1 1/365, mulai RAMP teh G1 1 , Akhir RAMP teh G1 1 ) Units: Dmnl (0791) perubahan RAMP teh G2=1+RAMP( slope RAMP teh G2/365, mulai RAMP teh G2 , Akhir RAMP teh G2 ) Units: Dmnl (0792) perubahan RAMP teh G2 1=1+RAMP( slope RAMP teh G2 1/365, mulai RAMP teh G2 1 , Akhir RAMP teh G2 1) Units: Dmnl (0793) perubahan RAMP teh G3=1+RAMP( slope RAMP teh G3/365, mulai RAMP teh G3 , Akhir RAMP teh G3 ) Units: Dmnl (0794) perubahan RAMP teh G3 1=1+RAMP( slope RAMP teh G3 1/365, mulai RAMP teh G3 1 , Akhir RAMP teh G3 1) Units: Dmnl (0795) perubahan STEP teh G1=1+STEP( tinggi STEP teh G1, waktu STEP teh G1) Units: Dmnl (0796) perubahan STEP teh G1 1=1+STEP( tinggi STEP teh G1 1, waktu STEP teh G1 1) Units: Dmnl (0797) perubahan STEP teh G2=1+STEP(tinggi STEP teh G2, waktu STEP teh G2 ) Units: Dmnl (0798) perubahan STEP teh G2 1=1+STEP(tinggi STEP teh G2 1, waktu STEP teh G2 1 ) Units: Dmnl (0799) perubahan STEP teh G3=1+STEP(tinggi STEP teh G3, waktu STEP teh G3 ) Units: Dmnl (0800) perubahan STEP teh G3 1=1+STEP(tinggi STEP teh G3 1, waktu STEP teh G3 1 ) Units: Dmnl (0801) pesanan teh G1=Permintaan Teh G1*pangsa pasar teh G1 Units: kg/day (0802) pesanan teh G1 1=Permintaan Teh G1 1*pangsa pasar teh G1 1 Units: kg/day (0803) pesanan teh G2=Permintaan Teh G2*pangsa pasar teh G2 Units: kg/day (0804) pesanan teh G2 1=Permintaan Teh G2 1*pangsa pasar teh G2 1 Units: kg/day (0805) pesanan teh G3=Permintaan Teh G3*pangsa pasar teh G3 Units: kg/day (0806) pesanan teh G3 1=Permintaan Teh G3 1*pangsa pasar teh G3 1 Units: kg/day (0807) pesanan teh G3 terpenuhi=pengiriman teh G3 Units: kg/day
203
(0808) pesanan teh G3 terpenuhi 1=pengiriman teh G3 1 Units: kg/day (0809) Piutang= INTEG (pendapatan-tagihan masuk,4.84736e+009) Units: Rp (0810) Piutang 0= INTEG (pendapatan 0-tagihan masuk 0,4.84736e+009) Units: Rp (0811) Piutang 1= INTEG (pendapatan 1-tagihan masuk 1,4.84736e+009) Units: Rp (0812) Piutang Kebun Rakyat Anggota Koperasi= INTEG (pendapatan kebun rakyat anggota koperasi-tagihan masuk ke kebun rakyat anggota koperasi,7.5332e+008) Units: Rp (0813) Piutang Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1= INTEG (pendapatan kebun rakyat anggota koperasi 1-tagihan masuk ke kebun rakyat anggota koperasi 1,7.1244e+008) Units: Rp (0814) Piutang Kebun Rakyat Mitra= INTEG (pendapatan kebun rakyat mitra-tagihan masuk ke kebun rakyat mitra,2.1e+008) Units: Rp (0815) Piutang Koperasi= INTEG (pendapatan koperasi-tagihan masuk ke koperasi,1.35642e+009) Units: Rp (0816) Piutang Koperasi 1= INTEG (pendapatan koperasi 1-tagihan masuk ke koperasi 1,1.35642e+009) Units: Rp (0817) PMS=PMS Normal*Efek Tipe Petikan thd PMS Units: Dmnl (0818) PMS 1=PMS Normal 1*Efek Tipe Petikan thd PMS 1 Units: Dmnl (0819) PMS koperasi=PMS Normal koperasi*Efek Tipe Petikan thd PMS di koperasi Units: Dmnl (0820) PMS koperasi 1=PMS Normal koperasi 1*Efek Tipe Petikan thd PMS di koperasi 1 Units: Dmnl (0821) PMS Normal= 0.45 Units: Dmnl [3,8] (0822) PMS Normal 1=0.45 Units: Dmnl [3,8] (0823) PMS Normal koperasi=0.45 Units: Dmnl [3,8] (0824) PMS Normal koperasi 1=0.45 Units: Dmnl [3,8] (0825) potensi pucuk terpetik di kebun anggota=luas produktif kebun anggota*produktivitas pucuk di kebun anggota Units: kg/day (0826) potensi pucuk terpetik di kebun anggota 1=luas produktif kebun anggota 1*produktivitas pucuk di kebun anggota 1 Units: kg/day
204
(0827) potensi pucuk terpetik di kebun rakyat=luas produktif kebun rakyat mitra*produktivitas pucuk di kebun rakyat Units: kg/day (0828) potensi pucuk terpetik di kebun sendiri=produktivitas pucuk di kebun sendiri*luas produktif kebun sendiri Units: kg/day (0829) potensi pucuk terpetik di kebun sendiri 1=produktivitas pucuk di kebun sendiri 1*luas produktif kebun sendiri 1 Units: kg/day (0830) Prakiraan Pengiriman Teh G1=SMOOTH(pengiriman teh G1, waktu untuk memperbaharui pengriman teh G1) Units: kg/day (0831) Prakiraan Pengiriman Teh G1 1=SMOOTH(pengiriman teh G1 1, waktu untuk memperbaharui pengriman teh G1 1) Units: kg/day (0832) Prakiraan Pengiriman Teh G1 koperasi=SMOOTH(pengiriman teh G1 koperasi, waktu untuk memperbaharui pengriman teh G1 koperasi) Units: kg/day (0833) Prakiraan Pengiriman Teh G1 koperasi 1=SMOOTH(pengiriman teh G1 koperasi 1, waktu untuk memperbaharui pengiriman teh G1 koperasi 1) Units: kg/day (0834) Prakiraan Pengiriman teh G2=SMOOTH(pengiriman teh G2,waktu untuk memperbaharui pengiriman teh G2 ) Units: kg/day (0835) Prakiraan Pengiriman teh G2 0=SMOOTH(pengiriman teh G2 1,waktu untuk memperbaharui pengiriman teh G2 1 ) Units: kg/day (0836) Prakiraan Pengiriman teh G2 koperasi=SMOOTH(pengiriman teh G2 koperasi,waktu untuk memperbaharui pengiriman teh G2 koperasi) Units: kg/day (0837) Prakiraan Pengiriman teh G2 koperasi 1=SMOOTH(pengiriman teh G2 koperasi 1,waktu untuk memperbaharui pengiriman teh G2 koperasi 1) Units: kg/day (0838) Prakiraan Pengiriman Teh G3=SMOOTH(pengiriman teh G3, waktu untuk memperbaharui pengiriman Teh G3 ) Units: kg/day (0839) Prakiraan Pengiriman Teh G3 1=SMOOTH(pengiriman teh G3 1, waktu untuk memperbaharui pengiriman Teh G3 1) Units: kg/day (0840) Prakiraan Pengiriman Teh G3 koperasi=SMOOTH(pengiriman teh G3 koperasi, waktu untuk memperbaharui pengiriman Teh G3 koperasi) Units: kg/day (0841) Prakiraan Pengiriman Teh G3 koperasi 1=SMOOTH(pengiriman teh G3 koperasi 1, waktu untuk memperbaharui pengiriman Teh G3 koperasi 1) Units: kg/day
205
(0842) Prakiraan Pesanan Teh G1=SMOOTH(pesanan teh G1, waktu untuk memperbaharui pesanan teh G1 ) Units: kg/day (0843) Prakiraan Pesanan Teh G1 1=SMOOTH(pesanan teh G1 1, waktu untuk memperbaharui pesanan teh G1 1 ) Units: kg/day (0844) Prakiraan Pesanan Teh G1 koperasi=SMOOTH(Laju Pemesanan teh G1 ke koperasi, waktu untuk memperbaharui pesanan teh G1 koperasi ) Units: kg/day (0845) Prakiraan Pesanan Teh G1 koperasi 1=SMOOTH(Laju Pemesanan teh G1 ke koperasi, waktu untuk memperbaharui pesanan teh G1 koperasi 1) Units: kg/day (0846) Prakiraan Pesanan Teh G2=SMOOTH(pesanan teh G2, waktu untuk memperbaharui pesanan teh G2 ) Units: kg/day (0847) Prakiraan Pesanan Teh G2 1=SMOOTH(pesanan teh G2 1, waktu untuk memperbaharui pesanan teh G2 1 ) Units: kg/day (0848) Prakiraan Pesanan Teh G2 koperasi=SMOOTH(laju pemesanan teh G2 ke koperasi, waktu untuk memperbaharui pesanan teh G2 koperasi ) Units: kg/day (0849) Prakiraan Pesanan Teh G2 koperasi 1=SMOOTH(laju pemesanan teh G2 ke koperasi, waktu untuk memperbaharui pesanan teh G2 koperasi 1) Units: kg/day (0850) Prakiraan Pesanan Teh G3=SMOOTH(pesanan teh G3, waktu untuk memperbaharui pesanan teh G3 ) Units: kg/day (0851) Prakiraan Pesanan Teh G3 1=SMOOTH(pesanan teh G3 1, waktu untuk memperbaharui pesanan teh G3 1 ) Units: kg/day (0852) Prakiraan Pesanan Teh G3 koperasi=SMOOTH(laju pemesanan teh G3 ke koperasi, waktu untuk memperbaharui pesanan teh G3 koperasi ) Units: kg/day (0853) Prakiraan Pesanan Teh G3 koperasi 1=SMOOTH(laju pemesanan teh G3 ke koperasi, waktu untuk memperbaharui pesanan teh G3 koperasi 1) Units: kg/day (0854) Produksi Teh Crude Total=DELAY1((fraksi konversi pucuk ke teh*pucuk diolah dalam pabrik), waktu produksi) Units: kg/day (0855) Produksi Teh Crude Total 1=DELAY1((fraksi konversi pucuk ke teh 1*pucuk diolah dalam pabrik 1), waktu produksi 0) Units: kg/day
206
(0856) Produksi Teh Crude Total di pabrik koperasi=DELAY1((fraksi konversi pucuk ke teh di pabrik koperasi*pucuk diolah dalam pabrik koperasi), waktu produksi pabrik koperasi ) Units: kg/day (0857) Produksi Teh Crude Total di pabrik koperasi 1=DELAY1((fraksi konversi pucuk ke teh di pabrik koperasi 1*pucuk diolah dalam pabrik koperasi 1), waktu produksi pabrik koperasi 1 ) Units: kg/day (0858) Produktivitas Pemetik Kebun Anggota Normal=40 Units: kg/(day*Population) (0859) Produktivitas Pemetik Kebun Anggota Normal 1=40 Units: kg/(day*Population) (0860) Produktivitas Pemetik Kebun Rakyat Normal=35 Units: kg/(day*Population) (0861) Produktivitas Pemetik Kebun Sendiri Normal=40 Units: kg/(day*Population) (0862) Produktivitas Pemetik Kebun Sendiri Normal 1=40 Units: kg/(day*Population) (0863) produktivitas per pemetik kebun anggota=Produktivitas Pemetik Kebun Anggota Normal*Efek Tipe Petikan thd Produktivitas Pemetikan anggota Units: kg/Population/day (0864) produktivitas per pemetik kebun anggota 1=Produktivitas Pemetik Kebun Anggota Normal 1*Efek Tipe Petikan thd Produktivitas Pemetikan anggota 1 Units: kg/Population/day (0865) produktivitas per pemetik kebun rakyat=Produktivitas Pemetik Kebun Rakyat Normal*Efek Tipe Petikan thd Produktivitas Pemetikan Kebun Rakyat Units: kg/Population/day (0866) produktivitas per pemetik kebun sendiri=Produktivitas Pemetik Kebun Sendiri Normal*Efek Tipe Petikan thd Produktivitas Pemetikan Units: kg/Population/day (0867) produktivitas per pemetik kebun sendiri 0=34.1727 Units: kg/Population/day (0868) produktivitas per pemetik kebun sendiri 1=Produktivitas Pemetik Kebun Sendiri Normal 1*Efek Tipe Petikan thd Produktivitas Pemetikan 0 Units: kg/Population/day (0869) produktivitas per tenaga kerja pabrik=kapasitas berjalan mesin pabrik normal/jumlah tenaga kerja pabrik rata2 Units: kg/Population/day (0870) produktivitas per tenaga kerja pabrik 1= kapasitas berjalan mesin pabrik normal 1/jumlah tenaga kerja pabrik rata2 1 Units: kg/Population/day (0871) produktivitas per tenaga kerja pabrik koperasi= kapasitas berjalan normal mesin pabrik koperasi/jumlah tenaga kerja pabrik koperasi rata2
207
Units: kg/Population/day (0872) produktivitas per tenaga kerja pabrik koperasi 1=kapasitas berjalan normal mesin pabrik koperasi 1/jumlah tenaga kerja pabrik koperasi rata2 1 Units: kg/Population/day (0873) produktivitas pucuk di kebun anggota= IF THEN ELSE(Time>0 :AND:Time<1096, produktivitas pucuk di kebun anggota historis , produktivitas pucuk normal di kebun anggota) Units: kg/Ha/day (0874) produktivitas pucuk di kebun anggota 1=IF THEN ELSE(Time>0 :AND:Time<1096, produktivitas pucuk di kebun anggota historis 1, produktivitas pucuk normal di kebun anggota 1) Units: kg/Ha/day (0875) produktivitas pucuk di kebun anggota historis= WITH LOOKUP (Time,([(0,0)(1095,50)],(1,21),(31,21),(32,22),(59,22),(60,21),(90,21),(91,22),(120,22) ,(121,21),(151,21),(152,21),(181,21),(182,20),(212,20),(213,20),(243,20), (244,18),(273,18),(274,20),(304,20),(305,22),(334,22),(335,22),(365,22), (366,27),(396,27),(397,28),(424,28),(425,27),(455,27),(456,27),(485,27), (486,27),(516,27),(517,27),(546,27),(547,26),(577,26),(578,25),(608,25), (609,23),(638,23),(639,25),(669,25),(670,28),(699,28),(700,28),(730,28), (731,24),(761,24),(762,25),(789,25),(790,25),(820,25),(821,25),(850,25), (851,25),(881,25),(882,25),(911,25),(912,24),(942,24),(943,23),(973,23), (974,21),(1003,21),(1004,23),(1034,23),(1035,26),(1064,26),(1065,26),(1 095,26) )) Units: kg/(Ha*day)
(0876) produktivitas pucuk di kebun anggota historis 1= WITH LOOKUP (Time,([(0,0)(1095,50)],(1,21),(31,21),(32,22),(59,22),(60,21),(90,21),(91,22),(120,22) ,(121,21),(151,21),(152,21),(181,21),(182,20),(212,20),(213,20),(243,20), (244,18),(273,18),(274,20),(304,20),(305,22),(334,22),(335,22),(365,22), (366,27),(396,27),(397,28),(424,28),(425,27),(455,27),(456,27),(485,27), (486,27),(516,27),(517,27),(546,27),(547,26),(577,26),(578,25),(608,25), (609,23),(638,23),(639,25),(669,25),(670,28),(699,28),(700,28),(730,28), (731,24),(761,24),(762,25),(789,25),(790,25),(820,25),(821,25),(850,25), (851,25),(881,25),(882,25),(911,25),(912,24),(942,24),(943,23),(973,23), (974,21),(1003,21),(1004,23),(1034,23),(1035,26),(1064,26),(1065,26),(1 095,26) )) Units: kg/(day*Ha) (0877) produktivitas pucuk di kebun rakyat=IF THEN ELSE(Time>0 :AND:Time<1096, produktivitas pucuk di kebun rakyat historis, produktivitas pucuk di kebun rakyat normal)
208
Units: kg/Ha/day (0878) produktivitas pucuk di kebun rakyat historis= WITH LOOKUP (Time,([(0,0)(1095,50)],(1,21),(31,21),(32,22),(59,22),(60,21),(90,21),(91,22),(120,22) ,(121,21),(151,21),(152,21),(181,21),(182,20),(212,20),(213,20),(243,20), (244,18),(273,18),(274,20),(304,20),(305,22),(334,22),(335,22),(365,22), (366,27),(396,27),(397,28),(424,28),(425,27),(455,27),(456,27),(485,27), (486,27),(516,27),(517,27),(546,27),(547,26),(577,26),(578,25),(608,25), (609,23),(638,23),(639,25),(669,25),(670,28),(699,28),(700,28),(730,28), (731,24),(761,24),(762,25),(789,25),(790,25),(820,25),(821,25),(850,25), (851,25),(881,25),(882,25),(911,25),(912,24),(942,24),(943,23),(973,23), (974,21),(1003,21),(1004,23),(1034,23),(1035,26),(1064,26),(1065,26),(1 095,26) )) Units: kg/(Ha*day) (0879) produktivitas pucuk di kebun rakyat normal=30 Units: kg/Ha/day (0880) produktivitas pucuk di kebun sendiri=IF THEN ELSE(Time>0 :AND:Time<1096, produktivitas pucuk di kebun sendiri historis, produktivitas pucuk di kebun sendiri normal) Units: kg/Ha/day (0881) produktivitas pucuk di kebun sendiri 1=IF THEN ELSE(Time>0 :AND:Time<1096, produktivitas pucuk di kebun sendiri historis 1, produktivitas pucuk di kebun sendiri normal 1) Units: kg/Ha/day (0882) produktivitas pucuk di kebun sendiri historis= WITH LOOKUP (Time,([(0,0)(1095,50)],(1,33),(31,33),(32,34),(59,34),(60,33),(90,33),(91,34),(120,34) ,(121,34),(151,34),(152,33),(181,33),(182,32),(212,32),(213,31),(243,31), (244,28),(273,28),(274,31),(304,31),(305,35),(334,35),(335,35),(365,35), (366,27),(396,27),(397,28),(424,28),(425,28),(455,28),(456,28),(485,28), (486,28),(516,28),(517,28),(546,28),(547,26),(577,26),(578,26),(608,26), (609,23),(638,23),(639,26),(669,26),(670,29),(699,29),(700,29),(730,29), (731,29),(761,29),(762,30),(789,30),(790,29),(820,29),(821,30),(850,30), (851,30),(881,30),(882,29),(911,29),(912,28),(942,28),(943,27),(973,27), (974,24),(1003,24),(1004,27),(1034,27),(1035,30),(1064,30),(1065,30),(1 095,30) )) Units: kg/(Ha*day) (0883) produktivitas pucuk di kebun sendiri historis 1= WITH LOOKUP (Time,([(0,0)(1095,50)],(1,33),(31,33),(32,34),(59,34),(60,33),(90,33),(91,34),(120,34) ,(121,34),(151,34),(152,33),(181,33),(182,32),(212,32),(213,31),(243,31), (244,28),(273,28),(274,31),(304,31),(305,35),(334,35),(335,35),(365,35), (366,27),(396,27),(397,28),(424,28),(425,28),(455,28),(456,28),(485,28), (486,28),(516,28),(517,28),(546,28),(547,26),(577,26),(578,26),(608,26), (609,23),(638,23),(639,26),(669,26),(670,29),(699,29),(700,29),(730,29), (731,29),(761,29),(762,30),(789,30),(790,29),(820,29),(821,30),(850,30), (851,30),(881,30),(882,29),(911,29),(912,28),(942,28),(943,27),(973,27),
209
(974,24),(1003,24),(1004,27),(1034,27),(1035,30),(1064,30),(1065,30),(1 095,30) )) Units: kg/(Ha*day) (0884) produktivitas pucuk di kebun sendiri normal=34 Units: kg/Ha/day (0885) produktivitas pucuk di kebun sendiri normal 1=34 Units: kg/Ha/day (0886) produktivitas pucuk normal di kebun anggota= 30 Units: kg/Ha/day Equilibrium= 30 (0887) produktivitas pucuk normal di kebun anggota 1=30 Units: kg/Ha/day (0888) Keuntungan Kebun Rakyat Anggota Koperasi=pendapatan kebun rakyat anggota koperasi-Pembayaran Total yg Dibutuhkan Kebun Rakyat Anggota Koperasi Units: Rp/day (0889) Keuntungan Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1=pendapatan kebun rakyat anggota koperasi 1-Pembayaran Total yg Dibutuhkan Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1 Units: Rp/day (0890) Keuntungan Kebun Rakyat Mitra=pendapatan kebun rakyat mitraPembayaran total yg dibutuhkan kebun rakyat mitra Units: Rp/day (0891) Keuntungan koperasi=pendapatan koperasi-Pembayaran Total yg Dibutuhkan koperasi Units: Rp/day (0892) Keuntungan koperasi 1=pendapatan koperasi 1-Pembayaran Total yg Dibutuhkan koperasi 1 Units: Rp/day (0893) Keuntungan Perusahaan=pendapatan-Pembayaran Total yg Dibutuhkan Units: Rp/day (0894) Keuntungan Perusahaan 1=pendapatan 1-Pembayaran Total yg Dibutuhkan 1 Units: Rp/day (0895) pucuk dikirim ke pabrik=pengiriman pucuk ke pabrik+penjualan pucuk kebun rakyat ke pabrik Units: kg/day (0896) pucuk dikirim ke pabrik 1=pengiriman pucuk ke pabrik 1 Units: kg/day (0897) pucuk dikirim ke pabrik koperasi=pengiriman pucuk ke pabrik koperasi Units: kg/day (0898) pucuk dikirim ke pabrik koperasi 1=penjualan pucuk ke pabrik koperasi 1 Units: kg/day (0899) pucuk diolah dalam pabrik=MIN(kapasitas berjalan pabrik, pucuk dikirim ke pabrik ) Units: kg/day
210
(0900) pucuk diolah dalam pabrik 1=MIN(kapasitas berjalan pabrik 1, pucuk dikirim ke pabrik 1 ) Units: kg/day (0901) pucuk diolah dalam pabrik koperasi=MIN(kapasitas berjalan pabrik koperasi, pucuk dikirim ke pabrik koperasi) Units: kg/day (0902) pucuk diolah dalam pabrik koperasi 1=MIN(kapasitas berjalan pabrik koperasi 1, pucuk dikirim ke pabrik koperasi 1) Units: kg/day (0903) pucuk diolah ke jenis teh lain=pucuk dikirim ke pabrik-pucuk diolah dalam pabrik Units: kg/day (0904) pucuk diolah ke jenis teh lain 1=pucuk dikirim ke pabrik 1-pucuk diolah dalam pabrik 1 Units: kg/day (0905) pucuk diolah ke jenis teh lain di pabrik koperasi=pucuk dikirim ke pabrik koperasi-pucuk diolah dalam pabrik koperasi Units: kg/day (0906) pucuk diolah ke jenis teh lain di pabrik koperasi 1=pucuk dikirim ke pabrik koperasi 1-pucuk diolah dalam pabrik koperasi 1 Units: kg/day (0907) "R/C kebun rakyat anggota koperasi 1"= pendapatan kebun rakyat anggota koperasi 1/Pembayaran Total yg Dibutuhkan Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1 Units: Dmnl (0908) "R/C kebun rakyat anggota koperasi"=pendapatan kebun rakyat anggota koperasi/Pembayaran Total yg Dibutuhkan Kebun Rakyat Anggota Koperasi Units: Dmnl (0909) "R/C kebun rakyat mitra"=pendapatan kebun rakyat mitra/Pembayaran total yg dibutuhkan kebun rakyat mitra Units: Dmnl (0910) "R/C koperasi 1"=pendapatan koperasi 1/Pembayaran Total yg Dibutuhkan koperasi 1 Units: Dmnl (0911) "R/C koperasi"=pendapatan koperasi/Pembayaran Total yg Dibutuhkan koperasi Units: Dmnl (0912) "R/C Perusahaan 1"=pendapatan 1/Pembayaran Total yg Dibutuhkan 1 Units: Dmnl (0913) "R/C Perusahaan"=pendapatan/Pembayaran Total yg Dibutuhkan Units: Dmnl (0914) referensi fraksi pesanan teh G1 yang terpenuhi=0.9 Units: Dmnl [0,1] (0915) referensi fraksi pesanan teh G1 yang terpenuhi 1=0.9 Units: Dmnl [0,1] (0916) referensi fraksi pesanan teh G2 yang terpenuhi=0.9 Units: Dmnl
211
(0917) referensi fraksi pesanan teh G2 yang terpenuhi 1=0.9 Units: Dmnl (0918) referensi fraksi pesanan teh G3 yang terpenuhi=0.9 Units: Dmnl (0919) referensi fraksi pesanan teh G3 yang terpenuhi 1=0.9 Units: Dmnl (0920) SAVEPER = TIME STEP Units: day [0,?] The frequency with which output is stored. (0921) slope RAMP teh G1=0 Units: 1/day [-1,1] (0922) slope RAMP teh G1 1=0 Units: 1/day [-1,1] (0923) slope RAMP teh G2=0 Units: 1/day [-1,1] (0924) slope RAMP teh G2 1=0 Units: 1/day [-1,1] (0925) slope RAMP teh G3=0 Units: 1/day [-1,1] (0926) slope RAMP teh G3 1=0 Units: 1/day [-1,1] (0927) Sortasi teh G1=Produksi Teh Crude Total*fraksi Sortasi Teh G1 Units: kg/day (0928) Sortasi teh G1 1=Produksi Teh Crude Total 1*fraksi Sortasi Teh G1 1 Units: kg/day (0929) Sortasi teh G1 di koperasi=Produksi Teh Crude Total di pabrik koperasi*fraksi Sortasi Teh G1 koperasi Units: kg/day (0930) Sortasi teh G1 di koperasi 1=Produksi Teh Crude Total di pabrik koperasi 1*fraksi Sortasi Teh G1 koperasi 1 Units: kg/day (0931) Sortasi Teh G2="Crude-2-3"*fraksi Sortasi Teh G2 Units: kg/day (0932) Sortasi Teh G2 1="Crude-2-3 1"*fraksi Sortasi Teh G2 1 Units: kg/day (0933) Sortasi Teh G2 koperasi="Crude-2-3 koperasi"*fraksi Sortasi Teh G2 koperasi Units: kg/day (0934) Sortasi Teh G2 koperasi 1="Crude-2-3 koperasi 1"*fraksi Sortasi Teh G2 koperasi 1 Units: kg/day (0935) Sortasi Teh G3=Produksi Teh Crude Total-Sortasi teh G1-Sortasi Teh G2 Units: kg/day (0936) Sortasi Teh G3 1=Produksi Teh Crude Total 1-Sortasi teh G1 1-Sortasi Teh G2 1 Units: kg/day
212
(0937) Sortasi Teh G3 koperasi=Produksi Teh Crude Total di pabrik koperasiSortasi teh G1 di koperasi-Sortasi Teh G2 koperasi Units: kg/day (0938) Sortasi Teh G3 koperasi 1=Produksi Teh Crude Total di pabrik koperasi 1-Sortasi teh G1 di koperasi 1-Sortasi Teh G2 koperasi 1 Units: kg/day (0939) tagihan masuk=Piutang/Waktu pembayaran Units: Rp/day (0940) tagihan masuk 0=Piutang 0/Waktu pembayaran 0 Units: Rp/day (0941) tagihan masuk 1=Piutang 1/Waktu pembayaran 1 Units: Rp/day (0942) tagihan masuk ke kebun rakyat anggota koperasi=Piutang Kebun Rakyat Anggota Koperasi/waktu pembayaran pucuk teh dr koperasi Units: Rp/day (0943) tagihan masuk ke kebun rakyat anggota koperasi 1=Piutang Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1/waktu pembayaran pucuk teh dr koperasi 1 Units: Rp/day (0944) tagihan masuk ke kebun rakyat mitra=Piutang Kebun Rakyat Mitra/waktu pembayaran pucuk teh Units: Rp/day (0945) tagihan masuk ke koperasi=Piutang Koperasi/Waktu pembayaran ke koperasi Units: Rp/day (0946) tagihan masuk ke koperasi 1=Piutang Koperasi 1/Waktu pembayaran ke koperasi 1 Units: Rp/day (0947) tambahan kapasitas mesin pabrik koperasi=tambahan produksi koperasi/fraksi konversi pucuk ke teh di pabrik koperasi Units: kg/day (0948) tambahan kapasitas mesin pabrik koperasi 1=tambahan produksi koperasi 1/fraksi konversi pucuk ke teh di pabrik koperasi 1 Units: kg/day (0949) tambahan kapasitas teh G1=pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir-pasokan teh G1 ke proses akhir Units: kg/day (0950) tambahan kapasitas teh G1 1=pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir 1-pasokan teh G1 ke proses akhir 1 Units: kg/day (0951) tambahan kapasitas teh G1 koperasi=pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir koperasi-pasokan teh G1 ke proses akhir koperasi Units: kg/day (0952) tambahan kapasitas teh G1 koperasi 1=pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1-pasokan teh G1 ke proses akhir koperasi 1 Units: kg/day
213
(0953) tambahan kapasitas teh G2=pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir-pasokan teh G2 ke proses akhir Units: kg/day (0954) tambahan kapasitas teh G2 1=pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir 1-pasokan teh G2 ke proses akhir 1 Units: kg/day (0955) tambahan kapasitas teh G2 koperasi=pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir koperasi-pasokan teh G2 ke proses akhir koperasi Units: kg/day (0956) tambahan kapasitas teh G2 koperasi 1= pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1-pasokan teh G2 ke proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (0957) tambahan kapasitas teh G3=pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir-pasokan teh G3 ke proses akhir Units: kg/day (0958) tambahan kapasitas teh G3 1=pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir 1-pasokan teh G3 ke proses akhir 1 Units: kg/day (0959) tambahan kapasitas teh G3 koperasi=pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir koperasi-pasokan teh G3 ke proses akhir koperasi Units: kg/day (0960) tambahan kapasitas teh G3 koperasi 1= pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1-pasokan teh G3 ke proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (0961) tambahan produksi koperasi=tambahan kapasitas teh G1 koperasi+tambahan kapasitas teh G2 koperasi+tambahan kapasitas teh G3 koperasi Units: kg/day (0962) tambahan produksi koperasi 1=tambahan kapasitas teh G1 koperasi 1+tambahan kapasitas teh G2 koperasi 1+tambahan kapasitas teh G3 koperasi 1 Units: kg/day (0963) tambahan produksi teh yang dibutuhkan=tambahan kapasitas teh G1+tambahan kapasitas teh G2+tambahan kapasitas teh G3 Units: kg/day (0964) tambahan produksi teh yang dibutuhkan 1=tambahan kapasitas teh G1 1+tambahan kapasitas teh G2 1+tambahan kapasitas teh G3 1 Units: kg/day (0965) tambahan teh G1 menuju proses akhir=Maks Down Grade 1 ke 2Down Grade 1 ke 2 Units: kg/day (0966) tambahan teh G1 menuju proses akhir 1=Maks Down Grade 1 ke 2 1-Down Grade 1 ke 2 1 Units: kg/day
214
(0967) tambahan teh G1 menuju proses akhir di koperasi=Maks Down Grade 1 ke 2 koperasi-Down Grade 1 ke 2 di koperasi Units: kg/day (0968) tambahan teh G1 menuju proses akhir di koperasi 1=Maks Down Grade 1 ke 2 koperasi 1-Down Grade 1 ke 2 di koperasi 1 Units: kg/day (0969) tambahan teh G2 menuju proses akhir=Maks Down Grade 2 ke 3Down Grade 2 ke 3 Units: kg/day (0970) tambahan teh G2 menuju proses akhir 0 0=Maks Down Grade 2 ke 3 koperasi-Down Grade 2 ke 3 di koperasi Units: kg/day (0971) tambahan teh G2 menuju proses akhir 1=Maks Down Grade 2 ke 3 1-Down Grade 2 ke 3 1 Units: kg/day (0972) tambahan teh G2 menuju proses akhir koperasi 1=Maks Down Grade 2 ke 3 koperasi 1-Down Grade 2 ke 3 di koperasi 1 Units: kg/day (0973) target waktu pengiriman teh G3=14 Units: day (0974) target waktu pengiriman teh G3 1=14 Units: day (0975) target waktu penyampaian teh G1=14 Units: day (0976) target waktu penyampaian teh G1 1=14 Units: day (0977) target waktu penyampaian teh G2=14 Units: day (0978) target waktu penyampaian teh G2 1=14 Units: day (0979) teh G1 awal dalam proses akhir=17985 Units: kg (0980) teh G1 awal dalam proses akhir 1=15675 Units: kg (0981) teh G1 awal dalam proses akhir koperasi=6104.3 Units: kg (0982) teh G1 awal dalam proses akhir koperasi 1=6104.3 Units: kg (0983) teh G1 cacat=total teh G1 keluar dari proses akhir-teh G1 keluar dari proses akhir Units: kg/day (0984) teh G1 cacat 1=total teh G1 keluar dari proses akhir 1-teh G1 keluar dari proses akhir 1 Units: kg/day (0985) teh G1 cacat koperasi=total teh G1 keluar dari proses akhir koperasi-teh G1 keluar dari proses akhir koperasi Units: kg/day (0986) teh G1 cacat koperasi 1=total teh G1 keluar dari proses akhir koperasi 1-teh G1 keluar dari proses akhir koperasi 1
215
Units: kg/day (0987) Teh G1 Curah= INTEG (Sortasi teh G1-Down Grade 1 ke 2tambahan teh G1 menuju proses akhir-Teh G1 menuju proses akhirtambahan teh G1 menuju proses akhir,11990) Units: kg (0988) Teh G1 Curah 0= INTEG (Sortasi teh G1 1-Down Grade 1 ke 2 1tambahan teh G1 menuju proses akhir 1 -Teh G1 menuju proses akhir 1-tambahan teh G1 menuju proses akhir 1,10450) Units: kg (0989) Teh G1 Curah Koperasi= INTEG (Sortasi teh G1 di koperasi-Down Grade 1 ke 2 di koperasi-tambahan teh G1 menuju proses akhir di koperasi-Teh G1 menuju proses akhir di koperasi-tambahan teh G1 menuju proses akhir di koperasi,4452.99) Units: kg (0990) Teh G1 Curah Koperasi 1= INTEG (Sortasi teh G1 di koperasi 1-Down Grade 1 ke 2 di koperasi 1-tambahan teh G1 menuju proses akhir di koperasi 1-Teh G1 menuju proses akhir di koperasi 1-tambahan teh G1 menuju proses akhir di koperasi 1,4452.99) Units: kg (0991) Teh G1 Dalam Proses Akhir= INTEG (pasokan teh G1 ke proses akhirteh G1 keluar dari proses akhir-teh G1 cacat,teh G1 awal dalam proses akhir) Units: kg (0992) Teh G1 Dalam Proses Akhir 0= INTEG (pasokan teh G1 ke proses akhir 1-teh G1 keluar dari proses akhir 1-teh G1 cacat 1,teh G1 awal dalam proses akhir 1) Units: kg (0993) Teh G1 Dalam Proses Akhir Koperasi= INTEG (pasokan teh G1 ke proses akhir koperasi-teh G1 keluar dari proses akhir koperasi-teh G1 cacat koperasi,teh G1 awal dalam proses akhir koperasi) Units: kg (0994) Teh G1 Dalam Proses Akhir Koperasi 1= INTEG (pasokan teh G1 ke proses akhir koperasi 1-teh G1 keluar dari proses akhir koperasi 1teh G1 cacat koperasi 1,teh G1 awal dalam proses akhir koperasi 1) Units: kg (0995) teh G1 dalam proses akhir yang diinginkan=total teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan*waktu untuk proses akhir teh G1 Units: kg (0996) teh G1 dalam proses akhir yang diinginkan 1=total teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan 1*waktu untuk proses akhir teh G1 1 Units: kg (0997) teh G1 dalam proses akhir yang diinginkan koperasi=total teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi*waktu untuk proses akhir teh G1 koperasi Units: kg
216
(0998) teh G1 dalam proses akhir yang diinginkan koperasi 1=total teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1*waktu untuk proses akhir teh G1 koperasi 1 Units: kg (0999) Teh G1 hasil Pembelian=Laju Pemesanan teh G1 pembelian Units: kg/day (1000) teh G1 keluar dari proses akhir=total teh G1 keluar dari proses akhir*fraksi teh G1 keluar dari proses akhir Units: kg/day (1001) teh G1 keluar dari proses akhir 1=total teh G1 keluar dari proses akhir 1*fraksi teh G1 keluar dari proses akhir 1 Units: kg/day (1002) teh G1 keluar dari proses akhir koperasi=total teh G1 keluar dari proses akhir koperasi*fraksi teh G1 keluar dari proses akhir koperasi Units: kg/day (1003) teh G1 keluar dari proses akhir koperasi 1=total teh G1 keluar dari proses akhir koperasi 1*fraksi teh G1 keluar dari proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (1004) teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi=MAX(0, Prakiraan Pengiriman Teh G1 koperasi+koreksi persediaan teh G1 jadi koperasi+0) Units: kg/day (1005) teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1=MAX(0, Prakiraan Pengiriman Teh G1 koperasi 1+koreksi persediaan teh G1 jadi koperasi 1+0) Units: kg/day (1006) teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan'=MAX(0, Prakiraan Pengiriman Teh G1+koreksi persediaan teh G1 jadi+koreksi daftar pesanan teh G1) Units: kg/day (1007) teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan' 1=MAX(0, Prakiraan Pengiriman Teh G1 1+koreksi persediaan teh G1 jadi 1+koreksi daftar pesanan teh G1 1) Units: kg/day (1008) Teh G1 masuk Pusat Distribusi=teh G1 keluar dari proses akhir Units: kg/day (1009) Teh G1 masuk Pusat Distribusi 1=teh G1 keluar dari proses akhir 1 Units: kg/day (1010) Teh G1 masuk Pusat Distribusi koperasi=teh G1 keluar dari proses akhir koperasi Units: kg/day (1011) Teh G1 masuk Pusat Distribusi koperasi 1=teh G1 keluar dari proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (1012) Teh G1 menuju proses akhir=MIN(maks Teh G1 ke proses akhir, pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir) Units: kg/day
217
(1013) Teh G1 menuju proses akhir 1=MIN(maks Teh G1 ke proses akhir 1, pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir 1) Units: kg/day (1014) Teh G1 menuju proses akhir di koperasi=MIN(pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir koperasi, maks Teh G1 ke proses akhir koperasi) Units: kg/day (1015) Teh G1 menuju proses akhir di koperasi 1=MIN(pasokan teh G1 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1, maks Teh G1 ke proses akhir koperasi 1 ) Units: kg/day (1016) Teh G1 pasokan dari koperasi=Pemenuhan Pesanan teh G1 dari koperasi Units: kg/day (1017) teh G2 awal dalam proses akhir=12589.5 Units: kg (1018) teh G2 awal dalam proses akhir 1=10972.5 Units: kg (1019) teh G2 awal dalam proses akhir koperasi=3920.71 Units: kg (1020) teh G2 awal dalam proses akhir koperasi 1=3920.71 Units: kg (1021) teh G2 cacat=total teh G2 keluar dari proses akhir-teh G2 keluar dari proses akhir Units: kg/day (1022) teh G2 cacat 1=total teh G2 keluar dari proses akhir 1-teh G2 keluar dari proses akhir 1 Units: kg/day (1023) teh G2 cacat koperasi=total teh G2 keluar dari proses akhir koperasi-teh G2 keluar dari proses akhir koperasi' Units: kg/day (1024) teh G2 cacat koperasi 1=total teh G2 keluar dari proses akhir koperasi 1-teh G2 keluar dari proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (1025) Teh G2 Curah= INTEG (Down Grade 1 ke 2+Sortasi Teh G2-Down Grade 2 ke 3-Teh G2 menuju proses akhir-tambahan teh G2 menuju proses akhir,8393) Units: kg (1026) Teh G2 Curah 1= INTEG (Down Grade 1 ke 2 1+Sortasi Teh G2 1Down Grade 2 ke 3 1-Teh G2 menuju proses akhir 1-tambahan teh G2 menuju proses akhir 1,7315) Units: kg (1027) Teh G2 Curah Koperasi= INTEG (Down Grade 1 ke 2 di koperasi+Sortasi Teh G2 koperasi-Down Grade 2 ke 3 di koperasiTeh G2 menuju proses akhir koperasi-tambahan teh G2 menuju proses akhir 0 0,3385.46) Units: kg (1028) Teh G2 Curah Koperasi 1= INTEG (Down Grade 1 ke 2 di koperasi 1+Sortasi Teh G2 koperasi 1-Down Grade 2 ke 3 di koperasi 1-Teh
218
(1029)
(1030)
(1031)
(1032)
(1033) (1034)
(1035)
(1036)
(1037) (1038) (1039) (1040)
(1041)
G2 menuju proses akhir koperasi 1-tambahan teh G2 menuju proses akhir koperasi 1,3385.46) Units: kg Teh G2 dalam Proses Akhir= INTEG (pasokan teh G2 ke proses akhirteh G2 cacat-teh G2 keluar dari proses akhir,teh G2 awal dalam proses akhir) Units: kg Teh G2 dalam Proses Akhir 1= INTEG (pasokan teh G2 ke proses akhir 1-teh G2 cacat 1-teh G2 keluar dari proses akhir 1,teh G2 awal dalam proses akhir 1) Units: kg Teh G2 dalam Proses Akhir Koperasi= INTEG (pasokan teh G2 ke proses akhir koperasi-teh G2 cacat koperasi-teh G2 keluar dari proses akhir koperasi',teh G2 awal dalam proses akhir koperasi) Units: kg Teh G2 dalam Proses Akhir Koperasi 1= INTEG (pasokan teh G2 ke proses akhir koperasi 1-teh G2 cacat koperasi 1-teh G2 keluar dari proses akhir koperasi 1,teh G2 awal dalam proses akhir koperasi 1) Units: kg teh G2 dalam proses akhir yang diinginkan=total teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan*waktu untuk proses akhir teh G2 Units: kg teh G2 dalam proses akhir yang diinginkan 1=total teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan 1*waktu untuk proses akhir teh G2 1 Units: kg teh G2 dalam proses akhir yang diinginkan koperasi=total teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi*waktu untuk proses akhir teh G2 koperasi Units: kg teh G2 dalam proses akhir yang diinginkan koperasi 1=total teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1*waktu untuk proses akhir teh G2 koperasi 1 Units: kg teh G2 hasil pembelian=laju pemesanan teh G2 pembelian Units: kg/day teh G2 keluar dari proses akhir=total teh G2 keluar dari proses akhir*fraksi teh G2 keluar dari proses akhir Units: kg/day teh G2 keluar dari proses akhir 1=total teh G2 keluar dari proses akhir 1*fraksi teh G2 keluar dari proses akhir 1 Units: kg/day teh G2 keluar dari proses akhir koperasi 1=total teh G2 keluar dari proses akhir koperasi 1*fraksi teh G2 keluar dari proses akhir koperasi 1 Units: kg/day teh G2 keluar dari proses akhir koperasi'=total teh G2 keluar dari proses akhir koperasi*fraksi teh G2 keluar dari proses akhir koperasi Units: kg/day
219
(1042) teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan=MAX(0, Prakiraan Pengiriman teh G2+koreksi persediaan teh G2 jadi+koreksi daftar pesanan teh G2) Units: kg/day (1043) teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan 1=MAX(0, Prakiraan Pengiriman teh G2 0+koreksi persediaan teh G2 jadi 1+koreksi daftar pesanan teh G2 1) Units: kg/day (1044) teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi=MAX(0, Prakiraan Pengiriman teh G2 koperasi+koreksi persediaan teh G2 jadi koperasi) Units: kg/day (1045) teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1=MAX(0, Prakiraan Pengiriman teh G2 koperasi 1+koreksi persediaan teh G2 jadi koperasi 1) Units: kg/day (1046) teh G2 masuk pusat distribusi=teh G2 keluar dari proses akhir Units: kg/day (1047) teh G2 masuk pusat distribusi 1=teh G2 keluar dari proses akhir 1 Units: kg/day (1048) teh G2 masuk pusat distribusi koperasi=teh G2 keluar dari proses akhir koperasi' Units: kg/day (1049) teh G2 masuk pusat distribusi koperasi 1=teh G2 keluar dari proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (1050) Teh G2 menuju proses akhir=MIN( maks Teh G2 ke proses akhir , pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir) Units: kg/day (1051) Teh G2 menuju proses akhir 1=MIN( maks Teh G2 ke proses akhir 1 , pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir 1) Units: kg/day (1052) Teh G2 menuju proses akhir koperasi=MIN( maks Teh G2 ke proses akhir koperasi , pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir koperasi) Units: kg/day (1053) Teh G2 menuju proses akhir koperasi 1=MIN( maks Teh G2 ke proses akhir koperasi 1 , pasokan teh G2 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1 ) Units: kg/day (1054) teh G2 pasokan dari koperasi=pemenuhan pemesanan teh G2 dari koperasi Units: kg/day (1055) teh G3 awal dalam proses akhir=5395.5 Units: kg (1056) teh G3 awal dalam proses akhir 1=4702.5 Units: kg (1057) teh G3 awal dalam proses akhir koperasi=3330.17 Units: kg
220
(1058) teh G3 awal dalam proses akhir koperasi 1=3330.17 Units: kg (1059) teh G3 cacat=total teh G3 keluar dari proses akhir-teh G3 keluar dari proses akhir Units: kg/day (1060) teh G3 cacat 1=total teh G3 keluar dari proses akhir 1-teh G3 keluar dari proses akhir 1 Units: kg/day (1061) teh G3 cacat koperasi=total teh G3 keluar dari proses akhir koperasi-teh G3 keluar dari proses akhir koperasi Units: kg/day (1062) teh G3 cacat koperasi 1=total teh G3 keluar dari proses akhir koperasi 1-teh G3 keluar dari proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (1063) Teh G3 Curah= INTEG (Down Grade 2 ke 3+Sortasi Teh G3-Teh G3 menuju proses akhir,3597) Units: kg (1064) Teh G3 Curah 1= INTEG (Down Grade 2 ke 3 1+Sortasi Teh G3 1-Teh G3 menuju proses akhir 1,3135) Units: kg (1065) Teh G3 Curah Koperasi= INTEG (Down Grade 2 ke 3 di koperasi+Sortasi Teh G3 koperasi-Teh G3 menuju proses akhir koperasi,2220.11) Units: kg (1066) Teh G3 Curah Koperasi 1= INTEG (Down Grade 2 ke 3 di koperasi 1+Sortasi Teh G3 koperasi 1-Teh G3 menuju proses akhir koperasi 1,2220.11) Units: kg (1067) Teh G3 dalam Proses Akhir= INTEG (pasokan teh G3 ke proses akhirteh G3 cacat-teh G3 keluar dari proses akhir,teh G3 awal dalam proses akhir) Units: kg (1068) Teh G3 dalam Proses Akhir 1= INTEG (pasokan teh G3 ke proses akhir 1-teh G3 cacat 1-teh G3 keluar dari proses akhir 1,teh G3 awal dalam proses akhir 1) Units: kg (1069) Teh G3 dalam Proses Akhir Koperasi= INTEG (pasokan teh G3 ke proses akhir koperasi-teh G3 cacat koperasi-teh G3 keluar dari proses akhir koperasi,teh G3 awal dalam proses akhir koperasi) Units: kg (1070) Teh G3 dalam Proses Akhir Koperasi 1= INTEG (pasokan teh G3 ke proses akhir koperasi 1-teh G3 cacat koperasi 1-teh G3 keluar dari proses akhir koperasi 1,teh G3 awal dalam proses akhir koperasi 1) Units: kg (1071) teh G3 dalam proses akhir yang diinginkan=total teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan*waktu untuk proses akhir teh G3 Units: kg
221
(1072) teh G3 dalam proses akhir yang diinginkan 1=total teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan 1*waktu untuk proses akhir teh G3 1 Units: kg (1073) teh G3 dalam proses akhir yang diinginkan koperasi=total teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi*waktu untuk proses akhir teh G3 koperasi Units: kg (1074) "teh G3 dalam proses akhir yang diinginkan koperasi\ 1"=total teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1*waktu untuk proses akhir teh G3 koperasi 1 Units: kg (1075) teh G3 hasil pembelian=laju pemesanan teh G3 pembelian Units: kg/day (1076) teh G3 keluar dari proses akhir=total teh G3 keluar dari proses akhir*fraksi teh G3 keluar dari proses akhir Units: kg/day (1077) teh G3 keluar dari proses akhir 1=total teh G3 keluar dari proses akhir 1*fraksi teh G3 keluar dari proses akhir 1 Units: kg/day (1078) teh G3 keluar dari proses akhir koperasi=total teh G3 keluar dari proses akhir koperasi*fraksi teh G3 keluar dari proses akhir koperasi Units: kg/day (1079) teh G3 keluar dari proses akhir koperasi 1=total teh G3 keluar dari proses akhir koperasi 1*fraksi teh G3 keluar dari proses akhir koperasi 0 Units: kg/day (1080) teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan=MAX(0, Prakiraan Pengiriman Teh G3+koreksi persediaan teh G3 jadi+koreksi daftar pesanan teh G3) Units: kg/day (1081) teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan 1=MAX(0, Prakiraan Pengiriman Teh G3 1+koreksi persediaan teh G3 jadi 1+koreksi daftar pesanan teh G3 1) Units: kg/day (1082) teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi=MAX(0, Prakiraan Pengiriman Teh G3 koperasi+koreksi persediaan teh G3 jadi koperasi) Units: kg/day (1083) teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1=MAX(0, Prakiraan Pengiriman Teh G3 koperasi 1+koreksi persediaan teh G3 jadi koperasi 1) Units: kg/day (1084) teh G3 masuk pusat distribusi=teh G3 keluar dari proses akhir Units: kg/day (1085) teh G3 masuk pusat distribusi 1=teh G3 keluar dari proses akhir 1 Units: kg/day (1086) teh G3 masuk pusat distribusi koperasi=teh G3 keluar dari proses akhir koperasi
222
Units: kg/day (1087) teh G3 masuk pusat distribusi koperasi 1=teh G3 keluar dari proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (1088) Teh G3 menuju proses akhir=MIN(maks Teh G3 ke proses akhir, pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir) Units: kg/day (1089) Teh G3 menuju proses akhir 1=MIN(maks Teh G3 ke proses akhir 1, pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir 1) Units: kg/day (1090) Teh G3 menuju proses akhir koperasi=MIN(maks Teh G3 ke proses akhir koperasi, pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir koperasi) Units: kg/day (1091) Teh G3 menuju proses akhir koperasi 1=MIN(maks Teh G3 ke proses akhir koperasi 1, pasokan teh G3 yang diinginkan ke proses akhir koperasi 1) Units: kg/day (1092) teh G3 pasokan dari koperasi=pemesanan teh G3 dari koperasi Units: kg/day (1093) teh semua grade hasil pembelian=Teh G1 hasil Pembelian+teh G2 hasil pembelian+teh G3 hasil pembelian Units: kg/day (1094) tenaga kerja pabrik keluar=Jumlah tenaga kerja pabrik/masa kerja tenaga kerja pabrik rata2 Units: Population/day (1095) tenaga kerja pabrik keluar 1=Jumlah tenaga kerja pabrik 1/masa kerja tenaga kerja pabrik rata2 1 Units: Population/day (1096) tenaga kerja pabrik koperasi keluar=Jumlah Tenaga Kerja Pabrik Koperasi/masa kerja tenaga kerja pabrik koperasi rata2 Units: Population/day (1097) tenaga kerja pabrik koperasi keluar 1=Jumlah Tenaga Kerja Pabrik Koperasi 0/masa kerja tenaga kerja pabrik koperasi rata2 1 Units: Population/day (1098) tenaga pemetik kebun anggota keluar=Jumlah Pemetik Kebun Anggota Koperasi/masa kerja pemetik kebun anggota rata2 Units: Population/day (1099) tenaga pemetik kebun anggota keluar 1=Jumlah Pemetik Kebun Anggota Koperasi 1/masa kerja pemetik kebun anggota rata2 1 Units: Population/day (1100) tenaga pemetik kebun rakyat keluar=Jumlah Pemetik Kebun Rakyat/"masa kerja pemetik kebun rakyat rata-rata" Units: Population/day (1101) tenaga pemetik kebun sendiri keluar=Jumlah Pemetik Kebun Sendiri/masa kerja pemetik kebun sendiri rata2 Units: Population/day
223
(1102) tenaga pemetik kebun sendiri keluar 0=Jumlah Pemetik Kebun Sendiri 0/masa kerja pemetik kebun sendiri rata2 0 Units: Population/day (1103) tenaga pemetik kebun sendiri keluar 1=Jumlah Pemetik Kebun Sendiri 1/masa kerja pemetik kebun sendiri rata2 1 Units: Population/day (1104) TIME STEP = 0.5 Units: day [0,?] The time step for the simulation. (1105) tinggi STEP teh G1=0 Units: Dmnl (1106) tinggi STEP teh G1 1=0 Units: Dmnl (1107) tinggi STEP teh G2=0 Units: Dmnl (1108) tinggi STEP teh G2 1=0 Units: Dmnl (1109) tinggi STEP teh G3=0 Units: Dmnl (1110) tinggi STEP teh G3 1=0 Units: Dmnl (1111) Tipe Petikan Pucuk=efek permintaan teh G1 thd tipe petikan pucuk*Tipe Petikan Pucuk Normal Units: Dmnl (1112) Tipe Petikan Pucuk 1=efek permintaan teh G1 thd tipe petikan pucuk 1*Tipe Petikan Pucuk Normal 1 Units: Dmnl (1113) Tipe Petikan Pucuk koperasi=efek permintaan teh G1 thd tipe petikan pucuk koperasi*Tipe Petikan Pucuk Normal koperasi Units: Dmnl (1114) Tipe Petikan Pucuk koperasi 1=efek permintaan teh G1 thd tipe petikan pucuk koperasi 1*Tipe Petikan Pucuk Normal koperasi 1 Units: Dmnl (1115) Tipe Petikan Pucuk Normal=2.5 Units: Dmnl (1116) Tipe Petikan Pucuk Normal 1=2.5 Units: Dmnl (1117) Tipe Petikan Pucuk Normal koperasi=2.5 Units: Dmnl (1118) Tipe Petikan Pucuk Normal koperasi 1=2.5 Units: Dmnl (1119) total persediaan teh jadi=Persediaan Teh G1 Jadi+Persediaan Teh G2 Jadi+Persediaan Teh G3 Jadi Units: kg (1120) total persediaan teh jadi 1=Persediaan Teh G1 Jadi 1+Persediaan Teh G2 Jadi 1+Persediaan Teh G3 Jadi 1 Units: kg
224
(1121) total persediaan teh jadi di koperasi=Persediaan Teh G1 Jadi Koperasi+Persediaan Teh G2 Jadi Koperasi+Persediaan Teh G3 Jadi Koperasi Units: kg (1122) total persediaan teh jadi di koperasi 1=Persediaan Teh G1 Jadi Koperasi 1+Persediaan Teh G2 Jadi Koperasi 1+Persediaan Teh G3 Jadi Koperasi 1 Units: kg (1123) total teh G1 keluar dari proses akhir=MIN(total teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan, maksimum teh G1 keluar dari proses akhir) Units: kg/day (1124) total teh G1 keluar dari proses akhir 1=MIN(total teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan 1, maksimum teh G1 keluar dari proses akhir 1) Units: kg/day (1125) total teh G1 keluar dari proses akhir koperasi=MIN(total teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi, maksimum teh G1 keluar dari proses akhir koperasi) Units: kg/day (1126) total teh G1 keluar dari proses akhir koperasi 1= MIN(total teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1, maksimum teh G1 keluar dari proses akhir koperasi 1 ) Units: kg/day (1127) total teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan=teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan'/fraksi teh G1 keluar dari proses akhir Units: kg/day (1128) total teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan 1=teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan' 1/fraksi teh G1 keluar dari proses akhir 1 Units: kg/day (1129) total teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi=teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi/fraksi teh G1 keluar dari proses akhir koperasi Units: kg/day (1130) total teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1=teh G1 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1/fraksi teh G1 keluar dari proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (1131) total teh G2 keluar dari proses akhir=MIN(maksimum teh G2 keluar dari proses akhir, total teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan) Units: kg/day (1132) total teh G2 keluar dari proses akhir 1=MIN(maksimum teh G2 keluar dari proses akhir 1, total teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan 1) Units: kg/day
225
(1133) total teh G2 keluar dari proses akhir koperasi=MIN(maksimum teh G2 keluar dari proses akhir koperasi, total teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi) Units: kg/day (1134) total teh G2 keluar dari proses akhir koperasi 1= MIN(maksimum teh G2 keluar dari proses akhir koperasi 1, total teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1) Units: kg/day (1135) total teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan=teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan/fraksi teh G2 keluar dari proses akhir Units: kg/day (1136) total teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan 1=teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan 1/fraksi teh G2 keluar dari proses akhir 1 Units: kg/day (1137) total teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi=teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi/fraksi teh G2 keluar dari proses akhir koperasi Units: kg/day (1138) total teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1=teh G2 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1/fraksi teh G2 keluar dari proses akhir koperasi 1 Units: kg/day (1139) total teh G3 keluar dari proses akhir=MIN(maksimum teh G3 keluar dari proses akhir, total teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan) Units: kg/day (1140) total teh G3 keluar dari proses akhir 1=MIN(maksimum teh G3 keluar dari proses akhir 1, total teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan 1 ) Units: kg/day (1141) total teh G3 keluar dari proses akhir koperasi=MIN(maksimum teh G3 keluar dari proses akhir koperasi, total teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi) Units: kg/day (1142) total teh G3 keluar dari proses akhir koperasi 1= MIN(maksimum teh G3 keluar dari proses akhir koperasi 1, total teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1 ) Units: kg/day (1143) total teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan=teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan/fraksi teh G3 keluar dari proses akhir Units: kg/day (1144) total teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan 1=teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan 1/fraksi teh G3 keluar dari proses akhir 1 Units: kg/day
226
(1145) total teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi=teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi/fraksi teh G3 keluar dari proses akhir koperasi Units: kg/day (1146) total teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1=teh G3 keluar dari proses akhir yang diinginkan koperasi 1/fraksi teh G3 keluar dari proses akhir koperasi 0 Units: kg/day (1147) Upah Pemetik=pemetikan di kebun sendiri*Upah Pemetikan kebun sendiri per kg Units: Rp/day (1148) Upah Pemetik 1=pemetikan di kebun sendiri 1*Upah Pemetikan kebun sendiri per kg 1 Units: Rp/day (1149) upah pemetik kebun rakyat mitra per kg=400 Units: Rp/kg (1150) upah pemetik kebun rakyat per kg anggota koperasi=400 Units: Rp/kg (1151) upah pemetik kebun rakyat per kg anggota koperasi 1=400 Units: Rp/kg (1152) Upah Pemetikan kebun sendiri per kg=400 Units: Rp/kg (1153) Upah Pemetikan kebun sendiri per kg 1=400 Units: Rp/kg (1154) waktu kadaluarsa=730 Units: day (1155) waktu kadaluarsa 1=730 Units: day (1156) waktu kadaluarsa di koperasi=730 Units: day (1157) waktu kadaluarsa di koperasi 1=730 Units: day (1158) Waktu Kecukupan Kas=30 Units: day (1159) Waktu Kecukupan Kas 1=30 Units: day (1160) Waktu Kecukupan Kas Kebun Rakyat Anggota Koperasi=30 Units: day (1161) Waktu Kecukupan Kas Kebun Rakyat Anggota Koperasi 1=30 Units: day (1162) Waktu kecukupan kas kebun rakyat mitra=30 Units: day (1163) Waktu Kecukupan Kas koperasi=30 Units: day (1164) Waktu Kecukupan Kas koperasi 1=30 Units: day (1165) waktu koreksi daftar pesanan teh G1=30 Units: day (1166) waktu koreksi daftar pesanan teh G1 1=30
227
Units: day (1167) waktu koreksi daftar pesanan teh G2=30 Units: day (1168) waktu koreksi daftar pesanan teh G2 1=30 Units: day (1169) waktu koreksi daftar pesanan teh G3=30 Units: day (1170) waktu koreksi daftar pesanan teh G3 1=30 Units: day (1171) waktu koreksi persediaan teh G1 jadi=14 Units: day (1172) waktu koreksi persediaan teh G1 jadi 1=14 Units: day (1173) waktu koreksi persediaan teh G1 jadi koperasi=14 Units: day (1174) waktu koreksi persediaan teh G1 jadi koperasi 1=14 Units: day (1175) waktu koreksi persediaan teh G2 jadi=14 Units: day (1176) waktu koreksi persediaan teh G2 jadi 1= 14 Units: day (1177) waktu koreksi persediaan teh G2 jadi koperasi= 14 Units: day (1178) waktu koreksi persediaan teh G2 jadi koperasi 1=14 Units: day (1179) waktu koreksi persediaan teh G3 jadi=14 Units: day (1180) waktu koreksi persediaan teh G3 jadi 1=14 Units: day (1181) waktu koreksi persediaan teh G3 jadi koperasi=14 Units: day (1182) waktu koreksi persediaan teh G3 jadi koperasi 1=14 Units: day (1183) waktu koreksi teh G1 dalam proses akhir=4 Units: day (1184) waktu koreksi teh G1 dalam proses akhir 1=4 Units: day (1185) waktu koreksi teh G1 dalam proses akhir koperasi=4 Units: day (1186) waktu koreksi teh G1 dalam proses akhir koperasi 1=4 Units: day (1187) waktu koreksi teh G2 dalam proses akhir=4 Units: day (1188) waktu koreksi teh G2 dalam proses akhir 1=4 Units: day (1189) waktu koreksi teh G2 dalam proses akhir koperasi=4 Units: day (1190) waktu koreksi teh G2 dalam proses akhir koperasi 1=4 Units: day
228
(1191) waktu koreksi teh G3 dalam proses akhir=4 Units: day (1192) waktu koreksi teh G3 dalam proses akhir 1=4 Units: day (1193) waktu koreksi teh G3 dalam proses akhir koperasi=4 Units: day (1194) waktu koreksi teh G3 dalam proses akhir koperasi 1=4 Units: day (1195) waktu meratakan kapasitas pabrik=1 Units: day (1196) waktu meratakan kapasitas pabrik 1=1 Units: day (1197) waktu meratakan kapasitas pabrik koperasi=1 Units: day (1198) waktu meratakan kapasitas pabrik koperasi 1=1 Units: day (1199) Waktu pembayaran=30 Units: day (1200) Waktu pembayaran 0=30 Units: day (1201) Waktu pembayaran 1=30 Units: day (1202) Waktu pembayaran ke koperasi=30 Units: day (1203) Waktu pembayaran ke koperasi 1=30 Units: day (1204) waktu pembayaran pucuk teh=30 Units: day (1205) waktu pembayaran pucuk teh dr koperasi=30 Units: day (1206) waktu pembayaran pucuk teh dr koperasi 1=30 Units: day (1207) waktu pengangkatan tenaga kerja pabrik=15 Units: day (1208) waktu pengangkatan tenaga kerja pabrik 1=15 Units: day (1209) waktu pengangkatan tenaga kerja pabrik koperasi=15 Units: day (1210) waktu pengangkatan tenaga kerja pabrik koperasi 1=15 Units: day (1211) waktu pengangkatan tenaga pemetik kebun anggota=15 Units: day (1212) waktu pengangkatan tenaga pemetik kebun anggota 1=5 Units: day (1213) waktu pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri=15 Units: day (1214) waktu pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri 0=15 Units: day (1215) waktu pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri 1=15
229
Units: day (1216) waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum=4 Units: day (1217) waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum 1=4 Units: day (1218) waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum koperasi=4 Units: day (1219) waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum koperasi 1=4 Units: day (1220) waktu pengolahan pesanan teh G2 minimum=4 Units: day (1221) waktu pengolahan pesanan teh G2 minimum 1=4 Units: day (1222) waktu pengolahan pesanan teh G2 minimum koperasi=4 Units: day (1223) waktu pengolahan pesanan teh G2 minimum koperasi 1=4 Units: day (1224) waktu pengolahan pesanan teh G3 minimum=4 Units: day (1225) waktu pengolahan pesanan teh G3 minimum 1=4 Units: day (1226) waktu pengolahan pesanan teh G3 minimum koperasi=4 Units: day (1227) waktu pengolahan pesanan teh G3 minimum koperasi 1=4 Units: day (1228) waktu penyesuaian jumlah pemetik kebun rakyat=15 Units: day (1229) waktu persepsi fraksi pesanan teh G2 yang terpenuhi=30 Units: day (1230) waktu persepsi fraksi pesanan teh G2 yang terpenuhi 1=30 Units: day (1231) waktu persepsi fraksi pesanan teh G3 yang terpenuhi=30 Units: day (1232) waktu persepsi fraksi pesanan teh G3 yang terpenuhi 1=30 Units: day (1233) waktu produksi=0.5 Units: day (1234) waktu produksi 0=0.5 Units: day (1235) waktu produksi pabrik koperasi=0.5 Units: day (1236) waktu produksi pabrik koperasi 1=0.5 Units: day (1237) waktu STEP teh G1=0 Units: day [0,1825] (1238) waktu STEP teh G1 1=0 Units: day [0,1825]
230
(1239) waktu STEP teh G2=0 Units: day [0,1825] (1240) waktu STEP teh G2 1=0 Units: day [0,1825] (1241) waktu STEP teh G3=0 Units: day [0,1825] (1242) waktu STEP teh G3 1=0 Units: day [0,1825] (1243) waktu tunggu Teh G1 curah=2 Units: day (1244) waktu tunggu Teh G1 curah 1=2 Units: day (1245) waktu tunggu Teh G1 curah koperasi=2 Units: day (1246) waktu tunggu Teh G1 curah koperasi 1=2 Units: day (1247) waktu tunggu Teh G2 Curah=2 Units: day (1248) waktu tunggu Teh G2 Curah 1=2 Units: day (1249) waktu tunggu Teh G2 Curah koperasi=2 Units: day (1250) waktu tunggu Teh G2 Curah koperasi 1=2 Units: day (1251) waktu tunggu Teh G3 Curah=2 Units: day (1252) waktu tunggu Teh G3 Curah 1=2 Units: day (1253) waktu tunggu Teh G3 Curah koperasi=2 Units: day (1254) waktu tunggu Teh G3 Curah koperasi 1=2 Units: day (1255) waktu untuk memperbaharui pengiriman teh G1 koperasi 1=4 Units: day (1256) waktu untuk memperbaharui pengiriman teh G2=4 Units: day (1257) waktu untuk memperbaharui pengiriman teh G2 1=4 Units: day (1258) waktu untuk memperbaharui pengiriman teh G2 koperasi=4 Units: day (1259) waktu untuk memperbaharui pengiriman teh G2 koperasi 1=4 Units: day (1260) waktu untuk memperbaharui pengiriman Teh G3=4 Units: day (1261) waktu untuk memperbaharui pengiriman Teh G3 1=4 Units: day (1262) waktu untuk memperbaharui pengiriman Teh G3 koperasi=4 Units: day (1263) waktu untuk memperbaharui pengiriman Teh G3 koperasi 1=4
231
Units: day (1264) waktu untuk memperbaharui pengriman teh G1=4 Units: day (1265) waktu untuk memperbaharui pengriman teh G1 1=4 Units: day (1266) waktu untuk memperbaharui pengriman teh G1 koperasi=4 Units: day (1267) waktu untuk memperbaharui pesanan teh G1=30 Units: day (1268) waktu untuk memperbaharui pesanan teh G1 1=30 Units: day (1269) waktu untuk memperbaharui pesanan teh G1 koperasi=30 Units: day (1270) waktu untuk memperbaharui pesanan teh G1 koperasi 1=30 Units: day (1271) waktu untuk memperbaharui pesanan teh G2=30 Units: day (1272) waktu untuk memperbaharui pesanan teh G2 1=30 Units: day (1273) waktu untuk memperbaharui pesanan teh G2 koperasi=30 Units: day (1274) waktu untuk memperbaharui pesanan teh G2 koperasi 1=30 Units: day (1275) waktu untuk memperbaharui pesanan teh G3=30 Units: day (1276) waktu untuk memperbaharui pesanan teh G3 1=30 Units: day (1277) waktu untuk memperbaharui pesanan teh G3 koperasi=30 Units: day (1278) waktu untuk memperbaharui pesanan teh G3 koperasi 1=30 Units: day (1279) waktu untuk persepsi fraksi pesanan teh G1 yang terpenuhi=30 Units: day (1280) waktu untuk persepsi fraksi pesanan teh G1 yang terpenuhi 1=30 Units: day (1281) waktu untuk proses akhir teh G1=3 Units: day (1282) waktu untuk proses akhir teh G1 1=3 Units: day (1283) waktu untuk proses akhir teh G1 koperasi=3 Units: day (1284) waktu untuk proses akhir teh G1 koperasi 1=3 Units: day (1285) waktu untuk proses akhir teh G2=3 Units: day (1286) waktu untuk proses akhir teh G2 1=3 Units: day (1287) waktu untuk proses akhir teh G2 koperasi=3 Units: day
232
(1288) waktu untuk proses akhir teh G2 koperasi 1=3 Units: day (1289) waktu untuk proses akhir teh G3=3 Units: day (1290) waktu untuk proses akhir teh G3 1=3 Units: day (1291) waktu untuk proses akhir teh G3 koperasi=3 Units: day (1292) waktu untuk proses akhir teh G3 koperasi 1=3 Units: day
225
Lampiran 9. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Proses Budidaya Teh Di Perkebunan Milik perusahaan No 1
2 3
Variabel dan Parameter Produktivitas pucuk di perkebunan sendiri Luas produktif kebun sendiri Fraksi pucuk kebun sendiri terkirim ke pabrik
Dimensi
Nilai
Sumber
Kg/hari/ha
34
Ha
1477
Perhitungan dan Wawancara Data sekunder
Tanpa dimensi
1
wawancara
226
Lampiran 10. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Pemetik Perkebunan Perusahaan No 1
2
3
4
5
Variabel dan Parameter Fraksi ketersediaan tenaga kerja Waktu pengangkatan tenaga pemetik kebun sendiri Masa kerja pemetik kebun sendiri ratarata Produktivitas pemetik kebun sendiri normal Jumlah pemetik kebun sendiri
Dimensi
Nilai
Sumber
Tanpa dimensi
1
Wawancara
Hari
15
Wawancara
Hari
365
Wawancara
kg/hari/orang
40
Wawancara
Orang
1187,5 (inisial)
Diasumsikan dari keseimbangan
227
Lampiran 11. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Proses Budidaya Teh Di Perkebunan Rakyat No 1
2 3
Variabel dan Parameter Produktivitas pucuk di kebun rakyat Luas produktif kebun rakyat mitra Fraksi pucuk kebun rakyat terkirim ke pabrik
Dimensi
Nilai
Sumber
Kg/hari/ha
30
Ha
200
Perhitungan dan Wawancara Data sekunder
Tanpa dimensi
1
wawancara
228
Lampiran 12. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Pemetik Perkebunan Rakyat No 1
2
3
4
5
Variabel dan Parameter Fraksi ketersediaan pemetik kebun rakyat Waktu penyesuaian jumlah tenaga pemetik kebun rakyat Masa kerja pemetik kebun rakyat ratarata Produktivitas pemetik kebun rakyat normal Jumlah pemetik kebun rakyat
Dimensi
Nilai
Sumber
Tanpa dimensi
1
Wawancara
Hari
15
Wawancara
Hari
365
Wawancara
kg/hari/orang
35
Wawancara
Orang
200 (inisial)
Diasumsikan dari keseimbangan
229
Lampiran 13. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Manajemen Kapasitas Produksi Pabrik Teh No 1
2 3 4
Variabel dan Parameter Kapasitas berjalan mesin pabrik normal Waktu meratakan kapasitas pabrik Kapasitas terpasang pabrik Fraksi konversi pucuk teh
Dimensi
Nilai
Sumber
Kg/hari
55.000
Wawancara
Hari
1
Wawancara
Kg/hari
64.000
Wawancara
Tanpa dimensi
0,22
Wawancara
230
Lampiran 14. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Tenaga Kerja Pabrik No 1
2
3
4
5
Variabel dan Parameter Fraksi ketersediaan tenaga kerja pabrik Waktu pengangkatan tenaga kerja pabrik Masa kerja tenaga kerja pabrik ratarata Jumlah tenaga kerja pabrik ratarata Jumlah tenaga kerja pabrik
Dimensi
Nilai
Sumber
Tanpa dimensi
1
Wawancara
Hari
15
Wawancara
Hari
1.100
Wawancara
Orang
350
Wawancara
Orang
501,9 (inisial)
Diasumsikan dari keseimbangan
231
Lampiran 15. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Rekayasa Kualitas Teh No 1
2 3
Variabel dan Parameter Tipe petikan pucuk normal
Dimensi
Nilai
Sumber
Tanpa dimensi
2,5
Tanpa dimensi Tanpa dimensi
0,45 0,5
Diasumsikan dari wawancara Wawancara Wawancara
Hari
2
Wawancara
Hari
2
Wawancara
Hari
2
Wawancara
Hari Kg
0,5 11.990 (inisial)
Wawancara Diasumsikan dari kesimbangan Diasumsikan dari kesimbangan Diasumsikan dari kesimbangan
7 8
PMS normal Fraksi sortasi teh G1 normal Waktu tunggu teh G1 curah Waktu tunggu teh G2 curah Waktu tunggu teh G3 curah Waktu produksi Teh G1 curah
9
Teh G2 curah
Kg
8.393 (inisial)
10
Teh G3 curah
Kg
3.597 (inisial)
4 5 6
232
Lampiran 16. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Proses Akhir Di Pabrik No 1
2
3
4
5
Variabel dan Parameter Waktu koreksi teh G1 dalam proses akhir Waktu memperbaharui pesanan teh G1 Waktu untuk proses akhir teh G1 Fraksi teh G1 keluar dari proses akhir Teh G1 awal dalam proses akhir
Dimensi
Nilai
Sumber
Hari
4
Wawancara
Hari
30
Wawancara
Hari
3
Wawancara
Tanpa dimensi
1
Wawancara
Kg
17.985 (inisial)
Diasumsikan dari kesimbangan
233
Lampiran 17. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Persediaan Teh Di Pusat Distribusi No 1
2
3
4
5 6 7 8
9
Variabel dan Parameter Waktu koreksi persediaan teh G1 jadi Waktu memperbaharui pengiriman teh G1 Waktu pengolahan pesanan teh G1 minimum Cakupan persediaan teh G1 pengaman Waktu kadaluarsa Ketersediaan teh G1 di pasar Delay pemesanan teh G1 pembelian Persediaan teh G1 jadi Daftar pemesanan teh G1 pembelian
Dimensi
Nilai
Sumber
Hari
14
Wawancara
Hari
4
Wawancara
Hari
4
Wawancara
Hari
30
Wawancara
Hari Tanpa dimensi
730 1
Wawancara Wawancara
Hari
7
Wawancara
kg
223.096 (inisial)
Kg
12.000 (inisial)
Diasumsikan dari keseimbangan Diasumsikan dari keseimbangan
234
Lampiran 18. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Pasar dan Pesanan Teh No 1
2
3
4 5
6
7
Variabel dan Parameter Target waktu penyampaian teh G1 Waktu untuk persepsi fraksi pesanan teh G1 yang terpenuhi Referensi fraksi pesanan teh G1 yang terpenuhi Daya tarik pesaing teh G1 Fraksi awal pesanan teh G1 yang terpenuhi Waktu koreksi daftar pesanan teh G1 Permintaan normal teh G1
Dimensi
Nilai
Sumber
Hari
14
Wawancara
Hari
30
Wawancara
Tanpa dimensi
0,9
Wawancara
Tanpa dimensi
0,4
Diasumsikan
Tanpa dimensi
1
Diasumsikan
Hari
30
Wawancara
kg/hari
14.467
Wawancara
235
Lampiran 19. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Keuangan Perusahaan No 1 2 3 4 5 6
Variabel dan Parameter Nilai tukar US$ Harga teh G1 Harga teh G2 Harga teh G3 Waktu pembayaran Piutang
Dimensi
Nilai
Sumber
Rp/USS$ US$/kg US$/kg US$/kg Hari Rp
9.295 2,1 1,2 0,9 30 4.84736e+009
Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Diasumsikan dari kesimbangan
236
Lampiran 20. Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Keuangan Perkebunan Rakyat No 1 5 6
Variabel dan Parameter Harga penjualan pucuk kebun rakyat Waktu pembayaran Piutang Kebun Rakyat Mitra
Dimensi
Nilai
Sumber
Rp/kg
1.167
Wawancara
Hari Rp
30 2.1e+008
Wawancara Diasumsikan dari kesimbangan
237
Lampiran 21. Validasi Perilaku Model Dalam Kondisi Ekstrim
potensi pucuk terpetik di kebun sendiri 0.2
kg/day
0.15
0.1
0.05
0 0
10
20
30
40
50 60 Time (day)
potensi pucuk terpetik di kebun sendiri : base run
1
1
70 1
1
80 1
90 1
1
100 1
pucuk diolah dalam pabrik 0.2
kg/day
0.15
0.1
0.05
0 0
10
20
30
40
pucuk diolah dalam pabrik : base run 1
50 60 Time (day) 1
1
70 1
1
80 1
90 1
1
100 1
Keterangan : Garis nomor 1 berada pada titik 0, mununjukkan bahwa apabila tidak ada produksi pucuk teh maka semua sistem produksi teh hijau akan terhenti. Hal tersebut sesuai dengan keadaan pada dunia nyatanya.
238
Lampiran 22. Rujukan Validasi Statistika Koefisien Korelasi (r) Koefisien korelasi adalah parameter yang menunjukan besarnya keeratan hubungan antara dua variabel. Misalkan terdapat 2 variabel Y1 dan Y2, korelasi antar kedua variabel tersebut dinyatakan dalam persamaan matematika adalah :
r (Y1 , Y2 ) =
Co var ianY1Y2 StndrDeviasiY1 × StndrDeviasiY2 −
n
Co var ianY1Y2 =
−
∑ (Y1i − Y1 )(Y2 − Y2 ) i =1
n
dimana : Y1i adalah nilai ke-i dari variabel pertama Y2i adalah nilai ke-i dari variabel kedua −
Y1 adalah nilai rata-rata variabel pertama −
Y2 adalah nilai rata-rata variabel kedua
−
n
StndrDeviasiY1 =
∑ (Y i =1
1i
− Y1 ) 2
n −
n
StndrDevia siY 2 =
Sehingga :
∑ (Y2i − Y2 ) 2 i =1
n
239
−
n
−
∑ (Y1i − Y1 )(Y2 − Y2 ) i =1
r (Y1 , Y2 ) =
n −
n
∑ (Y1i − Y1 ) 2 i =1
n
∑ (Y2i − Y2 ) 2
×
i =1
n
−
n
−
1 / n∑ (Y1i − Y1 )(Y2 − Y2 )
r (Y1 , Y2 ) =
i =1
n
1/ n
∑ (Y i =1
1i
−
− Y1 ) 2 −
n
r (Y1 , Y2 ) =
−
n
n
∑ (Y
2i
i =1
−
− Y2 ) 2
−
∑ (Y1i − Y1 )(Y2 − Y2 ) i =1
n
−
∑ (Y1i − Y1 ) 2 i =1
n
−
∑ (Y2i − Y2 ) 2 i =1
Nilai koefisien korelasi terletak diantara -1 sampai 1 (-1< r <1), tanda negatif(-) dan positif (+) menyatakan arah hubungan, jika positif berarti searah, negatif berarti berlawanan arah. Secara umum derajat korelasi terbagi menjadi : a. sampai 0.20 atau (-0.20) = hampir tidak ada korelasi b. 0.20 atau (-0.20) sampai 0.40 atau (-0.40) = korelasi rendah c. 0.40 atau (-0.40) sampai 0.60 atau (-0.60) = korelasi sedang d. 0.60 atau (-0.60) sampai 0.80 atau (-0.80) = korelasi tinggi e. 0.840 atau (-0.80) sampai 1.00 atau (-1.00) = korelasi sangat tinggi Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2), menyatakan seberapa besar variansi dari vaiabel yang diprediksi dapat diterangkan oleh model. Nilai koefisien determinasi bisa didapatkan dari kuadrat nilai koefisien korelasi.
R2 = r 2
240
Nilai koefisien determinasi terletak antara 0-1. Jika bernilai 0, maka model tersebut tidak dapat menjelaskan variabel yang diprediksi (0%), sementara jika bernilai 1, maka model dapat menjelaskan variabel yang diprediksi secara sempurna (100%). Misalkan nilai koefisien determinasi adalah 0,87, maka model dapat menjelaskan variabel yang diprediksi sebesar 87%, sementara 13% lainnya dijelaskan oleh error.
Error Error adalah kesalahan dari model, atau perbedaan nilai prediksi model dengan nilai dari data populasi atau sampel. Jika Y1 adalah nilai prediksi model, dan Y2 adalah data observasi, maka secara umum:
Error (e) = Y1 − Y2 Untuk menghilangkan pengaruh negatif, maka digunakan kuadrat sehingga menjadi square error
e 2 = (Y1 − Y2 ) 2 Persamaan tersebut adalah untuk satu data, sementara untuk seluruh data observasi dikenal dengan Sum Square Error (SSE): n
SSE = ∑ (Y1i − Y2i ) 2 i =1
Mean Square Error (MSE) Besaran sum square error akan sangat tergantung dari jumlah observasi (n), semakin besar n, maka nilai SSE akan semakin tnggi. Oleh karena itu untuk menghilangkan pengaruh jumlah observasi, maka SSE harus dirata-ratakan dan dikenal dengan nama Mean Square Error (MSE), atau rata-rata jumlah kuadrat dari error. Nila MSE sering digunakan untuk mengukur besarnya tingkat kesalahan (error) dari suatu model. Jika nilai MSE semakin kecil, maka model semakin valid. n
MSE =
∑ (Y i =1
1i
− Y2i ) 2 n
241
Root Mean Square Persen Error (RMSPE) Kelemahan dari MSE adalah nilainya mutlak (absolute), yaitu besarannya sangat tergantung dari skala nilai observasi, sehingga sulit untuk membandingkan dua model yang skala nilainya berbeda. Oleh Karena itu MSE dimodifikasi menjadi Root Mean Square Persen Error (RMSPE), yaitu rata-rata akar kuadrat dari proporsi perbedaan nilai prediksi model dengan data observasi. Semakin kecil nilai RMSPE, maka model semakin valid. n
∑( i =1
RMSPE =
Y1i − Y2i 2 ) Y2i n
Theil’s inequality Coefficient (U) Theil’s inequality Coefficient (U) digunakan untuk mengetahui kemampuan model dalam analisis simulasi peramalan. Theil’s inequality Coefficient (U) terdiri dari tiga proporsi yaitu proporsi bias (UM), proporsi varians (US), proporsi covarian (UC). Proporsi bias (UM) Proporsi bias adalah perbandingan antara bias dengan rata-rata kuadrat perbedaan antara nilai prediksi model dengan nilai observasi. Bias adalah perbedaan nilai ekspektasi prediski model dengan nilai ekspektasi observasi.
Bias = E (Y1 ) − E (Y2 ) −
−
Bias = Y 1 − Y 2 rata-rata perbedaan antara nilai prediksi model dengan nilai observasi =RMSPE Sehingga proporsi bias (UM):
−
−
U
M
=
(Y1 − Y2 ) 2 n
∑ (Y i =1
1i
− Y2i ) 2 n
242
Semakin kecil nilai UM, maka model semakin valid. Secara umum jika UM dibawah 0.20 maka model dikatakan valid. Proporsi Varians (US) Proporsi varian adalah perbandingan selisih varian prediksi model dan varian data observasi, dengan selisih nilai prediksi model dan nilai observasi. Varian adalah kuadrat dari standar deviasi (S2), sehingga Us sering dinyatakan sebagai selisih kuadrat nilai standar deviasi prediksi model dan standar deviasi data observasi, dengan rata-rata kuadrat selisih nilai prediksi model dan nilai observasi.
Dalam
persamaan matematika : −
n
Varian( S 2 ) =
U = S
∑ (Y i =1
i
− Y )2
n
, sehingga
( S1 − S 2 ) 2 n
∑ (Y i =1
1i
− Y2i ) 2 n
Dimana : S1 adalah standar deviasi data prediksi model S2 adalah standar deviasi data observasi Sama dengan proporsi bias, semakin kecil proposi varians maka model semakin valid. Proporsi Covarian (UC) Covarian menyatakan hubungan dua variabel, semakin besar covarian maka hubungan dua variabel tersebut semakin erat atau nilai koefisien korelasinya (r) semakin tingi. Oleh karena itu suatu model dikatakan semakin valid jika proporsi covariannya (UC) semakin tinggi. Hal tersebut sesuai dengan persamaan matematika dari konsep U theil :
243
UM + US + UC = 1 atau UC = 1- (UM + US) Karena semakin kecil nilai UM dan US semakin valid model, maka semakin besar nilai UC model akan semakin valid. Persamaan umum dari proporsi covarian adaah :
UC =
[2(1 − r ) S1 S 2 n
∑ (Y i =1
1i
− Y2i ) 2 n