PEMILIHAN BAHAN BACAAN ANAK: STUDI KASUS DI KOMUNITAS 1001BUKU Fiqi Auliawan S. Hum, Ike Iswary Lawanda S. S., M. S. Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16425
[email protected] [email protected]
Abstrak Penelitian ini mengenai pemilihan bahan bacaan anak yang dilakukan oleh relawan di Komunitas 1001buku. Permasalahan penelitian ini adalah proses kegiatan seleksi bahan bacaan anak dilakukan oleh relawan di Komunitas 1001buku berfokus pada kegiatan Book Drop Box (BDB) dan Sort-Pack-Distribute (SPD) Komunitas 1001buku. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan proses relawan melakukan pemilihan bahan bacaan anak untuk didonasikan ke Jaringan Taman Bacaan Anak 1001buku yang selama ini rutin dilakukan oleh relawan-relawan yang tergabung didalam Komunitas 1001buku. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Peneliti menyimpulkan bahwa upaya pemilihan bahan bacaan anak yang dilakukan di Komunitas 1001buku merupakan aplikasi pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh Koordinator Operasional. Pengetahuan dan pengelaman tersebut merupakan aplikasi dari proses seleksi di perpustakaan untuk dapat menjalankan semua proses kegiatan tersebut. Kata kunci: Seleksi, Bahan Bacaan Anak, Komunitas, Perpustakaan Komunitas.
Abstrack This study is regarding the selection of materials of children by volunteering at 1001buku community. This research problem is the process of the selection of kids reading materials is done by volunteers in 1001buku Community which is this activities focuses on Book Drop Box (BDB) and Sort-Pack-Distribute (SPD) 1001buku Community. This study aims to portray the process of an election for kids reading materials by the volunteers, and the book will be donated to the Children's Network 1001buku TBs that had regularly done by former volunteers who are the members in 1001buku community. This research used in this study is a qualitative case study method. Researchers concluded that the selection of reading material efforts undertaken in children 1001buku Community is an application of knowledge and experience possessed by the Operations Coordinator. Those knowledge and experience application of the selection process absorbed from library, in order to run that activities. Keywords:
Selection,
Children’s
Reading
Materials,
Community,
Library
Community
keterampilan serta sikap mental pembaharuan dan pembangunan. Akibatnya, akses terhadap informasi dan komunikasi yang penting untuk membuka cakrawala kehidupan dunia juga terbatas karena mereka tidak memiliki kemampuan keaksaraan yang memadai. Masalah sosial ini mendasari berdirinya perpustakaan komunitas yang biasa kita kenal dengan sebutan Taman Bacaan.
Pendahuluan Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2011, penduduk buta aksara usia 15– 59 tahun berjumlah 7.546.344 orang (BPS, 2011). Dari jumlah tersebut sebagian besar tinggal di daerah perdesaan seperti: petani kecil, buruh, nelayan, dan kelompok masyarakat miskin perkotaan yaitu buruh berpenghasilan rendah atau penganggur. Mereka tertinggal dalam hal pengetahuan, 1
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
Sort-Pack-Distribute (SPD) Komunitas 1001buku. Tahapan kegiatan yang dilakukan oleh relawan untuk memilih bahan bacaan anak yang baik serta pengetahuan yang diaplikasikan relawan pada kegiatan ini merupakan pembahasan yang akan dibahas di dalam karya tulis ini. Berdasarakan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas, maka tujuan penelitian mengenai pemilihan bacaan adalah untuk mengambarkan proses relawan melakukan pemilihan bahan bacaan anak untuk didonasikan ke Jaringan Taman Bacaan Anak 1001buku yang selama ini rutin dilakukan oleh relawan-relawan yang tergabung didalam Komunitas 1001buku.
Taman Bacaan tumbuh dan berkembang atas kesadaran masyarakat sekitar yang peduli dengan pendidikan. Taman bacaan menyediakan dan memberikan layanan dibidang bahan bacaan berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multimedia lainnya. Taman Bacaan hadir untuk dengan harapan dapat membantu mengurangi angka buta aksara masyarakat di daerah terpencil yang dimulai dari anakanak. Akan tetapi masalah lain muncul dikarenakan jumlah koleksi bahan bacaan anak yang minim yang dimiliki oleh setiap Taman Bacaan agar dapat memenuhi kebutuhan informasi dari setiap anak. Selain itu bahan bacaan anak yang dimiliki setiap Taman Bacaan tidak selamanya memuat informasi yang baik serta dibutuhkan oleh anak sehingga diperlukan sebuah cara untuk dapat memilih dan memilah bahan bacaan tersebut. Peneliti tertarik untuk melihat pemilihan sebagai sebuah proses untuk menghasilkan bahan bacaan anak yang baik di Komunitas 1001buku. Komunitas 1001buku bertanggungjawab atas semua bahan bacaan yang telah mereka donasikan ke semua perpustakaan dan taman bacaan yang telah tergabung kedalam Jaringan TBA 1001buku. Komunitas yang setiap bulannya melakukan donasi ratusan bahan bacaan anak ke puluhan perpustakaan dan taman bacaan yang tergabung dalam jaringan merupakan pekerjaan yang tidak mudah untuk dilakukan relawan-relawan di komunitas ini. Tenaga, pengetahuan, pengalaman serta pemahaman terhadap bahan bacaan anak yang dimiliki relawan merupakan modal penting yang dibutuhkan dalam proses pemilihan bahan bacaan anak. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang menjadi perhatian utama penulis ialah bagaimana proses kegiatan seleksi bahan bacaan anak tersebut dilakukan oleh relawan di Komunitas 1001buku berfokus pada kegiatan Book Drop Box (BDB) dan
Komunitas Komunitas dapat diartikan dalam beberapa arti. Menurut Barry Wellman yang dikutip oleh Gerard Delanty (2003: 177) definisi komunitas adalah “Community are networks of interpersonal ties that provide sociability, support, information, a sense of belonging and social identity”. Menurut pengertian tersebut, komunitas adalah jaringan dari beberapa individu yang saling mengikat yang meningkatkan sosialisasi sesama jaringan, saling mendukung, memberikan informasi, adanya rasa memiliki dan menjadi identitas sosial. Ikatan yang kuat dan dukungan dari sesama anggota komunitas memungkinkan adanya saling ketergantungan di antara anggota komunitas yang secara sadar atau tidak terjadi interaksi saling memanfaatkan di antara anggota komunitas. Sedangkan Stewart E. Perry (dalam Iriantara, 2004: 24) memandang ada dua makna komunitas. Pertama, komunitas sebagai kategori yang mengacu pada orang yang saling berhubungan berdasarkan nilai-nilai dan kepentingan bersama yang khusus. Kedua, secara khusus menunjuk pada satu kategori manusia yang berhubungan satu sama lain karena didasarkan pada lokasi tertentu yang sama 2
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
yang karena kesamaan lokalitas itu secara tak langsung membuat mereka mengacu pada kepentingan dan nilai-nilai yang sama. Komunitas 1001buku sebagai sebuah organisasi merupakan penggerak bagi berjalannya semua kegiatan yang dilakukan oleh komunitas dan TBA yang tergabung didalam jaringannya. Komunitas 1001buku memfasilitasi penguatan taman-taman bacaan anak yang tergabung dalam Jaringan Taman Bacaan Anak 1001buku. Kemudian seiring berjalannya waktu Komunitas 1001buku juga mendirikan Taman Bacaan sendiri. Taman Bacaan merupakan nama lain dari perpustakaan komunitas. Perpustakaan komunitas adalah perpustakaan yang didirikan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam suatu komunitas dan mempunyai tujuan yang sama untuk melayani masyarakat luas tanpa ada batas teritori dengan koleksi perpustakaan yang bersifat umum. Perpustakaan komunitas berfungsi sebagai sarana bagi komunitas untuk mengembangkan minat baca dalam komunitas tersebut serta sebagai ruang publik bagi masyarakat di sekitarnya. Perpustakaan komunitas mempunyai peranan yang amat penting, yaitu sebagai salah satu sarana pendidikan. Selain itu juga merupakan sumber ilmu pengetahuan dan pusat kegiatan belajar (Zandy, 2004: 8). Perpustakaan komunitas dapat juga menjadi alternatif tempat rekreasi karena selain untuk pendidikan, terdapat pula buku cerita yang dapat mengembangkan imajinasi dan kreatifitas mereka. Perpustakaan komunitas dapat memberikan pilihan belajar bagi individuindividu (individual learning choices). Faktor individu jika dikombinasikan dengan faktor komunitas akan menghasilkan pilihan belajar individu. Beberapa faktor dapat mempengaruhi pilihan belajar seseorang, faktor tersebut berasal dari dalam individu sendiri, atau
komunitas turut mempengaruhi pilihan belajar seseorang. Individu harus mempunyai motivasi yang cukup berdasarkan faktor nilai, kepercayaan, dan minat. Setiap individu juga membutuhkan sumber (waktu, dana, dan kemampuan) yang berbeda tiap masing-masing individu. Komuniti (keluarga, sosial, organisasi, dan rekan bisnis) dapat mempengaruhi bagaimana seseorang memilih pilihan belajar individu. Kemudian seseorang dapat menentukan metode belajar yang sesuai dengan keinginan mereka. Perpustakaan Komunitas Pada umumnya perpustakaan ini didirikan di tempat yang strategis, ramai, dan dekat dengan pusat aktivitas kegiatan masyarakat. Seperti yang dikatakan Bonneff (1998) perpustakaan berbasis komunitas sering menjadi pusat hiburan bagi kaum muda, karena memungkinkan mereka untuk membaca atau sekedar tempat berkumpul. Perpustakaan yang didirikan oleh komunitas akan menjadi jawaban bagi kebutuhan informasi masyarakat dan dapat mendukung terjadinya perubahan sosial di masyarakat (Campbell, 1982: 23). Fungsi perpustakaan komunitas yang dikemukakan oleh Bonneff (1998) tersebut tentunya harus didukung oleh fasilitas dan penunjang lainnya, antara lain menyediakan tempat yang senyaman mungkin sebagai tempat berkumpul dan dalam fungsinya sebagai tempat untuk membaca tentunya harus disediakan koleksi bahan pustaka yang tepat guna bagi pemustaka perpustakaan komunitas atau dalam penelitian ini disebut Taman Bacaan Anak. Ciri-ciri utama dari perpustakaan komunitas antara lain: a. Bertujuan melayani masyarakat Tujuan utama dari perpustakaan komunitas adalah untuk melayani masyarakat luas, baik masyarakat yang ada maupun masyarakat yang masuk dalam komunitas tertentu tanpa adanya batas teritorial 3
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
dengan menyediakan koleksi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian masyarakat. Koleksi yang terdapat pada perpustakaan komunitas bersifat umum dan tersedia untuk semua umur. b. Sederhana Perpustakaan komunitas berbeda dengan perpustakaan umum yang terdapat di masyarakat. Pada umumnya karena didirikan oleh masyarakat atau komunitas maka perpustakaan tersebut sederhana, hanya terdiri dari 1-4 ruangan atau bahkan berbagi ruangan dengan organisasi lain. Tujuan mereka adalah untuk menyatu dengan lingkungan ketika mereka sedang melakukan interaksi dengan masyarakat. c. Dikelola oleh komunitas dan organisasi induk Idealnya perpustakaan komunitas dikelola oleh seorang manajer yang memiliki kemampuan mengatur organisasi, mengatur perpustakaan, dapat membangkitkan kebiasaaan pencarian informasi dan dapat menggunakan perpustakaan komunitas tersebut sebagai forum yang dapat mengembangkan aktivitas tersebut. Selain kemampuan teknis diatas, manager juga harus mempunyai komitmen dan kepribadian yang dibutuhkan untuk memobilisasi, mendorong dan menginspirasikan organisasi lainnya untuk menjadikan perpustakaan komunitas sebagai syarat penting bagi perubahan dinamis yang melibatkan anggota masyarakat atau komunitas. d. Bersifat Sukarela Secara umum perpustakaan komunitas mempunyai setidaknya satu orang staff, manager dan mempercayakan sepenuhnya pada sukarelawan dan anggota komunitas. Perpustakaan
komunitas bukan sebuah organisasi profit melainkan bergantung pada sumber daya yang ada selain sumber keuangan. Sukarelawan diperlakukan secara baik dan diberikan tanggung jawab yang spesifik. e. Mempunyai Strategi Gender Pada perpustakaan komunitas terdapat kegiatan yang melibatkan wanita, baik dalam hal sukarelawan atau menggunakan perpustakaan komunitas sebagai fasilitas kegiatan mereka, seperti perpustakaan keliling, aktivitas wanita dan lain-lain. f. Mempunyai Jaringan Perpustakaan komunitas mempunyai jaringan antara sesama perpustakaan komunitas lainnya. Mereka mempunyai akses untuk saling berbagi informasi, strategi, ide, sumber daya dengan cara tertentu. Jaringan tersebut dijadikan forum untuk saling mengetahui keadaan perpustakaan komunitas di daerah lain atau di negara lain, karena tiap perpustakaan komunitas mempunyai situasi yang berbeda satu sama lain. Selain itu dengan memperkuat jaringan maka pertumbuhan perpustakaan komunitas akan semakin berkembang di masyarakat. Pemilihan Bahan Bacaan Anak Bahan bacaan mencerminkan visi dan misi perpustakaan. Pada perpustakaan berbasis komunitas perlu diperhatikan pemilihan bahan bacaan yang dilakukan karena pada dasarnya perpustakaan berbasis komunitas merupakan wujud visi dan misi komunitas tersebut. Salah satu unsur terpenting dalam proses penyediaan bahan pustaka adalah pemilihan bahan pustaka atau buku yang bermanfaat bagi pemustaka. Pemilihan bahan pustaka perlu dilakukan agar unsur-unsur yang memberikan pengaruh negatif pada pengguna yang mayoritas adalah anakanak dapat dicegah. Unsur SARA, 4
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
pornografi dan kekerasan merupakan unsur yang dihindari pada saat pemilihan bahan pustaka. Disebutkan oleh Mary Leonhardt (1997) mengenai beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan koleksi yang tepat guna untuk anak, yakni dalam kaitannya dengan pemilihan koleksi bahan bacaan anak antara lain: a. Mencermati perkembangan selera membaca anak Pada umumnya sebagian anakanak, kebanyakan anak laki-laki menyukai buku-buku yang bertemakan kebaikan melawan kejahatan. Sementara umumnya anak-anak perempuan menyukai buku-buku tentang hubungan antarpribadi. Sehingga anak lakilaki cenderung menyukai ceritacerita yang berisi kisah-kisah petualangan tentang orang-orang baik dan jahat, sementara anakanak perempuan cenderung menyukai buku-buku tentang persahabatan, masalah keluarga atau cinta remaja. b. Biasanya anak-anak lebih menyukai fiksi yang imajinatif atau realistis Anak-anak yang menyukai fiksi realistis biasanya menikmati ceritacerita misteri, spionase atau kisahkisah nyata tentang hubungan. Anak-anak yang seleranya lebih mengarah kepada buku-buku imajinatif akan lebih menyukai cerita-cerita fantasi, fiksi ilmiah (science fiction) atau buku-buku dengan unsur-unsur sihir dan keajaiban. c. Menyediakan buku-buku yang alurnya melibatkan minat khusus anak Buku-buku fiksi anak yang berhubungan dengan hobi atau minat anak-anak pada umumnya mengenai sepakbola, baseball, beberapa buku tentang berburu dan
berkemah dan bahkan beberapa buku mengenai renang dan senam. d. Hampir semua anak menyukai buku-buku humor Bahkan anak-anak yang mengatakan bahwa mereka tidak menyukai buku sama sekali biasanya dapat diajak membaca buku-buku humor. e. Menyediakan buku tentang tokoh yang dikenal anak-anak Agar anak-anak mencintai membaca, sangat penting bahwa mereka melihat diri mereka dalam buku. Seleksi Seleksi merupakan kegiatan atau proses pelaksanaan pemilihan (sortir) koleksi dari berbagai macam bahan bacaan yang ada berdasar pada kebijakan seleksi yang sudah ditetapkan untuk menghasilkan koleksi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan taman bacaan. Evans dan Saponaro (2005) mengatakan apa pun jenis perpustakaannya, ada beberapa langkah yang tercakup dalam proses pemilihan yakni: 1. Selector harus mengidentifikasi kebutuhan koleksi utamanya dalam masalah subjek dan tipe materinya. 2. Menentukan berapa banyak dana yang ada untuk pengembangan koleksi dan mengalokasikannya dengan spesifik untuk setiap kategori atau subjeknya. 3. Membuat rencana untuk mengidentifikasi materi yang memang berpotensi bermanfaat untuk diadakan. 4. Melakukan pencarian materimateri yang telah diinginkan. Menurut Johnson (2009) proses seleksi merupakan kegiatan yang menggabungkan antara seni dan ilmu. Dalam proses seleksi ada sebuah kombinasi antara pengetahuan, pengalaman, dan intuisi seorang selector. 5
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
dilakukan di Yayasan dan Komunitas 1001buku yang berlokasi di Jalan Menara Air 1 Nomor 37, RT. 08 RW. 11 Manggarai, Jakarta Selatan dan berlangsung dari bulan Maret-April 2013. Dalam penelitian ini dilakukan observasi partsipan. Dalam observasi partisipan, peneliti akan ikut dalam kegiatan yang diadakan oleh Komunitas 1001buku. Menurut Laksmi (dalam Pendit, 2009: 72), observasi partisipan adalah mengamati setting atau tempat penelitian, dengan menjadikan pengamat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati. Dengan dilakukannya observasi ini, maka akan diperoleh gambaran secara rinci mengenai segala hal yang berkaitan dengan kegiatan penyeleksian bahan bacaan anak.
Ini karena seorang selector yang berpengalaman pasti sering ditekan untuk harus menjelaskan bagaimana dan mengapa dia memutuskan apa yang harus dimasukkan ke koleksi dan apa yang tidak. Faktor paling penting dalam proses seleksi adalah selector. Selector adalah orang yang profesional yang akan membuat keputusan apakah bahan pustaka tertentu cocok untuk perpustakaan. Pada umumnya seleksi dilakukan oleh pustakawan atau pengelola perpustakaan komunitas itu sendiri. Secara umum seleksi diartikan sebagai tindakan, cara atau proses memilih. Dalam hubungannya dengan pengembangan koleksi merupakan kegiatan yang menyangkut perumusan kebijakan dalam memilih dan menentukan bahan pustaka mana yang akan diadakan serta metode-metode apa yang akan diterapkan kepada koleksi tersebut. Kebijakan seleksi sendiri harus mampu dalam mengkomunikasikan tujuan dan kebijakan pengembangan koleksi itu sendiri.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian adalah hal yang sangat penting. Tanpa menggunakan teknik penggumpulan data maka peneliti akan kesulitan dalam mendapatkan data-data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Secara umum kegiatan pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara, kuisioner (Sulistyo-Basuki, 2006: 147). Sedangkan menurut Laksmi (dalam Pendit, 2009: 72), dalam proses pengumpulan data di lapangan, terdapat tiga cara utama yaitu pengamatan terlibat, wawancara dan analisis dokumen. Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga metode pengumpulan data dilakukan dengan 3 metode, yaitu wawancara, observasi dan analisis dokumen. Dalam penelitian ini metode wawancara yang digunakan selain dengan wawancara langsung juga dilakukan beberapa wawancara melalui telepon dan email. Wawancara langsung digunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung pada saat proses pemilihan bahan bacaan anak berlangsung. Kemudian wawancara melalui telepon dan email, digunakan peneliti untuk melakukan triangulasi data antara informasi informan
Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Dengan subjek penelitian adalah relawan Komunitas 1001buku dan objek penelitian adalah proses pemilihan bahan bacaan anak di Komunitas 1001buku. Pemilihan informan diakukan dengan purpose sampling (sampel bertujuan) dengan menetapkan 5 orang informan. Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan atau orang yang berkaitan langsung dengan tema yang diangkat dalam penelitian, dalam penelitian ini tentu saja semua keterangan dan data diperoleh langsung dari satu orang koordinator operasional Komunitas 1001 Buku dan empat orang pengurus sekaligus relawan Komunitas 1001buku. Sedangkan obyek dari penelitian ini adalah pemilihan bahan bacaan anak. Penelitian 6
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
utaman yang diberikan saat wawancara langsung dengan informan pendukung. Menurut Laksmi (dalam Pendit, 2009: 72), observasi partisipan adalah mengamati setting atau tempat penelitian, dengan menjadikan pengamat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati. Observasi ini dilakukan agar peneliti dapat memahami dan menyingkap permasalahan yang sebenarnya secara utuh dalam konteks yang tepat, baik yang menyangkut perasaan, emosi, pikiran, penghayatan, pandangan atau pemikiran dari partisipan. Dengan dilakukannya observasi ini, maka akan diperoleh gambaran secara rinci mengenai segala hal yang berkaitan dengan kegiatan penyeleksian bahan bacaan anak. Analisis dokumen merupakan suatu kegiatan penelitian dalam mempelajari dan mengumpulkan bahan literatur dan datadata yang sudah didapatkan selama penelitian. Menurut Creswell (2010: 267270), selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumendokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (seperti koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (seperti, buku harian, diary, surat, email). Literatur yang dipakai pada penelitian ini adalah dokumen mengenai proses seleksi bahan bacaan dan bahan bacaan anak serta dokumen tentang komunitas. Tujuan dari analisis dokumen ini yaitu sebagai landasan teori dalam membahas topik penelitian dan memperkuat analisis data. Analisis dokumen dilakukan peneliti terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan atau digunakan pada kegiatan pemilihan bahan bacaan anak. Dokumendokumen yang dianalisis antara lain, SOP kegiatan SPD 1001buku, formulir pendaftaran anggota jaringan TBA 1001buku, waiting list dan wishlist berupa email, serta dokumen syarat dan ketentuan penerima donasi. Dalam pelaksanaannya data akan diolah dalam beberapa tahap, yaitu :
Reduksi data Proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan yang meliputi ringkasan, kode-kode, tema maupun memo. Reduksi merupakan bagian dari analisis data karena merupakan tahapan dimana peneliti memilih dan mengkode data-data mana yang dianggap penting dan menentukan pola-pola hasil pengumpulan data.Reduksi dilakukan dengan pemeriksaan kembali data yang telah dikumpulkan, pengkodean data dan membuang yang tidak perlu. Pengkodean (koding) Data hasi reduksi tersebut lalu dikelompokkan berdasarkan kode atau kategori yang sama agar dapat memperlihatkan suatu keterkaitan dan membandingkannya lalu ditampilkan dalam bentuk matrix sehingga hasilnya akan jauh lebih memungkinkan penulis untuk mengambil langkah selanjutnya. Interpretasi Penulis melakukan interpretasi awal terhadap setiap kategori utama dari data yang terkumpul. Dari hasil interpretasi awal peneliti dapat kembali melakukan pengumpulan data dan melakukan interpretasi lagi terhadap data baru. Penarikan kesimpulan Penulis melakukan pemeriksaan dengan jalan menggunakan berbagai informasi tentang berbagai hal dari sudut pandang berbeda dan memeriksa pandanganpandangan tersebut dengan hasil observasi peneliti terhadap subjek penelitian atau sebaliknya meminta persetujuan hasil penelitian yang didapat kepada orang yang ditelitinya. Analisis Pemilihan Bahan Bacaan Anak Profil Komunitas 1001buku 7
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
Komunitas 1001buku dirintis oleh Ida Sitompul, Santi Soekanto, dan Upik Djalins pada Mei 2002 lewat sebuah milis. Berlokasi di Jalan Menara Air 1 Nomor 37, RT. 08 RW. 11 Manggarai, Jakarta Selatan. Komunitas 1001buku menempati sebuah rumah berlantai dua dan dipenuhi oleh ribuan bahan bacaan anak mulai dari buku, majalah, novel dan bacaan lainnya. Komunitas pengelola taman bacaan anak (TBA) yang kini diketuai Dwi Andayani rutin menyelenggarakan Olimpiade Taman Bacaan Anak (OTBA) dan Ramadhan Ceria. Pada tahun 2006, Komunitas 1001buku resmi menjadi sebuah Yayasan, dengan tetap berbasiskan komunitas relawannya sebagai roda penggerak kegiatannya. Keterpaduan bentuk ini membuat 1001buku diyakini dapat membuat Komunitas 1001buku memiliki bentuk tanggung jawab yang lebih baik kepada masyarakat, tanpa harus kehilangan fleksibilitasnya sebagi komunitas yang berbasiskan relawan. Komunitas juga menjadi garda terdepan yang berperan penting dalam pengembangan koleksi TBA yang tergabung didalam jaringannya, sebab TBA tersebut menjadikan Komunitas 1001buku sebagai pemberi bantuan utama berupa bahan koleksi untuk dapat menambah jumlah koleksi yang mereka miliki melalui kegiatan donasi. Salah satu kegiatan inti dari 1001buku adalah melakukan pembinaan ke perpustakaan dan taman bacaan anak yang ada di seluruh Indonesia, dengan melakukan pengembangan kapasitas dan menyalurkan bahan bacaan sumbangan masyarakat secara reguler. Sepeti yang dikemukakan oleh Bonneff bahwa salah satu ciri utama dari perpustakaan komunitas adalah mempunyai jaringan antara sesama perpustakaan komunitas lain. Jaringan perpustakaan ini berfungsi sebagai sarana saling berbagi informasi, strategi, ide dan sumber daya dengan cara tertentu. Jaringan Taman Bacaan Anak
1001buku merupakan sebuah wadah bagi beragam taman bacaan swadaya masyarakat untuk saling memberi dalam mewujudkan misinya. Yayasan dan Komunitas 1001buku berkomitmen untuk memfokuskan diri dalam memberikan pembinaan melalui berbagai kegiatan untuk menggiatkan anggota jaringan. Tiap taman bacaan dapat mendaftarkan diri untuk bergabung, dan bersama-sama melangkah maju bersama 1001buku. Komunitas dan Yayasan 1001buku untuk dapat mengembangkan dan menjalankan kegiatan di komunitas mereka juga mempunyai visi yaitu penyerataan akses pada buku berkualitas bagi seluruh anak Indonesia dan didukung oleh misi mereka yang pertama adalah meningkatakan minat dan budaya baca anak Indonesia, kedua menggalangkan minat kerja sukarela khususnya dalam penyerataan bacaan berkualitas bagi anak Indonesia dan terakhir menjadi wadah berjejaring bagi komunitas relawan dan pengurus taman bacaan. Kegiatan Pemilihan Bahan Bacaan Anak Langkah yang dilakukan penulis untuk mengetahui proses kegiatan pemilihan bahan bacaan anak di Komunitas 1001buku untuk didonasikan ke perpustakaan dan taman bacaan dalan Jaringan Komunitas 1001buku yaitu dengan cara mengikuti jalannya kegiatan Book Drop Box (BDB) dan Sort-PackDistribute (SPD) yang dilakukan di Sekertariat Komunitas dan Yayasan 1001buku. Selama penelitian dilakukan, penulis telah mengikuti 2 kali kegiatan BDB, 2 kali kegiatan SPD dan 1 kali kegiatan Workshop sebagai tambahan untuk mendapatkan informasi. Selanjutnya dari pertemuan tersebut, penulis telah mendapatkan datadata hasil observasi yang dilakukan selama kurang lebih tiga bulan. Setelah data-data hasil observasi dirasakan cukup, maka penulis melakukan wawancara dengan 8
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
para informan. Selain dari hasil observasi dan wawancara, penulis juga menggunakan dokumen dalam bentuk foto dan dokumen pendukung pelaksanaan dalam kegiatan SPD sebagai data tambahan. Kemudian dari langkah-langkah yang diuraikan diatas barulah dapat diungkapkan proses kegiatan pemilihan bahan bacaan anak di Komunitas 1001buku. Pengumpulan bahan bacaan anak dari masyarakat dan donatur memang merupakan kegiatan inti yang dilakukan oleh komunitas ini dari sejak awal berdirinya. Akan tetapi saat ini pemilihan terhadap bahan bacaan anak tersebut lebih menjadi fokus utama sebab tidak semua bahan bacaan yang diterima dari para donatur adalah bahan bacaan yang baik sehingga dapat didonasikan kepada taman baca di dalam jaringan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas bahan bacaan yang didonasikan oleh Komunitas 1001buku. Karena jika buku yang didonasikan berkualitas tidak baik, maka secara langsung dan tidak langsung akan melanggar visi dan misi 1001buku yang sudah dibuat yang menjadi tujuan dari dibentuknya Komunitas 1001buku serta akan muncul ketidakpercayaan dari anggota jaringan taman baca. Berbeda dengan saat awal komunitas ini dibentuk yang belum memiliki visi dan misi yang jelas dan hanya berfokus pada 1) jumlah bahan bacaan yang didapatkan dari donatur, 2) seberapa banyak komunitas dapat memberikan bahan bacaan kepada taman baca penerima dalam satu tahun dan 3) memperkenalkan 1001buku kepada masyarakat. Dalam melakukan kegiatan pemilihan dibutuhkan beberapa tahap agar proses ini dapat berjalan dengan baik. Artinya tahap-tahap tersebut harus dilakukan secara berurutan sehingga hasil yang dihasilkan dari kegiatan pemilihan ini adalah bahan bacaan yang sehat dan baik untuk anak yang membacanya di setiap taman bacaan penerima donasi. Selain
tahap-tahap dalam proses tersebut, perlu juga diperhatikan dari sumber daya manusianya yaitu relawan. Sebab komunitas ini dibentuk atas inisiatif dari jiwa kerelawanan para pendirinya. Dan kerelawanan merupakan salah satu dari misi komunitas ini. Karena relawan merupakan kunci dari kegiatan pemilihan bahan bacaan ini. Maka untuk mengulas proses pemilihan bahan bacaan anak secara mendalam berikut ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan yaitu kegiatan BDB, kegiatan SPD dan SDM yaitu relawan itu sendiri. Proses Pengumpulan Bahan Bacaan oleh Relawan Book Drop Box yang kemudian disingkat BDB merupakan cara utama yang dilakukan para relawan komunitas 1001buku dalam menghimpun bahan bacaan anak yang akan didonasikan ke seluruh TBA yang tergabung dalam Jaringan TBA 1001buku. Dari tahun 2006 hingga saat ini kegiatan BDB masih dilakukan dalam menghimpun donasi yang kebanyakan berupa buku. Selama penelitian peneliti mengikuti proses kegiatan BDB berlangsung, proses kegiatan yang diamati dalam dua kali kesempatan di dua tempat BDB yang berbeda. Tempat pertama saat penelitian berlangsung, BDB dilaksanakan di Starbucks Coffe Shop, Plaza Indonesia, Jakarta dan kedua dilaksanakan di Rumah 1001buku, Manggarai, Jakarta. Pada observasi awal di Starbucks, proses BDB dilakukan oleh Mas Ical. Alasan dilaksakan di Starbucks dikarenakan lokasi yang memang sudah sering dijadikan BDB point oleh 1001buku dan dekat dengan kantor Mas Ical yang berkerja di perusahaan IT (Oracle) yang memang mempunyai program Oracle Volunteer. Proses kegiatan dimulai dengan menyiapkan kotak dan banner 1001buku yang akan dijadikan tempat orang-orang untuk meletakan buku yang akan disumbangkan. Sebelumnya Mas Ical 9
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
sudah memberi informasi di milis 1001buku seminggu sebelumnya bahwa akan ada kegiatan BDB yang akan dilaksanakan di Starbuck, Plaza Senayan. Selanjutnya kotak tersebut diletakan di dipojok kiri depan coffe shop tersebut. Kotak yang digunakan hanya 1 buah tetapi dengan ukuran yang cukup besar sekitar 100cm x 60cm.Bentuk kerjasama nyata dengan perusahaan terlihat saat penelitian ini dilakukan. BDB yang dilakukan pada bulan april merupakan bentuk BDB kerjasama dengan perusahaan. 1001buku mendapatkan bantuan 4000 buku cerita anak bergambar dari PT Sugity Creatives (Toyota Auto Body Group). Buku tersebut merupakan buku terjemahan dari sebuah buku cerita anak Jepang, yang digambar ulang dan dicetak kembali. Yang kemudian buku-buku tersebut didistribusikan ke taman-taman bacaan di Jaringan Taman Bacaan Anak 1001buku melalui aktivitas SPD pada bulan yang sama. Kerjasama lain juga dilakukan bersama Bank Ekonomi yang menyumbangkan 220 buku pada tanggal 22 Maret 2013 dan kemudian dilakukan kegiatan SPD pada siang harinya yang pada pagi harinya kita menerima sumbangan tersebut. Pada saat ini BDB tidak hanya dilakukan dengan penggalangan donasi menggunakan box sesuai dengan nama kegiatannya yaitu Book Drop Box, akan tetapi BDB saat ini lebih diarahkan kepada bentuk kerjasama dengan perusahaan melalui pengajuan prososal dan sebagainya. Akan tetapi BDB secara konvensional, artinya tetap menggunakan box masih dilakukan walaupun tidak rutin. Kegiatan BDB konvensional hanya dilakukan sebagai kegiatan pendamping saat komunitas melakukan kegiatan lain seperti contohnya saat kegiatan Workshop Relawan.
Setelah bahan bacaan terkumpul dari kegiatan BDB maka tahap selanjutnya adalah masuk kedalam kegiatan Sort-PackDistribute yang disingkat SPD. SPD menjadi penting karana inti dari kegiatan pemilihan bahan bacaan anak berada dalam kegiatan ini. SPD merupakan sebuah kegiatan rutin 1001buku untuk mengolah buku-buku sumbangan masyarakat yang telah terkumpul dari berbagai sumber, memilah-milahnya untuk memastikan bahwa buku-buku tersebut layak disumbangkan dan tepat sasaran, melakukan pengepakan, serta melakukan pengiriman ke taman-taman bacaan yang telah dimasukkan waiting list untuk mendapatkan sumbangan buku. Kegiatan ini seringkali menjadi ajang bertemu untuk para relawan yang memiliki kepedulian yang sama, yaitu untuk memastikan bahwa anak-anak Indonesia di manapun bisa mendapatkan bacaan yang bermutu. Sesuai dengan standar petunjuk kerja atau SOP yang dimiliki oleh Komunitas 1001buku untuk pelaksanaan SPD maka proses kegiatan dibagi menjadi tiga tahap: a. Pra Kegiatan Hal pertama yang dilakukan dalam proses kegiatan SPD adalah melakukan estimasi jumlah perpustakaan atau taman bacaan yang akan mendapatkan kiriman. Estimasi dilakukan oleh Koordinator Operasional yaitu Rizal Arryadi yang lebih akrab disapa Mas Ical. Menurutnya estimasi tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah perpustakaan atau taman bacaan yang belum mendapatkan sumbangan termaksud taman bacaan yang baru bergabung. Langkah selanjtunya menentukan taman bacaan yang akan menerima donasi bahan bacaan. Penentuan tersebut dilakukan oleh Mas Ical dibantu dengan PJ Perpustakaan dengan cara melihat daftar anggota baru yang tergabung ke dalam Jaringan TBA 1001buku dari waiting list 1001buku. Jika telah didapatkan waiting
Proses Pemilihan Bahan Bacaan oleh Relawan 10
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
SPD melalui milis 1001buku serta media sosial lain. Jika penggalangan telah dilakukan maka koordinator akan mencetak alamat kirim perpustakaan atau taman bacaan serta alamat pengirim dan mencetak dokumen syarat dan ketentuan penerima donasi. Secara keseluruhan semua langkah pra kegiatan dilakukan oleh Mas Ical selaku Koordinator Operasional dan berkoordinasi dengan PJ Perpustakaan/IT. Dan dilakukan minimal seminggu sebelum kegiatan SPD berlangsung. Akan tetapi hal tersebut malah memunculkan masalah. Salah satunya adalah tidak dilaksanaanya SOP dengan semestinya. Penemuan ini terlihat saat dilaksanakannya kegiatan SPD bulan Maret lalu, kemudian disela-sela kegiatan SPD peneliti menanyakan alasan tidak dilakukannya SOP. Alasan tersebut diungkapkan karena sudah terlalu sering kegiatan SPD hanya dilakukan oleh Mas Ical dan Mbak Tina dengan dibantu oleh empat orang anak-anak kecil usia 10-14 tahun yang merupakan anak-anak sekitar Rumah 1001buku yang datang untuk membaca ditempat itu.
list kandidat penerima donasi, kemudian Mas Ical mempelajari formulir pendaftaran yang telah diisi oleh anggota tersebut sebab didalam formulir terdapat informasi yang menjelaskan bahan bacaan apa saja yang dibutuhkan oleh setiap taman bacaan. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa fomulir pendaftaran juga digunakan sebagai alat bantu pemilihan karena dari formulir tersebut koordinator dapat menentukan prioritas taman bacaan yang akan menerima donasi bukunya. Setelah semua ditetapkan kandidat penerima donasi maka tugas koordinator selanjutnya adalah menghubungin kandidat tersebut dan melakukan konfirmasi, adapun konfirmasi yang dilakukan antara lain: Apakan perpustakaan/taman bacaan itu masih aktif Apakah data alamat kirim dan contact person masih valid Meminta penjelasan perkembangan perpustakaan/taman bacaat tersebut. Kemudian melakukan penilaian, apakah perpustakaan tersebut memang membutuhkan buku atau menjadi prioritas penerima bantuan buku. Mementukan bahan bacaan apa saja yang dibutuhkan Melakukan update terhadap data perpustakaan tersebut dengan menghubungi Penanggung Jawab IT/Perpustakaan Kemudian koordinator dan relawan akan memeriksa ketersediaan bahan bacaan yang ada di Rumah 1001buku. Ditambah dengan hasil donasi dari kegiatan BDB dan pembelian yang dilakukan oleh 1001buku dengam menggunakan bantuan donasi dari donatur berupa uang. Pembelian dilakuakan dengan cara melakukan analisis kebutuhan buku Langkah terakhir yang penting adalah penggalangan relawan. Hal ini dapat biasa dilakukan dengan memberikan informasi bahwa akan diadakan kegiatan
b. Sort (Penyortiran) Dalam melakukan penyortiran, koordinator akan melakukan briefing relawan terlebih dahulu. Dengam menuliskan daftar nama perpustakaan dan taman bacaan yang akan menerima donasi, Mas Ical memulai setiap briefing relawan yang akan dilakukan dalam kegiatan SPD. Briefing relawan dimaksudkan agar koordinar dapat menceritakan karakteristik dan keadaan tentang perpustakaan atau taman bacaan yang akan menjadi target untuk menerima donasi dari mereka. Dengan cara tersebut koordinator membagi pengalaman dan pengetahuan yang dia miliki kepada para relawan yang akan membantu di kegiatan SPD. Dibawah ini adalah foto tulisan Mas Ical saat briefing relawan. Pada tahap ini Mas Ical sudah membagi relawan menjadi beberapa tim 11
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
seperti bagian labeling, sortir input, dan package. Semua tim bekerja diwaktu yang bersamaan tanpa terpisah di daalam satu ruang. Walapun tidak terlihat pengelompokan tim-tim tersebut tapi dapat dibedakan berdasarkan apa yang sedang mereka kerjakan. Semua relawan telah dibagi kedalam tim dan selanjutkanya adalah mengeluarkan koleksi dari dalam gudang untuk di sortir, dan melepaskan sampul buku dari buku-buku baru yang baru dibeli. Tahap sortir terdapat 3 tim yang bertugas, tim sortir, labeling dan input. Bagian sortir bertugas untuk menyisihkan bahan bacaan berupa buku dan majalah yang lulus sensor atau tidak. Sensor adalah proses yang dilakukan untuk menentukan buku bahan bacaan tersebut masih layak baca atau tidak berdasarkan karakteristik fisik buku tersebut dan bahan bacaan tersebut mengandung unsur SARA dan pornografi berdasarkan isi dari buku tersebut. Seperti yang diungkapkan Mbak Mery, bahan bacaan yang tidak lolos sensor kemudian akan dipisahkan dan kemudian disatukan untuk lebih lanjut dijual kepada tukang loak dan hasil penjualan akan dibelikan buku yang baru. Pada saat peneliti terjun ke lapangan langsung, proses sensor tersebut tidak dilakukan karena semua bahan bacaan yang ada di gudang, sudah lulus sensor dan dipisahkan dengen buku-buku yang tidak baik seperti. Tahap selanjutnya adalah labeling, maksudnya adalah memberikan identitas kepada semua bahan bacaan yang akan didonasikan. Pemberian identintas berupa pengecapan stampel berlogo 1001buku di bagian recto, verso dan beberapa halaman dalam buku. Karena labeling berlangsung tidak terlalu lama, biasanya tim labeling jika sudah menyelesaikan tugasnya akan membantu tim sortir. Tim sortir kemudian akan mengolongkan bahan bacaan yang sudah diberi label sesuai dengan kategorikategori yang telah ditentukan. Kategori tersebut antara lain:
Buku bacaan untuk anak usia belajar membaca (kurang dari 9 tahun) Buku bacaan untuk anak usia praremaja (yaoung reader) Buku bacaan untuk remaja Buku pelajaran sekolah Buku pengetahuan umum untuk anak,termasuk ensiklopedia, buku non fiksi untuk anak usia SD dan SMP. Buku pengetahuan umum untuk dewasa Buku bacaan (fiksi) untukdewasa Buku berbahasa inggris untuk anak Buku berbahasa inggris untuk dewasa Buku dengan muatan agama
Pengkategorian diatas dibuat oleh Mas Ical sendiri berdasarkan atas pengetahuan pribadi dan buku panduan yang pernah dia baca berjudul „1001 Childern‟s Books. Selain itu kategorikategori tersebut dibuat dengan mengadopsi kategori toko buku-toko buku luar negeri seperti Amazon dan kemudian disesuai kan dengan keadaan di Indonesia. Walaupun pada awalnya Komunitas 1001buku berfokus kepada pendonasiaan bahan bacaan anak. Seiring bertambah dan beragamnya perpustakaan dan taman bacaan yang tergabung dalam Jaringan TBA 1001 buku maka bahan bacaan tidak hanya terbatas kepada bahan bacaan anak saja melainkan juga bacaan dewasa. Akan tetapi 1001buku tetap memprioritaskan pendonasian bahan bacaan anak kepada anggota jaringan sesuai dengan visi dan misi mereka. c. Pack (Pengepakan) Pengepakan dilakukan dengan memasukan bahan bacaan yang telah selesai di kategorikan kedalam kotakkotak yang ada. Sebelumnya kotak-kotak tersebut dirakit terlebih dahulu dan direkatkan menggunakan lakban, 12
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
menemperlkan kertas alamat yang berisikan alamat penerima donasi. Untuk selanjutnya akan didistribusikan ke perpustakaan/taman bacaan penerima donasi.
selanjutknya pada bagian atas diberikan kode berupa nomor urut kotak. Nomor urut diberikan sebagai penanda untuk siapa kotak tersebut dikirim berdasarkan nomor urut yang telah dituliskan di papan tulis. Kotak-kotak tersebut merukapan kardus bekas yang digunakan berukuran kira-kira 100x60cm yang dibeli oleh Mas Ical di toko langgananya di daerah Tebet seharga Rp 10.000 per kotak. Setelah semuan bahan bacaan dimasukan kedalam kotak, maka tim akan menghitung kembali jumlah bahan bacaan yang ada di dalam kotak berdasarkan kategori sebagai berikut: (1) buku bacaan, (2) buku pengetahuan, (3) majalah, (4) buku pelajaran (lihat lampiran 3. Gambar 2). Penghitungan dimaksudkan agar 1001buku memiliki data mengenai jumlah buku yang didonasikan setiap SPD berlangsung. Selain itu juga untuk cross check data antara jumlah buku yang dikirim oleh 1001buku dengan jumlah buku yang diterima oleh perpustakaan/taman bacaan. Data penghitungan tersebut kemudian diberikan kepada tim input untuk dimasukan kedalam komputer dalam format excel. Data tersebut nantinya akan diserahkan kepada PJ Perpustakaan/IT untuk dilakukan upload ke dalam website 1001buku. Tujuannya adalah sebagai pemberitahuan kepada publik dan wujud tanggungjawab kepada donatur bahwa telah dilakukan kegiatan SPD tersebut. Setelah semua penghitungan selesai maka tim relawan akan memasukan dokumen mengenai syarat dan ketentuan penerima donasi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, syarat dan ketentuan penerima donasi merupakan sebuah perjanjian yang mengikat 1001buku dengan perpustakaan/ atau taman bacaan penerima donasi. Didalamnya terdapat butir-butir ketentuan yang harus ditaati oleh perpustakaan atau taman bacaan penerima donasi. Selanjutnya tim relawan merapikan kotak tersebut dan menutupnya dengan lakban. Tidak lupa relawan juga
d. Distribute (Pendistribusian) Pendistribusian dilakukan dengam mengirimkan kotak-kotak berisikan bahan bacaan anak dari tempat dilakukannnya kegiatan SPD ke tempat jasa pengiriman barang. Pengiriman biasa dilakukan oleh Mas Ical sendiri dengan menyewa mobil bak terbuka ke Pak Herman dan Pak Herman yang akan mengambil kotak tersebut dari tempat dilakukan SPD yang biasanya di Rumah 1001buku ke Kantor Pos Pusat dengan tarif Rp 150.000. Di Kantor Pos Pusat, Mas Ical sudah menunggu kotak-kotak tersebut, disana biasanya dibutuhkan pengepakan ulang meliputi handling, merapikan isi box, penimbangan hingga pengarungan. Disitu Mas Ical mempercayakan kepada Pak Anda yang merupakan petugas pos langganan Mas Ical dalam hal menanggani pengiriman dengan memberikan fee sebesar Rp 20.000. Pengepakan ulang tersebut dilakukan untuk tujuan keamanan dan tahan air agar buku-buku yang ada didalam kotak tidak rusak. Jika proses tersebut selesai maka Mas Ical akan ke cashier untuk mengurus biaya pengiriman. Biaya pengiriman ditentukan oleh berat barang dan lokasi pengiriman. Untuk sebuah organisasi bernama komunitas yang dibentuk dari kegiatan sukarela, keuangan memang menjadi sebuah kendala yang selalu muncul. Karena komunitas bukan merupakan organisasi profit melainkan bergantung pada sumber daya yang ada. Untuk saat ini keuangan untuk kegiatan operasional rutin seperti pengiriman donasi bahan bacaan memang sangat sulit didapatkan. Masyarakat lebih suka menyumbangkan buku atau majalah bekasnya kepada komunitas ini. Seadainya ada donatur yang menyumbangkan uang 13
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
yang kemudian diaplikasikan dan ditularkan kepada relawan lainnya didalam kegiatan tersebut. Kegiatan pemilihan bahan bacaan belum memiliki kebijakan seleksi sendiri, kegiatan baru dilakukan dengan menggunakan standar operating procedure. Walapun dalam pelaksaannya standar tersebut bukan menjadi suatu acuan yang digunakan oleh semua relawan. Perencanaan pada setiap kegiatan juga belum terlihat sehingga berdampak pada alokasi dana dan anggaran yang belum teralokasi dengan baik dalam kegiatan SPD. Single action yang sering dilakukan oleh Koordinator Operasional menjadikan kegiatan berlangsung lebih cepat meskipun tidak mematuhi standar yang dibuat sendiri. Tidak adanya peraturan yang dibuat pengurus Komunitas 1001buku yang mengikat para relawan sehingga terjadi kekurangan relawan dan kekurangan dana juga menjadi salah satu kendala yang berdampak pada semua hal yang ada di komunitas ini. Hal ini sangat disayangkan, karena jika ada jumlah relawan yang memadai maka kegiatan pemilihan yang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang ada. Dan kegiatan pemilihan tidak lagi mengacu pada segi kuantitas bahan bacaan yang didonasikan tetapi juga kualitas dari bahan bacaan anak yang didonasikan ke perpustakaan dan taman bacaan di dalam Jaringan TBA 1001buku.
mereka pasti mereka akan meminta untuk dibelikan buku, seperti yang diungkapkan oleh Mas Ical. e. Pasca kegiatan Hal terakhir setelah kegiatan SPD selesai adalah membersikan ruangan yang digunakan untuk kegiatan SPD. Karena tidak dapat dipungkiri lagi setelah kegiatan SPD ruangan akan sangat berantakan dan sampah sisa kegiatan akan berserakan. Untuk itu didalam SOP kegiatan tercantum butir yang mengharuskan unruk merapikan dan membersikan tempat dilangsungkannya kegiatan SPD. Kemudian semua data penghitungan yang telah dibuat oleh tim input harus dilaporkan kepada PJ IT melalui email. Nantinya pengurus IT akan melakukan upload hasil SPD tersebut ke dalam website 1001buku sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada donatur. Dan pengurus IT akan memasukan kembali hasil penghitungan tersebut ke dalam aplikasi jaringan 1001buku. Didalam aplikasi tersebut akan diisi tujuan dari pengiriman donasi berupa nama perpustakaan atau taman bacaan. Kemudian waktu dilaksanakannya kegiatan SPD dan waktu pengirimannya. Selanjutnya metode pengiriman menggunakan jasa ekspedisi apa serta nomor tracking. Dan terakhir data hasil penghitungan berupa jumalah bahan bacaan seperti buku, buku pelajaran dan majalah. Kesimpulan Secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya pemilihan bahan bacaan anak yang dilakukan di Komunitas 1001buku merupakan aplikasi pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh Koordinator Operasional. Pengetahuan dan pengalaman tersebut merupakan aplikasi dari proses seleksi di perpustakaan untuk dapat menjalankan semua proses kegiatan tersebut. Pengetahuan dan pengalaman tersebut yang didapatkan secara otodidak
Daftar Acuan Delanty, Gerard. (2003). London: Routledge
Community.
Iriantara, Yosal. (2004). Community Relations: Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Heru Zandy. (2004). “Taman bacaan memotivasi siswa untuk belajar,” Kompas, Kamis, 9 September 2004. hal. 8. 14
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013
Bonneff, Marcel. (1998). Komik Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Campbell, H. C. (1982). Developing Public Library Systems and Services. Paris: UNESCO. Leonhardt, Mary. (1997). 99 Ways to Get Kids to Love Reading and 100 Books They Love. New York: Three Rivers Press. Evans, G. Edward dan Margaret Zarnosky Saponaro. (2005). Developing Library and Information Center Collections (5th Ed.). Westport: Libraries Unlimitied. Johnson, Peggy. (2009). Fundamentals of Collection Development andManagement (2nd ed.). Chicago: American Library Association. Sulistyo-Basuki. (2006). Penelitian. Jakarta: Widya Sastra.
Metode Wedatama
Pendit, Putu Laxman. (2009). Merajut makna: penelitian kualitatif dan informasi. Jakarta: Citra Karyakarsa Mandiri. Creswell, John W. (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
15
Pemilihan bahan..., Fiqi Auliawan Wisnuwardhana, FIB UI, 2013