PEMILIHAN ALTERNATIF RANCANGAN PADA ALAT TENUN PUSAKO MINANG DENGAN PENDEKATAN REKAYASA NILAI Joki Prasetia1, Dessi Mufti1, Noviyarsi1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta E-mail :
[email protected]
ABSTRACT
West SumatraTanah Datarpandai Singkek Nagari area known as songket craft industry. From 1031 the house as much as 848 homes havet he same weaving tool. The weaving toolis comfortable to useis an important thing that should be considered by the owner or the company. Inprevious research has designed alternativethe weaving tool that have been considered but have not been considered in terms ofergonomic balance between cost, reliability and performance of the designed weaving tool. Method engineering is highly appropriate value for value engineering has advantages in determining the best alternative to controlling the cost of production that is used to value at he function of the product without losing the quality and reliability of the desired product. The results of this study of selected design alternatives weaving tool determined based on the value and the highest performance of several alternative suggestions. Alternative designs weaving tool are chosen alternative ADEFG (raw material of wood, Palanta dimensions according to the average Indonesian worker antropemetri and can adjustable, high elbows paso minus 19.16 cm, the distance queen approximated according fore hand's reach 76.32 cm) with value 1.786. Keywords: Value Engineering, weaving tool, AHP
1.
PENDAHULUAN Sumatera
Barat
khususnya
Kabupaten Tanah Datar Nagari Pandai
ergonomis, pekerja akan lebih cepat lelah, pegal dan lain-lainnya.
Sikek terkenal sebagai daerah industri
Jika
dalam
perancangan
dan
kerajinan tenun songket. Kain tenun yang
pengembangan suatu alat tenun tidak
merupakan salah satu warisan budaya
memperhatikan postur tubuh yang tepat
Indonesia yang sangat dikenal oleh banyak
maka pemakai alat tenun tersebut akan
bangsa. Dari 1031 rumah sebanyak 848
berusaha
rumah memiliki alat tenun yang sama
sendiri dengan berbagai posisi tubuh yang
Alat tenun yang nyaman digunakan merupakan
hal
penting
yang
harus
akan
menciptakan
memerlukan
sehubungan
dengan
kestabilannya
energi
tambahan
usaha otot yang
dipertimbangkan oleh pihak pemilik atau
dilakukan. Hal ini menunjukan bahwa alat
pihak perusahaan. Jika alat tenun yang
tenun
digunakan
kurang
baik
atau
kurang
yang
digunakan
sudah
tidak
ergonomis karena sudah ada penambahan
mempertimbangkan aspek-aspek ergonomi
energi, usaha, otot dan lain-lain.
dan antropometri, maka alternatif yang
Istilah
ergonomi
berasal
dari
dikembangkan
oleh
Syafrizal
(2013)
bahasa latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos
adalah dari segi ergonomis, ekonomis, dan
(hukum
produktifitas.
alam/aturan), sehingga dapat
didefinisikan sebagai studi tentang aspek-
Dari segi ergonomisnya yang harus
aspek manusia dalam lingkungan kerjanya
diperbaiki adalah palanta, tinggi paso dan
yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
jarak suri. Palanta adalah tempat duduk
psikologi, engineering, manajemen dan
yang
desain/perancangan (Nurmianto,2004).
pantat dan kemiringannya yang sesuai
didesain sesuai dengan lekukan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dimensi antropometri pekerja Indonesia
dilakukan Sari (2012) sebelumnya pada
dan dapat distel, tinggi paso (penggulung
pengerjaan Songket Pandai Sikek kondisi
kain yang sudah di tenun) tinggi paso
kerja yang tidak ergonomis ditunjukan oleh
dikurangi
adanya cara kerja yang kurang baik pada
memasang lidi-lidi (setinggi siku duduk
saat pembentukan pola pada kain songket,
19,16 cm), jarak suri (merapatkan benang
tidak sesuainya dimensi alat tenun dengan
sewaktu menenun), jarak suri di perdekat
antropometri
operator
agar mengurangi postur membungkuk saat
timbulnya
bekerja (jangkauan tangan kedepan 76,32
operator
cm). Dari segi ekonomis, yang harus
diantaranya pada punggung, pinggang,
dipertimbangkan adalah material yang
bokong,
kiri,
digunakan untuk merancang tempat duduk
pergelanggan tangan kiri, kaki kiri dan
terbuat dari papan dan fiber. Dalam hal
kanan dan sebagainya yang pada jangka
produktifitasnya
panjang
kelelahan
dipertimbangkan adalah proses kerja lebih
kronis dan rasa sakit pada anggota-anggota
cepat di selesaikan sehingga produktifitas
tubuh tadi. Pekerja masih merasakan
meningkat.
bahwa
masih
Alternatif yang dikembangkan Syafrizal
belum
(2013) belum mempertimbangkan aspek
sepenuhnya memberikan kenyamanan pada
biaya, keandalan dan penampilan, oleh
pekerja.
karena
sehinggamengakibatkan keluhan-keluhan pantat,
pada
tubuh
pada
tangan
akanmenimbulkan
alat
mempunyai
tenun
sekarang
kekurangan
dan
Berdasarkan penelitian Syafrizal
agar
itu
Rekayasa
bentuk
pendekatan
tenun
dengan
menyanga
yang
perlu
dikaji
saat
harus
dengan
menggunakan prinsip value engineering.
(2013) yang merancang (memodifikasi) alat
tidak
nilai
merupakan sistematis
suatu untuk
mendefinisikan diinginkan
fungsi-fungsi
yang
merancang
sistem,
dalam
menenun
menjadi
lancar,
tanpa
menimbulkan resiko pada pekerja.
produk atau jasa, mengukur performansi yang dihasilkan akan sama atau mendekati
2. TINJAUAN LITERATUUR
performansi yang diinginkan pemakai
2.1 Pengertian Rekayasa Nilai
dengan pertimbangan biaya yang optimal.
Terdapat
Fokus yang dibahas dari metoda
beberapa
devinisi
tentang
rekayasa nilai antara lain :
rekayasa nilai adalah pada nilai fungsional
1. Rekayasa nilai adalah Usaha yang
dari komponen pembentuk produk dan
terorganisasi
membantu untuk meningkatkan perbedaan
mengaplikasikan suatu teknik yang telah
antara biaya yang dikeluarkan untuk
diakui,
sebuah produk dengan mamfaat yang akan
fungsi produk atau jasa yang bertujuan
diperoleh dari sebuah produk. Hal ini dapat
memenuhi fungsi yang diperlukan dengan
dicapai
harga yang terendah (paling ekonomis).
dengan
pengurangan
biaya
secara
yaitu
sistematis
dan
teknikmengidentifikasikan
produksi, penambahan nilai produk atau
(Soeharto, 2000)
keduanya. Dalam pengurangan biaya akan
2.
lebih ditekankan atau dikonsentrasikan
sistematis atas desain engineering suatu
pada perancangan komponen pembentuk
proyek untuk mendapatkan nilai yang
secara rinci, penggunaan material, bentuk
paling tinggi bagi setiap dolar yang
produk, proses manufaktur dan proses
dikeluarkan.Selanjutnya Rekayasa Nilai
perakitannya.
mengkaji
Rekayasa
nilai
dapat
Rekayasa
Nilai
dan
adalah
memikirkan
Evaluasi
berbagai
diterapkan untuk memperbaiki produk
komponen kegiatan seperti pengadaan,
yang telah ada atau perancangan produk
pabrikasi, dan konstruksi serta kegiatan-
baru. Hal ini akan membutuhkan informasi
kegiatan lain dalam kaitannya antara biaya
yang lengkap terutama tentang biaya
terhadap
komponennya.
mendapatkan penurunan biaya proyek
Dengan
pendekatan
yang
fungsinya,
dengan
tujuan
secara keseluruhan. (Zimmerman,1982)
dilakukan, diharapkan akan membantu
3. Rekayasa Nilai adalah Sebuah teknik
manusia dalam mengatasi keterbatasannya
dalam
dalam melakukan aktifitas dan dengan ada
pendekatan
nya perancangan alat tenun yang baru
keseimbangan fungsi terbaik antara biaya,
diharapakan
keandalan dan kinerja sebuah proyek.
pekerja
akan
merasakan
kenyamanan yang lebih baik pula dalam melakukan pekerjaannya sehingga proses
manajemen sistematis
(Dell’Isola,1975).
menggunakan untuk
mencari
Dari definisi diatas terlihat bahwa rekayasa
produk tersebut. Atribut yang terdapat
nilai
pendekatan
pada produk yang dipergunakan untuk
sistematis untuk mendefinisikan fungsi-
memenuhi kebutuhan dan memuaskan
fungsi yang diinginkan dalam merancang
konsumen pemakainya dinamakan fungsi
sistem,
mengukur
(value) sering terjadi, para perancang
performansi yang dihasilkan akan sama
produk menciptakan fungsi-fungsi pada
atau
produk secara berlebihan sehingga adanya
menggunakan
produk
suatu
atau
mendekati
jasa,
performansi
yang
diinginkan pemakai dengan pertimbangan
fungsi-fungsi
yang
tidak/kurang
biaya yang optimal.
dibutuhkan ini berakibat timbulnya biaya tambahan yang tidak dikehendaki. Value dapat
2.2 Prinsip Dasar Rekayasa Nilai Zimerman,
L.W,
1982
rekayasa
mempunyai prinsip sebagai berikut:
dinyatakan
memperbandingkan performansi dengan biaya,dengan rumus sebagai berikut:
Berorientasi fungsi, perancangan
=
dimulai dengan identifikasi fungsifungsi yang dibutuhkan.
Pendekatan sistematis, perancangan harus
dilakukan
dengan
mempertimbangkan
seluruh
dimensi permasalahan.
Multi
disiplin,
perancangan
melibatkan berbagai keahlian.
Berorientasi produk,
pada
siklus
analisa
hidup
mencakup
keseluruhan siklus hidup produk.
Pola
pikir
perancangan
kreatif,
proses
harus
dapat
mengidentifikasi alternatif
alternatif-
pemecahan
masalah
kreatif Pada
dasarnya
suatu
produk
dirancang dengan tujuan utama untuk memenuhi kepuasan
kebutuhan kepada
dan
konsumen
dengan
memberi pemakai
2.3 Rencana Kerja Rekayasa Nilai Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, rekayasa nilai dikerjakan oleh suatu tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu.
Tim
sistematis
ini
bekerja
mengikuti
sama
secara
rencana
kerja
rekayasa nilai. Rencana kerja digunakan karena terbukti dapat mereduksi ongkos pembuatan produk dan dapat memberikan efektifitas yang maksimal. Dalam rekayasa nilai menurut Miles (1972),
terdapat lima tahapan
rencana
kerjayaitu: 1. Tahap informasi (information phase) Mengumpulkan
informasi
sebanyak
mungkin yang meliputi informasi tentang sistem, struktur, fungsi, dan biaya dari objek yang dipelajari. Tahap ini juga
menjawab permasalahan tentang siapa
Mengembangkan alternatif yang mungkin
yang
untuk
melakukan,
apa
yang
dapat
memenuhi
dilakukan.
pertanyaan tentang cara apa saja yang
a). Analisis fungsi
dilakukan untuk menemukan kebutuhan,
Analisis fungsi merupakan basis utama di
hal apa yang ditampilkan oleh fungsi yang
dalam value engineering karena analisis
diinginkan.
inilah yang membedakan VE dari teknik-
3. Tahap Analisis
teknik
Melakukan evaluasi terhadap alternatif-
lainnya.
alternatif
menentukan
yang
melakukan pemilihan nilai terbesar. Tahap
diperlukan untuk melaksanakan fungsi-
ini juga menjawab pertanyaan tentang apa
fungsi utama dan fungsi-fungsi pendukung
yang harus dilakukan, dan bagaimana
dan mengidentifikasi biaya-biaya yang
biayanya.
dapat dikurangi atau dihilangkan tanpa
4. Tahap Pengembangan dan Rekomendasi
mempengaruhi
Melakukan
terendah
kinerja
atau
kendala
telah
menjawab
Analisis ini membantu tim VE di dalam biaya
yang
juga
dan
skunder.
biaya
ini
primer
dilakukan, dan apa yang seharusnya tidak
penghematan
Tahap
fungsi
dibentuk
penyempurnaan
dan
dan
produk.
penyesuaian terhadap alternatif terpilih.
b. Diagram FAST
Tahap ini juga menjawab pertanyaan
FAST Function FAST
merupakan Analysis
singkatan System
merupakan
alat
untuk
Technique. bantu
yang
tentang hal apa lagi yang dilakukan pada pekerjaan. 5. Tahap Persentasi dan Rekomendasi
menggambarkan secara grafik hubungan
Menjelaskan hasil kerja tim rekayasa nilai
logik fungsi suatu elemen, subsistem, atau
kepada pihak manajemen. Tahap ini juga
fasilitas. Diagram FAST merupakan suatu
menjawab pertanyaan tentang alternatif
diagram
mana yang terbaik, apa pengaruh dari
blok
yang
jawaban-jawaban
didasarkan
terhadap
atas
pertanyaan-
pengembangan
pertanyaan”Mengapa? dan Bagaimana?”
bagaimana
untuk item yang sedang ditinjau. Diagram
performansinya.
ide
biayanya,
atas
alternatif,
dan
bagaimana
FAST paling sesuai digunakan pada sistem-sistem
yang
kompleks
untuk
2.4 Teknik Rekayasa Nilai
menggambarkan secara jelas fungsi dasar
2.4.1 FAST ( Function Analysis System’s
dan fungsi sekunder suatu sistem tertentu.
Technique )
(pada penelitian ini tidak diikutsertakan) 2. Tahap Kreatif
Value Engineering (VE) atau value analysis (VA) adalah aplikasi dari berbagai
biaya
Tree diagram adalah teknik yang
manufaktur atau industri jasa. Kemampuan
digunakan untuk memecahkan konsep apa
ini bisa dari statistik, teknisi, dan psikologi
saja, seperti kebijakan, target, tujuan,
hingga akunting dan penjualan. Value
sasaran, gagasan, persoalan, tugas-tugas,
engineering berhubungan dengan harga
atau aktivitas-aktivitas secara lebih rinci ke
suatu produk atau jasa hingga biayanya.
dalam sub-subkomponen, atau tingkat yang
Ini sangat dikenal dengan baik bahwa VE
lebih rendah dan rinci. Tree Diagram
dipenuhi dengan definisi. Mendefinisikan
dimulai dengan satu item yang bercabang
permasalahan desain adalah yan terpenting
menjadi dua atau lebih, masing-masing
pada keahlian ini. Mendefinisikan suatu
cabang kemudian bercabang lagi menjadi
sistem (studi masalah) dalam hal ini
dua atau lebih, dan seterusnya sehingga
struktur
nampak seperti sebuah pohon dengan
kemampuan
untuk
mengurangi
fungsional
memahaminya. digunakan
sama
Suatu
untuk
dengan
teknik
kunci
mendefinisikan
banyak batang dan cabang.
dan
menguraikan struktur fungsional adalah
2.4.3 Aplikasi Multi Criteria Decision
function
Making (MCDM)
analysis
system
technique
(FAST).
MCDM merupakan penerapan atas model pemrograman pengambilan
2.4.2 Tree Diagram Adakalanya improvement
linear
suatu
membutuhkan
untuk
keputusan
proses yang
sasaran
memungkinkan para pelakunya (decision
rincian
maker)
untuk
mengevaluasi
berbagai
lengkap tentang bagaimana jalur dan tugas-
alternatif persaingan guna mencapai tujuan
tugas yang perlu dilakukan untuk mencapai
tertentu. Pelakunya (decision maker)akan
sasaran
mempertimbangkan
tersebut.
Dalam
tujuh
alat
berbagai
kriteria
perencanan manajemen (7 management
dalam mencapai keputusan yang terbaik
and planning tools) atau 7 New Quality
secara keseluruhan, dimana akan dipilih
Tools
strategi yang terbaik di antaraberbagai
terdapat
diagram
yang
dapat
mengungkap secara sederhana tentang
alternatif yang mereka evaluasi.
besarnya suatu masalah serta mengurai apa saja langkah-langkah yang perlu dilakukan
2.4.4 AHP (Analitycal Hierarchy Proces)
tersebut.
Analytic Hierarchy Process atau
Diagram itu dikenal dengan namatree
AHP dikembangkanoleh Prof. Thomas L.
diagram atau atau diagram pohon.
Saaty
untuk
pemecahan
masalah
sebagai
keputusan
algoritma untuk
pengambilan permasalahan
multikriteria Making
Criteria
(Multi
atau
MCDM).
Decision
keputusandilakukan
dengan
dengan
Permasalahan
menentukan bobot dari setiap kriteria dan
multikriteria dalam AHP disederhanakan
unjuk kerja dari alternatif yang di analisis.
dalam bentuk hierarki yang terdiri dari 3
(Saaty,1993)
komponen utama. Yaitu tujuan atau goal dari
pengambilan
keputusan,
kriteria
penilaian dan alternatif pilihan.
Cara pelaksanaan metoda ini adalah: a. Menentukan alternatif-alternatif yang mungkin digunakan b. Menetapkan
2.4.5Matrik Kelayakan Merupakan salah satu langkah yang diiambil
sebagai
pertimbangan
pemilihan
alternatif
dalam yang
kriteria-kriteria
yang berlaku c. Memberikan setiap
penilaian
alternatif
terhadap
diusulkan.Kriteria kelayakan tergantung
masing-masing
dari proyek atau produk yang diusulkan.
penilaian
dilakukan
Tiap-tiap alternatif akan dinilai dengan
beberapa
orang
kriteria dimana penilai akan memberikan
persyaratan tertentu )
suatu penilaian dengan nilai antara 0 sampai dengan 10. (Saaty,1993). Ada
empat
cara
pengujian
4. Kelayakan ekonomis 2.4.6 Matrik evaluasi suatu
pengambilan
dilakukan
dengan
mempertimbangkan banyak kriteria baik kriteria kualitatif ( tak dapat diukur ) dan kriteria kumulatif (dapat diukur), seperti kenyamanan, sebagainya.
dengan
masing-masing
alternatif
terbaik
berdasarkan nilai total terbesar
3. Kelayakan jadwal
estetika,
oleh
e. Menghitung nilai total masingf. Memilih
2. Kelayakan teknis
yang
(
masing alternatif
1. Kelayakan operasional
keputusan
kriteria
bobot kriteria
kelayakan yaitu:
Adalah
d. Menerapkan
pada
kekuatan,
keamanan,
pemeliharaan,
dan
Pengambilan
3
METODOLOGI PENELITIAN start
Penelitian Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan penelitian
Pengumpulan Data 1. Wawancara/ Observasi 2. Kuensioner 3. Data Komponen Produk
Pengolahan Data • Membuat Rencana kerja rekayasa nilai 1. Tahap Informasi dengan Metoda FAST 2. Tahap Kreatif dengan tree diagram 3. Tahap Analisa dengan Metoda Matrik Kelayakan dan Matrik Evaluasi 4. Tahap Pengembangan dari Alternatif Terpilih 5. Tahap Rekomendasi dari Alternatif Terpilih Analisa • Analisa Tahap-Tahap Rekayasa Nilai 1. Tahap Informasi 2. Tahap Kreatif 3. Tahap Analisa 4. Tahap Pengembangan 5. Tahap Rekomendasi • Analisa Perbandingan Alat Tenun Lama dengan Alat Tenun Baru Penutup Finish
Gambar 1. Metodologi Penelitian
Studi Literatur
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan beberapa kekurangan atau
4.1Fase Informasi
kelemahan yang telah disimpulkan dan
Tahapan informasi merupakan awal
juga berdasarkan hasil pengamatan dan
dari kelima tahap. Pada tahapan informasi
wawancara dengan pemilik dan pekerja
dilakukan
informasi
diperoleh 5 kriteria yang akan digunakan
berhubungan
dalam memilih allternatif desain alat tenun.
mengenai dengan
pengumpulan hal-hal alat
yang
tenun.
Semakin
banyak
Kelima kriteria tersebut diantaranya:
informasi yang didapatkan atau diperoleh
1. Desain bentuk
pada fase ini maka akan semakin baik
2. Desain ukuran
untuk tahap-tahap selanjutnya.
3. Jenis bahan untuk kerangka
Komponen-komponen
yang
membentuk alat tenun dapat dijelaskan
4. Biaya produksi atau biaya material 5. Perfomansi
sebagai berikut: 1. Palanta Paso.
4.2 Fase Kreatif
2. Tandaian Suri.
Pada tahapan ini memunculkan
3. Karo Atau Gun.
alternatif
desain
alat
tenun
untuk
4. Pelepah gadang
mengembangkan dan memperbaiki desain
5. Turak.
alat tenun yang telah ada dan komponen-
6. Tijak tijak
komponen yang memungkinkan untuk
7. Lidi-lidi
diperbaiki baik bahan, dimensi atau bentuk atau ketiganya pada suatu komponen. Pada
4.1.1 Kelemahan Atau Kekurangan Komponen Alat Tenun desain awal 1. Dimensi palanta (tempat duduk) Palanta
didesain
tidak
tahap
ini
ditambahkan
dengan
data
alternatif dari hasil Syafrizal (2013) dan dibuat dalam bentuk tree diagram berikut:
sesuai
dengan antropometri 2. Palanta tidak dapat distel 3. Tinggi paso tidak sesuai dengan antropometri atau terlalu tinggi 4. Jarak suri terlalu jauh sehingga membungkuk saat bekerja.
Gambar 2.Tree diagram desain alat tenun
Dari tree diagram tersebut akan didapatkan beberapa kemungkinan alternatif yang akan dikembangkan. Adapun alternatif-alternatif tersebut yang dapat dilihat pada tabel berikut:
jarak
A-D-E-F-G
dapat distel, tinggi paso dikurangi setinggi siku 19,16 cm, jarak suri didekatkan sesuai jangkaun tangan kedepan 76,32 cm.
indonesia tinggi paso dikurangi
B-D-F-G
B-D-E-F-G
Bahan kerangka dari kayu, dimensi
didekatkan sesuai jangkaun tangan
palanta sesuai dengan rata-rata
kedepan 76,32 cm.
antropemetri pekerja indonesia dan
Bahan terbuat bahan kerangka dari
dapat distel, tinggi paso dikurangi
fiber,dimensi palanta sesuai dengan
setinggi siku 19,16 cm, jarak suri
rata-rata
didekatkan sesuai jangkaun tangan
antropemetri
pekerja
kedepan 76,32 cm.
indonesia tinggi paso dikurangi setinggi siku 19,16 cm, jarak suri
C-D-F-G
Bahan kerangka dari kayu, dimensi antropemetri pekerja indonesia dan
pekerja
setinggi siku 19,16 cm, jarak suri
sesuai
palanta sesuai dengan rata-rata
kayu,dimensi palanta sesuai dengan antropemetri
didekatkan
jangkaun tangan kedepan 76,32 cm.
Tabel 4.1 Alternatif-alternatif alat tenun Alternatif Keterangan A-D-F-G Bahan terbuat bahan kerangka dari rata-rata
suri
C-D-E-F-G
Bahan kerangka dari kayu, dimensi
didekatkan sesuai jangkaun tangan
palanta sesuai dengan rata-rata
kedepan 76,32 cm.
antropemetri pekerja indonesia dan
Bahan terbuat bahan kerangka dari
dapat distel, tinggi paso dikurangi
besi,dimensi palanta sesuai dengan
setinggi siku 19,16 cm, jarak suri
rata-rata
didekatkan sesuai jangkaun tangan
antropemetri
pekerja
indonesia tinggi paso dikurangi setinggi siku 19,16 cm, jarak suri
kedepan 76,32 cm. Sumber : Syafrizal, 2013
didekatkan sesuai jangkaun tangan kedepan 76,32 cm. A-E-F-G
Bahan
kerangka
dari
kayu,
palantadapat distel, tinggi paso dikurangi setinggi siku 19,16 cm, jarak
suri
didekatkan
sesuai
jangkaun tangan kedepan 76,32 cm. B-E-F-G
Bahan
kerangka
palantadapat
distel,
dari
fiber,
tinggi
paso
dikurangi setinggi siku 19,16 cm, jarak
suri
didekatkan
sesuai
jangkaun tangan kedepan 76,32 cm. C-E-F-G
Bahan
kerangka
palantadapat
distel,
dari
fiber,
tinggi
paso
dikurangi setinggi siku 19,16 cm,
4.3 Fase Analisis Dalam tahap ini dilakukan analisis tehadap masing-masing alternatif dengan bahan dan palanta yang dikembangkan untuk pemilihan alternatif dan palanta sudah mutlak diambil D dan E karena pada penelitian Syafrizal (2013) sudah diukur sesuai dengan rata-rata antropometri pekerja Indonesia. Dari hasil seleksi maka hanya akan didapat 3 alternatif yaitu dilakukan pada alternatif:
1. Alternatif A-D-E-F-G
rekapitulasi matrik kelayakan dapat dilihat
Bahan kerangka dari kayu, dimensi palanta
sesuai
dengan
rata-rata
antropemetri pekerja indonesia dan dapat distel, tinggi paso dikurangi setinggi siku 19,16 cm, jarak suri didekatkan
sesuai
jangkaun
tangan
kedepan 76,32 cm. 2.Alternatif B-D-E-F-G Bahan kerangka dari fiber, dimensi palanta
sesuai
dengan
rata-rata
antropemetri pekerja indonesia dan dapat distel, tinggi paso dikurangi setinggi siku 19,16 cm, jarak suri didekatkan
sesuai
jangkaun
tangan
kedepan 76,32 cm. Bahan kerangka dari besi, dimensi sesuai
dengan
rata-rata
antropemetri pekerja Indonesia dan dapat distel, tinggi paso dikurangi setinggi siku 19,16 cm, jarak suri didekatkan
sesuai
Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Matrik Kelayakan Kriteria Alterna Des Des Jeni Bia Perf Desain tif ain ain ya orm bentuk s bent uku Bah mat ansi uk ran eria an l awal 11 8 7 10 10 46 a-d-e-f21 24 23 23 g b-d-e-f18 21 18 20 g c-d-e-f18 22 20 19 g Sumber: Pengolahan Data, 2014
jangkaun
tangan
15
92
3
18
20
99
2
18
alternatif desain awal. Pada matrik evaluasi ini terdapat 3 alternatif modifikasii dan 1 alternatif desain awal yang terlihat pada tabel berikut Tabel 4.3 Hasil Rekapitulasi Matrik Kelayakan
awal
11
8
a-d-e-fg b-d-e-fg c-d-e-fg
21
kedepan 76,32 cm. 4.3.1 Analisis Matrik Kelayakan Tahap selanjutnya adalah tahap evaluasi dengan matrik kelayakan dengan mempertimbangkan
kriteria
kelayakan.Tujuan dilakukan perhitungan dengan menggunakan matrik kelayakan
Kriteria
Jeni s Bah an
Perf orm ansi
Desai n bentu k
7
Bia ya mat eria l 10
10
46
24
23
23
22
113
18
21
18
20
15
92
18
22
20
19
20
99
Sumber: Pengolahan data, 2014
perancangan ulang alat tenun agar lebih
4.3.3 Pembobotan Kriteria Alternatif Modifikasi Perhitungan pada pembobotan
memenuhi tujuan yang diinginkan. Hasil
kriteria uk menghitung performansi setiap
adalah
untuk
menyeleksi
alternatif
11 21
kelayakan berdasarkan alternatif yang
Des ain uku ran
4 1
terhadap alternatif terpilih dari matrik
Desai n bentu k
Rang king
113
4.3.2 Analisis Matrik evaluasi Matrik evaluasi merupakan analisa
Alterna tif
to tal
22
memiliki skor yang lebih besar dari
3.Alternatif C-D-E-F-G palanta
pada tabel berikut:
kriteria dengan metoda
perbandingan
Tabel 4.5 Performansi Performansi Rangking 9,112 4
berpasangan berdasarkan pada Analitycal
Alternatif Awal
Hierarchy Process (AHP), berdasarkan
A-D-E-F-G
22,666
1
tingkat kepentingan. Matrik berpasangan
B-D-E-F-G
18,774
3
C-D-E-F-G
19,778
2
digunakan
untuk
menormalisasi
pembobotan dengan jalan membagi tiap entri
dengan
jumlah
kolom
yang
bersangkutan akhirnya diperoleh bobot tiap kriteria.bobot tiap kriteria tersebut dapat terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Bobot Matrik Perbandingan Berpasangan No Kriteria Bobot 1
Desain bentuk
0,222
2
Desain ukuran
0,222
3
Jenis bahan untuk kerangka
0,222
4
Biaya material atau biaya
0,222
Sumber: Pengolahan Data, 2014
4.4 Fase Pengembangan Fase pengembangan menjelaskan tentang analisis biaya untuk alternatif terpilih dan perhitungan nilai berdasarkan nilai performansi yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Pembahasan pada fase pengembangan ini lebih menekankan pada alternatif modifikasi terpilih
produksi 5
Performansi
0,112
Sumber: Pengolahan Data, 2014
4.3.4Perhitungan Performansi Alternatif Performansi
alternatif
terpilih
adalah perhitungan nilai performansi setiap alternatif modifikasi dan alternatif desain awal.Nilai performansi diperoleh melalui perkalian antara nilai bobot yang didapat untuk setiap kriteria yang didapatkan dari kuesioner. performansi
Cara
untuk
alternatif
menghitung
adalah
sebagai
berikut: Pn
= ∑ (bobot kriteria x nilai matrik
evaluasi) Nilai performansi setiap alternatif modifikasi dan desain awal dijelaskan pada tabel berikut ini:
Gambar 3. Desain alat tenun terpilih
4.4.1 Penentuan Nilai Penentuan nilai
merupakan
perbandingan antara performansi (Pn) dengan biaya (C) yang dikeluarkan dalam pembuatan alternative modifikasi sehingga diperoleh
nilai
yang
menunjukkan
performansi dari desain modifikasi alat tenun yang telah dibuat. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis pada tahap sebelumnya,
maka
diperoleh
hasil
performansi dengan rumus sebagai berikut:
nilai satu ini digunakan patokan untuk
V=
memilih sehingga
Dimana:V : Nilai (value)
performansi
terbaik,
dalam
rupiah
sebagai pembanding alternatif modifikasi
C : Biaya (cost)
lain, sehingga diperoleh sebagai berikut:
Nilai P merupakan nilai angka
1=
besaran, maka perlu dikonversikan menjadi satuan biaya. Pengkonversian dilakukan membandingkan
modifikasi
dihargai sebesar n. desain awal digunakan
P : Performansi
dengan
alternatif
n=
performansi
alternatif awal dengan alternatif ke n, n=
yaitu: Vo = Vn
,
.
= 53661,477
maka untuk mencari nilai (value) setiap alternatif modifikasi dengan rumus berikut
Po = Pn
imi:
Co Cn Cn =
V=
C’n adalah satuan besaran nilai
Adapun nilai (value) dari semua
rupiah untuk performansi sebesar Pn, maka
alternatif desain alat tenun dapt dilihat
dapat diuraikan sebagai berikut:
pada tabel berikut:
C’n =
=
Dimana: Vo: nilai alternatif awal Vn: nilai alternatif produk ke-n Po: performansi desain awal Pn: performansi alternatif produk ke-n Co: biaya desain awal
Altern
Tabel 4.7 Value Alternatif-Alternatif Alat Tenun Cn N Pn Vn (Performansi)
(Value)
53661,477
9,112
1
681.000
53661,477
22,666
1,786
801.000
53661,477
18,774
1,257
905.000
53661,477
19,778
1,172
atif
(Biaya)
Awal
489.500
A-D-EF-G B-D-EF-G B-D-E-
Cn: biaya alternatif produk ke-n F-G C’n: biaya alternatif produk ke-n Sumber: Pengolahan Data, 2014 dalam rupiah Berdasarkan rumusan diatas maka alternatif awal sebesar 1(satu), Selanjutnya
Dari diatas
perhitungan
menunjukkan
performansi
bahwa
alternatif
modifikasi A-D-E-F-G memiliki nilai atau value paling tinggi sehingga alternatif tersebut merupakan alternatif terpilih.
yang menjelaskan desain alternatif terpilih serangkaian
analisa
mendalam pada tahap sebelumnya maka akhirnya didapatkan hasil bahwa alternatif A-D-E-F-G merupakan alternatif alat tenun terbaik
dari
alternatif-alternatif
yang
lainnya.Keuntungan dari alternatif A-D-EF-G adalah: 1. Material kerangka yang dari kayu akan membuat alat tenun menjadi lebih tahan lama dan ringan. 2. Tinggi
paso
yang
dikurangi
setinggi siku 19,16 cm, lebih mempermudahkan pekerja dalam menggulung kain. 3. Jarak suri yang didekatkan sesuai jangkaun tangan kedepan 76,32 cm akan
mempermudahkan
pekerja
dalam merapatkan benang 4. Tempat duduk yang dapat distel dan
sesuai
antropometri akan
dengan pekerja
membuat
nyaman pekerjaan
pembahasan
hasil
maka
dan
didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
Fase presentasi merupakan tahap terbaik.Dari
Berdasarkan interprestasi
4.5 Fase Presentasi
atau
5. Kesimpulan
dalam
rata-rata indonesia
pekerja
lebih
melakukan
1. Alternatif rancangan dikembangkan berdasarkan pada aspek fungsi utama alat tenun dan ditambahkan dengan aspek keuangan dari pekerja yaitu bentuk, ukuran, jenis bahan, biaya material dan performansi. 2. Dengan mempertimbangkan keinginan pekerja sebagai konsumen nantinya dan demi tercapainya tujuan atau fungsi utama dari perbaikan rancangan alat tenun maka dikembangkan 3 alternatif perrbaikan rancangan alat tenun yaitu A-D-E-F-G, B-D-E-F-G, C-D-E-F-G
.
3. Dari hasil perhitungan performansi paling besar diperoleh oleh alternatif A-D-E-F-G Sedangkan
dengan dari
nilai
22,666.
perhitungan
nilai
(value) yang dilakukan didapatkan bahwa
alternatif
A-D-E-F-G
mempunyai nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan
alternatif
lainnya, dimana value dari setiap alternatif adalah: a. Desain awal = 1 b. A-D-E-F-G = 1,786 c. B-D-E-F-G= 1,257 d. C-D-E-F-G = 1,172 4. Dari hasil perbandingan alat tenun lama dengan alat tenun baru, ini
membuktikan bahwa alat tenun baru lebih
baik
karena
dalam
perancangannyatelah mempertimbangkan antropometri
ergonomi
pekerja
dan
dan telah
mempertimbangkan juga dari segi value engeneering. DAFTAR PUSTAKA Dell’Isola, Alphonse. 1975. Value Engineering in the Construction Industry.Penerbit Van Nostrand Company New York. Endang, Mailiza, 2007. Rekayasa Nilai Terhadap Perbaikan Rancangan Kursi Kuliah Di Fakultas Teknologi Industry Bung Hatta. Miles, Lawrence, 1972. “Techniques Of Value Analysis And Engineering Second Edition”. Mc Grawhill. New York Prasetyo Wibowo, Bagas, Ir. Desain Produk Industri, Yayasan Delapan Sepuluh. Bandung. Saaty Thomas L, 1993. Pengambilan Keputusan (Bagi Para Pemimpin) Proses Hierarki Analitik Untuk Pengambilan Keputusan Dalam Situasi Yang Komplek, PT Pustaka Binaman Pressindo. Sari, Novia, 2012, Penilaian Postur Kerja Operator Tenunan Antik Pusako Minang Pandai Sikek Dengan Metode RULA. Sidiqa, G.A. (2011). Analisis Diagram Pohon Keputusan Dalam Memilih Provider GSM. Universitas Pendidikan Indonesia Suharto, Iman. 2000. Manajemen Konstruksi dari Konseptual hingga
Operasional. Jakarta.
Penerbit
Erlangga.
Syafrizal, Handri, 2013.Perbaikan Perancangan Pada Alat Tenun Pusako Minang Pandai Sikek Berdasarkan Aspek Ergonomis. Zimmerman, L.W. 1982. Value Engineering A Practical Approach. Penerbit Van Nostrand Company New York.