PEMIKIRAN POLITIK RAJA ALI HAJI TENTANG KEPEMIMPINAN (STUDI HUBUNGAN RAKYAT DENGAN PEMIMPIN)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
Oleh :
DWI ARRUM MUTIA NIM. 110565201020
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2015
1
PEMIKIRAN POLITIK RAJA ALI HAJI TENTANGKEPEMIMPINAN (Studi Hubungan Rakyat dengan Pemimpin)
DWI ARRUM MUTIA Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH ABSTRAK Pemikiran politik adalah bagian dari studi politik yang menelaah tentang teori-teori dan pemikiran-pemikiran para tokoh tentang politik, filsafat negara, rakyat dan juga etika kemanusiaan. Para filsafat politik memikirkan tentang negara, raja, dan juga rakyat yang ideal yang menginginkan keselarasan dalam menjalankan negara sesuai dengan etika, moral sebagai manusia. Pada saat ini Indonesia sedang giat dalam pelaksanaan pembangunan, dalam pembangunan ini tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah saja atau kepuasaan bathiniah saja, melainkan pembangunan ini untuk keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara kemajuan lahiriah dan kemajuan bathiniah. Keinginan tersebut akan menjadi kenyataan apabila ada pemerintahan yang baik, tanpa adanya pemerintahan yang baik keinginan tersebut akan menjadi harapan kosong tanpa ada makna. Dalam rangka menciptakan pemerintah yang baik pemikiran Raja Ali Haji menjadi sumbangan nyata tentang pemerintah yang ideal. Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik oleh karena itu dalam penelian ini akan diungkapkan “Bagaimana pemikiran politik Raja Ali Haji tentang kepemimpin khususnya hubungan rakyat dengan pemimpin” dan bertujuan untuk mengangkat kembali pemikiran melayu yang dijadikan sebagai salah satu upaya dalam merevitalisasi budaya melayu agar tidak hilang ditelan zaman. Metode yang digunakan dalam skripsi ini, menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan penelitian pustaka (library research). Data diambil dari buku-buku, jurnal, tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian dan didukung hasil wawancara. Selanjutnya data yang didapat dianalisis. Hasil penelitian dalam skripsi ini menyimpulkan bahwa untuk menjadi pemerintah yang baik, Rajpa Ali Haji menginginkan kepemimpinan yang berlandaskan syari’at Islam. Pemimpin tidak boleh bertindak sewenang-wenang dan pemimpin harus berusaha mencapai kemaslahatan umum dan menjauhkan rakyatnya dari segala bentuk kemaksiatan. Pada masa Raja Ali Haji merupakan puncak kejayaan kerajaan, pemimpin yang bagus akan menciptakan rakyat yang bagus, sehingga rakyat makmur dan sejahtera. Kata Kunci : Pemikiran Politik, Raja Ali Haji, Kepemimpinan, Hubungan Rakyat dengan Pemimpin.
1
PEMIKIRAN POLITIK RAJA ALI HAJI TENTANG KEPEMIMPINAN (Studi Hubungan Rakyat dengan Pemimpin)
DWI ARRUM MUTIA University Student of Science Of Government, FISIP, UMRAH ABSTRACT Political thinking is part of a political study that examines the theories and ideas about politics, the philosophy of the state, nations, and also the ethics of humanity. The political philosophy are thinking about state, nations, the king, and also the people who want the ideal alignment in running the country with ethic and moral as human being. Nowadays , Indonesia is active in implementation of development, in this development not only persue the superficial or inner satisfaction only, but this development is for harmony and balancy between supercial development and inner development. It will become real if there is a good governance, without it all, that desire would be wishful thinking without any meaning. In order to create a good governance, an idea from Raja Ali Haji can be used as a contribution to developing an ideal government. In order to make a good governance, this research will revealed “ how was Raja Ali Haji thought about leadership especially in people’s relationship with the leader” and the aims is to lift-up the thinking of malay is used as one of the efforts to revitalize the malay culture in order not to be swallowed era. The method of this research was descriptive qualitative with library research. The data was taken from books, journals, other writings related to the research and supported from the interviews and the data can be analyzed. The result of this research concluded that to be a good government, Raja Ali Haji wanted the government which is based on Islamic rules. The leaders should not be an arbitrary person and the leaders must strive for the goodness in common and distancing from all forms of immorality. At the time of Raja Ali Haji’s kingdom, it was glory kingdoms. A good leader will create a great people, so the people can be Key words : Thought politics, Raja Ali Haji, Leadership, People’s Relationship with The Leader.
2
PEMIKIRAN POLITIK RAJA ALI HAJI TENTANG KEPEMIMPINAN (Studi Hubungan Rakyat dengan Pemimpin)
A. Latar Belakang Pada saat ini Indonesia sedang giat dalam pelaksanaan pembangunan, dalam pembangunan ini tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah saja atau kepuasaan bathiniah saja, melainkan pembangunan ini untuk keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara kemajuan lahiriah dan kemajuan bathiniah. Keinginan tersebut akan menjadi kenyataan apabila ada pemerintahan yang baik, tanpa adanya pemerintahan yang baik keinginan tersebut akan menjadi harapan kosong tanpa ada makna. Dalam rangka menciptakan pemerintah yang baik pemikiran Raja Ali Haji menjadi sumbangan nyata tentang pemerintah yang ideal. Pemerintahan yang ideal dalam konteks masyarakat melayu dapat kita lihat serta kita pelajari dari sejarah masa lalu tentang bagaimana kesultanan atau bagaimana kerajaan melayu dapat menjaga keamanan dan ketentraman melalui sistem pemerintahan
yang
dijalankan
oleh
penguasa
yang
ada
sehingga
dapat
mensejahterakan rakyatnya. Pemikiran Raja Ali Haji tentang sistem pemerintahan, yang meskipun konsep yang dikemukakan oleh Raja Ali Haji ini merupakan hasil pemikiran ratusan tahun yang lalu, tetapi pemikiran Raja Ali Haji ini sangat membantu dalam proses pemerintahan Indonesia yang berdasarkan falsafah Pancasila.
3
Melihat kondisi sistem pemerintahan di negara Indonesia saat ini khususnya pemerintah daerah, dimana Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi yang berbentuk republik. Sistem pemerintahan di Indonesia pada saat ini memperlihatkan gambaran yang sangat berbeda dari dekade sebelumnya, walaupun berbeda dari bentuk pemerintahan yang diinginkan oleh Raja Ali Haji sudah cukup sesuai dengan harapan beliau kalau kita merujuk kepada para pemimpin yang dipilih untuk menjalankan pemerintahan yaitu orang-orang yang telah dipercaya rakyat sebagai pemimpinnya. Pemimpin yang dipilih ini diharapkan dapat menyuarakan kepentingan mereka sehingga kesejahteraan dan kenyamanan bisa lebih dirasakan. Selain itu menurut Raja Ali Haji, seorang raja atau pemimpin mesti dapat menguasai hati rakyat yang dipimpinnya, karena raja tidak dapat dipisahkan dari rakyat yang dipimpinnya. Hal ini penting artinya bagi seorang raja didalam menyelesaikan berbagai perselisihan dikalangan rakyat dengan cara seadil-adilnya. Apabila tidak dilakukan secara adil
maka akan datang bahaya yang mengancam bukan hanya rajanya,
melainkan juga negara secara keseluruhan. Konsep politik Islam yang digagas oleh Raja Ali Haji merupakan khazanah intelektual anak bangsa yang terus dikembangkan demi tegaknya masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera. Pemikiran Raja Ali Haji mengenai sistem pemerintahan sangatlah relevan dengan tantangan zaman yang senantiasa mengalami perubahan ini, khususnya pada Pemerintahan Kota
4
Tanjungpinang yang begitu dekat dengan Pulau Penyengat tempat Raja Ali Haji mencetuskan pemikiran-pemikiran politiknya tentang pemerintahan. Meskipun ungkapan politik yang dikemukakan oleh Raja Ali Haji ini tidak terlalu tajam dan secara langsung, tetapi pikirannya megenai sistem pemerintahan sangatlah relevan dengan tantangan zaman yang senantiasa mengalami perubahan ini, bagi Raja Ali Haji, pemerintahan merupakan bidang yang sangat penting didalam kehidupan manusia saat ini. Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis mengangkat persoalan ini dengan judul penelitian “Pemikiran Raja Ali Haji tentang Kepemimpinan (Studi Hubungan Rakyat dengan Pemimpin)”. Penelitian ini untuk mengetahui pemikiran Raja Ali Haji tentang kepemimpinan khususnya pada hubungan rakyat dengan pemimpin, serta mengangkat kembali pemikiran melayu yang dijadikan sebagai salah satu upaya dalam merevitalisasi budaya melayu agar tidak hilang ditelan zaman. B. TEORI a. Teori Pemikiran Politik Pemikiran politik merupakan konsep-konsep yang terdapat dalam politik yang digunakan untuk menjalankan suatu tindakan politik dalam pencapaian tujuan politik itu sendiri. Pemikiran politik adalah bagian dari studi politik yang menelaah tentang teori-teori dan pemikiran-pemikiran para tokoh tentang politik, filsafat negara, rakyat dan juga etika kemanusiaan. Para filsafat politik memikirkan tentang negara, raja, dan
5
juga rakyat yang ideal yang menginginkan keselarasan dalam menjalankan negara sesuai dengan etika, moral sebagai manusia (Antoni Fakhmi Hidayat : 2010). b. Kepemimpinan Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi mengulas definisi tentang kepemimpinan bervariasi sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan. Definisi kepemimpinan secara luas meliputi proses memengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi,
memotivasi
perilaku
pengikut
untuk
mencapai
tujuan,
memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kriteria pemimpin ideal menurut Rumzi Samin (2009:7-9) adalah; Pertama, memenuhi syarat-syarat menurut syariat Islam, yaitu Muslim, laki-laki, balig, berakal, adil/fasik (konsisten dalam menjalankan aturan Islam), merdeka, dan mampu melaksanakan amanat kepemimpinan. Kedua, menjadikan kekuasaan negeri ini independen/mandiri, yaitu hanya bersandar kepada umat Islam dan negeri-negeri Islam, bukan pada salah satu negara kafir imperialis atau dibawah pengaruh orangorang kafir. Ketiga, menjadikan keamanan umat Islam di negeri ini adalah keamanan Islam, bukan keamanan non Islam. Keempat, segera menerapkan Islam secara serentak dan menyeluruh serta segera mengemban dakwah Islam. Kelima, mencegah terjadinya disintegrasi dan menyatukan wilayah-wilayah umat Islam yang telah tercerai berai, tidak hanya di Indonesia, melainkan di seluruh dunia sehingga umat Islam kuat dan bersatu dalam satu kekuatan.
6
c. Pemikiran Politik Raja Ali Haji Menurut Raja Ali Haji (2013:40), Ada tiga sebab sah pendirian raja, yaitu : Pertama, dengan sebab bai’at ahlil halli wal’aqdi, yakni dengan sebab dilantik. Kedua, dengan sebab istikhlaf yakni menjadikan satu raja akan gantinya masa hidupnya pada yang patut menjadi raja. Ketiga, dengan sebab taqhallub yakni dengan sebab kekerasan. Menurut Raja Ali Haji dalam Juramadi Esram (2010:147), persyaratan yang harus dimiliki seorang raja adalah sebagai berikut : 1. Hendaklah Raja itu Islam 2. Laki-laki yang mukallaf 3. Merdeka 4. Adil 5. Mempunyai ijtihad yang baik 6. Mempunyai pendengaran yang baik 7. Mempunyai pembicaraan yang baik 8. Mempunyai penglihatan yang baik 9. Mempunyai keberanian yang kokoh 10. Rajin
tidak
malas
mengurusi
permasalahan
yang
ada
pemerintahannya. Menurut Raja Ali Haji (2013:43), tiga makna raja yaitu : 1. Raja itu dengan makna khalifah 7
di
dalam
2. Raja itu dengan makna sultan 3. Raja itu dengan makna imam Ada macam-macam aduan yang datang dari rakyat (Raja Ali Haji:1887), ada tiga macam aduan yaitu: (1) aduan yang datang dari malaikat, (2) aduan yang berasal dari hawa nafsu, dan (3) aduan yang bersumber dari syaitan. C. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis memakai metode kualitatif Penelitian ini bersifat studi kepustakaan atau library research. D. Hasil Peenelitian 1. Kepemimpinan bagi Raja Ali Haji Kekuasaan yang sah direalisasikan melalui ajaran-ajaran syariat Islam, pemimpin berhak menentukan kekuasaan-kekuasaan yang patut ditaati oleh rakyat, karena pemimpin yang mempunyai kekuasaan tertinggi, mampu menentukan peraturan-peraturan untuk penciptaan kesejahteraan rakyatnya. Kondisi sosial yang pernah dialami oleh Raja Ali Haji, membuat beliau merasa berkewajiban untuk mengembangkan serta memperluas prinsip-prinsip ajaran Islam untuk menyadarkan beberapa perbuatan di kalangan raja-raja (pemimpin) yang sudah menyimpang dari syariat Islam. Penyalahgunaan raja selama ini, membuat sistem kerajaan dianggap tidak Islami dan dalam proses pemerintahan hak rakyat dibatasi untuk ikut serta. Menurut Raja Ali Haji ada beberapa negeri yang memerintah sekehendak hati, cara mereka
8
memerintah hanya menurut hawa nafsu saja. Apabila demikian kenyataan yang terjadi maka haram hukumnya jika rakyat menjunjung tinggi titah perintah Raja tersebut (Juramadi Esram, 2010:142). Sistem kerajaan yang tidak sesuai dengan syari’at Islam bukanlah berarti bertentangan dengan ajaran Islam melainkan perbuatan Raja (pemimpin) itulah yang bertentangan dengan Islam. Raja diharapkan bertindak tidak menurut hawa nafsu saja karena tindakan yang dijalankan dengan hawa nafsu rata-rata perbuatan yang tidak baik, akan menghasilkan tujuan yang buruk. Hawa nafsu hanyalah kehendak sesaat saja, tidak untuk jangka panjang. Cita-cita Raja Ali Haji ialah pemerintahan yang berbentuk “kerajaan”, dimana kekuasaan dipegang oleh seorang raja yang berusaha mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Biasanya seorang raja (pemimpin) mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang dapat digunakan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk, sehingga semua tindakannya dapat dijadikan contoh oleh masyarakat. Pemerintahan yang ideal menurut Raja Ali Haji adalah gaya pemerintahan Islam. Fungsi utama pemerintah dan kewajiban utama masyarakat dalam hal gaya pemerintahan yang Islam menurut Raja Ali Haji adalah menciptakan iklim yang mendorong pelaksaan agama yang wajar. Menurut Raja Ali Haji (2013:40), Ada tiga sebab sah pendirian raja, yaitu : Pertama, dengan sebab bai’at ahlil halli wal’aqdi, yakni dengan sebab dilantik, kemudian melakukan mufakat dan musyawarah yang dilakukan oleh beberapa laki-laki yang adil dan baik, serta dihadiri oleh para ulama, dan setengah 9
dari yang hadir dan para ulama akan mengatakan “ kami semua akhlil halli wal’adqi, kemudian melakukan mufakat dan musyawarah yang telah memutuskan bahwa si polan menjadi raja kami didalam kerajaan negeri ini dengan segala takluk daerahnya dan berlakulah antara kami dengan raja kami mengikut seperti ayat Yang Mahamulia, firman Allah Ta’ala didalam Al-Qur’an : Athi’ullaha wa athiur rasula wa ulil amri minkum, yakni taatlah kamu akan Allah ta’ala dan taatlah kamu akan rasulnya dan yang mempunyai pekerjaan, yakni yang mempunyai hukum dari pada adanya. Mufakat dan musyawarah telah selesai dilakukan oleh beberapa ulama dan laki-laki yang baik serta adil, setengah dari yang telah hadir akan melantik raja (pemimpin) dengan mengatakan kami semua melantik kamu si polan (raja/pemimpin) sebagai pemimpin didalam negeri ini hendaknya memerintah dengan baik di negeri ini, berlaku lah adil pada semua rakyat, dan raja/pemimpin pun akan taat pada Allah dan Rasul karena telah dilantik sesuai hokum yang berlaku. Kedua, dengan sebab istikhlaf yakni menjadikan satu raja akan gantinya masa hidupnya pada yang patut menjadi raja, dilakukan lagi musyawarah dan mufakat beberapa orang menggantikan raja yang telah mati, memilih salah satu yang pantas untuk dijadikan pemimpin didalam suatu negeri. Beberapa orang yang hadir adalah orang-orang yang memang layak untuk menggantikan posisi raja/pemimpin sebelumnya. Ketiga, dengan sebab taqhallub yakni dengan sebab kekerasan. Seorang lakilaki yang mempunyai kekuatan mengalahkan satu negeri itu, kemudian menjadi raja
10
ia dengan sendirinya. Dengan kekuatan yang ia miliki sampai bisa mengalahkan satu negeri ini sangatlah membuktikan bahwa ia mampu menjadi raja/pemimpin. Ketiga sebab mendirikan raja di atas dianggap sah apabila segala syarat terpenuhi dimana raja hendaknya Islam, teguh dalam memegang agama, laki-laki yang mukallaf yang merdeka, adil, mempunyai ijtihad yang baik, mempunyai pendengaran dan penglihatan yang baik, berani, rajin, dan mampu memimpin kerajaan. Menurut Raja Ali Haji dalam Juramadi Esram (2010:147), persyaratan yang harus dimiliki seorang raja adalah sebagai berikut : 1. Hendaklah Raja itu Islam 2. Laki-laki yang mukallaf 3. Merdeka 4. Adil 5. Mempunyai ijtihad yang baik 6. Mempunyai pendengaran yang baik 7. Mempunyai pembicaraan yang baik 8. Mempunyai penglihatan yang baik 9. Mempunyai keberanian yang kokoh 10. Rajin
tidak
malas
mengurusi
permasalahan
yang
ada
di
dalam
pemerintahannya. Ketentuan menjadi raja/pemimpin yang dikemukakan Raja Ali Haji, sangat menunjukkan bahwa beliau sangat menginginkan seorang raja/pemimpin yang benar 11
mampu melaksanakan dan mencapai kemaslahatan umum bagi seluruh rakyat. Jadi untuk menjadi seorang raja tidak lah mudah, raja harus membawa pengaruh individu, masyarakat dan Allah. Pemikiran Raja Ali Haji tentang syarat menjadi raja kurang relevan pada zaman sekarang karena akibat pergeseran zaman, perubahan norma-norma dan etika perempuan boleh menjadi pemimpin, karena zaman sekarang telah ada persamaan gender dan kesamaan HAM serta mempunyai kesempatan yang sama, banyak pada saat ini perempuan menjadi seorang pemimpin. Terkadang permpuan bisa lebih baik dalam memimpin. Raja Ali Haji mengemukakan persyaratan bahwa untuk menjadi raja haruslah keturunan raja. Karena pada masa pemerintahan melayu, persyaratan untuk menjadi raja lebih ditekankan pada keturunan serta para pejabat kerajaan, sehingga kesempatan bagi masyarakat luas untuk menjadi raja peluangnya sangatlah kecil. Hal ini dilakukan untuk menghindari jangan sampai terpilih seorang raja/kepala negara yang tidak mampu mengemban kehendak rakyat. Menurut penulis raja yang buruk dapat dilihat dari sikapnya yang congkak, iri hati, jahat, serakah, suka menghambur-hamburkan uang, penipu, tidak peduli terhadap administrasi, dan bersikap menghambat. Raja yang jelek ini semasa hidupnya, sekolah-sekolah tidak diadakan, pendidikan kacau balau, tidak menghimpun ahli-ahli dibidang agama. Rakyat dibawah pimpinannya menjadi bodoh, todak tahu sopan santun dan amoral, dalam kondisi begini banyak hal-hal negatif yang bisa terjadi. 12
Raja yang baik pula pantang dengan hal-hal duniawi, ia akan mencurahkan perhatiannya tidak hanya hal duniawi saja tetapi hal akihat juga diperhatikannya, serta melakukan hal-hal yang sangat bermanfaat yang mensejahterakan rakyatnya. Seandainya terjadi kemaksiatan, raja yang baik menentramkan keadaan, dengan cepat mengadakan penyelidikan atas isu-isu dan melaksanaka hukum untuk mencegah pertentangan yang timbul dalam masyarakat. Syarat menjadi pemimpin akan berubah sesuai dengan perkembangan dan sesuai dengan hasil musyawarah, seperti yang dikatakan oleh informan ada adat yang teradatkan, yang dimana syarat dari pemimpin tidak akan bisa berubah apabila memang dalam suatu negeri memakai sistem adat yang teradatkan, sedangkan syarat menjadi seorang pemimpin akan bisa berubah dengan perkembangan zaman dan dengan hasil musyawarah bersama. Seperti Indonesia saat ini sesuai perkembangan zaman dan musyawarah pemilihan pemimpin tidak seperti dahulu lagi berdasarkan keturunan tetapi melalui pemilihan umum. Pemimpin dimaknai sebagai khalifah yaitu pengganti Nabi Muhammad SAW dan pengganti Tuhan dibumi. Dengan demikian, raja atau pemimpin harus memiliki komitmen untuk meneruskan ajaran-ajaran yang dulu dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain tugas seorang raja atau pemimpin adalah menyampaikan kewajiban syariat kepada manusia, serta berusaha mendorong untuk menjalankannya. Makna raja itu dimaknai sebagai sultan hendaknya para pemimpin berlaku seadil-adilnya dalam memimpin berdasarkan pedoman Tuhan dan Rasul-Nya. Maksudnya kekuasaan raja atau pemimpin merupakan mandat yang diberikan oleh 13
rakyatnya. Jadi jangan sekali-kali raja mengabaikan kepercayaan rakyatnya. Sebagai konsekuensinya, raja ataupun pemimpin mesti berjuang untuk rakyat. Jadi, normanorma keadilan, bijaksana, sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Hadist harus menjadi rujukan nilai kepemimpinan sang raja. Makna raja sebagai imam pula hendaknya pemimpin itu seperti imam shalat yang berada dihadapan sekali yang dimana perbuatannya menjadi contoh ke semua makmumnya. Oleh karena itu tindakan raja/pemimpin tidak boleh menyimpang dari Al-Qur’an dann Hadist Rasul. Seorang raja memiliki tanggung jawab sepenuhnya untuk menghindari rakyatnya dari segala bentuk kekafiran dan kemaksiatan, apabila tidak tergolong kufur dan maksiat perintahnya adalah hukum yang harus ditaati. Menurut Raja Ali Haji dalam Muqaddima Fi Intizam, seorang raja atau pemimpin harus mampu memiliki hati rakyatnya yang dimana pemimpin melayu harus mampu berlaku adil. Jika pemimpin tak mampu berlaku adil seluruh negeri akan berseteru, yang pada gilirannya negeri yang diterajuinya akan menjadi tempat yang secemar cemarnya. Disebutkan pula bahwa pemimpin harus dapat menciptakan kondisi rakyat yang berhati benar kepada pemimpin itu. Para pembantunya (menteri, panglima, dan sebagainya juga sekalian rakyat tak bole berseteru, tak boleh berpecah-belah. Dan, orang-orang melaksanakan perkhidmatan dalam pemerintah itu harus berhati dan berperilaku bersih dan ikhlas berbakti. Pemimpin juga harus menjalankan pemerintahan secara benar dan harus mampu mendamaikan segala perselisihan, baik dikalangan bawahannya maupun 14
dikalangan rakyat. Jika pemimpin tak dapat berlaku adil, negara yang dipimpinnya akan binasa dan murka Allah akan datang. Sebaliknya pula, jika pemimpin menjalankan pemerintahannya secara benar, maka pertolongan Allah pasti akan diperolehnya sehingga apapun cobaan yang dihadapinya akan dapat diatasinya dengan baik. Cita-cita politik Raja Ali Haji memiliki titik singgah dimana-mana, contohnya dalam menyoroti raja (pemimpin) sebagai kepala negara , raja (pemimpin) merupan titik sentral dalam suatu pemerintahan, sehingga kebaikan negeri tidak terlepas dari kebaikan seorang raja (pemimpin). 2. Hubungan Rakyat dengan Pemimpin bagi Raja Ali Haji Intinya pemerintah yang dikepalai seorang pemimpin atau kepala negara yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang mampu mengendalikan negara yang dipimpinnya dengan baik, segala sesuatu yang berhubungan untuk kepentingan negara dan rakyatnya diatur oleh pemimpin, karena tujuan dari agama adalah mengatur masyarakatnya kejalan yang baik. Sebagai masyarakat pula harus mampu membantu penyelenggaraan negara tersebut, memberikan kontribusi dan
tidak
memprokasikan pemimpin, jadi antara masyarakat dan pemimpin bekerja sama dalam hal penyelengaraan negara yang baik. Ada macam-macam aduan yang datang dari rakyat (Raja Ali Haji:1887), ada tiga macam aduan yaitu: (1) aduan yang datang dari malaikat, (2) aduan yang berasal dari hawa nafsu, dan (3) aduan yang bersumber dari syaitan.
15
Tiga jenis aduan yang harus diterima oleh pemimpin atau kepala negara, aduan jenis malaikat yang hanya boleh diterima, sangat jelas aduan yang datang dari malaikat yang menguntungkan untuk semua pihak dan sangat baik untuk kemajuan sebuah negara, pemimpin harus mampu memilah jenis aduan yang datang dari rakyat. Aduan yang berasal dari malaikat bisa diterima karena segala bentuk bisikan dari malaikat adalah yang baik, jadi sudah bisa dipastikan rakyat akan mengadu kepada pemimpin hal-hal yang memang bersangkutan untuk kebaikan sebuah negara. Sedangkan jenis aduan yang lain adalah buruk pemimpin memang haruslah bijaksana, arif sehingga memang betul betul mengerti dan mampu memilah aduan yang wajib diterima dari rakyat dan akan diselesaikan. Menurut penulis sebagai pemimpin memanglah harus benar-benar menjadi pemimpin yang mampu menganalisa segala yang terjadi di negara yang dipimpinnya, khususnya aduan-aduan dari rakyat, karena penentuan segala sesuatu yang akan dilakukan setelah aduan diterima adalah pemimpin. Pemimpin bisa melakukan teguran berupa perbuatan kepada rakyatnya, artinya pemimpin menunjukkan sikap yang baik, berupa lisan yaitu dengan perkataan, sedangkan dengan hati pemimpin merubah dirinya sendiri, sehingga bisa dijadikan contoh kepada masyarakatnya. Pemimpin benar haruslah menyaring berbagai aduan yang datang dari manapun, dan menyaring isi dari aduan tersebut, menanggapi aduan hendaklah sabar dan tidak terburu-buru dalam mengambil sebuah keputusan. Segala sesuatu yang bersifat terburu-buru tidak akan maksimal hasilnya. Jika aduan yang diterima itu
16
disaring baik buruknya maka keputusan yang diambil oleh pemimpin pun akan baik, kepentingan untuk masyarakat pun akan terlaksana dengan baik pula. Berhubung dengan hasil atau pendapat kerajaan harus dimanfaatkan secara adil yang dimana pendapatan itu untuk keperluan raja tau pemimpin dalam mengelola pemerintahannya, untuk para pegawai pemerintah dalam memenuhi keperluan hidupnya dan keluarganya, untuk rakyat agar negeri yang dipimpinnya terjamin kesejahteraan dan kemakmurannya, dan untuk kegiatan membangun negeri atau negara yang dipimpinnya. Raja Ali Haji membuat rakyat tunduk kepada pemimpin, bukan hanya rakyat menteri maupun bawahan pemimpin ikut akan perintah raja. Melalui karya-karyanya bukan hanya untuk pemimpin tetapi untuk rakyat dan sekaliannya dibuat Raja Ali Haji untuk menciptakan negeri yang makmur. Nasehat-nasehat yang dituang Raja untuk pemimpin sangatlah bagus untuk kemajuan negeri. Raja Ali Haji merupakan penasehat bagi para raja/pemimpin selama empat dekade yaitu pada masa kepimpinan Raja Abdurrahman (1832-1844), Raja Ali (18441857), Raja Abdullah (1857-1858), dan Raja M.Yusuf Ahmadi (1858-Raja Ali Haji wafat), pemikiran Raja Ali Haji kepada para pemimpin ini membuat kejayaan pada masa itu, jika suatu negeri pada masanya sudah berjaya otomatis negara itu memilki pemimpin yang bagus, maka rakyat nya pun akan bagus dimana rakyat terlihat sejahtera dan makmur. Hubungan dan keharmonisan yang terjadi pada zaman Raja Ali Haji, oleh karena itu diberikan sebuah solusi secara tegas dan jelas dalam menciptakan 17
keharmonisan hubungan rakyat dengan pemimpin, antar rakyat/masyarakat serta hubungan antar pemuka, baik agama dan pemerintah dengan dasar saling tolong menolong atau kebersamaan dan kepedulian. Ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Raja Ali Haji, dimana yang patut ditolong dengan harta tolong dengan harta, yang patut ditolong dengan mulut tolong dengan mulut disini maksud nya mulut yaitu pertolongan melalui nasehat-nasehat yang bermanfaat, dan yang patut ditolong dengan anggota maka tolong lah, maksud nya anggota adalah tubuh ataupun tenaga membantu dengan jasmani. Keharmonisan bisa tercapai dalam hal mengatur hubungan rakyat dengan pemimpin, hendaknya rakyat berkewajiban menaati pemerintah, dan kepada pemerintah pun wajib memberikan keadilan untuk rakyat. Pemerintah merupakan organisasi permanen yang dimana tanpa adanya pemerintah(pemimpin) tidak mungkin terlaksana perintah tuhan secara utuh dan tertib. Pemerintah juga harus ditaati oleh rakyat, sebab bila tidak ditaati akan selalu terjadi kekacauan terus menerus dan tidak pernah berakahir. Demikian sebaliknya pemerintah harus mengayomi rakyatnya dan menciptakan rasa keadilan bagi rakyatnya. a. Penutup 1. Kesimpulan Dari hasil penelitian kesimpulan yang dapat diambil yaitu : Pemimpin merupakan unsur yang terpenting dalam pembentukan sebuah negara, aktivitas dan kebijaksanaan negara hanya dapat yang dilakukan seorang pemimpin pemerintahan.
18
Banyak para pemikir menuangkan pemikirannya tentang ini, salah satunya yaitu Raja Ali Haji, Menurut Raja Ali Haji kepemimpinan yang baik yaitu kepempinan yang berlandaskan Syariat Islam, Raja( pemimpin) dalam memerintah tidak boleh bertindak sewenang-wenang, melainkan harus sesuai dengan makna raja itu sendiri. Adapun makna raja adalah khalifah, sultan, imam. Berdasarkan makna tersebut maka raja harus berusaha mencapai kemaslahatan umum dan menjauhkan rakyatnya dari berbagai bentuk kemaksiatan, Agar dapat menjalankan tugas seperti yag diharapakan maka para pemimpin pemerintahan harus menjaga kesehatan baik itu kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani. 2. Saran Sebagai masyarakat yang baik
yang menginginkan pemerintah yang baik,
pemimpin yang ideal, tentunya ada beberapa masukan yang akan penulis berikan yang merupakan saran atau rekomendasi terhadap pemikiran Raja Ali Haji tentang kepemimpinan khususnya hubungan rakyat dengan pemimpin, yaitu sebagai berikut :kepada semua pihak diharapkan agar tidak melupakan para pemikir yang telah lama meninggal dunia. Dengan kata lain pemerintah hendaklah melestarikan, menjalankan, dan mempelajari pemikiran-pemikiran mereka dan mengambil nilai-nilai yang terkandung
didalamnya
sebagai
sumbangan
pemikiran
dalam
menetapan
kebijaksanaan, pemerintah diharapkan tidak hanya mampu mengantarkan rakyatnya menuju kehidupan dunia yang gemilang, tetapi juga mempersiapkan rakyatnya untuk menuju kehidupan yang akan datang (akhirat), kita hendaklah mengurangi atau
19
menghindari hal-hal yang akan mendatangkan kemudharatan, apapun bentuknya, kepada generasi muda diharapan dapat meluangkan waktu untuk mempelajari karyakarya pemikir yang berasal dari tanah air, serta memetik nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Demikian yang dapat dikemukakan tentang pemikiran politik (pemerintahan) yang berasal dari Raja Ali Haji. Semoga dapat bermanfaat baik untuk diri pribadi, masyarakaat, bangsa dan negara.
20
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Rojak, Jeje. 1999. Politik Kenegaraan “ Pemikiran-Pemikiran Al-Ghazali dan Ibnu Thaimiyah”. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Azhar Al & Elmustian Rahman. 2001. Kandil Akal di Pelataran Budi.Pekanbaru. Yayasan Kata. Azhar Al, dkk. 2009. Penafsiran dan Penjelasan Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji. Pemerintah Kota Tanjungpinang. Budiarjo, Miriam. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Bahrum, Syamsul. 2009. Eksistensi Pemuda Dalam Konstelasi Pembangunan Kepri (Makalah). Tanjungpinang. Kesbangpolimpenmas Kota Tanjungpinang. Esram, Juramadi. 2010. Konsepsi Raja Ali Haji tentang Pemerintahan (Filsafat Politik Melayu). Tanjungpinang: CV. Milaz Grafika. Evawarni. 2000. Naskah Kuno: Sumber Ilmu Yang Terabaikan (Telaah Terhadap Beberapa Naskah Kuno), Penelitian, Departemen Pendidikan Nasional Direktoran Jenderal Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang. Haji, Raja Ali. 1887. Muqaddima Fi Intizam al-Wazaib al Mulk Kususan Maulana Wasahibina wa Akina Yang Dipertuan Muda Raja Ali alMuddabir li 'I-biladi al- Riawiyah wa Sairim dairatihi. Lingga : Pejabat Kerajaan Lingga , 2013. Tsamarat Al-,Muhimmah. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Tanjungpinang. Malik, Abdul. 2014. Kehalusan Budi Memartabatkan Jati Diri (Tinjauan KaryaKarya Raja Ali Haji). Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan CV. Milas Grafika. TanjungPinang.
21
Melati, Rima. 2014. I'Tibar Gurindam 12 Karya Raja Ali Haji. TanjungpinangKepulauan Riau: CV. Halis Jaya. Pringgodiggdo, A.G. 1973, "Raja Ali Haji" dalam Ensiklopedi umum, Yogyakarta, Yayasan Kanisius. Rivai, Veithzal & Deddy Mulyadi. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers Samin, Rumzi. 2009. Pemimpin Ideal Dalam Perspektif Budaya Melayu (Makalah) Pelatihan Kepemimpinan bagi OKP, LSM, Ornop dan Propesi seKota Tanjungpinang. Tanjungpinang: Kesbangpollinpenmas Kota Tanjungpinang. Shadik, Faishal. 2008. "Politik Islam Melayu (Studi Pemikiran Raja Ali Haji 18081873) dalam www.rajaalihaji.com, Ahad, 15 Dzulhijjah 1429, 14 Desember 2008. Silalahi, U. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Susanto, AB. 2004. Visi Kepemimpinan Nasional dan Reaktualisasi Visi Bangsa. Jakarta: Kompas, Kamis 27 September 2004. Varma, S. 2010. Teori Politik Modern. Jakarta: Rajawali Pers. Warni, Eva dkk . 2014. Nasehat Perkawinan dan Pergaulan dalam Syair Nasehat (Kajian Naskah Kuno). Balai Pelestarian Nilai Budaya TanjungPinang Yunus, Hasan, 1988, Raja Ali Haji Budayawan Gerbang Abad XX, Pekanbaru, UIR Press. Zaidan, Abdul Karim, Individu dan Negara Menurut Pandangan Islam, dalam Jamaludin Kafie (ed.), Politik Islam Konsepsi dan Dokumentasi, Surabaya, Bina Ilmu. terj. Jamaluddin Kafie dan Syadili Asyari. Zainal, Abidin Ahmad, 1977, Ilmu Politik Islam, Konsep Politik dan Ideologi Islam, Jakarta, Bulan Bintang. Zuradi, D. 2013. Politik Melayu-Bugis-Eropa di Kerajaan Johor-Riau-Lingga. Tanjungpinang: CV. Milaz Grafika. s
22