PEMETAAN SALURAN DRAINASE DI KELURAHAN JAWA KECAMATAN SAMARINDA ULU DENGAN MENGGUNAKAN ArcGIS 9.3
Oleh
NUR QOMARIYAH NIM.120 500 175
PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015
PEMETAAN SALURAN DRAINASE DI KELURAHAN JAWA KECAMATAN SAMARINDA ULU DENGAN MENGGUNAKAN ArcGIS 9.3
Oleh
NUR QOMARIYAH NIM.120 500 175
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015
PEMETAAN SALURAN DRAINASE DI KELURAHAN JAWA KECAMATAN SAMARINDA ULU DENGAN MENGGUNAKAN ArcGIS 9.3
Oleh
NUR QOMARIYAH NIM.120 500 175
ROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015
HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah
: Pemetaan Saluran Drainase Di Kelurahan Jawa Kecamatan Samarinda Ulu dengan Menggunakan ArcGIS 9.3
Nama
: Nur Qomariyah
NIM
: 120 500 175
Program Studi
: Geoinformatika
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Dyah Widyasasi, S. Hut, MP NIP. 197101031997032001
Ir. Iskandar, MP NIP. 196308051989031005
Yulianto, S.Kom, M.MT NIP. 198307192009121007
Menyetujui Ketua Program Studi Geoinformatika Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Mengesahkan Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Husmul Beze, S, Hut, M.Si NIP. 19790613 2008121003
Ir. M. Masrudy, MP NIP. 196008051988031003
Lulus ujian pada tanggal :…………………………
ABSTRAK NUR QOMARIYAH. Pemetaan Saluran Drainase Di Kelurahan Jawa Kecamatan Samarinda Ulu dengan Meggunakan ARcGIS 9.3 (di bawah bimbingan Dyah Widyasasi ). Penelitian ini dilatar belakangi oleh belum adanya Peta Saluran Drainase di Kelurahan Jawa yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana informasi mengenai kondisi geografis sarana dan prasarana di daerah Kelurahan Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data geografis saluran drainase yang ada di Kelurahan Jawa yang kemudian akan disajikan menggunakan ArcGIS 9.3 untuk menghasilkan layout berupa peta saluran drainase di Kelurahan Jawa Kecamatan Samarinda Ulu. Hasil penelitian ini diharapkan akan tersediannya sarana informasi situasi saluran drainase, sehingga untuk kedepannya dari peta saluran drainase ini dapat membantu pihak pengelola untuk pengambilan keputusan dalam tahap pembangunan, serta tersediannya penyimpanan dan penyajian data kondisi saluran drainase di Kelurahan Jawa. Metode pengambilan data dilakukan dengan memanfaatkan data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil pengukuran menggunakan GPS Navigasi Garmin tipe 60 CSx dengan metode tracking dan waypoint, sedangkan data sekunder berupa data peta administrasi Kota Samarinda tahun 2011 dan Citra Kelurahan Jawa dengan cara pengunduhan. Kemudian data tersebut diolah menggunakan ArcGIS 9.3 yang pada akhirnya disusun ke dalam sebuah informasi Peta Saluran Drainase di Kelurahan Jawa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa letak koordinat objek, data panjang, lebar, kedalaman dan kelerengan saluran. Kemudian dari data-data tersebut dibuat menjadi sebuah peta saluran drainase Kelurahan jawa dengan skala 1 : 5000 Kata Kunci : Pemetaan, Drainase, dan Kelurahan Jawa.
RIWAYAT HIDUP NUR QOMARIYAH. Lahir pada tanggal 24 Oktober 1993 di Gresik, Jawa Timur.
Merupakan anak keempat dari
pasangan Bapak Kemat dan Ibu Surlikanah. Pada tahun 1998 memulai pendidikan Roudlotul Atfal di RA Darul Muttaqin Genengan, Ngasin, Balong Panggang, Gresik. Pada tahun yang sama 1999 memulai pendidikan dasar di SD Islam Darul Muttaqin dan memperoleh ijazah pada tahun 2005, kemudian melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Benjeng Gresik dan memperoleh ijazah pada tahun 2008. Pada tahun yang sama melanjutkan ke pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 18 Samarinda dengan memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dan lulus pada tahun 2011. Setelah lulus SMA pernah bekerja di Matahari Departemen Store Plaza Mulia Samarinda sebagai SPG dan resign pada tahun 2012 untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Geoinformatika. Selama menempuh kuliah di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mendapatkan beasiswa Bidik Misi dari DIKTI. Tanggal 3 Maret 2015 s/d 2 Mei 2015 mengikuti program PKL (Praktik Kerja Lapang) di Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah, Jalan Wiroto No.17 A Wiradesa, Pekalongan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Kelurahan Jawa Kecamatan Samarinda Ulu. Penelitian dan penyusunan Karya Ilmiah merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan memperoleh sebutan Ahli Madya. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Kedua Orang Tua yang telah memberikan do’a, dorongan dan motivasi.
2.
Ibu Dyah Widyasasi, S. Hut, MP selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari persiapan, pengamatan sampai pada akhir pengamatan dan penyusunan Karya Ilmiah.
3.
Ir. Iskandar, MP selaku Dosen Penguji I.
4.
Yulianto, S.Kom, M.MT selaku Dosen penguji II.
5.
Bapak
Husmul
Beze,
S.Hut,
M.Si
selaku
Ketua
Program
Studi
Geoinformatika. 6.
Bapak Ir. M. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
7.
Seluruh staf pengajar, administrasi dan Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Program Studi Geoinformatika serta teman-teman yang banyak membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan
dalam penulisan ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan Karya Ilmiah ini.
Akhirnya penulis
berharap semoga apa yang tertulis dalam Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Nur Qomariyah
Kampus Sei Keledang, Agustus 2015
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii ABSTRAK ........................................................................................................ iii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL.............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii BAB I.
PENDAHULUAN
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E. F. G.
Peta ...................................................................................................... Sekilas tentang Drainase ..................................................................... Sistem Jaringan Drainase.................................................................... Konsep Sistem Drainase yang Berkelanjutan ..................................... ArcGIS 9.3 ............................................................................................ Gambaran Umum Kelurahan Jawa ..................................................... GPS (Global Positioning System)........................................................
4 10 16 17 18 22 23
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 26 B. Alat dan Bahan ..................................................................................... 26 C. Prosedur Penelitian .............................................................................. 27 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ..................................................................................................... 33 B. Pembahasan ........................................................................................ 42 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 48 B. Saran .................................................................................................... 48 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. ArcMap 9.3 ........................................................................................... 19 2. Table of Contents ................................................................................. 19 3. Toolbar Tool ......................................................................................... 20 4. Toolbar Standart................................................................................... 21 5. ArcCatalog............................................................................................ 21 6. ArcCatalog............................................................................................ 29 7. Diagram Alir Proses Pengolahan Data Lampiran 1. Mengukur Lebar Drainase di Jl. Gunung Cermai ................................ 57 2. Mengukur Kedalaman Drainase di Jl. Gunung Semeru ...................... 57 3. Kondisi Saluran Drainase yang Buntu ................................................. 58 4. Saluran Terbuka yang tertutup Kayu ................................................... 58 5. Saluran Terbuka yang Tertutup Plat Beton ......................................... 59 6. Kondisi Saluran Drainase yang Menjadi Jalan .................................... 59
DAFTAR TABEL Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Daftar Nama Alat yang Digunakan dalam Penelitian .......................... 26 2. Daftar Nama Bahan yang Digunakan dalam Penelitian ...................... 27 3. Letak Geografis Saluran Drainase Sekunder di Kelurahan Jawa....... 33 4. Ukuran Saluran Drainase Sekunder di Kelurahan Jawa..................... 34 5. Letak Geografis Saluran Drainase Tersier di Kelurahan Jawa ........... 35 6. Ukuran Saluran Drainase Tersier di Kelurahan Jawa ......................... 36 7. Ukuran Saluran Drainase Kwarter di Kelurahan Jawa ........................ 38 8. Bentuk dan Kondisi Saluran Drainase Sekunder di Kelurahan Jawa . 39 9. Bentuk Saluran Drainase ..................................................................... 46 Lampiran 1. Letak Geografis Saluran Drainase Sekunder di Kelurahan Jawa....... 51 2. Letak Geografis Saluran Drainase Tersier di Kelurahan Jawa ........... 52
BAB I PENDAHULUAN Genangan air diberbagai kota akibat air hujan merupakan masalah rutin yang terjadi setiap tahun. Untuk mengurangi dan mengatasi masalah tersebut, maka pemerintah Indonesia mempunyai strategi dan program-program di bidang Keciptakaryaan lewat Proyek Perencanaan dan Pengawasan Teknik Prasarana Fisik, dimana salah satu program tersebut adalah sektor drainase. Program ini merupakan program strategis yang manfaatnya secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat dan merupakan program pembangunan prasarana perkotaan yang salah satu tujuannya adalah peningkatan kualitas lingkungan pemukiman (Rauf, 2012). Banjir atau terjadinya genangan di suatu kawasan pemukiman atau perkotaan masih banyak terjadi di berbagai kota di Indonesia. Genangan tidak hanya dialami oleh kawasan perkotaan yang terletak di dataran rendah saja, bahkan dialami kawasan yang terletak di dataran tinggi. Banjir atau genangan di suatu kawasan terjadi apabila sistem yang berfungsi untuk menampung genangan itu tidak mampu menampung debit yang mengalir, hal ini akibat dari tiga kemungkinan yang terjadi yaitu : kapasitas sistem yang menurun, debit aliran air yang meningkat atau kombinasi dari kedua-duanya Suripin (2004) dalam (Muttaqin, 2007). Banjir juga kerap terjadi karena biasanya saat hujan turun sebagian besar air akan meluap dan menimbulkan genangan ataupun banjir. Namun sebaliknya, ketika musim kemarau sumber air banyak yang mengalami kekeringan karena cadangan air tanah permukaan yang ada habis disedot untuk keperluan rumah tangga dan industri.
Inilah permasalahan terkait sektor air khususnya di
2
perkotaan yang harus diperhatikan.
Salah satu solusi konkret untuk masalah
tersebut adalah dengan memperbaiki sistem drainase perkotaan (Anonim, 2014). Oleh karena itu, masyarakat diharapkan mempunyai rasa tanggung jawab dengan masalah lingkungan. Masyarakat mempunyai peran yang sangat penting untuk menjaga kebersihan lingkungan di sekitarnya termasuk air pembuangan, got, selokan dan saluran drainase. Kelurahan Jawa merupakan salah satu dari Kelurahan di Kecamatan Samarinda Ulu di Kalimantan Timur. Di Kelurahan Jawa ini terdapat berbagai fasilitas seperti Mini Market, kios-kios, Rumah Sakit dan masih banyak fasilitas umum lainnya.
Pada masa lalu pada wilayah Kelurahan Jawa tidak pernah
terjadi banjir, namun saat ini beberapa daerah pada wilayah ini selalu tergenang banjir saat hujan. Di beberapa areal tergenang banjir tersebut, masyarakat telah melakukan pengurukan dan meninggikan rumahnya dalam rangka menghindari banjir. Oleh karena itu, banyak hal–hal yang harus diperhatikan bukan hanya prasarana seperti gedung, jaringan listrik dan air tetapi juga saluran drainase. Saluran drainase ini perlu dipetakan selain berfungsi untuk informasi bagi pengelola dapat juga membantu dalam pengambilan keputusan untuk pembangunan yang lebih baik. Drainase didefinisikan sebagai pembuangan air permukaan, baik secara gravitasi maupun dengan pompa dengan tujuan untuk mencegah terjadinya genangan, menjaga dan menurunkan permukaan air sehingga genangan air dapat dihindarkan. Drainase perkotaan berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak merugikan masyarakat dan dapat memberikan
3
manfaat bagi kehidupan manusia. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun air limbah industry (Anonim, 2014). Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun informasi peta situasi saluran drainase pada Kelurahan Jawa, sedangkan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah : 1.
Mendapatkan data geografis dan jenis saluran drainase di Kelurahan Jawa.
2.
Memperoleh informasi tentang kondisi saluran drainase yang ada di Kelurahan Jawa.
3.
Membuat peta digital saluran drainase Kelurahan Jawa.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.
Tersedianya sarana informasi situasi saluran drainase di Kelurahan Jawa.
2.
Tersedianya penyimpanan dan penyajian data kondisi saluran drainase di Kelurahan Jawa.
3.
Dengan munculnya peta drainase diharapkan masyarakat dapat menjaga kebersihan dan kelancaran saluran drainase yang ada di lingkungannya.
BAB II TIANJAUAN PUSTAKA A. Peta 1. Definisi Peta Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai penjelas.
Peta merupakan gambaran permukaan
bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu Prihandito (1988) dalam (Malik, 2012). Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas Raisz (1948) dalam (Malik, 2012). Dengan menggunakan peta, kita dapat mengetahui segala hal yang berada di permukaan bumi, seperti letak suatu wilayah, jarak antarkota, lokasi pegunungan, sungai, danau, lahan persawahan, jalan raya, bandara, dan sebagainya. Ketampakan yang digambar pada peta dapat dibagi menjadi dua yaitu ketampakan alami dan ketampakan buatan manusia (budaya). 2. Fungsi Peta Menurut Fathurrahman (2006) peta tidak hanya diperlukan dalam bidang geografi, tetapi juga dibutuhkan di bidang-bidang lain. Segala kegiatan yang terkait dengan lokasi atau keruangan membutuhkan peta. Petugas Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tidak dapat membuat jalan tanpa ada petanya terlebih dahulu. Perusahaan-perusahaan perkebunan besar yang akan membuka lokasi perkebunan harus melihat peta sebelum memulai pekerjaan. Pelayar-pelayar yang mengarungi laut luas akan tersesat tanpa peta. Secara umum, fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut:
5
a. Penunjuk jalan bagi orang-orang yang bepergian ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjunginya. b. Menunjukkan letak satu tempat di permukaan bumi dalam hubungannya dengan tempat lain (letak relatif). c. Memperlihatkan ukuran, karena dari peta dapat diukur jarak, luas, ataupun arah sebenarnya di permukaan bumi. d. Memperlihatkan bentuk seperti bentuk pulau, negara, benua, pola aliran sungai dan sebagainya. e. Membantu para peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti. f.
Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan, dan lain-lain.
3. Tujuan Pembuatan Peta a. Memberikan informasi ruang b. Membantu pekerjaan, perencanaan, dan lain-lain. c. Membantu untuk desain jalan d. Untuk analisa data spasila misal : perhitungan luas, volume dan lain-lain. 4. Macam-macam Peta Ada beberapa jenis peta yang dapat dibedakan berdasarkan : a. Berdasarkan Sumber Datanya 1) Peta Induk ( Basic Map ) Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.
Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic map). Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta lainnya.
6
2) Peta Turunan Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta turunan ini tidak bisa digunakan sebagai peta dasar. b. Berdasarkan Isi Data yang Disajikan Berdasarkan isi data yang disajikan, peta dapat kita bagi menjadi dua macam yaitu peta umum dan peta tematik. 1) Peta Umum Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, serta menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan. Peta umum di bagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut : a)
Peta Topografi adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya.
Penggambaran relief
permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur.
Garis
kontur
yaitu
garis
pada
peta
yang
menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama. Peta topografi menampilkan semua unsur yang berada di atas permukaan bumi, baik unsur alam maupun buatan manusia.
Peta jenis ini biasa dipergunakan untuk
kegiatan-kegiatan di alam bebas, termasuk peta untuk kepentingan militer, teknik sipil dan arkeologi. b) Peta Chorografi adalah peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang.
Contoh peta chorografi adalah
7
atlas.
Perbedaan chorografi dengan topografi terletak pada
penggunan garis-garis kontur, kerena peta topografi itu lebih kepada
penggambaran
bentuk
relief
(tinggi
rendahnya)
permukaan bumi, skala yang digunakan sendiri lebih kepada skala besar. Peta chorografi mengambarkan daerah yang luas, misalnya propinsi, negara, benua bahkan dunia. Dalam peta chorografi di gambarkan semua kenampakan yang ada pada suatu wilayah di antaranya pegunungan, gunung, sungai, danau, jalan raya, jalan kereta api, batas wilayah, kota, garis pantai, rawa dan lain-lain. c) Peta Dunia adalah Peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas. 2) Peta Tematik Peta Tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu/khusus. Misal peta Geologi, peta pegunungan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya. Salah satu contoh Peta Tematik yaitu peta pegunungan lahan. Peta ini merupakan peta yang khusus menunjukan persebaran penggunaan lahan suatu wilayah yang dipetakan. c. Berdasarkan Skalanya 1) Peta Kadaster / Teknik Peta ini mempunyai skala sangat besar antara 1 : 100 sampai 1 : 5.000. Peta kadaster ini sangat rinci sehingga banyak digunakan untuk keperluan teknis, misalnya untuk perencanaan jaringan jalan, jaringan air, dan sebagiannya.
8
2) Peta Skala Besar Peta ini mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini digunakan untuk perencanaan wilayah. 3) Peta Skala Sedang Peta ini mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.
Peta skala sedang digunakan untuk menggambarkan
daerah yang agak luas, misalnya peta propinsi Jawa Tengah, peta propinsi Maluku. 4) Peta Skala Kecil Peta ini mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000. Peta skala kecil digunakan untuk menggambarkan daerah yang relatif luas, misalnya peta negara, benua bahkan dunia. 5) Peta Geografi / Dunia Peta ini mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000. d. Komponen-komponen Peta 1) Judul Peta Judul peta biasanya diletakkan di bagian atas peta.
Judul
mencerminkan isi dan tipe peta.
2) Tahun dan sumber pembuatan peta Tahun atau sumber pembuatan peta dapat diletakkan di bagian bawah kolom legenda atau sudut kiri bawah, di luar garis tepi peta. 3) Penunjuk arah Penunjuk arah disebut juga arah mata angin.
Umumnya
menggunakan penunjuk arah utara. Penunjuk diletakkan di tempat
9
yang kosong di bagian pinggir peta agar tidak mengganggu peta induknya. 4) Skala Skala peta dapat dituliskan di bawah legenda, di luar garis pinggir peta, atau di bawah judul peta. 5) Legenda Legenda berisi keterangan-keterangan tentang simbol-simbol yang digunakan pada peta. Simbol adalah gambar yang digunakan untuk mewakili objek yang dipetakan.
Tujuannya adalah untuk
memudahkan pemakai peta dalam memahaminya. 6) Garis Astronomi Garis astronomi terdiri dari garis lintang dan garis bujur. Gunanya untuk menentukan letak astronomis satu tempat (letak lintang dan bujur).
Pada pinggir peta ditulis angka derajat yang
menunjukkan derajat garis lintang atau garis bujur. Garis astronomis dipakai dalam peta-peta yang skalanya kecil sampai sedang. 7) Garis Tepi Garis tepi biasanya dibuat dua buah dengan ketentuan garis luar lebih tebal dari garis dalam. 8) Insert Inset adalah gambar peta yang menunjukkan letak atau posisi satu daerah terhadap daerah sekitarnya yang lebih luas. Misalnya, posisi Indonesia di Benua Asia. Petanya dibuat di luar peta utama tetapi masih berada dalam garis tepi peta utama.
10
B. Sekilas tentang Drainase Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Suripin (2004) dalam (Anonim, 2012) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.
Secara umum,
drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Drainase juga diartikan
sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase di sini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini adalah untuk mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah, menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal, mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir (Anonim, 2012).
11
Menurut Achmad (2014) beberapa fungsi dari drainase antara lain: 1. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal 2. Sebagai pengendali air kepemukiman dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air atau banjir 3. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal 4. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada 5. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bahaya banjir Menurut Achoey (2013) banjir adalah merupakan salah satu bencana alam yang mungkin sering terjadi disekitar lingkungan kita.
Banjir dikarenakan air
yang meluap dari sungai atau terjadi karena turunnya air hujan yang turun dalam jumlah atau volume yang sangat tinggi.
Curah hujan dengan bertambahnya
aliran dipermukaan menjadi faktor utama penyebab terjadinnya banjir. Curah hujan yang tinggi, lereng yang curam didaerah hulu, dan perubahan jenis vegetasi dapat memperbesar aliran permukaan yang dapat mengakibatkan tanah longsor.
Hujan sangat deras yang terjadi dikawasan hulu sungai dapat
meyebabkan banjir bandang yaitu banjir besar yang datangnya tiba-tiba dalam waktu yang sangat cepat, dan mengalir dengan deras. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan banjir antara lain : 1. Faktor peristiwa alam Bersifat dinamis, kondisi iklim yang ekstrem, antara lain intensitas curah hujan yang tinggi, penurunan tanah dan pendangkalan sungai. 2. Faktor kondisi alam Bersifat statis, antara lain kondisi geografis, tofografi, serta kondisi sungai yang meliputi kemiringan, sedimensi dan bentuk aliran.
12
3. Faktor aktivitas manusia Bersifat dinamis, antara lain melakukan pembangunan dikawasan dataran banjir, mendirikan pemukiman dibantaran sungai, pembangunan sistem drainase dan pembuangan sampah. Menurut Anonim (2012) sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut definisi drainase perkotaan : 1. Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya yang ada di kawasan kota. 2. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari
wilayah perkotaan yang meliputi daerah permukiman, kawasan industri dan perdagangan, kampus dan sekolah, rumah sakit dan fasilitas umum, lapangan olahraga, lapangan parkir, instalasi militer, listrik, telekomunikasi, pelabuhan udara. Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu: 1. Sistem Drainase Makro Sistem drainase makro yaitu sistem saluran atau badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase makro ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai.
13
2. Sistem Drainase Mikro Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran atau selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Ada beberapa macam drainase bila ditinjau dari : 1. Menurut Segi fisik Menurut segi fisik saluran drainase dapat dibedakan menjadi 4 jenis, diantaranya sebagai berikut: a. Saluran Primer Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai.
Saluran
primer adalah saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder. b. Saluran Sekunder Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer (dibangun dengan beton/ plesteran semen). c. Saluran Tersier Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah. d. Saluran Kwarter Saluran kolektor jaringan drainase lokal.
14
Lain dari itu Achmad (2014) menyatakan bahwa ada beberapa macam drainase, antara lain: 1. Menurut Sejarah Terbentuknya Menurut sejarah terbentuknya drainase dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Drainase Alamiah dan Drainase Buatan. a. Drainase Alamiah (Natural Drainage) Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu atau beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai. b. Drainase Buatan (Africial Dainage) Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan–bangunan khusus seperti selokan pasangan batu atau beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya. 2. Menurut Letak Bangunan Menurut letak bangunan drainase dibedakan menjadi dua macam, yaitu : Drainase Permukaan Tanah dan Drainase Bawah Permukaan Tanah. a. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage) Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. b. Drainase Bawah Pemukaan Tanah (Subsurface Drainage) Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu.
Alasan itu antara lain tuntutan
15
artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain. 3. Menurut Fungsi Menurut fugsinya drainase dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu Drainase Purpose dan Multi Purpose. a. Single Purpose Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain–lain. b. Multi Purpose Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara bercampur maupun bergantian. 4. Menurut Konstruksi Menurut konstruksi saluran drainase dapat dibedakan menjadi dua macam saluran Terbuka dan Saluran Tertutup. a. Saluran Terbuka Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan atau mengganggu lingkungan. b. Saluran Tertutup Yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan atau lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di kota atau permukiman.
16
C. Sistem Jaringan Drainase Sistem jaringan drainase merupakan bagian dari infrastruktur pada suatu kawasan, drainase masuk pada kelompok infrastruktur air pada pengelompokan infrastruktur wilayah, selain itu ada kelompok jalan, kelompok sarana transportasi, kelompok pengelolaan limbah, kelompok bangunan kota, kelompok energi dan kelompok telekomunikasi Grigg (1988) dalam (Suripin, 2004). Air hujan yang jatuh di suatu kawasan perlu dialirkan atau dibuang, caranya dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan yang mengalir di permukaan tanah tersebut.
Sistem saluran di atas selanjutnya
dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan denga saluran rumah tangga dan dan sistem saluran bangunan infrastruktur lainnya, sehingga apabila cukup banyak limbah cair yang berada dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment). Seluruh proses tersebut di atas yang disebut dengan sistem drainase (Kodoatie, 2003). Bagian infrastruktur (sistem drainase) dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Dirunut dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari
saluran penerima (interseptor drain), saluran pengumpul (colector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain) dan badan air penerima (receiving waters).
Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya,
seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tandon dan stasiun pompa. Pada system drainase yang lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima air diolah dahulu pada instalasi pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang
17
telah memliki baku mutu tertentu yang dimasukkan ke dalam badan air penerima, biasanya sungai, sehingga tidak merusak lingkungan (Suripin, 2004). D. Konsep Sistem Drainase yang Berkelanjutan Berdasarkan prinsip pengertian sistem drainase yang bertujaun agar tidak terjadi banjir di suatu kawasan, air harus secepatnya dibuang, namun air juga merupakan sumber kehidupan.
Bertolak dari hal tesebut, maka konsep dasar
pengembangan sistem drainase yang berkelanjutan adalah meningkatkan daya guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan konservasi lingkungan. Untuk itu diperlukan usaha-usaha yang komprehensif dan integratif yang meliputi seluruh proses, baik yang bersifat struktural maupun non struktural, untuk mencapai tujuan tersebut.
Sistem drainase yang berkelanjutan ini, prioritas
utama kegiatan harus ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan.
Berdasarkan
fungsinya, fasilitas penahan air hujan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe penyimpanan dan tipe peresapan Suripin (2004) dalam (Muttaqin, 2007). Sampai saat ini perancangan drainase didasarkan pada filosofi bahwa air secepatnya mengalir dan seminimal mungkin menggenangi daerah layanan. Tapi dengan semakin timpangnya perimbangan air (pemakaian dan ketersedian) maka diperlukan suatu perancangan drainase yang berfilosofi bukan saja aman terhadap genangan tapi juga sekaligus berasas pada konservasi air Sunjoto (1987) dalam (Muttaqin, 2007).
Dalam rangka otonomi daerah, pemerintah
pusat telah memberikan kesempatan dan keleluasan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Masyarakat yang dimaksud di sini
18
yaitu seluruh masyarakat yang ada baik di pedesaan, perkotaan, di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) maupun di hilir, kaya atau miskin, akademisi atau non akademisi, bahkan semua insan yang mempunyai hubungan dengan air (Muttaqin, 2007). E. ArcGIS 9.3 ArcMap adalah salah satu sub bagian dari kesatuan software ArcGIS Desktop yang memiliki banyak fungsi, mulai membuat, mengedit menampilkan, melakukan query dan analisis spasial hingga menghasilkan informasi spasial, baik dalam bentuk peta maupun dalam bentuk report dalam bentuk tabel (attribute). ArcMap merupakan modul utama di dalam ArcGis yang digunakan untuk membuat (create), menampilkan (viewing), memilih (query), editing, composing dan publishing peta (Anonim, 2011). Cara lain langsung menampilkan ArcMap dari Start Program > ArcGis > ArcMap.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh ArcMap diantaranya yaitu
penjelajahan data (exploring), analisa SIG (analyzing), presenting result, customizing data dan programming.
Gambar 1. ArcMap 9.3
19
Komponen–komponen ArcMap antara lain : 1. Table of Contents (T oC) Dapat diaktifkan dari Menu Bar Windows > Table of Content, merupakan list atau daftar isi data yang terdapat dalam Map Area. ToC terdiri atas data Frame yang berisi layer-layer yang merepresentasikan data yang ada. Beberapa aksi yang dapat dilakukan dalam ToC antara lain: a. Mengatur susunan layer-layer yang ada. b. Melihat sistem koordinat yang digunakan. c. Membuka tabel attribut data spasial. ToC memiliki 3 mode tampilan ( untuk ArcGIS 9.3 ), yaitu :
Gambar 2. Table of Contents a. Mode Display, merupakan mode standar dan paling sering digunakan. b. Mode Source, digunakan untuk melihat sumber data spasial yang ditampilkan. c. Mode Selection, digunakan untuk menentukan layer yang dapat dipilih dengan menggunakan selection tool. 2. ArcToolBox Merupakan kumpulan alat bantu yang disediakan untuk melaksanakan operasioperasi tertentu.
Toolbox dapat diaktifkan dari menu Window >
ArcToolbox atau dengan mengklik icon ArcToolbox pada menu Toolbar Standar. Tampilan ArcToolBox yaitu berupa tools yang ditampilkan pada folder–folder ArcToolBox berdasarkan fungsi.
20
3. Toolbar Merupakan kumpulan tool yang diletakan didalam bar. Secara logis toolbar memiliki tool–tool yang berkaitan secara erat dalam melaksanakan operasi–operasi tertentu. Tool bar bisa diaktifkan melalui Menu Bar Tools > Customize. Selain itu juga dapat diaktifkan dengan cara klik kanan pada Menu Bar hingga muncul tampilan seperti di samping. Tanda menunjukkan bahwa tool tersebut sudah dimunculkan atau aktif pada Tool Bar. Berikut ini merupakan beberapa contoh standart yang terdapat pada ArcMap : 1. Toolbar Tool
Gambar 3. Toolbar Tool 2. Toolbar Standart
Gambar 4. Toolbar Standart
21
3. Menu Bar Merupakan kumpulan menu–menu yang ada di ArcMap. 4. Map Area Merupakan area yang memeperlihatkan data spasial yang ada. 5. Arc Catalog ArcCatalog merupakan bagian dari ArcGis yang digunakan untuk menjelajah (browsing), mengatur (organizing), membagi (distribution) dan menyimpan (documentation) data–data SIG.
Gambar 5. ArcCatalog F. Gambaran Umum Kelurahan Jawa Menurut Anonim (2006) Kelurahan Jawa merupakan Kelurahan di Kecamatan Samarinda Ulu, Kalimantan Timur.
Secara geografis Kelurahan
Jawa terletak antara 0,49793°LS 117,13558°BT dengan jumlah penduduk 12. 400 jiwa atau 2.300 KK. Kelurahan Jawa biasa disebut dengan Kampung Jawa karena sejumlah penduduk yang berada disana mayoritas dari suku jawa dan sebagian kecil suku bugis.
Pada tahun 1993 nama kampung jawa diganti
22
menjadi kelurahan jawa dikepalai oleh seorang lurah dan lurah pertama di Kelurahan Jawa adalah Drs. Sarmidi yang menjabat dari tahun 1993-1998. Batas-batas wilayah Kelurahan Jawa adalah sebagai berikut : Utara Kelurahan Dadi Mulya Selatan Sungai Mahakam Barat KelurahanTeluk Lerong Timur Kecamatan Samarinda Kota ( Kelurahan Bugis ) Beberapa sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Jawa antara lain : 1. Kantor Gubernur Kalimantan Timur 2. Lamin Etam 3. Rumah Sakit Dirgahayu 4. Kantor Cabang Bank Indonesia 5. Kantor PLN Rayon Samarinda Kota 6. Seminari St. Yohanes Don Bosco Samarinda G. GPS (Global Positinoning System) 1. Pengertian GPS GPS atau singkatan dari Global Positioning System merupakan suatu teknologi pemantau posisi di bumi yang memanfaatkan teknologi satelit. Untuk menjalankan sistem ini, selain satelit GPS juga dibutuhkan perangkat penerima sinyal GPS (GPS receiver). GPS receiver inilah yang berfungi sebagai titik tujuan yang menentukan lokasi bumi (Supriono, 2010). GPS merupakan alat untuk pengambilan data spatial yang paling mudah, cepat, murah dan akurasinya bisa dipertanggung jawabkan. Saat ini GPS bukan lagi merupakan alat survei yang mahal atau terlalu rumit untuk diaplikasikan. Dengan menggunakan GPS genggam saja sudah bisa dilakukan kegiatan survei dan hasil dari survei dapat digunakan sebagai data dasar dalam melakukan
23
kegiatan perencanaan. GPS bisa menghasilkan data spasial berupa titik, garis dan poligon.
Data-data menyangkut lokasi seperti lokasi infrastruktur seperti
jembatan, gardu listrik, lokasi pusat pemerintahan mulai dari desa sampai ke provinsi, lokasi pusat pelayanan seperti puskesmas. Pada survei untuk fitur line dilakukan pada survei jalan, sungai atau juga perencanaan untuk saluran air dan batas wilayah dengan menggunakan GPS. Sementara data poligon atau area dapat dilakukan pada survei untuk land use, survei untuk perencanaan wilayah lindung dan banyak lagi. Kemudahan teknologi menjadi faktor penunjang lainnya sehingga penggunaan GPS menjadi pilihan yang paling mudah dalam mengambil data GPS. Saat ini GPS terkoneksi dengan software GIS sehingga bisa mempermudah pengolahan data dari GPS untuk langsung menjadi data digital peta dalam software GIS. Setelah data GPS dikonversi dalam peta digital, langkah selanjutnya adalah menambahkan database sebanyak mungkin yang dilakukan dengan menggunakan survey (Anonim, 2012). 2. Fungsi GPS Ada beberapa fungsi dari GPS yang saat ini sudah banyak digunakan di seluruh dunia antara lain : a. Untuk mengetahui posisi suatu tempat b. Sebagai penunjuk arah ( Navigasi ) c. Untuk mengetahui koordinat suatu titik 3. Metode Pengambilan Data GPS Ada dua metode yang dapat dilakukan oleh GPS, yaitu : a. Metode Waypoint Metode pengambilan data menggunakan GPS dengan data berbentuk titik atau point.
24
b. Metode Track Metode pengambilan data menggunakan GPS dengan data berbentuk garis. 4. Cara Menggunakan GPS ( GPS Garmin ) Menurut Suryowidiyanto (2008) cara menggunakan GPS adalah sebagai berikut : a. Pegang GPS dengan benar b. Periksa baterai c. Tekan tombol On (I/O) d. Tunggu sebentar karena GPS akan terhubung via satelit e. Masuk ke fitur map anda akan menemukan tanda panah bergarakgerak, itu tanda kedudukan anda sekarang, bila garmin ada belum ada petanya maka GPS anda masih kosong alias belum diinstal peta, GPS anda bisa terkoneksi dengan software ArcGIS, bila GPS anda masih kosong anda bisa memasukan koordinat-koordinat yang bisa anda mengerti.
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Jawa Kecamatan Samarinda Ulu sebagai objek yang dikaji. Data lapangan diolah di laboratorium Penginderaan Jauh dan SIG Program Studi Geoinformatika Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 2. Waktu Penelitian ini memerlukan waktu selama 9 bulan meliputi penyusunan proposal, pengambilan data lapangan, pengolahan data di laboratorium dan penyusunan laporan. B. Alat dan Bahan 1. Peralatan yang digunakan Alat yang di gunakan dalam kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar Nama Alat yang Digunakan dalam Penelitian No Nama Alat Jumlah 1 GPS Navigasi Garmin 60 CSX 1 Unit 2 Roll Meter 50 Meter Prohex 1 Unit 3 Clinometer 1 Unit Laptop dengan Spesifikasi : - Intel Inside 4 1 Unit - 2 GB DRD3 - 320 GB HDD 5 Software ArcGIS 9.3 1 Unit 6 Jalon 1 Unit 7 Kabel Data 1 Unit
27
2. Bahan Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Daftar Nama Bahan yang Digunakan dalam Penelitian. No Nama Bahan Jumlah 1 Alat Tulis 1 paket 2 Buku Catatan 1 Buah 3 Baterai 6 Buah 4 Peta Administrasi Samarinda 2011 1 Buah 5 Citra dari Google Earth 1 Buah C. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Persiapan
meliputi
studi
pustaka
terhadap
literatur-literatur
yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, pembuatan proposal, surat perizinan, pembuatan tally sheet, penyusunan rencana kerja, konsultasi pembimbing dan orientasi lapangan, serta pegumpulan data-data yang diperlukan. 2. Pengambilan Data Data
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
secara
garis
besar
diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu data primer dan data sekunder. a. Data primer, data primer berupa data panjang saluran, lebar saluran, kedalaman saluran, dan kelerengan saluran pada saluran drainase di Kelurahan Jawa. Pengambilan data tersebut dilakukan menggunakan GPS Navigasi untuk mengambil koordinat-koordinat objek yang akan dipetakan atau dengan kata lain dapat disebut sebagai metode waypoint, menggunakan clinometer untuk mendapatkan data kelerengan, sedangkan jalon dan roll meter untuk mendapatkan data lebar dan kedalaman saluran.
28
b. Data sekunder berupa data peta administrasi Kota Samarinda tahun 2011 yang diperoleh dari mata kuliah sebelumnya serta citra Kelurahan Jawa yang diperoleh dari pengunduhan citra Google Earth. 3. Pengolahan Data Data yang sudah diambil di lapangan dibawa ke ruang laboratorium Penginderaan Jauh dan SIG Program Studi Geoinformatika Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Diolah dengan menggunakan komputer dengan aplikasi
software ArcGIS 9.3. Dipadukan dengan peta batas Kelurahan Jawa, peta jalan, dan citra dari google earth hingga mendapatkan hasil yang akurat. Pengolahan data terdiri dari identifikasi saluran, ploting hasil pengukuran di lapangan, pemetaan, input data atribut. Hasil akhir yang diperoleh berupa Peta Saluran Drainase Kelurahan Jawa. Terdapat beberapa langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sehingga dibuat menjadi diagram alir untuk mempermudah dalam proses pengolahan data. Adapun penjelasan dari Gambar 5 yang berupa diagram alir atau langkahlangkah pengolahan data adalah sebagai berikut:
29
Citra Kelurahan Jawa
Peta Administrasi Samarinda
Croping Citra
Georeference
Data Point GPS
Digitasi
Peta Batas Vektor Kelurahan Jawa dan Jalan
Overlay
Digitasi
Editing
Layout
Peta Saluran Drainase Kelurahan Jawa
Gambar 5. Diagram Alir Proses Pengolahan Data a. Download Data GPS Download data hasil lapangan menggunakan GPS berupa titik-titik (waypoints). Data-data ini biasanya langsung bisa ditransfer ke komputer dengan menggunakan software Map Source. Adapun langkah-langkah dalam proses download data yaitu : 1) Menyambungkan kabel data dengan komputer. 2) Membuka aplikasi Map Source.
30
3) Memilih
(Receiver From Deceiver) agar data-data yang di
GPS dapat diterima komputer. 4) Memilih jenis datanya waypoint ? receiver. 5) Setelah data-data muncul di komputer menghapus data yang tidak di gunakan. 6) Menyimpan data dengan cara memilih file ? save as dengan tipe penyimpanan : mps, txt, dxf ? save. 7) Setelah selesai menyimpan di folder yang di inginkan. b. Melakukan georeferencing peta dasar Kota Samarinda Georeference merupakan proses penempatan objek berupa raster atau image yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam suatu sistem koodinat dan proyeksi tertentu.
Georeference dilakukan
dengan membuat minimal 4 titik ikat yang tersebar. c. Digitasi Digitasi (Digitizing) adalah proses konversi feature ke dalam format digital, merupakan salah satu cara untuk membuat data fitur (featur data) digital. Dalam digitasi kali ini menggunakan metode Digitizing on Screen (digitasi langsung pada layar computer). dahulu
menampilkan
peta
dasar
Dalam metode ini, terlebih
(basemap)
yang
sudah
ter-
Georefrencing. ArcGIS dapat melakukan digitalisasi dengan beberapa tipe format data.
Untuk data vektor, software keluaran vendor ESRI ini memiliki
kemampuan membuat dan menyimpan data feature dalam format Shapefile (SHP) yang familiar dengan produk pendahulunya, ArcView.
31
Format shapefile setidaknya memiliki 3 tipe file untuk membangun suatu data yaitu dbf, shx, dan shp. d. Cropping Image (Pemotongan Citra) Croping Image adalah pemotongan citra pada koordinat area tertentu pada area citra.
Cropping ini bertujuan untuk mempermudah
penganalisa citra dan memperkecil ukuran penyimpanan citra. Pada citra yang di cropping yaitu pada
daerah Kelurahan Jawa yang akan di
analisis. e. Overlay Overlay adalah proses pertampalan atau penggabungan data. Data–data yang akan dilakukan pertampalan atau penggabungan adalah data point dari download GPS, data batas vektor Kelurahan Jawa yang telah di digitasi, citra google earth, serta peta jalan.
Adapun proses
overlay data adalah sebagai berikut : 1) Membuka aplikasi ArcGIS 9.3 2) Membuka citra dengan cara memilih
(Add Data), setelah data
citra ditemukan pilih ? add. 3) Untuk memasukan data vektor Kelurahan Jawa yang telah di digitasi dan peta jalan, melakukan dengan cara yang sama dengan cara add data. 4) Untuk memasukan data GPS ke ArcGIS 9.3 dapat dilakukan dengan cara Add Data ? cari datanya pada folder yang telah tersimpan ? add data yang dalam bentuk dxf.
32
5) Untuk menjadikan data GPS yang berbentuk dxf menjadi shp dapat dilakukan dengan cara klik kanan pada layer data yang akan dijadikan shp, memilih dxf yang point kemudian klik kanan? data? export data. 6) Setelah selesai memilih tempat penyimpanan kemudian pilih ok ? save. 7) Membuka data yang sudah menjadi shp dengan cara add data ? add. f.
Editing Fungsi editing adalah proses memperbaiki (mengedit) geometri objek, menambah garis, memotong garis serta analisis drainase berdasarkan jenis drainase.
g. Layout Setelah tahap pengolahan data telah selesai, tahap berikutnya adalah membuat layout peta.
Output terakhir dalam pembuatan peta
adalah mencetaknya dalam bentuk gambar dan print. Layout digunakan untuk mengatur tampilan peta dan menambah kelengkapan atau atributatribut peta agar sesuai dengan kaidah-kaidah geografi sehingga layout peta terlihat menarik, jelas, dan mudah dimengerti. Hal-hal yang perlu ditampilkan adalah judl peta, arah utara, skala, sistem proyeksi, sumber, legenda, dan grid peta.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil akhir pada penelitian ini adalah berupa Peta Saluran Drainase Kelurahan Jawa beserta informasi-informasi dan kondisi saluran drainase yang ada.
Untuk mempermudah pemahaman akan penelitian ini, hasil penelitian
dikelompokkan menurut Anonim (2012), yaitu saluran drainase yang ada dibagi dalam kriteria saluran drainase primer, sekunder, tersier, dan kwarter. Pada penelitian ini tidak ditemukan saluran primer, hanya saluran sekunder, tersier dan kwarter. Secara lengkap hasil penelitian disajikan di bawah ini. 1. Data Geografis Saluran Drainase di Kelurahan Jawa a. Saluran Drainase Sekunder Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di lapangan diperoleh hasil berupa data koordinat-koordinat saluran drainase yang terdapat di Kelurahan Jawa.
Data koordinat yang berbentuk nilai easting, northing, dan
elevation merupakan posisi masing-masing saluran drainase di Kelurahan Jawa, dapat dilihat pada Tabel 3 yang diringkas dibawah ini, untuk data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10 yang dilampirkan. Tabel 3. Letak Geografis Saluran Drainase Sekunder di Kelurahan Jawa. Ujung Pangkal No Lokasi X Y Z X Y 1 Jl. Gn. Cermai 515043 9944679 28 515047 9944651 2 Jl. Gajah Mada 515046 9944649 25 515228 9944617 3 Jl. Gn. Merapi 515230 9944620 36 515313 9944825 4 Jl. Gn. Kinibalu 515693 9944552 38 515724 9944706 5 Jl. Tirta Kencana 515737 9944735 14 515816 9944896 6 Jl. Arjuna 515487 9944841 17 515576 9944842 7 Jl. Bukit Barisan 515488 9944842 22 515531 9945270 8 Jl. Gn. Semeru 515417 9944587 37 515309 9944833 9 Jl. Pasundan 515450 9945623 17 515122 9944937 10 Jl. KS Tubun 515582 9945598 28 515122 9944937 11 Jll. Gn. Merbabu 515304 9944827 18 515309 9944833
Z 22 35 46 11 27 29 25 13 18 18 13
34
Data selanjutnya berupa hasil pengukuran di lapangan yang berupa data panjang, lebar, kedalaman, dan kelerengan saluran dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Ukuran Saluran Drainase Sekunder di Kelurahan Jawa Panjang Lebar Kedalaman Kelerengan No Lokasi (m) (cm) (cm) (%) 1 Jl. Gn. Cermai 238 280 85 0 2 Jl. Gn. Cermai 240 145 118 0 3 Jl. Gajah Mada 184 92 88 0 4 Jl. Gajah Mada 672 105 110 0 5 Jl. Gn. Merapi 227 210 115 0 6 Jl. Gn. Kinibalu 156 75 78 0 7 Jl. Gn. Kinibalu 156 80 83 0 8 Jl. Gn. Semeru 276 108 83 0 9 Jl. Gn. Semeru 275 118 74 0 10 Jl. Gn. Kinibalu 64 54 63 0 11 Jl. Gn. Kinibalu 64 48 50 0 Jl. Tirta 12 152 85 87 5,8,3 *) Kencana 13 Jl. Gn. Arjuna 299 80 60 7 14 Jl. Gn. Arjuna 299 80 50 7 15
Jl. Bukit Barisan
1815
66
53
3, 12, 12, 2, -10, 4,8, -13, - 8 *)
16 17 18 19 20 21 22
Jl. KS Tubun Jl. Pasundan Jl. Gn. Merbabu Jl. Gn. Merbabu Jl. Pasundan Jl. Pasundan Jl. Gn. Semeru
86 826 384 380 826 826 258
53 180 90 76 95 200 117
42 95 94 46 75 126 130
0 0 0 0 0 0 0
Keterangan : *) - Terdapat variasi kelerengan dari saluran drainase pada jalan tersebut karena kondisi topografi yang bergelombang atau berbukit. - Tanda (-) menunjukkan kelerengan yang menurun.
Dari Tabel 4 di atas dapat dijelaskan bahwa pada saluran drainase sekunder yang ada di Kelurahan Jawa, saluran sekunder terpanjang berada di Jl. Bukit Barisan, saluran terlebar berada di Jl. Gunung Merapi dengan lebar 210 cm, saluran yang terdalam berada di Jl. Gunung Semeru dengan kedalaman 130 cm, dari beberapa lokasi saluran sekunder yang ada, daerah yang mempunyai kelerengan terjal dan mendaki paling tinggi berada di Jl. Bukit Barisan.
35
Selain itu diketahui bahwa secara keseluruhan saluran drainase sekunder yang ada di Kelurahan Jawa memiliki kelerengan yang sama, kecuali pada 2 saluran terdapat variasi kelerengan, yaitu pada saluran drainase sekunder di Jl. Tirta Kencana (kelerengan 3-8%) dan Jl.Bukit Barisan (kelerengan -10 -13%). b. Saluran Drainase Tersier Berdasarkan hasil pengambilan titik di lapangan diperoleh hasil data koordinat saluran drainase tersier. Informasi letak geografis dapat dilihat pada Tabel 5 yang diringkas di bawah ini, untuk tabel selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 11 yang dilampirkan. Tabel 5. Letak Geografis Saluran Drainase Tersier di Kelurahan Jawa Ujung Pangkal No Lokasi X Y Z X Y 1 Gg. Etam 515538 9944712 28 515552 9944736 2 Gg. Arjuna 2 515584 9944872 23 515579 9944841 3 Gg. Sadar 515555 9945161 18 515456 9945135 4 Gg. Arjuna 1 515652 9944868 18 515651 9944881 5 Gg. 1A 515104 9944863 23 515503 9945021 6 Gg. Sedar 515146 9944867 29 515152 9944874 7 Gg. 1D 515363 9945474 29 515404 9945459 8 Gg. 2 515494 9944932 22 515468 9944941 9 Gg. Lingga 515514 9944909 32 515497 9944912 10 Gg. 1 515503 9945012 29 515459 9944904 Perum. Pasundan 515338 9945250 15 515338 9945296 11 Permai
Z 20 23 31 32 29 12 28 26 27 21 18
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan maka di peroleh data berupa panjang, lebar, kedalaman, dan kelerengan saluran tersier yang ada di Kelurahan Jawa. Data-data tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Ukuran Saluran Drainase Tersier di Kelurahan Jawa Panjang Lebar Kedalaman No Lokasi (m) (cm) (cm) 1 Gg. Arjuna 1 156 43 63
Kelerengan (%) 2, 2 *)
2
Gg. Etam
419
30
40
2, -1, -4, -1, - 19 *)
3
Gg. 1 Jl. Bukit Barisan
61
30,3
70,4
0
36
Tabel 6. lanjutan Gg. 1 Bukit 4 Barisan Gg. Barokah 5 Jl. Bukit Barisan Gg. 1A Jl. 6 Bukit Barisan 7 Gg. Arjuna 2 Gg. Lingga Jl. 8 Bukit Barisan Gg. 1A 9 Simpangan Kr 10 Gg. Sadar 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Gg. Sadar Simpangan Kn
Gg. Sadar Simpangan Kr Perum. Permai Gg. Rahayu Kn Gg. Rahayu Kr
Gg. Sedar Kr Gg. Sedar Kn Gg. 1 D Kr Gg. 1 D Kn Gg. Barokah
61
46
85
5, 5,19 *)
53
160
102
0
1638
45
35
-13, -8 *)
511
106
98
5, 5, 19 *)
.46
30
45
14
182
29
30
0, 14 *)
555
21
19
-2, 0 *)
78
40
16
0
320
25
30
1178
68
70
0
53 58 246 248 447 270 53
200 70 25 40 121 50 160
90 76 30 16 80 67 102
0 0 0 0 0 0 0
0, 14 *)
Keterangan: - Kn = Kanan - Kr = Kiri - Terdapat variasi kelerengan dari saluran drainase pada jalan tersebut karena kondisi topografi yang bergelombang dan berbukit.
Dari Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa dari beberapa saluran tersier yang ada, saluran tersier terpanjang berada di Gang. 1A Jl. Bukit Barisan, saluran drainase tersier terlebar dan terdalam berada di Gang. Barokah di Jl. Bukit Barisan, adapun nilai kelerengan yang terjal dan mendaki berada di Gang. Etam yang berada di Jl. Arjuna. Diketahui pula bahwa dari saluran drainase terseir yang ada yang memiliki kelerengan sama (0%) sebanyak 11 saluran sedangkan beberapa daerah yang nilai kelerengannya berbeda yaitu pada saluran drainase tersier di Gang. Arjuna
37
1 (2-2%), Gang. Etam (-19-2%), Gang. 1A Bukit Barisan (-13-8%), Gang. Lingga (14%), Gang. Sadar (-2,0%). c. Saluran Drainase Kwarter Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan pada saluran kwarter diperoleh data panjang, lebar, kedalaman dan kelerengan.
Untuk lebih selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Table 7. Ukuran Saluran Drainase Kwarter di Kelurahan Jawa Lebar Kedalaman Kelerengan No Lokasi (cm) (cm) (%) Simpang Jl. Gn. Cermai, (2,8), (145), (118), (94), 1 Jl. Gn. (90), (76), 0 (46), (1,26) Merbabu, Jl. (2),(95) Pasundan Simpang Jl. Gn. Merbabu, Jl. Gn. (90),(76), (94), (50), 2 Arjuna, Jl. (80),(108), 0 (130), (53) Gn. Semeru, (118), (66) Jl. Bukit Barisan Simpang Jl. Gn. Merbabu, (90), (76), 3 (94), (115) Jl. Gn. (2,10) 0 Merapi Simpang Jl. (92), (105), 4 Gajah Mada, (88), (115) 0 (2,10) Jl. Gn Merapi Simpang Jl. (92), Gajah Mada, 5 (1,05), (130), (88) Jl. Gn 0 (108),(118) Semeru Simpang Jl. KS. Tubun, (53),(2), Jl. Pasundan, (95), (42), (95), 6 Jl. Shiraj 0 (138), (85), Salman, Jl. KS Tubun Dalam
38
Dari Tabel 7 diatas diketahui bahwa dari beberapa saluran kwarter terdapat sejumlah 6 saluran yaitu, yang berada di simpang 3 jalan ada 4 saluran drainase, sedangkan saluran drainase yang berada di simpang 4 jalan ada 2 saluran drainase. Pada saluran drainase ini saluran terlebar berada pada simpang 3 Pasundan (Jl. Pasundan, Jl. Gunung Cermai, Jl. Gunung Merbabu), adapun saluran drainase yang paling dalam berada di simpang 3 Semeru (Jl. Gajah Mada, Jl. Gunung Semeru), saluran kwarter terdalam terletak di Jl. Gunung Semeru yang mempunyai kedalaman 130 cm.
Dari keseluruhan saluran
drainase kwarter yang ada memiliki nilai kelerengan yang sama yaitu 0%. 2. Informasi Saluran Drainase untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ada beberapa informasi yang diperoleh pada saluran drainase mengenai bentuk dan kondisi saluran-saluran drainase yang ada di Kelurahan Jawa. Adapun informasi-informasi pada saluran drainase dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Bentuk dan Kondisi Saluran Drainase Sekunder di Kelurahan Jawa No Lokasi Bentuk Saluran Kondisi Saluran 1 2
Jl. Gunung Cermai Kr Jl. Gunung Cermai Kn
Trapesium
Baik dan sebagian tertutup beton
Empat Persegi Panjang
Tertutup plat beton Terdapat pipa PDAM dan sebagian tertutup plat beton Baik dan dasar saluran dibangun plesteran Dasar saluran terdapat sedimen pasir, lumpur, sampah
3
Jl. Gajah Mada
Empat Persegi Panjang
4
Jl. Kinibalu
Empat Persegi Panjang
5
Jl. Gunung Semeru
Trapesium
6
Jl. Gunung Semeru
Empat Persegi Panjang
Tertutup plat beton
Jl. Tirta Kencana
Empat Persegi Panjang
Dasar saluran dibangun plesteran dan sebagian tertutup plat beton
7
39
Tabel 8. Lanjutan 8
Jl. Gunung Arjuna
9
Jl. Gunung Merbabu
10
Empat Persegi Panjang
Trapesium Empat Persegi Panjang
Jl. Pasundan
Rata-rata tertutup plat beton, terdapat sedimen pasir dan kerikil. Sudah beton dan sebagian saluran tertutup plat beton Baik, sebagian tertutup beton
Dari tabel di atas diketahui bahwa saluran drainase yang ada di Kelurahan Jawa memiliki bentuk saluran yang berbeda dengan kondisi yang berbeda pula. Diketahui bahwa saluran drainase yang memiliki bentuk trapesium sejumlah 3 saluran, dan yang berbentuk empat persegi panjang sejumlah 7 saluran. Kondisi saluranpun sebagian besar sudah dibangun dengan beton akan tetapi ada beberapa saluran banyak yang tertutup dengan kayu-kayu dan plat beton pada lokasi-lokasi tertentu. Sebanyak 1 saluran drainase terbuka, yaitu saluran drainase di Jl. Kinibalu, 2 saluran drainase tertutup seluruhnya, yaitu di Jl. Gunung Cermai dan Jl. Gunung Semeru sisanya sebanyak 7 saluran drainase sebagian tertutup beton.
Selain kondisi terbuka atau tertutup tadi, beberapa
saluran drainase sekunder berisi sedimen yang banyak terutama di Jl. Gunung Semeru dan Jl. Gunung Arjuna.
Hampir seluruh saluran drainase tersier yang
ada di Kelurahan Jawa terisi sedimen yang nyaris memenuhi seluruh volume saluran drainase. 3. Peta Saluran Drainase Kelurahan Jawa Hasil dari penelitian ini adalah peta saluran drainase Kelurahan Jawa yang diolah menggunakan software. Hasilnya dapat dilihat pada peta di bawah ini.
40
B. Pembahasan 1. Data Geografis Saluran Drainase di Kelurahan Jawa Data geografis adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan. Dari data-data tersebut dapat diolah menjadi sebuah peta saluran drainase sehingga dapat memberikan informasi. Adapun data-data geografis pada pengukuran yaitu data koordinat yang di ambil menggunakan GPS Garmin sebagai bahan acuan pada pengolahan data untuk mengetahui letak saluransaluran yang di ukur, nilai ketelitian dari GPS Garmin yaitu 5 meter, jadi jika sebuah titik yang telah diambil di lapangan pada saat dimasukan ke dalam peta maka hasilnya tidak bisa sempurna dan sebagian besar titik-titik tersebut geser tidak sesuai dengan posisi sebenarnya saat pengambilan titik di lapangan. Data saluran drainase yang didapatkan dari hasil pengukuran yaitu, data panjang, lebar, kedalaman, dan kelerengan. Dapat dilihat pada Tabel 4 bahwa saluran drainase sekunder terlebar berada di Jl. Gunung Merapi karena saluran tersebut menampung dari beberapa saluran sekunder yang kemudian diteruskan ke sungai. Adapun saluran drainase sekunder yang terdalam berada di Jl. Gunung Semeru karena saluran tersebut berada di dekat kantor pemerintahan sehingga dibangun dengan kedalaman lebih besar agar pada saat hujan saluran tersebut dapat menampung volume air yang besar agar tidak terjadi banjir. Adapun saluran drainase sekunder yang terdangkal berada di Jl. KS Tubun karena pada daerah tersebut berada lebih tinggi dari daerah saluran-saluran sekunder lainnya, dengan asumsi karena berada di tempat yang lebih tinggi maka walaupun salurannya dangkal, air tidak tergenang karena mengalir ke daerah yang lebih rendah.
41
Adapun nilai kelerengan yang terjal dan mendaki pada saluran drainase sekunder berada di Jl. Bukit Barisan karena pada jalan tersebut mempunyai daerah yang berbukit-bukit sehingga menghasilkan kelerengan yang bervariasi. Secara umum saluran drainase sekunder yang ada memiliki kelerengan 0% sehingga memberikan hasil adanya genangan pada saluran yang ada jika volumenya penuh, dikarenakan air tidak dapat mengalir lancar. Drainase yang baik seharusnya memiliki kelerengan yang berbeda agar air dapat mengalir ke daerah yang lebih rendah. Pada saluran tersier yang memiliki ukuran terlebar dan terdalam yang ada di Kelurahan Jawa berada di Gang. Barokah di Jl. Bukit Barisan karena pada saluran drainase tersier yang ada pada daerah tersebut membawa aliran dari daerah yang lebih tinggi sehingga dibangun dengan ukuran lebar dan kedalaman yang besar di antara saluran-saluan tersier lainnya. Saluran tersier terdangkal berada di Gang. Sadar di Jl. Bukit Barisan pada simpangan sebelah kanan, dimana kedalaman saluran tergantung dari kemampuan masyarakat sekitarnya untuk membangun saluran pembuangan air limbahnya. Dalam hal ini, tentu masyarakat sekitar yang menggunakan saluran tersier tersebut akan mengetahui bilamana terjadi hambatan dalam mengalirkan air. Kelerengan pada saluran drainase tersier yang ada di kelurahan Jawa yang memiliki nilai terjal dan mendaki berada di Gang. Etam karena pada Gang. Etam daerahnya berbukit cukup tinggi. Selanjutnya pada saluran kwarter, saluran ini berada pada simpangan jalan baik simpang 3 maupun simpang 4 yang ada di Kelurahan Jawa.
Saluran
drainase kwarter terlebar berada pada simpang 3 (Jl. Pasundan, Jl. Gunung Cermai, Jl. Gunung Merbabu) karena pada simpangan tersebut aliran air di
42
salurannya lebih deras dibandingkan di simpangan-simpangan yang ada, sehinga dengan ukuran saluran yang lebar akan memperlancar mengalirnya air. Begitu pula saluran kwarter yang terdalam berada di simpangan Jl. Gajah Mada dan Jl. Gunung Semeru karena pada saat hujan dapat menampung air dengan volume yang besar. Pada daerah yang sering terjadi banjir di Kelurahan Jawa kemungkinan pada daerah tersebut sudah memiliki saluran yang sempit kemudian keadaan salurannya terdapat sedimen yang tinggi, seperti tanah, kerikil, dan lumpur sehingga pada saluran tersebut tidak bisa mengalirkan air dan tersubat karena sedimen dan mengakibatkan tergenangnya air. Pada saat melakukan pengukuran terdapat beberapa kendala yang terjadi di lapangan, seperti ada beberapa saluran yang tertutup oleh bangunan dan kayu-kayu yang sudah dijadikan sebagai trotoar dan teras-teras rumah warga sekitar, sehingga tidak bisa di ukur dan harus mencari cela-cela saluran yang tidak tertutup apapun di atasnya. Lain dari itu karena tertutupnya secara permanen beberapa saluran drainase yang ada menyulitkan untuk menghitung dimensi (volume dan bentuk) dari saluran drainase yang ada, sehingga tidak dapat diukur kemungkinan debit airnya. 2. Informasi Saluran Drainase untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan Semakin hari semakin banyak masalah lingkungan yang terjadi. Mulai dari sampah, sungai tercemar, banjir dan banyak lagi. Permasalahan lingkungan adalah tanggung jawab bersama.
Salah satunya masalah lingkungan yaitu
banjir. Banjir merupakan salah satu bencana alam yang mungkin sering terjadi, yang disebabkan antara lain faktor alam, kondisi alam, dan aktifitas manusia,
43
penyebab lain karena terjadi hujan lebat yang turun terus menerus didaerah tersebut. Sehingga situasi inilah yang menyebabkan kualitas lingkungan menjadi kurang baik. Dengan adanya informasi saluran drainase ini dapat di fungsikan sebagai sumber informasi bagi para pihak pegelola dalam proses pembangunan yang salah satu tujuannya untuk mengurangi kelebihan air pada suatu kawasan atau lahan, sehingga kawasan atau lahan tersebut dapat di fungsikan secara optimal. Dari beberapa informasi hasil penelitian di lapangan dapat diketahui dari beberapa saluran yang ada di Kelurahan Jawa memiliki kondisi saluran yang berbeda-beda, ada beberapa saluran yang didalamnya terdapat pipa-pipa PDAM, banyak yang tertutup plat beton dan kayu-kayu yang digunakan untuk jalan trotoar dan warung-warung rumah warga sekitar, sehingga saluran tersebut tidak terlihat dan tidak bisa di ukur, beberapa saluran juga menjadi dangkal karena tertimbun dengan sedimen-sedimen seperti pasir, batu, tanah dan sampah, sehingga saluran menjadi buntu dan tidak bisa mengalirkan air. Seperti halnya pada saluran drainase di Jl. Gunung Merbabu yang pada saat penelitian saluran tersebut dalam proses penggalian dan pengerukan sampah dan lumpur-lumpur yang menyumbat saluran oleh para petugas yang kemudian dimasukan ke dalam karung dan diangkut mobil truk. Saluran mempunyai bentuk yang berbeda, bentuk saluran ini di bangun berdasarkan limpasan air yang mampu disalurkan sesuai debit air yang dapat diterimanya. Saluran yang terletak dikiri kanan jalan biasanya berfungsi untuk menampung air hujan dari jalan raya. Saluran ini biasanya distandarisasikan dengan dimensinya tergantung dari lebar jalan. Tapi saluran jalan raya ini tidak dapat distandarisasikan apabila saluran tersebut juga berfungsi menampung air
44
hujan dari daerah lingkungan disekitarnya. Adapun bentuk-bentuk saluran dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Bentuk Saluran Drainase No Bentuk Saluran Fungsi Trapesium Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit 1 besar. Sifat alirannya terus menerus. Bentuk saluran ini dapat digunakan pada daerah yang masih cukup tersedia lahan. Empat persegi panjang Berfungsi untuk menmapung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit 2 yang besar. Sifat alirannya terus menerus. Segitiga 3 Setengah lingkaran 4
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan untuk debit yang kecil. Bentuk saluran ini digunakan pada lahan yang cukup terbatas. Berfungsi untuk menyalurkan limpasan air hujan untuk debit yang kecil. Bentuk saluran ini umumnya digunakan untuk saluran rumah penduduk dan pada sisi jalan perumahan padat.
Sumber : (Anonim, 2014).
Dari Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa antara saluran yang berbentuk trapesium dengan empat persegi panjang, bentuk saluran yang mudah untuk menggelontorkan air pada saluran drainase yaitu bentuk saluran trapesium, karena pada bentuk saluran trapesium ini pada sisi kanan dan kiri bentuknya melebar sehingga air mudah untuk mengalir secara terus-menerus. Pada saluran yang memiliki bentuk saluran trapesium memiliki sifat aliranya terus menerus dan berfungsi menampung debit yang besar. Sehingga bentuk saluran ini dapat digunakan pada daerah yang masih cukup tersedia lahan. Sedangkan pada bentuk empat persegi panjang dibangun pada lahan atau tempat-tempat tertentu. Adapun beberapa saluran yang ada di Kelurahan Jawa sebagian besar tertutup kayu dan plat beton, saluran yang tertutup merupakan bagian dari sistem saluran drainase pada tempat tertentu seperti
45
kawasan
perdagangan
dan
lainya
yang
tanah
memungkinkan untuk dibuat saluran terbuka.
permukaannya
tidak
Salah satu keuntungan dari
saluran yang tertutup dengan kayu dan plat beton yaitu dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Akan tetapi pemeliharaan saluran yang tertutup
seperti itu jauh lebih sulit dari saluran yang terbuka. 3. Peta Saluran Drainase Kelurahan Jawa Pada masa sekarang ini, peta juga semakin canggih lagi yaitu menggunakan teknologi digital yang sering disebut dengan peta digital. Peta yang dibuat dengan menggunakan media teknologi digital yaitu komputer. Dari hasil penelitian di lapangan data-data koordinat yang diperoleh akan diolah menggunakan komputer dengan software ArcGIS 9.3 sehingga menghasilkan peta saluran drainase Kelurahan Jawa.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil peelitian dan pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1.
Saluran drainase yang ada di Kelurahan Jawa sebanyak 22 saluran drainase sekunder, 20 saluran drainase tersier, dan 6 saluran drainase kwarter dengan ukuran yang berbeda di setiap saluran.
2.
Kondisi saluran yang ada bervariasi namun banyak yang terdapat sedimen seperti tanah, sampah, batu yang mengakibatkan pendangkalan saluran sehingga tidak dapat mengalirkan air.
3.
Sebagian besar saluran drainase yang berada di jalan raya tertutup oleh kayu-kayu, plat beton yang dijadikan sebagai jalan trotoar dan warungwarung masyarakat setempat. B. Saran
1.
Untuk mencegah munculnya genangan pada saluran perlu dilakukan pegurasan atau pengerukan sedimen yang ada secara rutin.
2.
Sistem drainase adalah tanggung jawab bersama untuk menjaga lingkungan disekitarnya.
3.
Adanya pengukuran lanjutan untuk mengukur volume dan debit airnya.
4.
Drainase yang baik seharusnya memiliki kelerengan yang berbeda agar air dapat mengalir ke daerah yang lebih rendah.
5.
Saluran yang kelerengannya 0% perlu penanganan misalnya dengan membuat perbedaan beda tinggi antara kedua titik saluran.
6.
Pada beberapa saluran yang tertutup perlu dilakukan pengecekan disetiap periode tertntu.
DAFTAR PUSTAKA Achmad, Saif. 2014. Fungsi dan Macam-macam Drainase. http://catatansaif.blogspot.com/2013/12/fungsi-dan-macam-macamdrainase.html (diunduh 17 Desember 2014) Achoey, Ahmad. 2013. Penyebab Banjir. Faktor-faktor penyebab Banjir. http://zoemanzie.blogspot.com/2013/02/penyebab-banjir.html (diunduh 17 desember 2014) Anonim. 2006. Jawa, Samarinda Ulu, http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa,_Samarinda_Ulu,_ Samarinda (diunduh 27 Desember 2014)
Samarinda.
Anonim. 2012. Penggunaan GPS Dalam Pengambilan Data Spasial untuk Perencanaan Ruang. http://musnanda.com/2012/06/06/pengunaan-gpsdalam-pengambilan-data-spatial-untuk-perencanaan-ruang/ (diunduh 29 Desember 2014) Anonim. 2012. Definisi Drainase. Universitas Sumatera repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf. https://www.google.com/search?q=definisi+drainase&ie=utf8&oe=utf-8 (diunduh 17 Desember 2014)
Utara.
Anonim, 2014. Bentuk Saluran Drainase http://lorenskambuaya.blogspot.com/2014/05/bentuk-dan-dimensisaluran-terbuka_18.html ( diunduh 25 Agustus 2015) Anonim. 2014. Drainase Berwawasan Lingkungan « Artikel « Perpustakaan Kementerian Pekerjaan Umum.htm. http://pustaka.pu.go.id/new/artikeldetail.asp?id=331) (diunduh 17 Desemer 2014) Endarto, Danang dkk. 2009. Geografi 3 untukKelasSMA/MA kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009. http://www.siswapedia.com/macam -macam -peta-atau-jenis-jenis-peta/ (diunduh 23 Desember 2014) Fathurrahman. 2006. IPS Geografi. Jakarta : Erlangga. Pengertian dan Komponen peta. http://softilmu.blogspot.com/2014/08/peta.html (diunduh 23 Desmber 2014) Ismanto, Hadi. 2012. Pemetaan Jenis Tanah Menurut Klaster Di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda. Kodoaite, Robert. 2003, Manejeman Rekayasa Infrastruktur, Penerbit Pustaka Pelajar, Jogjakarta. Malik,
Abdullah. 2012. Pengertian, Fungsi, dan Jenis Peta. http://ghozaliq.com/2013/08/19/fungsi-peta/ (diunduh 23 Desember 2014)
Muttaqin, AY. 2007. Kienerja Sistem Drainase yang Berkelanjutan Partisipasi Masyarakat. Fakultas Teknik Sipil UNS, Jln Ir. Sutami No 36A Surakarta 57126. 116 / Media teknik Sipil / Juli 2007 Puslit2.petra.ac.id/ejornal/index.php/mts/…/17620 (diunduh 17 Desember 2014) Rauf, Syafudin. 2012. Pemetaan Jaringan Drainase Berbasis Quantum GIS Open Source di Kota Makassar. Prosiding Hasil Penelitian Teknik Unhas. Volume 6. 2012. ISBN 978-979-127255-0-6. download.portalgaruda.org/article.php?article...val... (diunduh 17 Desember 2014) Supriono N. 2010. http://id.shvoong.com/internet-andtechnologies/searchengineand-seo/2013341-cara-menggunakan-gps/#ixzz1Zua1c3Lo (Diunduh tanggal 20 Maret 2015). Suripin. 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, penerbit Andi, Jogjakarta Suryowidiyanto. 2008. Cara Menggunakan GPS Supriono Nano .http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/search-engine-andseo/ 2013341-cara-menggunakan-gps/#ixzz1Zua1c3Lo. ( Diunduh tanggal 20 Agustus 2015).
52
Tabel 10. Letak Geografis Saluran Drainase Sekunder di Kelurahan Jawa. No
Lokasi
Easting
Northing
Elevation (m)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 25 26 27 28 29 30 31 32 34 35 36 37 38 39 40 44 45 46
Jl. Gunung Cermai Jl. Gunung Cermai Jl. Gajah Mada Jl. Gajah Mada Jl. Gunung Merapi Jl. Gunung Kinibalu Jl. Gunung Kinibalu Jl. Gunung Kinibalu Jl. Gunung Kinibalu Jl. Gunung Kinibalu Jl. Gunung Kinibalu Jl. Tirta Kencana Jl. Tirta Kencana Jl. Arjuna Jl. Arjuna Jl. Arjuna Jl. Bukit Barisan Jl. KS Tubun Jl. Pasundan Jl. Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Jl. Bukit Barisan Jl. Tirta Kencana Jl. Gunung Merapi Jl. Tirta Kencana Jl. Tirta Kencana
515043 515047 515046 515228 515230 515693 515692 515716 515719 515722 515724 515737 515737 515487 515576 515576 515488 515582 515450 515521 515532 515487 515503 515502 515502 515505 515511 515520 515525 515523 515549 515576 515531 515830 515313 515798 515803
9944679 9944651 9944649 9944617 9944620 9944552 9944549 9944649 9944661 9944710 9944706 9944735 9944735 9944841 9944843 9944842 9944842 9945598 9945623 9944833 9944841 9944897 9944973 9944950 9944991 9945004 9945012 9945047 9945075 9945089 9945137 9945210 9945270 9944879 9944825 9944802 9944848
28 22 25 35 36 38 35 33 34 18 11 14 22 17 16 29 22 28 17 26 35 22 23 22 32 32 24 36 33 26 19 18 25 23 46 49 35
53
Tabel 10. Lanjutan No
Lokasi
Easting
Northing
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Jl. Tirta Kencana Jl. Tirta Kencana Jl. Gunung Semeru Jl. Pasundan Jl. Pasundan Jl. Pasundan Jl. Merbabu Jl. Merbabu Jl. Merbabu Jl. Merbabu
515769 515816 515417 515102 515103 515122 515304 515419 515110 515309
9944777 9944896 9944587 9944890 9944890 9944937 9944827 9944840 9944884 9944833
Elevation (m) 18 27 37 23 10 18 18 15 24 13
Tabel 11. Letak Geografis Saluran Drainase Tersier di Kelurahan Jawa. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Easting
Northing
Gg. Etam Gg. Etam Gg. Arjuna 2 Gg. Arjuna 2 Gg. Arjuna 2 Gg. Arjuna 2
515538 515582 515584 515625 515652 515616
9944712 9944657 9944872 9944973 9945075 9944946
Elevation (m) 28 16 23 29 48 21
Gg. Barokah Jl. Bukit Barisan Gg. Sadar Gg. Arjuna 1 Gg. Etam Gg. Arjuna 1 Gg. Arjuna 2 Gg. Etam Gg. Etam Gg. Etam Gg. 1A Bukit Barisan Gg. 1A Bukit Barisan
515576
9945213
31
515555 515652 515567 515651 515579 515553 515549 515552
9945161 9944868 9944837 9944881 9944841 9944785 9944749 9944736
18 18 17 32 23 25 24 20
515104
9944863
23
515354
9945039
18
515503
9945009
26
Lokasi
Gg. 1A Bukit Barisan
54
Tabel 11. Lanjutan No 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Lokasi Gg. 1A Bukit Barisan Gg. 1A Bukit Barisan Gg. 1A Bukit Barisan Gg. 1A Bukit Barisan Gg. 1A Bukit Barisan Gg. 1A Bukit Barisan Gg. 1A Bukit Barisan Gg. Sedar Gg. Sedar Gg. Sadar Gg. Sadar Gg. Sadar Gg. Sadar Gg. Sadar Gg. Sadar Gg. Sadar Gg. Sadar Gg. 1 D Gg. 1 D Gg. 1 D Gg. 1 D Gg. 1 D Gg. 2 Gg. 2 Gg. Lingga Gg. Lingga Gg. 1 Gg. 1 Perum Pasundan Permai Perumahan Pasundan Permai Perumahan Pasundan Permai
Easting
Northing
Elevation (m)
515350
9944956
22
515336
9944958
26
515327
9944943
17
515315
9944876
14
515310
9944853
13
515350
9944975
20
515503
9945012
29
515146 515152 515515 515450 515423 515552 515458 515435 515480 515456 515363 515438 515547 515447 515404 515494 515468 515514 515497 515503 515459
9944867 9944874 9945175 9945188 9945192 9945165 9945181 9945147 9945174 9945135 9945474 9945431 9945358 9945536 9945459 9944932 9944941 9944909 9944912 9945012 9944904
9 12 15 24 18 27 16 14 35 31 29 22 17 22 28 22 26 32 27 29 21
515338
9945250
15
515371
9945237
24
515436
9945255
16
55
Tabel 11. Lanjutan No 50 51 52 53 54 55
Easting
Northing
Elevation (m)
Perumahan Pasundan Permai
515392
9945303
16
Perum Pasundan Permai
515445
9945288
18
515452
9945289
18
515377
9945238
23
515315
9945293
19
515338
9945296
18
Lokasi
Perumahan Pasundan Permai Perumahan Pasundan Permai Perumahan Pasundan Permai Perumahan Pasundan Permai
56
Gambar 8. Mengukur Lebar Drainase di Jl. Gunung Cermai
Gambar 9. Mengukur Kedalaman Drainase di Jl. Gunung Semeru
57
Gambar 10. Kondisi Saluran Drainase yang Buntu
Gambar 11. Saluran Terbuka yang Tertutup Kayu.
58
Gambar 12. Saluran Terbuka yang Tertutup Plat Beton.
Gambar 13. Kondisi Saluran Drainase yang Menjadi Jalan.