PEMETAAN GEOLOGI DALAM RANGKA IDENTIFIKASI CADANGAN MATERIAL TUFF SEBAGAI BAHAN BAKU BATAKO Studi Kasus : DAERAH PESAWAHAN DAN SEKITARNYA, KEC. WANAYASA, KAB. PURWAKARTA. JAWA BARAT.
Oleh :
Jully Ariestian dan Bambang Sunarwan
Abstrak
Secara administratif daerah pemetaan mencakup pesawahan dan sekitarnya Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, dengan luas 8 km x 7 km. Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi, yakni: perbukitan lipat patahan, perbukitan vulkanik dan dataran alluvial sungai. Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola aliran dendritik, pola aliran rektangular dengan tipe genetik subsekuen, obsekuen dan konsekuen, stadia sungainya berada pada tahapan dewasa. Satuan batuan dari tua ke muda di daerah penelitian terdiri atas : Satuan Batulempung sisipan Batupasir (Formasi Subang) umur Miosen Akhir (14-N16) diendapkan pada lingkungan laut neritik tepi - luar, kedalaman (10-200) m, memiliki sebaran di bagian tengah lokasi penelitian. Secara selaras dengan dengan batuan di bawahnya diendapkan Satuan Batulempung selang-seling Batupasir (Formasi Kaliwangu) umur Pliosen Awal (N17-N19) diendapkan pada lingkungan laut neritik tengan sampai neritik luar, kedalaman (20-200) m, memiliki sebaran di bagian utara dan selatan daerah penelitian. Secara tidak selaras pada kala Pliosen (N20) terjadi aktivitas tektonik (Orogenesa Pliosen) terjadi perlipatan dan pensesaran terhadap batuan yang telah terbentuk sebelumnya, diikuti aktivitas vulkanik, hingga Plistosen (N22) dan di hasilkan satuan endapan vulkanik tuff dan lava andesit pada lingkungan (Fasies Distal Vulkaniclastic), atau pada lingkungan darat secara tidak selaras dan menutupi batuan lebih tua. Selanjutnya pada umur Resen diendapkan Satuan Endapan Aluvial Sungai, menutupi satuan dibawahnya dengan batas bidang erosi. Singkapannya dapat dilihat di kanan – kiri aliran sungai. Struktur geologi yang berkembang adalah lipatan, kekar dan sesar. Lipatan berupa antiklin Cijurai dan sesar yang berkembang adalah sesar mendatar menganan Cikalisampa. Potensi Bahan galian yang dijumpai berupa tuff, sangat umum dipakai menjadi bahan campuran bangunan yang dikenal dengan batako.
Kata-kata Kunci : Fasies, Distal, Volcaniklastic, Orogenesa, Sinklin , Antiklin.:
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
1
1.
UMUM
Daerah Pesawahan - Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta dan sekitarnya sebagai daerah kajian berada + 110 km menuju arah Timur Kota Bogor, dapat ditempuh sekitar (6 – 8) jam perjalanan dari Bogor, melalui lintas (Bogor – Cianjur - Padalarang – Purwakarta – nlokasi daerah penelitian) merupakan kawasan sedang berkembang, yang memerlukan informasi maupun peluang lapangan kerja termasuk yang diperoleh dari hasil identifikasi sumberdaya alam untuk mendukung ekonomi dan pembangunan, serta mempercepat kemajuan daerah sebagai contoh tuff untuk bahan bangunan batako.
2)
3)
Pemanfaatan informasi terapan geologi diharapkan dapat dihasilkan dari identifikasi awal keadaan geologi dan potensi bahan galian di suatu kawasan sebagai contoh Daerah Pesawahan dan sekitarnya Kec. Wanayasa Kab. Purwakarta. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui kondisi geologi Daerah Pesawahan dan sekitarnya serta melakukan identifikasi bahan galian yang mampu diberdayakan secara mudah dan mampu mendukung kebutuhan pembangunan bagi masayarakat di sekitar. 2.
KONDISI GEOLOGI
2.1. Geomorfologi Secara umum daerah penelitian berupa perbukitan, memanjang barat - timur dan dengan kisaran ketinggian antara 100 m (hilir sungai Cikalisampa) s/d 500 m di atas muka air laut yaitu di daerah hulu sungai Cicalung. Berdasarkan struktur, litologi dan pengamatan bentang alam di lapangan, geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi tiga satuan geomorfologi yakni: 1)
Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan, dicirikan oleh bentuk bukit dan lembah memanjang dari barat-timur dan batas bukit dan lembah tidak jelas,
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
terdapat hogback dan cuesta. Menempati ± 70 % luas daerah penelitian dan pada peta geomorfologi Satuan ini memiliki kisaran kelerengan 50 – 400, di kisaran elevasi 100 m.d.p.l s/d 500 m.d.p.l. Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik, menempati ± 20 % luas daerah penelitian, Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik memiliki kelerengan >450 dan berada pada kisaran ketinggian 100 m.d.p.l s/d 200 m.d.p.l, stadia geomorfik pada satuan termasuk dalam stadia muda. Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial Sungai, menempati ± 10% luas daerah penelitian, daerah kanan-kiri aliran sungai Ciherang, sungai Cikaisampa, sungai Cisaat, pada kisaran kelerengan 00 - 30, dan kisaran ketinggian (50 – 100) m.d.p.l, disusun oleh material - material berukuran lempung sampai bongkah.
2.2. Stratigrafi Stratigrafi Daerah Penelitian terdiri atas 4 (empat) satuan batuan, dan diketahui urutan dari tua ke muda sebagai berikut : 1)
Satuan Batulempung sisipa Batupasir, Formasi Subang, menempati + 30 % daerah penelitian, memiliki sebaran umum utara dan selatan daerah penelitian meliputi Desa Pesawahan, Desa Gurudug, sampai Pasir Cisaat. Singkapannya dijumpai di sungai-sungai Cisaat, Cijurai, Citaraje, dan Ciguruguy. Kedudukan lapisan batuan berkisar N2740 E dan N47 0 E dengan kemiringan lapisan berkisar 470- 690. Arah kemiringan lapisannya berlawanan arah membentuk struktur antiklin. Kondisi singkapan kurang segar di beberapa tempat dan secara megaskopis batulempung berwarna abu abu muda, bersifat karbonatan, kompak sampai retas, batupasir berwarna coklat terang, bentuk butir membulat sampai membulat tanggung, ukuran butir 0,5 – 1mm, pemilahan baik, kemas tertutup, 2
sementasi karbonatan, porositas baik dengan komposisi mineral kuarsa, plagioklas, orthoklas. 2)
Satuan Batulempung selang - seling Batupasir, Formasi Kaliwangu menempati + 40 % daerah penelitian, memiliki sebaran umum utara dan selatan daerah penelitian meliputi Desa Selawi, Desa Cibukamanah, Desa Wanawali, , Desa Salamulya, Bantar Salem, Desa Taringgul Tongoh, dan Desa Taringgul Landeuh. Singkapannya dapat ditemukan di sungai Ciherang, sungai Cisaat, sungai Cikadu, sungai Cibeber, sungai Cikalisampa, sungai Citaringgul, sungai Cijengkol dengan kisaran kedudukan pada baian utara, N2850 E sampai N 2720 E dengan kemiringan lapisan berkisar 47 0 sampai 420, pada bagian selatan N830 E sampai N 960 E dengan kemiringan laipsan berkisar 500 sampai 840. Arah kemiringan batulempung selangseling batupasir pada bagian utara dan selatan membentuk struktur antiklin. Dari rekonstruksi penampang peta geologi diperoleh ketebalan + 2250 m, dan dari peneliti sebelumnya memiliki ketebalan pada satuan ini + 690 m, (Soejono, 1984). Kondisi ini diduga disebabkan perbedaan
lokasi pengukuran penampang geologi terukur. 3)
Satuan Batuan Vulkanik Tuff, Formasi Tambakan, tersingkap di bagian utara daerah penelitian atau menempati kurang lebih 20 % luas daerah penelitian, membentuk perbukitan dari barat ke timur, meliputi daerah Desa Cibukamanah, Pasir Tegalkidul, dan Balai Kambangl. Tidak memperlihatkan bidang perlapisan, menunjukkan sebaran mengikuti topografi sebelumnya berbentuk perbukitan memanjang dari barat ke timur. Ketebalan satuan ini di tentukan dari kontur (terendah =100m) dan (tertinggi = 200m) atau berkisar ± 200m.
4)
Satuan Endapan Aluvial., Memiliki sebaran di sekitar sungai besar di daerah penelitian. Satuan ini menempati sekitar ± 10 % dari luas daerah penelitian dan di wakili oleh warna abu – abu pada peta geologi. Penyebarannya di sekitar sungai Ciherang, sungai Cikalisampa, sungai Cisaat, dan sungai Cijurai. Ketebalan satuan ini berdasarkan pengamatan di lapangan, memiliki ketebalan + 50 cm – 1,5 m.
Tabel 1. Kesebandingan stratigrafi daerah penelitian dengan peneliti sebelumnya.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
3
Berdasar hasil rekontruksi dan pengukuran, antiklin Cijurai diketahui sebagai berikut :
2.3. Struktur Geologi
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di daerah penelitian di jumpai struktur geologi yang berupa kekar, lipatan dan sesar.
-
-
1) Struktur Kekar, berkembang di daerah penelitian dan dapat di bedakan menjadi : (1). Shear joint atau “compression joint”, yaitu kekar yang terbentuk akibat gaya tekanan dan (2). Tension joint, yaitu kekar yang terbentuk akibat gaya tarikan.
3)
Perlapisan batuan sayap utara memiliki kedudukan: N 3530 E / 210 Perlpisan batuan pada sayap selatan memiliki kedudukan : N 1890 E/240 Bidang lipatan N 920 E/820 Sumbu Lipatan berarah N 890 E Pitch : 130
Struktur Patahan (Sesar)
Berdasarkan hasil pengamatan unsur di ketahui terdapat 2 jenis sesar mendatar, yaitu sesar mendatar menganan Cikalisampa 1 dan sesar mendatar menganan Cikalisampa 2, berdasarkan indikasi sesar sebagai berikut : 1). Sesar mendatar menganan Cikalisampa 1 diketahui indikasi sesar dengan arah N 3400 E/300 , gores garis 600 tren N 840 E pitch 180 di jumpai di sungai Cikalisampa (CKLS1). 2). Sesar mendatar menganan Cikalisampa 2 diketahui indikasi sesar dengan arah N 3250 E/500 trend N 1100 E pitch 260 Plung 270 di sungai Cikalisampa (CKLS2). Berdasar hasil analisis pola kekar, arah breksiasi (diagram Stereografi Wulfnet) diperoleh jenis sesar Cikalisampa 1 dan 2 adalah “Right lateral Slip Fault (Rickard, 1971)”.
Foto 1. Foto kekar tarik (release fracture) dan kekar gerus (shear fracture) pada batulempung, (foto diambil di S.Cikalisampa)
3. 2)
Struktur Lipatan, yang dijumpai adalah berupa antiklin, ditandai oleh kemiringan lapiosan sebagai bidang sayap dengan arah berlawanan. Dikenal dengan antiklin Cijurai merupakan antiklin simetri. Arah umum sumbu antiklin adalah “barat – timur”, melewati bagian tengah daerah penelitian melalui sungai Cijurai, berada pada satuan batuan batulempung sisipan batupasir. Kemiringan rata-rata lapisan batuan sebagai sayap bagian utara dalah 270 dan kemiringan rata-rata lapisan pada sayap bagian selatan adalah 210. Antiklin Cijurai di klasifikasikan sebagai Horizontal Upright Fold (Rijkard, 1971) .
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
POTENSI BAHAN GALIAN TUFF
Tuff di daerah penelitian terdapat dalam satuan tuff masuk ke dalam Formasi Tambakan, penyebaran di daerah penelitian yaitu utara daerah penelitian meliputi Ds.Cibukamanah, Tegalkidul, Balaikambang, Sungai Cijangkar, Sungai Cikawung dan Sungai Cilamaya. Tuff cukup potensial jika dimanfaatkan menjadi bahan baku usaha bidang industri dan konstruksi. Dalam bidang industri tuff digunakan sebagai bahan baku pembuatan batako dan bahan bangunan lain. Dari hasil identifikasi tuff di daerah penelitian, Formasi Tambakan. Dapat dimanfaatkan secara profesional baik oleh warga setempat untuk bahan baku pembuatan batako.
4
Pembahasan Membahas, pada tinjauan dan identifikasi tuff sebagai bahan baku pada pembuatan batako dibatasi pada 2 (dua) hal pokok berikut :
Vbersih = (( ∑ V ) − ( ∑ Vob )) x bj 1)
2) 3)
Kuantitas (Volume cadangan terkira) Dengan menggunakan metode Craft & Hawkins. Kualitas, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Sk SNI-04-1989-F) Kegunaan tuff untuk bangunan
3.1. Kuantitas Untuk mengetahui kuantitas maka dipergu nakan rumus perhitungan cadangan menu rut Craft dan Hawkins, 1956 yang hasilnya sbb. : 1)
2)
3) 4)
5)
Jika A1 : A2 adalah < 0,5 maka perhi tungan volume menggunakan rumus V = 1/3 . h . ( A0 + A1 + √ ( A1 x A2 ) ) Jika A1 : A2 adalah > 0,5 maka perhi tungan volume menggunakan rumus V = ½ . h . ( A0 + A1 ) Volume puncak (Vp) menggunakan rumus Vp = 4/3 . Ap Volume tanah penutup (Vob) mengguna kan rumus Vob = (VA2 − VA1) . 1/3 Volume tanah penutup puncak (Vobp) menggunakan rumus Vobp = ¼ . Vp
Keterangan : Vp = Vbersih = h = Ap = A1 = ∑V = ∑ Vob = bj =
Volume puncak (m3 ) Volume bersih (m3 ton) Interval kontur (12,5 m) Luas kontur tertinggi (m3) Luas kontur di bawahnya (m2 ) Volume lempung (m3) Volume tanah penutup (m3) Berat jenis lempung (2,68 ton/m3)
Ap
A1
A2
A3
Tabel 2. Perhitungan cadangan terkira tuff
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KONTUR M 200 187.5 175 162.5 150 137.5 125 112.5 100 87.5
LUAS M 112751.413 492453.736 870178.605 1416642.35 2064957.49 3314465.41 3997944.23 4815282.68 5137341.78 5178614.26
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
TEBAL M 0 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5
5
PERBANDINGAN 0 0.228958386 0.565922597 0.614254265 0.686039473 0.62301374 0.829042434 0.830261583 0.937310168 0.992030206 TOTAL
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Puncak Pyramid Trapezoid Trapezoid Trapezoid Trapezoid Trapezoid Trapezoid Trapezoid Trapezoid
KONTUR M 175 162.5 150 137.5 125 112.5 100 87.5 75 62.5
PERBANDINGAN 0 0.212281796 0.362587244 0.299646674 0.78863036 0.67305253 0.667555005 0.748057667 0.993183467 0.991301272
Puncak Pyramid Pyramid Pyramid Trapezoid Trapezoid Trapezoid Trapezoid Trapezoid Trapezoid
VOLUME KOTOR
VOB
0.00 3,503,509.47 8,516,452.13 14,292,630.96 21,759,999.00 33,621,393.15 45,702,560.24 55,082,668.18 62,203,902.87 64,474,725.25 309,157,841.25
0.00 126,567.44 125,908.29 182,154.58 216,105.05 416,502.64 227,826.27 272,446.15 107,353.03 13,757.50 1,688,620.95
LUAS M 51532.46 242754.965 281426.565 939194.688 1190918.76 1769429.14 2650611.75 3543325.42 3567644.38 3598950.67
TEBAL M 0 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5
VOLUME KOTOR
VOB
0.00 1,692,226.94 3,273,158.62 7,228,068.13 13,313,209.03 18,502,174.33 27,625,255.51 38,712,107.27 44,443,561.24 44,791,219.10 199,580,980.18
0.00 63,740.83 12,890.53 219,256.04 83,908.02 192,836.79 293,727.54 297,571.22 8,106.32 10,435.43 1,182,472.74
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
6
Volume Kotor Jumlah Volume sebelah Barat Jumlah Volume sebelah Timur Total Volume
Jumlah volume kotor Luas tanah penutup
VOB (tanah penutup)
309,157,841.25 199,580,980.18 508,738,821.43
1,688,620.95 1,182,472.74 2,871,093.69
: 508.738.821,43 Ton/m³ : 2.871.093,69 Ton/m³ 505.867.727,75 Ton/m³
Total cadangan 505.867.727,75 x 2,58 = 1.305.138.737,59 Ton/m³
3.2. Kualitas Untuk uji kualitas, dilakukan uji agregat yaitu:
Berat sampel Kadar lumpur agregat Kadar air agregat Berat volume SSD Waktu pengikatan Kuat tekan Agregat yang tertinggal pada ayakan 0,21
: 1000 gram :5% : 8,7 % : 1310 gram : 2,09 gr/cm3 : 1 hari : 64 kg/cm3 : 38 %
Pozolan dari tras harus memenuhi persyaratan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Persyaratan Tras Uraian
Tingkat I <6
Tingkat II 6–8
Tingkat III 8 – 10
Kehalusan : Seluruhnya harus lewat ayakan 2,5 mm, sisa di atas ayakan 0,21 mm dalam % berat
<10
10 – 30
30 – 50
Waktu pengikatan : Dinyatakan dalam kelipatan dari 24 jam, maks
1
2
3
Keteguhan aduk, pada 14 hari dalam, kg/cm2 Kuat – tekan Kuat – tarik
100 16
100 - 75
75 – 50 12
Kadar air bebas dalam % Beratpada 110,5 C
Sumber :Standar : SpesifikasiBahanBangunanBagian A (Sk SNI-04-1989-F) Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
7
Secara keseluruhan uji agregat masuk pada tingkat III perbukitan gunungapi dan satuan geomorfologi dataran aluvial sungai. Pola aliran sungai yang terdapat pada daerah penelitian adalah pola aliran sungai dendritik, pola aliran sungai rektangular dengan genetika sungai subsekuen, obsekuen dan konsekuen dengan tahapan erosi sungai dewasa sedangkan jentera geomorfik daerah penelitian secara umum berada pada tahapan dewasa.
3.3. Kegunaan tuff untuk bangunan Kualitas cadangan tuff pada daerah penelitian memenuhi syarat mutu untuk konstruksi bangunan ringan sampai sedang (menurut uji kualitas pozolan dari SNI-04-1989-F) . Di lihat dari kuantitas dan kualitasnya sangat potensial secara ekonomis, kususnya untuk memenuhi kebutuhan pembuatan batako keperluan pembangunan di sekitarnya, sebaran cukup luas. Di daerah penelitian masyarakat memanfaatkan bahan galian tersebut untuk pembuatan batako, masyarakat mengolah bahan galian tuff dengan cara tradisional dengan fasilitas peralatan sederhana.
2)
Berdasarkan litostratigrafi yang terdapat di daerah penelitian dibagi menjadi 4 (empat) satuan stratigrafi dari tua ke muda yaitu ; Satuan Batulempung sisipan Batupasir (Formasi Subang) yang berumur Miosen Akhir (N14-N16) dan lingkungan laut dangkal yaitu neritik tepi – neritik luar. Secara selaras di atas Satuan Batulempung sisipan Batupasir di endapkan Satuan Batulempung selangseling Batupasir (Formasi Kaliwangu) yang berumur Pliosen Awal (N17-N19) yang di endapkan pada lingkungan laut dangkal yaitu neritik tengah-luar. Secara tidak selaras di atas Satuan Batulempung selang – seling Batupasir di endapkan Satuan Vulkanik Tuff yang berumur Plistosen Awal (N22) pada lingkunganFasies Distal Volcaniclastic. Selanjutnya Satuan Aluvial Sungai menutupi satuan di bawahnya yang di batasi oleh bidang erosi.
3)
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah kekar dan lipatan berupa antiklin yaitu antiklin Cijurai yang memiliki arah sumbu antiklin barat-timur dan sesar mendatar menganan Cikalisampa. Struktur geologi ini mulai terbentuk pada kala Plio-Plistosen disebabkan aktivitas tektonik dengan gaya utama yang berarah utara-selatan yaitu N 2550 E.
4)
Pemberdayaan tuff sebagai bahan baku pembuatan batako, di daerah Peasawahan memiliki ketersediaan cukup banyak, tidak harus menggunakan teknologi yang
Harga untuk satu batako yaitu Rp 1000 dan untuk perhari para pembuat batako dapat membuat sekitar 200 buah batako sehingga untuk pemenuhan penghasilan/pendapatan per hari para pembuat batako dapat menjual sekitar 150-180 buah. Berdasar pengamatan lapangan dan catatan laboratorium untuk memperoleh kualitas lebih baik di gunakan bahan tambahan berupa semen, untuk tujuan meningkatkan daya yahan atau meningkatkan kuat tekan material bangunan berupa batako, sehingga mampu mendukung kebutuhan masyarakat dalam membangun daerah khususnya di sekitar daerah penelitian. 4.
KESIMPULAN DAN DISKUSI
4.1. Daerah Pesawahan Dari semua yang telah di lakukan penelitian berupa pemetaan geologi permukaan daerah Pesawahan dan sekitarnya Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, yang berkaitan dengan geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi maupun sejarah geologi daerah penelitian, maka di dapatkan kesimpulan yaitu : 1)
Satuan geomorfologi daerah penelitian di bagi menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu : Satuan geomorfologi perbukitan lipat patahan, satuan geomorfologi
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
8
memerlukan modal besar. Karena itu peluang ini mampu dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat di daerah tersebut untuk dijadikan pendukung mata pencaharian mereka.
7)
Billings, Marlan.P. 1960, Structural Geology, Second Edition, Prentice – Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey, 514 p.
8)
Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969. “Range Chart, Late Miosen to Recent Planktonic Foraminifera Biostrati graphy”, Proceeding of The First. Dunham, 1962, Op Cit Mudjur M., 1985, Petrografi Batuan Metamorf dan Batuan Sedimen, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan Bogor. Martodjojo, Soejono, 1984, Evolusi Cegungan Bogor Jawa Barat, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung. Gani, M.U, 1997, Eksperimentasi pemanfaatan lempung unuk pembuatan keramik dengan campuran limbah padat abu terbang, Prosiding IAGI ke XXVI, Bandung. Hartono, Y. M. V, 1983, Bahan mentah untuk pembuatan keramik, balai besar penelitian dan pengembangan keramik, Departemen perindustrian dan perdagangan, bandung.
PUSTAKA 9) 1)
2)
3)
4)
5)
6)
Asikin, Sukendar., 1986, Geologi Struktur Indonesia, Departemen Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 1999, Peta Rupabumi Digital Indonesia Lembar Purwakarta No. 1209224, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, Cibinong, Bogor. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 1999, Peta Rupabumi Digital Indonesia Lembar Cikalong Wetan No. 1209-242 Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, Cibinong, Bogor. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 2001, Peta Rupabumi Digital Indonesia Lembar Wanayasa No. 1209331 Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, Cibinong, Bogor. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 2001, Peta Rupabumi Digital Indonesia Lembar Cipendeuy No. 1209333 Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, Cibinong, Bogor. Bemmelen, R. W. Van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. IA : General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, Government Printing Office, The Hague, 732 p.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
10)
11)
12)
Penulis [1]
[2]
Jully Ariestian, ST., Alumni (2013) Program Studi Teknik Geologi, FTUnpak Bambang Sunarwan, Staf Pengajar Program Studi Teknik Geologi FT-Unpak
9