JURNAL AGROTEKNOS Juli 2013 Vol. 3 No. 2. Hal 65-72 ISSN: 2087-7706
PEMETAAN POTENSI DEPOSIT ORGANIK DAN BATUAN SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK ALAM DI KABUPATEN KONAWE Mapping the Potential of Organic Deposits and Rock as Raw Materials for Natural Fertilizers in the District of Konawe M. TUFAILA*), SYAMSU ALAM Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari
ABSTRACT The research aimed to get nutrients or materials contained in each type of organic deposits and rocks; obtain the type, location and size distribution, and the reserves of organic deposits and rocks that can be used as raw materials for natural fertilizer in to Konawe, and get a map of potential raw materials for natural fertilizer in Konawe. The method used was a survey method followed by chemical analysis of organic deposits and rocks in the laboratory. Data were analysed descriptively. The research results showed that the organic deposits in Konawe were peat and guano deposits. Peat deposits can be used as a source of organic matter while guano deposits as P fertilizer. Peat deposits were located in Lambuya District as many as 2,160,972 tons, while guano deposits were located in Soropia District, Amonggedo, and North Wawonii with the number of deposit of 1,213.16 tons. Rock deposits in Konawe which can be used as raw material for natural fertilizer ultramafic rocks, mica schists and limestones. Ultramafic rocks can be used as Mg fertilizer, mica schist rocks as K fertilizers, and limestones as lime or Ca fertilizer. Deposit ultramafic rocks located in Districts Routa, Lambuya, Pondidaha, West Wawonii, East Wawonii, Middle Wawonii, Southeast Wawonii, North Wawonii, South Wawonii and Northeast Wawonii with the number of deposit of 326.05 million tons. Mica schist rock deposits with located in Districts Routa, Latoma, Asinua, Abuki, Tongauna, Uepai, and Onembute with the number of deposit of 164.16 million tons. Limestone deposit was located in the Districts Routa, Soropia, East Wawonii, Northeast Wawonii and North Wawonii, with the deposit amount 333.04 million tons.
Keywords: mapping, natural fertilizer raw materials, organic deposits and rocks 1PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah sampai saat ini masih mengandalkan penggunaan pupuk kimiawi (pupuk pabrik) dalam meningkatkan produksi tanaman. Hal ini ditunjukkan bahwa pada tahun 2011 pemerintah akan memproduksi pupuk kimiawi yaitu pupuk urea sebanyak 8,05 juta ton, SP-36 1,0 juta ton, ZA 0,65 juta ton dan NPK sebanyak 5,89 juta ton (Media Data Riset, 2011). Pupuk jenis ini sangat diminati karena mempunyai pengaruh yang relatif singkat terhadap kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman (Kowaljow et al., 2010). Meskipun demikian, Alamat korespondensi: E-mail:
[email protected] *)
penggunaannya dalam jangka panjang secara terus menerus dapat menimbulkan ketimpangan terhadap ekosistem tanah, terjadi pencemaran terhadap air, dan biota tanah serta akan berpengaruh terhadap kesehatan tanah dan tanaman (Vallack et al., 2012; Tadesse1 et al., 2013). Selain itu, harga pupuk kimiawi terus mengalami peningkatan akibat subsidi harga pupuk dari pemerintah semakin dibatasi (APPI, 2010), dan jumlah pasokan pupuk secara nasional masih lebih rendah dari yang dibutuhkan (Media Data Riset, 2011). Akibatnya, petani semakin kesulitan menjangkau harga pupuk dan memenuhi kebutuhan pupuk untuk peningkatan produksi tanaman. Jika dibiarkan, hal ini akan mengancam ketahanan pangan di daerah maupun secara nasional. Oleh karena
Vol. 3 No.2, 2013
Pemetaan Potensi Deposit Organik dan Batuan 66
itu, perlu dicarikan alternatif pupuk lain pengganti pupuk kimiawi yaitu dengan cara memanfaatkan potensi sumberdaya lokal seperti potensi deposit organik dan batuan yang ada pada setiap daerah. Deposit organik seperti gambut dan guano dapat dijadikan sebagai pupuk organik dan pupuk yang kaya P. Kandungan unsur dalam batuan seperti P, K, Ca, Mg, dan S dapat dijadikan sebagai sumber hara untuk kebutuhan tanaman (Straaten, 2007; Zwolicki et al., 2013). Kabupaten Konawe mempunyai potensi deposit organik dan batuan yang cukup besar sebagai bahan baku pupuk alam (Tufaila, 2011). Deposit organik yang terdapat di Rawa Aopa dan di gua-gua (guano) diperkirakan dalam jumlah jutaan ton. Berbagai jenis batuan yang tersebar di wilayah Kabupaten Konawe yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pupuk seperti batuan harsburgit, dunit, gabro, sekis, genes, filit, kuarsit, batugamping, dan batulempung (Rusmana et al., 1993; Simandjuntak et al., 1994) diperkirakan jumlahnya jutaan ton. Batuan tersebut mempunyai kandungan berbagai unsur yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pupuk yang kaya dengan hara tertentu seperti Mg, Ca, K, Si, dan Fe (Gutiérrez-Castorena et al., 2010; Lesesovaya et al., 2012). Jika kedua potensi tersebut yaitu deposit organik dan batuan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pupuk, maka ketergantungan petani pada pupuk kimiawi atau pada pasokan pupuk dari pemerintah dapat dikurangi sekaligus sebagai alternatif untuk memperoleh pupuk yang dapat diusahakan secara mandiri oleh petani dengan biaya yang relatif murah. Potensi deposit organik dan batuan yang ada di sekitar lahan usahatani petani dapat digunakan sebagai pupuk untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang diusahakannya. Potensi deposit organik dan batuan yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pupuk tersedia melimpah di Kabupaten Konawe, sayangnya kedua potensi tersebut belum banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pupuk. Hal tersebut diduga diantaranya karena informasi tentang manfaat, jenis, lokasi sebaran, dan jumlah cadangan deposit organik dan batuan sebagai bahan baku pupuk belum banyak diketahui oleh petani atau masyarakat secara umum di Sulawesi Tenggara. Kabupaten Konawe
merupakan salah satu kabupaten dengan potensi pertanian yang cukup tinggi, termasuk kabupaten terluas kedua setelah Kabupaten Kolaka yang mempunyai jumlah kecamatan terbanyak, dan mempunyai kebutuhan pupuk tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara (BPS, 2011). Oleh karena itu, pada tahap awal perlu dilakukan pemetaan potensi deposit organik dan batuan sebagai bahan baku pupuk alam di Kabupaten Konawe dan akan dilakukan secara bertahap untuk kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan lokasi, jumlah cadangan, dan jenis hara atau bahan yang terkandung dalam setiap jenis deposit organik dan batuan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk alam, dan untuk mendapatkan peta potensi bahan baku pupuk alam di Kabupaten Konawe.
METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lapangan dengan metode survei. Survei deposit organik dan batuan dilakukan pada seluruh wilayah Kabupaten Konawe. Tahapan survei deposit organik dan batuan meliputi: 1) Pengumpulan data sekunder, 2) Pembuatan peta tematik, dan 3) pembuatan peta kerja. Pelaksanaan survei di lapangan. Survei di lapangan dilakukan pada setiap SPG (satuan peta geologi) yang telah ditentukan. Pada setiap SPG dilakukan pengamatan deposit organik dan batuan serta kondisi lingkungannya. Deposit organik yang diamati adalah deposit gambut dan guano. Pada lokasi deposit organik dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel sekitar 10 kg untuk menentukan karakteristiknya. Pengamatan yang dilakukan meliputi kondisi umum dan melalui pemboran atau minipit seperti kedalaman deposit gambut dan guano, tingkat kematangan gambut, warna, jenis penutupan lahan, lokasi, perkiraan luas dan jumlah cadangan, penyebaran deposit gambut dan guano serta kondisi lainnya yang terkait. Deposit batuan diperoleh dengan cara pemboran tanah yang dikombinasikan dengan pembuatan profil atau melalui singkapan batuan di permukaan lahan atau ditelusuri di sepanjang sungai, kemudian batuan tersebut diambil beberapa bongkah (10-15 kg) untuk menentukan karakteristiknya. Pengamatan di
67 TUFAILA DAN ALAM lapangan meliputi: (a) kondisi umum seperti lokasi, kedalaman dan kondisi lapisan tanah, kelerengan, jenis penutupan lahan, kondisi singkapan batuan, tingkat pelapukan dan penyebaran batuan serta perkiraan luas dan jumlah cadangannya; (b) deskripsi batuan seperti reaksi batuan terhadap HCl, jenis, warna, mineral penyusun, tekstur berkaitan dengan kristalisasi mineral, ukuran butir, keseragaman butiran, bentuk fragmen, kemas (fabric), porositas, kekompakan, kandungan fosil, dan struktur batuan. Analisis Deposit Organik dan Batuan di Laboratorium. Sampel deposit organik dan batuan yang diambil pada masing-masing SPG dianalisis berbagai karakteristiknya seperti pH (elektroda gelas), DHL (konduktivitimeter), C-organik (WalkleyBlack), N-total (Kjeldahl), P total (ekstraksi HCl 25%), P tersedia (Bray atau Olsen), K-dd, Ca-dd, Mg-dd, dan Na-dd (ekstraksi NH4OAc pH 7,0), KPK-NH4OAc (pH 7) (ekstraksi NH4OAc pH 7,0), BJ batuan (gravimetri), CaO, MgO, K2O, MnO, P2O5, Na2O, Fe2O3, Al2O3, TiO2 dan SiO2 batuan (ekstraksi HNO3 + HF). Pemetaan Potensi Deposit Organik dan Batuan. Pengolahan data untuk pemetaan potensi deposit organik dan batuan adalah berbasiskan GIS (sistem informasi geografi) menggunakan software ArcView GIS 3,3 atau ArcGIS 9. Setiap data (spasial dan atribut) yang diperlukan baik data hasil pengamatan lapang dan laboratorium pada setiap satuan peta geologi (SPG) maupun data kondisi umum wilayah diinput dan dianalisis menggunakan software tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Deposit Organik. Deposit organik yang terdapat di Kabupaten Konawe secara umum terbagi dalam dua jenis yaitu (1) deposit gambut dan (2) deposit guano. Deposit gambut terbanyak dijumpai di Kecamatan Lambuya. Luas sebaran deposit gambut berdasarkan hasil observasi lapangan di Kecamatan Lambuya sekitar 2.401,08 ha dengan jumlah deposit sekitar 2.160.972 ton. Gambut tersebut mempunyai tingkat kematangan tergolong Hemis (sedang) (D'Amore dan Lynn, 2002). Jumlah cadangan gambut yang sedemikian besar dapat digunakan sebagai sumber bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah di
J. AGROTEKNOS Kabupaten Konawe. Gambut dapat dijadikan sebagai sumber bahan organik melalui pengubahan gambut menjadi kompos. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gambut sebagai bahan baku kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah marginal. Penggunaan kompos dari gambut dapat memperbaiki sifat fisik tanah, sebagai bahan organik yang dapat berperan sebagai granulator sehingga tanah menjadi lebih granuler dan porous. Selain itu, penggunaan bahan organik dapat meningkatkan pH tanah, dapat mengkelat logam-logam yang beracun untuk tanaman seperti Al, sebagai sumber unsur hara, dan memperbaiki kondisi biota tanah (Sittadewi, 2002; Ran et al., 2009). Tabel 1 menunjukkan bahwa gambut pada empat stasiun pengambilan sampel di Kecamatan Lambuya mempunyai pH (H2O) 4,1-4,6 yang tergolong sangat masam sampai masam dengan nilai rata-rata 4,4 (sangat masam), kandungan C-organik 38,9-46,9% tergolong sangat tinggi dengan nilai rata-rata 43,0%, N total 1,5-1,9% tergolong sangat tinggi dengan nilai rata-rata 1,8%, C/N 20-31 tergolong tinggi sampai sangat tinggi dengan nilai rata-rata 25 (sangat tinggi), KPK 146,9165,3 cmol(+).kg-1 tergolong sangat tinggi dengan nilai rata-rata 156,70 cmol(+).kg-1, KB (kejenuhan basa) 19,9-27,1% tergolong rendah dengan nilai rata-rata 23,0%, kandungan K-dd 0,81-1,03 cmol(+).kg-1 tergolong tinggi dengan nilai rata-rata 0,92 cmol(+).kg-1, Na-dd 1,35-1,59 cmol(+).kg-1 tergolong sangat tinggi dengan nilai rata-rata 1,44 cmol(+).kg-1, Ca-dd 19,45-27,21 cmol(+).kg-1 tergolong tinggi sampai sangat tinggi dengan nilai rata-rata 22,97 cmol(+).kg-1 (sangat tinggi), Mg-dd 9,86-12,34 cmol(+).kg-1 tergolong sangat tinggi dengan nilai rata-rata 10,51 cmol(+).kg-1, Al-dd 2,79-4,01 cmol(+).kg-1 dengan nilai rata-rata 3,46 cmol(+).kg-1, kejenuhan Al 1,9-2,5% tergolong sangat rendah dengan nilai rata-rata 2,2%, H 1,21-1,45 cmol(+).kg-1 dengan nilai rata-rata 1,34 cmol(+).kg-1, dan kandungan P tersedia 15,98-27,5 ppm tergolong sangat tinggi dengan nilai rata-rata 21,98 ppm. Sifat kimia gambut sebagaimana diuraikan tersebut menunjukkan bahwa gambut di Kecamatan Lambuya mempunyai sifat kimia yang sangat bagus sebagai sumber bahan organik untuk
Vol. 3 No.2, 2013
Pemetaan Potensi Deposit Organik dan Batuan 68
meningkatkan kesuburan tanah di Kabupaten
Konawe.
Tabel 1. Sifat kimia gambut di Kecamatan Lambuya
Sifat kimia pH (H2O) C-org (%) N-total (%) C/N KPK (cmol(+).kg-1) KB (%) K (cmol(+).kg-1) Na (cmol(+).kg-1) Ca (cmol(+).kg-1) Mg (cmol(+).kg-1) Al (cmol(+).kg-1) Kejenuhan Al (%) H (cmol(+).kg-1) P-Bray II (ppm)
I 4,3 46,9 1,5 31 156,7 22,8 0,88 1,45 23,53 9,86 3,56 2,3 1,35 25,5
Stasiun pengamatan II III 4,6 4,1 40,5 45,7 1,8 1,9 23 24 146,9 157,9 27,1 19,9 0,81 0,96 1,37 1,59 27,21 19,45 10,46 9,37 2,79 4,01 1,9 2,5 1,45 1,21 27,5 15,98
Deposit guano cukup banyak dijumpai pada gua-gua yang tersebar di Kabupaten Konawe seperti pada Kecamatan Soropia, Amonggedo, dan Wawonii Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gua yang mengandung deposit guano di Kecamatan Soropia dijumpai di Desa Sawopodu yakni sejumlah empat gua dan Desa Soropia sejumlah dua gua, Kecamatan Amonggendo ditemukan pada Desa Mendikonu sejumlah dua gua, dan Kecamatan Wawonii Utara diketemukan pada Desa Wawoea sejumlah satu gua. Potensi deposit guano dari sembilan gua tersebut sangat beragam, yang terbanyak terdapat pada gua di Desa Sawopodu yaitu sekitar 914,4 ton. Total deposit guano yang terdapat pada sembilan gua tersebut adalah sekitar 1.213,16 ton. Sebelum dimanfaatkan, deposit guano sebaiknya perlu diproses lebih lanjut untuk meningkatkan pH dan tingkat mineralisasinya. Proses yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengomposan yang dapat dikombinasikan dengan pupuk kandang sehingga nilai manfaatnya menjadi lebih baik. Cukup banyak penelitian yang melaporkan bahwa penggunaan pupuk guano meningkatkan kesuburan tanah terutama terjadi peningkatan kandungan P (Sasmito, 2007; Zwolicki et al., 2013). Tabel 2 menunjukkan bahwa sifat kimia deposit guano tersebut sangat sesuai dijadikan sebagai pupuk P dengan kandungan P berkisar antara 9,56-12,14% serta mengandung unsur
IV 4,4 38,9 1,9 20 165,3 22,0 1,03 1,35 21,7 12,34 3,46 2,1 1,35 18,93
Rata-rata 4,4 43,0 1,8 25 156,70 23,0 0,92 1,44 22,97 10,51 3,46 2,2 1,34 21,98
hara lainnya yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Kandungan P tersebut sesuai dengan standar pupuk guano yaitu minimum 10% P2O5 (SNI 02-2871-1992) (BSN, 1992). Potensi Deposit Batuan. Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Konawe yang dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk alam seperti batuan ultramfik, sekis, dan batugamping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa deposit batuan ultramafik mempunyai kandungan Mg yang sangat tinggi sehingga sangat berpotensi sebagai pupuk yang kaya dengan magnesium, deposit batuan sekis terutama sekis mika mempunyai kandungan K yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai pupuk yang kaya dengan K, dan batu gamping umumnya mengandung Ca yang sangat tinggi sehingga berpotensi sebagai sumber kapur yang kaya dengan Ca. Deposit batuan ultramafik sampai kedalaman 50 cm diperkirakan sekitar 326.054.475 ton (326,05 juta ton), deposit sekis pada kedalaman yang sama diperkirakan sekitar 164.162.540,3 ton (164,16 juta ton), dan batu gamping juga pada kedalaman yang sama diperkirakan 333.035.023,23 ton (333,04 juta ton). Deposit batuan ultramafik tersebar pada Kecamatan Routa, Lambuya, Pondidaha, Wawonii Barat, Wawonii Timur, Wawonii Tengah, Wawonii Tenggara, Wawonii Utara, Wawonii Selatan, dan Wawonii Timur Laut. Deposit batuan sekis tersebar pada Kecamatan Routa, Latoma, Asinua, Abuki, Tongauna, Uepai dan
69 TUFAILA DAN ALAM
J. AGROTEKNOS
Onembute. Deposit batu gamping tersebar pada Kecamatan Routa, Soropia, Wawonii
Timur, Wawonii Timur Laut dan Wawonii Utara.
Tabel 2. Sifat kimia deposit guano di Kecamatan Soropia, Amonggedo, dan Wawonii Utara Kabupaten Konawe Kecamatan Soropia
Amonggedo
Sifat kimia Sawopodu
pH (H2O) DHL (µS) B.O. (%) N total (%) P total (%) CaO (%) MgO (%) K2O (%) Na2O (%) Al2O3 (%) Fe2O3 (%)
I 4,1 4,19 8,12 9,20 9,73 10,42 0,76 2,23 0,77 0,19 0,15
II 3,8 5,14 9,12 8,90 9,56 11,23 0,67 1,92 1,23 0,23 0,17
III 4,1 7,13 9,21 7,45 9,98 10,92 0,56 1,89 1,54 0,31 0,20
IV 3,6 5,12 8,18 6,18 10,23 9,24 0,91 2,03 1,07 0,18 0,19
Desa Soropia Stasiun Pengamatan V VI 4,3 4,1 4,29 4,17 7,19 9,5 7,39 8,90 11,58 12,14 11,21 11,56 0,23 0,14 2,11 1,78 0,88 0,72 0,29 0,35 0,21 0,17
Wawonii Utara
Mendikonu
Wawoea
VII 4,0 5,20 9,7 8,05 10,12 10,27 0,26 1,57 0,95 0,11 0,17
IX 4,3 7,12 8,67 9,24 10,12 11,78 0,81 2,18 1,56 0,17 0,13
VIII 3,9 4,19 9,7 9,12 9,56 9,89 0,56 1,92 1,21 0,15 0,24
Ratarata
4,02 5,17 8,82 8,27 10,34 10,72 0,54 1,96 1,10 0,22 0,18
Tabel 3. Sifat kimia deposit batuan ultramafik di Kabupaten Konawe
Sifat Kimia pH (H2O) DHL (µS) SiO2 (%) CaO (%) MgO (%) K2O (%) Na2O (%) Al2O3 (%) Fe2O3 (%) MnO (%)
I 8,48 193,10 37,15 1,5 44,83 0,01 0,77 1,16 8,07 0,12
II 7,89 183,52 39,15 2,1 40,15 0,02 0,82 2,10 8,35 0,11
Stasiun Pengamatan III IV 8,24 8,76 192,33 196,24 38,15 37,28 1,78 2,01 39,16 45,10 0,01 0,02 0,78 0,88 2,19 1,73 9,10 8,82 0,14 0,11
Tabel 3 menunjukkan bahwa batuan ultramafik mempunyai kandungan MgO yang cukup tinggi berkisar antara 39,16-45,10% dengan nilai rata-rata 42,29%. Kandungan Mg yang tinggi ini memungkinkan batuan ultramafik dapat dijadikan sebagai pupuk yang kaya dengan hara Mg. Lokasi batuan ultramafik di Kabupaten Konawe merupakan daerah pertambangan fero-nikel. Batuan hasil buangan dari pertambangan fero-nikel dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dalam proses reklamasi lahan bekas tambang fero-nikel dan sebagai bahan baku pupuk yang kaya dengan Mg. Deposit batuan ultramafik yang mudah dimanfaatkan sebagai pupuk terutama batuan ultramafik yang mengalami proses metamorf seperti jenis batuan serpentin. Batuan ini relatif lunak
Rata-rata V 7,65 179,14 35,17 1,89 42,19 0,01 0,73 1,56 9,35 0,15
8,20 188,87 37,38 1,86 42,29 0,01 0,80 1,75 8,74 0,13
sehingga sangat mudah dibuat dalam bentuk bubuk yang dapat langsung dimanfaatkan sebagai pupuk yang kaya dengan Mg. Penggunaan pupuk yang bersifat basa seperti ini sangat sesuai dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah masam yang mendominasi Kabupaten Konawe. Selama ini untuk memenuhi kebutuhan pupuk yang kaya dengan Mg seperti pupuk kiserit dilakukan melalui impor dari negara lain, padahal potensi batuan tersebut cukup besar di Kabupaten Konawe. Pemanfaatkan batuan tersebut merupakan alternatif untuk mengurangi ketergantungan pupuk kiserit (Tufaila, 2011).
Vol. 3 No.2, 2013
Pemetaan Potensi Deposit Organik dan Batuan 70
Tabel 4. Sifat kimia deposit batuan sekis mika di Kabupaten Konawe
Sifat Kimia pH (H2O) DHL (µS) SiO2 (%) CaO (%) MgO (%) K2O (%) Na2O (%) Al2O3 (%) Fe2O3 (%) MnO (%)
I 7,16 245,13 46,45 3,21 2,01 19,12 2,38 14,16 5,91 0,17
II 7,24 237,12 52,19 4,13 1,92 18,79 1,28 13,78 4,16 0,15
Stasiun Pengamatan III IV 7,13 6,92 235,16 217,18 51,18 47,15 2,78 3,72 1,92 2,03 18,32 17,14 2,01 1,78 13,02 12,18 3,18 4,20 0,20 0,15
Tabel 4 menunjukkan bahwa batuan sekis mika mengandung K2O yang cukup tinggi yaitu 16,19-19,12% dengan nilai rata-rata 17,91%. Kandungan K yang demikian tinggi memungkinkan batuan sekis mika dapat dijadikan sebagai pupuk yang kaya dengan Tabel 5.
V 7,14 223,18 45,17 3,75 2,08 16,19 2,00 14,78 3,23 0,11
Ratarata 7,12 231,55 48,43 3,52 1,99 17,91 1,89 13,58 4,14 0,16
hara K. Batuan sekis mika di lapangan termasuk kelompok batuan metamorf sehingga bersifat mudah dihancurkan. Kondisi demikian memudahkan batuan tersebut dimanfaatkan sebagai pupuk yang kaya dengan K.
Sifat kimia deposit batu gamping di Kabupaten Konawe
Sifat Kimia pH (H2O) DHL (µS) SiO2 (%) CaO (%) MgO (%) K2O (%) Na2O (%) Al2O3 (%) Fe2O3 (%) MnO (%)
I 10,12 201,17 3,12 48,34 0,56 0,23 0,95 0,78 0,35 0,07
II 10,27 235,17 1,84 48,19 0,34 0,13 0,16 0,45 0,12 0,12
Stasiun Pengamatan III IV 10,21 12,12 221,67 197,57 4,15 2,79 50,01 56,57 0,12 0,15 0,09 0,35 0,05 0,25 1,25 1,21 0,45 0,15 0,04 0,01
Tabel 5 menunjukkan bahwa batu gamping mengandung CaO yang sangat tinggi yaitu 48,34-56,57% dengan nilai rata-rata 51,20%. Kandungan Ca yang demikian tinggi memungkinkan batu gamping dapat dijadikan sebagai pupuk yang kaya dengan hara Ca. Batu gamping umum dikenal oleh masyarakat sebagai sumber kapur. Pemanfaatan batu gamping terlebih dahulu dihancurkan dengan teknik pembakaran seperti proses pembuatan kapur yang umum dilakukan oleh masyarakat. Penggunaan batu gamping dalam bentuk kapur sangat memungkinkan digunakan pada tanah masam yang mendominasi Kabupaten Konawe. Penggunaan kapur telah terbukti dapat meningkatkan pH tanah dan mengurangi
Rata-rata V 11,12 236,19 2,18 52,89 0,45 0,50 0,13 0,63 0,09 0,01
10,77 218,35 2,82 51,20 0,32 0,26 0,31 0,86 0,23 0,05
keracunan Al (Haling et al., 2010; Sumarwoto, 2004).
SIMPULAN Deposit organik yang terdapat di Kabupaten Konawe adalah deposit gambut dan guano. Deposit gambut dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik, sedangkan deposit guano dapat dimanfaatkan sebagai pupuk P. Deposit gambut terdapat di Kecamatan Lambuya sebesar 2.160.972 ton, sedangkan deposit guano terdapat di Kecamatan Soropia, Amonggedo dan Wawonii Utara dengan jumlah deposit sebesar 1.213,16 ton. Deposit batuan di Kabupaten Konawe yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk alam adalah batuan ultramafik, sekis
71 TUFAILA DAN ALAM mika dan batu gamping. Batuan ultramafik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk Mg, batuan sekis mika sebagai pupuk K, dan batugamping dapat dimanfaatkan sebagai kapur atau pupuk Ca. Deposit batuan ultramafik terdapat di Kecamatan Routa, Lambuya, Pondidaha, Wawonii Barat, Wawonii Timur, Wawonii Tengah, Wawonii Tenggara, Wawonii Utara, Wawonii Selatan dan Wawonii Timur Laut dengan jumlah deposit sebesar 326,05 juta ton. Deposit batuan sekis mika terdapat di Kecamatan Routa, Latoma, Asinua, Abuki, Tongauna, Uepai dan Onembute dengan jumlah deposit sebesar 164,16 juta ton. Deposit batugamping terdapat di Kecamatan Routa, Soropia, Wawonii Timur, Wawonii Timur Laut dan Wawonii Utara dengan jumlah deposit 333,04 juta ton.
DAFTAR PUSTAKA APPI, 2010. Perkembangan Harga Pupuk di Indonesia. Statistik APPI. http://www.appi.or.id /?statistic. [5 Oktober 2011]. Bárcenas-Argüello, M.L., M.C. Gutiérrez-Castorena, T. Terrazas, and L. López-Mata, 2010. Rock–Soil Preferences of Three Cephalocereus (Cactaceae) Species of Tropical Dry Forests. Soil Sci. Soc. Am. J. 74:1374-1382. BPS, 2011. Sulawesi Tenggara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara. 530h. BSN, 1992. Pupuk Guano (SNI 02-2871-1992). Badan Standardisasi Nasional. D'Amore, D.V. and C.L. Warren, 2002. Classification of Forested Histosols in Southeast Alaska. Soil Sci. Soc. Am. J. 66(2):554-562. Haling, R.E., R.J. Simpson, E. Delhaize, P.J. Hocking, and A.E. Richardson, 2010. Effect of Lime on Root Growth, Morphology and the Rhizosheath of Cereal Seedlings Growing in an Acid Soil. Plant Soil. 327:199-212. Kowaljow, E., M.J. Mazzarino, P. Satti, and C. Jiménez-Rodríguez, 2010. Organic and Inorganic Fertilizer Effects on a Degraded Patagonian Rangeland. Plant Soil. 332:135–145. Lesovaya, S.N., S.V. Goryachkin, and Yu. S. Polekhovskii, 2012. Soil Formation and Weathering on Ultramafic Rocks in the Mountainous Tundra of the Rai Iz Massif, Polar Urals. Eurasian Soil Scienc. 45(1):33–44. Media Data Riset, 2011. Prediksi Kebutuhan Pupuk Secara Nasional. Survey and Research Services. Miyashita, A. and T. Itaya, 2002. K-Ar Age and Chemistry of Phengite from The Sanbagawa Schists in The Kanto Mountains, Central Japan, and their Implication for Exhumation Tectonics. Gondwana Research. 5(4):837-848.
J. AGROTEKNOS Ran, Y., K. Sun, B. Xing, and C. Shen, 2009. Characterization of Condensed Organic Matter in Soils and Sediments. Soil Sci. Soc. Am. J. 73(2):351-359. Rusmana, E., Sukido, D. Sukarna, E. Haryanto dan T.O. Simandjuntak, 1993. Geologi Lembar Lasusua-Kendari, Sulawesi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Departemen Pertambangan dan Energi RI. Bandung. 16 h. Sasmito, E.E., 2007. Penggunaan Guano Kelelawar Pemakan Serangga untuk Pengendalian Penyakit Layu Bakteri oleh Ralstonia solanacearum pada Tanaman Tomat. Institut Pertanian Bogor. 32 h. Scdmidberger, S.S. and E. Francis, 2001. Constraints on The Trace Element Composition of the Archean Mantle Root Beneath Somerset Island, Arctic Canada. Jurnal of Petrology. 42(6):1095-1117. Simandjuntak, S.O., E. Rusmana dan J.B. Supandjono, 1994. Geologi Lembar Bungku (2213), Sulawesi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Departemen Pertambangan dan Energi RI. Bandung. 13 h. Sittadewi, E.H., 2002. Aplikasi Penggunaan Kompos Gambut Riau Untuk Media Tumbuh Cabe Rawit. Jurnal Sains dan Tek. Indonesia. 4(5):18-25. Straaten, P.v., 2007. Agrogeology : The use of rocks for crops. Departemen of Land Resource Science University of Guelph, Ontario. Canada. 440 p. Sumarwoto, 2004. Pengaruh Pemberian Kapur dan Ukuran Bulbil Terhadap Pertumbuhan Iles-iles Pada Tanah Ber-Al Tinggi. Ilmu Pertanian. 11(2):45-53. Tadesse1, T., N. Dechassa, W. Bayu, and S. Gebeyehu, 2013. Effects of Farmyard Manure and Inorganic Fertilizer Application on Soil Physico-Chemical Properties and Nutrient Balance in Rain-Fed Lowland Rice Ecosystem. Am. J. Plant Sci. 4:309-316. Tufaila, 2011. Perakitan Pupuk Alam Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan P serta Hasil Tanaman Jagung Di Tanah Masam Sulawesi Tenggara. Lembaga Penelitian Unhalu. Vallack, H.W., V. Leronni, D.B. Metcalfe, P. Högberg, P. Ineson, and J.-A. Subke, 2012. Application of Nitrogen Fertilizer to a Boreal Pine Forest Has a Negative Impact on the Respiration of Ectomycorrhizal Hyphae. Plant Soil. 352:405417. Zwolicki, A., K.M. Zmudczyn´ska-Skarbek, L. Iliszko, and L. Stempniewicz, 2013. Guano Deposition and Nutrient Enrichment in the Vicinity of Planktivorous and Piscivorous Seabird Colonies in Spitsberg. Polar Biol. 36:363-372.
Vol. 3 No.2, 2013
Pemetaan Potensi Deposit Organik dan Batuan
PETA POTENSI DEPOSIT ORGANIK DAN BATUAN BAHAN BAKU PUPUK ALAM DI KABUPATEN KONAWE
Sumber BO Sumber pupuk Ca
Sumber pupuk K
Sumber pupuk Ca Sumber pupuk Ca Sumber pupuk K Sumber pupuk Mg
Deposit guano Deposit guano
Deposit guano
72