Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.1
Januari 2016
PEMETAAN DAERAH RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI K AB UP ATE N RO K AN HI LI R Muhammad Ikhwan Staf Pengajar Fakultas Kehutanan, Univeristas Lancang Kuning, Pekanbaru Jln. Yos Sudarso Km.8 Rumbai, Pekanbaru, Riau, Telp/Fax (0761) 54092 Email :
[email protected]
ABSTRACT Forest fire is one form of the disorder occur more frequently. The negative impact caused by forest fires large enough cover ecological damage, declining biodiversity, the decline in the economic value of forest and soil productivity, changes in micro and global climate and the smoke damage the health of people and disrupting transport by land, river, lake, sea and air. Given the impact of the forest fires, the efforts to protect the forest areas is very important. In an effort to control forest fires it is essential to map vulnerability to wildfires prepared to know which areas have the potential for fires. The purpose of this study was to map the vulnerability of land and forest fires in an effort to support the establishment of forest fire management strategy. Through a vulnerability map wildfires can provide vulnerability information to policy-making forest fire prevention / fire control and is expected to be the basis in prevention efforts as early as possible. The study was conducted from June until July 2014 and the case study research in Rokan Hilir Regency. Results of mapping the vulnerability of land and forest fires shows that most areas of Rokan Hilir Regency has a severe impact and the level of vulnerability is very high. Low-prone areas have extensive 9152.55 hectares (1.01%), the rate of moderate-prone area of 158,943.95 hectares (17.49%), high-level-prone area of 382,448.62 hectares (42.08%) and very high levels of vulnerability with an area of 358,374.00 hectares (39.43%). Keyword : Forest fire, mapping
PENDAHULUAN
keanekaragaman
Latar Belakang
nilai ekonomi hutan dan produktivitas
Kebakaran hutan merupakan
hayati, merosotnya
tanah, perubahan iklim mikro maupun
salah satu bentuk gangguan yang makin
global,
sering terjadi. Dampak negatif yang
kesehatan
ditimbulkan
mengganggu transportasi baik darat,
cukup besar ekologis,
oleh
kebakaran
mencakup
hutan
kerusakan menurunnya
sungai,
dan
asapnya
mengganggu
masyarakat
danau,
laut
dan
serta
udara.
Kementerian Kehutanan menargetkan
57
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.1
Januari 2016
penurunan jumlah hotspot tahun 2014
pencegahan kebakaran hutan dan lahan
di pulau-pulau rawan kebakaran lahan
di Kabupaten Rokan HIlir. Penelitian ini
dan hutan yaitu Kalimantan, Sumatera,
dilaksanakan di wilayah Kabupaten
dan Sulawesi sebesar 59,2% dari rata-
Rokan Hilir, lokasi ini dipilih karena
rata hotspot tahun 2005-2009. Apabila
memiliki kerawanan kebakaran yang
rata-rata jumlah hotspot periode tahun
cukup tinggi.
2005-2009 berjumlah 58.890 titik, maka
Tujuan
target
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
penurunan
dengan
tersebut
24.027
Berdasarkan
setara
titik
hotspot.
pemantauan
yang
dilakukan
Direktorat
Pengendalian
Kebakaran
Hutan, Direktorat Jenderal
memetakan
tingkat
kerawanan
kebakaran hutan dan lahan dalam upaya mendukung
terwujudnya
strategi
penanggulangan kebakaran hutan.
PHKA, periode tanggal 1 Januari 2013 hingga 31 Maret 2013, jumlah hotspot di pulau
Kalimantan,
dan
Kebakaran hutan adalah sebuah
Sulawesi terpantau sebanyak 2.672 titik.
kejadian terbakarnya bahan bakar di
Salah satu indikator kinerja utama
hutan oleh api dan terjadi secara luas
Kementerian Kehutanan sesuai rencana
tidak
strategis
mengemukakan
periode
Sumatera,
TINJAUAN PUSTAKA
Kementerian tahun
Kehutanan
2010-2014
terkendali.
Syaufina bahwa
(2008)
kebakaran
adalah
hutan adalah suatu kejadian di mana
penurunan jumlah hotspot di pulau
api melalap bahan bakar bervegetasi,
Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi
yang terjadi di dalam kawasan hutan
sebanyak 20% setiap tahun dari rata-
yang menjalar secara bebas dan tidak
rata tahun 2005-2009.
terkendali. Kebakaran hutan dibedakan
Mengingat dampak kebakaran hutan
tersebut,
maka
pengertiannya dengan kebakaran lahan,
upaya
dimana perbedaannya terletak pada
perlindungan terhadap kawasan hutan
lokasi kejadiannya. Kebakaran hutan
sangatlah
penting. Mengidentifikasi
yaitu kebakaran yang terjadi di dalam
lebih awal kawasan hutan dan lahan
kawasan hutan, sedangkan kebakaran
yang rawan terhadap kebakaran dengan
lahan adalah kebakaran yang terjadi
didukung oleh sistem informasi yang
diluar kawasan hutan (Pubowaseso,
tepat menjadi hal penting dalam upaya
2004).
58
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Tingkat
kerawanan
Vol.11, No.1
Januari 2016
kebakaran
kemampuan
hutan dan lahan merupakan suatu
menyimpan,
terminologi yang berhubungan dengan
menampilkan
adanya peluang terjadinya kebakaran
geografis (Riyanto, 2009). Geographical
dan
Information System (GIS) disarankan
kondisi
bahan
bakar.
Dalam
untuk
membangun,
mengelola informasi
bereferensi
kaitannya dengan bahan bakar, fire
sebagai
hazard digunakan untuk menyatakan
memetakan distribusi data spasial dari
keadaan kompleks bahan bakar yang
bahaya kebakaran hutan. GIS dapat
ditentukan oleh volume, tipe, kondisi,
juga
keteraturan,
dan
yang
beberapa
menentukan
derajat
kemudahan
vegetasi,
lokasi
alat
dan
yang cocok
memadukan
pembakaran dan ketahanan terhadap
kebakaran
pengendalian (Hardy, 2005).
1996)
untuk
secara
spasial
peubah
bahaya,
seperti
topografi
dan
sejarah
(Chuvieco
and
Salas,
Faktor lingkungan fisik dan aktivitas manusia
merupakan
dua
kelompok
METODE PENELITIAN
utama faktor resiko kebakaran hutan dan
lahan.
Pusat
perkampungan,
Penelitian
ini dilaksanakan
di
wilayah Kabupaten Rokan Hilir yang
jaringan jalan, jaringan sungai, tipe
merupakan
vegetasi
lahan
lebih
yang
wilayah lain di Provinsi Riau. Analisis
mempengaruhi tingkat resiko kebakaran
data dilakukan di Fakultas Kehutanan,
hutan dan lahan (Boonyanuphap 2001).
Universitas
Lapan (2004) berhasil memetakan kelas
Pengumpulan data dilakukan pada bulan
kebakaran hutan dari yang sulit terbakar
Juni 2014 sedangkan pengolahan data
sehingga sangat mudah terbakar yaitu
dilakukan pada bulan Juli 2014.
dan
merupakan
penutupan faktor
manusia
kelas kerawanan kebakaran
daerah
banyak
dengan
hotspot
dibandingkan
dengan
Lancang
Kuning.
sangat
Bahan yang diperlukan dalam
rendah, rendah, sedang, agak tinggi,
penelitian ini menggunakan data atribut
tinggi dan sangat tinggi berdasarkan
dan data spasial di wilayah Kabupten
criteria dan bobot tertentu terhadap
Rokan Hilir yaitu : peta penutupan lahan
faktor-faktor penyebabnya.
tahun 2013, peta curah hujan, peta
Sistem
Informasi
Geografis
adalah sistem komputer yang memiliki
elevasi, peta lahan gambut, peta sebaran pemukiman,
peta
batas
wilayah
59
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.1
Januari 2016
administrasi Kabupaten Rokan Hilir, peta
bersangkutan
jaringan jalan, Peta Sebaran Izin Usaha
kebakaran. Nilai
Pemanfaatan
Kayu
tipe vegetasi yang sangat peka yaitu
(IUPHHK), dan data sebaran hotspot
yang sangat mudah terbakar, sampai
tahun 2009-2014 dari satelit Aqua/Terra
nilai 7 untuk sulit terbakar. Pembobotan
Modis.
mengacu
Hasil
Hutan
Alat yang digunakan pada
penelitian
ini
adalah
seperangkat
personal computer (PC),
terhadap
1 diberikan kepada
pada
pembobotan
terjadinya
yang
klasifikasi
dan
dilakukan
oleh
Software
Ruecker (2002), Hoffman (2000) serta
pengolah data GIS yaitu ArcMap 10.1,
Barus dan Gandasasmita (1996). Bobot
Arc View 3.3,
untuk jenis penutupan lahan adalah
Microsoft Excel 2010.
GPS, dan kamera dijital. Tahap meliputi
:
30%.
pengumpulan
perolehan
Pembuatan
peta
kerawanan
spasial,
kebakaran hutan berdasarkan jenis
kodifikasi data, penyeragaman sistem
tanah terdapat 2 kelas. Peta jenis tanah
proyeksi peta, konversi format data
tersebut
sesuai dengan perangkat lunak yang
menggunakan
dipakai dalam menjalankan prosedur
Klasifikasi skoring berdasarkan sifat
Sistem Informasi Geografi (SIG). Input
atau karakteristik dari setiap jenis tanah
data yang digunakan sebagai peubah
gambut (nilai 1) dan non gambut (nilai
pembangun model adalah data spasial
2). Bobot untuk jenis tanah adalah 25%.
faktor biofisik, aktifitas manusia, data
Klasifikasi
hot spot (titik panas) hasil olahan dari
berdasarkan
satelit Aqua/Terra MODIS. Parameter-
kabupaten Rokan Hilir. Untuk wilayah
parameter
untuk
yang paling kering akan lebih sensitif
menentukan tingkat kerawanan adalah
untuk terbakar, khususnya pada waktu
penutupan lahan (landcover), curah
musim kemarau dan diberi nilai
hujan, ketinggian
sedangkan wilayah yang paling basah
yang
data
data
digunakan
tempat, dan lokasi
pemukiman tipe
lahan
vegetasi
atau
pemberian
bobot
dilakukan dengan berdasarkan kepada kepekaan
dengan
sistem
curah tipe
skoring.
hujan iklim
dilakukan di
daerah
1,
tidak akan mudah terbakar walaupun
Untuk penutupan
menganalisis
tipe
vegetasi
yang
mengalami
musim
kemarau
yang
panjang dan diberi nilai 5. Bobot untuk kelas curah hujan adalah 25%. Ketinggian
tempat
dari
60
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.1
Januari 2016
permukaan laut diperoleh dari hasil
dan menunjang dilakukan sintesis yang
derivasi Digital Elevation Model (DEM)
berkaitan dalam suatu analisis tumpang
resolusi 25 meter. Ketinggian tempat di
susun
atas permukaan laut diklasifikasikan
bahaya kebakaran.
dan diberi nilai bobot. Pada tempat-
Peta
tempat
yang
rendah
dikatakan
dengan
penilaian
Rawan
merupakan
model
Kebakaran spasial
yang
mempunyai potensi yang tinggi untuk
digunakan
mudah terbakar dan diberi nilai
1,
kondisi di lapangan terkait dengan
lebih
resiko terjadinya kebakaran hutan dan
seterusnya pada tempat yang
untuk
zona-zona
tinggi akan lebih sulit terbakar, sampai
lahan.
pada tempat tertinggi diberi nilai
6.
menggunakan
Bobot untuk ketinggian tempat adalah
memudahkan
10%.
faktor-faktor penyebab kebakaran. Oleh Peta jarak diperoleh dari proses
buffering
data
lokasi
pemukiman
Model
mempresentasikan
karena itu, penyebab
ini
dibuat
aplikasi
GIS
proses
overlay
memahami dan
dengan untuk antar
faktor-faktor
perilaku
kebakaran
dengan menggunakan perangkat lunak
merupakan hal yang sangat utama di
ArcView. Peta batas pemukiman dalam
dalam
bentuk
(Solichin, dkk, 2007).
shapefile
diolah
dengan
menggunakan fitur create buffer pada
melakukan
Mengingat
keterbatasan
pendekatan
ini
data
menu theme, sehingga diperoleh peta
yang
jarak dari pemukiman (Nuarsa, 2005).
dengan menerapkan beberapa asumsi
Berdasarkan informasi yang diperoleh
untuk melengkapi keterwakilan data.
dari penelitian Arianti (2006), jarak
Model peta rawan kebakaran ini tidak
tempuh terjauh yang dapat dicapai oleh
secara khusus memperhatikan potensi
manusia adalah ± 4 km. Informasi ini
penyulutan, melainkan
lebih
dijadikan sebagai dasar untuk membagi
luas
kemungkinan
kelas jarak dari pemukiman.
kebakaran
Bobot
ada,
permodelan
memprediksi akan
dilakukan
terjadi
secara
serta
untuk jarak terhadap pemukiman adalah
kemungkinan intensitas serta dampak
10%. Untuk menghasilkan peta zona-
yang ditimbulkan. Potensi penyulutan
zona
kebakaran
juga dikembangkan sebagai salah satu
hutan dan lahan di Kabupaten Rokan
komponen di dalam Sistem Analisa
Hilir, dari berbagai peta yang tersedia
Ancaman Kebakaran (Ruecker, 2007)
(daerah)
bahaya
61
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
yang
dikembangkan
Sumatra
Forest
Fire
oleh
Vol.11, No.1
South
Januari 2016
Project (SSFFMP).
Management
Rawan Kebakaran = {30% * (Penutupan Lahan)} + {25% * (Jenis Tanah)} + {25% * (Curah Hujan)} + {10% * (Ketinggian Tempat)} + {10% * (Jarak Pemukiman)} (Solichin, dkk, 2007).
Kelas bahaya kebakaran hutan dan
daerah rawan (potensial) kebakaran
lahan ditentukan oleh penjumlahan dari
hutan dan lahan dikelompokkan ke
semua nilai/bobot faktor-faktor (elemen)
dalam empat kelas seperti yang disajikan
dalam suatu analisis tumpang susun.
pada Tabel 1.
Berdasarkan hasil skor kumulatif maka Tabel 1. Klasifikasi tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan Tingkat Kerawanan
Kelas
Sangat Tinggi
225 – 310
Tinggi
311 – 396
Sedang
397 – 482
Rendah
483 – 568
HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat 2.894 titik, Kecamatan Bangko
Hotspot merupakan salah satu
Pusako
sebanyak
2.062
titik,
indikator adanya kejadian kebakaran
Kecamatan Pujud sebanyak1.501 titik,
hutan dan lahan di suatu wilayah.
Kecamatan Bagan Sinembah sebanyak
Berdasarkan rekapitulasi data hotspot
906 titik, Kecamatan Bangko sebanyak
hasil
Aqua/Terra
798 titik, Kecamatan Pasir Limau Kapas
MODIS tahun 2009 sampai dengan
sebanyak 755 titik, KecamatanTP Tj.
2014 dapat diketahui pola sebaran
Melawan
hotspot di wilayah Kabupaten Rokan
Kecamatan Rimba Melintang sebanyak
Hilir. Sebaran titik panas pada setiap
421 titik. Jumlah titik panas terendah,
kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir
terdapat
menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
Kanan sebanyak 182 titik, Kecamatan
titik
di
Batu Hampar sebanyak 101 titik dan
Kecamatan Kubu, yaitu sebesar 3.798
Kecamatan Sinaboi sebanyak 81 titik.
titik. Diikuti Kecamatan Tanah Putih
Kecamatan Kubu merupakan daerah
rekaman
panas
satelit
tertinggi
terdapat
sebanyak
646
di Kecamatan
titik,
dan
Simpang
62
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.1
Januari 2016
yang paling rawan terhadap kebakaran
berada di area dengan tutupan lahan
hutan
hutan rawa primer, pemukiman, rawa.
dan
kebakaran
lahan. hutan
Kemungkinan
dan
lahan
di
Semak belukar rawa merupakan area
kecamatan ini terjadi akibat kegiatan
dengan jumlah hotspot
pembukaan lahan untuk perkebunan
karena
sawit.
sangat mudah terjadi dengan tingginya
kejadian
paling
tinggi,
kebakaran
akan
Jumlah hotspot tertinggi berada
jumlah bahan bakar berupa semak
pada area dengan tutupan lahan semak
belukar, apalagi jika dalam keadaan
belukar rawa dan hutan rawa sekunder,
kering (kadar air rendah).
sedangkan jumlah hotspot paling rendah Tabel 2. Perbandingan jumlah hotspot berdasarkan penutupan lahan Jenis Penutupan Lahan
Hutan Mangrove Sekunder Hutan Rawa Primer Hutan Rawa Sekunder Hutan Tanaman Industri (HTI) Perkebunan Permukiman Pertambangan Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Bercampur dengan Semak Rawa Semak/Belukar Semak/Belukar Rawa Tanah Terbuka Total
2009 2010 4 5 94 77 5 5 247 40 3 6 11 2 12 5 625 80
2011 1 288 10 167 4 9 5 351
2012 6 405 1 50 3
3 20 1.087 360 2.111
1 16 981 176 1.833
6 3 430 65 659
4 283
2013 5 2 817 22 485 9 12 37 390
2014 2 11 665 13 162 1 5 12 687
7 29 2.346 56 1.151 26 39 75 2.416
3 4 683 123 1.442
10 17 1.763 495 3.569
4 14 1.362 374 2.938
27 74 6.306 1.593 14.145
Sumber : Hasil olahan (2014)
Kebakaran hutan merupakan
indonesia dan sudah dapat dipastikan
sebuah masalah yang hampir tidak
99,9% penyebabnya adalah manusia.
pernah
Kegiatan dibalik kebakaran hutan dan
usai
kerugian
yang
dan
mengakibatkan
cukup
baik
lahan tersebut terjadi dalam berbagai
dibidang ekonomi, ekologi, sosial, dan
macam aktifitas baik dalam kegiatan
kesehatan makhluk hidup khususnya
pertanian, kehutanan maupun kegiatan
manusia. Hampir setiap tahun terjadi
lainnya
kebakaran
industri, kawasan pemukiman) yang
hutan
dan
besar
lahan
di
(pembangunan
kawasan
63
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Vol.11, No.1
sesungguhnya dilarang (Saharjo, 2004). Kebakaran hutan tersebut tidak dibatasi
waktu
dan
lokasi
tertentu
Januari 2016
berdasarkan
analisis
penutupan
lahan, jenis tanah, topografi, curah hujan,
dan
jarak pemukiman akan
dengan kata lain dapat terjadi kapan
diperoleh peta kerawanan kebakaran
saja dan dimana saja. Oleh karena itu
hutan
dalam
kebakaran
rangka
pemantauan
dan
dan luas
kelas
rawan
3).
Untuk
(Tabel
penanggulangan kebakaran hutan dan
memetakan
lahan secara dini sangat diperlukan
kebakaran hutan dilakukan perhitungan
adanya
indeks
informasi
daerah
rawan
tingkat
kerawanan
kerawanan
kebakaran
kebakaran. Hasil overlay antara peta
dengan
kerawanan
seperti rumus pada metode penelitian.
kebakaran
hutan
menggunakan
(IK)
persamaan
Tabel 3. Luas Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan Tingkat Kerawanan
Luas(Ha)
Luas (%)
Rendah
9.152,55
1,01
Sedang
158.943,95
17,49
Tinggi
382.448,62
42,08
Sangat Tinggi
358.374,00
39,43
LuasTotal a)
908.919,12
100,00
Sumber : Hasil olahan (2014)
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
besar
daerah
Kabupaten
rawan
sedang
seluas
158.943,95
hektar (17,49%), tingkat rawan tinggi
Rokan Hilir memiliki tingkat kerawanan
seluas 382.448,62
tinggi dan tingkat kerawanan sangat
dan tingkat kerawanan sangat tinggi
tinggi. Daerah rawan rendah memiliki
dengan
luas 9.152,55 hektar (1,01%), tingkat
(39,43%).
luas
hektar
(42,08%)
358.374,00
hektar
Tabel 4. Luas penutupan lahan pada tingkat kerawanan Luas Tingkat Kerawanan (Ha) Tutupan Lahan Hutan Rawa Primer Rawa Sawah Semak/Belukar Permukiman
Sangat Tinggi 515,10 1.427,30 1.432,52 983,74
Tinggi 1.918,38 2.050,71 4.594,47 3.671,01
Sedang 239,09 79,79 2.122,86 520,98 1.935,07
Rendah 511,11 7,44 176,61
Total 1.265,3 0 3.425,4 7 4.173,5 7 6.555,4 1 6.766,4 3
64
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Pertambangan Hutan Tanaman Industri (HTI) Hutan Mangrove Sekunder Tubuh Air Pertanian Lahan Kering Tanah Terbuka Hutan Rawa Sekunder Pertanian Lahan Kering Bercampur dengan Semak
Vol.11, No.1
3.428,00 7.652,03 874,40 3.212,14 38.483,26 54.950,36 54.665,24
4.031,21 93,40 898,71 7.905,66 23.311,75 15.988,72 41.685,84 59.889,08
Januari 2016
0,01 7.459,2 1 1.009,81 8.755,2 4 9.123,62 5.571,90 15.594,23 9.190,16 423,85 18.394,07 15.413,1 1.435,24 43.372,25 2 203,73 0,00 54.675,71 16.582,8 30,22 113.249,31 9 28.338,3 923,01 143.815,63
Semak/Belukar Rawa 145.602,92 64.548,60 18.155,6 0 Perkebunan 44.817,74 151.861,05 56.028,9 0 Total 358.044,75 382.448,60 158.943,92 Sumber : Hasil olahan (2014)
255,99 228.563,11 146,46 252.854,16 9.481,84 908.919,12
Tabel 4 menunjukkan ada empat tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Rokan Hilir yaitu tingkat kerawanan sangat tinggi, tinggi, sedang
dan
kebakaran hutan
rendah.
Wilayah
dan lahan dengan
tingkat kerawanan sangat tinggi memiliki luas 358.044,75 ha, tingkat kerawanan tinggi dengan luas 382.448,60 ha, tingkat kerawanan
sedang
dengan
luas
158.943,92 ha dan tingkat kerawanan rendah dengan luas 9.481,84 ha. Tingkat kerawanan sangat tinggi di dominasi dengan tutupan lahan semak belukar rawa, pertanian lahan kering bercampur semak, hutan rawa sekunder, tanah terbuka dan perkebunan. Sedang tingkat kerawanan rendah di dominasi
Gambar 1. Peta tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Rokan Hilir
dengan tutupan lahan hutan mangrove
KESIMPULAN Tingkat kerawanan Kebakaran di
dan hutan rawa primer.
Peta tingkat
Kabupaten Rokan Hilir terbagi atas
kerawanan kebakaran hutan dan lahan di
empat kelas yaitu rawan sangat tinggi,
Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada
rawan tinggi, rawan sedang, dan rawan
Gambar 1.
rendah.
Sebagian
besar
daerah 65
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan
Kabupaten
Rokan
Hilir
Vol.11, No.1
memiliki
tingkat kerawanan tinggi dan tingkat kerawanan
sangat
tinggi.
tingkat rawan rendah 9.152,55 rawan
hektar sedang
Daerah
memiliki
(1,01%),
luas
tingkat
seluas 158.943,95
hektar (17,49%), tingkat rawan tinggi seluas 382.448,62 hektar (42,08%) dan tingkat kerawanan sangat tinggi dengan luas 358.374,00 hektar (39,43%). Peta daerah rawan kebakaran hutan dan lahan akan berguna dalam memberikan tentang
informasi
potensi
keruangan
ancaman
bahaya
kebakaran hutan dan lahan, sehingga dapat dibuat statu sistem peringatan dini pada wilayah tersebut, khususnya pada saat atau menjelang musim kemarau DAFTAR PUSTAKA Arianti, I. 2006. Pemodelan Tingkat Dan Zona Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Sub Das Kapuas Tengah Propinsi Kalimantan Barat. Tesis. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Barus, B. dan K. Gandasasmita, 1996. Penentuan Zonasi Rawan Kebakaran Pulau Sumatera Tahun 1996 dengan Sistem Informasi Geografi. Sekretariat Koordinasi Nasional Pengendalian Kebakaran Lahan. Jakarta. Booyanuphap J. 2001. GIS Based‐ Method in Developing Wildfire Risk Model: A Case Study in Sasamba,
Januari 2016
East Kalimantan , Indonesia (Thesis). Bogor : Graduated Program, Bogor Agricultural University. Chuvieco, E and F.J. Salas. 1996. Mapping The Spatial Distribution of Forest. Hardy, Colin c. 2005. Wildland fire hazard and risk: Problem, definition, and context. Forest Ecology and Management. 73‐82. Hoffman A. A, 2000. Production of a Fire Hazard Map for East Kalimantan. Zebris GIS + Consulting. Tidak Dipublikasikan. LAPAN [Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional]. 2004. Sebaran Titik Panas Menurut Penggunaan Lahan di Pulau Sumatera. SIMBA- LAPAN. Purbowaseso. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Rineka Cipta. Jakarta. Ruecker, G, 2002. Consulting and Software Development to Produce a Dynamic Fire Danger Map for East Kalimantan. IFFM Document Report (Temporary). Saharjo, B. H. 2004. Adaptasi Rencana Pembangunan Kehutanan Dibawah Bayang-bayang Perubahan Iklim. Laboratorium Kebakaran Hutan danLahan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Solichin, L. Tarigan, P. Kimman, B. Firman, dan R. Bagyono. 2007. Pemetaan Daerah Rawan Kebakaran. Syaufina L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Perilaku Api, Penyebab, dan Dampak Kebakaran. Malang: Bayu Media.
66