PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN
DINAS KESEHATAN JL. SISINGAMANGARAJA NO.311 Telp. (0623) 41122
SEHAT ITU INVESTASI
KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa sebab hanya karena rahmat dan ridho-Nya semata sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Asahan Tahun 2012 ini dapat diselesaikan dan hadir di tengah para pembaca yang kami hormati. Sebagaimana profil kesehatan tahun-tahun sebelumnya, profil kesehatan tahun 2012 ini merupakan sekumpulan data dan informasi yang utuh mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai kepada hasil/ capaian dari seluruh program kerja bidang kesehatan yang telah diupayakan oleh segenap institusi dan insan kesehatan termasuk partisipasi/ peran serta masyarakat untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang bermuara kepada peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagaimana visi Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan, “Asahan Sehat Mandiri 2015”. Terhadap berbagai keberhasilan dan peningkatan yang telah dicapai serta kemunduran dan kegagalan beberapa program, bagi kami kedua-duanya merupakan pekerjaan rumah yang tidak akan pernah selesai dan merupakan suatu tantangan yang harus dapat dijawab melaui kemauan dan kemampuan serta kerja keras yang senantiasa harus dibina dan ditingkatkan oleh para pelaku kesehatan. Kami menyadari bahwa Profil Kesehatan ini masih jauh dari sebutan sempurna baik dari aspek nilai kinerja yang dihasilkan maupun teknis penulisannya, untuk itu kepada semua pihak dengan segala kerendahan hati kami senantasa mebuka dri untuk menerima segala saran dan kritik terutama yang bertujuan ke arah perbaikan, peningkatan dan penyempurnaannya. SALAM ASAHAN SEHAT MANDIRI 2015 !!! Kisaran ,
September 2013
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan,
Dr. Herwanto. Sp.B Pembina Utama Muda NIP. 19570506 198601 1 002
PROFIL DINAS KESEHATAN KABUPATEN ASAHAN 2013
i
FOREWORD Praise to the Presence of God the Almighty for mercy and blessings just because of his sheer so Asahan District Health Profile can be completed in 2012 and is present in the middle of our esteemed readers. As the health profile of the previous years, health profile 2012 is also a set of complete data and information from planning to implementation to results / outcomes of the entire health sector program of work that has been pursued by all institutions and human health, including participation / role and communities to achieve the goal of health development is geared towards increasing the health of society as the vision of the District health 2015. On the successes and improvements have been achieved as well as setbacks and "failure" some programs, for we are both home job that will never finish and is a challenge that must be answered through the willingness and the ability and hard work should always be nurtured and enhanced by the perpetrators of healthcare. We realize that this health profile is still far from perfect as the good of the aspects of the resulting performance and technical writing, for it to all parties with all humility we are always open dri to accept all suggestions and criticisms mainly aimed towards the improvement, enhancement and perfected . HEALTHY DISTRICT 2015 GREETINGS !
Kisaran, in September 2013 Chief Medical Officer Asahan District,
Dr. Herwanto, Sp.B Pembina Utama Muda NIP. 19570506 198601 1 002
DAFTAR ISI
Hal Kata Pengantar .........................................................................................
i
Daftar Isi .................................................................................................
ii
Daftar Tabel ............................................................................................
iii
Daftar Grafik ............................................................................................
iv
Bab.
Pendahuluan ........................................................................
1
1.1.
Latar Belakang .....................................................................
1
1.2.
Tujuan Penyusunan Profil ......................................................
5
1.3.
Manfaat Penyusunan Profil .......................................................
5
1.4.
Sistematika Penulisan ............................................................
6
II.
Gambaran Umum Kabupaten Asahan .................................
8
2.1.
Lokasi dan Luas Wilayah ........................................................
8
2.2.
Jumlah Desa/ Kelurahan.............................................................
9
2.3.
Jumlah Penduduk.... ..................................................................
9
2.4.
Rata-rata Jiwa/ Rumah Tangga...................................................
10
2.5.
Kepadatan Penduduk.................................................................
10
2.6.
Ratio Beban Tanggungan............................................................
11
2.7.
Ratio Jenis Kelamin....................................................................
12
Bab.
I.
PROFIL DINAS KESEHATAN KABUPATEN ASAHAN 2013
ii
2.8.
Penduduk 10 Tahun Keatas Melek Huruf......................................
2.9.
Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Dengan Pendidikan ter-
13
tinggi Ditamatkan......................................................................
14
Situasi Derajat Kesehatan .............……………………………...
16
3.1.
Angka Kematian ..................................................................
16
3.2.
Angka Keseakitan .................................................................
22
3.3.
Status Gizi ..........................................................................
31
IV.
Upaya Kesehatan.................................................................
33
4.1
Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Kesehatan ........................
33
4.2.
Program Pembangunan Kesehatan ..........................................
34
4.3.
Pelayanan Kesehatan ............................................................
35
4.4.
Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan........................................
48
4.5.
Perilaku Hidup Masyarakat.........................................................
52
4.6.
Keadaan Lingkungan.................................................................
53
V.
Sumber Daya Kesehatan....................................................
58
5.1
Sarana Kesehatan ...................................................................
58
5.2.
Tenaga Kesehatan ................................................................
61
5.3.
Pembiayaan Kesehatan .........................................................
66
Bab.
VI.
Kesimpulan .......................................................................
70
Bab.
VII.
Penutup .............................................................................
74
Bab. III.
.
Bab.
Bab.
PROFIL DINAS KESEHATAN KABUPATEN ASAHAN 2013
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1.
Kepadatan Penduduk .......................................................
10
Tabel
2.2.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Sex Ratio .........................
12
Tabel
3.1.
Angka Kematian Bayi .......................................................
18
Tabel
3.2.
Angka Kematian Balita .....................................................
20
Tabel
3.3.
Angka Kematian Ibu ........................................................
21
Tabel
3.4.
Daftar 10 besar Penyakit ..................................................
23
Tabel
5.1.
Ratio Keberadaan Tenaga Kesehatan ................................. 82
PROFIL DINAS KESEHATAN KABUPATEN ASAHAN 2013
iV
DAFTAR GRAFIK
Hal 1.
Grafik 2.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Sex Ratio .................................
10
2.
Grafik 3.1
Angka Kematian Bayi ...........................................................
18
3.
Grafik 3.2
Angka Kematian Ibu .............................................................
22
PROFIL DINAS KESEHATAN KABUPATEN ASAHAN 2013
v
1.1.
Latar Belakang
P
embangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal.
Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut semua segi kehidupan, baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Dalam perjalanannya, perkembangan pembangunan kesehatan selama ini, telah mengalami berbagai perubahan orientasi, baik tata nilai maupun pemikiran terutama mengenai upaya pemecahan masalah dibidang kesehatan yang dipengaruhi oleh politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan orientasi tersebut akan mempengaruhi proses penyelenggaraan pembangunan kesehatan itu sendiri. Disamping pengaruh berbagai hal tersebut,
dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan juga perlu memperhatikan jumlah penduduk Indonesia yang besar, yang terdiri dari berbagai suku dan adat istiadat, tersebar pada ribuan pulau yang terpencar-pencar dengan tingkat perbedaan yang beragam.
Selanjutnya dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya, harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada upaya penyembuhan penderita secara berangsur-angsur berkembang kearah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh yakni
pembangunan
kesehatan
yang
menyangkut
upaya
peningkatan
kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, dan dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Sekaitan dengan itu, tugas dan tanggung jawab pemerintah pada dasarnya adalah mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan itu sendiri serta menggerakkan peran serta masyarakat. Upaya kesehatan dilaksanakan secara
menyeluruh,
peningkatan
terpadu,
kesehatan,
dan
pencegahan
berkesinambungan penyakit,
melalui
penyembuhan
pendekatan
penyakit
dan
pemulihan kesehatan dengan memegang teguh asas adil dan merata yang berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan itu harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongannya dengan biaya yang terjangkau.
Peran pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan itu lebih dititikberatkan pada pembinaan, pengaturan, dan pengawasan untuk terciptanya pemerataan pelayanan kesehatan dan tercapainya kondisi yang serasi dan seimbang antara upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat termasuk swasta. Sementara itu, kewajiban untuk melakukan pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat, tetap menjadi tanggungjawab pemerintah.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pelaksanaan upaya kesehatan ini tentu saja harus didukung oleh berbagai sumber daya seperti; sumber daya manusia yang cakap dan handal (cukup dari segi jumlah serta terdistribusi secara proporsional di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan); sumber daya instrumen meliputi sarana gedung, sarana transportasi dan peralatan; selanjutnya sumber dana/ alokasi dana yang memadai untuk menunjang pelaksanaan program dan kegiatan pelayanan kesehatan. Keseluruhan dari sumber daya tersebut harus dikelola
secara
profesional
dan
berkesinambungan
melalui
suatu
metode
pengelolaan yang efektif dan efisien sehingga dapat dipertanggung-jawabkan secara akuntabel.
Harus diingat bahwa keberhasilan pembangunan diberbagai bidang dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat dan kesadaran akan hidup sehat. Hal ini mempengaruhi meningkatnya kebutuhan
pelayanan dan pemerataan yang mencakup tenaga, sarana, dan
prasarana baik jumlah maupun mutu. Seiiring dengan itu maka disisi lain juga sangat
diperlukan pengaturan untuk melindungi pemberi dan penerima jasa
pelayanan kesehatan.
Pada kenyataannya seringkali berbagai program/ kegiatan pelayanan kesehatan mengalami berbagai kemunduran, stagnan atau bahkan tidak “tersentuh” sama sekali akibat dari adanya berbagai masalah dan keterbatasan dari ketiga sumber daya dimaksud (sumber daya manusia, sumber daya instrumen dan alokasi dana).
Profil Kesehatan Kabupaten Asahan tahun 2010 ini memuat berbagai data yang meliputi data derajat kesehatan, data tentang upaya kesehatan dalam bentuk berbagai program kerja, data tingkat capaian program, data jenis
dan jumlah
sarana kesehatan yang ada, data sumber daya dan sumber dana kesehatan. Pada bagian lain juga disajikan data-data pendukung yang berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan, data
ekonomi, data lingkungan, data
geografis dan data-data lain yang berkaitan dengan upaya untuk menggambarkan kondisi kesehatan masyarakat Kabupaten Asahan secara menyeluruh. Dengan kata lain, profil kesehatan merupakan salah satu sarana penyaji data dan informasi kesehatan yang menggambarkan status kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang merupakan cerminan dari pembangunan kesehatan secara menyeluruh. Pada akhirnya profil kesehatan lebih dinilai sebagai alat evaluasi daripada sebagai alat pemantauan. Penyusunan profil kesehatan ini, sebagaimana
profil kesehatan pada tahun sebelumnya dibuat melalui sumber data yang berasal dari profil kesehatan Puskesmas dan SKPD yang terkait. Informasi yang disajikan dari berbagai sumber data tersebut secara umum akan memberikan gambaran yang utuh tentang sejauh mana keberhasilan pelaksanaan program pembangunan kesehatan.
Berbagai tantangan dan kendala dalam penyusunan profil ini cukup banyak ditemui khususnya yang terkait dengan ketersediaan data dan informasi pendukung, penerimaan data dan informasi yang belum tepat waktu baik dari program bidang kesehatan, maupun dari berbagai SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) untuk digunakan sebagai bahan evaluasi dan analisa program pembangunan kesehatan.
Sebagai salah satu instrumen manajemen kesehatan dalam bentuk informasi kesehatan maka profil kesehatan adakalanya belum dapat menyediakan data dan informasi kesehatan yang evidence based sehingga belum dapat digunakan menjadi alat manajemen kesehatan yang efektif sebagai akibat kegiatan pengelolaan data dan informasi yang belum terintegrasi dan terkoordinasi dalam satu mekanisme kerjasama yang baik misalnya dalam hal pengumpulan dan pengolahan data sehingga seringkali terjadi duplikasi kegiatan dan ketersediaan data dan informasi yang terfragmentasi. Untuk itulah maka kebenaran dan ketepatan data yang berasal dari segenap aparatur pemerintah khususnya petugas kesehatan yang berwenang untuk mencari, memperoleh dan mendokumentasikannya harus diupayakan agar senantiasa terjaga dan terpelihara sehingga pada akhirnya dapat dihasilkan sebuah informasi yang utuh mencakup seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. 1.2. Tujuan Penyusunan 1.2.1.
Tujuan Umum
Tujuan dari penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten ini adalah untuk memberikan data dan informasi kesehatan yang dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi dan analisa terhadap upaya pencapaian Asahan Sehat Sejahtera 2015 dan Indonesia Sehat 2015.
1.2.2. Tujuan Khusus
Diperolehnya data/ informasi kesehatan di tingkat Kabupaten, yang menyangkut datadata sebagai berikut: 1. Data/ informasi tentang gambaran umum wilayah Kabupaten Asahan. 2. Data/ informasi tentang derajad kesehatan masyarakat Kabupaten Asahan terdiri dari data angka kematian, data angka kesakitan dan data status gizi. 3. Data/ Informasi tentang upaya kesehatan yang dilaksanakan di Kabupaten Asahan meliputi data pelayanan Kesehatan, akses dan mutu pelayanan Kesehatan, perilaku hidup masyarakat dan keadaan lingkungan. 4. Data/ informasi tentang sumber daya kesehatan di Kabupaten Asahan meliputi data sarana Kesehatan, tenaga Kesehatan dan pembiayaan Kesehatan.
1.3.
Manfaat Profil Kesehatan
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan profil ini adalah sebagai suatu alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi program-program yang telah dilaksanakan, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam penyusunan langkah-langkah selanjutnya dalam usaha meningkatkan dan mengembangkan pembangunan kabupaten khususnya pembangunan dibidang kesehatan. Juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penyusunan Profil Kesehatan Propinsi dan Profil Kesehatan Indonesia.
Profil Kesehatan Kabupaten Asahan yang merupakan salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Kabupaten diharapkan dapat digunakan sebagai sarana penyedia data dan informasi, sangat penting artinya bagi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di tingkat Kabupaten terutama dalam bidang kesehatan untuk perencanaan pembangunan Kesehatan yang berkelanjutan. Sistem informasi yang baik harus dapat memberikan gambaran atau kondisi yang akurat,
tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan agar penentu kebijakan dapat mengambil keputusan berlandaskan fakta (evidence based decision making).
Sistem Informasi Kesehatan yang ditampilkan dalam bentuk Profil Kesehatan Kabupaten 2011 saat ini juga menampilkan berbagai indikator-indikator yang digunakan untuk kebutuhan bahan penilaian “Kabupaten Sehat” yang selanjutnya dijadikan dasar untuk penilaian “Provinsi Sehat” dan “Indonesia Sehat 2015.”
1.4.
Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pemahaman pembaca dan pengguna profil ini, maka kami
menyajikan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I. PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan secara singkat tentang latar belakang penyusunan profil, tujuan, manfaat serta sistematika penulisannya.
Bab II. GAMBARAN UMUM Bab ini menguraikan tentang gambaran umum Kabupaten Asahan yang terdiri dari keadaan/ letak geografis, keadaan iklim dan keadaan demografi. Selain itu juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan seperti kependudukan, ekonomi, pendidikan, budaya dan lingkungan. Bab III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN Bab ini berisi tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat serta indikator kesehatan lainnya.
Bab IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang Visi, Misi dan Strategi pembangunan kesehatan serta
program-program
pembangunan
bidang
kesehatan
yang
telah
dilaksanakan serta target-target yang harus dicapai. Dalam bab ini juga dijabarkan tentang hasil capaian program pembangunan kesehatan meliputi program peningkatan derajat kesehatan masyarakat, program peningkatan perilaku kesehatan masyarakat, program peningkatan kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Bab V.
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Bab
ini
menguraikan
tentang
sarana
kesehatan,
tenaga
kesehatan,
pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnnya.
Bab VI. KESIMPULAN Bab ini menyajikan tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten pada tahun yang bersangkutan. Selain beberapa keberhasilan yang telah dicapai juga mengulas tentang berbagai hal kekurangan dan kegagalan dalam pelaksanaan program.
LAMPIRAN
Pada lampiran ini terdapat resume/ angka pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan dan 79 tabel data yang merupakan gabungan tabel indikator kabupaten sehat dan indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan.
B BA AB B G GA AM MB BA AR RA AN NU UM MU UM MK KA AB BU UP PA ATTEEN NA AS SA AH HA AN N
2.1. Lokasi Dan Luas Wilayah
Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Asahan berada pada 2°03'00’’–3°26’00’' Lintang Utara dan 99°01'’– 100°00'’ Bujur Timur, dengan ketinggian 0–1.150 m di atas permukaan laut, memiliki luas wilayah 3.799,50 Km² dengan batas wilayah sebagai berikut:
’’’
Sebelah Utara berbatasan dengan Sebelah Timur berbatasan dengan
: Kabupaten Batu Bara; :
Sebelah Selatan berbatasan dengan :
Selat Malaka; Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Toba Samosir;
Sebelah Barat berbatasan dengan
: Kabupaten Simalungun.
Berdasarkan luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Asahan, maka kecamatan terluas adalah Kecamatan Bandar Pasir Mandoge seluas 651,00 Km² (17,13 %) diikuti Kecamatan Bandar Pulau seluas 433,42 Km² (11,41 %) dan Kecamatan Pulau Rakyat seluas 250,99 Km² (6,61 %), sedangkan luas daerah terkecil adalah Kecamatan Kisaran Barat seluas 32,96 Km² (0,87 %). Sementara bila ditinjau dari letak ketinggian di atas permukaan laut, maka Kabupaten Asahan dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian:
a. Asahan Bagian Bawah, seluas 594,19 Km² (15,64 %) dengan ketinggian 0–7 meter, yang meliputi 6 (enam) Kecamatan yakni : Kecamatan Air Joman, Kecamatan Silau Laut, Kecamatan Tanjung Balai, Kecamatan Sei. Kepayang, Kecamatan Sei. Kepayang Barat dan Kecamatan Sei. Kepayang Timur.
b. Asahan Bagian Tengah, seluas 1.457,08 Km2 (38,35 %) dengan ketinggian 7–25 meter, yang meliputi 13 (tigabelas) Kecamatan, yakni
: Kecamatan Air Batu,
Kecamatan Meranti, Kecamatan Kisaran Barat, Kecamatan Kisaran Timur, Kecamatan Pulau Rakyat, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Aek Kuasan, Kecamatan Aek Ledong, Kecamatan Rahuning, Kecamatan Rawang Panca Arga, Kecamatan Pulo Bandring, Kecamatan Sei. Dadap dan Kecamatan Teluk Dalam. c. Asahan Bagian Atas, seluas 1.748,23 Km2 (46,01 %) dengan ketinggian 25-1.121 meter, yang meliputi
6 (enam) Kecamatan
yakni :
Kecamatan Bandar Pulau,
Kecamatan Bandar Pasir Mandoge, Kecamatan Buntu Pane, Kecamatan Tinggi Raja, Kecamatan Setia Janji dan Kecamatan Aek Songsongan.
2.2. Jumlah Desa/ Kelurahan Sejak tahun 2008 sesuai dengan Undang-undang nomor 5 tahun 2007 tentang Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan, maka Kabupaten Asahan secara defenitif memiliki 25 kecamatan, 27 kelurahan dan 177 desa. Informasii selengkapnya tentang luas wilayah dan jumlah Desa/ Kelurahan menurut kecamatan di Kabupaten Asahan dapat dilihat pada Lampiran Tabel 1.
2.3. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data hasil proyeksi yang diterbitkan Badan Pusat Statistik, penduduk Kabupaten Asahan tahun 2010 disebutkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Asahan adalah sebanyak 668.272 jiwa, tahun 2011 berdasarkan hasil sensus penduduk berjumlah 674.521 jiwa, sedangkan tahun 2012 juga berdasarkan hasil proyeksi yang diterbitkan Badan Pusat Statistik disebutkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Asahan menjadi 677.876 jiwa atau dengan kata lain mengalami kenaikan sebanyak
3.355 jiwa (9,95 %). Distribusi jumlah penduduk secara berturut-turut dapat digambarkan sebagai berikut: jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Kisaran Timur yakni 69.771 (10,29 %), Kisaran Barat sebanyak 55.969 jiwa (8,26 %), Kecamatan Air Joman sebanyak 46.468 (6,85 %) sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Sei. Kepayang Timur yakni sebanyak 8.724 (1,29 %), Setia Janji sebanyak 11.607 (1,71 %) dan Kecamatan Sei. Kepayang Barat sebanyak 13.009 (1,92 %) dari jumlah penduduk Kabupaten Asahan (Lampiran Tabel 1).
2.4. Rata-rata Jiwa/ Rumah Tangga Dari jumlah penduduk sebanyak 677.876 jiwa tersebut terdapat jumlah rumah tangga sebanyak 160.477 dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sebanyak 4,2 orang, atau dengan kata lain setiap rumah tangga rata-rata mempunyai anak sebanyak 2-3 orang.
2.5. Kepadatan Penduduk/ Km² Dari hasil analisa terhadap kepadatan penduduk Kabupaten Asahan selama lima tahun terakhir dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 sebesar 186 jiwa per km2, sedangkan pada tahun 2009 menurun menjadi 184 jiwa per Km2, pada tahun 2010 juga mengalami penurunan menjadi 176 jiwa per Km2, pada tahun 2011 sedikit mengalami peningkatan menjadi 177 jiwa per Km2 , sedangkan pada tahun 2012 juga mengalami sedikit peningkatan menjadi 178 jiwa per Km2 . Hal ini berarti sedikit berbeda dengan angka kepadatan penduduk Kabupaten Asahan selama 4 (empat) tahun sebelumnya yang mengalami penurunan secara proporsional (Tabel 2.1).
TABEL 2.1 KEPADATAN PENDUDUK BERDASARKAN LUAS WILAYAH DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2008 s/d TAHUN 2012
NO
TAHUN
JLH. PENDUDUK
LUAS WILAYAH (Km²)
KEPADATAN PENDUDUK /Km²
1
2
3
4
5
1
2008
688,529.00
3.719,45
186
2 3 4 5
2009 2010 2011 2012
700.606,00 668.272,00 674.521.00 677.876.00
3.799,50 3.799,50 3.799,50 3.799,50
184 176 177 178
Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar 86,76 % dan sisanya 13,24 % tinggal di daerah perkotaan.
Tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi terdapat pada Kecamatan Kota Kisaran Timur sebanyak 1.792 jiwa per Km2 dan Kecamatan Kisaran Barat sebanyak 1.698 jiwa per Km2, hal ini kemungkinan karena kecamatan Kisaran Timur letaknya berada di ibu kota Kabupaten Asahan
(pusat pemerintahan dan perdagangan),
sedangkan Kisaran Barat merupakan daerah yang paling dekat dengan pusat pemerintahan dimana perkembangan pembangunan cukup pesat sehingga pertumbuhan ekonomi sebagian besar terkonsentrasi di daerah ini, sebaliknya tingkat kepadatan penduduk yang paling rendah terdapat di Kecamatan Bandar Pulau sebesar 48 jiwa per Km2 meskipun sebenarnya kecamatan ini secara proporsional merupakan kecamatan terluas kedua dari seluruh kecamatan yang ada, hal ini terjadi karena sebagian besar dari wilayah ini merupakan daerah perkebunan milik swasta, pemerintah dan masyarakat.
2.6. Rasio Beban Tanggungan Rasio Beban Tanggungan adalah perbandingan antara banyaknya orang yang belum produktif (usia kurang dari 15 tahun) dan tidak produktif lagi (usia 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (15-64 tahun).
Pada tahun 2012, ditemukan bahwa jumlah usia yang belum produktif adalah sebanyak 247.960 orang, sedangkan usia produktif adalah sebanyak 429.916 orang. Dengan demikian maka rasio beban tanggungan Kabupaten Asahan adalah sebesar 57,67 %.
Selanjutnya jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur, rasio beban tanggungan, dan rasio jenis kelamin selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2. 2.7. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Sex Ratio adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis kelamin antara banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan jumlah penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan. Perkembangan penduduk menurut sex ratio pada tahun tahun 2008 sebesar 99,21 %, tahun 2009 sebesar 99,28 % terdiri dari 349.046 orang laki-laki dan 351,560 orang perempuan, pada tahun 2010 sebesar 101,09 % terdiri dari 335.945 orang laki-laki dan 332.327 orang perempuan, sedangkan pada tahun 2012 adalah 100,81 % terdiri dari 340.302 orang laki-laki dan 337.574 orang perempuan (Lampiran Tabel 3) atau dengan kata lain setiap 100 penduduk perempuan terdapat kira-kira 101 orang penduduk laki-laki.
Dari data tersebut terlihat bahwa sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki, namun sejak
tahun
2010 rasio jenis kelamin kembali bergeser, dimana jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Informasi selengkapnya tentang perkembangan sex ratio sejak tahun 2008 s/d 2012 dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan grafik 2.1 berikut: TABEL 2.2 JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN SEX RATIO
DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2008 s/d TAHUN 2012
NO
JUMLAH PENDUDUK
TAHUN
SEX RATIO
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
(%)
1
2
3
4
5
1
2008
342.907
345.622
99,21
2
2009
349.046
351.560
99,28
3
2010
335.945
332.327
101,09
4
2011
339.089
335.432
101,09
5
2012
340.302
337.574
100,81
Grafik 2.1 JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN SEX RATIO DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2008 s/d 2012
351.560 345.622 332.327 332.327
342.907
349.046
335.945
2008
2009
2010
339.089
2011
Laki-laki
2.8. Penduduk 10 Tahun Ke Atas Melek Huruf
340.302
2012
Perempuan
337.574
Penduduk berumur 10 tahun ke atas melek huruf adalah penduduk berusia 10 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.
Pada tahun 2012 Jumlah penduduk berumur 10 tahun ke atas adalah 519.757 orang, dimana sebanyak 507.199 orang diantaranya (97,58 %) telah melek huruf dengan perincian sebagai berikut: jumlah laki-laki sebanyak 259.823 orang, 255.663 (98,40 %) diantaranya telah melek huruf ; jumlah perempuan sebanyak 259.934 orang, 251.536 (96,77 %) diantaranya telah melek huruf.
Data tentang persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf menurut jenis kelamin, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 4. 2.9. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Dengan Pendidikan Tertinggi Ditamatkan Informasi tentang Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Dengan Pendidikan Tertinggi Ditamatkan pada tahun 2012 terbagi menjadi 7 strata yakni: Tidak/ belum pernah bersekolah sebanyak 1,87 % terdiri dari 1,29 % Laki-laki dan 2,44 % Perempuan, Tidak/ belum tamat SD/MI sebanyak 12,79 % terdiri dari 12,38 % Laki-laki dan 13,20 % Perempuan, SD/ MI sebanyak 36,40 % terdiri dari 35,14 % Laki-laki dan 37,66 % Perempuan, SMP/ MTs sebanyak 22,91 % terdiri dari 24,05 % Laki-laki dan 21,77 % Perempuan, SMA/SMK/MA sebanyak 22,45
%
terdiri
dari
24,03
%
Laki-laki
dan
20,87
%
Perempuan,
Akademi/Diploma sebanyak 1,48 % terdiri dari 0,97 % Laki-laki dan 1,99 % Perempuan, Universitas sebanyak 2,10 % terdiri dari 2,14 % Laki-laki dan 2,06 % Perempuan.
Dari data tersebut, tampak bahwa persentase pendidikan terendah secara berturut-turut adalah Akademi/Diploma sebesar 1,48 %, Tidak/belum pernah bersekolah sebesar 1,87 %, dan Universitas sebesar 2,10 %.
Selanjutnya bila Data Tingkat Pendidikan tersebut dikonversi menjadi 3 kategori yakni Tingkat Pendidikan Rendah (Tidak/belum pernah sekolah–SD/MI), Tingkat
Pendidikan
Sedang
(SMP/MTs–SMA/SMK/MA)
dan
Tingkat
Pendidikan Tinggi (Universitas) maka akan terlihat bahwa persentase tingkat pendidikan penduduk berturut-turut adalah Tingkat Pendidikan Rendah sebesar 51,60 %, Tingkat Pendidikan Sedang sebesar 45,36 %, dan Tingkat Pendidikan Tinggi sebesar 3,58 %, atau dengan kata lain bahwa sebahagian besar (51,60 %) penduduk berusia 10 tahun ke atas masih tergolong berpendidikan rendah.
Data tentang Persentase penduduk laki-laki dan perempuan berusia 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 5.
SEHAT ITU INVESTASI
B BA AB B D DEER RA AJJA ATT K KEES SEEH HA ATTA AN N
Salah satu indikator yang digunakan untuk menilai atau mengukur derajat kesehatan serta keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat adalah melalui parameter Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), morbiditas (angka kesakitan), status gizi, dan umur harapan hidup (Life Expectancy). Jumlah mortalitas/ kematian dapat dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup, jumlah Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup Morbiditas dilihat dari indikator angka kesakitan Malaria per 1.000 penduduk, angka kesembuhan TB.Paru per 1.000 penduduk, Angka Akut Flacid Paralysis (AFP) dan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk. Sedangkan status gizi dilihat dari indikator persentase Balita dengan Status Gizi di bawah Garis Merah pada KMS, Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi. Selain indikator tersebut diatas, disajikan pula beberapa indikator tambahan yang dianggap masih relevan yaitu Angka Kematian Kasar (AKK/CDR) dan angka kesakitan beberapa penyakit tertentu lainnya.
A. Angka Kematian (Mortalitas) Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu kewaktu dapat memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat atau dapat digunakan sebagai
SEHAT ITU indikator penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan INVESTASI kesehatan lainnya. Tinggi rendahnya angka kematian, secara umum sangat dipengaruhi oleh tingkat kesakitan dimana golongan bayi, balita dan ibu maternal (hamil,melahirkan,nifas) adalah merupakan kelompok rentan atau kelompok resiko tinggi.
A.1. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) Per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Bayi adalah jumlah bayi berumur <1 tahun yang meninggal di suatu wilayah selama 1 tahun setiap 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk mengukur keberhasilan program berbagai penyebab kematian maupun program kesehatan ibu dan anak sebab angka kematian bayi ini berkaitan erat dengan tingkat kesehatan ibu dan anak. Selain itu World Health Organization (WHO) juga menyebutkan bahwa AKB merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan suatu negara. Beberapa faktor yang dapat memepengaruhi AKB antara lain; faktor ketersediaan sarana kesehatan yang terdistribusi secara merata dan mudah diakses oleh masyarakat, faktor kualitas pelayanan dan faktor perilaku masyarakat. Adapun target
Angka Kematian
Bayi (AKB) menurut MDGs tahun 2015 adalah 23/1.000 Kelahiran Hidup (KH).
Angka Kematian Bayi di Kabupaten Asahan dalam lima tahun terakhir ini cukup bervariasi. pada tahun 2008 jumlah kematian bayi sebanyak 44 orang dari 13.897 kelahiran hidup atau dengan kata lain AKB sebesar 3,17 ‰, pada tahun 2009 jumlah kematian bayi
menurun tidak bermakna menjadi sebanyak 42 orang dari 16.435
kelahiran hidup atau dengan kata lain AKB sebesar 2,55 ‰, tahun 2010 tercatat bahwa jumlah kematian bayi melonjak sangat drastis menjadi 151 orang sementara jumlah kelahiran hidup menurun menjadi 14.154 orang atau dengan kata lain AKB sebesar 10,67 ‰, tahun 2011 jumlah kematian bayi juga mengalami peningkatan menjadi 193 orang sementara jumlah kelahiran hidup turun menjadi 13.482 orang atau dengan kata lain AKB sebesar 14,31 ‰. Selanjutnya pada tahun 2012, jumlah kematian bayi mengalami penurunan menjadi 176 orang sementara jumlah kelahiran hidup kembali
SEHAT ITU peningkatan menjadi 14.336 orang atau dengan kata lain AKB sebesar 12,28 mengalami INVESTASI ‰. Data jumlah kematian bayi dan Balita menurut jenis kelamin di Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Asahan disajikan dalam Lampiran Tabel 6. Sedangkan gambaran tentang AKB pada kurun waktu lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 3.1 dan grafik 3.1 di bawah ini :
TABEL 3.1 ANGKA KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2008 s/d 2012 Jumlah
AKB
No.
Tahun Kematian
Kelahiran Hidup
1
2
3
4
5
1
2008
44
13.897
3,17
2
2009
42
16.435
2,55
3
2010
151
14.154
10,67
4
2011
193
13.482
14,31
5
2012
176
14.336
12,28
(‰)
Grafik 3.1 ANGKA KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2008-2012
2011 14,31 2010 10,67
2008 3,17
2009 2,55
2012 12,28
SEHAT ITU INVESTASI Terjadinya lonjakan data angka kelahiran hidup dan kematian bayi khususnya pada tahun 2010 kemungkinan besar sebagai akibat adanya program peningkatan kualitas Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) melalui Bidang Manajemen Kesehatan (Seksi Sistem Informasi Kesehatan) yang memberlakukan “Sistem Satu Pintu” terhadap seluruh data masuk-keluar di puskesmas. Sistem Satu Pintu dimaksud bertujuan untuk menghasilkan pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh kegiatan program di puskesmas secara valid, reliable dan akuntable yang dimasukkan dan dikeluarkan hanya oleh program yang bersangkutan setelah terlebih dahulu diketahui oleh tata usaha puskesmas. Dengan pelaksanaan program peningkatan kualitas SP2TP ini yang mulai diberlakukan sejak Januari 2010 melalui pertemuan berkala setiap 3 (tiga) bulan dan pelaksanaan desk data SP2TP dan profil Puskesmas setiap tahun maka data-data dasar yang berasal dari Puskesmas akan mempunyai tingkat validasi yang lebih tinggi.
Dari data pada tabel 3.1 dan grafik 3.1 dapat disimpulkan bahwa
selama 5
(lima) tahun terakhir, program penurunan AKB dinilai sudah cukup berhasil apabila merujuk pada standar MDGs 2010-2014 yakni sebesar 23 per seribu kelahiran hidup. Namun mengingat bahwa program ini adalah merupakan salah satu indikator derajat kesehatan suatu daerah serta pergerakan angka capaian program yang relatif belum stabil, maka upaya penekanannya tetap menjadi prioritas program penurunan AKB di Kab. Asahan.
A.2. Angka Kematian Balita (AKABA) Per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian Anak umur < 5 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor–faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan.
SEHAT ITU INVESTASI Berdasarkan hasil rekapitulasi laporan SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas) lima tahun terakhir dapat dilhat angka-angka sebagai berikut yaitu, pada tahun 2008 tidak dijumpai kematian Balita (0,00 ‰), tahun 2009 terjadi 11 kematian balita (0,12 ‰), tahun 2010 tidak dijumpai kematian Balita (0,00 ‰), tahun 2011 terjadi lonjakan jumlah kematian yang cukup drastis yakni 195 balita (14,00 ‰). Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 7.
Bila merujuk kepada Angka Kematian Balita (AKABA) nasional yang seharusnya akan dicapai tahun 2010 (58 per 1.000 kelahiran hidup), maka tingkat capaian program penurunan AKABA Kab. Asahan tahun 2009 ini sudah tergolong cukup berhasil. Namun bila dilihat dari ”lompatan-lompatan” angka yang
terjadi
maka
kondisi ini harus
senantiasa tetap menjadi perhatian serius melalui intervensi program dan sistem pencatatan dan pelaporan yang baik. Informasi angka kematian balita selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini: TABEL 3.2 ANGKA KEMATIAN BALITA DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2008 s/d 2012
No
Tahun
Jumlah Balita
Jumlah Kematian Balita
AKABA (‰)
1
2
3
4
5
1
2008
75.678
0
0,00
2
2009
88.818
11
0,12
3
2010
86.116
0
0,00
4
2011
74.597
195
14,00
5
2012
75.207
182
13,00
SEHAT ITU INVESTASI A.3.
Jumlah Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain. Pada data profil ini dikarenakan jumlah Kelahiran Hidup (KH) tidak mencapai angka 100.000 KH, maka tampilan angka kematian ibu cukup dengan menuliskan angka pembilang dan penyebutnya tanpa harus dikalikan dengan konstante 100.000 KH. Bila dilihat dari angka rata-rata yang didapat melalui data laporan bulanan secara rutin selama lima tahun terakhir ini ternyata cukup bervariasi, secara berturut-turut ditampilkan jumlah kematian ibu melahirkan tersebut yakni, tahun 2008 terdapat 17 kematian ibu dari 13.897 KH, tahun 2009 meningkat menjadi 19 kematian ibu dari 16.435 KH, Sementara tahun 2010 jumlah kematian ibu meningkat cukup bermakna menjadi 26 untuk 14.154 KH, sedangkan pada tahun 2011 turun secara bermakna menjadi 17 kematian ibu dari 13.482 KH, selanjutnya pada tahun 2012 kembali turun menjadi 13 kematian ibu dari 14.336 KH (Lampiran Tabel 8). Tabel 3.3 dan Grafik 3.3 berikut menyajikan data Jumlah Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Asahan Tahun 2008 s/d 2012: TABEL 3.3 JUMLAH KEMATIAN IBU DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2008 S/D 2012
NO
TAHUN
JUMLAH KELAHIRAN HIDUP
JUMLAH KEMATIAN IBU
1
2
3
4
1
13.897
17
2
SEHAT2008 ITU INVESTASI 2009
16.435
19
3
2010
14.154
26
4
2011
13.482
17
5
2012
14.336
13
Grafik 3.2 JUMLAH KEMATIAN IBU DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2008 S/D 2012
25
26
20
15
17
19
17
10
13
5
THN.08
THN.09
THN.10
THN.11
THN.12
B. Angka Kesakitan (Morbiditas) Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat dan sarana pelayanan kesehatan yang diperoleh dari laporan rutin yakni melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Rumah Sakit (SP2RS) dan Sistem Survei Terpadu (SST). Indikator yang SEHAT ITUmelihat kondisi kesehatan di suatu wilayah adalah Incidence Rate (IR) digunakan untuk INVESTASI dan Prevalence Rate (PR).
Pada dasarnya angka kesakitan pada suatu negara juga dapat dipakai sebagai cerminan dari situasi derajat kesehatan masyarakatnya termasuk upaya-upaya peningkatan kesehatan yang dilaksanakan mulai dari wilayah pusat pemerintahan sampai kepada daerah pedesaan.
Tabel 3.4 berikut menyajikan 10 penyakit terbesar di Kabupaten Asahan tahun 2012.
TABEL 3.4 DAFTAR 10 (SEPULUH) BESAR PENYAKIT DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2011 dan 2012
No
1 1
TAHUN 2011
TAHUN 2012
Jenis Penyakit
Jumlah Kasus
Jenis Penyakit
Jumlah Kasus
2
3
4
5
Infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian atas
20.137
Infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian atas
21.271
2
3
SEHAT ITU INVESTASI Diare (termasuk tersangka kolera) Penyakit tekanan darah tinggi
10.254
Penyakit tekanan darah tinggi
11.070
10.214
Diare (termasuk tersangka kolera)
10.980
8.682
4
Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas
7.969
Penyakit pada otot dan jaringan pengikat (peny.tulang belulang, radang sendi/ rematik)
5
Penyakit kulit alergi
6.415
Penyakit kulit alergi
7.442
6
Penyakit pada otot dan jaringan pengikat
6.058
Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas
6.209
7
Infeksi penyakit usus yang lain
5.332
Infeksi penyakit usus yang lain
5.486
8
Penyakit kulit karena jamur
4.104
Penyakit kulit karena jamur
4.193
9
Penyakit kulit infeksi
3.962
Penyakit kulit infeksi
4.020
10
Kecelakaan dan Ruda Paksa
3.611
Penyakit mata lain-lain
3.454
Gambaran
pola
penyakit
terbesar
di
Kabupaten
Asahan
tahun
2012,
menunjukkan bahwa penyakit infeksi masih mendominasi bahkan jumlah kasusnya cenderung meningkat dibandingkan tahun 2011 yakni dari 20.137, menjadi 21.271. Secara umum 10 besar jenis penyakit yang terdapat pada tahun 2011 juga ditemui pada tahun 2012. Perbedaan yang tampak hanya pada pergeseran urtan/ peringkat. Pada bagian lain, salah satu jenis penyakit/ kasus kecelakaan dan ruda paksa yang terjadi pada tahun 2011 ternyata sudah tidak dijumpai lagi pada tahun 2012. Jenis penyakit yang berbeda dari tahun 2011 yakni munculnya penyakit mata lain-lain. Hal lain yang dapat diinformasikan adalah bahwa dari 9 besar penyakit tahun 2011 seluruhnya mengalami peningkatan jumlah kasus pada tahun 2012, kecuali ”Penyakit
lain pada saluran pernafasan bagian atas” yang berjumlah 7.969 kasus pada tahun 2011, menurun menjadi 6.209 kasus pada tahun 2012, selengkapnya dapat dilihat pada SEHAT ITU Tabel 3.4. INVESTASI
B.1.
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit ”Acute Flaccid Paralysis” (AFP) Per-1.000 Penduduk < 15 Tahun (MDG) Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah kelumpuhan pada anak berusia < 15 tahun yang bersifat layuh (Flaccid) terjadi secara akut, mendadak dan bukan disebabkan ruda paksa. Data tentang kasus AFP dan AFP Rate tidak dapat ditampilkan karena ketidak tersediaan data, namun dapat disampaikan bahwa jumlah penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun di Kabupaten Asahan ada sebanyak 219.524 orang (Tabel 9).
B.2.
Prevalensi Tuberkulosis (MDG) Prevalensi Tuberkulosis adalah jumlah kasus yang ada (baik kasus baru maupun kasus lama) per 100.000 penduduk pada wilayah dan kurun waktu tertentu.
Dari 677.876 penduduk Kabupaten Asahan, ditemukan bahwa Angka Insidens TB Paru BTA + adalah 102; terdiri dari 131 pada laki-laki, dan 73 pada perempuan (Tabel 10).
B.3.
Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA + Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA + adalah persentase penderita baru Tuberkulosis BTA positif yang ditemukan dan diobati melalui directly observed treatment short course (DOTS).
Jumlah penemuan kasus baru TB Paru BTA + adalah 659 kasus; terdiri dari 437 kasus pada laki-laki, dan 222 kasus pada perempuan, sedangkan jumlah perkiraan kasus SEHAT ITU baru BTA + adalah 1.085, terdiri dari 544 kasus pada laki-laki INVESTASI dan 540 kasus pada perempuan. Dengan demikian maka Angka penemuan penderita TB Paru BTA + (Case Detection Rate / CDR) adalah 60,76 %, (Tabel 11).
B.4.
Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA + Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA + adalah persentase dari jumlah penderita TB Paru BTA + yang sembuh di suatu wilayah selama 1 tahun per jumlah penderita TB Paru BTA + yang diobati di wilayah tertentu pada kurun waktu yang sama. Penderita TB Paru + sembuh adalah penderita TB Paru yang setelah menerima pengobatan anti TB Paru dinyatakan sembuh (hasil pemeriksaan dahaknya menunjukkan 2 kali negatif), sedangkan Penderita BTA + diobati adalah pemberian pengobatan pada pasien baru TB Paru BTA + dengan OAT selama 6 bulan. Pada tahun 2012, telah dilakukan pengobatan terhadap TB Paru BTA + sebanyak 694 kasus
(446 kasus pada laki-laki, dan 248 kasus pada perempuan),
dari hasil pengobatan tersebut, sebanyak 632 kasus (91,07 %) telah mengalami kesembuhan (Tabel 12).
B.5.
Persentase Balita Dengan Pneumonia Ditangani Dari 75.207 orang jumlah balita yang ada (38.414 balita laki-laki dan 36.793 balita perempuan) diperkirakan terdapat jumlah penderita Pneumonia sebanyak 7.521 balita (3.841 balita laki-laki dan 3.679 balita perempuan), namun data tentang jumlah penderita yang ditemukan dan ditangani, tidak tersedia (Tabel 13).
SEHAT ITU INVESTASI B.6.
Persentase HIV/ AIDS Jumlah kasus baru HIV ditemukan sebanyak 31 kasus; terdiri dari 14 (45,16 %) kasus pada laki-laki dan 17 (54,84 %) kasus pada perempuan. Sedangkan untuk kasus AIDS ditemukan sebanyak 30 kasus; terdiri dari 13 (43,33 %) kasus pada laki-laki dan 17 (56,67 %) kasus pada perempuan. Jumlah kematian yang diakibatkan AIDS adalah 10 kematian; masing-masing 5 (50,00 %) kematian terjadi pada laki-laki dan perempuan, (Tabel 14).
B.7.
Persentase Infeksi Menular Seksual Diobati Jumlah kasus infeksi menular seksual lainnya terdapat sebanyak 81 kasus; terdiri dari 23 (28,39 %) kasus terjadi pada laki-laki dan 58 (71,61 %) kasus terjadi pada perempuan. Informasi tentang pengobatan yang dilakukan tidak tersedia.
B.8.
Darah Donor Diskrining Terhadap HIV Secara laboratoris, darah donor diskrining dengan menggunakan reagen yang sensitivity > 90 % di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Namun sampai dengan saat ini data tentang pelaksanaan kegiatan ini belum tersedia.
B.9.
Kasus Diare Ditangani Kasus diare yang ditangani adalah jumlah penderita yang datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader di suatu wilayah tertentu dalam satu tahun. Jumlah perkiraan kasus diare adalah 28.674 kasus terdiri dari; 14.395 (50,20 %) kasus terjadi pada laki-laki, dan 14.279 (49,80 %) kasus terjadi pada perempuan. Sedangkan jumlah kasus diare yang ditangani adalah 5.017 (34,85
SEHAT ITU INVESTASI %) kasus pada laki-laki, dan 5.233 (36,65 %) kasus pada perempuan atau dengan kata lain bahwa jumlah penanganan kasus diare ada sebanyak 10.250 (35,75 %) kasus, (Tabel 16).
B.10. Prevalensi Kusta Penderita Kusta ditandai dengan: ☞ Kulit dengan bercak putih atau kemerahan disertai mati rasa atau anestesi.
☞ Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/ kelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata, kulit kering serta pertumbuhan rambut yang terganggu. ☞ Pada pemeriksaan kerokan jaringan kulit (slit/ skin/ smear) didapatkan adanya kuman M. Penderita PB (Pausi Basiler) adalah penderita kusta dengan hasil BTA (-) pada pemeriksaan kerokan kulit, yaitu tipe TT dan BT, sedangkan penderita MB adalah semua penderita kusta tipe BB, BL, dan LL atau apapun klasifikasi klinisnya dengan BTA (+). Pada tahun 2012 NCDR (New Case Detection Rate) adalah sebesar 3,39. Jumlah kasus tercatat; penderita PB tidak ditemukan, sedangkan penderita MB sebanyak 23 kasus terdiri dari 13 kasus pada laki-laki dan 10 kasus pada perempuan, (Tabel17). Mengingat jumlahnya yang cukup sedikit, maka prevalensi kusta (penderita kusta termasuk kasus baru dan kasus lama per 10.000 penduduk pada wilayah dan kurun waktu tertentu), tidak cukup bermakna untuk distandarisasi. Selanjutnya dari 23 penderita kusta, tercatat bahwa jumlah penderita kusta usia 0-14 tahun sebanyak 4 orang (17,39 %); terdiri dari 1 (7,69 %) laki-laki, dan 3
SEHAT ITU INVESTASI (30,00 %) perempuan. Sedangkan cact tingkat 2 tidak ditemukan (0,00 %), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 18.
B.11. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Persentase penderita kusta selesai berobat adalah perbandingan antara penderita kusta yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu dengan jumlah penderita kusta yang ditemukan 1-2 tahun sebelumnya. Terdapat 2 jenis pengobatan pada penyakit kusta: ☞ RFT (Release From Treatment) PB adalah penderita kusta yang telahselesai berobat pada tahun lalu. ☞ RFT MB adalah penderita kusta yang telah selesai berobat 2 tahun sebelumnya. Tercatat bahwa jumlah penderita PB tahun 2012 tidak ditemukan, sedangkan jumlah penderita MB sebanyak 9 orang, terdiri dari 7 laki-laki dan 2 perempuan, seluruhnya (100,00 %) telah mendapatkan RFT MB, (Tabel 20).
B.12. Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Data tentang jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), tidak tersedia (Tabel 21 dan 22).
B.13. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Per-1.00.000 Penduduk Penyakit DBD adalah suatu penyakit yang timbulnya mendadak disertai perdarahan serta dalam beberapa hari dapat menimbulkan syok dan kematian.
SEHAT ITU INVESTASI DBD merupakan penyakit infeksi tular vektor yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB), dan tidak sedikit menyebabkan kematian. Penyakit ini bersifat musiman yaitu biasanya terjadi pada musim hujan yang memungkinkan vektor penular (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) hidup di genangan air bersih. Penderita DBD adalah penderita penyakit yang memenuhi sekurang-kurangnya 2 kriteria klinis dan 2 kriteria laboratorium: Kriteria klinis:
Panas mendadak 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
Tanda-tanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji Torniquet positif)
Pembesaran hati
Syok
Kriteria Laboratorium:
Trombositopenia (Trombosit ≤ 100.000/ ul)
Hematokrit naik > 20 %
Angka kesakitan DBD (Incidence Rate) adalah perbandingan antara jumlah penderita DBD dengan jumlah penduduk pada tempat dan waktu yang sama setiap 100.000. Jumlah kasus DBD ditemukan sebanyak 212 kasus (116 kasus pada lakilaki, dan 96 kasus pada perempuan) dengan incidence rate/angka kesakitan per 100.000 penduduk sebesar 31 (Tabel 23).
B.14. Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) Case
Fatality
Rate
(Angka
kematian)
DBD
adalah
persentase
perbandingan antara jumlah kematian yang disebabkan DBD di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tahun tertentu dengan jumlah penderita penyakit DBD yang ditemukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
SEHAT ITU INVESTASI Jumlah penderita DBD meninggal ditemukan sebanyak 2 orang (1 orang laki-laki, dan 1 orang perempuan) dengan angka kematian (CFR) sebesar 0,94 %, (Tabel 23).
B.15. Angka Kesakitan Malaria per 1.000 penduduk Angka Kesakitan (API) adalah perbandingan antara jumlah penderita positif malaria (dengan pemeriksaan sediaan darah) dengan jumlah penduduk pada kurun waktu yang sama setiap 1.000 penduduk. Malaria Positif adalah kasus dengan gejala klinis malaria (demam tinggi disertai menggigil) tanpa pemeriksaan sediaan darah di laboratorium. Sedangkan Malaria Klinis adalah kasus dengan gejala klinis malaria (demam tinggi disertai menggigil) dengan pemeriksaan sediaan darah. Jumlah penderita malaria dengan pemeriksaan darah dilakukan pada 1.177 orang (623 laki-laki, dan 654 perempuan) sehingga ditemukan angka kesakitan (API) per 1.000 penduduk sebesar 1,74 (Tabel 24).
B.16. Angka Kematian Malaria Case Fatality Rate (CFR) adalah persentase perbandingan antara jumlah kasus meninggal karena malaria dengan jumlah kasus positif malaria. Malaria merupakan penyakit menular yang senantiasa menjadi perhatian global. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena sering menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta dapat mengakibatkan kematian. Penyakit ini dapat bersifat akut, laten atau kronis.
Di Kabupaten Asahan, penyakit Malaria masih merupakan penyakit endemis terutama pada Kecamatan yang berada pada daerah-daerah dataran rendah
yang terletak di sepanjang pantai Timur yakni: Kecamatan Air Joman, Kecamatan Tanjung Balai dan Kecamatan Sei.Kepayang.
Pada tahun 2012, tidak ditemukan kasus kematian yang disebabkan malaria, (Tabel 24).
B.17. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani Jumlah kasus baru penderita Filariasis ditemukan adalah sebanyak 23 kasus, terdiri dari 12 kasus pada laki-laki dan 11 kasus pada perempuan; sedangkan jumlah seluruh kasus yang ada ditemukan sebanyak 27 kasus, terdiri dari 15 kasus pada laki-laki dan 12 kasus pada perempuan, (Tabel 25).
C. Status Gizi Status gizi Balita dikelompokkan menjadi: Balita Gizi Lebih
: status gizi menurut Berat Badan (BB) dan Umur (U) dengan Z-Score SD ≥ 2.
Balita Gizi Baik
: status gizi menurut (BB) dan (U) dengan -2 < Z-Score SD < 2.
Balita Gizi Kurang
: status gizi menurut (BB) dan (U) dengan -2 < Z-Score SD < 3.
Balita Gizi Buruk
: status gizi menurut (BB) dan (U) dengan Z-Score SD < -3 dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor).
C.1. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir.
SEHAT ITU INVESTASI Persentase Berat Bayi Lahir Rendah adalah persentase perbandingan antara jumlah bayi dengan berat lahir rendah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan jumlah bayi lahir hidup yang ditimbang di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
Jumlah bayi lahir hidup ada sebanyak 14.336 bayi, terdiri dari 7.387 (51,53 %) bayi laki-laki, dan 6.949 (48,47 %) bayi perempuan. Seluruh bayi lahir hidup (100,00 %) telah ditimbang atau dengan kata lain jumlah bayi baru lahir ditimbang adalah 14.336 (100,00 %). Selanjutnya persentase jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah ditemukan sebanyak 137 (0,95 %) bayi, terdiri dari; 85 (1,15 %) bayi adalah bayi laki-laki dan sisanya sebanyak 52 (0,75 %) bayi adalah bayi perempuan, (Tabel 26).
C.2. Persentase Balita Dengan Gizi Kurang Persentase Balita Gizi Kurang adalah persentase perbandingan antara jumlah balita Gizi Kurang yang ditemukan pada tempat dan kurun waktu tertentu dengan jumlah seluruh Balita pada tempat dan periode waktu yang sama. Dari 63.154 balita ditimbang, ditemukan sebanyak 5.334 (8,45 %) balita gizi kurang; terdiri dari 2.763 (8,70 %) balita laki-laki, dan 2.571 (8,19 %) balita perempuan, (Tabel 27).
C.3. Persentase Balita Dengan Gizi Buruk Persentase Balita Gizi Buruk adalah persentase perbandingan antara jumlah balita Gizi Buruk yang ditemukan pada tempat dan kurun waktu tertentu dengan jumlah seluruh Balita pada tempat dan periode waktu yang sama.
Dari 63.154 balita ditimbang, ditemukan sebanyak 163 (0,26 %) balita gizi buruk; terdiri dari 78 (0,25 %) balita laki-laki, dan 85 (0,27 %) balita perempuan, (Tabel 27).
B BA AB B U UP PA AY YA AK KEES SEEH HA ATTA AN N
A. Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Asahan
Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Asahan yang dijabarkan oleh Dinas Kesehatan sebagai unsur pelaksana pemerintah Kabupaten Asahan dalam bidang kesehatan pada dasarnya mendukung Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Pemerintah Kabupaten Asahan.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Dinas Kesehatan menyusun dan menetapkan misinya sebagai berikut : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah Kabupaten Asahan (sebagai hak azasi dan kesehatan sebagai investasi).
2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. 3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. 4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya-upaya kesehatan.
Pembangunan daerah berwawasan kesehatan (paradigma sehat). Profesionalisme dibidang kesehatan. Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Desentralisasi.
B. Program Pembangunan Kesehatan Kabupaten Asahan
Menyadari akan keterbatasan sumber daya dan dana yang tersedia serta disesuaikan dengan prioritas masalah yang ditemui dalam masyarakat pada masa yang lalu serta kecenderungan potensi masalah kesehatan dimasa mendatang, maka untuk mengantisipasi serta memacu percepatan perbaikan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai penting untuk mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan, selanjutnya dirumuskan program-program pembangunan di bidang kesehatan yang meliputi : a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. c. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja. d. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan. e. Program Upaya Kesehatan Masyarakat. f.
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
g. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular. h. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan. i.
Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/ Puskesmas Pembantu dan Jaringannya.
j.
Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan.
Melalui Visi, Misi dan strategi yang telah disepakati, selanjutnya program pembangunan
kesehatan
Kabupaten
Asahan
diharapkan
akan
dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan olehpemerintah dan/atau masyarakat.
Pelaksanaan upaya kesehatan diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya melalui peningkatan keterjangkauan (accesibility), kemampuan (affordability), kualitas (quality)
pelayanan
kesehatan
sehingga
mampu
mengantisipasi
perubahan,
perkembangan, masalah dan tantangan dalam pembangunan kesehatan.
C. PELAYANAN KESEHATAN C.1.
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 Cakupan kunjungan
ibu hamil
(K-1) adalah
Cakupan ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dari 15.584 jumlah ibu hamil, tercatat sebanyak 15.328 (98,35 %) telah melakukan kunjungan K-1, (Tabel 28).
C.2.
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 Cakupan kunjungan ibu hamil (K-4) adalah persentase perbandingan antara ibu
hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dengan jumlah seluruh ibu hamil di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama. Pelayanan yang mencakup minimal : 1. Timbang badan dan ukur tinggi badan. 2. Ukur tekanan darah. 3. Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian Tetanus Toksoid) 4. (Ukur) tinggi fundus uteri. 5. Pemberian tablet Besi (90 tablet selama kehamilan). 6. Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling). 7. Tes laboratorium sederhana (Hb, Protein urin) dan atau berdasarkan indikasi HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC). Jumlah kunjungan K-4 dari 15.584 jumlah ibu hamil tercatat sebanyak 14.585 (93,59 %), atau dengan kata lain ada sebanyak 743 ibu hamil (4,77 %) yang telah melakukan kunjungan K-1 ternyata tidak melanjutkan kunjungan K-4 (Drop-Out). Sebagai perbandingan,
disebutkan
bahwa menurut stándar
Pelayanan
Minimal
Bidang
Kesehatan Di Kabupaten/ Kota sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/ Menkes/ Per/ VII/ 2008; cakupan kunjungan ibu hamil K4 seharusnya 95,00 % pada tahun 2015. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 28.
C.3.
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persentase
perbandingan antara jumlah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu dengan jumlah ibu bersalin di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Dari 14.876 jumlah ibu bersalin, sebanyak 14.246 (95,77 %) telah mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan, (Tabel 28).
C.4.
Cakupan Pelayanan Nifas Cakupan pelayanan ibu nifas adalah persentase perbandingan antara jumlah ibu
nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai estándar di satu wilayah kerja pada waktu tertentu dengan seluruh ibu nifas di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama. Dari 14.876 ibu nifas, sebanyak 14.226 (95,63 %) telah mendapatkan pelayanan kesehatan,(Tabel 28).
C.5.
Persentase Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil Imunisasi TT ibu hamil adalah pemberian imunisasi TT pada ibu hamil sebanyak
5 dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Pemberian TT2
: Selang waktu pemberian minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan 3 tahun.
Pemberian TT3
: Selang waktu pemberian minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa perlindungan 5 tahun.
Pemberian TT4
: Selang waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa perlindungan 10 tahun.
Pemberian TT5
: Selang waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa perlindungan 25 tahun.
Pemberian TT2+
: Imunisasi tetanus yang diberikan minimal 2 kali saat kehamilan (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan).
Dari 15.584 jumlah ibu hamil, tercatat bahwa cakupan imunisasi TT pada ibu hamil adalah sebagai berikut; TT-1 sebanyak 1.732 (11,11 %), TT-2 sebanyak 2.189 (14,05 %), TT-3 sebanyak 2.570 (16,49 %), TT-4 sebanyak 2.993 (19,21 %), TT-5 sebanyak 2.354 (15,10 %, dan TT2+ sebanyak 10.106 (64,85), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 29.
C.6.
Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe
Terdapat 2 periode/jenis pemberian tablet Fe pada ibu hamil yakni Fe 1 dan Fe 3. Pemberian Fe 1
:
Ibu hamil yang mendapat 30 tablet Fe (suplemen zat besi) selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pemberian Fe 3
:
Ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe (suplemen zat besi) selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Persentase cakupan pemberian tablet Fe 1 dan Fe 3 pada ibu hamil, masing-masing adalah 96,61 % (15.056 ibu) untuk Fe 1 dan 92,03 % (14.343 ibu) untuk Fe 3, (Tabel 30).
C.7.
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Pada bagian ini ditampilkan data tentang komplikasi kebidanan yang ditangani
pada ibu hamil dengan resiko tinggi/ komplikasi, dan penanganan neonatal resiko tinggi/ komplikasi. Defenisi dari masing-masing kondisi tersebut adalah: ☞Komplikasi kebidanan
: Kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau bayi.
☞Komplikasi kebidanan yang ditangani : Ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai estándar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah bersalin, RSIA/RSB, RSU PONEK). ☞Neonatus komplikasi yang ditangani: Neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter, dan bidan di sarana pelayanan kesehatan. Pada tahun 2012, tercatat bahwa dari 15.584 jumlah ibu hamil terdapat 3.116 (19,99 %) ibu hamil dengan resiko tinggi/ komplikasi, sebanyak 785 (25,19 %) diantaranya telah ditangani (Tabel 31).
C.8.
Cakupan Neonatus Dengan Komplikasi yang Ditangani
Dari 2.150 perkiraan neonatal resiko tinggi/ komplikasi (1.108 bayi laki-laki dan 1.042 bayi perempuan), sebanyak 126 bayi dengan resiko tinggi/ komplikasi terdiri dari 79 (7,13 %) bayi laki-laki dan 47 (4,51 %) bayi perempuan telah ditangani (Tabel 31).
C.9.
Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi
Dari 14.168 bayi yang ada (7.113 bayi laki-laki dan 7.055 bayi perempuan), sebanyak 6.135 (43,30 %) terdiri dari 3.023 (42,50 %) bayi laki-laki dan 3.112 (44,11 %) telah mendapatkan vitamin A (Tabel 32).
C.10. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Anak Balita Dari 62.253 anak balita yang ada (32.515 anak balita laki-laki dan 29.738 anak balita perempuan); sebanyak 51.918 (83,40 %) terdiri dari 25.986 (79,92 %) anak balita lakilaki dan 25.932 (41,66 %) telah mendapatkan vitamin A sebanyak 2 kali (Tabel 32).
C.11. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas Dari 14.876 ibu nifas yang ada, sebanyak 13.930 (93,64 %) diantaranya telah mendapatkan vitamin A (Tabel 32).
C.12. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Peserta KB aktif dibedakan melalui 2 metode kontrasepsi yakni MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) dan Non MKJP. Dari 28.215 (32,85 %) yang menggunakan MKJP, jenis alat kontrasepsi yang dipakai secara berturut-turut adalah: IUD sebanyak 12.399 (14,44 %), Implan sebanyak 8.069 (9,39 %), MOW (Medis Operatif Wanita) sebanyak 6.902 (8,04 %), dan MOP (Medis Operatif Pria) sebanyak 845 (0,98 %). Sedangkan untuk Non MKJP dipakai oleh 57.674 (67,15 %) dengan perincian jenis alat kontrasepsi yang dipakai secara berturut-turut adalah: Pil sebanyak 30.643 (35,68 %), Suntik sebanyak 23.865 (27,79 %), dan Kondom sebanyak 3.186 (3,69 %). Dengan demikian jumlah peserta KB Aktif yang menggunakan MKJP dan MKJP adalah sebanyak 85.889 (100,00 %) orang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 33.
C.13. Persentase Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Peserta KB Baru juga dibedakan melalui 2 metode kontrasepsi yakni MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) dan Non MKJP. Dari 5.064 (21,58 %) yang menggunakan MKJP, jenis alat kontrasepsi yang dipakai secara berturut-turut adalah: Implan sebanyak 3.035 (12,93 %), IUD sebanyak 1.512 (6,44 %), MOW (Medis Operatif Wanita) sebanyak 373 (1,59 %), dan MOP (Medis Operatif Pria) sebanyak 144 (0,61 %). Sedangkan untuk Non MKJP dipakai oleh 18.400 (78,42 %) dengan perincian jenis alat kontrasepsi yang dipakai secara berturut-turut adalah: Pil sebanyak 8.487 (36,17 %), Suntik sebanyak 8.016 (34,16 %), dan Kondom sebanyak 1.897 (8,08 %). Dengan demikian jumlah peserta KB Baru yang menggunakan MKJP dan MKJP adalah sebanyak 23.464 (100,00 %) orang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 34.
C.14. Persentase Peserta KB Baru Dari 121.025 jumlah PUS (Pasangan Usia Subur), terdapat 23.464 (19,39 %) diantaranya telah menjadi peserta KB Baru (Tabel 35).
C.15. Persentase Peserta KB Aktif Dari 121.025 jumlah PUS (Pasangan Usia Subur), terdapat 85.889 (70,97 %) diantaranya telah menjadi peserta KB Aktif (Tabel 35).
C.16. Cakupan Kunjungan Neonatus Kunjungan neonatus adalah persentase perbandingan antara jumlah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan stándar, paling sedikit 3 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Jumlah bayi lahir hidup pada tahun 2012 adalah sebanyak 14.336, terdiri dari 7.387 bayi laki-laki (51,53 %), dan 6.949 (48,47 %) bayi perempuan. Dari jumlah bayi lahir hidup tersebut, seluruhnya (14.336) atau 100,00 % telah melakukan kunjungan neonatus 1 kali (KN 1). Sedangkan untuk kunjungan neonatus 3 kali (KN Lengkap), terdapat sebanyak 13.554 (94,55 %) dengan perincian sebagai berikut: sebanyak 6.971 (94,37 %) adalah bayi laki-laki, dan sisanya sebanyak 6.583 (94,73 %) adalah bayi perempuan (Tabel 36).
C.17. Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan bayi umur 29 hari-11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (Polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Bersalin dan Rumah Sakit) maupun di rumah, Posyandu, tempat penitipan anak, pan asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan,
dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB 1-3, Polio 1-4, Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi: konseling ASI Eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan dan tan da bahaya bayi sakit (sesuai MTBS), pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6-11 bulan. Jumlah bayi pada tahun 2012 adalah sebanyak 14.169, terdiri dari 7.113 (50,20 %) bayi laki-laki dan 7.055 (49,80 %) bayi perempuan. Selanjutnya jumlah kunjungan bayi (minimal 4 kali) ada sebanyak 10.901 (76,94 %), terdiri dari 5.451 (76,63 %) kunjungan bayi laki-laki dan 5.450 (77,25 %) kunjungan bayi perempuan (Tabel 37).
C.18. Cakupan Desa/ Kelurahan “Universal Child Immunization” (UCI) Desa/ kelurahan UCI adalah desa/ kelurahan dimana ≥ 80 % dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Cakupan desa/ kelurahan UCI adalah persentase perbandingan antara jumlah desa/ kelurahan UCI di satu wilayah pada kurun waktu tertentu dengan jumlah desa/ kelurahan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2012 terdapat 204 desa di Kabupaten Asahan, sebanyak 166 (81,37 % diantaranya sudah mendapat predikat Desa/ Kelurahan UCI (Tabel 38).
C.19. Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Distribusi jenis imunisasi dari 14.168 bayi yang ada terdiri dari: DPT1 + HB1 sebanyak 15.640 (110,,39 %), DPT 3 + HB 3 sebanyak 15.497 (109,38 %), Campak sebanyak 14.993 (105,83 %), sedangkan DO rate (persentase bayi yang tidak mendapat imunisasi lengkap dengan mendeteksi bayi yang mendapat imunisasi DPT 1HB 1 tetapi tidak terdeteksi pada imunisasi campak adalah 4,14 % (Tabel 39). Pada
bagian lain tercatat bahwa jumlah cakupan imunisasi BCG adalah sebanyak 15.590 (110.04 %) terdiri dari 7.948 (111,74 %) bayi laki-laki dan 7.642 (108,32 %) bayi perempuan, Polio 3 sebanyak 15.490 (109,33 %) terdiri dari 7.822 (109,97 %) bayi laki-laki dan 7.668 (108,68 %) bayi perempuan (Tabel 40).
C.20. Persentase Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif Bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI (Air Susu Ibu) saja sejak lahir sampai 5 bulan (sebelum mencapai usia 6 bulan)di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah sebanyak 4.031 (28,45 %) dari 14.168 bayi yang ada; terdiri dari 1.970 (27,70 %) bayi laki-laki dan 2.061 (29,21 %) bayi perempuan (Tabel 41).
C.21. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) Pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin MP ASI adalah Makanan Pendamping ASI pabrikan berupa bubuk instan untuk bayi usia 6-11 bulan dan biskuit untuk anak usia 12-23 bulan. Cakupan pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan dari keluarga miskin adalah pemberian MP ASI pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga mioskin selama 90 hari. Pada tahun 2012 program ini tidak berjalan sebagai akibat keterbatasan dana (Tabel 42).
C.22. Jumlah Balita Ditimbang Balita ditimbang adalah jumlah balita yang ditimbang berat badannya di sarana pelayanan kesehatan termasuk di Posyandu dan tempat penimbangan lainnya. Berat badan naik adalah jumlah balita yang pada waktu penimbangan naik berat badannya (sesuai ketentuan program).
Bawah Garis Merah (BGM) adalah jumlah balita yang hasil penimbangan berat badan nya berada di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dari 75.207 balita yang ada (38.414 atau 51,08 % balita laki-laki dan 36.793 atau 48,92 % balita perempuan), sebanyak 63.154 (83,97 %) diantaranya telah ditimbang. Hasil dari penimbangan tersebut adalah sebagai berikut: sebanyak 43.847 (69,43 %) diantaranya menunjukkan BB (Berat Badan) naik, dan sebanyak 5.221 (8,27 %) menunjukkan BGM (Bawah Garis Merah), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 44.
C.23. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Balita gizi buruk adalah balita dengan status gizi menurut Berat Badan (BB) dan Umur (U)
dengan
Z-score
<
-3
SD
dan
atau
dengan
tanda-tanda
klinis
(marasmus,kwashiorkor, dan marasmus kwashiorkor). Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang dirawat/ ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2012, ditemukan balita gizi buruk sebanyak 163 orang, 78 balita diantaranya (47,85 %) adalah balita laki-laki dan sisanya sebanyak 85 (52,15 %) adalah balita perempuan. Dari jumlah tersebut, seluruhnya (100,00 %) telah mendapat perawatan (Tabel 45).
C.24. Cakupan Pelayanan Anak Balita Cakupan pelayanan anak balita adalah anak balita (12-59 bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemantauan pertumbuhan balita adalah pengukuran berat badan per tinggi/panjang badan (BB/TB). Ditingkat masyarakat pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur (BB/U) setiap bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak-kanak,dan lainlain. Pemantauan perkembangan balita meliputi perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar, dan daya lihat. Jika ada keluhan atau kecurigaan terhadap anak, dilakukan pemeriksaan untuk gangguan mental emocional, autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Bila ditemukan penyimpangan atau gangguan perkembangan harus dilakukan rujukan kepada tenaga kesehatan yang lebih memiliki kompetensi. Dari hasil pelaksanaan program ini tercatat bahwa sebanyak 22.314 (68,63 %) bayi laki-laki dan 27.961 (94,03 %) bayi perempuan telah mendapatkan pelayanan anak balita sebanyak 8 kali atau dengan kata lain sebanyak 50.275 (80,76 %) anak balita telah mendapatkan pelayanan 8 kali dari total 62.253 jumlah anak balita yang ada (Tabel 43).
C.25. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Cakupan penjaringan siswa SD setingkat adalah pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan madrasah Ibtidaiyah yang dilaksankan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan terlatih (Guru dan Dokter Kecil) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dari 17.131 jumlah murid SD setingkat yang ada (8.965 atau 52,33 % siswa laki-laki dan 8.166 atau 47,67 % siswi perempuan), sebanyak 5.967 (66,56 %) siswa laki-laki dan 5.283 (64,70 %) siswi perempuan telah mendapatkan pelayanan kesehatan atau dengan kata lain sebanyak 11.250 (65,67 %) dari 17.131 siswa SD telah mendapatkan pelayanan kesehatan. Dengan demikian cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah 65,67 % (Tabel 46).
C.26. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
Siswa SD dan setingkat yang mendapat pelayanan kesehatan adalah jumlah seluruh siswa SD dan setingkat kelas 1 sampai dengan kelas VI yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai stándar. Dari 96.274 jumlah murid SD setingkat yang ada (49.933 atau 51,87 % siswa laki-laki dan 46.341 atau 48,13 % siswi perempuan), sebanyak 6.123 (12,26 %) siswa laki-laki dan 5.745 (12,40 %) siswi perempuan telah mendapatkan pelayanan kesehatan atau dengan kata lain sebanyak 11.868 (12,33 %) dari 96.274 siswa SD telah mendapatkan pelayanan kesehatan (Tabel 47).
C.27. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila (Usia Lanjut) Pelayanan kesehatan usia lanjut adalah pelayanan kesehatan sesuai estándar yang ada pada pedoman usia lanjut (60 tahun ke atas), di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dari 28.436 jumlah usila yang ada (12.526 atau 44,05 % siswa laki-laki dan 15.910 atau 55,95 % siswi perempuan), seluruhnya (100,00 %) telah mendapatkan pelayanan kesehatan (Tabel 48).
C.28. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 Yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan (RS) di Kabupaten Sarana kesehatn dengan kemampuan pelayanan gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki Dokter Umum on site (berada di tempat) 24 jam dengan kualifikasi GELS dan atau ATLS + ACLS, serta memiliki alat transportasi dan komunikasi. Dari 20 jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada, sebanyak 6 (30,00 %) diantaranya telah mempunyai kemampuan dalam pemberian pelayanan gawat darurat level 1 (Tabel 49).
C.29. Desa/ Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani < 24 Jam KLB (Kejadian Luar Biasa) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/ kelurahan dalam waktu tertentu. Desa/ Kelurahan KLB adalah jumlah KLB di desa/ kelurahan dimana terjadi peningkatan kesakitan atau kematian penyakit potencial KLB, penyakit karantina atau keracunan makanan. Ditangani < 24 jam adalah penyelidikan dan penanggulangan KLB kurang dari 24 jam sejak laporan W 1 diterima sampai penyelidikan dilakukan dengan catatan selain formulir W 1 dapat juga berupa faximili atau telepon. Desa/ kelurahan mengalami KLB yang ditangani < 24 jam adalah desa/ kelurahan yang mengalami KLB dan dilakukan penyelidikan < 24 jam oleh Kabupaten/ Kota terhadap KLB pada periode/ kurun waktu tertentu. Dari 204 jumlah desa/ kelurahan yang ada, sebanyak 3 (1,47 %) desa/ kelurahan diantaranya terkena KLB. Rata-rata kejadian Desa/ Kelurahan KLB per jumlah Desa/ Kelurahan adalah 0,01, dan seluruhnya (100,00 %) telah ditangani < 24 jam (Tabel 51).
C.30. Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Penduduk terancam adalah penduduk yang tinggal di daerah (kelurahan/desa) yang terkena kejadian luar biasa. CFR (Case Fatality Rate) adalah persentase penderita yang meninggal karena suatu penyakit terhadap seluruh kasus penyakit yang sama. Pada tahun 2012 jenis KLB yang terjadi adalah DBD pada 1 kecamatan di 3 desa yang menyerang 9 korban dan berakhir dengan 1 kematian atau dengan kata lain CFR adalah 11,11 % (Tabel 50).
C.31. Rasio Tambal/ Cabut Gigi Tetap Pemeriksaan gigi dan mulut adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi tetap, pengobatan, dan
penambalan sementara yang dilakukan di sarana pelayanan
kesehatan. Pada tahun 2012 tercatat bahwa jumlah tumpatan gigi teta pada sebanyak 499 kasus (231 kasus pada laki-laki, dan 268 kasus pada perempuan). Sedangkan untuk tindakan pencabutan gigi teta pada sejumlah 3.088 (1.355 pada laki-laki, dan 1.733 pada perempuan). Berdasarkan data tersebut maka ratio tumpatan/ pencabutan gigi tetap adalah 0,16 (Tabel 52).
C.32. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak SD dan Setingkat Pemeriksaan gigi dan mulut adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi sulung, pengobatan, dan penambalan sementara gigi sulung dan gigi tetap, yang dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk ke puskesmas minimal 2 kali dalam setahun. Jumlah SD di Kabupaten Asahan ada sebanyak 468 dengan jumlah murid sebanyak 96.274 (49.993 siswa laki-laki, dan 46.341 siswa perempuan). Dari jumlah tersebut, telah dilakukan pemeriksaan terhadap 3.309 (3,44 %) siswa (1.754 atau 3,51 % siswa laki-laki, dan 1.555 atau 3,36 % siswa perempuan). Dari hasil pemeriksaan tersebut ditemukan sebanyak 2.542 siswa yang perlu mendapat perawatan (1.382 siswa lakilaki, dan 1160 siswa perempuan), selanjutnya yang telah mendapat perawatan ada sebanyak 1.860 (73,17 %) siswa (960 atau 69,46 % siswa laki-laki, dan 900 atau 77,59 % siswa perempuan), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 53.
C.33. Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Upaya penyuluhan adalah semua usaha secara sadar dan berencana yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia sesuai prinsip-prinsip pendidikan dalam bidang
kesehatan. Pelaksanaan penyuluhan kesehatan dilakukan melalui 2 cara yakni penyuluhan kelompok dan penyuluhan massa. Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan yang dilakukan pada kelompok sasaran tertentu. Sedangkan penyuluhan massa adalah penyuluhan yang dilakukan dengan sasaran massal, seperti pameran, pemutaran film, melalui media massa (cetak dan elektronik). Pada tahun 2012, telah dilakukan kegiatan penyuluhan kelompok sebanyak 3.652 kali. Sedangkan penyuluhan massa dilakukan sebanyak 372 kali (Tabel 54).
D. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN Sesuai visi misi Presiden, kebijakan pembangunan kesehatan periode 5 tahun kedepan (2010-2014) diarahkan pada tersedianya akses kesehatan dasar yang murah dan terjangkau terutama pada kelompok menengah kebawah guna mendukung pencapaian MDGs pada tahun 2015; dengan sasaran pembangunan kesehatan adalah peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan antara lain ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan kematian ibu melahirkan.
D.1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Jaminan pemeliharaan kesehatan pra-bayar adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan, berkesinambungan, dengan mutu yang terjamin dan biaya yang terkendali. Sampai saat ini jenis pelayanan kesehatan pra-bayar adalah Askes, Jamsostek/ jaminan sosial tenaga kerja, Askeskin/ Jamkesmas. Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra-bayar tahun 2012 adalah sebanyak 185.478 orang, secara berturut-turut terdiri dari pelayanan kesehatan Askeskin/ Jamkesmas sebanyak 148.477 (80.05 %), Askes sebanyak 31.934 (17,22 %), dan Jamsostek sebanyak 5.067 ( 2,73%). Dengan kata lain persentase jumlah peserta
jaminan kesehatan pra bayar adalah 27,36 %, terdiri dari 21,90 % peserta Askeskin/ Jamkesmas, 4,71 % peserta Askes, dan 0,75 % peserta Jamsostek (Tabel 55).
D.2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) Program
Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
Masyarakat
(JPKM)
adalah
merupakan salah satu program kerja bidang kesehatan dalam upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan khususnya terhadap Keluarga Miskin (Gakin). Perkembangan jumlah Gakin menurut indikator kesehatan pada 5 (lima) tahun terakhir memperlihatkan bahwa pada tahun 2008, jumlah Gakin ada sebanyak 148.477 jiwa, jumlah Gakin yang mendapat pelayanan Rawat Jalan sebanyak 41.564 jiwa (27,99 %). Pada tahun 2009, jumlah peserta Jamkesmas (Gakin) sama dengan tahun 2008 yakni sebanyak 148.477 jiwa dengan cakupan pelayanan sebanyak 82.660 jiwa (55,67 %) terdiri dari pelayanan rawat jalan sebanyak 82.342 jiwa (55,46 %). Pada tahun 2010, jumlah peserta Jamkesmas (Gakin) sama dengan tahun 2008 dan 2009 yakni sebanyak 148.477 jiwa dengan cakupan pelayanan sebanyak 98.624 jiwa (66,42 %) terdiri dari pelayanan kesehatan rawat jalan (pelayanan kesehatan dasar) di sarana kesehatan strata 1 sebanyak 92.012 jiwa (61,97 %), sedangkan pelayanan kesehatan rawat jalan (pelayanan kesehatan rujukan) di sarana kesehatan strata 2 dan strata 3 sebanyak 1.618 (1,09 %). Pada Tahun 2011 jumlah peserta Jamkesmas (Gakin) sama dengan tahun 2008 dan 2009 yakni sebanyak 148.477 jiwa dengan cakupan pelayanan sebanyak 89.106 jiwa (60,01 %) terdiri dari pelayanan kesehatan rawat jalan (pelayanan kesehatan dasar) di sarana kesehatan strata 1 sebanyak 89.106 jiwa (60,01 %), pelayanan kesehatan rawat jalan (pelayanan kesehatan rujukan) di sarana kesehatan strata 2 sebanyak 53,56 (36,07 %). Sedangkan tahun 2012 jumlah peserta Jamkesmas (Gakin) sebanyak 148.477 jiwa dengan cakupan pelayanan menurun menjadi sebanyak 76.391 jiwa (51,45 %) terdiri dari pelayanan kesehatan rawat jalan (pelayanan kesehatan dasar) di sarana kesehatan strata 1 sebanyak 75.312 jiwa (50,72 %), pelayanan kesehatan rawat jalan (pelayanan
kesehatan rujuikan) di sarana kesehatan strata 2 dan strata 3 sebanyak 10.201 (6.87 %).
Dari gambaran di atas terlihat bahwa cakupan pelayanan program JPKM sudah cukup baik bila merujuk kepada angka standar cakupan pelayanan yang diterbitkan oleh Depkes RI (15,00 %).
D.3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) Pada tahun 2008 jumlah Gakin yang mendapat pelayanan Rawat Inap sebanyak 230 jiwa (0,15 %), tahun 2009 sebanyak 318 jiwa (0,21 %), tahun 2010 pelayanan kesehatan rawat inap (pelayanan kesehatan dasar) di sarana kesehatan strata 1 sebanyak 605 jiwa (0,41 %), sedangkan pelayanan kesehatan rawat inap (pelayanan kesehatan rujukan) di sarana kesehatan strata 2 dan strata 3 sebanyak 1.618 (1,09 %), tahun 2011 pelayanan kesehatan rawat inap (pelayanan kesehatan rujukan) di sarana kesehatan strata 2 dan strata 3 sebanyak 10.591 (7,13 %), sedangkan tahun 2012 pelayanan kesehatan rawat inap (pelayanan kesehatan dasar) di sarana kesehatan strata 1 sebanyak 466 jiwa (0,31 %), sedangkan pelayanan kesehatan rawat inap (pelayanan kesehatan rujukan) di sarana kesehatan strata 2 dan strata 3 sebanyak 7.308 (4,92 %), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 57.
D.4. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan Kunjungan rawat jalan adalah pelayanan keperawatan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik tanpa tinggal di ruang rawat inap pada sarana kesehatan. Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Jumlah kunjungan rawat jalan, dan rawat inap dari 3 kelompok sarana pelayanan kesehatan yang ada (Puskesmas, Rumah sakit pemerintah/ swasta, dan klinik/ sarana kesehatan lainnya) masing-masing adalah 677.876 kunjungan (340.302 kunjungan lakilaki, 337.574 kunjungan perempuan), dengan kata lain cakupan kunjungan rawat jalan adalah 32,00 %, sedangkan cakupan kunjungan rawat inap adalah 4,00 %, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 58.
D.5. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Kunjungan gangguan jiwa adalah kunjungan pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir dan perilaku, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Jumlah kunjungan gangguan jiwa berasal dari Rumah sakit pemerintah/ swasta, adalah 1.775 kunjungan (947 kunjungan laki-laki, 828 kunjungan perempuan).
D.6. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit Pada topik bahasan ini, angka kematian dibedakan menjadi 2 yakni: GDR (Gross Death Rate) atau angka kematian umum di rumah sakit untuk tiap-tiap 1.000 penderita keluar, sedangkan NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian ≥ 48 jam setelah dirawat di rumah sakit untuk tiap-tiap 1.000 penderita keluar. Dari 10 rumah sakit yang ada, tercatat bahwa jumlah tempat tidur tersedia ada sebanyak 550 TT. Jumlah pasien keluar (hidup + mati) sebanyak 24.763 (11.068 pasien laki-laki, dan 14.301 pasien perempuan. Jumlah pasien keluar mati adalah sebanyak 759 (490 pasien laki-laki, dan 269 pasien perempuan). Sementara itu jumlah pasien keluar mati ≥ 48 jam dirawat adalah 25 (15 pasien laki, dan 10 pasien perempuan). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa GDR adalah 3.07 ‰, sedangkan NDR adalah 1,92 ‰, Tabel 59.
D.7. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Indikator kinerja rumah sakit diukur melalui 3 elemen:
1. BOR (Bed Occupancy Rate) atau persentase pemakaian tempat tidur pada satu-satuan tertentu. 2. LOS (Lenght Of Stay) atau rata-rata lama rawatan (dalam satuan hari) seorang pasien. 3. TOI (Turn Over Interval) atau rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya. Dari 550 rumah sakit yang ada, diketahui bahwa jumlah hari rawatan selama tahun 2012 adalah 93.852 hari, dengan BOR sebesar 46,80 %, LOS sebesar 3,8 hari, dan TOI sebesar 4,4. Secara umum dapat disimpulkan bahwa dari ke tiga indikator tersebut tampak bahwa tingkat pemakaian
tempat tidur masih cukup rendah atau kurang dari 60,00 %.
Sedangkan LOS sudah cukup baik sebab lamanya hari rawatan dapat menggambarkan tingkat kesembuhan rata-rata. Demikian juga TOI yang dapat menggambarkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap jasa layanan rumah sakit, (Tabel 60).
E. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT E.1. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Rumah tangga ber PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah rumah tangga yang anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat, yang meliputi 10 indikator, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI Eksklusif, balita ditimbang setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan tidak merokok dalam rumah. Dari 160.477 rumah tangga yang ada, sebanyak 4.552 (2,84 %) telah dipantau sebanyak 656 (14,41 %), selengkapnya lihat Tabel 61.
F. KEADAAN LINGKUNGAN Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, berikut ini akan disajikan indicatorindikator yang meliputi; Persentase Rumah Sehat, Persentase Rumah/ Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes, Persentase Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar, Persentase Tempat-Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat, dan Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya.
F.1. Persentase Rumah Sehat Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Dari 160.477 jumlah rumah yang ada, sebanyak 157.267 diantaranya (98,00 %) telah diperiksa dan terdapat sebanyak 116.250 (73,92 %) rumah sehat, Tabel 62.
F.2.
Persentase Rumah/ Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes
Rumah/ bangunan bebas jentik nyamuk aedes adalah rumah/ bangunan yang bebas jentik nyamuk Aedes di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dalam profil ini persentase rumah/ bangunan yang diperiksa jentik nyamuk Aedes nya tidak tersedia, Tabel 63.
F.3.
Persentase Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar dan Sarana Air Bersih
Jamban sehat adalah tempat buang air besar yang konstruksinya memenuhi syaratsyarat kesehatan, antara lain menggunakan tankgki septik. Tempat sampah sehat adalah tempat pembuangan sampah yang konstruksinya memenuhi syarat-syarat kesehatan (ketentuan program).
Pengelolaan air limbah sehat adalah tempat pembuangan air limbah keluarga yang konstruksinya memenuhi syarat-syarat kesehatan (ketentuan program). Dari 160.477 jumlah keluarga yang ada, jumlah jamban yang telah diperiksa sebanyak 157.267 (98,00 %), dan ditemukan bahwa 123.495 (78,53 %) keluarga diantaranya telah memiliki jamban, sebanyak 120.891 (76,87 %) telah memiliki jamban sehat. Jumlah tempat sampah yang diperiksa adalah 157.267 (98,00 %) keluarga, sebanyak 118.330 (75,24 %) telah memiliki tempat pembuangan sampah, sebanyak 116.580 (74,13 %) diantaranya adalah kategori sehat. Jumlah keluarga yang diperiksa pengelolaan air limbahnya adalah sebanyak 157.267 (98,00 %) keluarga, 117.726 (74,86 %) diantaranya telah memilki pengelolaan air limbah, dan sebanyak 116.560 (74,12 %) adalah kategori sehat, Tabel 66. Dalam hal ketersediaan sumber air keluarga di Kabupaten Asahan, ternyata cukup beragam. Pada tahun 2012, tercatat bahwa Sarana air bersih keluarga terdiri dari: air kemasan, air ledeng, SPT (Sumur Pompa Tangan), SGL (Sumur Galian), mata air, PAH (Penampungan Air Hujan), dan lain-lain. Air bersih
: adalah sumber air untuk keperluan minum/ masak serta mandi/ cuci sebagian besar penduduk.
Air Ledeng
: adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air. Sumber air ini diusahakan oleh PAM, PDAM, atau BPAM, baik dikelola pemerintah maupun swasta.
SPT
: adalah Sumur Pompa Tangan
SGL
:
PAH
: adalah Penampungan Air Hujan
Air Kemasan
: adalah air yang diproduksi dan didistribusikan oleh suatu perusahaan
adalah Sumur Galian
dalam kemasan botol dan kemasan gelas serta air minum isi ulang.
Dari 160.477 jumlah keluarga yang ada, sebanyak 157.267 (98,00 %) telah diperiksa jenis dan jumlah sarana air bersihnya, dan ditemukan hasil sebagai berikut; SGL sebanyak 50.172 (31,90 %), SPT sebanyak 45.436 (28,89 %), Ledeng sebanyak 27.078 (17,22 %), PAH sebanyak 3.081 (1,96 %), mata air sebanyak 57 (0,04 %), dan sumber air lainnya sebanyak 139 (0,1 %), Tabel 64. Sementara itu, berdasarkan sumber air minum yang digunakan secara berturut-turut adalah: sumur terlindung sebanyak 50.172 (31,90 %), sumur pompa 45.435 (28,89 %), ledeng meteran (27.078 %), air isi ulang 5.540 (3,52 %), air hujan 3.081 (1,96 %), ledeng eceran 281 (0,18 %), mata air terlindung 57 (0,04 %), dan jenis lainnya 25.566 (16,26 %). Dengan kata lain keluarga dengan sumber air minum terlindung ada sebanyak 128.563 (81,75 %), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 65.
F.4.
Persentase Tempat-Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat TUPM sehat adalah tempat umum dan pengelolaan makanan yang memenuhi
syarat kesehatan yaitu yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang sesuai. Adapun yang termasuk TUPM adalah hotel, restoran, bioskop, pasar, terminal, dan lain-lain. Jenis dan jumlah TUPM yang ada terdiri dari hotel, restoran/ rumah makan, pasar, dan TUPM lainnya dengan perincian sebagai berikut: Jumlah TUPM yang ada sebanyak 586 terdiri dari hotel sebanyak 12, restoran 211, pasar 88, TUPM lainnya 275. Jumlah TUPM yang telah diperiksa : hotel sebanyak 8, restoran 169, pasar 70, TUPM lainnya 221. Jumlah TUPM sehat: hotel 7 (87,50 %), restoran 132 (78,11 %), pasar 50 (71,43 %), TUPM lainnya 155 (70,14 %). Dengan kata lain dari 586 TUPM yang ada, sebanyak 468 (79,86 %) telah diperiksa, dan ditemukan sebanyak 344 (73,50 %) adalah kategori sehat, Tabel 67.
F.5.
Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya
Institusi yang dibina
:
unit
kerja
pelayanan/ resiko/
yang jasa
dampak
dalam
memberikan
potensial
menimbulkan
kesehatan;
mencakup
rumah sakit, Puskesmas, sekolah, instalasi pengolahan
air
minum,
perkantoran,
industri rumah tangga, dan industri kecil serta tempat penampungan pengungsi. Instalasi pengolahan air minum
: instalasi yang telah melaksanakan pengawasan internal
dan
eksternal
(oleh
Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota) sesuai dengan Kepmenkes 907/ SK/ VII/ 2002 dengan jumlah sampel air yang diperiksa memenuhi persyaratan bakteriologis 95 %, dan tidak ada
parameter
kimia
yang
berdampak
langsung terhadap kesehatan. Sarana Pelayanan Kesehatan
:
sarana
pelayanan
kesehatan
yang
effluentnya memenuhi baku mutu limbah cair, mengelola limbah padat dengan baik, tersedia air cukup kuantitas dan kualitas, higiene sanitasi makanan dan minuman, pengendalian
vektor
serta
binatang
pengganggu. Sarana pendidikan dan perkantoran
:
sarana pendidikan dan perkantoran yang mempunyai sarana pengolahan limbah cair, limbah padat dengan baik, tersedia air cukup (kuantitas dan kualitas), penerangan, ventilasi, pengendalian vektor dan binatang pengganggu lainnya.
Pada tahun 2012, tercatat bahwa jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada adalah sebanyak 31 unit, 22 (70,97 %) diantaranya telah dibina. Jumlah sarana pendidikan
sebanyak 624 unit, jumlah sarana ibadah sebanyak 842, jumlah perkantoran sebanyak 376 unit. Dengan kata lain jumlah institusi keseluruhan adalah sebanyak 1.893 unit, sedangkan jumlah institusi yang telah dibina kesehatan lingkungannya hanya sarana pelayanan kesehatan saja sebanyak 22 unit. Dengan demikian persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya adalah sebesar 1,16 %, Tabel 68.
B BA AB B SSU UM MB BEER RD DA AY YA AK KEESSEEH HA ATTA AN N
5.1. SARANA KESEHATAN Keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu wilayah pemerintahan tidak terlepas dari ketersediaan sarana kesehatannya. Ketersediaan sarana Kesehatan dimaksud harus mencukupi baik dalam hal kuantitas maupun kualitasnya, tersebar merata serta terjangkau oleh masyarakat baik dari aspek pembiayaan maupun jarak/ lokasi.
5.1.1. Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat Ketersediaan obat (stock obat) adalah jumlah jenis obat tertentu sesuai satuannya yang tersedia di suatu daerah/ wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun) yang digunakan dalam pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut.
Ketersediaan obat essensial dan generik menyangjut jumlah dan jenis akan berpengaruh terhadap jaminan pelayanan kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan yang ada. Persediaan jumlah dan jenis obat-obatan sebaiknya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan berdasarkan kasus-kasus penyakit yang paling sering terjadi.
Pada tahun 2011 jumlah stock obat yang tersedia adalah 25 jenis (73,53 %) dari 34 jenis obat yang direncanakan, sedangkan pada tahun 2012 jumlah stock obat yang tersedia juga masih sama dengan tahun 2011 yakni 25 jenis (73,53 %) dari 34 jenis obat yang direncanakan. Persentase tingkat kecukupan terendah adalah 8,14 %.
5.1.2. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan/ Pengelola
Dari 20 fasilitas kesehatan yang ada, berdasarkan kepemilikannya dapat dikelompokkan menjadi: jumlah rumah sakit umum milik pemerintah sebanyak 1 unit, milik swasta sebanyak 8 unit , rumah sakit khusus milik swasta sebanyak 1 unit, rumah bersalin milik swasta sebanyak 5 unit, Balai pengobatan klinik milik swasta sebanyak 93 unit. Praktek dokter perorangan milik swasta sebanyak 138 unit. Praktek dokter bersama milik swasta sebanyak 1 unit. Praktek pengobatan tradisional milik swasta sebanyak 1 unit. Puskesmas sebanyak 22 (duapuluh dua) unit terdiri dari 10 Puskesmas Perawatan (45,45 %) dan 12 Puskesmas Non Perawatan (54,55 %), Puskesmas keliling sebanyak 15 unit, Puskesmas Pembantu (Pustu) sebanyak 115 (seratus limabelas) unit, dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) sebanyak 69 (enam puluh sembilan) unit yang tersebar di 25 (dua puluh lima) kecamatan. Sedangkan jumlah Posyandu milik pemerintah ada sebanyak 958 (sembilan ratus limapuluh delapan), Apotek milik swasta 24 (duapuluh empat), Toko Obat 89 (delapanpuluh sembilan), Gudang Farmasi milik pemerintah 1 (satu) unit, Industri Obat Tradisional, dan industri kecil obat tradicional milik swasta masing-masing 1 (satu) unit. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 70.
5.1.3. Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar Kemampuan
Labkes
adalah
kemampuan
penyelenggaraan
pelayanan
laboratorium kesehatan sesuai stándar. Empat (4) spesialis dasar adalah pelayananpelayanan spesialis kandungan dan kebindanan, bedah, penyakit dalam, dan anak.
Jumlah sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan labkes dan memiliki 4 spesialis dasar adalah sebagai berikut; rumah sakit umum sebanyak 8 (88,89 %) dari 9 rumah sakit yang ada, rumah sakit khusus sebanyak 1 (100,00 %) dari 1 rumah sakit yang ada, sedangkan Puskesmas yang telah memiliki kemampuan labkes sebanyak 22 (100,00 %), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 71.
5.1.4. Posyandu Menurut Strata
Posyandu aktif adalah posyandu yang melaksanakan kegiatan hari buka dengan frekuensi lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau lebih, cakupan utama (KIA,KB,Gizi,Imunisasi, dan penanggulangan diare) lebih dari 50 % dan suda hada satu atau lebih program tambahan, serta cakupan dana sehat < 50 %.
Posyandu Pratama adalah
: Posyandu yang kegiatan pelayanannya belum rutin dan jumlah kader masih terbatas.
Posyandu Madya adalah
: Posyandu dengan kegiatan lebih teratur dibandingkan posyandu pratama dan jumlah kader 5 orang.
Posyandu Purnama
: Posyandu dengan frekuensikegiatan lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya yaitu KIA, KB, Gizi, Imunisasi, dan penanggulangan diare lebih dari 50 %, serta suda hada program tambahan.
Posyandu Mandiri
: Sudah
dapat
melakukan
kegiatan
secara
teratur,
cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau 50 % KK.
Dari 958 posyandu yang ada 32 (3,34 %) diantaranya adalah strata Pratama, 754 (78,71 %) strata Madya, 159 (16,60 %) strata Purnama, dan 13 (1,36 %) strata Mandiri. Sedangkan jumlah posyandu aktif ada sebanyak 172 (17,95 %), sedangkan rasio Posyandu per 100 balita adalah 1,27. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 72.
5.1.5. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri. Pengertian desa ini dapat berarti Kelurahan atau Nagari atau istilah-istilah lain bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.
Desa Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan yang sesuai kewenangan bidan penanggungjawab Poskesdes, selanjutnya dirujuk ke Pustu atau Puskesmas apabila tidak bisa ditangani. Poskesdes adalah UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes dikelola oleh 1 orang Bidan dan minimal 2 orang kader dan merupakan koordinator dari UKBM yang ada.
Dari 204 desa yang ada, terdapat 199 (97,55 %) desa siaga, sebanyak 63 diantaranya (31,66 %) adalah desa siaga aktif. Sedangkan jumlah Poskesdes adalah 68, dan Posyandu sebanyak 958 unit, Tabel 73.
5.2. TENAGA KESEHATAN Dalam pembahasan ini jumlah tenaga kesehatan yang dihitung adalah berdasarkan jumlah fisik yang sesungguhnya dan bukan berdasarkan tempat pelayanan yang diberikan. Masalah tenaga kesehatan yang paling sering dihadapi adalah upaya untuk meningkatkan ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang senantiasa berkembang seiring dengan kemajuan sistem dan teknologi. Indikator Sumberdaya Kesehatan terdiri atas Rasio Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Keluarga, Dokter Gigi, apoteker, Bidan, Perawat, Ahli Gizi, Ahli sanitasi, dan Ahli Kesehatan Masyarakat masing-masing per 100.000 penduduk. Kecukupan tenaga
kesehatan (cukup jumlah dan kualifikasinya) dalam pemberian pelayanan kesehatan merupakan hal fundamental yang harus mendapatkan perhatian dikarenakan tenaga kesehatan sebagai unsur utama didalam pelaksanaan manajemen kesehatan.
5.2.1. Jumlah Tenaga Medis Di Sarana Kesehatan Jumlah tenaga kesehatan yang berada khusus di sarana kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) terdiri dari jumlah tenaga medis dokter spesialis di rumah sakit sebanyak 21 (17 laki-laki, dan 4 perempuan), Dokter umum sebanyak 104 (37 laki-laki, dan 67 perempuan), dan dokter gigi sebanyak 29 (8 laki-laki, dan 21 perempuan). Berdasarkan status kepegawaiannya, distribusi dari 21 orang tenaga Dokter Spesialis adalah: 20 orang berada di rumah sakit (15 orang di RSU. H.Abdul Manan Simatupang Kisaran, 2 orang di RSU. Sei. Dadap, 1 orang di RSU. Metodis, 1 orang di RSU. Ibu Kartini, 1 orang di RSU. Mega Sari, dan 1 orang di Dinas Kesehatan Kab. Asahan. Distribusi 104 orang Dokter Umum adalah: 57 orang berada di Puskesmas, 35 orang berada di rumah sakit (14 orang di RSU. H. Abdul Manan Simatupang, 2 orang di RSU. Sei. Dadap, 3 orang di RSU. Djamaluddin, 2 orang di RSU. Metodis, 2 orang di RSU. Ibu Kartini, 1 orang di RSU. Ibu dan Anak Namarina, 3 orang di RSU. Megasari, 3 orang di RSU. Wirahusada, 5 orang di RSU. Setiohusodo, 7 orang di Klinik Mitra Sehat, 1 orang di Klinik Rizki, dan 4 orang di Dinas Kesehatan. Distribusi 29 orang Dokter Gigi adalah: 24 orang berada di Puskesmas, 3 orang berada di RSU. H. Abdul Manan Simatupang, dan 2 orang di Dinas Kesehatan. Dengan demikian jumlah tenaga medis di sarana kesehatan Kabupaten Asahan adalah 154 orang (62 orang laki-laki, dan 92 orang perempuan), sedangkan ratio tenaga medis terhadap 100.000 penduduk adalah: Dokter Spesialis 3, Dokter Umum 15, Dokter Gigi 4. Dengan kata lain ratio tenaga medis terhadap 100.000 penduduk adalah 22. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 74.
5.2.2. Jumlah Tenaga Keperawatan Di Sarana Kesehatan
Jumlah tenaga keperawatan terdiri dari Bidan dan Perawat, terdistribusi pada sarana kesehatan Puskesmas, rumah sakit, klinik, Dinas Kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya. Distribusi 750 orang tenaga Bidan dan Bidan D III adalah: 630 orang berada di Puskesmas, 97 orang berada di rumah sakit, 19 orang berada di klinik, dan 4 orang berada di Dinas Kesehatan. Distribusi 35 orang sarjana keperawatan adalah: 21 orang berada di Puskesmas, 11 orang berada di rumah sakit, dan 3 orang berada di Dinas Kesehatan. Distribusi 448 orang tenaga perawat adalah; 166 orang berada di Puskesmas, 257 orang berada di rumah sakit, 12 orang berada di klinik, 1 orang berada di institusi Diknakes/ Diklat, dan 12 orang berada di Dinas Kesehatan. Distribusi 26 orang Perawat Gigi adalah: 22 orang berada di Puskesmas, dan 4 orang berada di rumah sakit. Ratio tenaga keperawatan terhadap 100.000 penduduk secara berturut-turut adalah: Bidan 110, Sarjana Keperawatan 5, Perawat 64, dan Perawat Gigi 4. Dengan kata lain ratio tenaga keperawatan terhadap 100.000 penduduk adalah 73, Tabel 75.
5.2.3. Jumlah Tenaga Kefarmasian Dan Gizi Di Sarana Kesehatan Jumlah tenaga keperawatan terdiri dari Apoteker dan sarjana farmasi, serta D III farmasi dan Asisten Apoteker, sedangkan tenaga Gizi terdiri dari D IV/ Sarjana Gizi, serta D I dan D III Gizi. Distribusi 5 orang Apoteker dan sarjana farmasi keseluruhannya berada di rumah sakit, sedangkan
Distribusi 34 orang Asisten Apoteker dan D III Farmasi adalah:
sebanyak 22 orang berada di Puskesmas, 8 orang berada di rumah sakit, dan 4 orang berada di Dinas Kesehatan. Distribusi 1 orang tenaga D IV/ Sarjana Gizi adalah di Puskesmas, sedangkan 37 orang tenaga D I dan D III Gizi adalah: sebanyak 27 orang berada di Puskesmas, 8 orang berada di rumah sakit, 2 orang berada di Dinas Kesehatan. Dengan demikian ratio
tenaga Kefarmasian dan Gizi terhadap 100.000 penduduk adalah: Apoteker dan Sarjana Farmasi 1, Asisten Apoteker dan D III Farmasi 4, D I dan D III Gizi adalah 5. Dengan kata lain ratio tenaga kefarmasian per 100.000 penduduk adalah 4, sedangkan ratio Tenaga Gizi per 100.000 penduduk adalah 5, Tabel 76. Untuk lebih lengkapnya, Tabel 5.1 berikut memberikan gambaran keberadaan tenaga kesehatan, serta ratio tenaga kesehatan di Kabupaten Asahan sejak tahun 2011 s/d tahun 2012. TABEL 5.1 RATIO KEBERADAAN TENAGA KESEHATAN DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2011-2012
JUMLAH N0
INDIKATOR
RATIO
RATIO
TENAGA 2012
2011
2012
3,00
1
Dokter Spesialis
21
2,97
2
Dokter Umum
104
11,86
16,00 ,0
3
Dokter Gigi
29
3,56
4
Bidan
750
109,00
4,00 110,00
5
Perawat
509
67,00
73,00
6
Kefarmasian
39
6,00
4,00
7
Nutritionist/ Tenaga Gizi
38
5,00 5.00
5.2.4. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Dan Sanitasi di Sarana Kesehatan Jumlah tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi terdistribusi pada sarana kesehatan Puskesmas, rumah sakit, dan Dinas Kesehatan.
Jumlah
tenaga
Sarjana Kesehatan Masyarakat adalah 34 orang, terdistribusi sebagai berikut: sebanyak 17 orang di Puskesmas, 4 orang di rumah sakit, dan 13 orang di Dinas Kesehatan.
Jumlah tenaga Sanitasi adalah 27 orang, terdistribusi sebagai berikut: sebanyak 18 orang di Puskesmas, 7 orang di rumah sakit, dan 2 orang di Dinas Kesehatan. Ratio Tenaga Kesehatan Masyarakat terhadap 100.000 penduduk adalah 3,00, sedangkan
ratio
Tenaga
Sanitasi
terhadap
100.000
penduduk
adalah
4,00.
Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 77.
5.2.4. Jumlah Tenaga Teknisi Medis Dan Fisioterapis Di Sarana Kesehatan Tenaga Teknisi Medis terdiri dari Analis Laboratorium, Teknik Elektro Medik, Penata Rontgen, dan Penata Anastesi. Jumlah Tenaga Analis Laboratorium adalah 44 orang, terdistribusi pada: Puskesmas sebanyak 24 orang, rumah sakit sebanyak 16 orang, dan Dinas Kesehatan sebanyak 4 orang. Jumlah Tenaga Penata Anastesi adalah 4 orang, terdistribusi seluruhnya pada rumah sakit demikian juga Tenaga Fisioterapis yang berjumlah 3 orang, seluruhnya terdistribusi di rumah sakit. Dengan demikian ratio Tenaga Teknisi Medis terhadap 100.000 penduduk adalah 6, Tabel 78. Selanjutnya jumlah Radiografer ada sebanyak 6 orang, seluruhnya terdistribusi di rumah sakit, dengan ratio terhadap 100.000 penduduk adalah 1. Jumlah tenaga Elektro Medis ada sebanyak 2 orang, seluruhnya terdistribusi di rumah sakit. Jumlah Tenaga Analis Kesehatan ada sebanyak 44 orang, terdistribusi di Puskesmas sebanyak 24 orang, di rumah sakit sebanyak 16 orang, dan di Dinas Kesehatan sebanyak 4 orang, dengan ratio per 100.000 penduduk adalah 6. Jumlah Tenaga Rekam Medik ada sebanyak 1 orang, seluruhnya terdistribusi di rumah sakit. Dari gambaran tersebut maka jumlah Tenaga Keteknisan Medis seluruhnya adalah 53 orang dengan ratio per 100.000 penduduk adalah 7, Tabel 78 A. 5.2.5. Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Dan Non Kesehatan Di Sarana Kesehatan
Jumlah tenaga Fisioterapia da sebanyak 3 orang, seluruhnya terdistribusi di rumah sakit, sedangkan tenaga seperti Terapi Okupasi, Terapi Wicara, dan Akupunturis sampai saat ini belum ada. Jumlah Tenaga Non Kesehatan ada sebanyak 113 orang, 10 orang diantaranya terdistribusi di Puskesmas, sedangkan sisanya sebanyak 74 orang terdistribusi di rumah sakit, dan sebanyak 29 orang terdistribusi di Dinas Kesehatan. Dengan kata lain ratio jumlah Tenaga Non Kesehatan terhadap 100.000 penduduk adalah 12, Tabel 78 B.
5.3. Anggaran/ Pembiayaan Kesehatan Salah satu faktor yang sangat berperan didalam upaya pelaksanaan suatu program termasuk program pelayanan kesehatan tentu harus didukung oleh alokasi dana/ anggaran yang tersedia. Anggaran/ Pembiayaan kesehatan dimaksud adalah dana yang disediakan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan yang dialokasikan melalui APBD Kabupaten/ Kota.
5.3.1. Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kabupaten Pada tahun 2010 total APBD Kabupaten Asahan sebesar Rp.1.311.879.639.698,sedangkan anggaran kesehatan Kabupaten Asahan adalah sebesar Rp.66.329.498.400,(Enampuluh enam milyar tigaratus duapuluh sembilan juta empatratus sembilanpuluh delapan ribu empatratus rupiah) atau dengan kata lain sebesar 5,06 % dari total APBD Kabupaten. Berdasarkan sumbernya anggaran kesehatan tersebut berasal dari APBD Kabupaten, APBN, DAK, Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) dan Sumber Pemerintah Lain. Secara proporsional sumber terbesar berasal dari APBD Kabupaten sebesar Rp. 56.784.413.400,- (85,61 %) sedangkan yang terkecil berasal dari Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) yakni Rp.304.415.000,- (0,46 %).
Pada tahun 2011 total APBD Kabupaten Asahan sebesar Rp.892.574.452.458,sedangkan
anggaran
kesehatan
Kabupaten
Asahan
adalah
sebesar
Rp.149.836.690.220,- (Seratus empatpuluh sembilan milyar delapanratus tigapuluh enam juta enamratus sembilanpuluh ribu duaratus duapuluh rupiah) atau dengan kata lain sebesar 16,78 % dari total APBD Kabupaten. Berdasarkan sumbernya anggaran kesehatan tersebut berasal dari APBD Kabupaten, APBN (DAK/ Dana Alokasi Khusus, Tugas Pembantuan Rumah Sakit, Dana BOK/ Bantuan Operasional Kesehatan, dan Jamkesmas/ Jampersal), Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN), Malaria, TB Paru (GFATM), dan Sumber Pemerintah Lain (Askes). Secara proporsional sumber terbesar berasal dari APBD Kabupaten sebesar Rp. 66.793.108.856,- (44,58 %) sedangkan yang terkecil berasal dari Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) yakni Rp.386.000.000,- (0,26 %). Pada tahun 2012 total APBD Kabupaten Asahan sebesar Rp.1.086.048.162.409,sedangkan
anggaran
Rp.145.938.504.810,-
kesehatan (Seratus
Kabupaten empatpuluhlima
Asahan
adalah
milyar
tigapuluhdelapanjuta limaratusempat ribu delapanratus sepuluh rupiah)
sebesar
sembilanratus atau dengan
kata lain sebesar 13,44 % dari total APBD Kabupaten. Berdasarkan sumbernya anggaran kesehatan tersebut berasal dari APBD Kabupaten, APBN (DAK/ Dana Alokasi Khusus, Tugas Pembantuan Pelayanan Dasar Dinas Kesehatan, Dana BOK/ Bantuan Operasional Kesehatan, dan Jamkesmas/ Jampersal)., Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN), Malaria, TB Paru (GF-ATM), dan Sumber Pemerintah Lain (Askes). Secara proporsional sumber terbesar berasal dari APBD Kabupaten sebesar Rp. 75.191.970.540,- (76,72 %) sedangkan yang terkecil berasal dari Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) yakni Rp.312.293.000,- (0,32 %).
Apabila ketiga angka ini kita komparasi maka tampak bahwa total APBD Kabupaten tahun anggaran 2010 (Rp.1.311.879.639.698,-), tahun anggaran 2011 (Rp.892.574.452.458,-), dan tahun anggaran 2012 (Rp.1.086.048.162.409,-), tampak agak berfluktuasi dan terbesar adalah pada tahun 2010. Untuk total anggaran kesehatan justru mengalami peningkatan cukup bermakna yakni dari Rp. 66.329.498.400,- tahun 2010, naik menjadi sebesar Rp.149.836.690.220,- tahun 2011, dan kembali naik menjadi
145.938.504.810,-pada tahun
Lampiran Tabel 79.
2012.
Selengkapnya dapat dilihat pada
Apabila mengacu kepada hasil pertemuan antar Gubernur di Jakarta pada tahun 2007 telah disepakati bahwa 15 % dari total APBD harus dialokasikan untuk anggaran pembangunan kesehatan di daerah. Demikian juga disebutkan pada Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan Tahun 2010-2014 (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 021/ MENKES/ SK/ 2011) untuk mendorong pembiayaan minimal pada sektor kesehatan yakni sebesar 5,00 % dari APBN dan 10,00 % dari APBD di luar gaji dan diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik. Pada kenyataannya kesepakatan/ ketentuan tersebut belum dapat terlaksana secara merata di masingmasing daerah termasuk di Kabupaten Asahan (hanya mencapai 13,44 %). Hal ini kemungkinan terjadi akibat adanya kebijakan pemerintah Kabupaten Asahan terhadap beberapa program yang sifatnya sangat mendesak untuk dilaksanakan sehingga proporsi anggaran kesehatan tidak dapat dialokasikan sebagaimana dimaksud. Namun bila melihat adanya trend peningkatan total anggaran kesehatan maka upaya untuk memenuhi ketentuan tersebut tetap menjadi bahan perhatian pemerintah Kabupaten Asahan sekaligus untuk mencapai ”Asahan Sehat Mandiri 2015” sebagaimana visi Kabupaten Asahan ”Terwujudnya Asahan yang Religius, Sehat, Cerdas dan Mandiri”.
5.3.2. Alokasi Anggaran Kesehatan Pemerintah Per-Kapita Per-Tahun Sebagaimana amanat Pembukaan UUD 1945 dalam penjabaran alinea ke empat dikatakan bahwa pemerintah berkewajiban untuk menjamin dan memelihara kesehatan warga negaranya mulai dari pemerintah pusat, provinsi sampai dengan Kabupaten/ Kota.
Menjawab amanat tersebut maka pemerintah
Kabupaten
Asahan
telah
menganggarkan alokasi dana anggaran kesehatan perkapita sebesar Rp.99.255,24,-per tahun pada tahun 2010, selanjutnya meningkat menjadi Rp. 125.007,88,- pada tahun
2011, dan kembali meningkat menjadi 145.308,86,- pada tahun 2012, (Lampiran Tabel 79).
Berdasarkan
uraian
pada
bab-bab
terdahulu
dan
dengan
memperbandingkan capaian program terhadap Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/ Menkes/ PER/ VII/ 2008) dan standarisasi lainnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain: 1. Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 12/1.000 Kelahiran Hidup (KH). 2. Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 13 dari 16.435 KH, turun dibandingkan tahun 2011 (17 ibu dari 13.482 KH). 3. Persentase Balita BGM adalah sebanyak 5.221 orang (8,27 %) dan status gizi buruk sebanyak 26 orang (0,26 %). Apabila mengacu kepada target Indonesia Sehat (IS) 2010-2015 tentang BGM, yakni sebesar 1,50 % maka target penurunan Balita BGM tahun 2012 masih belum tercapai. 4. Pada tahun 2011 kasus penyakit TB Paru adalah 7.257 kasus klinis dan 708 BTA + dengan persentase kesembuhannya sebesar 283 kasus (40,58 %). Pada tahun 2012 terjadi penurunan cukup bermakna dimana kasus penyakit TB Paru adalah 6.952 kasus klinis dan 659 BTA + dengan persentase kesembuhannya sebesar 283 kasus (91,07 %). 5. Angka kesakitan malaria pada tahun 2012 adalah 1,74 per 1.000 penduduk dengan jumlah kasus sebanyak 1.226 kasus positif menderita Malaria tanpa ditemukan adanya kematian.
6. Cakupan kunjungan ibu hamil KN4 adalah 93,59 %, masih berada sedikit dibawah target IS 2015 (95,00 %). 7. Cakupan pelayanan ibu nifas sebesar 95,63 %, sudah melampaui Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2015 (90,00 %).
8. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani terdiri dari; Bumil risti/ komplikasi ditangani sebesar 25,19 %, dan Neonatal risti/ komplikasi ditangani sebesar 5,86. Hasil cakupan ini masih jauh dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 dan 2015 (80,00 %).
9. Cakupan kunjungan bayi minimal 4 kali adalah sebesar 76,94 %, masih jauh dari target SPM tahun 2010 (90,00 %).
10. Cakupan pelayanan anak balita minimal 8 kali adalah sebesar 80,76 %, masih belum mencapai target SPM 2010 (90,00 %). 11. Cakupan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin
12. Jumlah pertolongan persalinan yang dilakukan oleh Tenaga Kesehatan (Nakes) yang memiliki kompetensi kebidanan sebanyak 95,77 %, sudah melampaui target IS 2015 (90,00 %).
13. Cakupan peserta KB Aktif adalah 70,97 %, sudah memenuhi target IS 2010 (70,00 %).
14. Cakupan program Desa/ Kelurahan UCI adalah 81,37 %, masih berada dibawah target IS 2010 (100,00 %).
15. Cakupan pelaksanaan program pemberian vitamin A dua kali pada Balita adalah sebesar (83,40 %), masih berada dibawah target IS 2010-2015 (90,00%).
16. Cakupan Bayi yang mendapat ASI Eksklusif sebesar (28,45 %), masih jauh dibawah Target IS 2010-2015 (80,00 %).
17. Persentase rumlah rumah tangga ber-PHBS adalah (14,41 %), masih jauh dibawah Target IS 2010-2015 (65,00 %).
18. Pada tahun 2012 struktur pemerintahan Kabupaten Asahan terdiri dari 25 Kecamatan, 27 Kelurahan dan 177 Desa. Sedangkan sarana kesehatan yang ada terdiri dari 10 Rumah Sakit, 22 Puskesmas, 115 Puskesmas Pembantu dan 68 Pos Kesehatan Desa,dan Posyandu sebanyak 958 unit. Mengacu kepada ketentuan Departemen Kesehatan disebutkan bahwa setiap kecamatan minimal harus mempunyai 1 Puskesmas maka dengan demikian masih dibutuhkan penambahan Puskesmas sebanyak 3 unit. 19. Berdasarkan data capaian indikator pelayanan rumah sakit antara lain BOR (47,00 %), LOS (3,80), dan TOI (4,30). Masih diperlukan upaya peningkatan BOR minimal menjadi 60,00 % misalnya dalam bentuk maksimalisasi
kualitas
pelayanan
dan
mengeliminir
keluhan
pelanggan/pasien melalui pembangunan/ peningkatan kualitas sarana dan prasarana dan perbaikan sistem management.
20. Jumlah ketenagaan per 100.000 penduduk antara lain; Dokter Umum (15,00), Dokter Gigi (4,00), Dokter Spesialis di Rumah Sakit (3,00), Ahli Gizi (5,00), Ahli Sanitasi (4,00), Teknisi Medis 7,00 dan lain-lain. Secara umum ratio keseluruhan tenaga ini sudah lebih meningkat dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya, namun bila merujuk kepada referensi teoritis dan kebijakan/ ketentuan Dep.Kes, maka kualifikasi dan jumlah tenaga kesehatan masih belum terpenuhi.
21. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi percepatan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan adalah ketersediaan sejumlah dana yang mampu mengakomodir seluruh rencana kegiatan yang telah ditetapkan. Bila ditinjau dari aspek kebijakan pemerintah yang menggariskan bahwa jumlah anggaran pembangunan kesehatan adalah minimal sebesar 15 % dari total nilai anggaran
yang
tersedia, maka jumlah
anggaran
pembangunan kesehatan di Kabupaten Asahan tahun 2012 belum dapat memenuhi ketentuan tersebut (13,44 %) atau sekitar Rp.148.308,- per kapita per tahun.
Seiring dengan derap pembangunan global yang dilandasi dengan semangat Otonomi Daerah (OTDA) maka pembangunan kesehatan harus menjadi salah satu ujung tombak yang senantiasa harus mengambil peran dan posisi penting dalam upaya percepatan pencapaian tujuan pembangunan itu sendiri yakni masyarakat adil dan makmur.
Melalui otonomi daerah, pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota untuk berkreasi didalam pelaksanaan pembangunan termasuk upaya pembangunan kesehatan di daerahnya masing-masing baik dalam hal penentuan skala prioritas program, pembuatan kebijakan setempat sampai kepada menggali sumber anggaran selama tidak bertentangan dengan undangundang.
Kondisi tersebut pada akhirnya menuntut seluruh pelaku kesehatan untuk senantiasa mau dan mampu bekerja keras baik secara personal maupun institusional agar dapat
melaksanakan dan mewujudkan visi dan misi pembangunan kesehatan
secara berdaya guna dan berhasil guna melalui evaluasi program kerja yang telah, sedang dan akan dilaksanakan.
Berpedoman terhadap pola pikir tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan telah melaksanakan berbagai program kerja kesehatan selama tahun 2012 yang dilaporkan melalui Profil Kesehatan Kabupaten Asahan. Berbagai keberhasilan telah dicapai namun harus diakui bahwa tidak seluruhnya program kerja tersebut tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Terhadap program-program yang belum tercapai, kami berkeyakinan bahwa melalui dedikasi yang tinggi serta kerja keras dari segenap aparatur kesehatan yang diridhoi Allah SWT akan dapat dicapai dan ditingkatkan, sedangkan untuk program-program yang telah berhasil akan senantiasa kami pertahankan… SEMOGA !