10.18.9.
Sistem pemeliharaan preventif digunakan untuk runway precision approach kategori II atau III bertujuan untuk mengetahui approach and runway lights berfungsi dan dalam kondisi tertentu setidaknya : a. 95 % lampu berfungsi untuk setiap elemen berikut : i. precision approach category II dan II sistem pencahayaan, di dalam 450m; ii. runway centre line lights; iii. runway threshold lights; dan iv. runway edge lights. b. 90 % lampu berfungsi untuk touchdown zone lights; c. 85% lampu berfungsi untuk approach lighting system di luar 450m; d. 75 % lampu berfungsi untuk runway end lights. Dalam rangka memberikan petunjuk yang berkelanjutan, persentase untuk lampu yang tidak berfungsi tidak dapat diizinkan karena mengubah pola dasar sistem pencahayaan. Selain itu, lampu yang tidak berfungsi tidak diizinkan berdekatan dengan lampu yang tidak berfungsi lainnya, kecuali diberi barrette atau crossbar di mana dua lampu yang tidak berfungsi yang berdekatan dapat diizinkan.
10.18.10. Terkait dengan barrette, crossbar dan runway edge lights, lampu dapat berada berdekatan jika berada secara berurutan dan: - Lateral : dalam barrette dan crossbar yang sama; atau - Longitudinal : dalam baris edge lights atau barrette yang sama. 10.18.11. Sistem pemeliharaan preventif yang digunakan untuk stop bar yang disediakan pada runway holding position yang digunakan bersama dengan runway pada kondisi jarak pandang kurang dari nilai 350 m harus memiliki tujuan sebagai berikut: a. memastikan tidak boleh lebih dari dua lampu yang tetap rusak; dan b. memastikan dua lampu yang berdekatan tidak boleh tetap rusak kecuali lampu tersebut diberi jarak yang secara signifikan lebih kecil dari yang ditentukan. 10.18.12. Sistem pemeliharaan preventif yang digunakan untuk taxiway dimaksudkan untuk digunakan pada runway dengan kondisi jarak pandang kurang dari nilai 350 m harus memiliki tujuan bahwa tidak ada dua lampu taxiway centre line yang berdekatan akan rusak.
10-52
10.18.13. Sistem pemeliharaan preventif yang digunakan untuk runway precision approach kategori I harus bertujuan agar semua approach dan runway lights berfungsi dan setidaknya 85 persen dari total lampu yang ada harus berfungsi untuk lampu berikut : a. precision approach category I lighting system; b. runway threshold lights; c. runway edge lights; and d. runway end lights. Agar tidak membingungkan penerbang, dua lampu yang berdekatan tidak boleh rusak kecuali lampu tersebut memiliki jarak yang lebih kecil dari yang ditentukan. 10.18.14. Sistem pemeliharaan preventif runway yang digunakan untuk take-off di runway kondisi jarak pandang kurang dari 550 m harus bertujuan untuk memastikan semua lampu runway berfungsi dengan ketentuan : a. minimal 95% runway centre line lights (jika tersedia) dan runway edge lights berfungsi; b. minimal 75 % runway end lights berfungsi. Agar tidak membingungkan penerbang, lampu yang rusak harus tidak boleh berdekatan dengan lampu rusak lainnya. 10.18.15. Sistem pemeliharaan preventif runway yang digunakan untuk take-off di runway kondisi jarak pandang kurang dari 550 m atau lebih harus bertujuan untuk memastikan semua lampu runway berfungsi dengan ketentuan minimal 85 % runway edge lights dan runway end lights berfungsi. 10.19.
Pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi 10.19.1. Para operator bandar udara harus membuat dan melaksanakan program pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi. 10.19.2.
Program pemeliharaan disekitar Alat Bantu Navigasi merupakan sistematis untuk mengetahui perencanaan pemeliharaan (kapan dan bagaimana) untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan biaya yang seefisien mungkin.
10.19.3.
Para operator Bandar udara menjamin keandalan fasilitas/peralatan untuk mencegah kegagalan operasi peralatan/fasilitas disekitar Alat Bantu Navigasi.
10.19.4.
Para operator Bandar udara harus memastikan adanya prosedur pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi.
10-53
10.19.5.
Para operator bandar udara harus mendokumentasikan prosedur pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi untuk bandar udara tersebut. Hal ini mencakup alat bantu navigasi yang terletak pada atau diluar Bandar udara, baik yang dimiliki oleh operator Bandar udara atau oleh penyedia layanan lainnya.
10.19.6.
Penataan untuk pemelihataan daerah di sekitar instalasi ini harus mencantumkan rincian untuk berkonsultasi dengan unit/divisi alat bantu navigasi guna meghindari gangguan operasi alat bantu navigasi. Pemeliharaan daerah yang dilakukan di sekitar alat bantu navigasi harus sesuai dengan kesepakatan dari unit/divisi alat bantu navigasi.
10.19.7.
10.19.8.
Jika tidak ada spesifikasi bersama dengan unit/divisi alat bantu navigasi pemeliharaan daerah sekitar fasilitas baru harus sesuai dengan instruksi manufaktur jika tidak ada spesifikasi yang telah disepakati dengan unit/divisi alat bantu navigasi, dan untuk fasilitas eksisting yang tidak memiliki instruksi manual, harus sesuai dengan hal-hal sebagai berikut: a. pemotongan rumput di dasar menara, garis pagar dan fondasi bangunan, berjarak 500 mm; b. daerah berpagar harus tetap bebas dari rumput, semak belukar atau pertumbuhan lainnya yang tingginya melebihi 300 mm; dan c. dalam daerah berpagar, atau di lokasi yang tak berpagar dalam perbatasan bandar udara: d. Instalasi VOR, ketinggian rumput dalam radius 150 m dari antena tidak melebihi 600 mm; e. ILS localizer dengan antena 7-elemen, ketinggian rumput pada radius 90 m di belakang antena dan di daerah 180 m dengan lebar 90 m di depan antena tidak melebihi 150 mm; f. ILS localiser dengan antena 12-elemen, ketinggian rumput di daerah persegi membentang sampai 90 m kedua sisi antena dan dari 30 m belakang sampai 300 m di depan antena (atau ke ujung runway jika dekat) tidak melebihi 150 mm; g. instalasi NDB atau DME, ketinggian rumput di daerah tersebut meliputi menara, tikar bumi (earth mat), bangunan, dan akses jalan, semuanya dengan marjin 5m, tidak melebihi 150 mm. h. Daerah yang dipelihara yang dijelaskan di atas tidak boleh digunakan atau diperlakukan sebaliknya, misalnya dicangkul atau ditanami.
10-54
10.19.9.
10.20.
10.21.
Prosedur pemeliharaan daerah di sekitar alat bantu navigasi harus termasuk pengadaan dan pemasangan rambu yang sesuai.
Prosedur Keselamatan Bandar Udara selama Operasi pada Jarak Pandang Rendah (Low Visibility) 10.20.1.
Pada Bandar udara yang beroperasi pada jarak pandang rendah, operator Bandar udara harus menetapkan prosedur untuk pengaturan kegiatan selama operasi jarak pandang rendah di ground.
10.20.2.
Prosedur keselamatan bandar udara harus mencakup prosedur kewaspadaan (alerting procedure), dan rincian prosedur operasi ground yang melibatkan orang, kendaraan, pemindahan orang tidak diperlukan dari sisi udara, pemeriksaan fisik instalasi lampu dan alat peringatan seperti rambu.
10.20.3.
Pada jarak pandang operasi ditentukan dengan pengukuran manual RVR, prosedur keselamatan Bandar udara harus meliputi: a. metode untuk pengukuran dan pelaporan yang tepat dari RVR; b. lokasi dari posisi pengamatan runway, dan c. persyaratan dan pelatihan personel yang terpilih untuk mengamati RVR.
Inspeksi Teknis Keselamatan Bandar Udara 10.21.1.
Inspeksi teknis bandar udara adalah inspeksi fasilitas bandar udara untuk memastikan terdeteksinya setiap kerusakan yang membuat fasilitas tidak berfungsi atau fungsinya menurun sehinggga membahayakan operasi pesawat udara.
10.21.2.
Pemeriksaan harus meliputi : a. survei pada runway instrumen terhadap approach surface, take off surface dan transitional surface; b. inspeksi dan pengujian aerodrome lighting dan sistem jaringan listrik, termasuk visual approach slope indicator; c. pengujian elektrik dari setiap earthing point di bandar udara; d. pemeriksaan dan pengukuran perkerasan daerah pergerakan dan drainase; e. pemeriksaan rambu-rambu di daerah pergerakan;
10-55
f.
10.21.3.
10.21.4.
inspeksi fasilitas di bandar udara yang digunakan untuk hal berikut: g. kondisi darurat aerodrome; h. penanganan bahan berbahaya; i. manajemen bahaya (hazard) burung dan hewan; j. stand-by dan emergency aerodrome lighting; k. inspeksi pengaturan kontrol sisi udara kendaraan (jika ada); l. pengecekan nilai dan akurasi: m. Informasi bandar udara yang dipublikasikan dalam AIP; dan n. Prosedur pengoperasian bandar udara yang tercantum dalam Aerodrome Manual. Inspeksi harus sesuai dengan semua standar yang berlaku bagi inspeksi teknis aerodrome yang diatur dalam Manual of Standards (MoS). Saat pelaksanaan inspeksi teknis bandar udara harus dilakukan 10.21.4.1. Operator bandar udara bersertifikat harus memastikan bahwa: a. inspeksi teknis bandar udara dilakukan pada interval tidak lebih dari 12 bulan, atau b. Jika operator bandar udara telah melaksanakan inspeksi untuk fasilitas tertentu pada jangka waktu yang berbeda, maka setiap fasilitas tersebut harus di inspeksi dengan interval tidak lebih 12 bulan. 10.21.4.2.
10.21.4.3.
10.21.4.4.
Operator bandar udara dapat memilih fasilitas – fasilitas yang dilakukan untuk pemeriksaan teknis bandar udara pada waktu yang berbeda dari fasilitas – fasilitas yang lain. Apabila dilihat dari hasil aerodrome serviceability inspection suatu fasilitas pada bandar udara membutuhkan inspeksi teknis, maka operator harus memastikan bahwa inspeksi teknis yang diperlukan terhadap fasilitas dimaksud dilaksanakan sesegera mungkin. Operator Bandar Udara: a. harus, jika operator bandar udara telah memilih fasilitas-fasilitas tertentu untuk inspeksi teknis bandar udara dilakukan pada waktu yang berbeda: i. menyimpan catatan dari setiap hasil inspeksi dan menyimpan 10-56
catatan dari hasil inspeksi setiap fasilitas, dan ii. menyimpan catatan dari hasil inspeksi setiap fasilitas setidaknya selama 3 tahun ; atau b. harus, dalam hal lain: i.
menyimpan catatan hasil inspeksi ; dan
dari
setiap
ii. tetap menyimpan setiap catatan inspeksi selama setidaknya 3 tahun setelah inspeksi dilakukan. 10.21.4.5.
10.21.5.
Pelanggaran terhadap sub regulasi (10.21.4.1) atau (10.21.4.4) merupakan pelanggaran berat.
Petugas yang melaksanakan inspeksi teknis aerodrome 10.21.5.1. Operator bandar udara yang bersertifikat harus memastikan bahwa inspeksi teknis bandar udara dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang dengan kualifikasi dan pengalaman teknis yang sesuai. 10.21.5.2. Pada khususnya: a. daerah pergerakan, daerah perkerasan dan drainase harus diperiksa oleh orang yang memiliki gelar yang diakui, diploma atau sertifikat di bidang teknik sipil atau pengalaman teknis yang sesuai, dan b. fasilitas lighting dan listrik harus diperiksa oleh seorang insinyur elektro atau teknisi listrik yang berlisensi, dan c. obstacle limitation surfaces harus diperiksa oleh orang yang: i. memenuhi syarat atau berpengalaman secara teknis dalam melakukan survei, dan ii. memiliki pengetahuan dan pemahaman prosedur dan standard survei untuk obstacle limitation surfaces.
10.21.6.
Inspeksi Keselamatan harus mengidentifikasi segala kekurangan, atau area untuk perbaikan/peningkatan.
10.21.7.
Inspeksi Keselamatan harus meliputi perencanaan untuk tindakan korektif.
10-57
Kegiatan audit Ditjen Hubud akan meliputi tindak lanjut atas kemajuan yang dicapai pada laporan sebelumnya dan rencana untuk tindakan korektif. 10.21.8.
10.22.
Kegiatan audit Ditjen Hubud akan mliputi tindak lanjut atas kemajuan yang dicapai pada laporan sebelumnya dan rencana untuk tindakan korektif.
Surface Movement Guidance and Control Systems 10.22.1. Surface Movement Guidance and Control (SMGCS) harus tersedia di bandar udara.
Systems
Catatan : Petunjuk untuk SMGCS terdapat dalam Surface Movement Guidance and Control Systems (SMGCS) (Doc 9476). 10.22.2.
Desain SMGCS harus memperhitungkan : a. kepadatan lalu lintas udara; b. kondisi visibilitas saat kondisi operasional; c. kebutuhan pilot; d. kompleksitas tata letak bandar udara, dan e. pergerakan kendaraan
10.22.3.
Komponen alat bantu visual dari SMGCS, seperti marka, lights dan rambu, harus dirancang sesuai dengan spesifikasinya. SMGCS harus dirancang agar dapat membantu pencegahan incursion antara pesawat udara dan kendaraan yang menuju runway. SMGCS juga harus dirancang untuk membantu dalam pencegahan tabrakan antara pesawat udara, dan antara pesawat udara dengan kendaraan atau benda, pada setiap bagian dari movement area. Catatan : Pedoman pengaturan stop bar melalui loop induction dan pada taxi guideline dan visual control system terdapat dalam Aerodrome Design Manual (Doc 9157), Part 4.
10.22.4.
Kondisi dimana SMGCS disediakan dengan switching stop bars dan taxiway centre line lights, berikut persyaratan harus dipenuhi : a. rute taxiway yang ditunjukkan dengan penerangan taxiway centre line lights harus mampu diberhentikan oleh penerangan stop bars; b. sirkuit kontrol harus ditata sedemikian rupa sehingga ketika stop bars yang terletak di depan
10-58
pesawat menyala, taxiway centre line lights setelah itu padam, dan c. taxiway centre line lights diaktifkan menjelang pesawat ketika berhenti bar ditekan.
10-59
10.23.
10.22.5.
Surface movement radar untuk manoeuvring area harus disediakan pada aerodrome yang digunakan untuk runway dengan visual range kurang dari nilai 350 m.
10.22.6.
Surface movement radar untuk manoeuvring area ketika kondisi kepadatan lalu lintas dan operasi yang sedemikian rupa sehingga keteraturan arus lalu lintas tidak dapat dipertahankan oleh prosedur dan fasilitas alternative.
Apron Management Service 10.23.1 Penyelenggara bandar udara wajib menyediakan Apron Management Service jika terdapat volume trafik tinggi dan suatu kondisi operasi, guna : a. mengatur gerakan dengan tujuan mencegah tabrakan antara pesawat, serta antara pesawat dan obstacle; b. mengatur masuknya pesawat ke dalam apron, dan mengkoordinasikan keluarnya pesawat dari apron dengan ATC; dan c. memastikan keselamatan dan kecepatan pergerakan kendaraan dan regulasi yang tepat dari kegiatan lain. 10.23.2
Ketika ATC tidak menyertai Apron Management Service, prosedur harus ditetapkan untuk memfasilitasi transisi ketertiban pesawat antara unit Apron Management dan ATC. Catatan : Panduan untuk Apron Management Service terdapat dalam Airport Service Manual (Doc 9137), Part 8, dan dalam Manual of Surface Movement Guidance and Control Systems (SMGCS) (Doc 9476)
10.23.3
Apron Management Service harus dilengkapi dengan fasilitas komunikasi telepon radio.
10.23.4
Jika prosedur low visibility berlaku, orang dan kendaraan yang beroperasi pada apron harus dibatasi seminimal mungkin sesuai kebutuhannya. Catatan : Petunjuk terkait prosedur-prosedur khusus ini terdapat Manual of Surface Movement Guidance and Control Systems (SMGCS) (Doc 9476).
10-60
10.23.5
10.24.
Pagar 10.24.1.
Kendaraan darurat harus diberikan prioritas di atas semua lalu lintas surface movement lainnya. Kendaraan yang beroperasi di apron harus : a. Memberi jalan kepada kendaraan darurat; pesawat yang sedang melakukan taxi, akan melakukan taxi, atau didorong atau ditarik; dan b. Memberikan jalan kepada kendaraan lain sesuai dengan peraturan lokal. Aircraft stand harus dimonitor secara visual untuk memastikan bahwa jarak bebas yang direkomendasikan disediakan untuk pesawat tersebut menggunakan aircraft stand. Umum 10.24.1.1
Pagar atau pembatas lainnya harus tersedia di aerodrome untuk mencegah masuknya hewan dalam jumlah yang besar ke area pergerakkan yang berpotensi menjadi hazard bagi pesawat udara.
10.24.1.2 Pagar atau pembatas lainnya harus tersedia di aerodrome untuk mencegah akses yang tidak disengaja atau direncanakan dari orang yang tidak berwenang memasuki area non public suatu aerodrome. Catatan : Hal ini termasuk pembatas untuk selokan, saluran, terowongan, dll dimana diperlukan untuk mencegah akses masuk. Langkah-langkah khusus mungkin diperlukan untuk mencegah akses orang yang tidak berwenang untuk memasuki runway atau taxiway yang melewati jalan publik. 10.24.1.3
10.24.2.
Lokasi 10.24.2.1.
Upaya perlindungan yang sesuai harus disediakan untuk mencegah akses yang tidak disengaja atau direncanakan dari orang yang tidak berwenang ke dalam instalasi dasar dan fasilitas penting untuk keselamatan penerbangan sipil pada bandar udara. Pagar atau pembatas harus terletak sedemikian rupa untuk memisahkan area pergerakkan dengan fasilitas lainnya atau zona vital suatu aerodrome untuk
10-61
10.24.2.2.
keselamatan operasi pesawat udara dari area yang terbuka untuk akses publik. Ketika keamanan yang lebih ketat dianggap perlu, cleared area dapat tersedia pada kedua sisi pagar atau pembatas untuk memfasilitasi tugas patroli dan membuat pelanggaran lebih sulit. Perlu dipertimbangkan untuk menyediakan jalan perimeter di dalam pagar bandar udara untuk digunakan oleh personel pemeliharaan dan patroli keamanan.
10-62
11.
STANDAR UNTUK FASILITAS LAIN DI AERODROME
11.1.
Pendahuluan Bab ini berisikan standar untuk disain dan operasi aerodrome yang tidak dicakup di bab lain dalam manual ini.
11.2.
Penempatan dan Clearance Penerbangan di Bandar Udara
Areas
untuk
Fasilitas
Navigasi
11.2.1.
Fasilitas navigasi di suatu bandar udara untuk navigasi pesawat udara di dalam ruang udara, termasuk di dalamnya alat bantu navigasi disepanjang lintasan pesawat udara dan untuk approach dan landing di aerodrome, fasilitas komunikasi, fasilitas meteorologi dan fasilitas ATC.
11.2.2.
Fasilitas navigasi penerbangan yang diperuntukan operasional pesawat udara yang aman (safe) dan efisien di daerah terminal yang mengeliling bandar udara dan pada daerah manuver perlu ditempatkan pada atau di bandar udara, pada umumnya. Sebagian dari fasilitas ini, khususnya fasilitas precision approach, harus ditempatkan pada relativitas geometris yang tepat terhadap runway atau perpanjangan garis tengah runway (runway centerline extensions). Sebagian besar fasilitas memiliki site clearance area yang mengelilingi lokasi untuk memastikan pengoperasian fasilitas dengan benar.
11.2.3.
Standar berikut menetapkan : a. Persyaratan umum untuk lokasi dan lokasi tertentu serta dimensi clearance area (untuk jenis-jenis fasilitas yang mungkin untuk dibuatkan spesifikasinya), untuk fasilitas yang ada saat ini; dan b. Tanggung jawab operator bandar udara dalam memelihara lokasi dan clearance area untuk fasilitas yang sedang direncanakan atau yang telah ada saat ini.
11.2.4.
Untuk fasilitas produsen.
baru,
ikuti
instruksi
yang
disediakan
11.2.5.
Fasilitas navigasi penerbangan di suatu aerodrome dapat berupa sebagian atau keseluruhan hal berikut: a. Fasilitas alat bantuan navigasi; b. ILS; c. DME; d. VOR; e. NDB; f.
Lokasi sensor radar;
g. sistem komunikasi udara/darat (air/ground) dan titikke-titik (point-to-point) termasuk radio bearer system dan situs satelit komunikasi; h. pusat layanan lalu lintas penerbangan (ATS); 11-1