PEMBUATAN SARANG SEMUT HITAM (Dolichoderus thoracicus) SEBAGAI MUSUH ALAMI HAMA Helopeltis spp PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN MENGGUNAKAN JENIS GULA YANG BERBEDA
Oleh :
ZULKIFLI.M.H NIM. 100500126
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PEMBUATAN SARANG SEMUT HITAM (Dolichoderus thoracicus) SEBAGAI MUSUH ALAMI HAMA Helopeltis spp PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN MENGGUNAKAN JENIS GULA YANG BERBEDA
Oleh
ZULKIFLI.M.H NIM. 100500126
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sambutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PEMBUATAN SARANG SEMUT HITAM (Dolichoderus thoracicus) SEBAGAI MUSUH ALAMI HAMA Helopeltis spp PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN MENGGUNAKAN JENIS GULA YANG BERBEDA
Oleh :
ZULKIFLI.M.H NIM. 100500126
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sambutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah
:
Nama
:
Zulkifli.M.H
NIM
:
100500126
Program Studi
:
Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
:
Manajemen Pertanian
Dosen Pembimbing
Pembuatan Sarang Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus)Sebagai Musuh Alami Hama Helopeltis spp Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Menggunakan Jenis Gula Yang Berbeda
Dosen Penguji I
Dosen Penguji II
F.Silvi Dwi Mentari, S.Hut, MP Nurlaila, SP, MP Daryono, SP NIP. 197707232003122002 NIP. 197110302001122001 NIP. 198002022008121002
Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650702001121001
Ir. Hasanudin, MP NIP. 196308051989031005
Lulus ujian pada tanggal : 27 Juli 2013
ABSTRAK ZULKIFLI.M.H. Pembuatan Sarang Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus) Sebagai Musuh Alami Hama Helopeltis spp Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Menggunakan Jenis Gula Yang Berbeda (dibawah bimbingan F. SILVI DWI MENTARI, S.Hut, MP). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gula yang paling baik dipakai dalam sarang buatan berupa bumbungan bambu dan cara pemberian yang paling tepat agar memancing semut hitam bersarang didalamnya, sehingga nantinya dapat berperan sebagai pengendali hama Helopeltis spp secara alami pada tanaman kakao. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, selama 7 (tujuh) bulan terhitung dari tanggal 1 Desember 2012 sampai 19 Juli 2013 meliputi persiapan alat sampai dengan pengambilan data hingga penyusunan laporan. Penelitian ini menggunakan perlakuan faktor tunggal dengan 5 (lima) taraf perlakuan terdiri dari kontrol/tanpa pemberian gula (P0), menggunakan gula merah+240ml air dicairkan (P1), menggunakan gula putih+240ml air dicairkan (P2), menggunakan gula merah padat (P3), dan menggunakan gula putih padat (P4). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa persentase berat semut hitam terbesar diperoleh pada perlakuan P1 dengan nilai 33,3%, diikuti oleh perlakuan P3 dengan nilai 26,7%, perlakuan P2 dengan nilai 20,0%, perlakuan P4 dengan nilai 13,3%, dan terendah adalah perlakuan P0 (kontrol) dengan nilai 6,7%.
RIWAYAT HIDUP ZULKIFLI.M.H, lahir pada tanggal 15 Juli 1992 di Sungai Pesab, Provinsi Kalimantan Timur merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara, pasangan Bapak Muhammad Hasan dan Ibu Hafsah. Memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 004 Suka Maju Kabupaten Kutai Timur, lulus pada tanggal 18 Juni 2004. Kemudian melanjutkan ketingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kongbeng Kabupaten Kutai Timur, lulus pada tanggal 23 Juni 2007. Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara, lulus pada tanggal 26 April 2010. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada tanggal 1 maret sampai 30 April 2013 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang di PT. Kutai Mitra Sejahtera, Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur.
KARYA ILMIAH INI SAYA PERSEMBAHKAN BUAT AYAH HANDA DAN IBUNDA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Keberhasilan dan kelancaran dalam penelitian ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada : 1.
Keluarga yang telah banyak memberikan motifasi dan doa kepada penulis selama ini
2.
Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Diretur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
3.
Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
4.
Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
5.
Ibu F. Silvi Dwi Mentari, S. Hut, MP selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah
6.
Ibu Nurlaila, SP, MP selaku dosen penguji I Karya Ilmiah
7.
Bapak Daryono, SP selaku dosen penguji II Karya Ilmiah
8.
Staf Pengajar dan Teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan.
9.
Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian penelitian ini. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan ini, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak sebagai informasi mengenai pembuatan sarang semut hitam.
Sei Keledang, 27 Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .......................................................................
i
DAFTAR ISI .....................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .............................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
v
I. PENDAHULUAN........................................................................
1
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Hama Helopeltis spp ..........................................
4
B. Tinjauan Umum Semut Hitam .......................................................
7
C. Tinjauan Umum Gula ............................................................... ..
11
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ......................................................................... 13 B. Alat dan Bahan .............................................................................. 13 C. Rancangan Penelitian ................................................................... 13 D. Prosedur Penelitian ....................................................................... 14 E. Pengamatan dan Pengambilan data .............................................. 16 F. Analisis Data ................................................................................... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ....................................................................................... 18 B. Pembahasan .................................................................................. 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..................................................................................... 23 B. Saran ............................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 24 LAMPIRAN ....................................................................................... 26
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Penyuntikan racun oleh Helopeltis spp pada buah kakao .................
4
2. Kerusakan yang terjadi pada buah kakao akibat hama Helopeltis spp .....................................................................................
5
3. Hama Helopeltis spp ..........................................................................
7
4. Semut hitam (Dolichoderus thoracicus ...............................................
9
5. Populasi semut hitam pada tanaman kakao ....................................... 10
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Layout penelitian ................................................................................
27
2. Data penelitian (berat awal dan berat akhir sarang semut hitam) ......
28
3. Dokumentasi kegiatan penelitian ........................................................
29
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Komposisi dan kandungan gula merah dan gula putih ........................ 12 2. Berat semut hitam dalam satuan gram ................................................ 18 3. Persentase populasi semut hitam 4 minggu setelah perlakuan ........... 19
1
I.
PENDAHULUAN
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian di Indonesia. Tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Luas perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 1.587.136 ha dengan hasil
produksi
809.583
ton
dan
di
ekspor
sebanyak
535.236
ton
(Ditjenbun, 2009). Permasalahan yang dihadapi petani kakao dalam budidaya tanaman kakao adalah adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Serangga merupakan jenis hama yang jumlahnya terbesar untuk tanaman kakao di Indonesia (lebih dari 130 spesies). Namun, hanya beberapa spesies yang benarbenar merupakan hama utama, yaitu penggerek buah kakao (Conopomorpha cramella Snellen) atau PBK, kepik penghisap buah (Helopeltis antonii Sign), ulat kilan (Hyposidra talaca Walker), dan penggerek batang atau cabang (Zeuzera coffeae). Serangan hama PBK dapat menurunkan hasil produksi sebesar 80%, setelah PBK hama yang berbahaya selanjutnya adalah hama penghisap buah Helopeltis spp. Serangga hama ini merupakan hama yang berbahaya kedua setelah PBK, hama ini umumnya menyerang buah kakao yang masih muda dengan menusuk dan menghisap cairannya sehingga buah berkembang tidak normal. Akibat serangan Helopeltis spp ini kualitas hasil produksi kakao dapat menurun sampai 50-60 % (Ditjenbun, 2006). Hama Helopeltis spp termasuk hama penting yang menyerang buah kakao dan pucuk atau ranting muda. Helopeltis muda (nimfa) dan dewasa (imago)
2
menyerang kakao dengan cara menusuk dan mengisap cairan sel. Akibatnya timbul bercak-bercak cekung berwarna coklat-kehitaman. Gejalanya adalah serangan pada buah muda dapat menimbulkan kematian, atau berkembang terus tetapi permukaan kulitnya menjadi retak dan bentuknya tidak normal. Sehingga menghambat pembentukan biji. Serangan pada ranting dan pucuk menyebabkan layu dan mati. Pada serangan berat, daun-daun gugur dan ranting meranggas. Serangan Helopetis spp dapat menurunkan produksi 36 % pada tahun yang sama sejak penyerangan, sedangkan pada tahun berikutnya dapat mencapai 61-75 %. Serangan yang berulang setiap tahun dapat menimbulkan kerugian sangat besar, karena tanaman tidak tumbuh normal. Serangga dewasa Helopeltis spp meletakkan telur pada permukaan buah kakao dan biasanya diletakkan pada lekukan buah. Telur-telur tersebut diletakkan secara individu maupun berkelompok antara 50–300 butir. Buah kakao yang paling disukai untuk meletakkan telur adalah buah yang memiliki alur kulit yang dalam serta ukuran panjang buah kurang lebih 9 cm pada umur 60-75 hari. Saat ini petani banyak menanam kakao dari jenis Forastero yang memiliki kulit buah kasar dan alur dalam sehingga disenangi oleh hama Helopeltis spp untuk meletakkan telur. Pengendalian secara biologis dapat dilakukan dengan menggunakan semut hitam. Semut hitam ini sudah merupakan bagian dari agroekosistem perkebunan kakao di Indonesia dan sudah dikenal sejak dari 80 tahun yang lalu. Aktivitas semut hitam yang selalu berada di permukaan buah menyebabkan Helopetis tidak sempat menusukan styletnya atau bertelur pada buah kakao, sehingga buah bebas dari serangan Helopeltis. Semut hitam dapat berfungsi sebagai agen pengendali hayati jika populasi semut hitam berlimpah, perlu
3
disediakan sarang agar dapat berkembang biak. Sarang yang dapat digunakan berupa lipatan- lipatan daun kelapa atau daun kakao (Santoso, 1980). Semut hitam mempunyai bahasa ilmiah Dolichoderus thoracicus termasuk dalam subfamily Dolichoderus, family Formicidae dan ordo Hymenoptera. Semut hitam dewasa berukuran 4-5 mm. Semut hitam hidup berkoloni, tiap koloni dapat mencapai 20.000-50.000 ekor. Setiap satu ekor betina mempunyai 100-200 ekor semut pekerja (jantan). Dalam satu tahun semut betina dapat menghasilkan 1.300-1.700 telur yang menetas dalam waktu 14 hari. Siklus hidup semut pekerja berkisar antara 37-52 hari. Koloni-koloni semut hitam tidak bersifat saling membatasi satu sama lain, sehingga dapat mencapai populasi yang sangat padat dalam suatu kebun (Anonim, 2010). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gula yang paling baik dipakai dalam sarang buatan berupa bumbungan bambu dan cara pemberian yang paling tepat agar memancing semut hitam bersarang didalamnya, sehingga nantinya dapat berperan sebagai pengendali hama Helopeltis spp secara alami pada tanaman kakao. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para pembaca tentang jenis gula dan cara pemberian yang paling tepat untuk mengumpulkan semut hitam sebagai musuh alami hama Helopeltis spp pada pohon kakao.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Umum Hama Helopeltis spp 1. Gejala Serangan dan Kerusakan Setelah hama Pengerek Buah Kakao (PBK), hama yang sangat meresahkan petani kakao adalah Helopeltis spp. Lebih dari satu jenis spesies Helopeltis yang menyerang tanaman kakao, di antaranya Helopeltis antonii, Helopeltis teivora, dan Helopeltis claviver. Serangan muda (nimfa) dan imago Helopeltis spp dapat menimbulkan kerusakan tanaman kakao dengan cara menusukkan alat mulutnya (stylet) ke dalam
jaringan
Bersamaan
untuk
dengan
menghisap tusukan
stilet
cairan sel-sel tersebut,
di
dalamnya.
Helopeltis
akan
mengeluarkan cairan yang bersifat racun dari dalam mulutnya yang dapat mematikan di sekitar tusukan tadi. Akibatnya timbul bercakbercak cekung berwarna coklat yang dapat berubah menjadi kehitaman. Adapun cara penyuntikan racun oleh hama Helopeltis spp dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Penyuntikan racun oleh Helopeltis spp pada buah kakao.
5
Serangan pada buah kakao muda dapat menyebabkan kematian. Serangan Helopeltis pada pucuk atau ranting menyebabkan bercak cekung di tunas ranting. Bercak mula-mula bulat dan berwarna coklat kehitaman, kemudian memanjang seiring dengan pertumbuhan tunas. Akibatnya, ranting tanaman atau pucuk akan layu, kering, dan mati (dieback). Pada serangan yang berat, daun kakao gugur dan ranting tanaman akan tampak seperti lidi. Sasaran serangan Helopeltis yang lain adalah buah, dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini :
Gambar 2. Kerusakan yang terjadi pada buah kakao akibat hama Helopeltis spp. Pucuk atau ranting biasanya diserang jika terdapat sedikit buah di pohon. Akibat serangan hama ini dapat mengurangi produksi sebesar 50-60 %. Serangan yang berulang setiap tahun dapat menimbulkan kerugian sangat besar karena tanaman tidak dapat tumbuh normal. 2. Daerah Penyebaran Afrika, Ceylon, Malaya, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Sabah, Papua Nugini, Filipina (Pusat Penelitian Kopi dan
6
Kakao Indonesia, 2010). 3. Biologi Klasifikasi dari hama Helopeltis spp dalam Anonim (2012) adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Phillum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Hemiptera
Famili
: Miridae
Genus
: Helopeltis
Spesies
: Helopeltis spp
Bentuk Helopeltis spp dewasa mirip dengan walang sangit, panjang tubuhnya sekitar 10 mm. Bagian tengah tubuhnya berwarna jingga dan bagian belakang berwarna hitam atau kehijauan dengan garis-garis putih. Pada bagian tengah tubuh terdapat embelan tegak lurus berbentuk jarum pentul. Telur Helopeltis berwarna putih berbentuk lonjong yang biasanya diletakkan di dalam jaringan kulit buah atau tunas. Pada salah satu ujungnya terdapat dua embelan berbentuk benang dengan panjang sekitar 0,5 mm yang menimbul keluar jaringan. Lama periode telur 6-7 hari. Nimfa Helopeltis, berbentuk mirip dengan Helopeltis dewasa tetapi tidak bersayap. Lama periode nimfa 10-11 hari. Perkembangan dari telur hingga menjadi serangga dewasa memerlukan waktu antara 30-48 hari. Seekor serangga betina dewasa selama
hidupnya
dapat
meletakkan
telur
hingga
(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010).
200
butir
7
Adapun bentuk dari hama Helopeltis spp lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hama Helopeltis spp
B.
Tinjauan Umum Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus) 1.
Mengenal semut hitam (Dolichoderus thoracicus) Menurut Hutauruk (1988), klasifikasi dari semut hitam sebagai berikut : Kingdom
:
Animalia
Sub kingdom
:
Invertebrata
Filum
:
Arthropoda
Kelas
:
Insecta
Ordo
:
Hymenoptera
Familia
:
Formicidae
Genus
:
Dolichoderus
Spesies
:
Dolichoderus thoracicus
Semut hitam dewasa berukuran 4-5 mm. Semut hitam hidup berkoloni. Tiap koloni dapat mencapai 20.000-50.000 ekor. Setiap satu ekor betina mempunyai 100-200 ekor semut pekerja (jantan). Dalam
8
satu tahun semut betina dapat menghasilkan 1.300-1.700 telur yang menetas dalam waktu 14 hari. Siklus hidup semut pekerja berkisar antara 37-52 hari. Koloni-koloni semut hitam tidak bersifat saling membatasi satu sama lain, sehingga dapat mencapai populasi yang sangat padat dalam suatu kebun. 2.
Potensi Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus) Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) merupakan salah satu musuh alami yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama Helopeltis spp. Semut hitam adalah salah satu jenis semut yang termasuk ke dalam bagian dari agroekosistem perkebunan kakao di Indonesia dan telah dikenal berpuluh tahun yang lalu. Semut hitam bersimbiosis dengan kutu putih (Planococcus spp), pasalnya sekresi yang dikeluarkan oleh kutu putih tersebut rasanya manis dan sangat disukai semut hitam. Sementara itu, semut hitam disengaja atau tidak sengaja membantu menyebarkan nimfa kutu putih. Aktivitas semut hitam yang selalu berada dipermukaan buah kakao menyebabkan Helopeltis spp. tidak sempat menusukkan stylet atau bertelur di buah kakao sehingga buah terhindar dari serangan
Helopeltis
spp
(Junianto dan Sulistyowati, 2000). Koloni semut hitam banyak dijumpai di pohon rambutan, sirsak, kelapa, dan pohon kakao, ciri khas spesies ini adalah apabila istirahat seolah-olah seperti duduk dengan bagian perut (abdomen) berada menempel pada bagian batang. Semut ini tidak menggigit, hanya kadang-kadang mengeluarkan asam semut yang terasa pedas apabila mengenai mata. Oleh karena itu jenis semut ini kurang berbahaya bagi
9
pekerja
kebun,
semut
hitam
termasuk
serangga
yang
hidup
berkelompok atau disebut juga serangga sosial. Serangga demikian biasanya mendominasi lingkungan perkembangbiakannya, sehingga apabila ada kelompok serangga lain atau jenis semut lain yang mendiami tempat perkembangbiakannya pasti akan diusir atau akan saling menyerang sehingga yang bertahan hanya satu jenis semut saja. Hal ini perlu diperhatikan dalam memapankan semut hitam dalam suatu ekosistem. Apabila dijumpai jenis semut lain dalam ekosistem tersebut maka harus dihilangkan terlebih dahulu dengan cara dikendalikan menggunakan bahan kimia atau insektisida. Misalnya, yang sering dijumpai di pertanaman kakao adalah jenis semut angrang (Oesophylla smaragdina), semut gramang (Anoplolepis longipes) dan Crematogaster sp. (Wahyudi, 2011). Adapun bentuk dan populasi semut hitam dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.
Gambar 4. Semut hitam (Dolichoderus thoracicus)
10
Gambar 5. Populasi semut hitam pada tanaman kakao 3.
Cara Pemeliharaan Semut Hitam Agar populasinya tetap tinggi dan berkembang meluas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan semut hitam, yaitu : a)
Tidak
dilakukan
penyemprotan
pestisida
pada
lokasi
pengembangan semut hitam, karena penyemprotan pestisida akan memiliki dampak negatif juga mematikan koloni semut sehingga perkembangannya menjadi terhambat dan lambat laun akan hilang. b)
Pembaharuan sarang, ini harus dikerjakan paling tidak setiap 6 bulan sekali apabila sarang semut hitam telah kelihatan lapuk.
c)
Menghilangkan koloni jenis semut lain selain semut hitam, misalnya semut gramang, semut angrang, semut Cremastogaster sp dan sebagainya, yaitu dengan cara penyemprotan insektisida yang efektif.
d)
Inokulasi kutu putih secara terus menerus pada pohon-pohon kakao yang populasi kutu putihnya kurang.
11
e)
Tidak mengubah ekosistem pertanaman kakao secara drastis, misalnya dengan pemangkasan berat dan akan merubah lingkungan mikro pada pertanaman kakao sehingga tidak sesuai untuk perkembangan semut hitam. Pemangksan hendaknya dilakukan secara ringan tetapi dengan frekuensi yang sering.
f)
Pemapanan
semut
hitam
akan
menjadi
mudah
dan
perkembangan semut hitam dapat lebih dipertahankan apabila tanaman kakao ditumpangsarikan dengan tanaman kelapa. Karena tanaman kelapa banyak menyediakan makanan semut hitam
serta
daunnya
bisa
digunakan
sebagai
sarang
(Anonim, 2010). C. Tinjauan Umum Gula Merah dan Gula Putih Gula merupakan bahan pangan yang tidak asing lagi bagi manusia karena rasanya yang manis. Umumnya diproduksi dari tanaman tebu atau nira. Beberapa jenis gula yang dikenal dalam perdagangan seperti gula merah, gula putih (kristal), dan cair atau sirup. Bahan pemanis lain selain gula adalah madu lebah. Gula juga sangat disukai semut karena aroma dan rasa manisnya. Hasil penelusuran mengenai perkembangan industri gula merah maupun gula putih dari media massa menunjukkan bahwa pengembangan industri gula mulai dilakukan lagi pada tahun 2006 terutama di Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Pulau Muna di Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Pada tanggal 14 Januari 2007 dilakukan ekspor perdana gula sebanyak 12,5 ton dari Tomohon, Sulawesi Utara, ke Rotterdam, Belanda (Humas Kementerian Korbidkesra, 2007).
12
Hal ini menunjukkan bahwa gula merah maupun gula putih memiliki pasar yang luas, tidak hanya dalam negeri tetapi juga luar negeri (ekspor). Gula merah memiliki perbedaan sifat fungsional dengan gula putih (tebu)
terutama
pada
rasa
manis,
warna,
aroma,
dan
keempukan. Karena kekhasan yang dimilikinya, gula merah banyak digunakan sebagai ingredient (bahan berbagai
jenis
makanan
dan
tambahan
pangan)
dalam
minuman tradisional. Gula merah
dibedakan berdasarkan asal niranya. Gula kelapa, gula aren, dan gula nipah masing-masing secara berturut-turut berasal dari nira kelapa, nira aren, dan nira nipah, penggunaan gula merah di industri pangan (kecap, dodol, dan tauco) lebih banyak menggunakan gula kelapa dan gula aren (Anonim, 2011). Adapun komposisi dari gula merah dan gula putih dapat di lihat pada tabel 1.
Komposisi
Gula merah (Kelapa)
Gula pasir (tebu)
Air
87,78 %
50 %
Sukrosa
10,88 %
97,10 %
Glukosa
0,21 %
1,24 %
Protein
0,17 %
3%
Lemak
0,37 %
1%
Tabel 1. Komposisi dan kandungan gula merah dan gula pasir Sumber : Lalujan (1995) dan Thrope (1974)
13
III.
A.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di areal kebun percontohan Program studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah selama 7 (tujuh) bulan terhitung mulai dari tanggal 1 Desember 2012 sampai 1 Juli 2013 meliputi persiapan alat sampai dengan pengambilan data hingga penyusunan laporan.
B.
Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah parang/arit, alat tulis, kamera, label, timbangan, kompor, wajan, botol aqua, aqua gelas (fiesta) dan sendok sayur. Bahan yang digunakan adalah tanaman kakao, gula merah, gula putih, bambu, daun kelapa kering, tali rafia.
C.
Rancangan Penelitian Penelitian ini berupa pembuatan sarang semut hitam dengan cara pemberian dua jenis gula yang berbeda menggunakan perlakuan faktor tunggal dengan 5 (lima) taraf perlakuan yaitu : P0 : Sarang semut tanpa pemberian gula/kontrol P1 : Sarang semut menggunakan 400 gram gula merah+air 240 ml air dicairkan. P2 : Sarang semut menggunakan 400 gram gula putih+air 240 ml air dicairkan. P3 : Sarang semut menggunakan gula merah padat 100 gram. P4 : Sarang semut menggunakan gula putih padat 100 gram.
14
D.
Prosedur Penelitian 1. Persiapan alat dan bahan a)
Survey lokasi kakao Terlebih dahulu menyiapkan alat berupa parang sebagai alat merintis, kemudian memasuki lahan kakao dari arah selatan ke utara agar penentuan pohon kakao yang akan digunakan untuk meletakan sarang semut hitam buatan tidak salah dan pohon kakao yang dipilih adalah pohon kakao yang sudah menghasilkan atau berbuah, setelah pohon kakao yang akan digunakan telah ditentukan, pohon kakao diberi tanda dengan membersihkan sedikit disekitar pohon kakao tersebut.
b)
Pembersihan kakao Menyiapkan alat berupa parang untuk membersihkan sekitar pohon kakao yang akan digunakan, setelah alat disiapkan kita membersihkan gulma yang ada di sekeliling (piringan) pohon kakao hingga bersih dan membuang buah-buah kakao yang rusak di pohon kakao.
c)
Merebus gula merah dan gula pasir Prosedur ini dilaksanakan untuk pembuatan gula merah cair dan gula putih cair. Terlebih dahulu menyiapkan wajan, kompor, pisau dapur, botol, gelas (fiesta) untuk menakar gula dan sendok sayur serta bahan yaitu gula merah 400 gram dan gula pasir 400 gram untuk dicairkan dan 100 gram gula merah dan gula pasir yang padat, gula merah terlebih dahulu diiris-iris agar mempermudah pada saat merebusnya, setelah alat dan bahan yang akan digunakan telah
15
disiapkan, wajan diletakkan di atas kompor yang telah dihidupkan, kemudian masukan 240 ml air liter air ke dalam wajan, setelah air mendidih masukan gula ke dalam wajan 400 gram dan gula diadukaduk hingga mencair, setelah gula yang direbus mencair, gula didiamkan selama 2 menit agar lebih dingin dan mempermudah proses pengisian cairan gula ke dalam botol. Setelah gula mulai dingin, gula dimasukan ke dalam botol yang telah disiapkan. d)
Mengumpulkan bambu dan daun kelapa kering Pertama terlebih dahulu menyiapkan alat yaitu parang yang akan digunakan untuk memotong bambu dan daun kelapa, setelah alat yang akan digunakan siap, kedua memilih bambu yang kering agar beratnya nanti tidak berubah atau berbeda dengan panjang sekitar 25 cm, bambu yang digunakan harus memiliki lubang dari salah
satu
ujungnya,
dan
setelah
bambu
telah
selesai
dipotong-potong, bambu siap digunakan. Setelah itu mencari daun kelapa kering, dan jika terdapat daun kelapa yang masih menyatu dengan pelepahnya harus dipotong atau dipisahkan dari pelepahnya, setelah daun kelapa selesai dikumpulkan secukupnya, bambu dan daun kelapa dibawa ke pohon kakao. 2. Pembuatan sarang semut hitam Pertama siapkan gula cair dan padat, serta tali rafia di pohon kakao yang telah dibersihkan, kemudian daun kelapa kering yang telah disiapkan dilipat menjadi 2 (dua) bagian agar tidak terlalu panjang, kemudian bambu yang telah dipersiapkan diisi dengan daun kelapa kering yang telah dilipat, setelah bambu selesai diisi dengan daun kelapa,
16
masing-masing bambu diisi dengan gula merah dan gula pasir yang padat sebanyak 100 gram dan yang cair sebanyak 240 ml air untuk setiap bambu yang telah terisi daun kelapa. Setelah semua bambu yang berisikan daun kelapa kering dan cairan gula merah dan cairan gula putih serta gula merah dan gula putih padat selanjutnya bambu tersebut diikat di cabang yang terdapat banyak buah kakao yang telah dibersihkan dengan menggunakan tali rafia dan lubang bambu menghadap keatas agar gula dan daun kelapa yang ada di dalam bambu tidak tumpah. E.
Pengamatan dan Pengambilan Data Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah banyaknya semut hitam yang dihasilkan dari setiap sarang yang dipasang dalam satuan berat (gram). Pengambilan data dilakukan dua kali. Penimbangan pertama pada saat sebelum dipasang ke pohon kakao yaitu dengan menimbang bumbungan bambu awal yang masih belum terisi semut hitam dan selanjutnya 4 (empat) minggu kemudian pada pukul 16.00 Wita ditimbang kembali bumbungan bambu yang telah berisi semut hitam dari kelima perlakuan yang diberikan.
F.
Analisis Data Untuk mengetahui berat semut hitam yang masuk ke dalam sarang buatan pada masing-masing perlakuan pada penelitian ini dilakukan perhitungan sebagai berikut :
17
Berat Semut Hitam = B Akhir – B Awal di mana : B semut hitam
:
berat semut hitam yang diperoleh dari masing-masing taraf perlakuan dalam satuan gram
B Akhir
:
Berat akhir bumbungan bambu yang telah terisi semut hitam dalam satuan gram
B Awal
:
Berat awal bumbungan bambu yang belum terisi semut hitam dalam satuan gram
Nilai persentase berat semut hitam dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Kartasapoetra, 2004):
P=
Xi Xi
X 100%
di mana : P adalah persentase berat semut hitam. Xi adalah berat semut hitam dalam tiap taraf perlakuan. Xi adalah berat total semut hitam dari semua taraf perlakuan.
18
IV.
A.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Berdasarkan hasil perhitungan, baik kontrol (tanpa perlakuan) maupun perlakuan menggunakan dua jenis gula dan cara pemberian yang berbeda pada saat 4 (empat) minggu setelah pemasangan sarang semut hitam diperoleh nilai selisih berat (dalam gram) sebagai berikut : Tabel 2. Berat semut hitam dalam satuan gram di akhir pengamatan No
Perlakuan
berat semut hitam (gram)
1
Kontrol (P0)
Xi
100
2
Gula merah cair (P1)
X2
500
3
Gula putih cair (P2)
X3
300
4
Gula merah padat (P3) X4
400
5
Gula putih padat (P4) X5
200
6
Total
Xi
1500
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai berat (gram) semut hitam terbesar yang diperoleh berdasarkan hasil penimbangan pada penelitian ini ada pada perlakuan P1 yaitu pembuatan sarang semut hitam menggunakan cairan gula merah dengan berat 500 gram, diikuti oleh perlakuan P3 yaitu pembuatan sarang semut hitam menggunakan gula merah padat dengan berat 400 gram, selanjutnya perlakuan P2 yaitu pembuatan sarang semut hitam menggunakan cairan gula putih dengan berat 300 gram, dan perlakuan P4 yaitu pembuatan sarang semut hitam menggunakan gula putih
19
padat dengan berat 200 gram. Terendah adalah pada perlakuan P0 (Kontrol) dengan berat sebesar 100 gram. Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus persentase berat semut hitam dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini. Tabel 3. Persentase populasi semut hitam 4 minggu setelah perlakuan. No
Perlakuan
Persentase populasi semut hitam (%)
1
Kontrol (P0)
6,7
2
Cairan gula merah (P1)
33,3
3
Cairan gula putih (P2)
20,0
4
Gula merah padat (P3)
26,7
5
Gula putih padat (P4)
13,3
Dari tabel diatas dapat dilihat persentase terbesar ada pada perlakuan P1 yaitu pembuatan sarang semut hitam menggunakan cairan gula merah dengan nilai 33,3%, diikuti oleh perlakuan P3 yaitu pembuatan sarang semut hitam menggunakan gula merah padat dengan nilai 26,7%, selanjutnya perlakuan P2 yaitu pembuatan sarang semut hitam menggunakan cairan gula putih dengan nilai 20,0%, dan perlakuan P4 yaitu pembuatan sarang semut hitam menggunakan gula putih padat dengan nilai 13,3%. Nilai peluang terendah adalah pada perlakuan P0 (Kontrol) dengan nilai 6,7%. B.
Pembahasan Dan hasil pembuatan sarang semut hitam dengan menggunakan jenis gula yang berbeda dan dua perlakuan yang berbeda yaitu gula merah cair dan padat maupun gula putih cair dan padat telah menunjukkan bahwa
20
menggunakan gula merah cair dan gula merah padat lebih banyak mendatangkan semut hitam ke pohon kakao. Hal ini dapat dilihat pada hasil perhitungan persentase berat semut hitam yang menunjukan bahwa populasi semut hitam pada sarang buatan yang menggunakan perlakuan gula merah cair dan gula merah padat lebih banyak dibandingkan dengan gula putih cair dan gula putih padat. Jika dilihat dari kandungan gula tabel 1 (satu) menunjukan bahwa gula putih memiliki kadar gula (sukrosa) yang tinggi dari gula merah, tetapi semut hitam lebih menyukai gula merah. Diduga karena warna dari gula merah mirip dengan sekresi dari kutu putih. Sedangkan gula putih warnanya berbeda dengan sekresi kutu putih. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim, 2011), bahwa semut hitam lebih menyukai gula merah karena warnanya mirip dengan sekresi kutu putih, dan warna dari sekresi kutu putih itu sendiri adalah hitam kecoklat-coklatan. Salah satu cara untuk dapat mengumpulkan semut hitam adalah dengan menggunakan gula yang diletakkan dalam sarang buatan. Gula merupakan bahan pangan yang tidak asing lagi bagi manusia karena rasanya yang manis, umumnya diproduksi dari tanaman tebu atau nira. Beberapa jenis gula yang dikenal dalam perdagangan seperti gula merah, gula putih (kristal), dan cair atau sirup. Bahan pemanis lain selain gula adalah madu lebah. Gula juga sangat disukai semut karena aroma dan rasa manisnya (Syarief dan Irawati, 1988). Pengendalian hama dengan menggunakan sarang semut sangat menguntungkan bagi petani kakao, selain biayanya murah, cara ini juga mudah untuk dilaksanakan serta cocok untuk menerapkan sistem
21
pengendalian hama terpadu yang dianjurkan oleh pemerintah saat ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistyowati (1988), bahwa semut hitam berfungsi sebagai agen pengendali hayati jika populasi di ekosistem tanaman kakao berlimpah. Agar mendapatkan populasi semut hitam yang berlimpah, perlu disediakan sarang untuk semut agar dapat berkembang biak. Semut hitam pada tanaman kakao hidup bersimbiosis dengan kutu putih (Planococcus sp) karena sekresi atau kotoran dari kutu putih tersebut rasanya manis. Baik disengaja ataupun tidak disengaja semut hitam turut membantu dalam menyebarkan nimfa kutu putih serta melindunginya dari serangga lain karena adanya manfaat yang dirasakan oleh semut hitam, dari aktifitas serta tingkah laku semut hitam inilah Helopetis spp tidak sempat menusukkan setiletnya serta meletakkan telur pada permukaan buah atau dahan tanaman kakao, sehingga tanaman kakao terhindar dari serangan hama Helopeltis spp, apabila ada telur Helopeltis yang berada dipermukaan buah maupun ranting, maka semut hitam akan segera mempredasi telur tersebut, sehingga terputuslah satu siklus hidup Helopeltis, apabila hal ini berlangsung terus-menerus maka bisa dipastikan populasi Helopeltis spp akan berkurang (Wahid dan La’lang, 2004). Keuntungan lainnya dari aktifitas semut hitam adalah tupai serta tikus tidak suka dengan buah yang permukaannya banyak terdapat kutu putih serta semut hitamnya. Dalam jumlah yang mencapai ribuan ekor pada tiap pohon, semut hitam ini juga bermanfaat sebagai predator hama lain, seperti penggerek buah kakao (Conophomorpa cramerrella). Dengan demikian nilai ekonomis buah kakao pun akan tinggi, karena terhindar dari serangan hama.
22
Untuk mencapai jumlah tersebut maka kenyamanan sarang semut pun perlu diperhatikan, selain kenyamanan sarang, faktor yang mempengaruhi jumlah populasi semut adalah ada atau tidaknya populasi kutu putih pada tanaman kakao, sebab telah dijelaskan pada uraian sebelumnya bahwa semut hitam ini bersimbiosis dengan kutu putih, maka perlu dilakukan tindakan inokulasi kutu putih pada tanaman kakao (Pasaru, 2008).
23
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan gula merah cair lebih banyak mendatangkan semut hitam masuk ke dalam sarang buatan.
B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keberhasilan perlakuan sarang semut hitam pada tanaman kakao yang terserang hama Helopeltis spp.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Semut Hitam untuk Pengendalian Hayati Hama Utama Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember. Dikutip dari Tabloit Sinar Tani Edisi 21-27 April 2010 no.3351 tahun XL. Anonim. 2011. Semut Hitam untuk Pengendalian Hayati Hama Utama Tanaman Kakao. Media Online Pest Cleaning Chemical Care. http://www.pc3news.com/index.php?cat=news&id=206&sub=4&view=news. Diakses tgl 18 juni 2013. Anonim. 2011. http//:www.gulamerah&gulaputih.pc7news.com. Diakses pada tanggal 22 juli 2013. Anonim. 2012. Status helopeltis sp sebagai hama pada beberapa tanaman perkebunan dan pengendaliannya https://armeinachevana.wordpress.com/2012/03/30/status-helopeltis-spsebagai-hama-pada-beberapa-tanaman-perkebunan-dan-pengendaliannya/. diakses pada 29 juni 2013. Ditjenbun. 2006. Pedoman Teknis Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Tanaman Kakao. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian.Jakarta. Ditjenbun. 2009. http://ditjenbun.deptan.go.id. Direktorat Jenderal Perkebunan. Diakses tgl 18 juni 2013. Humas Kementerian Korbidkesra. 2007. http://www.pdf.Institutpertanianbogor.com diakses pada tanggal 22juni 2013. Hutauruk, C.H. 1988. Penggunaan semut hitam Dolichoderus thoracicus Mays Hymenoptera; Formicidae) untuk mengendalikan hama pengisap buah Helopeltis spp Signoret (Hemiptera; Miridae) pada kakao Linduk (Theobrcona cacaoL.). Prosiding Komunikasi Teknis Kakao 1988. Balai Penelitian Kopi dan Kakao Jember. him. 188211. Junianto dan Sulistyowati. 2000. Produksi dan Aplikasi Agens Pengendali Hayati Hama Utama Kopi dan Kakao. Pusat penelitian Kopi dan Kakao. Kartasapoetra. 2004. Pengolahan Benih dan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta. Lalujan. 1995. http://www.pdf.Institutpertanianbogor.com di akses pada tanggal 22 juni 2013. Pasaru, F. 2008. Teknik Perbanyakan dan Aplikasi Dolichoderus thoracicus (Smith) untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kakao di Perkebunan Kakao Rakyat. J. Agroland. 15 (4):278-287. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2010. Buku Pintar Budi Daya Kakao, Agro Media Pustaka, Jakarta.
25
Santoso,T. 1980. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Bagian Ilmu Hama Tanaman). Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman. Faperta. IPB. Sulistyowati, E. 1988. Uji Saring Ketahanan Beberapa Bahan Tanam Kakao terhadap Penghisap Buah Helopeltis spp. Jember. Balai Penelitian Perkebunan. Syarief dan Irawati. 1988. http://www.pdf.Universitassumaterautara.com di akses pada tanggal 22 juni 2013. Thorpe. 1974. Theor's Dictionary of Applied chemistry.vol XI. Fourt Ed. Longmans Green and company. London. Wahid dan La’lang. 2004. Keragaman Fenotifik Spesies Semut (Hymenoptera: Formicidae) Sebagai Predator Hama Penggerek Buah Kakao, Conopomorpha cramerella (Snellen) (Lepidoptera: Gracillariidae). Laporan Hasil Penelitian Program Penelitian Dasar, DP3M. Dikti. Lembaga Penelitian Universitas Tadulako. Wahyudi, T, dkk, 2011. Panduan Lengkap Kakao. http://books.google.co.id/books?id=zo6a4YE5o0C&pg=PA144&lpg=PA144&dq=semut+hitam+kutu+putih+buah+kakao&s ource=bl&ots=ailFa1eaA-&sig=lEBnhIDSAil8Wjny8v8yxq9OQU&hl=id&ei=s5ObTqb6LKaXiQf447GsAg&sa=X& oi=book_result&ct=result&resnum=9&ved=0CEcQ6AEwCA#v=onepage&q= semut%20hitam%20kutu%20putih%20buah%20kakao&f=true. Niaga Swadaya. Diakses tgl 17 Oktober 2012.
27
Lampiran 1. Layout Penelitian
P2
P0
U
P4
P3
P1
28
Lampiran 2. Data Penelitian (Berat awal dan berat akhir sarang semut)
Perlakuan
Berat awal
Berat akhir
Control (P0)
500 gram
600 gram
Gula merah cair (P1)
400 gram
900 gram
Gula putih cair (P2)
400 gram
700 gram
Gula merah padat (P3)
300 gram
700 gram
Gula putih padat (P4)
300 gram
500 gram
29
Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan penelitian
Gambar 1. Pengirisan gula merah
Gambar 2. Perebusan gula merah
30
Gambar 3. Pengisian gula merah ke dalam botol
Gambar 4. Perebusan gula putih
31
Gambar 5. Pengisian gula putih ke dalam botol
Gambar 6. Pemotongan bambu
32
Gambar 7. Pengisian daun kelapa ke dalam bambu
Gambar 8. Pengisian gula merah cair ke dalam bambu
33
Gambar 9. Pengisian gula putih cair ke dalam bambu
Gambar 10. Pengisian gula merah ke dalam bambu
34
Gambar 11. Pengisian gula putih ke dalam bambu
Gambar12. Penimbangan sarang semut menggunakan gula merah cair
35
Gambar 13. Penimbangan sarang semut menggunakan gula putih cair
Gambar 14. Pemasangan sarang semut pada pohon kakao
36
Gambar 15. Pengambilan sarang semut yang berisi gula putih cair
Gambar 16. Mengambil sarang semut yang berisi gula putih padat
37
Gambar 17. pengambilan sarang semut menggunakan cairan gula merah
Gambar 18. Penimbangan sarang semut menggunakan gula putih cair
38
Gambar 19. Penimbangan sarang semut menggunakan gula merah cair