10
PEMBUATAN INSTRUMEN TIUP BALOBAT Abraham Roma Virganta Abstrak Musik tradisional Karo sebagai salah satu bentuk kebudayaan adalah merupakan peninggalan dari leluhurnya, sebuah komitmen bagi suku karo untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya tradisi agar tidak lekang oleh waktu. sebuah upaya penulis sebagai bagian dari komitmen tersebut untuk dapat memaparkan bagaimana gambaran singkat tentang salah satu instrumen yang hampir tidak lagi dikenal oleh generasi muda masyarakat karo contohnya adalah instrumen balobat. Instrumen balobat merupakan salah satu instrumen musik tradisional tiup masyarakat etnis karo di Sumatra Utara. Dalam tulisan ini dijelaskan bagaimana keberadaan instrumen balobat dan juga tentang mekanisme dalam pembuatannnya. Dimulai dari bagaimana memulai pembuatan balobat, bahan apa yang digunakan dalam pembuatannya hingga sekilas tehnik memainkannya. Selain itu dalam tulisan ini juga dipaparkan beberapa funsi penggunaan instrumen balobat pada masyarakat karo dalam acara adat tertentu pada masyarakat pendukungnya. Kata Kunci : Pembuatan, Instrumen, Balobat
A. Pendahuluan Suku Karo merupakan suku yang terdapat diPropinsi Sumatera Utara. Suku Karo banyak mendiami daerah perbukitan yang ada dibeberapa kabupaten di Sumatra Utara dan kadang kala suku ini juga disebut sebagai bagian dari Suku Batak atau yang disebut suku Batak Karo. Beberapa suku yang sering disebut sebagai rumpun suku Batak yaitu Batak Toba, Pak-pak Dairi, Simalungun, Angkola dan mandailing. Setiap rumpun ini mempunyai perbedaan dalam budaya dan keseniannya. Musik tradisional Karo sebagai salah satu bentuk kebudayaan adalah merupakan peninggalan dari leluhur mereka, suku karo akan tetap menjaga dan melestarikan budaya tradisi agar tidak lekang oleh waktu. Alat musik balobat yang merupakan salah satu bagian dari alat musik teradisional Karo, instrumen musik balobat terbuat dari bambu, bunyi balobat yang sendu bila didengar seolah-olah bagi masyarakat karo akan dapat mewakili atau dapat mengandung makna yang dapat menceritakan sesuatu hal yang pernah terjadi, selain itu bagi masyarakat karo istrumen musik tradisional balobat ini adalah alat musik yang dapat digunakan untuk mengungkapkan rasa atau perasaan. instrumen ini juga sering digunakan para pemuda untuk mencari perhatian para wanita muda, untuk membujuk, merayu dengan melalui permainan melodi lagu-lagu yang mereka alunkan lewat alat musik balobat ini. Balobat (block flute) sebagai instrumen solo juga merupakan alat musik yang sama dengan balobat yang terdapat dalam gendang balobat. Perbedaannya adalah konteks penyajian. Balobat sebagai instrumen solo selain seperti yang dijelaskan diatas digunakan sebagai hiburan pribadi ketika sedang mengembala ternak di padang rumput yaitu ketika sedang menjaga padi di sawah atau di ladang, fungsi instrumen balobat dalam ansamble gendang balobat berfungsi sebagai pembawa melodi
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
11
Alat musik Balobat yang tergolong dalam instrumen melodis tunggal dapat berfungsi pula sebagai penghibur diri sendiri selain fungsinya dapat dijadikan sebagai instrumen pembawa melodi lagu tradisional karo dalam ansambel musik tradisional karo. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai pengiring acara adat tertentu seperti erpangir kulau, pada acara ritual kemalangan. Dapat dijelaskan alat musik balobat biasanya selalu berpasangan dengan keteng-keteng dan mangkuk mbentar. Dalam ansamble gendang balobat yang termasuk juga gendang telu sendalanen ini,ada instrumen lain seperti mangkuk mbentar yang berfungsi sebagai pembawa tempo, walau hanya sebuah mangkok tetapi mangkok ini sangat berperan dalam permainan ansamble gendang telu sendalanen tersebut. Mangkok berbahan dasar batu keramik ini jika digabung dalam ansamble gendang telu sendalanen harus berwarna putih polos karena memiliki makna filosofis kepolosan dan hati yang bersih makanya dapat didengar gendang telu sendalanen musik sederhana enak untuk dinikmati, dalam memainkan musik atau gendang telu sendalanen mangkuk mbentar (mangkok putih) ini di isi air secukupnya oleh yang nantinya memainkan mangkuk ini, hal tersebut dilakukan adalah untuk mensetarakan nada hingga menimbulkan harmonisasi yang baik dan enak didengar, mankok mbentar yang yang berperan dalam gendang telu sendalanen ini berdiameter 12 cm, ketebalan + 0,3 cm. Selain itu ada juga keteng-keteng alat musik yang berbahan dasar buluh (bambu betung) adalah sebagai pembawa ritem, kata keteng-keteng secara ilmiah tidak mempunyai arti yang khusus namun menurut beberapa narasumber yang didapat secara lisan merupakan pemberian nama keteng-keteng berdasarkan dari suara yang dihasilkan oleh bunyinya, dimana keteng-keteng sebagai alat musik ritmis dapat menghasilkan tiga jenis bunyi yang menyerupai bunyi gong, gendang penganak, gendang singindungi dan dapat diklasifikasikan alat musik ini tergolong alat musik idiokordofon. Dalam musik tradisional masyarakat suku Karo dikenal tiga bentuk ritem, yaitu; 1. Simalungun Rayat, 2. Odak-odak, 3. Patam-patam. Ketiga ritem tersebut tetap akan dalam birama 8/4. Namun dalam pembagian dapat dibagi untuk simalungun rayat, 4/4 untuk odak-odak, dan untuk patam-patam 2/4 dan dalam bentuk pukulan ritem yang berbeda. Simalungun rayat bertempo lambat, Odak-odak bertempo sedang, dan Patam-patam bertempo cepat. Berdasarkan pengklasifikasian Horn von Bostel dan Curt Sach musik tradisional Karo dapat dibagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut : a. Kelompok Idiophone 1. Gung 2. Penganak 3. Keteng-keteng 4. Mangkuk mbentar b. Kelompok Membranofhon 1 .Gendang anak 2 .Gendang indung 3 .Gendang binge c. Kelompok Aerofhon 1 .Sarune 2 .Balobat 3. Surdam d. Kelompok Kordofon 1. Kulcapi 2. Keteng-keteng Dokumen ini diunduh dari Jurnal Grenek (Seni Musik)
12
e. Kelompok Elektrofon 1. Organ elektrik B. Pembuatan Balobat. Dalam hal ini akan dipaparkan bagaimana pembuatan balobat, alat apa yang akan digunakan dalam pembuatantanya dan bahan bagaimana yang baik untuk pembuatan balobat. Hal pertama yang akan dipaparkan adalah tentang bagaimana tehnik pembuatan balobat. Sepenuhnya teknik pembuatan balobat ini masih dikerjakan secara manual, tidak berdasarkan hasil olahan mesin, pembuatan menggunakan alat-alat yang juga sering dipergunakan oleh para pembuat prabot rumah tangga. Peralatan tersebut antara lain adalah: 1. Parang 2. Gergaji 3. Pisau kecil 4. Meteran atau alat ukur panjang. Dalam pembuatan balobat gergaji berfungsi sebagai alat potong bambu yang akan dibuat sebagai bahan dasar pembuatan instrumen balobat. Awalnya pengerajin balobat akan memotong bambu setelah ditentukan terlebih dahulu diukur dan dipilih bambu yang akan digunakan sebagai bahan dasar, hal ini agar potongan bilah bambu yang terpilih dapat secara maksimal digunakan sebagai bahan dasar pembuatan balobat.
Gambar Pembuatan balobat
Pisau kecil Dalam hal pembuatan balobat pisau kecil berfungsi sebagai pembentuk lubang tulbat bahasa karo (lobang suara), pembentuk lubang melodi dan sekaligus merapikan pingiran lubang melodi.
Gambar Pisau kecil untuk melobangi balobat
Dokumen ini diunduh dari Jurnal Grenek (Seni Musik)
13
Dalam pembuatan balobat, disini meteran berfungsi sebagai alat untuk mengukur panjangnya balobat berdasarkan ketentuan yang sudah direncanakan, selain itu juga sebagai alat ukur ketebalan bambu menurut aturan pembuatan balobat. Sebab bilamana terjadi kesalahan dalam sistem pengukurun itu meleset maka dapat dipastikan gelombang suara dan warna suarapun bisa tidak tepat sasaran. Bahan bambu dasar sebagai pembuatan instrumen balobat dalam bahasa Karo buluh reggen (bambu biasa), selain bambu yang telah ditentukan tidak ada bambu sebagai bahan alternatif, berdasarkan penelitian walau dibuat dengan bambu yang berbeda jenis tidak menghasilkan suara yang sama walau cara pembuatannya sama, dan bila dibuat dengan bahan baku dari kayu suara yang dihasilkan agak kasar lebih mengarah kebunyi suara sarune, hal ini dapat diperkirakan karena serat kayu pada bambu maupun selain jenis bambu yang sudah ditentukan itu pasti seratnya berbeda.
Gambar Buluh reggen/bambu biasa Jenis-jenis bambu yang terdapat di Indonesia diperkirakan sekitar 159 spesies dari total 1.250 jenis bambu yang terdapat di dunia. Bahkan sekitar 88 jenis bambu yang ada di Indonesia merupakan tanaman endemik. Bambu merupakan jenis rumput-rumputan yang dan beruas. Bambu merupakan anggota family Poaceae yang terdiri atas 70 jenis. Bambu termasuk jenis tanaman yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang 60 cm dalam sehari. Indonesia merupakan salah satu wilayah yang menjadi surga bagi jenis tanaman yang disebut juga sebagai buluh, aur, dan eru ini. Diperkirakan terdapat sedikitnya 159 jenis bambu di Indonesia yang 88 diantaranya merupakan spesies endemik Indonesia. Pembuatan balobat menggunakan bahan buluh reggen (bambu biasa) yang berumur paling tidak 5 tahun untuk menjamin kepadatan ruas-ruas bambu. Kemudian bambu yang digunakan harus yang tumbuh jauh dari sumber air, hal ini dimaksudkan untuk menjamin bambu tidak kelebihan kandungan air atau istilah dalam bahasa Karo buluh buntang. Jika bambu yang dikemukakan tadi bisa didapat, maka nantinya hasil warna suara dalam proses pembuatan akan lebih terjamin kualitasnya.
Dokumen ini diunduh dari Jurnal Grenek (Seni Musik)
14
Gambar Pemilihan pohon cabe dijadikan tutup sumbi/ tutup untuk peniupan Dalam pembuatan balobat pohon cabe ini sangat diperlukan karena pohon cabe ini akan difungsikan sebagai penutup lubang sumbi (lobang peniupan). Batang cabe yang paling rapat ke tanah dikikis atau dibersihkan, dipotong sesuai ukuran yaitu panjang 2,2 cm dan lebar 1,2 cm. Pembuatan balobat menggunakan bahan buluh reggen (bambu biasa) yang berumur paling tidak 5 tahun untuk menjamin kepadatan ruas-ruas bambu. Dalam pembuatan balobat pohon cabe sangat diperlukan karena pohon cabe ini akan difungsikan sebagai penutup lubang sumbi (lobang peniupan). Batang cabe yang paling rapat ke tanah dikikis atau dibersihkan, dipotong sesuai ukuran yaitu panjang 2,2 cm dan lebar 1,2 cm. Sistem perendaman dilakukan pada air yang mengalir selama 14 hari, hal ini dimaksudkan untuk membunuh bakter-bakteri dan serangga yang ada di dalam bambu yang hendak dijadikan alat musik balobat. bambu yang telah kering dicermati secara seksama apakah dapat dibentuk dan setelah itu siap untuk pengukuran pembagian atau skets jarak, panjang dan lebar lubang tulbat (lobang suara), panjang 26,5 cm, lebar 2 cm. Jarak dari pangkal tempat peniupan ke lobang tulbat yaitu + 2,3 cm, panjang lobang tulbat +1,1 cm, lebar 1,2 cm. ` Menentukan posisi lobang pertama yaitu dengan cara, panjang keseluruhan balobat dibagi dua, jika tadi sudah dikatakan panjang balobat adalah 26,5 cm maka 26,5 cm dibagi dua. Itulah cara untuk mendapatkan atau menentukan lobang pertama. membentuk dan merapikan lobang melodi yang sudah ditentukan berdasarkan alat pengukur (meteran). C. Sekilas teknik memainkan balobat a. Posisi badan dalam memainkan balobat adalah dengan cara duduk bersila, kedua kaki dilipat karna pada umumnya setiap memainkan alat musik Karo baik itu kulcapi, surdam, sarune, gong dan sebagainya, yang manapun itu alat musik karo maka sikap tubuhnya semua dengan posisi duduk bersila. b. Dalam memainkan balobat, posisi jari telunjuk((kiri) menutup lobang I, jari tengah (kiri) menutup lobang II. Jari telunjuk (kanan) menutup lobang III, jari tengah (kanan) menutup lobang IV, jari manis (kanan) menutup lobang V, jari kelingking menutup lobang VI. Sedangkan kedua jempol menahan bambu sekaligus menahan tekanan karena jari-jari bergerak-gerak untuk membentuk melodi. 1. Dalam proses pembuatan balobat memerlukan beberapa tahap, antara lain pemilihan pucuk buluh reggen (pohon bambu biasa), memotong, mengikis, pengukuran panjang balobat + 26,5 cm, penyongkelan untuk keenam lobang nada yang berdiameter bulatan + 0,6 cm, penentuan lubang sumbi (lobang suara) + 2,2 cm dan penyeteman dan dalam hasil penelitian balobat yang dihasilkan bernada dasar, Bb = do. Dokumen ini diunduh dari Jurnal Grenek (Seni Musik)
15
DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. (1998). Kamus besar bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amani Asmawi, (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Banoe, Pono.(2003). Kamus Musik:Yogyakarta : Kanisius Bina Anugrah Barus. (2010) “Keteng Keteng Karya Ropong Tarigan Tinjauan Dari Organologi” Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2003) . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Maryaeni, (2005) Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara. Nazril, Muhamad. (2005). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia Pulumun Ginting. (2005). Materi Kuliah Musik Tradisional II. Medan : Unimed Silitonga, Pita HD. Organologi, Universitas Negeri Medan Diktat Mata Kuliah Organologi Sumadi (2005 ; 17). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Rajawali Surakhmand, Winarno.(1992). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito
Dokumen ini diunduh dari Jurnal Grenek (Seni Musik)